Professional Documents
Culture Documents
ASUHAN KEPERAWATAN
PUSKESMAS SUKALUYU
2008
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Daftar Isi
MENCUCI TANGAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Alat bantu didekatkan kepasien
PROSEDUR c. Perawat berdiri disisi tempat tidur
d. Membantu pasien menggeser kakinya
kesamping tempat tidur
e. Membantu pasien duduk dan menurunkan kaki
secara perlahan dari tempat tidur
f. Membantu pasien turun dari tempat
tidur/berdiri
g. Membantu pasien duduk dikursi/kursi roda
h. Mencuci tangan
i. Memperhatikan respon pasien dan mencatat
dalam catatan perawat
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Tanggal terbit
2. Pelaksanaan
a. Perawat memberitahu tentang letak kamar
mandi/WC, ruang perawat, dll
PROSEDUR
b. Perawat memberitahu tentang fasilitas yang
tersedia di rumah sakit dan cara
penggunaanya
c. Perawat memberitahu tentang jadual kegiatan
rutin diruangan antara lain, waktu mandi,
waktu makan, waktu kujungan dokter dan
waktu kunjungan tamu atau keluarga
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
1. Persiapan lingkungan
Menciptakan situasi lingkungan yang nyaman
2. Pelaksanaan
a. Perawat menampilkan sikap yang ramah dan
sopan
PROSEDUR
b. Memperkenalkan diri
c. Menyapa pasien dengan ramah
d. Menyampaikan informasi secara lengkap dan
jelas dengan bahasa yang mudah dimengerti
pasien
e. Mengamati respon pasien
f. Mencatat hasil komunikasi
3. Pelaksanaan
a. Pengukuran suhu pada ketiak
a)Mencuci tangan
b)Alat alat dibawa ke dekat pasien.
c)Bila perlu lengan baju pasien dibuka,
ketiak diseka (menggunakan tissue
PROSEDUR
dengan gerakan menepuk) dan
dikeringkan.
d)Ambil thermometer dari tempat
penyimpanannya, sapu dengan tissue
e)Periksa dan turunkan air raksa pada
posisi terendah.
f) Pasang tepat pada reserviornya, jepitkan
di tengah tengah ketiak dan lengan
pasien diletakkan didada
g)Setelah 8-10 menit thermometer
diangkat dan baca angka pada
thermometer dengan posisi sejajar mata,
dan hasilnya dicatat pada buku
h) Thermometer dibersihkan dengan kapas
alcohol dan dikeringkan dengan tissue
MENGUKUR SUHU BADAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
SUKALUYU Tanggal terbit
1. Persiapan alat
a. Arloji tangan dengan petunjuk detik.
b. Buku catatan nadi dan pernafasan pasien.
2. Persiapan pasien
Pasien diberitahu supaya tenang dan rileks,
boleh sambil berbaring atau duduk.
PROSEDUR
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Menghitung denyut nadi selama satu menit
pada arteri radialis.
c. Observasi frekuensi, irama, dan volume
d. Menghitung pernafasan selama satu menit.
e. Mencatat hasil tindakan dan respon pasien
f. Mencuci tangan
1. Persiapan alat
a. Tensimeter.
b. Stetoskop.
c. Buku catatan.
2. Persiapan pasien
Pasien dijelaskan tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan dan mengatur posisi
pasien sesuai kebutuhan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Lengan baju dibuka / digulung ke atas.
c. Manset tensimeter dipasang pada lengan
PROSEDUR atas dengan pipa karetnya berada di sisi luar
lengan. Manset dipasang tidak terlalu
kencang atau terlalu longgar.
d. Pompa tensimeter dipasang.
e. Denyut arteri branchialis diraba, lalu
stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut.
f. Skrup balon karet ditutup, pengunci air
raksa dibuka Selanjutnya balon dipompa
sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan
air raksa didalam pipa gelas naik.
g. Skrup balon dibuka perlahan-lahan sehingga
air raksa turun perlahan lahan. Sambil
memperhatikan turunnya air raksa
dengarkan bunyi denyutan pertama/sistole,
dengarkan terus sampai denyutan
terakhir/diastole
MENGUKUR TEKANAN DARAH
No. Dokumen No. Revisi Halaman
111.05.25 0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
SUKALUYU Tanggal terbit
.
h Mencatat hasil pengukuran dan respon pasien
i. Pasien dan alat dirapikan
j. Mencuci tangan
1. Persiapan alat
a. Waslap
b. Perlak kecil dan alasnya
c. Waskom berisi air dingin/es atau kirbat es
2. Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan dan posisi diatur
sesuaikebutuhan
PROSEDUR
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Membawa peralatan kepasien
c. Perlak dan alas dipasang pada tempat yang
akan dikompres
d. Waslap dibasahi air dingin/es secukupnya dan
diletakkan ditempat yang akan dikompres
e. Observasi respon pasien
f. Mencuci tangan
g. Mencatat respon pasien dan hasil tindakan
3) Penunggu pasien
a. Pasien dijinkan dijaga 1 orang kecuali
VIP,penunggu pasien harus dekat dengan
pasien.
b. Penunggu pasien tidak diperbolehkan
mengubah atau memindahkan alat alat
perawatan yang ada, termasuk kursi
kursi yang di luar ruangan.
c. Penunggu pasien tidak diperbolehkan
membawa alat alat tempat tidur.
d. Penunggu pasien tidak diperbolehkan
duduk atau tidur di tempat tidur pasien
yang ditunggunya / yang kosong / di
lantai.
e. Kamar kecil / WC boleh dipergunakan
dan harap menjaga kebersihan.
f. Penunggu pasien harap memberi tahu
kepada petugas, apabila ada keperluan
yang harus meninggalkan pasien yang
ditunggu.
MENERIMA PASIEN BARU
No. Dokumen No. Revisi Halaman
56.05.25 0 3/3
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
SUKALUYU Tanggal terbit
Pengunjung pasien
a. Jam kunjungan :
Pagi : Pukul 10.30
12.00 Wib.
Sore : Pukul 16.30 18.00 Wib.
b. Para pengunjung pasien tidak diperbolehkan
membawa makanan untuk pasien kecuali atas
izin dokter.
c. Para pengunjung pasien tidak diperbolehkan
merokok di dalam / di luar ruangan.
d. Para pengunjung pasien tidak diperbolehkan
duduk di tempat tidur pasien tempat tidur
kosong
11. Perawat mengerjakan lyst pasien dan
pendokumentasien Asuhan Keperawatan
12. Perawat melaksanakan tindakan Asuhan
Keperawatan.
UNIT TERKAIT IGD, ICU, Instalasi rawat jalan, Instalasi rawat inap
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR KOSONG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
SUKALUYU Tanggal terbit
2. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan dengan benar.
b. Menyiapkan alat-alat dengan lengkap.
c. Meja dilap, lalu taruhlah linen di atas meja
(diberi alas kertas).
d. Tempat tidur disemprot dengan lisol encer
PROSEDUR
(10%).
e. Membersihkan TT dari debu dengan lap
basah dan lap kering bagian atas, lalu lap
ditaruh di kaki TT.
f. Mencuci tangan.
g. Membalik kasur, lalu susunlah dengan rapi
kain bersih (linen) di atas kaki TT.
h. Memasang sprei besar sebelah kanan.
i. Garis tengah lipatan harus tepat ditengah-
tengah kasur bagian atas.
j. Sprei, dimasukkan rata, dibawah kasur
sedalam 30 cm, demikian juga sprei pada
bagian kaki setelah ditarik setegang
mungkin, pada ujung sisi-sisi sudut 90 lalu
diseluruh tepi sprei besar dimasukkan ke
bawah kasur dengan rapi dan tegang
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR KOSONG
No. Dokumen No. Revisi Halaman
104.05.25 0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
SUKALUYU Tanggal terbit
.
k. Membuat sudut 90 pada sprei besar kanan
bawah.
l. Memasang selimut (dilipat 4 secara terbalik,
dipasang pada bawah kaki, bagian memasang
perlak sebelah kanan 30 cm dari sisi TT
bagian kepala.
m. Memasang sprei kecil rata di atas perlak
10 cm di atas perlak dada yang terbalik,
bagian atas dimasukkan ke bawah, ujung-ujung
sisi dimasukkan ke bawah kasur.
n. Bantal dipasangkan sarungnya, sudut-
sudut bantal dimasukkan benar-benar ke dalam
sudut-sudut sarungnya, letakkan pada TT
PROSEDUR bagian kepala dan bagian sarung bantal yang
terbuka jangan menghadap ke arah pintu
masuk.
o. Merapikan sprei besar sebelah kiri
bawah dan membuat sudut 90.
p. Membuat sudut selimut 90 pada sebelah
kiri bawah.
q. Merapikan perlak dan sprei kecil pada
sebelah kiri.
r. Merapikan sprei besar sebelah kiri atas
dan membuat sudut 90.
s. Membersihkan TT bagian bawah.
t. Membersihkan meja dan kursi.
u. Membereskan alat.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Mengganti alat-alat tenun kotor pada tempat tidur
PENGERTIAN
tanpa memindahkan pasien.
1. Memberikan perasaan nyaman bagi pasien
TUJUAN 2. Mencegah terjadinya dekubitus.
3. Memelihara kebersihan dan kerapihan.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah-langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan mengganti alat tenun kotor
pada tempat tidur tanpa memindahkan pasien
1. Persiapan alat
a. Alat tenun tempat tidur yang bersih dalam
tempatnya diatas trolly (Sprei besar/laken,
sprei kecil/steak laken, selimut, sarung
bantal, perlak).
b. Tempat kain kotor bertutup
c. Ember berisi larutan desinfektan.
d. Lap kerja basah dan kering.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang
akan dilaksanakan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Peralatan dibawa ke tempat pasien.
c. Perawat berdiri disisi kiri dan kanan tempat
tidur
d. Selimut dan bantal yang tidak perlu
PROSEDUR
diletakkan diatas kursi atau bangku
e. Pasien. dimiringkan pada salah satu sisi
tempat tidur (bila perlu pasien.diganjal bantal
supaya tidak jatuh).
f. Lepaskan alat tenun yang kotor lalu digulung
satu persatu sampai dibawah punggung
pasien
g. Sprei kecil/steak laken dan perlak digulung ke
tengah tempat tidur sejauh mungkin.
h. Perlak dibersihkan dengan larutan
desinfektan lalu dikeringkan digulung
ketengah sejauh mungkin.
i. Laken yang bersih digulung setengah bagian,
kemudian gulungannya diletakkan dibawah
punggung pasien dan setengah bagian lagi
diratakan serta dipasang pada kasur
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
j. Perlak yang digulung tadi diratakan kembali
k. Steak laken yang bersih digulung setengah
bagian, kemudian gulungannya diletakkan
dipunggung pasien dan setengah bagian lagi
diratakan diatas perlak serta dipasangkan
pada kasur
l. Pasien dimiringkan kebagian yang bersih
m. Lepaskan alat tenun yang kotor dan
dimasukan kedalam tempat bertutup
m. Ratakan laken yang bersih dengan steak
laken dan perlak, pasangkan pada kasur
n. Mengganti sarung bantal yang kotor
o. Bantal disusun , pasien dibaringkan pada
posisi yang nyaman.
p. Selimut kotor diganti dengan yang bersih
q. Peralatan dibersihkan, dibereskan, dan
dikembalikan ketempat semula
r. Mencuci tangan
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Membersihkan tubuh pasien dengan menggunakan
PENGERTIAN
air dan sabun.
1. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau
badan.
2. Memberikan perasaan segar.
TUJUAN 3. Merangsang peredaran darah.
4. Sebagai pengobatan.
5. Mencegah infeksi kulit.
6. Mendidik pasien dalam kebersihan perorangan.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah-langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan memandikan pasien di tempat
tidur
1. Persiapan alat
a. Seperangkat alat-alat mandi :
Sabun mandi.
Pasta gigi.
Gelas kumur.
Sisir.
Talk.
b. Satu stel pakaian bersih.
c. Waskom mandi berisi air hangat.
d. Handuk bersih
e. Tempat bertutup untuk pakaian kotor
f. Sketsel/korden
g. Waslap mandi 2 buah.
2. Persiapan pasien
Pasien diberitahukan tentang tindakan yang akan
PROSEDUR
dilaksanakan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Membawa peralatan kepasien
c. Memasang sketsel/korden
d. Menanyakan pada pasien apakah pasien mau
BAB atau BAK terlebih dahulu
e. Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat
tidur, bila masih dibutuhkan bantal digunakan
f. Perawat berdiri disisi kiri atau kanan pasien
g. Pakaian bagian atas dibuka kemudian ditutup
dengan selimut mandi atau kain penutup
Pasien dimandikan dengan urutan sebagai
berikut :
Tanggal terbit
- Mencuci muka.
Handuk dibentangkan di bawah kepala,
muka, telinga dan leher dibersihkan
dengan waslap lembab, lalu keringkan
dengan handuk
Tanyakan apakah pasien biasa pakai
sabun atau tidak.
- Mencuci tangan.
Selimut mandi atau kain penutup
diturunkan
kedua tangan di keataskan
letakkan handuk diatas dada dan
lebarkan ke samping kiri dan kanan
sehingga kedua lengan dapat diletakkan
di atas handuk.
Kedua tangan dibasahi dan disabun mulai
dari lengan yang jauh dari perawat,
kemudian yang lebih dekat lalu dibilas
sampai bersih, lalu dikeringkan dengan
PROSEDUR handuk
Masukkan kedua telapak tangan ke dalam
waskom lalu keringkan.
- Mencuci kaki
Kaki pasien yang terjauh dari perawat
dikeluarkan dari bawah kain penutup
atau handuk
Handuk dibentangkan dibawahnya dan
lutut ditekuk
Kaki dibasahi, disabun dan dibilas sampai
bersih kemudian dikeringkan dengan
handuk, demikian juga kaki yang satu lagi
Masukkan kedua telapak kaki ke dalam
waskom lalu dikeringkan.
Air dalam waskom yang kotor diganti dengan
air bersih.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
1. Persiapan alat
a. Handuk.
b. Alkohol.
c. Talk.
2. Persiapan pasien
Jelaskan kepada pasien tentang prosedur yang
akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Membawa peralatan ke pasien
c. Mengatur posisi pasien dengan posisi prone
bila bila tidak dapat posisi SIM.
d. Meletakkan sebuah bantal tipis di bawah
perut klien untuk menjaga posisi yang tepat.
e. Meletakkan handuk di sisi punggung / badan
PROSEDUR pasien.
f. Menuangkan alkohol sedikit di tangan, lalu
usap dengan kedua tangan di punggung
pasien sampai rata.
g. Melakukan masage punggung, masage
dilakukan dengan menggunakan telapak
tangan dan jari jari, gunakan tekanan halus
yang bersambungan.
Perhatian :
1. Hindari untuk melakukan masage pada area
kemerah merahan, kecuali bila kemerahan
tersebut hilang sewaktu dimasage.
2. Masage punggung dapat merupakan kontra
indikasi pada pasien imobilitas tertentu.
3. Masage punggung dikerjakan selama 5 s/d 10
menit.
Perhatian :
1. Pasien diharapkan selalu memakai alas kaki yang
tepat untuk menghindari dari infeksi.
2. Memakai sepatu jangan terlalu pas dan
memotong kuku secara rutin.
3. Memotong kuku jangan terlalu ke dalam karena
dapat menimbulkan luka.
MENCUCI RAMBUT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
101.05.25 0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
2. Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan
3. Persiapan lingkungan
PROSEDUR
Tempat/lingkungan yang nyaman
4. Pelaksanaan
a. Memberi penyuluhan pasien dengan cara
diskusi, tanya jawab, demonstrasi
b. Menggunakan alat peraga bila diperlukan
c. Mengadakan evaluasi
d. Memberikan umpan balik
e. Mencatat hasil penyuluhan
Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, IKO,
UNIT TERKAIT
ICU.
MENGUKUR CAIRAN YANG MASUK DAN
KELUAR
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0 1/1
307.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
2. Persiapan pasien
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan
PROSEDUR
dilakukan
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Menghitung cairan yang masuk baik enteral
maupun parenteral
c. Mengukur cairan yang keluar
d. Mencatat hasil tindakan
e. Mencuci tangan
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Kira-kira setengah jam sebelum obat
diberikan, ambil kartu obat dari kotak obat.
c. Cocokkan kartu obat dengan lyst pasien,
pesan-pesan dokter dan catatan perawat
menurut tanggal. Kalau tidak cocok
kembalikan ke pesan-pesan dokter.
d. Menyiapkan obat menurut cara yang
dipesan.
e. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
f. Jangan berbicara dengan siapapun waktu
menyediakan obat.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR g. Dengan kartu obat mengecek etiket untuk nama
dosis obat yang ada dalam botol waktu
mengambil dari lemari.Sebelum menuangkan
obat yang diperlukan, membaca etiket lagi
untuk nama obat dan dosis obat.
h. Letakkan gelas-gelas obat di atas kartu obat
pada baki.
i. Obat dibawa kepada pasien oleh perawat yang
menyiapkan obat tersebut.
j. Tentukan pasien, baca nama pasien dan panggil
namapasien.
k. Berikan obat langsung kepada pasien dan
tunggu sampai obat benar-benar diminum/
ditelan bila perlu pasien dibantu dengan
memperhatikan 5 prinsip benar.
l. Balik kartu obat pasien.
m. Kembalikan alat-alat ke kamar kerja, cuci alat-
alat dan simpan pada tempatnya.
n. Bawa kartu obat ke lyst pasien secepatnya dan
cek pada kolom obat dan catat juga respon
pasien terhadap pemberian obat. Dengan
mengecek dan tanda tangan perawat
membuktikan sudah memberi obat dengan
ukuran yang benar menurut jam dan tanggal.
