You are on page 1of 10

Kajian Penerapan Teknologi Biofilter Skala Komunal Untuk Memenuhi Standar Perencanaan Pengolahan Air

Limbah Domestik (Elis Hastuti, Ida Medawati dan Sri Darwati)

KAJIAN PENERAPAN TEKNOLOGI BIOFILTER SKALA KOMUNAL UNTUK


MEMENUHI STANDAR PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
DOMESTIK
Study of Communal Biofilter Technology Application to comply the Standard of
Domestic Wastewater Treatment Planning

Elis Hastuti, Ida Medawati dan Sri Darwati

Pusat Litbang Permukiman Badan Litbang PU


Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia
E-mail : elishastuti@yahoo.com

Diterima: 6 Januari 2014, Direvisi: 13 Mei 2014, Disetujui: 9 Juni 2014

Abstrak

Ancaman pencemaran air limbah terhadap sumber air baku air minum dapat terus meningkat apabila upaya
peningkatan akses sanitasi tidak diiringi dengan teknologi yang ramah lingkungan. Salah satunya dengan
teknologi pengolahan air limbah sistem biofilter, yang dapat diterapkan di kawasan perkotaan dengan
keterbatasan lahan, muka air tanah tinggi, volume reaktor kecil serta mudah dalam pengoperasian karena lumpur
yang dihasilkan lebih sedikit. Namun teridentifikasi kendala kendala dalam penerapan teknologi biofilter skala
komunal, diantaranya umur pakai yang pendek, gangguan proses pengolahan dan efluen pengolahan belum
dapat mencapai baku mutu yang dipersyaratkan. Pada tulisan ini, diuraikan kajian penerapan sistem biofilter
skala komunal di beberapa kota, termasuk faktor faktor yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan sistem
biofilter. Sampling penerapan biofilter komunal dilakukan secara purposif sesuai variasi sistem biofiter, kondisi
lokasi dan pengelola, kemudian metoda deskriptif digunakan untuk evaluasi berdasarkan karakteristik tersebut.
Desain unit proses biofilter dikaji berdasarkan penyisihan/penguraian bahan organik sebagai BOD, yang didekati
dengan reaksi orde pertama kinetika plug flow. Hasil studi menunjukkan faktor faktor yang mempengaruhi
keberlanjutan sistem adalah desain unit proses, media biofilter, karakteristik influen, konsumsi pemakaian air,
kapasitas pengolahan, media biofilter, proses pembentukan biofilm pada tahap pembibitan dan aklimatisasi,
bahan dan konstruksi serta pengelolaan. Beberapa penerapan sistem biofilter yang memenuhi kriteria desain
serta pengelolaan yang tepat, dapat menghasilkan air olahan sesuai Keputusan Menteri KLH Nomor 112 tahun
2003 atau Perda terkait, serta berpotensi diolah kembali untuk daur ulang tertentu. Didalam penyusunan standar
sistem biofilter perlu mempertimbangkan faktor faktor tersebut, terutama dalam memenuhi standar Pd. T-04-
2005-C tentang Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki biofilter pengolahan air limbah, Pd. T-02-2004-
C, tentang Pengoperasian dan pemeliharaan instalasi pengolah air limbah rumah tangga dengan Tangki Biofilter
serta RSNI tentang tata cara perencanaan pengolahan air limbah setempat.
Kata Kunci: air limbah, pengolahan, biofilter, komunal, standar.

Abstract

The protection of water resources from contamination of wastewater can be achieved by improvement of
sanitation access, with the environmental friendly technology. Biofilter system as an option of this wastewater
treatment technology in urban area is considered for limited space, level of water table,small volume of reactor
and simplicity of operation and maintenance related less sludge produced. The problems of communal biofilter
technology application were identified which have short life time, improper management, bad treatment process
therefore the effluent can not meet the standard requirements. This paper describes study of factors influenced
the sustainability of communal biofilter system application for wastewater treatment which could be inputs for
manual of communal wastewater treatment. Purposive sampling is applied according to the variation of biofilter
system, location and management, then descriptive method for evaluation these characteristics. Design
approaches for evaluation applied plug flow kinetic model in organic reduction presented by BOD. The result
shows factors significantly influence successful application of communal biofilter system which include process
unit design, media, biofilm formation in the seeding and acclimatization process, influent characteristics, water
consumption, treatment capacity, material and construction, and operation-maintenance. Some proper application
of biofilter system result effluent which meet standard of ministry decree for the environment number 112/2003 or
local regulation and can be source for water reuse. Those factors could be considered as inputs for the review of
biofilter system which have regulated in Pd. T-04-2005-C of manual of planning and installation of biofilter tank for
wastewater treatment, Pd.T-02-2004-C of operation and maintenance wastewater treatment plant using biofilter
tank and RSNI of manual of wastewater treatment planning on site.
Keywords: wastewater, treatment, biofilter, communal, standard.