Coretan tersebut menjadi resmi apabila ada
coretan paraf di atasnya.
o. Tulisan / paraf hanya dibuat oleh perawat yang
sudah menyiapkan dan memberikan obat
tersebut.
p. Kalau pasien tidak mau minum obat/ ditunda
karena puasa untuk pemeriksaan, lingkari jam
obat dan tulis paraf.
q. Sesudah dicek, kartu obat dikembalikan ke
kotak obat, sesuai jam pemberian obat
berikutnya
r. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, ICU
Perhatian :
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
memberikan obat.
2. Membaca etiket sebelum memberikan
untuk mencegah kekeliruan.
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, ICU
MEMBERIKAN OBAT MELALUI VAGINA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
77.05.25 0 1/1
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
SUKALUYU Tanggal terbit
01 Maret 2006
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, ICU
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, ICU
MEMBERIKAN OBAT MELALUI TELINGA
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 1/1
75.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
01 Maret
2006
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, ICU.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
A. Pada ampul
a) Pastikan obat berada
di bawah ampul.
b) Gergajilah pada leher
ampul yang bertanda / tidak.
c)Ampul dipegang dengan satu tangan dan
tangkai ampul
MEMBERIKAN OBAT MELALUI SUNTIKAN
INTRA MUSCULAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
80.05.25 0 2/3
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
B. Pada vial
a. Masukkan udara sejumlah larutan yang
akan diambil dan sebelumnya karet luar
vial dibersihkan dengan zat anti septik
(kapas alkohol).
b. Bawa obat ke pasien.
c. Atur posisi pasien.
d. Menentukan daerah yang akan disuntik
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Perhatian :
1. Tempat suntikan harus
betul-betul tepat bila salah akan
berbahaya, karena dapat mengenai syaraf
ischiadeous.
2. Lokasi penyuntikan intra
muscular :
a. Otot bokong yang tepat adalah 1/3 bagian
dari spina illiaka anterior superior, (area
dorso-gluteal/ pinggang bagian belakang).
b. Area dorso gluteal yang terletak di pinggang
mempunyai area injeksi IM yang sering
digunakan.
Injeksi dilakukan antara 5 7,5 cm di bawah
puncak illium di perempat atas bagian luar
dari pinggul.
Metode lain untuk menentukan titik suntik
PROSEDUR
pada pinggul dapat dengan menarik garis
dari tulang illium posterior superior ke
pangkal tulang paha sebelah luar.
c. Otot paha bagian luar yaitu 1/3 tengah paha
sebelah luar (area otot vestus lateris).
Bagian pertengahan ketiga, bila diukur ke
atas dari ujung atas lutut, dan ke bawah dari
ujung bawah pangkal, di sini sebagai area
suntik.
d. Otot pangkal lengan/ otot deltoid da
pasterior triceb (bahu dan lengan atas).
e. Otot ini juga dapat digunakan untuk injeksi
IM, otot ini jarang digunakan untuk
keperluan injeksi, karena klien merasa lebih
nyeri dan pegal di bagian otot, ketika injeksi
posisi pasien dapat berbaring / duduk.
Tanggal terbit
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, ICU.
MELAKUKAN RESUSITASI JANTUNG PARU
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0 1/4
169.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR Anak anak : tempatkan mulut anda di
atas hidung dan mulut anak. Berikan 2
nafas perlahan selama 1 1,5 detik
dengan perhentian diantaranya. Lanjutkan
sampai 20 x/menit.
h. Ambu (bagging) :
Dewasa dan anak anak : untuk ambu
gunakan masker yang tepat dan pasang di
bawah dagu, menutupi mulut dan hidung
korban.
i. Menilai denyut jantung
pasien/memeriksa sirkulasi dengan cara
meraba denyut nadi carotis.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR 6. Pertahankan ketepatan frekuensi
kompresi.
Dewasa dan remaja : 80 x/menit
Anak lebih besar : 100 x/menit.
Bayi dan usia bermain : 100 200
x/menit.
7. Lanjutkan ventilasi mouth to mouth/ Ambu
Dewasa dan remaja : tiap 5 detik
(12/menit).
Anak lebih besar : tiap 4 detik
(15/menit).
Bayi dan usia bermain : tiap 3 detik
(20/menit).
8. Bila pasien belum terpasang intubasi rasio
pijat jantung dan nafas buatan 30 : 2 ( 2 atau
1 penolong tidak dibedakan ).
9. Bila pasien sudah ter-intubasi pijat jantung
100 kali/menit, nafas buatan 8 10 kali/menit
( tidak perlu sinkronisasi ).
10. Lanjutkan RJP sampai teratasi atau sampai
korban teraba kembali nadinya dan bernafas
spontan.
11. RJP dihentikan bila selama 1 jam korban
tidak ada reaksi / respon (nadi tidak teraba,
dan tidak ada nafas).
12. Mencuci tangan
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan pada pasien tentang
prosedur tindakan yang akan dilakukan.
b. Mengatur posisi pasien dengan posisi semi
fowler agar pasien nyaman.
3. Pelaksanaan
a. Cek instruksi dokter (dosis dan cara
pemberian)
b. Beri tanda dengan tulisan
c. Mencuci tangan.
d. Membawa peralatan kedekat pasien.
e. Mengatur posisi pasien
f. Memeriksa isi tabung.
MEMBERIKAN OXYGEN
No.
Dokumen No. Revisi Halaman
0 2/4
88.05.25
PUSKESMAS Ditetapkan oleh,
SUKALUYU Kepala Puskesmas Sukaluyu
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
MEMBERIKAN OXYGEN
No.
Dokumen No. Revisi Halaman
0
88.05.25
PUSKESMAS Ditetapkan oleh,
SUKALUYU Kepala Puskesmas Sukaluyu
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
MEMBERIKAN OXYGEN
No.
Dokumen No. Revisi Halaman
0 4/4
88.05.25
PUSKESMAS Ditetapkan oleh,
SUKALUYU Kepala Puskesmas Sukaluyu
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
7. Nasal Kateter
1.) Bila mempergunakan nasal catheter
Ukuran nasal catheter untuk wanita 10
12 Fr dan laki-laki 12 14 Fr.
Menentukan seberapa dalam catheter
masuk dengan mengukur jarak hidung
dengan lubang telinga, lalu ditandai
plester.
Lumasi ujung catheter dengan jelly
pada gauze dan putar langsung
diujung catheter.
Masukkan catheter perlahan-lahan
melalui satu lubang hidung sampai
ujung catheter masuk orofaring (jarak
yang ditandai).
Plester catheter di wajah pasien disisi
hidung, biarkan selang kendur.
Nasal catheter dibersihkan sekurang-
kurangnya sekali dalam 8 jam dan
PROSEDUR dipasang pada lubang hidung
bergantian.
2.) Flow meter dibuka dengan ukuran
yang sesuai dengan kebutuhan/ advis
dokter (2lt 3lt/ menit). Estimasi FiO 2 :
24% - 44%.
3.) Menganjurkan pasien bernafas
melalui hidung. Menanyakan kepada
pasien apakah sesaknya berkurang.
4.) Merapikan pasien.
5.) Membersihkan dan mengembalikan
alat-alat sesuai tempatnya.
6.) Mencuci tangan.
7.) Mencatat prosedur tindakan dalam
catatan perawat.
j. Memperhatikan reaksi pasien, dan pernafasan
k. Mencatat tindakan dalam lembar catatan
perawat.
l. Mencuci tangan
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
2. Persiapan pasien
a. Memberitahu dan menjelaskan kepada
pasien dan keluarga mengenai prosedur
yang akan dilakukan.
b. Memasang tabir di sekeliling tempat tidur.
3. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan.
b. Mengatur posisi pasien sesuai
kebutuhan :
Untuk membersihkan paru
kanan pasien miring kiri.
Untuk membersihkan paru kiri
pasien miring kanan.
Untuk membersihkan lobus
tengah kanan pasien miring ke kiri dan
tubuh bagian belakang disokong dengan
2 3 bantal.
c. Melakukan clapping (lihat
prosedur sebelumnya).
d. Melakukan vibrasi (lihat
prosedur sebelumnya).
e. Bila rangsang batuk sudah
ada, lendir dibatukkan dan ditampung ke
dalam sputum pot.
f. Postural drainage dilakukan
10 - 15 menit tiap posisi.
g. Pasien istirahat sebentar bila
perlu.
h. Minta pasien untuk minum air.
MELAKUKAN TINDAKAN FISIOTERAPI DADA
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Perhatian :
1. Beri terapi bronchodilator / nebulizer selama
20 menit sebelum postural drainage.
2. Setiap tindakan tidak boleh lebih dari 30 60
menit.
3. Hati hati dan teliti dalam bekerja.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Perhatian :
1. Jangan melakukan clapping di atas tulang
belakang, ginjal, hepar, limpa dan scapula atau
PROSEDUR
sternum.
2. Siapkan sputum pot berisi cairan desinfeksi.
3. Hati hati dan teliti dalam bekerja.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Suctioning adalah tindakan membersihkan jalan
nafas melalui jalan nafas buatan dengan
PENGERTIAN
mempergunakan kateter suction dan alat
penghisap.
1. Mempertahankan jalan nafas tetap bebas.
2. Memperbaiki oksigenasi dan mencegah
hipoksia.
3. Memudahkan ventilasi pernafasan.
TUJUAN
4. Mengambil sekret untuk pemeriksaan
diagnostik.
5. Mencegah infeksi yang disebabkan akumulasi
sekret.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah-langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan hisap lendir (Suction)
1. Persiapan alat
a. Alat penghisap lengkap dengan regulator,
pipa / slang penyambung, botol
penampung.
b. Oksigen dengan perlengkapannya (O2
sentral / O2 tabung).
c. Bag and mask / ambubag dan slang.
d. Kateter suction steril.
e. Sarung tangan steril / pincet steril.
f. Gauze steril.
g. Aqua steril / air bersih dalam wadah
tertutup.
h. NaCl 0,9% dalam wadah steril dan
tertutup.
i. Alkohol 70%.
PROSEDUR j. Stetoscope.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan pada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan.
b. Memasang tabir di sekitar tempat tidur.
3. Pelaksanaan
a. Perawat mencuci tangan.
b. Membantu pasien dalam
posisi telentang dengan kepala miring ke
arah perawat.
c. Auskultasi suara nafas untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan
penghisapan dan mengetahui lokasi
penumpukan sekret.
MELAKUKAN TINDAKAN HISAP LENDIR
DENGAN MENGGUNAKAN MESIN SUCTION
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0 2/5
163.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR d. Atur regulator dengan
kekuatan menghisap :
Dewasa : 80 120 mmHg.
Anak : 60 80 mmHg.
Bayi : 40 60 mmHg.
Kaji / observasi irama jantung pada
monitor EKG, nadi, frekuensi nafas,
saturasi oksigen sebelum, selama dan
sesudah dilakukan suctioning
e. Perawat memakai sarung
tangan steril / sarung tangan bersih
f. Metode suctioning dengan
ventilator :
1) Oksigenasi dengan O2 100% selama 1
2menit.
Hal ini bisa dilakukan dengan
menggunakan bag and mask atau
pasien tetap menggunakan ventilator.
2) Lepaskan Ett / tracheostomi kanul dari
bag and mask atau klien tetap
menggunakan ventilator.
3) Lakukan penghisapan sekret dengan
tehnik aseptik menggunakan sarung
tangan / pincet steril dan kateter
suction steril yang mempunyai
diameter 1/3 dari diameter lumen ETT
atau tracheostomi kanul.
4) Tutup lubang pangkal kateter suction
untuk menghindari O2 dalam trachea
terhisap.
5) Masukkan kateter suction ke dalam
ETT atau tracheostomi kanul secara
perlahan lahan sampai dalam
( terasa ada hambatan) lalu tarik 1 cm,
kemudian keluarkan kateter sambil
diputar.
6) Pada saat masuk kateter suction
dalam keadaan tidak menghisap.
7) Lakukan penghisapan dengan waktu
tidak boleh lebih dari 10 15 detik
setiap 3 menit, untuk mencegah
hipoksia.
8) Kateter diusap dengan kasa alkohol
70% lalu dibilas dengan NaCl 0,9%
steril.
9) Sebelum melakukan penghisapan
berikutnya, lakukan oksigenasi lagi
dengan O2 100%.
10) Penghisapan dilakukan berulang
ulang sampai bersih, bila sekret kental
lakukan bronchial washing dengan
normal saline (NaCl 0,9%).
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR
11) Kembalikan Penghisapan
nasopharingeal maupun eropharingeal
dilakukan setelah penghisapan ETT /
tracheostomi selesai.
12) Bilas kateter suction
yang telah digunakan untuk
nasopharingeal maupun eropharingeal
dengan air bersih.
13) pernafasan pasien pada
ventilator atur prosentase oksigen
(FiO2) sesuai yang diberikan dilakukan
suctioning.
14) Auskultasi suara nafas
untuk mengkaji keefektifan atau
keberhasilan tindakan suctioning.
g. Bila perlu check foto thorak
dan analisa gas darahMetode suctioning
tanpa ventilator :
1) Menjelaskan pada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan.
2) Mengatur posisi sesuai kondisi pasien.
Mengauskultasi suara nafas.v
3) Memberikan O2 8 liter/menit selama
15 20 menit.
4) Melakukan fisioterapi nafas (latihan
nafas dalam, batuk efektif, clapping,
vibrasi dan postural drainage).
5) Perawat memakai sarung tangan
steril.
6) Menghubungkan kateter suction
dengan selang penghisap.
7) Menghisap lendir dengan cara :
Menghidupkan mesin.
Memasukkan kateter suction ke
dalam kom berisi aquades/ NaCl
9,0% untuk mengontrol apakah
mesin suction bekerja dengan baik.
Memasukkan ujung kateter dengan
tangan kanan ke dalam mulut/
hidung sampai trachea.
8) Bila pasien dengan tracheostomi,
masukkan ujung kateter suction ke
dalam lubang kanul sejauh mungkin
sampai terasa ada hambatan.
9) Melepas kateter suction dengan
menarik perlahan lahan dengan
arah berputar.
Catatan :
Pada pasien yang nafas dan batuknya belum
adekuat dan pada pasien yang tidak sadar secara
PROSEDUR berkala bagging harus tetap dilakukan untuk
mengembalikan alveoli supaya tidak terjadi
atelektasis.
Perhatian :
1. Lakukan penghisapan (suctioning) sebelum
pemberian gavage untuk mencegah terjadinya
aspirasi.
2. Perhatikan humidifikasi :
a. Pada pasien yang menggunakan ventilator.
Perhatikan aqua pada humidifier jangan
sampai kehabisan.
b. Pada pasien yang sudah tidak pakai
ventilator.
Pemberian oksigen maintenance tetap
harus melalui humidifier.
3. Diameter Kateter Suction, harus kurang dari
setengahnya diameter pipa Endo Tracheal.
Karena jika terlalu besar, maka udara banyak
terhisap. Hal ini berbahaya, karena pasien
bisa mengalami hipoksia dan atau
paru paru kolaps.
4. Lama penghisapan kurang dari 10 15 detik
sekali hisap waktu baru memasukkan, kateter
tidak boleh dalam keadaan menghisap.
Setelah sampai didalam, baru lakukan
penghisapan, diputar 1 2 kali, baru kateter
ditarik keluar. Jika lendir masih ada, tunggu
dulu 2 3 menit sambil memberi nafas buatan
/ O2 seratus persen, baru diulang.
5. Saturasi O2 dalam darah normal 97% dengan
hisapan suction yang benar, dapat mengalami
penurunan menjadi kurang lebih 85%. Apalagi
jika penghisapan yang dilakukan tidak benar.
Jika saturasi O2 turun sampai 80% kebawah
pasien dapat terjadi cyanosis.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
INFUSION TABEL
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR .
e. Memutar stop cock sehingga
cairan yang terdapat dalam manometer
mengalir ke arah / ke dalam pembuluh
darah pasien
f. Mengamati fluktuasi cairan
yang terdapat dalam manometer dan catat
pada angka dimana cairan bergerak stabil.
Ini adalah tekanan vena sentral.
g. Mengembalikan pasien ke
posisi semula.
h. Memutar stop cock ke arah
semula agar cairan infus mengalir dari
botol ke pembuluh darah vena pasien.
i. Mencatat nilai tekanan vena
sentral dan posisi pasien pada saat
pengukuran. Tekanan normal berkisar 8
15 cm H2O.
j. Menilai kondisi klinik pasien
setelah pengambilan tekanan vena sentral.
k. Mengobservasi tanda tanda
komplikasi.
l. Mempertahankan kesterilan
lokasi insisi.
m. Mendokumentasikan
prosedur dan respon pasien pada lyst
pasien.
Perhatian :
1. Komplikasi dapat terjadi saat pengukuran CVP
diantaranya adalah : pneumothoraks,
hematothoraks, hematoma, emboli udara.
2. Hati hati dalam bekerja dan jaga kesterilan.
e. Membersihkan :
Apabila pasien sudah selesai, kaki pasien
diregangkan, selimut dibuka sendikit, vulva
dibuka dan dibersihkan, bila pasien
menginginkan cebok sendiri, perawat
membantu menyiram dan bila telah selesai
tangan pasien disiram dicuci dengan sabun
PROSEDUR sampai bersih.
Mengeringkan kemaluan dengan pengalas.
f. Merapikan pasien.
g. Membuka korden/ sketsel.
h. Membersihkan alas dan mengembalikan ke
tempatnya.
i. Mencuci tangan
j. Mencatat
Warna.
Banyaknya.
Bau.
Keluhan lainnya.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
CVP harus dirawat dengan baik dan diganti tiap 24
PENGERTIAN
48 jam.
TUJUAN Untuk mencegah terjadinya infeksi.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
perawatan katheter CVP agar tidak terjadi
infeksi.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan dan memasang tabir/korden.
b. Mengatur posisi pasien dan mendekatkan
peralatan pada pasien.
c. Melepas plester dan gauze.
d. Mengobservasi tempat masuknya kateter
apakah ada tanda infeksi: kemerahan, pus,
odema, hangat, nyeri tekan.
Membersihkan/ mendesinfeksi daerah luka
dengan bethadine cair.
e. Menutup dengan gauze steril.
f. Memfiksasi dengan plester / hipafix.
g. Menulis tanggal penggantian pada plester.
h. Merapikan alat alat.
i. Mencuci tangan.
j. Mendokumentasikan tindakan perawatan di
lyst pasien
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Perhatian :
1. Jaga kesterilan alat dan tindakan.
2. Pada waktu melepas gauze, hati hati jangan
sampai katheter CVP lepas.
3. Observasi kondisi klinis pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR 2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan.
b. Menyiapkan posisi
pasien
Wanita dorsal recumbent.
Laki-laki supinasi.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Memasang sketsel/ menutup korden.
c. Memasang perlak dan pengalas di bawah
pantat pasien.
d. Membuka alat-alat steril.
Pinset, spuit, catheter.
Katheter tray dibuka, beri bethadine cair
pada kapas bola.
e. Menyiapkan plester sesuai kebutuhan.
f. Memakai kaos tangan steril.
g. Meletakkan handuk steril dan katheter
dengan spuit (bila perlu).
h. Mengisi spuit dengan aquadest sesuai
keperluan.
i. Pada wanita :
Membuka labia mayora dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri, lalu
sedikit ditarik ke atas.
Membersihkan daerah labia dengan
pinset steril dari atas ke bawah terakhir
bagian meatus. Kapas hanya sekali
pakai.
Menentukan urefisium urethra.
Melumasi ujung katheter dengan jelly
kemudian masukkan perlahan-lahan
sepanjang 5 7,5 cm dan pasien
dianjurkan untuk nafas panjang.
j. Pada pria :
Tangan kiri memegamg penis pasien di
bawah glands penis dengan ibu jari dan
jari telunjuk serta preputium ke bawah.
Dengan pinset dibersihkan dengan arah
melingkar dari sebelah dalam keluar
minimal 3x.
Melumasi ujung kateter dengan jelly
sekitar 15 18 cm.
Memasukkan kateter sepanjang 18 23
cm dengan menegakkan penis 90,
pasien dianjurkan nafas panjang.
MEMASANG KATHETER MENETAP
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 3/3
180.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
Tanggal
SUKALUYU terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR Jika pada waktu memasukkan katheter
terasa ada tahanan sebaiknya dihentikan
sebentar, lalu dilanjutkan lagi.
k. Mengisi balon katheter perlahan-lahan
sampai adanya tahanan balon 15 20
cm.
l. Menghubungkan
katheter dengan urine bag.
m. Memfiksasi katheter
dengan plester.
n. Merapikan dan
mengatur kembali posisi pasien yang
nyaman.
o. Membersihkan dan
mengembalikan alat-alat di tempatnya
semula.
p. Mencuci tangan.
q. Mencatat pada
catatan perawat tentang prosedur yang
telah dilaksanakan, kondisi perineum,
jumlah, warna/ bau urine dan reaksi pasien.
Perhatian :
1. Menjaga sterilisasi alat-alat.
2. Pada wanita katheter jangan salah masuk
vagina.
3. Ukuran katheter harus disesuaikan dengan
keadaan pasien.
4. Hasil penyadapan urine diukur.
5. Perhatikan warna dan keadaan urine.
6. Pada pasien laki-laki jika katheter tertahan
waktu memasukkan berhenti sebentar lalu
dilanjutkan lagi.
7. Menjelaskan kepada pasien untuk
mempertahankan urine bag lebih rendah dari
ketinggian kandung kemih untuk mengurangi
resiko infeksi saluran kemih akibat aliran
balik urine dari urine bag ke dalam kandung
kemih.
8. Bila pasien pulang dengan katheter
menjelaskan pentingnya perawatan katheter.
2. Persiapan Pasien.
Memberikan penjelasan kepada pasien
tentang tindakan yang akan dilakukan.
PROSEDUR 3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Membawa peralatan kepasien
c. Sketsel/korden dipasang
d. Pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan
dan bagian yang terbuka ditutup dengan
selimut.
e. Pasien dianjurkan menekuk lutut dan
mengangkat pantat.
f. Pasang perlak dan pengalas
g. Pispot ditekkan dibawah pantat pasien.
h. Bila telah selesai, anus dan daerah
genetical dibersihkan dengan air dan
kertas toilet/tissue, diulang beberapa kali
sampai bersih.
MENOLONG PASIEN B.A.B
No. Dokumen No. Revisi Halaman
48.05.25 0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR i. Membersihkan dan
mengembalikan alat-alat di tempat semula.
j. Mencuci tangan.
k. Mencatat pada catatan
perawat, prosedur yang telah dilaksanakan
Perhatian :
1. Plester adesif jangan pernah digunakan untuk
memplester kondom katheter, karena dapat
menyebabkan konstriksi dan reduksi aliran darah
ke penis.
2. Gunakan plester velcro atau elastik karena dapat
mengembang sesuai ukuran penis dan tidak
mengurangi aliran darah.
3. Lepaskan kondom katheter selama 30 menit
setiap 24 jam untuk perawatan kulit perianal.
4. Lihat glands tiap 4 jam untuk menentukan bahwa
sirkulasi pada penis adekuat.
5. Instruksikan pasien dan keluarga dalam
perawatan perineal, penggunaan katheter, dan
penggunaan close system.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Suatu tindakan dalam perawatan terhadap katheter
PENGERTIAN
menetap.
7. Menjaga kesterilan.
TUJUAN 8. Menjaga privacy pasien
9. Mencegah terjadinya komplikasi
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan perawatan katheter menetap.
PROSEDUR 1. Persiapan alat
d. Kaos tangan steril.
e. Kapas steril.
f. Bethadine cair.
g. Bengkok / plastik.
h. Perlak / pengalas.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur
yang akan dilakukan.
b. Mengatur posisi pasien wanita : dorsal
recumbent, laki laki : supinasi.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Memasang sketsel/ menutup korden.
c. Memasang perlak / pengalas di bawah pantat
pasien.
d. Menyiapkan dan membuka alat-alat steril.
e. Mengatur posisi pasien.
f. Memakai kaos tangan steril.
g. Membersihkan genetalia.
Pada wanita :
Buka labia dengan jari telunjuk dan ibu
tangan kiri, lalu sedikit di tarik ke atas.
Bersihkan daerah labia luar dan dalam
dari atas ke bawah terakhir bagian meatus
(kapas dipergunakan hanya satu kali
pakai).
Bersihkan ujung katheter dekat meatus
sepanjang 10 cm dengan arah melingkar
ke kanan.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Pada pria :
Pegang daerah bawah gland penis dengan
ibu jari dan jari telunjuk, preputium ditarik
ke bawah.
Bersihkan dengan arah melingkar dari
sebelah dalam keluar minimal 3x.
Bersihkan ujung katheter dekat meatus
PROSEDUR sepanjang 10 cm dengan arah melingkar
keluar.
h. Mengatur posisi dan merapikan pasien.
i. Membersihkan dan mengembalikan alat alat
ditempatnya.
j. Mencuci tangan.
k. Mencatat kondisi meatus dan keluhan
keluhan pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Irigasi kandung kemih kontinyu dilakukan untuk
mempertahankan patensi kateter uretra. Irigasi ini
dipertahankan dengan cara sistem irigasi tertutup.
Sistem tertutup menjamin sterilitas irigan dan
PENGERTIAN sistem irigasi. Irigasi kandung kemih kontinyu
secara umum digunakan pada pasien setelah
pembedahan genitourinaria. Pasien ini beresiko
mengalami bekuan darah kecil dan fragmen mukus
yang menghambat keteter urine.
1. Mempertahankan fungsi kandung kemih dan
kateter dengan mengeluarkan atau
meminimalkan obstruksi bekuan darah dan
TUJUAN
mukus dalam kandung kemih.
2. Mencegah dan mengatasi inflamasi atau infeksi
kandung kemih
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan irigasi kandung kemih
kontinyu.
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Baki.
b. Alas.
c. Bengkok.
d. Plester dan gunting.
e. Larutan irigasi steril (Normal Saline atau
sesuai pesanan dokter).
f. Selang irigasi (Set IV).
g. Kapas alkohol 70%.
h. Kantung drainase urine tertutup (closed
System) / urine bag.
i. Sarung tangan steril.
j. Ember/ timba.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang prosedur irigasi kandung kemih
kontinyu.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan dengan benar.
b. Menyiapkan peralatan dengan lengkap.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR c. Menjelaskan pada pasien dan keluarga
tentang prosedur pemasangan irigasi
kandung kemih kontinyu.
d. Menutup pintu atau memasang sketsel
disamping pasien.
e. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
dengan posisi terlentang.
f. Mengobservasi abdomen bawah terhadap
distensi blader.
g. Menutup klem selang, dengan tehnik aseptik
masukkan ujung selang irigasi steril ke
dalam kantung infus (irigan).
h. Menggantung larutan pada tiang, membuka
klem dan membiarkan cairan mengalir
melalui selang, mempertahankan kesterilan
selang, dan menutup klem.
i. Memakai sarung tangan steril.
j. Mengusap port irigasi dari kateter berlumen
tripel dengan kapas alkohol 70% lalu
menghubungkan ke selang irigasi.
k. Memastikan kantung drainase (closed
system) terhubung dengan kuat ke port
kateter. Penutup pembuangan urine bag
dibuka, cairan yang keluar ditampung
dengan ember.
l. Untuk drainase intermitten, klem selang
irigasi, buka dan alirkan sejumlah cairan
yang diharuskan masuk ke blader
(normalnya 100 cc untuk orang dewasa).
Buka dan tutup secara bergantian.
m. Untuk irigasi kontinyu, hitung kecepatan
tetesan, irigasi tetesan di pembuangan
harus lebih cepat.
n. Membuang alat yang terkontaminasi,
melepaskan sarung tangan dan mencuci
tangan.
o. Mencatat jumlah larutan yang digunakan
sebagai irigan, jumlah yang keluar sebagai
drainase dan konsistensi drainase pada
catatan perawat dan lembar intake output.
p. Melaporkan pada dokter bila terjadi
sumbatan pada kateter, perdarahan tiba
tiba, infeksi atau nyeri.
Perhatian :
1. Bila irigasi terlalu dingin dapat terjadi spasme
kandung kemih, dan dapat menyebabkan
peningkatan nyeri.
2. Bila terdapat darah dan bekuan darah, perawat
harus mendapat instruksi untuk meningkatkan
aliran kecepatan tetesan. Tujuan intervensi ini
adalah mempertahankan patensi kateter. Bekuan
darah mempunyai potensi untuk menyumbat
kateter.
MELAKUKAN IRIGASI KANDUNG KEMIH
KONTINYU
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 3/3
176.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
3. Kantong
drainase urine (closed system) harus lebih
rendah ketinggiannya dari kandung kemih
untuk menurunkan resiko infeksi saluran kemih
akibat aliran balik dari penampung ke
kandung kemih.
4. Selang
katheter harus difiksasi di bagian atas paha
atau abdomen bawah dengan penis mengarah
ke dada. Karena tahanan yang kuat
meminimalkan trauma pada uretra dan meatus,
fiksasi di atas meminimalkan iritasi pada
sudut penis dan skrotum.
5. Pasien
harus diinstruksikan untuk mengobservasi
drainase urine terhadap tanda tanda darah
atau mukus, perubahan warna, konsistensi,
peningkatan frekuensi durasi atau intensitas
spasme kandung kemih dan atau nyeri.Pasien
harus minum peroral minimal 2 liter per hari
(kecuali dikontraindikasikan) untuk
mengencerkan urine dan mengalirkan aliran
urine.
6. Kantung
penampung tidak boleh diletakkan di atas
lantai.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Irigasi katheter yang buntu adalah tindakan untuk
mengatasi irigasi kandung kemih kontinyu yang
PENGERTIAN
mengalami sumbatan baik karena bekuan darah
atau fragmen khusus.
1. Mengatasi irigasi kateter kontinyu yang buntu.
TUJUAN
2. Mencegah distensi blader.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan irigasi threeway yang buntu
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Baki.
b. Alas.
c. Bengkok.
d. Kateter tip steril.
e. Cairan normal saline.
f. Kapas alkohol 70%.
g. Kaos tangan steril.
h. Tutup kateter atau
konektor steril.
i. Gauze steril.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Menjelaskan prosedur irigasi kontinyu yang
buntu kepada pasien dan keluarga.
c. Menutup pintu atau pasang sketsel pada
samping tempat tidur.
d. Menghentikan irigator.
e. Memakai sarung tangan steril.
f. Membuka sambungan katheter dengan
kantung urine, memegang ujung kateter
dengan tangan kiri, menutup ujung kantung
drainase (closed system) dengan tutup
kateter atau konektor steril.
g. Menyedot urine dengan katheter tip,
mengobservasi bekuan darah / mukus yang
keluar, membuang ke dalam bengkok.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
h. Memasukkan NS 50 cc
ke dalam kandung kemih melalui katheter
lalu melepaskan, mengobservasi adanya
pengeluaran bekuan darah / mukus, ulangi
sampai tidak ada lagi bekuan darah / mukus.
i. Menyambungkan
kembali selang kantung urine dengan kateter.
j. Membuka kembali
irigator.
k. Mengobservasi
kelancaran aliran urine.
l. Mendokumentasikan
PROSEDUR tindakan dan toleransi pasien .
Perhatian :
1. Hentikan irigasi bila setelah 2x memasukkan
cairan (100 cc), urine tetap tidak keluar, segera
laporkan pada dokter.
2. Katheter tip dimasukkan melalui lumen yang
berhubungan dengan kantung drainase (closed
system), bukan pada selang irigator.
3. Bila terjadi pembutuan katheter dengan kandung
kemih penuh (distensi), jangan memasukkan
cairan apapun ke dalam kandung kemih.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Suatu tindakan untuk melepas katheter melalui
PENGERTIAN
uretra kedalam kandung kemih.
1. Pasien yang telah mengakhiri terapi pemasangan
katheter menetap.
TUJUAN
2. Pasien yang masih memerlukan terapi menetap
dan dilakukan penggantian tiap 2 minggu sekali.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan melepas katheter menetap
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Bengkok.
b. Kantong plastik.
c. Spuit on steril.
d. Kapas on steril.
e. Kapas alkohol.
f. Aceton.
g. Perlak dan pengalas.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Menyiapkan posisi pasien
Wanita dorsal recumbent.
Laki-laki supinasi.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Memasang sketsel/ menutup korden.
c. Memasang perlak dan pengalas di bawah
pantat pasien.
d. Meletakkan bengkok di antara kedua kaki
pasien.
e. Menghisap balon kateter dengan spuit
sampai habis.
f. Meletakkan bengkok di bawah kateter, tarik
katheter keluar sambil diputar perlahan-
lahan.
g. Menganjurkan pasien nafas panjang.
h. Memasukkan katheter ke dalam bengkok.
i. Melepas katheter dari urine bag dan
mengalirkan urine sisa ke dalam urine bag.
j. Membersihkan bekas
plester yang ada di kulit pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
k. Mengatur posisi pasien
dan merapikan pasien
l. Membersihkan dan
mengembalikan alat di tempatnya serta
mengukur urine.
PROSEDUR
m. Mencuci tangan.
n. Mencatat jumlah urine
ke dalam out put dan catatan perawat.
Perhatian :
Menjaga privacy pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Suatu tindakan yang dilakukan untuk merawat
PENGERTIAN
katheter supra pubic.
1. Mencegah infeksi akibat pemasangan katheter
pada kandung kemih.
TUJUAN 2. Memberi rasa nyaman.
3. Menjaga kelancaran pengeluaran produk
urine.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan perawatan katheter supra
pubic
1. Persiapan alat
a. Baki.
b. Alas (perlak).
c. Bengkok.
d. Kaos tangan on steril.
e. Kom kapas steril.
f. Pinset anatomi.
g. Hemostat.
h. Sarung tangan steril.
i. Bethadine / H2O2.
j. Kasa / gauze gunting.
k. Plester + gunting.
l. Alkohol + kapas on steril.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien prosedur perawatan
katheter supra pubic.