205
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 3, November 2014: Hal 205 - 214

1. PENDAHULUAN dalam membuang sampah ke perpipaan air


limbah, penambahan sambungan air limbah
yang melebihi kapasitas, kualitas influen air
Keberadaan sumber sumber air baku untuk air
limbah bercampur air limbah industri. Sehingga
minum semakin terancam oleh pembuangan air
terdapat kerusakan pada instalasi pengolahan,
limbah rumah tangga secara langsung ataupun
gangguan proses pengolahan dan efluen
pembuangan air olahan dari sarana pengolahan
pengolahan belum dapat mencapai baku mutu
air limbah yang belum sesuai persyaratan.
yang dipersyaratkan oleh Keputusan Menteri
Sementara itu sebagian besar kebutuhan air
KLH Nomor 112/2003 tentang Baku Mutu Air
minum dipenuhi dari air tanah, kemudian sisanya
Limbah Domestik atau peraturan daerah terkait.
dipenuhi dari air permukaan (Dirjen SDA, 2011).
Data lingkungan menunjukkan pencemaran Berkaitan dengan permasalahan diatas,
badan air oleh air limbah domestik masih serta pentingnya peningkatan kinerja proses
menunjukkan lebih dari 70% (Dirjen CK, 2009). maupun pengelolaan sistem biofilter, maka perlu
Ancaman pencemaran sumber sumber air baku dilakukan studi untuk pengkajian penerapan
air minum tersebut dapat terus meningkat biofilter komunal untuk memenuhi penyusunan
apabila penyediaan sarana sanitasi tidak diiringi standar air limbah, termasuk pengkajian
dengan teknologi penanggulangannya. ketentuan ketentuan pada Pd. T-04-2005-C,
Sementara itu upaya pengendalian pencemaran tentang Tata cara perencanaan dan
air dan tanah di lingkungan perkotaan sering pemasangan tangki biofilter pengolahan air
terkendala oleh keterbatasan lahan untuk sarana limbah, Pd T -02-2004-C tentang Pengoperasian
pengolahan air limbah. dan pemeliharaan instalasi pengolahan air
limbah rumah tangga dengan tangki biofilter atau
Akses sanitasi secara nasional adalah
RSNI pengolahan air limbah setempat. Sehingga
sebesar 51,2%, sementara target MDG
dapat mencapai keberhasilan dalam pengolahan
(Millennium Development Goal) pada tahun 2015
air limbah skala komunal, yang diindikasikan
adalah 62,4% yaitu di perkotaan sebesar 76,8%
dengan kehandalan sistem pengolahan baik
dan di perdesaan sebesar 55,6%. Adanya
konsistensi dan kestabilan air olahan, area
peningkatan akses sanitasi tersebut, belum
layanan dan karakteristik air limbah sesuai
diiringi dengan penurunan pencemaran badan
desain, tersosialisasinya pedoman pengelolaan
air oleh air limbah domestik, diantaranya karena
sesuai standar, kemandirian pengelola dalam
penerapan teknologi pengolahan air limbah
penyelesaian kendala, peningkatan produktifitas
belum sesuai persyaratan. Sebagai contoh,
dan kesehatan masyarakat, berkurangnya
sebagian besar penerapan tangki septik tidak
pencemaran lingkungan, serta meningkatnya
disertai pengolahan lanjutan dan teknologi belum
potensi air daur ulang.
memenuhi SNI 03-2398-2002 tentang Tata cara
perencanaan tangki septik dengan sistem Tujuan penelitian ini adalah untuk
resapan. Beberapa kendala dalam penerapan mengkaji faktor faktor yang menentukan
tangki septik tersebut diantaranya karena keberlanjutan pengelolaan teknologi pengolahan
keterbatasan lahan, muka air tanah tinggi, air limbah domestik dengan sistem biofilter skala
penempatan bidang resapan dan penanganan komunal serta mendapatkan masukan untuk
lumpur. penyusunan standar perencanaan maupun
pengoperasian dan pemeliharaan pengolahan air
Teknologi pengolahan air limbah dengan
limbah.
sistem biofilter mempunyai keunggulan dari
tangki septik karena dapat ditempatkan pada
lahan terbatas, lokasi dengan air tanah tinggi, 2. TINJAUAN PUSTAKA
serta mudah dalam pengoperasian karena
lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Namun
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk
teridentifikasi pula terdapat penerapan teknologi
mengurangi konsentrasi unsur-unsur pencemar
biofilter terutama skala komunal, unit prosesnya
didalam air limbah, sehingga aman dibuang ke
belum sesuai standar perencanaan, spesifikasi
badan air penerima. Teknologi pengolahan air
bahan dan konstruksi pemasangan tidak sesuai
limbah dengan proses pertumbuhan melekat
karakteristik kondisi air tanah dan lingkungan
dapat digolongkan pada trickling filter, rotating
sekitar. Bahan tangki biofilter yang dipabrikasi
biological contactor (RBC) dan kombinasi
diantaranya menggunakan fiber, namun
pertumbuhan melekat dan tersuspensi. Sistem
sebagian belum memenuhi SNI 7504:2011
pertumbuhan melekat atau biofilter dalam
Spesifikasi material fiber reinforced plastics
pengolahan air limbah rumah tangga,
(FRP) untuk unit paket instalasi pengolahan air.
menggunakan media atau tempat
Selain itu terdapat kendala pengelolaan
berkembangnya mikroorganisme pengurai
diantaranya kebiasaan masyarakat yang buruk
polutan air limbah, yang dapat berupa media
206
Kajian Penerapan Teknologi Biofilter Skala Komunal Untuk Memenuhi Standar Perencanaan Pengolahan Air
Limbah Domestik (Elis Hastuti, Ida Medawati dan Sri Darwati)

alamiah atau media sintetis (Pd. T-04-2005-C). metabolisme dalam lapisan biofilm, serta
Sistem pertumbuhan melekat atau sistem mekanisme penempelan dan pelepasan biofilm.
biofilter dengan kombinasi proses pertumbuhan Air olahan dari sistem biofilter dapat
tersuspensi dan melekat dapat menggunakan digunakan sebagai sumber air baku air daur
media diam terendam (fixed film packing) ulang untuk tujuan tertentu, namun masih
maupun media terfluidisasi. Proses tersebut memerlukan pengolahan lanjutan seperti lahan
dapat dilakukan dalam kondisi aerobik, basah buatan atau filtrasi granular dan
anaerobik atau kombinasi anaerobik dan desinfeksi. Daur ulang air limbah tersebut
aerobik. Proses aerobik dilakukan dengan diperlukan di kawasan rawan air, untuk
kondisi adanya oksigen terlarut dan proses peningkatan kualitas lingkungan serta dapat
anaerobik dilakukan tanpa adanya oksigen mendukung ketersediaan penyediaan air bersih,
dalam reaktor air limbah (Metcalf dan Eddy, dimana pada pengelolaan air perkotaan yang
2003). Teknologi pengolahan sistem biofilter terintegrasi menyarankan inovatif teknologi, yang
untuk komunitas kecil, baik menggunakan media dipilih berdasarkan evaluasi siklus air yang
diam-terendam atau terfluidasi, merupakan salah holistik dan keberlanjutan sistem secara
satu rekomendasi teknologi yang tercantum keseluruhan (Philip, Ralp, 2011).
pada EPA, 1999, tentang Wastewater treatment
manuals.
3. METODE PENELITIAN
Pengolahan air limbah dengan sistem
biofilter mempunyai keunggulan
pengoperasiannya mudah, lumpur yang Kajian penerapan sistem biofilter untuk
dihasilkan sedikit, dapat digunakan untuk pengolahan air limbah domestik skala komunal
pengolahan air limbah dengan konsentrasi dilakukan berdasarkan pada hasil beberapa
rendah maupun tinggi, tahan terhadap fluktuasi penerapan lapangan. Sumber data yang
jumlah air limbah maupun fluktuasi konsentrasi digunakan dalam penelitian ini berasal dari data
dan pengaruh penurunan suhu terhadap efisiensi primer dan sekunder. Penentuan sampel
pengolahan kecil (Said, Idaman, Nusa, 2008). penerapan teknologi dilakukan secara purposif,
Pemilihan media sistem biofilter harus sesuai variasi sistem biofilter, kondisi lokasi,
mempertimbangkan spesifik gravity, kekerasan, kapasitas pengolahan dan pengelola.
ketahanan abrasi, kekasaran permukaan, Metoda kajian penerapan sistem biofilter
koefisien keseragaman dan ketersedian dalam untuk pengolahan air limbah menggunakan
jumlah yang banyak. Media biofilter dapat metoda deskriptif untuk mengevaluasi disain unit
berfungsi sebagai tempat pertumbuhan proses, kinerja proses sistem biofilter, lokasi
biomassa dan menahan padatan. Disamping itu, penerapan, bahan dan konstruksi serta
media juga harus mempunyai kemudahan dalam pengelolaan. Disain unit proses biofilter dikaji
pencucian dan melepaskan padatan yang berdasarkan penyisihan/penguraian bahan
terperangkap. Jenis media dapat dikategorikan organik sebagai BOD, yang didekati dengan
mineral, plastik yang berstruktur dan random. reaksi orde pertama kinetika plug flow. Kinerja
Pada jenis media mineral, biasanya resistan proses sistem biofilter, dievaluasi melalui
terhadap beberapa kontaminan dalam air limbah, pengujian kualitas influen dan efluen pada
serta ukuran partikel, bentuk dan distribusi kondisi pengolahan yang sudah stabil, pada
ukurannya harus diperhatikan. Semakin kecil rentang waktu pengamatan minimum tiga bulan
ukuran partikel, semakin luas area permukaan dengan menggunakan metoda pengambilan dan
biofilm, akan meningkatkan kinerja pengolahan. pengukuran sampel komposit sesuai SNI yang
Namun semakin kecil ukuran partikel, saluran berlaku. Sedangkan pengujian bahan tangki fiber
aliran diantara partikel semakin kecil sehingga dilakukan di laboratorium melalui uji struktur dan
dapat meningkatkan kehilangan tekanan yang komposisi bahan.
tinggi. Jika ukuran partikel dan distribusi yang
merata, maka void dapat dimaksimalkan untuk
akumulasi padatan sehingga perioda backwash 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
lebih lama. Sedangkan media plastik biasanya
terbuat dari bahan polypropilena, polystyrena Kajian penerapan sistem biofilter untuk
atau plastik daur ulang dengan luas permukaan pengolahan air limbah rumah tangga, dievaluasi
yang dapat didisain lebih besar (WEF, 2010). berdasarkan disain unit proses, kinerja unit
Menurut Metcalf dan Eddy, 2003, proses pengolahan, lokasi penerapan, bahan
mekanisme utama yang terjadi pada reaktor dan konstruksi serta pengelolaan. Faktor-faktor
biofilter adalah transportasi dan adsorpsi zat tersebut dapat dipertimbangkan sebagai bagian
organik dan nutrien dari fasa liquid ke fasa dari ketentuan teknis sistem biofilter untuk
biofilm, adsorpsi mikroorganisme dan pengolahan air limbah.
207
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 3, November 2014: Hal 205 - 214