3. Pelaksanaan
a. Memberitahu pasien
terhadap prosedur perawatan katheter supra
pubic. Mencuci tangan dan menyiapkan alat
secara lengkap.
b. Membawa alat alat
ke samping tempat tidur pasien
c. Memasang sketsel /
tirai di samping tempat tidur pasien.
d. Mengatur posisi pasien
dan memasang perlak di bawah badan
pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
e. Menggunakan sarung
tangan on steril melepas verban di sekitar
katheter supra pubic dan membuang ke
bengkok.
f. Mendesinfeksi tempat
pemasangan katheter supra pubic dengan
bethadine.
g. Menutup tempat pemasangan
PROSEDUR katheter supra pubic dengan gauze gunting steril dan
plester kasa.Bersihkan sekitar verban dari
kotoran atau bekas plester dengan kapas
alkohol.
h. Rapikan pasien dan
alat alat.
i. Mencuci tangan.
j. Mendokumentasikan
tindakan keperawatan pada lyst pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR b. Menyiapkan larutan
dengan benar, macam larutan dan suhu larutan.
c. Membawa peralatan
kepasien
d. Memasang sketsel/
korden.
e. Memasang perlak dan
alas di bawah bokong pasien.
f. Memasang selimut
mandi dan pakaian pasien bagian bawah dibuka.
g. Membuka bungkus
irigator dan mengisi dengan cairan hangat
sebanyak 750 1000cc.
h. Memakai sarung
tangan.
i. Rectum kanula
dipasang pada ujung slang dan diolesi
jelly/pelicin
j. Mengeluarkan udara
dari slang rectal dan slang dijepit/diklem
k. Memasukkan rectum
kanula secara perlahan ke dalam rectum kearah
kolon desendens pasien 5 7,5 cm, tarik slang
dengan segera bila menemui obstruksi, pasien
diminta untuk tarik nafas panjang.
l. Tangan kiri memegang
irigator setinggi 50 cm dari kasur, sedangkan
tangan kanan memasukkan kanula 15cm
kedalam rectum sambil pasien disuruh menarik
nafas panjang
m. membuka klem/
jepitan dan biarkan larutan masuk perlahan-
lahan 15-20 menit (merendahkan irigator bila
pasien mengeluh kram/ cairan keluar dari anus
sekitar slang).
n. Bila cairan sudah habis
slang diklem, kanula dicabut
o. Kanula dilepas dan
dimasukkan ke dalam bengkok yang berisi
cairan desinfektan
p. Pasien tetap dalam
posisi miring dan diberitahu untuk menahan
sebentar kemudian pispot dipasang serta pasien
diminta dalam posisi terlentang.
q. Setelah selesai pasien
dibersihkan dan dirapikan
r. Observasi respon
pasien
s. Alat-alat dibersihkan,
dibereskan dan dikembalikan ketempat semula
t. Mencuci tangan
u. Mencatat tiindakan
dalam lembar catatan perawat
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat jalan.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Memasukkan cairan hangat melalui anus rectum ke
PENGERTIAN dalam calon desendens dengan menggunakan
kanula anus.
1. Membersihkan anus untuk
suatu tindakan.
TUJUAN 2. Untuk pengobatan.
3. Membantu menegakkan
diagnosa.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan untuk menyiapkan dan
meberikan huknah tinggi
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Selimut mandi atau
kain penutup.
b. Perlak dan pengalas.
c. Dua bengkok.
d. Bed pan (pispot)
e. Gelas ukuran.
f. Tabung irigator dan
slang rectal sesuai ukuran pasien.
g. Cairan hangat
sebanyak 700 cc 1000 cc, suhu 40,5C
sampai dengan 43C (105F sampai dengan
109F).
Air biasa
Air sabun 1 1 %
NaCl 0,9%.
h. Jelly/ pelumas.
i. Tiang infus (bila
diperlukan).
j. Sarung tangan.
k. Tissue.
l. Korden/ sketsel.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Mengatur posisi pasien tidur miring ke kanan
(sikap SIM).
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan dengan benar.
b. Menyiapkan larutan dengan benar, macam
larutan dan suhu larutan.
c. Memasang sketsel/
korden
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Tindakan memasukkan jari perawat ke dalam
rectum klien untuk mengambil, menghancurkan
PENGERTIAN
massa feses dan mengeluarkannya dalam bentuk
yang telah hancur.
TUJUAN Mengeluarkan faeces yang keras.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan untuk mengeluarkan faeces
dengan jari
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Sarung tangan on
steril.
b. Jelly / parafin /
pelumas.
c. Bed pan.
d. Waslap, handuk,
sabun.
e. Waskom berisi air.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur
yang dilakukan.
3. Pelaksanaan
a. Membawa alat alat ke dekat
pasien.
b. Memasang tabir / korden.
c. Mengatur posisi pasien
telentang dengan lutut flexi.
d. Menarik pakaian bawah klien.
e. Menutup dengan selimut.
f. Meletakkan pispot / bed pen
di bawah bokong klien.
g. Mencuci tangan.
h. Memakai sarung tangan.
i. Memberi pelumas pada jari
telunjuk.
j. Menganjurkan pasien nafas
panjang.
k. Memasukkan jari ke dalam
rectum klien dan mendorong perlahan
sepanjang dinding rectal ke arah umbilicus.
l. Secara perlahan lunakkan
massa fekal, arahkan jari pada inti yang
mengeras.
m. Korek feses ke bawah ke arah
anus dan keluarkan feses.
n. Perhatikan reaksi pasien dan
beri interval istirahat.
o. Teruskan membersihkan
rectum dari feses.
p. Ambil pispot dari bokong
pasien, lepas sarung tangan
q. Bersihkan bokong dengan
waslap dan sabun, lalu keringkan dengan
handuk.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat jalan.
MELAKUKAN PERAWATAN COLOSTOMY
No. Dokumen No. Revisi Halaman
162.05.25 0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Merawat luka operasi pembuatan anus buatan
PENGERTIAN sementara (colostomy) dan mengganti kantong
colostomy.
1. Mengganti kantong
TUJUAN kantong colostomy.
2. Mencegah infeksi.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan perawatan colostomy
1. Persiapan alat
a. Kaos tangan on steril.
b. Hemostat steril.
c. Pinset anatomi steril.
d. Mangkok kapas steril.
e. Perlak.
f. Alas.
g. Gunting plester.
h. H2O2.
i. Bengkok.
j. Colostomy bag.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur
yang dilakukan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
dengan benar.
b. Membawa alat alat
ke samping tempat tidur pasien
c. Memasang tabir /
menutup korden.
d. Mengatur posisi pasien
PROSEDUR
sesuai dengan lokasi luka.
e. Memasang alas di
bawah luka dengan benar.
f. Menyiapkan mangkok
kapas yang dibasahi H2O2 dengan
memperhatikan kesterilan.
g. Membuang kantong
colostomy dengan tehnik steril.
h. Membuang pada
plastik.
i. Memperhatikan
keadaan luka / kotoran yang keluar.
j. Membersihkan luka
colostomy dengan prinsip yang benar.
k. Menyiapkan mangkok
kapas yang dibasahi H2O2 dengan
memperhatikan kesterilan. Membuang
kantong colostomy dengan tehnik steril.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
l. Membuang pada
plastik.
m. Memperhatikan
keadaan luka / kotoran yang keluar.
n. Membersihkan luka
colostomy dengan prinsip yang benar.
o. Membuka kantong
colostomy yang baru.
PROSEDUR p. Menyesuaikan besar
lubang colostomy dengan benar.
q. Mengambil alas di
bawah luka.
r. Membereskan alat
alat.
s. Mencuci tangan.
t. Mencatat prosedur
yang telah dilakukan dalam list pasien
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Membersihkan rongga telinga bagian luar dengan
cairan yang dialirkan atau disemprotkan ke
PENGERTIAN
dalam kanalis auditorius untuk menghilangkan
serumen atau benda asing.
1. Membersihkan rongga telinga dari nanah,dan
TUJUAN serumen telinga
2. Mengeluarkan benda asing.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan perawatan irigasi telinga
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Spuit balon (spuit khusus).
b. Kom steril.
c. Bengkok.
d. Pinset bengkok.
e. Cangkir kapas.
f. Handuk.
g. Perlak dan alas.
h. Larutan irigasi (Normal saline) dengan
volume 200-500cc dan suhu 370C
i. Termometer mandi
j. Cotton bud/ lidi kapas.
2. Persiapan pasien
Mengadakan pendekatan kepada pasien dan
keluarga dengan memberikan penjelasan
tentang prosedur tindakan perawatan irigasi
telinga
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Pasien diberitahu tentang prosedur tindakan
yang akan dilakukan kemudian pasien
didudukkan dengan posisi kepala
dimiringkan ke kiri / ke kanan sesuai
kebutuhan (kea rah telinga yang sakit).
c. Perlak, alas dan bengkok diletakkan di atas
bahu, di bawah telinga yang akan
dibersihkan.
d. Spuit balon diisi dengan larutan cairan yang
telah disiapkan.
e. Meluruskan liang telinga untuk memasukkan
larutan, dengan menggunakan tangan kiri
perawat, daun telinga ditarik ke atas dan
sedikit ke belakang, pasien dianjurkan
memegang bengkok di atas bahu.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
f. Ujung spuit balon diletakkan di
muka liang telinga dan lakukan
penyemprotan dengan hati hati pada sisi
atas liang telinga.
g. Cairan yang keluar dari liang
telinga ditampung ke dalam bengkok
h. Penyemprotan diulangi beberapa kali
sampai bersih dan kaji respon pasien
terhadap prosedur tindakan yang
dilakukan
i. Setelah bersih lubang telinga
dibersihkan dengan kapas memakai pinset
bengkok dan daerah sekitar telinga
dikeringkan dengan handuk.
j. Memposisikan pasien pada sisi telinga
PROSEDUR yang diirigasi selama 10 menit.
k. Membersihkan, membereskan dan
mengembalikan peralatan pada tempatnya.
l. Mencuci tangan.
m. Mencatat respon pasien terhadap
tindakan irigasi dan mencatat tipe, volume
dan karakter drainase.
Perhatian :
1. Pengaliran cairan ke dalam liang telinga tidak
boleh terlalu keras karena dapat merusak
membrane timpani.
2. Pengaliran larutan diarahkan pada atap liang
telinga sehingga serumen/benda asing tidak
terdorong semakin ke dalam.
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat jalan
MEMBERIKAN OBAT TETES TELINGA
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 1/2
174.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Pemberian obat ke dalam rongga bagian luar
PENGERTIAN
dengan cara meneteskan atau irigasi.
1. Mengatsi infeksi pada telinga bagian luar.
TUJUAN
2. Mengencerkan serumen pada liang telinga.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan memberikan obat tetes
telinga
1. Persiapan alat
a. Bengkok.
b. Perlak dan alasnya.
c. Kapas bola.
d. Obat sesuai advis
dokter.
e. Kapas lidi/cotton bud.
2. Persiapan Pasien.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
prosedur tindakan pemberian obat tetes telinga.
3. Pelaksanaan
a. Mencocokkan kartu
obat dengan status lyst pasien
b. Mencuci tangan.
c. Menyiapkan peralatan
dan obat dengan lengkap dan membawa
kedekat pasien.
d. Memberitahu pasien
tentang prosedur yang akan dilakukan.
e. Mengatur posisi pasien
dengan memberi posisi miring/duduk denga
kepala miring ke arah telinga yang sehat
PROSEDUR sehingga telinga yang akan ditetesi
menghadap ke atas.
f. Perlak dan alasnya
dipasang di atas bahu.
g. Membersihkan liang
telinga dengan kapas lidi/cotton bud.
h. .Dengan tangan kiri
daun telinga ditarik ke atas dan sedikit ke
belakang.
i. Mengambil obat
dengan tangan kanan dan meneteskan obat
pada dinding saluran liang telinga sesuai
advis dokter.
j. Mempertahankan
posisi kepala pasien selama 2-3 menit.
k. Mengeringkan daun
telinga dengan kapas bola.
l. Merapikan pasien.
m. Membereskan alat-alat
dan mencuci tangan.
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat jalan
MEMASANG TAMPON HIDUNG
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 1/3
174.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal
terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
2. Persiapan pasien :
Jelaskan kepada pasien tenteng manfaat
dan prosedur yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Dekatkan peralatan
PROSEDUR
ke ekat pasien.
c. Posisi pasien
setengah duduk dangan memberikan
bantal setidaknya 3 buah bila klien
memungkinkan dan posisi berbaring
dengan meletakkan bantal dibawah
punggung bila pasien lemah.
d. Buka ampul
adrenalin dan sedot kedalam spuit, tutup
kembali jarum spuit kemudian letakkan
kembali pada baki.
e. Buka kemasan
tampon hidung dan gauze.
f. Pakai sarung tangan
(tidak perlu steril hanya untuk
melindungi diri).
g. Ambil gauze steril,
bersihkan hidung klien dari bekuan darah
hingga bersih, Buang kedalam bengkok.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
q. Apabila perdarahan
masih berlangsung :
Membuka tampon hidung lagi (bisa
menggunakan sisa apabila masih cukup
panjangnya).
Mengolesi dengan vaselin / salep
antibiotika pada bagian ujung tampon
hidung (berguna untuk mencegah tampon
melekat sehingga menghindari
PROSEDUR berulangnya perdarahan saat dicabut).
Mengulangi langkah j s.d. l
Tampon dapat dipertahankan selama 1
2 hari.
Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin.
Membereskan semua peralatan
Mencuci tangan.
Mendokumentasikan prosedur tindakan
ke dalam status lyst pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Memberikan perawatan khusus untuk mengatur
PENGERTIAN
selang tracheostomy dan stoma pada leher pasien.
1. Mencegah buntunya selang tracheostomy oleh
TUJUAN akumulasi ledir.
2. Mencegah infeksi pada stoma.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan perawatan
tracheostomy
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Haemostat steril.
b. Gauze steril dan gauze gunting steril.
c. H2O2.
d. Cangkir kapas (kapas bola steril).
e. NB salf / bethadine.
f. Tali pengikat.
g. Kaos tangan steril 2 buah.
h. Bengkok.
i. Handuk steril.
j. 1 set alat suction.
k. Sikat steril kecil.
l. Kom steril.
m. Lidi kapas steril.
n. Normal saline.
o. Plester dan gunting.
2.Persiapan pasien
a. Menjelaskan prosedur tindakan perawatan
tracheostomy pada pasien
b. Membantu pasien ke posisi telentang atau
semi fowler.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Meletakkan handuk steril di
dada pasien.
c. Membuka set steril.
d. Menuang H2O2 ke dalam
cangkir kapas dan normal saline ke dalam
kom steril.
e. Memakai kaos tangan.
f. Melakukan penghisapan
tracheostomy untuk membersihkan sekret
sehingga tidak menghambat saat kanula
dalam dilepas.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR g. Kemudian melepas kanula
dalam. Meletakkan ke dalam kom steril berisi
larutan normal saline.
h. Melakukan penghisapan
kembali pada kanula luar sampai sekret bersih.
i. Melepaskan balutan kotor
tracheostomy dan membuang ke dalam bengkok,
kemudian membuka sarung tangan.
j. Mengambil cangkir kapas
dengan tangan kiri, kemudian tangan kanan
memegang haemostat. Kemudian menjepit kapas
bola + H2O2, membersihkan kulit di sekitar
tracheostomy dan permukaan kanula.
Membersihkan dengan arah memutar keluar.
k. Kemudian mengambil gauze
steril dan membasahi dengan normal saline
untuk membilas permukaan kanula dan kulit di
sekitar tracheostomy dari H2O2.
l. Lalu mengambil lidi kapas
steril, mengolesi NB salf/ bethadine, kemudian
diberikan pada kulit di sekitar tracheostomy.
m. Menggunakan sarung tangan
steril.
n. Mengambil gauze gunting
steril kemudian meletakkan mengelilingi lubang.
o. Kemudian mengambil kanula
dalam dari kom berisi normal saline,
membersihkan dengan menggunakan sikat kecil
baik bagian luar maupun dalam hingga bersih.
p. Membilas kanula dalam
dengan normal saline hingga bersih
q. Mengeringkan kanula dalam
menggunakan gauze steril yang kering.
r. Memasukkan kanula dalam
selang tracheostomy kemudian dikunci.
s. Melepas tali pengikat
tracheostomy dan mengganti dengan yang baru.
t. Membuka sarung tangan.
u. Memfiksasi dengan plester
pada gauze / balutan tracheostomy.
v. Merapikan pasien dan
lingkungan pasien.
w. Mengembalikan alat alat
pada tempatnya.
x. Mencuci tangan.
y. Mendokumentasikan prosedur
tindakan perawatan tracheostomy pada status
lyst pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Kompres basah dan dingin yang dilakukan pada
mata untuk membantu menghentikan perdarahan
PENGERTIAN
pada mata setelah trauma dan mengurangi edema
dan gatal gatal yang berat pada mata.
1. Membantu menghentikan perdarahan setelah
terjadi trauma pada mata.
TUJUAN 2. Mengurangi pembengkakan pada mata.
3. Mengurangi gatal gatal yang berat pada mata
karena iritasi / infeksi.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan perawatan kompres dingin
pada mata
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Gauze steril
secukupnya.
b. Kaos tangan steril.
c. Bengkok.
d. Kom steril.
e. Perlak dan alas.
f. Bola kapas / tissue.
g. Larutan NaCl dingin
secukupnya.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
tindakan perawatan kompres dingin pada mata.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Menjelaskan langkah prosedur pada pasien
dan mengatur posisi tidur pasien
c. Menuang NaCl dingin ke dalam kom steril
kemudian bersama alat alat yang lain
didekatkan pasien.
d. Memasang perlak dan alas di bawah kepala
pasien.
e. Mengeluarkan kom steril yang berisi NaCl
dingin dan didekatkan pada pasien.
f. Membuka gauze steril secukupnya kemudian
masukkan ke dalam kom steril dengan tehnik
steril.
g. Memakai sarung tangan steril.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR h. Mengambil gauze dalam kom steril dan peras
hingga tidak menetes, kemudian diletakkan
pada mata yang perlu dikompres, biarkan
beberapa saat.
i. Kemudian mengambil gauze yang telah
dikompreskan.
j. Memasukkan lagi gauze dalam kom steril,
diperas kemudian dikompreskan kembali
pada mata.
k. Mengulangi prosedur di atas hingga 10 20
menit, kemudian membuang gauze ke dalam
bengkok.
l. Setelah selesai, usap air yang mungkin
menetes dari gauze yang dipakai untuk
kompres dengan menggunakan bola kapas /
tissue.
m. Melepas perlak dan alas kemudian
membereskan alat alat.
n. Mencuci tangan.
o. Mendokumentasikan prosedur tindakan
perawatan kompres dingin pada mata pada
status lyst pasien.
Perhatian :
1. Bila tidak terdapat luka pada mata dan
sekitarnya, maka kompres tidak perlu steril
dapat ditambahkan pada larutan dengan es.
2. Pada saat memberi kompres jangan menekan
bola mata.
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat jalan.
MELAKUKAN KOMPRES BASAH HANGAT PADA
MATA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
147.05.25 0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Pemberian kompres basah dan hangat yang
dilakukan pada mata untuk mengurangi nyeri,
PENGERTIAN
mempercepat penyembuhan dan membersihkan
mata.
1. Mengurangi nyeri
TUJUAN 2. Mempercepat proses penyembuhan..
3. Membersihkan mata.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan perawatan kompres basah
hangat pada mata
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Gauze steril
secukupnya.
b. Kaos tangan steril.
c. Bengkok.
d. Kom steril.
e. Perlak dan alas.
f. Bola kapas / tissue.
g. Larutan NaCl yang
dihangatkan dengan suhu < 49 C.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
tindakan perawatan kompres basah hangat pada
mata.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Menjelaskan langkah prosedur tindakan pada
pasien dan mengatur posisi tidur pasien.
c. Menuang larutan NaCl yang sudah
dihangatkan ke dalam kom steril kemudian
bersama alat alat yang lain didekatkan
pasien.
d. Memasang perlak dan alas di bawah kepala
pasien.
e. Mengeluarkan kom steril yang berisi larutan
NaCl hangat dan didekatkan pada pasien.
f. Membuka gauze steril secukupnya kemudian
masukkan ke dalam kom steril dengan tehnik
steril.
g. Memakai sarung tangan steril.
h. Mengambil gauze dalam kom steril dan peras
hingga tidak menetes, kemudian diletakkan
pada mata yang perlu dikompres, biarkan
beberapa saat.
i. Kemudian ambil gauze yang telah
dikompreskan
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
j. Memasukkan lagi gauze ke dalam kom steril,
diperas kemudian dikompreskan kembali
pada mata.
k. Mengulangi prosedur di atas hingga 10 20
menit, kemudian membuang gauze ke dalam
bengkok.
l. Setelah selesai, mengusap air yang mungkin
menetes dari gauze yang dipakai untuk
kompres dengan menggunakan bola kapas /
tissue.
m. Melepas perlak dan alas kemudian
PROSEDUR membereskan alat alat.
n. Mencuci tangan
o. Mendokumentasikan prosedur tindakan
perawatan kompres basah hangat pada mata
distatus lyst pasien.
Perhatian :
1. Bila tidak terdapat luka pada mata dan
sekitarnya, maka kompres tidak perlu steril.
2. Pada saat memberi kompres jangan menekan
bola mata.
3. Suhu kompres tidak lebih dari 49 C (120 F).
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat jalan.
MELAKUKAN IRIGASI MATA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
149.05.25 0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Membersihkan mata dengan cara mengalirkan
PENGERTIAN
cairan ke dalam mata.
Membersihkan mata yang kotor atau
TUJUAN mengeluarkan benda asing dan melaksanakan
tindakan pengobatan/ mata.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan perawatan membilas
( irigasi )mata
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Boorwater 3% atau obat lain yang steril, di
dalam tempatnya.
b. Spuit 20 cc atau spuit khusus mata steril.
c. Kapas basah steril dalam tempatnya.
d. Kain kasa steril.
e. Perlak dan alasnya.
f. Bengkok (nierbekken).
g. Handuk.
h. Sarung tangan.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan kepada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan.
b. Pasien diatur dalam posisi duduk dengan
kepala miring ke arah mata yang akan dicuci.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan dan menjelaskan langkah
prosedur pada pasien.
b. Membawa peralatan ke dekat pasien.
c. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien
sampai bahu dan mengatur posisi pasien
duduk dengan kepala miring ke arah mata
yang akan dicuci.
d. Pasien dianjurkan agar memegang bengkok.
e. Memakai sarung tangan.
f. Mata yang akan dicuci dilap dengan kapas
basah dari arah dalam ke luar.
g. Spuit diisi cairan.
h. Kelopak mata dibuka dengan kapas basah.
MELAKUKAN IRIGASI MATA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
149.05.25 0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
i. Cairan disemprotkan perlahan-lahan dari
arah dalam ke luar
j. Setelah bersih, kelopak mata dikeringkan
dengan kapas lembab, muka dikeringkan
dengan handuk.
k. Obat mata diberikan
(bila perlu)
l. Setelah selesai,
pasien dirapikan kembali.
n. Membersihkan,
membereskan, dan mengembalikan peralatan
ke tempat semula.
PROSEDUR o. Mencuci tangan.
p. Mendokumentasikan
prosedur tindakan perawatan irigasi mata
pada status lyst pasien.
Perhatian :
1. Perhatikan teknik septik dan
aseptik.
2. Cairan tidak boleh disemprotkan
terlalu keras.
3. Obat yang diberikan harus sesuai
dengan program pengobatan
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Membersihkan, melepas dan memasang serta
menyimpan lensa kontak pasien yang umumnya
PENGERTIAN
memilih untuk merawat lensa mereka sendiri,
namun saat sakit memerlukan bantuan perawat.
1. Mempertahankan
ketajaman penglihatan pasien.
TUJUAN
2. Mencegah iritasi
kornea atau infeksi.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan perawatan lensa kontak
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Untuk melepas lensa.
Wadah penyimpan lensa kontak.
Larutan normal saline steril.
Handuk mandi.
b. Untuk membersihkan
dan memasang.
Lensa kontak dalam wadah penyimpan.
Pembersih surfaktan.
Larutan pembilas.
Larutan desinfektan lensa.
Larutan pembasah steril untuk lensa
kaku.
Lidi kapas.
Handuk.
Bengkok.
Satu gelas air biasa.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan pada pasien tentang
prosedur tindakan perawatan lensa
kontak.
b. Mengatur posisi pasien untuk
berbaring telentang atau duduk.
3. Pelaksanaan
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR e. Meneteskan beberapa tetes larutan normal
saline steril ke mata pasien untuk
mempermudah pelepasan lensa.
f. Memberitahu pasien untuk meregangkan
kelopak bawah.
g. Dengan bantalan jari telunjuk geser lensa
dari kornea ke bagian putih mata.
h. Menarik perlahan kelopak mata atas ke
arah bawah dengan ibu jari tangan yang
lain dan tekan lensa secara ringan antara
ibu jari dan
jari telunjuk.
i. Dengan lembut cubit lensa dan angkat.
Usahakan tepi lensa tidak saling menempel.
j. Bila tepi lensa saling menempel, tempatkan
lensa di telapak tangan dan cuci dengan
larutan NS steril kemudian perlahan gulung
lensa dengan jari telunjuk dengan gerakan
ke belakang dan seterusnya.
k. Bila tetap tidak memisahkan tepinya,
rendam lensa dalam larutan steril.
l. Menbersihkan dan mencuci lensa (lihat :
membersihkan lensa kontak).
m. Meletakkan lensa pada wajah yang tepat
dengan label R untuk lensa kanan dan L
untuk lensa kiri.
n. Mengulangi langkah a j untuk lensa lain.
o. Merapikan dan mengatur posisi pasien
p. Membereskan alat dan mencuci tangan.
q. Mendokumentasikan prosedur tindakan
distatus lyst pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR g. Meletakkan jari
telunjuk pada kornea luar mata pasien dan
menarik kulit dengan perlahan menjauh dari
mata.
h. Memberitahu pasien
untuk mengedip. Lakukan hingga lensa
terlepas dan keluar.
i. Bila lensa gagal
keluar, dengan perlahan regangkan kelopak
mata di atas tepi lensa.
j. Tekan kelopak mata
bawah dengan
perlahan terhadap tepi bawah lensa.
k. Biarkan kedua
kelopak menutup sedikit, pegang lensa saat
mencuat dari mata. Menekan kelopak mata
bawah dengan perlahan terhadap tepi
bawah lensa.
l. Membersihkan dan
membilas lensa (lihat : membersihkan lensa
kontak).
m. Meletakkan lensa ke
dalam wadah penyimpanan dengan label R
untuk lensa kanan dan L untuk lensa kiri.
n. Mengulangi langkah
e l untuk lensa lain.
o. Merapikan dan
mengatur posisi pasien.
p. Membereskan alat
dan mencuci tangan
q. Mendokumentasikan
prosedur tindakan pada status lyst pasien.
Membersihkan Lensa Kontak
a. Mencuci tangan.
b. Membawa peralatan ke dekat pasien.
Menjelaskan langkah prosedur tindakan
pada pasien.
c. Menempatkan handuk di atas
area kerja untuk mencegah kerusakan
lensa.
d. Membuka wadah lensa
dengan hati hati
e. Setelah melepaskan lensa dari
mata, memberikan 1 2 tetes pembersih
surfaktan (pembersih yang dianjurkan oleh
pembuat lensa) pada lensa di telapak
tangan perawat
f. Menggosok lensa perlahan
dengan lidi kapas 20 30 detik. Hati hati
untuk tidak menggores lensa dengan kuku
jari.
g. Memegang lensa di atas
bengkok, membilas dengan larutan yang
dianjurkan (lensa lunak) atau air biasa
(lensa kaku).
MERAWAT LENSA KONTAK
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0 4/5
150.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR h. Meletakkan lensa pada kotak penyimpanan dan
mengisi dengan larutan penyimpan yang
dianjurkan untuk mendesinfeksi, membersihkan
residu, meningkatkan kelembaban lensa dan
mencegah goresan.
Memasang Lensa Lunak
a. Mencuci tangan dan
membawa peralatan ke dekat pasien.
b. Menjelaskan langkah
prosedur tindakan pada pasien.
c. Meletakkan handuk di atas
dada pasien.
d. Mengambil lensa kanan dari
kotak penyimpanan, membilas dengan larutan
pencuci yang dianjurkan, inspeksi lensa
terhadap material asing, goresan atau
kerusakan lain dan memastikan lensa tidak
terbalik.
e. Menggunakan jari tengah dan
telunjuk tangan yang satunya untuk
meregangkan kelopak mata atas sampai iris
terpajan.
f. Menggunakan jari tengah / telunjuk yang
memegang lensa untuk manarik kelopak mata
ke bawah.
g. Memberi tahu pasien untuk melihat lurus dan
memasukkan lensa, dengan berlahan
meletakkan lensa tetap pada kornea dan
meletakkan lensa dengan perlahan.
Menggunakan jari tengah / telunjuk yang
memegang lensa untuk menarik kelopak mata
kebawah.
h. Memberitahu pasien untuk melihat lurus dan
memasukkan lensa, dengan perlahan
meletakkan lensa tepat pada kornea dan
melepaskan lensa dengan perlahan.
i. Bila lensa tidak tepat pada kornea, beritahu
pasien untuk memejamkan mata dengan
perlahan dan memutar mutar mata
dalam keadaan terpejam sehingga lensa lunak
dapat terbawa di atas kornea.
j. Memberitahu pasien untuk berkedip beberapa
kali untuk memastikan lensa di tengah dan
nyaman.
k. Memastikan lensa terletak tepat di tengah
dengan menanyakan pasien apakah
penglihatannya kabur.
l. Bila penglihatan pasien kabur :
Meregangkan kelopak mata.
Menetapkan posisi lensa.
Meminta pasien melihat ke arah yang
berlawanan dengan lensa.
Dengan jari telunjuk tekan tepi kelopak
mata bawah dan meletakkan lensa di atas
kornea.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Meminta pasien untuk melihat ke arah lensa
secara perlahan.
l. Merapikan dan mengatur
posisi pasien.
m. Membereskan dan
mengembalikan peralatan pada tempatnya.
n. Mencuci tangan.
o. Mendokumentasikan
prosedur tindakan perawatan distatus lyst
pasien.
Memasukkan Lensa Kaku
a. Mencuci tangan dan membawa peralatan
kedekat pasien.
b. Menjelaskan langkah prosedur tindakan pada
pasien.
c. Meletakkan handuk di atas dada pasien.
d. Mengambil lensa kanan dari kotak
penyimpanan dengan hati hati dan
membilas dengan air biasa.
e. Membasahi lensa
dengan larutan pembasah yang sudah
diresepkan untuk melicinkan lensa sehingga
mudah disisipkan dan melekat pada kornea.
f. Meletakkan sisi
PROSEDUR cembung lensa kanan pada ujung jari telunjuk
tangan kanan.
g. Menginstruksikan
pasien untuk melihat lurus ke depan saat
meregangkan kedua kelopak mata atas dan
bawah, meletakkan lensa perlahan di tengah
kornea.
h. Meminta pasien
memejamkan mata sebentar dan menghindari
berkedip.
i. Memastikan letak
lensa sudah di tengah dengan menanyakan
pasien apakah pandangan / penglihatan kabur.
j. Mengulangi langkah
d i untuk mata satunya.
k. Membereskan,
membersihkan, dan mengembalikan peralatan
pada tempatnya.
l. Mencuci tangan.
m. Mendokumentasikan
prosedur tindakan pada status lyst pasien.
Perhatian :
Pasien dengan sakit kritis yang diterima di
rumah sakit harus dikaji apakah memakai
lensa kontak, karena bila tidak terdeteksi
dapat menyebabkan cidera kornea yang serius.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Mengukur tekanan bola mata dengan menggunakan
PENGERTIAN tonometer schiotz dengan cara dilakukan
penekanan terhadap permukaan kornea.
TUJUAN Mengetahui tekanan bola mata.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan tonometri dengan
menggunakan tonometer schiotz.
PROSEDUR 1. Persiapan
alat
a. Tonometer Schiotz
b. Pantocain tetes 0.5%
c. Kom berisi air
d. Bola kapas
e. Bengkok
f. Kapas alkohol
2. Persiapan
pasien
a. Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
tindakan dan tujuan pemeriksaan.
b. Pasien ditidurkan dengan posisi terlentang
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan
b. Menjelaskan langkah tindakan pada pasien.
c. Membawa peralatan ke dekat pasien.
d. Mengambil kapas bola dan mencelupkan ke
air dalam kom, kemudian membersihkan mata
pasien.
e. Mata pasien ditetesi dengan pantocain 0,5%
sebanyak 2-3 tetes, dan tunggu 5 menit.
f. Pasien diminta melihat 1 titik di atas atau bisa
menggunakan ibu jari pasien dengan cara
mengangkat tangan pasien.
g. Membuka kelopak mata pasien dengan
menggunakan tangan kiri dan tangan kanan
memegang tonometer.
h. Meletakkan pangkal tonometer pada tengah
kornea.
i. Melihat skala menunjukkan angka berapa
kemudian melihat table atau skala.
j. Bila tonometer menunjukkan angka 5 dengan
beban 5,5 gram berarti tekanan 5/5,5
k. Bila jarum menunjukkan angka 3 ganti
beban dengan 7,5 gram.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
j. Bila sudah selesai pangkal tonometer
dibersihkan dengan kapas alkohol.
k. Membereskan peralatan.
l. Mencuci tangan.
p. Mendokumentasikan prosedur tindakan
distatus lyst pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Memberikan obat melalui injeksi dengan tujuan
PENGERTIAN mengendalikan kadar gula darah akibat gangguan
kerja insulin sel .
TUJUAN Mengendalikan kadar gula darah.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan pemberian obat insulin
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Obat yang diperlukan : insulin.
b. Spuit 1 ml/ spuit insulin.
c. Kapas alkohol.
d. Kartu obat.
e. Baki.
f. Gauze steril
2. Persiapan pasien
Menjelaskan kepada pasien tentang
prosedur tindakan yang akan dilkaukan.
3. Pelaksanaan
a. Mencocockkan kartu obat dengan pesanan
dokter dan catatan perawat.
b. Mencuci tangan.
c. Mencocokkan kartu obat dengan etiket obat
(vial).
d. Menentukan dosis obat dengan tepat.
e. Mengambil obat ke dalam spuit.
f. Membawa obat sampai ke pasien dengan
membaca kartu TT dan memanggil nama
pasien
g. Memasang tabir / korden.
h. Menentukan tempat penyuntikan : 1/3
lengan atas.
i. Mendesinfeksi kulit / tempat penyuntikan.
j. Mengeluarkan udara dari dalam spuit.
k. Posisi memasukkan jarum 45 dari kulit
pasien dengan tepat.
l. Memasukkan obat.
m. Melepas jarum dan memberi massase.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR
n. Membalik kartu obat
dan tetap dalam baki. Memberitahu pasien
bahwa prosedur tindakan sudah selesai dan
merapikan lingkungan Membereskan alat
alat dan mencuci tangan.
o. Mendokumentasikan
prosedur dalam lyst pasien.Meletakkan kartu
obat pada jam pemberian berikutnya.
p. Berkolaborasi dengan
dokter untuk pemeriksaan gula darah puasa
dan gula darah 2 jam sesudah makan, untuk
mengevaluasi tingkat keberhasilan program
terapi.