4.1 Disain unit proses penyisihan zat organik pada waktu tertentu
Disain unit proses sistem biofilter meliputi proses sebanding dengan jumlah BOD pada waktu
pra-pengolahan, pengendapan awal, pengolahan tersebut, sesuai persamaan sebagai berikut:
dan pengendapan akhir. Pada sistem biofilter Ce kT t
untuk skala individual, unit-unit proses tersebut e
dapat digabungkan pada satu tangki/bak
C0
sedangkan pada skala komunal dapat terdiri dari Dimana :
beberapa tangki/bak. Ketentuan tersebut telah Ce : Konsentrasi BOD efluen
diatur dalam standar Pd. T-04-2005-C tentang
Tata cara perencanaan dan pemasangan tangki C0 : Konsentrasi BOD influen
biofilter pengolahan air limbah atau RSNI kT : Konstanta laju reaksi pada suhu T,
-1
tentang Pengolahan air limbah setempat, namun hari
belum dijelaskan secara spesifik pilihan sistem t : Waktu tinggal hidraulik, hari
dari pra pengolahan. Tahap pra-pengolahan
dapat terdiri dari berbagai proses yaitu
pengumpulan air limbah, pemompaan, k T k 20 (T 20)
penyaringan, penghancuran, penyisihan pasir,
pra-aerasi, penangkap lemak, pengendapan Dimana :
awal, penambahan kimia atau ekualisasi. Pada kT : konstanta laju reaksi pada suhu T,
sistem komunal, pengendapan awal merupakan -1
hari
bagian yang harus ada sebelum unit T-25
: Konstanta arrhenius (1,107-0,002T)
pengolahan, yang ditujukan untuk pengendapan
padatan dan penyisihan awal organik secara : harus linear pada suhu 8-35C
anaerobik (Alley, E. Robert, 2007). Tahap pra (1,01-1,09)
pengolahan tersebut juga ditujukan untuk
mencegah benda/sampah yang dapat Waktu tinggal hidraulik, t atau HRT pada
mengganggu proses dan penyumbatan aliran ke sistem biofilter merupakan fungsi luas area
2 3
unit pengolahan biologi. spesifik permukaan media (m /m ), volume filter
3 3
keseluruhan (m ) dan debit aliran (m /hari) atau
Pada beberapa penerapan sistem biofilter jarak dibagi kecepatan (Mara, Duncan, 2003).
skala komunal, tahap pra-pengolahan sebagai Waktu tinggal hidraulik didefinisikan sebagai
pengendapan awal dapat menggunakan bak berikut:
yang bersekat ataupun bak/tangki imhoff untuk
pengendapan padatan dan penyisihan awal maka Ce = Co. e
(-KVS/Q)

organik secara anaerobik. Pada tangki ini terdiri ( )


dari kompartemen pengendapan untuk zat
Nilai K adalah laju konstanta yang dimodifikasi
organik tersuspensi dan kompartemen
penyisihan organik terlarut/koloid. Sementara itu, (kT x d), m/hari. Nilai kT tergantung pada suhu,
pada beberapa penerapan sistem biofilter skala maka nilai K juga bervariasi terhadap suhu.
komunal oleh Puslitbang Permukiman, di Kota Menurut Mara, Duncan, 2003, KT adalah :
T-15
Bandung, Solo dan Kabupaten Sleman, tahap KT = 0,037 (1,08)
pengolahan awal berupa bak dengan gabungan Dimana:
bak pengendap dan sistem Upflow Anaerobic t : waktu detensi (hari)
Sludge Blanket (UASB). Air limbah yang telah
diendapkan di tahap pengolahan awal tersebut D : jarak aliran secara zig zag didalam
kemudian kandungan organik dan anorganik biofilter pada kedalaman D, >1
2
terlarut, tersuspensi dan koloid didegradasi pada A : luas penampang biofilter (m )
tangki biofilter yang dapat terdiri dari satu tangki 3
Q : debit (m /hari)
atau beberapa tangki. Pada Pd. T-04-2005-C
S : luas permukaan per volume
tentang Tata cara perencanaan dan
biofilter/luas permukaan spesifik
pemasangan tangki biofilter pengolahan air
(luasan area yang aktif secara
limbah maupun RSNI Pengolahan air limbah
biologis tiap satuan volume media
setempat belum mencantumkan proses 2 3
(m /m )
perencanaan dalam penentuan kapasitas
pengolahan. d : kedalaman aliran
Proses perencanaan dapat mengacu pada xSd : luas area yang dialiri, x < 1
penyisihan bahan organik sebagai BOD atau K : konstanta laju reaksi modifikasi = kT.
COD yang didekati dengan persamaan reaksi .x.d, m/hari
orde pertama kinetika plug flow. Dimana laju V : biofilter volume = AD, m
3

208
Kajian Penerapan Teknologi Biofilter Skala Komunal Untuk Memenuhi Standar Perencanaan Pengolahan Air
Limbah Domestik (Elis Hastuti, Ida Medawati dan Sri Darwati)