Perhatian :
1. Pemberian injeksi
insulin secara terus menerus sebaiknya
dilakukan di tempat yang berbeda untuk
menghindari gangguan penyerapan.
2. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan gula darah
secara rutin.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR f. Memasang alas di
bawah luka dengan benar.
g. Menyiapkan mangkok
kapas yang dibasahi H2O2 dengan
memperhatikan kesterilan.
h. Membuka gauze /
ABD dengan tehnik steril Menyiapkan waskom
rendam.
i. Melepas plester
dengan alkohol, membuka balutan dan
membuang ke bengkok.
j. Memperhatikan
keadaan luka / kotoran yang keluar.
k. Merendam luka 15
20 menit.
l. Membersihkan luka
dengan prinsip yang benar.
m. Membersihkan luka
dari jaringan nekrotik (nekrotomy).
n. Menutup luka dengan
gauze / ABD sesuai keperluan dengan prinsip
steril.
o. Memasang plester
pada verband.
p. Mengambil alas di
bawah luka.
q. Membersihkan alat
alat dan merapikan pasien
r. Mencuci tangan.
s. Mencatat prosedur
tindakan yang telah dilakukan dalam catatan
perawat distatus lyst pasien
Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat
UNIT TERKAIT
jalan.
MENENTUKAN KEBUTUHAN KALORI TUBUH
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 1/2
135.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Menentukan keseimbangan kebutuhan dan
PENGERTIAN pengeluaran kalori tubuh, dengan menentukan diit
yang tepat berdasarkan berat badan relatif.
1. Menentukan berat badan relatif
TUJUAN 2. Menetukan jumlah kalori yang diperlukan.
3. Menentukan status gizi
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan menentukan kebutuhan
kalori tubuh pasien
1. Persiapan alat
b. Pengukuran berat badan
c. Pengukuran tinggi badan
d. Alat penghitung
e. Alat tulis
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
tindakan dan tujuan
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Melakukan pengukuran Berat
Badan dan mencatat.
c. Melakukan pengukuran dan
PROSEDUR pencatatan Tinggi Badan pasien
d. Melakukan penghitungan Berat
Badan Relatif (BBR) dan penentuan kategori
Berat Badan, dengan rumus :
BBR = X 100 %
e. Hasil penghitungan
BBR (%) KATEGORI
90 110 Sedang
< 90 Kurus
> 110 Gemuk
f. Menentukan kebutuhan kalori tubuh
berdasarkan hasil BBR
BBR ( %) Kebutuhan kalori /
kg BB
90 110 30
< 90 40 60
> 110 20
MENENTUKAN KEBUTUHAN KALORI TUBUH
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 2/2
135.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
f. Berkolaborasi dengan Tim Gizi
mengenai macam dan jenis diet berdasarkan
hasil penghitungan kebutuhan kalori
PROSEDUR
g. Menjelaskan kepada pasien
h. Mendokumentasikan prosedur
tindakan distatus lyst pasien.
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat jalan
MENENTUKAN KADAR GLUKOSA URINE
DENGAN METODA TEST STRIP
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 1/1
136.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Memeriksakan kadar glukosa dalam urine dengan
PENGERTIAN
menggunakan kertas Test Strip Glukosa.
TUJUAN Menetukan kadar glukosa dalam urine.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan menentukan kadar glukosa
urine dengan metoda test strip
1. Persiapan alat
a. Kertas Glukosa test
strip urine.
b. Tabung indikator /
parameter.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
PROSEDUR a. Mencuci tangan.
b. Urine yang akan diperiksa ditempatkan
pada suatu tempat.
c. Memasukkan kertas Glukosa test strip
urine ke dalam urine sampai batas
petunjuk.
d. Membiarkan 1 2 menit untuk menetukan
hasil.
e. Membaca hasil disesuaikan dengan
parameter.
f. Mencuci tangan.
g. Mendokumentasikan hasil.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Memberitahu langkah prosedur
tindakan kepada pasien.
c. Membawa peralatan ke dekat
pasien.
d. Mendesinfektan jari tengah
pasien dengan kapas alkohol dan membiarkan
beberapa saat supaya kering.
e. Membuka pembungkus kertas
Glukosa test strip (test strip jangan tersentuh
tangan terlalu lama). Perhatikan cara
memegang test strip jangan menyentuh
sisinya, pegang tepi test strip.
f. Menusuk jari tengah dengan
jarum steril, dan memastikan darah cukup
untuk pemeriksaan.
g. Meneteskan darah yang keluar
melalui ujung jari dan meletakkan pada
Glukosa test strip sesuai petunjuk tempatnya
dan mendesinfektan jari pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
m. Merapikan alat-alat, mengatur
posisi pasien semi fowler/ memiringkan kepala
pasien dan mencuci tangan.
n. Mendokumentasikan prosedur
tindakan distatus lyst pasien :
Jumlah sisa lambung dan warnanya.
Jumlah intake/cairan yang masuk.
UNIT TERKAIT
Instalasi rawat inap, ICU
MELAKUKAN BILASAN LAMBUNG
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 1/2
160.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR a. Memberi pelican/jelly pada ujung slang
penduga lambung
b. Menutup pangkal slang penduga lambung
dengan cara menekuk/diklem
c. Memasukkan slang penduga (NGT) pelan-pelan
kedalam lambung melalui lubang hidung. Bagi
pasien yang sadar dianjurkan menelan slang
penduga (NGT) perlahan-lahan sambil menarik
nafas dalam
d. Meyakinkan slang penduga (NGT) masuk
kedalam lambung dengan cara :
- Masukan ujung penduga (NGT) sampai
terendam dalam mangkok berisi air,
dikeluarkan kembali
e. Setelah yakin slang penduga masuk kelambung
pasien, posisi diatur miring tanpa bantal dan
letakkan kepala lebih rendah
f. Memasang spuit 50cc/acepto pada ujung slang
kemudian masukkan air/cairan. Selanjutnya
ditunggu sampai air/cairan tersebut keluar dari
lambung dan ditampung dalam ember
g. Membilas lambung dilakukan berulang kali
sampai air/cairan yang keluar dari lambung
berwarna jernih/tidak berbau
h. Mengobservasi tensi, nadi, pernafasan, dan
respon pasien
i. Mencuci tangan
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, ICU
MENYIAPKAN PASIEN UNTUK PEMERIKSAAN
RADIO DIAGNOSTIK.
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0 1/1
301.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, Instalasi rawat jalan, IGD, ICU.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
UNIT TERKAIT IGD, ICU, Instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap.
Tanggal terbit
2. Persiapan pasien
a. Pasien/ keluarga diberi penjelasan
mengenai tindakan yang akan dilakukan.
b. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan
b. Mengisi tabung/ botol tempat specimen
PROSEDUR
pemeriksaan dengan larutan formalin
c. Memeasukkan jaringan speciment
menggunakan pinset steril kedalam
tabung/botol.
d. Memasang label pada tabung /botol
speciment dengan mencantumkan ; nama
pasien, nomor rekam medik, tanggal dan
MENYIAPKAN PASIENspeciment
UNTUK TINDAKAN
jam pengambilan
PEMBEDAHAN AKUT
e. Cuci tangan
No. Dokumen
f. Mengirim No. Revisi jaringan
specimen Halaman
dengan
72.05.25 0
menyertakan formulir pemeriksaan 1/1 yang
sudah ditandatangani dokter ke
laboratorium.
PUSKESMAS
SUKALUYU
UNIT TERKAIT IGD, IKO
SOP
MELEPAS NGT
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 1/1
156.05.25
Tanggal Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS terbit Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Melepas selang plastik lunak yang telah
PENGERTIAN dimasukkan ke dalam lambung melalui
nasofaring.
Melepas selang NGT karena sudah tidak
TUJUAN
diperlukan lagi / perlu diganti slang baru.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan untuk melepas slang ngt
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Sarung tangan on
steril.
b. Kapas alkohol.
c. Bensin.
d. Kapas on steril.
e. Bengkok.
f. Tissue.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan
kepada pasien tentang prosedur yang
dilakukan.
b. Mengatur posisi
pasien telentang.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Mencocokkan kartu
dengan pesanan dokter dan catatan
perawat.
c. Membawa alat alat
dekat pasien dengan membaca kartu TT
dan memanggil nama pasien.
d. Memasang tabir / korden.
e. Melepas plester slang
dengan kapas alkohol.
f. Memakai sarung tangan
on steril.
g. Menganjurkan p0asien
untuk nafas dalam.
h. Menarik slang lambung
dengan perlahan dan membuang ke
bengkok.
i. Melepas kaos tangan.
j. Membersihkan hidung
dengan tissue.
k. Membersihkan bekas
plester dengan aceton.
l. Memberitahu bahwa
prosedur sudah selesai dan merapikan
alat alat, mencuci tangan.
m. Mendokumentasikan
prosedur dalam lyst pasien
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
1. Penggantian posisi secara teratur dan sering
merupakan salah satu tindakan keperawatan
yang perlu dilakukan untuk mencegah
komplikasi akibat berbaring.
2. Posisi klien sebaiknya dirubah tiap jam bila
tidak ada kontra indikasi.
PENGERTIAN
3. Bila hendak memindahkan klien mengalami
cidera / nyeri bekerja harus hati hati agar
klien tidak gelisah.
4. Sebelum memindahkan klien perlu
memeriksa peralatan yang akan dipakai,
misal : kursi roda, brankart.
1. Mencegah komplikasi akibat berbaring.
TUJUAN
2. memberi kenyamanan kepada pasien.
Perawat yang dinas wajib melaksanakan askep
dan mendokumentasikan ke dalam rekam medik
KEBIJAKAN
status pasien sesuai dengan standar prosedur
operasional yang sudah ditetapkan
Persiapan Umum yang Perlu Dalam
Mengatur Posisi / Memindahkan Pasien :
1. Menyiapkan semua peralatan yang
diperlukan.
2. Memastikan cahaya ruangan cukup terang.
3. Mengangkat bantal dan barang barang lain
yang menyokong klien.
4. Mengatur ketinggian tempat tidur (bila
dapat) untuk memudahkan bekerja.
5. Mengkaji kebutuhan klien.
6. Menjaga privacy klien.
PROSEDUR
7. Meminta bantuan pada perawat lain bila
diperlukan.
8. Memberitahu klien tentang tindakan yang
akan dilakukan.
9. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
10. Mengatur posisi klien sesuai yang
diperlukan.
CARA MENGATUR POSISI PASIEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
60.05.25 0 2/3
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Macam Pengaturan Posisi
1. Posisi Supinasi.
a. Klien diatur berbaring lurus, tulang
punggung dan kedua kaki lurus.
b. Lengan di sisi dengan telapak tangan
menghadap ke bawah.
c. Sebuah bantal diletakkan di bawah kepala
dan bahu untuk mencegah hiperektensi
leher.
d. Untuk menjaga kaki tetap pada posisi
yang tepat, papan kaki dapat dipasang.
2. Posisi Fowler.
a. Klien diatur posisi supinasi. Bagian kepala
tempat tidur dinaikkan setinggi 45.
b. Untuk semi fowler bagian kepala
dinaikkan 30 dan untuk fowler tinggi
dinaikkan 90.
c. Untuk menjaga posisi kaki, sandaran kaki
dapat dipasang beberapa bantal yaitu di
bawah bahu, kepala, punggung bagian
bawah dan paha untuk mencegah
PROSEDUR hiperektensi lutut.
3. Posisi Prone.
a. Pasien diletakkan tengkurap dengan
kepala menoleh ke satu sisi dan lengan di
samping bahu.
b. Untuk mencegah hiperektensi dan flexi
leher dapat diletakkan sebuah bantal di
bawah kepala.
c. Untuk mencegah flexi telapak kaki, satu
bantal dapat diletakkan di bawah sudut
kaki.
d. Untuk menambah rasa nyaman dan
mencegah hiperektensi tulang belakang,
dapat dipasang sebuah bantal di bawah
perut.
4. Posisi berbaring ke samping.
a. Pasien diatur berbaring ke samping kanan
/ kiri.
b. Lengan yang bawah tubuh diatur flexi di
depan kepala atau di atas bantal.
c. Sebuah bantal dapat diletakkan di bawah
kepala dan bahu.
CARA MENGATUR POSISI PASIEN
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 3/3
60.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Perhatian :
1. Mengajarkan pada klien / keluarga
bagaimana untuk mempertahankan
kelurusan tubuh yang tepat saat
menggerakkan klien di tempat tidur.
2. Mengajarkan pada klien dan keluarga
tentang prinsip prinsip tehnik
pemindahan yang aman.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
c. Kembalikan ke posisi semula.
d. Putar kaki keluar sehingga bagian
telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
e. Kembalikan ke posisi semula.
11. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki.
a. Letakkan siku tangan pada telapak kaki
pasien dan satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan
rileks.
b. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari
jari kaki ke arah dada pasien
c. Kembali pada posisi awal.
d. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada
pasien.
12. Fleksi dan Ekstensi Lutut.
a. Letakkan satu tangan di bawah lutut
pasien dan pegang tumit pasien dengan
tangan yang lain.
b. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan
pangkal paha.
c. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada
sejauh mungkin.
d. Kebawahkan kaki dan luruskan lutut
dengan mengangkat kaki ke atas.
e. Kembali ke posisi semula.
13. Rotasi Pangkal Paha.
a. Letakkan satu tangan pada pergelangan
kaki dan satu tangan yang lain di atas
lutut.
b. Putar kaki menjauh dari anda.
c. Putar kaki mengarah ke anda.
d. Kembali ke posisi semula.
14. Abduksi dan aduksi Pangkal Paha.
a. Letakkan satu tangan di bawah lutut
pasien dan satu tangan pada tumit. Jaga
posisi kaki pasien lurus, angkat kaki 8
cm dari tempat tidur, gerakkan kaki
menjauhi badan pasien
b. Gerakkan kaki mendekati badan pasien
c. Gerakkan kaki menjauhi badan pasien
d. Kembali ke posisi awal.
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap
MERAWAT PASIEN DENGAN TERPASANG
GIPS
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 1/2
153.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal
terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Gips adalah balutan kuat yang digunakan untuk
PENGERTIAN mengimobilisasikan tubuh.
Gips diberikan pada pasien oleh dokter orthopedi.
1. Mengimobilisasi tubuh / anggota tubuh.
2. Membantu proses penyembuhan.
TUJUAN
3. Memberi rasa aman dan nyaman pada tubuh /
anggota tubuh yang sakit.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan merawat pasien dengan
terpasang gips
PROSEDUR
1. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien prosedur perawatan
gips.
2. Cara kerja
a. Mengkaji neuromuskuler setelah
pemasangan gips meliputi keluhan nyeri,
panas, parestesia (kesemutan), kepucatan,
nadi daerah distal gips, pembengkakan,
spasme otot.
b. Mengkaji tepi gips terhadap penekanan atau
penjepitan yang menyebabkan kerusakan
jaringan kulit maupun sumbatan pembuluh
darah. Cepat laporkan ke dokter untuk
membebaskan dari penjepitan / tekanan.
c. Meninggikan bagian tubuh yang diberi gips
lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi
pembengkakan.
d. Bila bagian tubuh dalam gips terasa gatal
jangan memasukkan apapun ke dalam gips
(bedak atau menggaruk dengan alat) untuk
mengurangi gatal. Gatal dapat hilang dengan
:
Menaruh kantong es di sisi gips bila gips
masih dalam tahap pengeringan (48 jam)
atau di atas gips.
Menggunakan kipas angin atau pengering
rambut untuk memberikan aliran angin ke
dalam gips.
e. Melatih pasien untuk tetap menggerakkan
jari jari ekstremitas (fleksi dan ekstensi)
beberapa kali sehari untuk mempertahankan
fleksibelitas sendi.
f. Memberikan reposisi pada bagian tubuh
yang di gips tiap 2 jam selama 24 jam
pertama, reposisi gunakan palmar daripada
jari.
MERAWAT PASIEN DENGAN TERPASANG
GIPS
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 2/2
153.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
Tanggal
SUKALUYU
terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
g. Mengkaji terhadap
tanda tanda sindrom kompartemen (os
terasa kesakitan di bagian gips) bila ada
segera laporkan pada dokter.
h. Bila gips sudah
dilepas, jangan menggaruk kulit tapi
keringkan dengan waslap dan bersihkan kulit
setiap hari dengan air hangat dan latihan
untuk membantu pengembalian penampilan
normal kulit
Perhatian:
a. Proses pengeringan gips berlangsung 48
PROSEDUR
jam, selama proses pengeringan hindari
penekanan atau bahan berat agar gips tidak
berubah bentuk.
b. Jangan membasahi
gips dengan apapun.
c. Jangan memotong
atau membuang bagian manapun dari gips
(dilakukan oleh dokter untuk hal ini).
d. Mengkaji gips
terhadap perubahan bentuk maupun
keutuhannya (retak / patah).
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Traksi adalah penggunaan kekuatan penarikan pada
PENGERTIAN bagian tubuh, hal ini dicapai dengan memberikan
beban yang cukup untuk mengatasi penarikan otot.
1. Meminimalkan spasme otot.
2. Mengurangi dan mempertahankan
TUJUAN kesejajaran tubuh.