Proses penyisihan organik pada sistem Rajesh, J., Kaliappan, Sudalyandi dan Beck
biofilter dapat berlangsung secara anaerob, Dieter, 2006 dan menurut WEF, 2010,
aerob atau kombinasi anaerob-aerob, dengan menyatakan sistem hibrid mempunyai
menggunakan pertumbuhan biologis melekat keunggulan dalam peningkatan efisiensi
pada suatu media sintetis/plastik atau mineral. pengolahan, kemudahan dalam operasi dan
Efluen pengolahan sistem biofilter dapat pemeliharaan. Perencanaan dengan sistem
dialirkan ke bak akhir yang berfungsi sebagai hibrid ini baik dari aspek aliran maupun proses
bak pengendap akhir. Kemudian air olahan pengolahan, belum dinyatakan pada standar
dapat dibuang langsung ke badan air atau dapat yang ada, sementara sistem hibrid pada skala
dilanjutkan ke pengolahan lanjutan untuk didaur komunal dapat ditujukan untuk peningkatan
ulang sesuai tujuan yang diinginkan. Ketentuan efisiensi dan efektifitas proses dan ketahanan
ketentuan daur ulang air limbah dapat mengacu fluktuasi beban air limbah.
pada pedoman EPA, 2014. Pada panduan
sistem biofilter yang ada belum mencantumkan 4.2 Kinerja sistem biofilter
potensi pemanfaatan air olahan dari sistem
biofilter secara spesifik untuk daur ulang, dimana Parameter yang mempengaruhi kinerja
pengolahan air limbah yang berorientasi daur pengolahan air limbah untuk menghasilkan
ulang menjadi penting seiring dengan sistem yang handal dan konsisten diantaranya
meningkatnya kawasan rawan air dan upaya adalah karakteristik influen air limbah,
pengendalian pencemaran lingkungan. pemakaian air bersih, kapasitas pengolahan,
media biofilter serta pengelolaan. Hasil studi
Media biofilter dapat berfungsi sebagai kinerja sistem biofilter komunal yang disajikan
tempat pertumbuhan biomassa dan menahan pada Tabel 1, menunjukkan nilai BOD air hasil
padatan. Timbulnya lapisan lendir atau biofilm olahan dari beberapa IPAL komunal telah
pada media alam/sintetis, merupakan tempat memenuhi baku mutu efluen untuk dibuang ke
berkembang biaknya mikroorganisma pengurai badan air sesuai Keputusan Menteri KLH no
organik/anorganik dalam air limbah. Sedangkan 112/2003. Sehingga tidak diperlukan pengolahan
sistem biofilter dengan penempatan media, lanjutan seperti bidang resapan, bahkan hasil
terdapat sistem dengan media diam terendam pengolahan efluen sistem biofilter dapat
dan media terfluidisasi/mobile (RSNI Tata Cara dimanfaatkan untuk tujuan daur ulang setelah
pengolahan air limbah setempat, 2014). Volume melalui pengolahan tertentu.
media dipersyaratkan minimum 60% dari volume
tangki keseluruhan (WEF, 2010) serta telah Pada Tabel 1, terdapat pula kualitas
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan efluen sistem biofilter yang tidak memenuhi
Puslitbangkim (2012), sementara pada bakumutu. Air olahan yang belum memenuhi
ketentuan yang ada tercantum 55%, hal ini perlu baku mutu dapat disebabkan kapasitas
ditingkatkan untuk meningkatkan efisiensi pengolahan melebihi kapasitas disain,
proses. penggunaan instalasi pengolahan yang tidak
menerapkan proses adaptasi atau aklimatisasi
Sementara ditinjau dari sistem aliran, terlebih dahulu ataupun volume media biofilter
teridentifikasi sistem biofilter yang banyak yang tidak memenuhi persyaratan. Untuk
diterapkan menggunakan proses anaerob penerapan instalasi pengolahan air limbah
dengan menggunakan sistem aliran: (IPAL) komunal terutama di kawasan padat
- Biofilter aliran ke atas/upflow yaitu dengan harus memperhatikan area berdekatan yang
penyisihan dan penyaringan dengan sistem tidak dilayani IPAL sehingga perlu penekanan
aliran dari bawah ke atas sehingga dan monitoring kapasitas maksimum air limbah
mengurangi kecepatan partikel dalam air yang dapat diolah.
limbah dan sebagian partikel akan Di kawasan permukiman padat, sebagian
mengendap dibawah media biofilter. masyarakat membuat jaringan rumah sendiri
- Biofilter kombinasi aliran ke atas dan aliran ke serta belum adanya penanganan air limbah
bawah. industri skala rumah tangga sehingga
Disain sistem dengan kombinasi aliran kemungkinan penyambungan ke instalasi
tersebut atau kombinasi proses/hibrid, telah komunal yang ada dapat menyebabkan melebihi
dikonseptualisasikan untuk menangani kapasitas disain. Hal ini dapat meningkatkan
permasalahan air limbah yang memiliki aspek- beban pengolahan, waktu tinggal yang pendek
aspek positif dari reaktor, seperti konsentrasi sel dan kualitas air olahan tidak dapat memenuhi
tinggi, pencampuran yang baik dan toleransi baku mutu. Sebagai contoh, salah satu
untuk pembebanan tinggi (Ayati B. dan penerapan IPAL biofilter komunal di kawasan
Ganjidoust,H, 2006). Demikian pula penelitian padat di pesisir Long Buloa, Kota Makassar,
sistem biofilter hibrid yang dilakukan oleh Banu yang awalnya direncanakan melayani maksimum
209
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 3, November 2014: Hal 205 - 214