3. Mengimobilisasi fraktur.
4. Mengurangi deformitas.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
langkah langkah asuhan keperawatan pada
KEBIJAKAN
pelaksanaan tindakan merawat pasien dengan
terpasang traksi
1.Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
merawat pasien dengan terpasang traksi.
2. Cara kerja
a. Mengkaji status
neuromuskuler dari ekstremitas yang ditraksi
setiap 2 jam selama 24 jam pertama dan
setiap 4 jam kemudian meliputi :
Nyeri pada
lokasi pemasangan traksi.
Pembengka
kan.
Spasme
otot.
Parestesia
(penurunan sensasi).
Kepucatan
pada kulit daerah distal traksi.
Nadi pada
PROSEDUR daerah distal.
b. Mempertahanka
n counter traksi pada pasien dengan cara:
Memperta
hankan pasien ditarik di tempat tidur
sehingga telapak kaki tidak menyentuh
kaki tempat tidur.
Tempatkan
shock block di bawah kaki tempat tidur.
c. Mempertahanka
n tali bebas dari hambatan, jika pasien
kedinginan gunakan selimut untuk menutupi
tapi jangan menutupi tali traksi.
d. Mempertahanka
n ujung jari kaki ke arah langit langit,
anjurkan pasien latihan ekstensi dan fleksi
pada ekstermitas yang sakit. Hal ini untuk
menjamin korensi kesejajaran tubuh dan
mencegah foot drop dan meningkatkan
sirkulasi.
MERAWAT PASIEN DENGAN TERPASANG
TRAKSI
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 2/2
154.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
f. Memberi matras
pencegah dicubitus khusus di atas tempat tidur.
g. Mengkaji kulit setiap 8
jam bila yang digunakan traksi kulit terhadap
kemerahan atau iritasi.
h. Mengkaji sisi pen
setiap 8 jam terhadap tanda tanda infeksi dan
beri pelindung pada pen untuk mencegah
traumatik dan sisi pen pada pasien dengan
traksi rangka.
i. Jangan menghentikan
traksi apabila digunakan untuk imobilisasi
fraktur, memindah pasien ke kamar operasi
untuk dilakukan operasi, dilakukan dengan
PROSEDUR membawa pasien dengan tempat tidurnya.
Perhatian:
a. Beban traksi harus
tergantung bebas, tidak boleh menyentuh
lantai atau kaki tempat tidur.
b. Tali traksi harus terjaga kerenggangannya
dan tidak boleh tertutupi linen.
c. Simpul ikatan harus bebas dari katrol.
d. Linen tempat tidur tidak boleh
mempengaruhi kekuatan traksi.
e. Konter traksi harus dipertahankan dan
jangan mengendorkan sendiri tanpa
kolaboratif.
f. Beban harus sesuai dengan pasien dan
tujuan.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Pemberian gerakan pada bagian tubuh / ekstremitas baik
PENGERTIAN
gerakan lokal atau keseluruhan.
1. Memberikan gerakan pada persendian.
2. Mencegah kontraktur sendi.
3. Mencegah atropi otot.
4. Mencegah dampak negatif dari imobilisasi
(bronkopneumoni, decubitus, osteoporosis,
TUJUAN
deconditioning syndrome).
5. Mencegah hipotensi orthostatik.
6. Memberi relaksasi jaringan.
7. Mencegah kesulitan / memperlancar defekasi
dan miksi.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan mobilisasi dan rehabilitasi.
PROSEDUR A. STROKE
a.Mobilisasi bertahap ada 2 macam :
Stroke non haemorhage
Dimulai setelah hari ketiga.
Stroke haemorhage
Dimulai setelah hari ke 10.
b.Tahap tahap mobilisasi :
Positioning
1. Positioning pasien
Bagian yang lemah diposisikan lurus
Bagian yang lemah tidak boleh tertindih..
2. Positioning furniture
Meja dan kebutuhan pasien lainnya
(makan, minum, dll), penunggu pasien
berada pada sisi yang lemah, agar pasien
tidak melupakan sisi sisi yang lemah.
3. Mobilisasi aktif dan pasif
Pergelangan tangan.
Siku.
Bahu.
Ankle.
Lutut.
Panggul.
MEMBANTU PASIEN UNTUK MOBILISASI
DAN REHABILITASI
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 2/6
151.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Pinggang.
Angkat pantat / Bridging Exercise.
4. Mobilisasi bertahap.
Pasien miring ke sisi lemah.
Kedua tungkai dikeluarkan dari sisi tempat
tidur.
Tangan yang sehat mendorong tempat
tidur, tangan yang lemah menyangga berat
badan sampai ke posisi duduk.
Dilanjutkan latihan keseimbangan duduk,
posisi kedua tangan disamping kiri kanan.
Latihan penguatan otot tungkai dengan
duduk diayun ayun.
Latihan berdiri + keseimbangan, dipegangi
pada sisi yang lemah / dengan alat bantu
jalan.
a. Walker : jika bisa menggenggam
semua.
b. Tripod : jika sisi yang lemah tidak bisa
menggenggam.
Dilanjutkan dengan latihan jalan yang
benar.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
C. POST OP. HAEMOROID (Mobilisasi dari tidur
langsung berdiri).
Tahap tahap mobilisasi :
a. Sama dengan tahap mobilisasi a s.d. c post operasi
(laparatomy / pada bagian perut).Posisi tengkurap.
b. Klien geser ke tepi tempat tidur.
c. Perawat / fisioterapis membantu dari belakang.
d. Dilanjutkan latihan berdiri setelah operasi 24 jam.
e. Observasi kondisi umum.
f. Dilanjutkan dengan latihan jalan.
g. Latihan dari berdiri ke tidur, sebaliknya klien
mendekat ke sisi tempat tidur kemudian klien
langsung posisi tidur tengkurap.
D. POST OP. FRAKTUR SYMPHISIS PUBIS (dari
tidur telentang langsung berdiri).
Tahap tahap mobilisasi :
a. Sama dengan tahap mobilisasi a s.d. c post
operasi (laparatomy / pada bagian perut).
b. Pada posisi telentang pasien bergeser ke sisi luar
PROSEDUR tempat tidur.
c. Perawat / fisioterapis berhadapan dengan pasien,
dilanjutkan dengan langsung latihan berdiri
(dilakukan setelah operasi 24 jam) observasi
k.u. latihan jalan.
d. Latihan dari berdiri ke tidur, sebaliknya pasien
mendekat ke sisi tempat tidur kemudian pasien
langsung posisi tidur telentang.
E. POST OP. FRAKTUR COSTAE
Tahap tahap mobilisasi :
a. Jika fraktur satu sisi (unilateral) tidak boleh
miring ke sisi yang sakit / fraktur.
b. Transfer dari tidur ke duduk miring ke sisi yang
sehat
c. Latihan nafas dengan segmental breathy.
d. Latihan bernafas abdommo thoracal dilanjutkan
purshed lip breathy 1x.
e. Kedua tungkai dibawa ke luar tempat tidur.
f. Tangan mendorong tempat tidur, satu tangan
menyangga berat badan.
MEMBANTU PASIEN UNTUK MOBILISASI
DAN REHABILITASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
151.05.25 0 4/6
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
d. Satu tangan mendorong tempat
tidur, tangan yang lain menyangga berat badan.
e. Dilanjutkan latihan duduk.
Observasi k.u. latihan penguatan otot tungkai.
f. Latihan berdiri, tungkai yang
frkatur tidak boleh menapak (Non weight Bearing),
dipegangi dan menggunakan alat bantu jalan
(bilateral cruthes).
g. Observasi k.u.pasien waktu
berdiri.
h. Jika keadaan umum baik dan
tidak sakit dilanjutkan dengan latihan berjalan
Catatan :
1. Pengukuran kruk
a. Panjang kruk : diukur dari axila sampai
maleolus medialis, sisi yang sehat dengan
posisi telentang tanpa memakai bantal.
b. Pegangan kruk: diukur dari axila sampai os
trochantor mayor.
2. Waktu berjalan yang menyangga kruk bukan
pada axila, tetapi kekuatan tangan.
H.POST OP AMPUTASI
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS
Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU
Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Memberikan tindakan keperawatan yang komprehensif
PENGERTIAN pada pasien trauma tulang belakang (hiperektensi,
hiperflexi, kompresi / rotasi).
Memenuhi kebutuhan dasar pasien serta mencegah
TUJUAN
terjadinya komplikasi.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan langkah
langkah asuhan keperawatan pada pelaksanaan
KEBIJAKAN
tindakan untuk perawatan pasien trauma tulang
belakang
1. Persiapan alat
a. Alat untuk
mempertahankan jalan nafas (ambu bag, gudel,
spatel lidah bila perlu).
b. Alat untuk
mempertahankan keseimbangan cairan (set
infus, transfusi, set kateterisasi urine).
2. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Pada pemindahan pasien dari
brankard ambulan ke meja pemeriksaan :
Mempertahankan posisi leher.
Mempertahankan jalan nafas.
Mempertahankan posisi anatomis sumsum
tulang belakang.
c. Mengkaji pernafasan dan
PROSEDUR mempertahankan jalan nafas, mengkaji
kekuatan batuk.
d. Mengukur tanda tanda vital.
e. Mengevaluasi perubahan
motorik dan sensorik secara terus menerus :
Menggenggam tangan pemeriksa.
Menggerakkan jari tangan dan kaki.
Melakukan tes sensasi dengan mencubit kulit
mulai dari pundak ke ekstremitas.
f. Melaporkan dengan segera bila
ada penurunan fungsi neurologis :
Melakukan pencatatan pengkajian
neurologis.
Mengobservasi gejala gejala yang
menunjukkan progresifitas dari sumsum
tulang belakang, yaitu melihat sensasi,
kemampuan menggerakkan ekstremitas.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR
g. Mengevaluasi tanda tanda
syok spinal :
Tekanan darah menurun.
Paralis dan sensasi berkurang di bawah area
yang sakit.Distensi kandung kemih.
Distensi usus karena refleks peristaltik
menurun.
h. Mempertahankan kekuatan
tubuh sampai syok teratasi dengan :
Mempertahankan jalan nafas.
Membantu sirkulasi dengan transfusi sesuai
indikasi.
Mencegah distensi kandung kemih
(kateterisasi).
Mempertahankan adanya pembesaran
lambung dan ileus.
Observasi adanya kembung.
Melakukan penghisapan pada gaster untuk
mengurangi distensi, mencegah muntah dan
aspirasi.
Memasang pipa rectum untuk mengeluarkan
gas pada perut yang kembung.
Mencegah terjadinya kelebihan pada
pemberian cairan intravena.
Membantu pasien untuk latihan defekasi.
i. Mendokumentasikan prosedur
dan respons pasien pada catatan pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Ulcus Dicubitus adalah luka pada bagian tubuh /
kulit yang tertekan dalam waktu yang lama,
PENGERTIAN
penekanan jaringan ini mengakibatkan iskemia
jaringan dan akhirnya terjadi nekrosis.
1.Untuk mencegah perluasan luka dekubitus
TUJUAN (perluasan kerusakan jaringan kulit)
2.Untuk mempercepat proses kesembuhan..
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan perawatan ulcus decubitus
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Air hangat dan air dingin.
b. Sabun.
c. Handuk kecil.
d. Alkohol.
e. Bantal angin.
f. Zalf (sesuai program) larutan eusol.
g. Larutan garam fisiologis (Ns 0,9%).
h. Kasur decubitus.
i. Gauze steril.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien dan atau keluarga
tentang prosedur perawatan ulcus decubitus.
3. Pelaksanaan
a. Tingkat I
Kulit kemerah merahan.
Perawatan :
Perhatikan daerah yang potensial terkena
(terutama daerah yang tertekan dan
menonjol).
Kulit yang merah bersihkan dengan air
hangat dan sabun.
Gosokkan dengan minyak kelapa.
Pasien dirubah posisi tidur selang seling
tiap 2 jam.
Pasang bantal angin pada tempat yang
tertekan / kasur decubitus.
MERAWAT ULCUS DECUBITUS
No.
No. Revisi Halaman
Dokumen
0 2/2
145.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
Tanggal
SUKALUYU
terbit
a. Tingkat II
Kulit biru kehitaman.
Perawatan :
Gosok dengan air dingin pada daerah yang
terkena.
Kemudian diganti dengan uap panas atau air
PROSEDUR
panas untuk merangsang peredaran darah.
b. Tingkat III
Timbul lepuh lepuh pada kulit.
Lepuh berisi cairan kuning yang mudah
terkelupas.
Bila terkelupas terjadi luka.
Perawatan :
Sama dengan tingkat II.
Jaga lepuh jangan sampai lengket.
Bila perlu diberi zalp sesuai program dokter.
c. Tingkat IV
Terjadi necrosis jaringan.
Timbul ulcus.
Mudah timbul infeksi sekunder.
Kuman mudah masuk.
Perawatan :
Jaga agar luka cukup mendapat udara.
Jika memakai balutan jangan sampai terlalu
tebal.
Jika luka kotor, pus, nekrosis, dicuci dengan
larutan garam fisiologis dikompres (normal
salin).
Jika diperlukan dapat dengan perawatan
irigasi luka.
Beri zalp sesuai dengan indikasi.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Perawatan luka dengan cara memasukkan ke dalam
PENGERTIAN cairan tertentu guna mempercepat proses
penyembuhan luka.
1. Mempercepat penyembuhan luka.
2. Membantu pelepasan jaringan yang mati ataupun
TUJUAN eksudat dari luka.
3. Memberikan rasa nyaman pada pasien
4. Memperlancar sirkulasi darah pada luka.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan perawatan rendam luka
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Alat on steril
Baki + alas
(perlak + alas).
Bengkok.
Waskom
rendam.
Gunting dan
plester.
Kaos tangan
on steril.
Larutan
desinfektan sesuai advis dokter.
Verban
gulung (prn).
H2O2
Aceton
b. Alat steril
Mangkok
kapas steril.
Hemostat
steril.
Pinset
anatomis steril.
Gunting
debridement.
Gauze /ABD /
kapas bola steril.
Kaos tangan
steril.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien dan atau keluarga
tentang prosedur tindakan perawatan rendam
luka.
3. Pelaksanaan
a. Mencocokkan kartu tindakan perawatan dengan
pesanan dokter pada status lyst pasien.
MERENDAM LUKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
144.05.25 0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Perawatan luka dengan cara memberikan kompres
PENGERTIAN
hangat pada luka dengan cairan desinfektan.
1. Mempercepat proses penyembuhan luka.
2. Sebagai pengobatan dan mencegah infeksi.
3. Mengetahui perkembangan luka.
TUJUAN
4. Memberi relaksasi pada otot sekitar luka.
5. Mempermudah pelepasan kotoran yang melekat
pada luka.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan perawatan kompres luka
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Alat on steril
Baki + alas
(perlak + alas).
Bengkok.
H2O2
Phisohex.
Gunting
dan plester.
Kaos
tangan on steril.
Aceton.
b. Alat steril
Larutan
kompres Ns atau sesuai pemintaan dokter.
Hemostat +
alat buka jahit steril (prn).
Handuk
steril (prn).
Kom steril.
Kapas
steril.
Gauze /
ABD / lidi kapas steril (prn).
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien dan atau keluarga
tentang prosedur tindakan perawatan kompres
luka.
3. Pelaksanaan
a. Mencocokkan kartu
tindakan perawatan dengan advis dokter pada
status lyst pasien.
b. Memberitahu pasien
dan atau keluarga terhadap prosedur tindakan
perawatan kompres luka.
c. Mencuci tangan dan
menyiapkan alat secara lengkap.
MENGOMPRES LUKA
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0 2/2
142.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
SUKALUYU Tanggal terbit
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
d. Membawa alat alat ke
samping tempat tidur pasien dan memasang
tabir/korden di sisi tempat tidur pasien
e. Mengatur posisi pasien
dan memasang alas dibagian bawah luka.
f. Menyiapkan peralatan
yang akan digunakan.
g. Menggunakan sarung
tangan on steril, membuka pembalut luka dan
mengobservasi kondisi luka, buang balutan luka ke
dalam bengkok.
h. Membersihkan luka
dengan kapas yang sudah diberi H2O2, kemudian
buang kapas yang kotor ke dalam bengkok.
i. Memakai sarung tangan
steril, memberikan kompres pada luka dengan
PROSEDUR
gauze / ABD secara berulang ulang selama 15
20 menit.
j. Bila larutan desinfektan
kotor dapat diganti.
k. Mengeringkan luka dan
menutup luka dengan gauze / ABD steril.
l. Membersihkan bekas
plester pada kulit sekitar luka dengan aceton,
memfiksasi balutan dengan plester.
m. Merapikan pasien dan
memberi posisi istirahat yang nyaman.
n. Merapikan alat alat
dan mencuci tangan.
o. Mendokumentasikan
tindakan perawatan kompres luka pada status lyst
pasien.
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU.
MENGGANTI BALUTAN LUKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
140.05.25 0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Menganti balutan / penutup luka yang sudah kotor /
PENGERTIAN lama dengan balutan / penutup yang baru secara
aseptik.
1. Memberi perawatan luka dan mengobati luka.
2. Mempercepat proses penyembuhan luka.
TUJUAN 3. Mencegah luka menjadi terinfeksi.
4. Mengobservasi perkembangan luka.
5. Memberi rasa nyaman pada luka.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan langkah
KEBIJAKAN langkah asuhan keperawatan pada pelaksanaan
tindakan perawatan mengganti balutan luka
1. Persiapan alat
a. Alat on steril
Baki
alas
(perlak).
Bengkok
dan kantong plastik.
Aceton.
Kapas on
steril.
Kapas
alkohol.
Gunting.
Plester /
isolasi / verban gulung.
Kaos
tangan on steril.
b. Alat steril
Pinset
anatomi.
Pinset
chirurgi
Gunting
lurus
Kapas
steril.
Kapas lidi
Mangkok
kecil
Gauze /
ABD / gauze gunting.
Kaos
tangan steril (bila diperlukan).
H2O2.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
tindakan perawatan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan dengan
benar.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR b. . Membawa alat
alat ke pasien.
c. Menutup pintu atau
memasang sketsel/korden
d. Mengatur posisi pasien
sesuai kebutuhan/lokasi luka dan memasang
perlak di bawahnya.
e. Melepas fiksasi pada
luka dengan kapas alkohol.
f. Memakai sarung tangan
on steril, membuka balutan dan membuang ke
dalam bengkok.
g. Membersihkan luka
dengan kapas desinfektan (H2O2) dengan
memakai pincet dari arah dalam keluar
h. Membuang kapas yang
kotor ke dalam tempatnya.
i. Mengobservasi keadaan
luka
j. Menutup luka dengan
gauze / ABD menggunakan pinset steril atau
sarung tangan steril dan jaga agr serat kasa
tidak melekat pada luka.
k. Membersihkan bekas
plester dengan kapas aceton.
l. Memfiksasi balutan
dengan plester / isolasi / verban gulung.
m. Merapikan pasien dan
membereskan alat alat.
n. Mencuci tangan dengan
benar.
o. Mendokumentasikan
tindakan mengganti balutan luka, hasil
observasi luka dan respon pasien pada catatan
perawatan.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Menyemprotkan cairan tertentu (untuk perawatan
PENGERTIAN
luka) ke dalam luka yang dalam.
1. Mempermudah melepaskan kotoran yang melekat.
2. Untuk pengobatan dan mengurangi infeksi.
TUJUAN
3. Untuk memperlancar peredaran darah setempat.
4. Untuk mengetahui perkembangan dari luka.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan langkah
KEBIJAKAN langkah asuhan keperawatan pada pelaksanaan tindakan
perawatan irigasi luka
1. Persiapan alat
a. Alat on steril
Baki dan alas (perlak).
Bengkok 2.
Gunting + plester.
Sarung tangan on steril.
b. Alat steril
Kom steril.
Pincet anatomis.
Hemostat
Cangkir kapas.
Spuit/acepto.
Phisohex
Normal saline.
Gauze / kasa.
Sarung tangan steril.
H2O2.
2. Persiapan Pasien
Menjelaskan pada pasien dan atau keluarga tentang
prosedur tindakan perawatan mengganti balutan
luka dengan terpasang drain
3.Pelaksanaan
a. Mencocokkan kartu tata cara dengan lyst pasien
b. Memberitahu pasien tentang prosedur irigasi
luka.
c. Mencuci tangan dan menyiapkan alat secara
lengkap.
d. Membawa alat alat ke samping tempat tidur
pasien
e. Memasang tabir / sketsel di samping tempat
tidur pasien
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
f. Memasang perlak di bawah luka dan mengatur
posisi pasien yang nyaman.
g. Memakai sarung tangan on steril dan membuka
verban luka dan membuang pada bengkok.
h. Membersihkan luka dengan H2O2.
i. Memakai sarung tangan dan menyemprotkan
normal saline dalam luka secara perlahan
lahan, air buangan ditampung ke dalam
bengkok.
PROSEDUR
j. Mengirigasi luka 10 menit.
k. Mengeringkan luka, menutup dengan kasa steril
dan memfiksasi balutan luka dengan plester.
l. Merapikan alat alat
dan mencuci tangan.
m. Mendokumentasikan
tindakan ke dalam lyst pasien
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Mengganti balutan / penutup luka yang ada
PENGERTIAN drainasenya yang sudah kotor / lama dengan
pembalut luka.
1. Mengobservasi luka dan produksi drain pada luka.
TUJUAN 2. Memberi rasa nyaman pada pasien
3. Mempercepat proses penyembuhan luka.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan langkah
langkah asuhan keperawatan pada pelaksanaan
KEBIJAKAN
tindakan perawatan mengganti balutan luka dengan
terpasang drain
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Alat on steril
Baki dan
alas (perlak).
Bengkok.
Gunting +
plester.
Kapas
alkohol.
Kapas on
steril.
H2O2 / obat
yang diperlukan.
Aceton
Kaos
tangan on steril..
b. Alat steril
Hemostat
steril.
Pincet
anatomis steril (kaos tangan steril).
Kom steril.
Gauze,
gauze gunting, ABD steril.
Kapas bola/
cangkir kapas.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan pada pasien dan atau keluarga
terhadap prosedur tindakan perawatan
penggantian pembalut luka yang terpasang
drain.
3. Pelaksanaan
a. Mencocokkan kartu tindakan perawatan dengan
status lyst pasien.
b. Menjelaskan pada pasien dan atau keluarga
terhadap prosedur penggantian pembalut luka
yang terpasang drain.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR c. Mencuci tangan dan
menyiapkan alat alat secara lengkap.
d. Membawa peralatan ke
dekat pasien dan memasang tabir / korden di
sisi tempat tidur pasien
e. Mengatur posisi pasien
sesuai kondisi luka.Memasang perlak / alas di
bawah luka.
f. Menyiapkan peralatan
yang akan digunakan
g. Menggunakan kaos
tangan on steril, membuka balutan dan
membuang ke dalam bengkok.
h. Membersihkan luka dari
arah dalam melingkar keluar dengan H2O2
dan buang kapas ke dalam bengkok.
i. Memasang gauze
gunting di sisi kanan kiri drain, di bawah
posisi pada drain.
j. Mengatur posisi drain
ke bawah dan jangan sampai terlipat lipat.
k. Menutup luka dengan
gauze.
l. Membersihkan kulit
sekitar luka dari bekas plester dengan
kapasaceton.
m. Memfiksasi luka dengan
plester.
n. Mengambil alas dari
bawah kulit.
o. Merapikan pasien dan
memberi posisi istirahat yang nyaman.
p. Merapikan alat alat
dan mencuci tangan.
q. Mencatat tindakan
penggantian balutan pada luka yang
terpasang drain pada status lyst pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Penarikan drainase luka operasi guna
PENGERTIAN
memperlancar pengeluaran sekresi dalam luka
1. Mengobservasi luka operasi
TUJUAN 2. Mempertahankan kelancaran drainase
3. Mempercepat proses penyembuhan luka.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan perawatan tarik drain
1. Persiapan alat
a.Alat on steril
Baki + perlak / alas
Kaos tangan on steril
Bengkok
Kapas alkohol
Aceton + kapas bola on steril
Plester + gunting
H2O2
b. Alat steril
Hemostat steril
Pinset anatomis steril
Cangkir kapas steril
Kaos tangan steril
Gauze, ABD, gauze gunting
Alat angkat jahitan ( untuk pertama kali tarik
drain)
Peniti steril (prn)
2. Persiapan Pasien
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
prosedur tindakan perawatan tarik drain
3. Pelaksanaan
a. Mencocokkan kartu tindakan perawatan dengan
advis dokter pada status lyst pasien.
b. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
prosedur tarik drain
c. Mencuci tangan dengan benar dan menyiapkan
peralatan dengan lengkap.
MELAKUKAN PERAWATAN TARIK DRAIN
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
0 2/2
139.05.25
Ditetapkan oleh,
PUSKESMAS Kepala Puskesmas Sukaluyu
Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Mengangkat atau membuka jahitan pada luka yang
PENGERTIAN
dijahit.
1. Mencegah timbulnya infeksi dari benang jahitan.
2. Mencegah tertinggalnya benang.
TUJUAN
3. Membuka luka jahitan yang terinfeksi guna
mempermudah perawatan.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan langkah
KEBIJAKAN langkah asuhan keperawatan pada pelaksanaan
tindakan perawatan mengangkat jahitan pada luka.
1. Persiapan alat
a. Alat on steril
Baki dan alas (perlak).
Bengkok.
Gunting + plester / isolasi.
Kapas alkohol.
Kapas on steril +aceton.
Senter.
Sarung tangan on steril (bila diperlukan).
b. Alat steril
1 arteri klem / hemostat.
1 gunting angkat jahitan.
1 pincet chirugi.
PROSEDUR Gauze (kasa steril).
Desinfektan (H2O2).
Cangkir kapas steril.
2. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien dan atau keluarga tentang
prosedur tindakan mengangkat jahitan pada luka.
3. Pelaksanaan
a. Mencocokkan kartu tindakan mengangkat jahitan
luka dengan status lyst pasien.
b. Mencuci tangan dengan benar.
c. Menyiapkan alat alat dengan lengkap.
d. Membawa peralatan ke samping tempat tidur
pasien
MENGANGKAT JAHITAN LUKA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
138.05.25 0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
UNIT TERKAIT Instalasi rawat inap, ICU, IGD, Instalasi rawat inap
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Merawat luka bakar merupakan suatu tindakan yang
PENGERTIAN diberikan selama dan setelah pasien terkena luka
bakar.
1. Memberi perasaan segar dan nyaman.
2. Menghilangkan krusta / membersihkan krusta
TUJUAN
atau jaringan yang mati.
3. Mempercepat penyembuhan.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan langkah
langkah asuhan keperawatan pada pelaksanaan
KEBIJAKAN
tindakan merawat luka
bakar
PROSEDUR 1. Persiapan alat
a. Alat on steril
Baki dan alas (perlak).
Bengkok.
Plastik tempat sampah.
Handuk pasien.
Sabun mandi, sikat gigi, shampoo.
Tempat tidur/ kursi roda.
Bak mandi lengkap dengan selang 2 x 1 m.
(bath up hidroterapi)
Air hangat.
b. Alat steril
Alat tenun
Set ganti balutan (2 pincet anatomis, 2
pincet chirugi, 1 gunting nekrotomy).
Spuit 10cc
Verban sesuai ukuran
Sarung tangan.
Gauze (kasa steril), kapas bola steril.
C. Obat-obatan
Phisohex, Dermazin salp.
Analgesik (PRN)
2. Persiapan Pasien
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
prosedur
tindakan merawat luka bakar..
3. Pelaksanaan
1) Sebelum tindakan
a. Bak mandi dibersihkan dan didesinfeksi
b. Bak mandi diisi air dengan suhu 37-43 derajat
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
PROSEDUR c. Masukkan desinfektan kedalam bak mandi
dengan konsentrasi sesuai aturan
2) Selama tindakan
a. Mencocokkan kartu tindakan
perawatan luka bakar dengan status lyst
pasien.
b. Mencuci tangan.
c. Memberikan analgesik 15 menit
sebelum merawat luka (sesuai program
dokter).
1. Persiapan alat.
a. Bethadine/hibitine.
b. Sarung tangan steril.
c. Spuit 5cc untuk anastesi local.
d. Lidocain/xilocain.
e. Jarum LD no.16
f. Spuit 10cc.
g. Set darah.
h. Tube steril.
i. Tempat penampung steril.
j. Kasa steril.
k. Plester dan gunting.
2. Persiapan pasien.
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan pada pasien.
PROSEDUR
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b. Membawa peralatan ke dekat pasien dan
memasang tabir/korden.
c. Mengosongkan kandung kemih pasien
d. Mengatur posisi pasien semi fowler.
e. Mendesinfeksi daerah abdomen.
a. Melakukan pemberian anastesi
local (prn)
b. Penusukan dengan jarum
parasentesis dilakukan pada pasien dengan
posisi supinasi, jarum dihubungkan pada spuit
ketika jarum secara perlahan masuk ke dalam
abdomen quadran 4.
Tanggal terbit
i. Untuk mengeluarkan
akumulasi cairan peritoneal, setelah insersi
jarum besi dilepas dan meninggalkan jarum
plastik di dalam kemudian jarum plastik
dihubungkan dengan set darah dan secara
perlahan mengalirkan cairan ke dalam
penampung yang diletakkan di bawah pasien.
j. Mengobservasi pasien dari
tanda-tanda pucat, sianosis, sinkop, TTV, dan
tanda-tanda syok selama prosedur tindakan
PROSEDUR
dilakukan.
k. Memasang kasa steril setelah
jarum plastik dilepas dan memfiksasi dengan
plester.
l. Merapikan pasien,
membersihkan peralatan, dan mengembalikan
peralatan pada tempatnya.
m. Mencuci tangan.
n. Mendokumentasikan prosedur
tindakan distatus pasien.
PUSKESMAS
SUKALUYU
SOP
Lumbal pungsi adalah insersi jarum ke dalam ruang
subarakhnoid dalam region lumbal tulang belakang
di bawah tingkat medulla spinalis (diantara lumbal 3
PENGERTIAN -4 atau 4 5).
Selama prosedur perawat membantu klien untuk
mempertahankan posisi tubuh melengkung. Prosedur
pungsi dilakukan oleh dokter.
Memperoleh cairan cerebrospinal untuk
TUJUAN
pemeriksaan diagnostik dan tindakan terapeutik.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan
KEBIJAKAN langkah langkah asuhan keperawatan pada
pelaksanaan tindakan pungsi lumbal.
1. Persiapan alat
a. Troy/set lumbal pungsi:
Jarum spinal dengan stylet (dewasa : LD
No.20, pediatric : LD No. 22)
b. Tube yang panjang.
c. Manometer.
d. Spuit 3cc.
e. Jarum infiltrasi.
f. Tabung specimen 3 buah.
g. Cangkir antiseptic.
h. Handuk steril.
k. Kapas alkohol.
l. Handyplas.
PROSEDUR
m. Jarum spinal cadangan.
n. Sarung tangan steril.
2. Persiapan pasien.
Menjelaskan pada pasien tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
a. Mencuci tangan.
b.Membawa peralatan ke dekat pasien dan
memasang tabir/korden.
c. Mengukur tanda-tanda vital.
d. Mengatur pasien dengan posisi miring dengan
bantal di bawah kepala dan bantal diantara
lutut.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
e. Menganjurkan pasien untuk menarik lututnya
ke arah abdomen dan embantu pasien
dalam mempertahankan posisinyadengan
menyangga pasien dari samping lutut dan
lehernya.
f. Jika pasien bisa duduk, dudukkan pasien pada
tepi tempat tidur dan menelungkup di atas
meja tempat tidur.
g. Menganjurkan pasien untuk tetap tenang,
dokter mendesinfektan kulit, menginjeksikan
anastesi lokal, menusukkan jarum spinal.
PROSEDUR h. Membaca tekanan dengan manometer.
i. Mengisi tiga tabung dengan cairan spinal
masing-masing 2-3cc untuk dianalisa dan
diberi kode I, II, III.
j. Dokter melepas jarum spinal, lalu luka ditutup
dengan handyplas.
k. Pasien diberitahu bahwa prosedur tindakan
sudah selesai dan mengatur posisi pasien
dengan posisi terlentang.
l. Membereskan peralatan dan mencuci tangan.
m. Mendokumentasikan prosedur tindakan pada
status lyst pasien.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Pengkajian yang dilakukan pada pasien untuk
PENGERTIAN
mengetahui kelainan neurologi.
Untuk mengidentifikasi dan mengkaji pasien yang
TUJUAN
datang dengan kelainan neurologis.
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Memberikan dan mempertahankan jalan nafas pasien
PENGERTIAN
melalui jalan nafas oral
1. Untuk mempertahankan jalan nafas pasien yang
tidak sadar dengan cara menahan lidah manjauhi
dinding pesterior dari faring.
TUJUAN
2. Untuk digunakan sebagai penahan ( bila
dipendekkan) bagi pasien dengan endotrakeal
tube.
Sebagai acuan bagi perawat dalam penerapan langkah
KEBIJAKAN langkah asuhan keperawatan pada pelaksanaan
tindakan insersi jalan napas oral
PROSEDUR 1. Pe
rsiapan alat
c. Jalan nafas oral/ air way oral
d. Penekan lidah.
e. Plester
2. Persiapan pasien
Menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Pilihlah ukuran air way oral yang sesuai
dengan pasien.
c. Masukkan jalan nafas(airway) dengan cara :
- Balik airway sehingga bagian atasnya
menghadap kemuka, masukkan jalan
nafas (airway) kemulut hingga
mendekati dinding posterior faring
dekat lidah belakang kemudian putar
airway pada posisi yang tepat.
- Pergunakan penekan lidah, gerakkan
lidah keluar untuk menghindari
terdorong ke belakang masuk faring
posterior, kemudian masukkan airway
oral ke dalam posisiyang tepat dengan
bagian atas menghadap ke bawah.
f. Jika reflek cegukan pasien
terangsang,cabut airway dengan segera
dan masukkan kembali.
g. Untuk fiksasi gunakan plester yang
dilekatkan di pipi dan melintasi bagian
datar dari jalan nafas/airway pada bibir
pasien.
MELAKUKAN INSERSI JALAN NAPAS ORAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
170.05.25 0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala Puskesmas Sukaluyu
PUSKESMAS Tanggal terbit
SUKALUYU
SOP
Yudiansyah Sutawijaya, SKM
Perhatian :
1. Periksa status neurologi pasien secara
berkala.Airway dapat menyebabkan muntah-
muntah pada pasien yang sensitive.
2. Periksa pasien dari penumpukan sekresi oral dan
PROSEDUR
lakukan penghisapan jika terjadi penumpukan
sekresi dari rongga mulut.
3. Jika keadaan pasien memerlukan pemakaian
jangka panjang, airway dapat dilepaskan
sementara untuk memberikan perawatan oral.