30 KK, namun saat ini cakupan layanan instalasi kinerja biofilter seperti kapasitas maksimum,
pengolahan air limbah lebih dari kapasitas disain konsentrasi maksimum, jenis zat toksik yang
(Lembaga Inspeksi Puslitbangkim, 2012). Hal ini dapat menghambat proses pengolahan serta
dikarenakan banyaknya warga yang menambah penyelesaian setiap kendala.
jaringan sendiri dikarenakan MCK yang ada Spesifikasi bahan fiber untuk tangki
cukup jauh jarak tempuhnya. Hal ini dikarenakan pengolahan air limbah sistem biofilter belum
banyaknya warga yang menambah jaringan diatur pada standar yang ada. Pada beberapa
sendiri dikarenakan MCK yang ada cukup jauh produk tangki biofilter belum memenuhi
jarak tempuhnya. Hal ini terjadi pula di Desa spesifikasi bahan fiber sesuai SNI, sehingga
Sekejengkol, Kabupaten Bandung yang memiliki umur pakai yang pendek ataupun
merupakan lokasi penerapan IPAL komunal kegagalan konstruksi terutama di kawasan
dengan sistem biofilter bermedia alam dengan tanah yang tidak stabil. Permasalahan
(Puslitbangkim, 2006). Selain itu perlu yang sering terjadi pada tangki fiber diantaranya
diperhatikan pula air limbah industri rumah dinding tangki yang terlalu tipis. Sehingga terjadi
tangga yang tercampur dengan air limbah rumah defleksi dinding yang melebihi maksimum, selain
tangga, sedangkan air limbah tercampur tersebut itu terbentuknya air pocket pada dinding fiber
dapat mengandung zat-zat toksik yang dapat dan dapat menyebabkan kebocoran (Soebagio,
menghambat proses biologi dalam air limbah, Bambang, 2013). Oleh karena itu pengujian
seperti kandungan logam berat. Penanganan bahan fiber di laboratorium merupakan
kendala kinerja pengolahan tersebut sebagian persyaratan sebelum diproduksi, terutama uji
komposisi serat gelas, uji modulus elastis, kuat
sudah diatur dalam standar yang ada, namun
tekan dan kuat tarik.
perlu diperhatikan pada ketentuan teknis rentang

Tabel 1 Hasil evaluasi penerapan IPAL komunal sistem biofilter.


Bakumutu (BOD, mg/L)
Lokasi IPAL- Biofilter Volume HRT
Tahun BOD HRT KLH Perda
komunal Kapasitas Media teoritis,
dibangun mg/L jam no.112/
(%) jam
2003
IPAL MCK Sekejengkol,
Kab. Bandung 100 orang 2007 60 60 8 100
(Puslitbangkim, 2006)
IPAL MCK supir di kantor
Puskim (Puslitbangkim 30 orang 2012 60 55 12 100
2011)
IPAL Flat Turangga, Kota
Bandung (Puslitbangkim, 80 orang 2009 60 90 6-24 100 100
2011)
IPAL Rusun Daya, Kota
Makassar (Lembaga
100 KK 2010 40 98 10 75
Inspeksi Puslitbangkim
2012)
IPAL Long Buloa, Kota
Makassar (Lembaga
30 KK 2010 40 244 14 75
Inspeksi Puslitbangkim,
2012)
IPAL Pucang Sawit,Kota
Solo 50 KK 2012 60 55 13 50-100
(Puslitbangkim, 2012)
IPAL Kepuharjo, Kab.
Sleman (Puslitbangkim 30 KK 2012 65 39 10 50-100
2012)
Sumber : perhitungan dan lab. Balai AMPLP, Puslitbangkim, 2013.

4.3 Bahan dan konstruksi IPAL sistem biofilter FRP atau suatu plastik dengan penguat dari
serat gelas yang diisi dengan filler sehingga
Bahan unit instalasi pengolahan air limbah harus membentuk komposit. Adapun spesifikasi tangki
mempunyai spesifikasi bahan yang tahan FRP dapat mengacu pada SNI 7504: 2011
terhadap asam atau reaksi kimia serta tentang Spesifikasi material fiber reinforced
konstruksinya mempunyai ketahanan terhadap plastics untuk unit paket instalasi pengolahan air.
beban atau tekanan air tanah ataupun
pergerakan tanah. IPAL sistem biofilter dapat Demikian pula untuk perpipaan dan
dibuat dari konstruksi beton, pasangan bata, asesorisnya harus sesuai standar SNI untuk air
plastik atau bahan FRP. Saat ini banyak limbah domestik, diantaranya jenis pipa yang
diproduksi tangki biofilter menggunakan bahan digunakan adalah pipa tipe AW dengan

210
Kajian Penerapan Teknologi Biofilter Skala Komunal Untuk Memenuhi Standar Perencanaan Pengolahan Air
Limbah Domestik (Elis Hastuti, Ida Medawati dan Sri Darwati)

2
tekanan kerja < 8 kg/cm . yang keras dan stabil. Dasar tanah harus dilapisi
Salah satu hasil uji sifat mekanis tangki urugan pasir setebal 20 cm, kemudian sekeliling
IPAL komunal (Lembaga Inspeksi Puslitbangkim, tangki dilapisi dengan urugan pasir setebal
2013) dengan bahan fiber, yang mempunyai minimal 20 cm. Apabila tangki biofilter yang
ketebalan 4 mm dan menggunakan mat 459 diletakkan pada kondisi air tanah tinggi atau
2
g/m , ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil uji kuat tanah tidak stabil, disarankan dibuat landasan
lentur pada sampel tangki fiber tersebut belum dari beton di dasar dan pasangan bata/beton
memenuhi ketentuan SNI sehingga diperlukan disekeliling tangki. Setelah peletakkan tangki,
perbaikan komposisi laminate/struktural lapisan kemudian diisi air setengah dari kedalaman
sampai memenuhi persyaratan sifat mekanis. tangki secara bersamaan/seimbang melalui
lubang pemeriksaan ke masing masing
Pada PdT-04-2005-C tentang Tata cara
kompartemen. Penimbunan dilakukan dengan
perencanaan dan pemasangan tangki biofilter
urugan tanah terpilih (tidak ada kerikil/batuan).
pengolahan air limbah, memuat tentang tata cara
Jika permukaan atas akan dibebani (di bawah
pemasangan namun belum memperhatikan
jalan raya/garasi), maka diperlukan penutup dari
kondisi tanah. Pemasangan tangki biofilter
beton bertulang.
dengan bahan fiber, harus dipasang pada tanah
Tabel 2 Uji struktur dan komposisi fiber pada tangki IPAL.
SNI 7504:2011 tentang Spesifikasi
Uji Hasil Uji material fiber reinforced plastics untuk
unit paket instalasi pengolahan air
Kuat tarik 103,64 MPa 62 M/Pa
Kuat tekan 159,51 MPa 110 MPa

Kuat lentur 7,92 MPa 110 MPa

Kandungan glass 36,55 % 28-33 %


Sumber : Lembaga Inspeksi, Puslitbang Permukiman, 2013

4.4 Pengoperasian dan pemeliharaan instalasi penyisihan polutan dapat berlangsung secara
pengolahan air limbah sistem biofilter efektif.
Selama pengoperasian, pemeriksaan
Sebelum pengoperasian sistem biofilter, penting
jaringan perpipaan di setiap bak kontrol dan
untuk melakukan tahap pembibitan/pembenihan,
pembersihan lemak atau padatan terapung di
yang dapat dilakukan secara alami yaitu dengan
bak penampung awal perlu dilakukan secara
penambahan tanah dari buangan resapan tangki
rutin. Sehingga pembinaan pengelolaan IPAL
septik atau lumpur dari tangki septik ataupun
yang umumnya oleh kelompok masyarakat
penambahan bakteri khusus.
sangat penting, untuk menghasilkan kinerja
Pembiakan/pembenihan ini dapat berlangsung
pengolahan air limbah yang sesuai dengan
sekitar satu bulan, dimaksudkan untuk
bakumutu dan berkelanjutan.
menumbuhkan bakteri pada media biofilter yang
berbentuk lapisan lendir/biofilm.
Selama waktu tersebut tidak boleh ada 5. KESIMPULAN
aliran yang keluar (efluen). Untuk sementara
aliran air limbah yang masuk dapat di bypass ke Berdasarkan kajian penerapan sistem biofilter
saluran terdekat yang direncanakan. Kemudian skala komunal untuk pengolahan air limbah,
dilakukan adaptasi/aklimatisasi (penyesuaian) maka dapat diuraikan bahwa pengolahan air
bakteri dengan air limbah domestik. Setelah limbah dengan sistem biofilter skala komunal
waktu tersebut pengoperasian rutin dapat dapat dipertimbangkan sebagai alternatif
dilaksanakan dimana air limbah dapat dialirkan teknologi yang ramah lingkungan, tidak
secara kontinu dan efluen dapat dibuang ke membutuhkan lahan yang luas serta kemudahan
saluran drainase atau badan air. Selama dalam pengoperasian dan pemeliharaan. Faktor
operasional sistem biofilter, perlu dilakukan yang mempengaruhi kinerja pengolahan air
pemeriksaan kualitas efluen untuk mengetahui limbah untuk menghasilkan sistem pengolahan
efisiensi penyisihan kontaminan air limbah dan air limbah yang stabil dan konsisten diantaranya
pencapaian kondisi stabil. Tahapan pembibitan adalah desain unit proses, media biofilter,
dan aklimatisasi tersebut perlu diuraikan secara karakteristik influen air limbah, konsumsi
rinci pada standar sistem biofilter, agar proses pemakaian air, kapasitas pengolahan, media
pembentukan biofilm pada media serta proses
211
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 3, November 2014: Hal 205 - 214

biofilter, proses pembentukan biofilm, bahan dan Badan Standarisasi Nasional (2011). SNI
konstruksi serta pengelolaan. 7504:2011, Spesifikasi material fiber
Sistem biofilter yang memenuhi kriteria reinforced plastics untuk unit paket
desain dan pengelolaan yang tepat dapat instalasi pengolahan air. Jakarta: BSN.
menghasilkan air olahan sesuai Keputusan Banu, Rajesh,J., Kaliappan, Sudalyandi and
menteri KLH Nomor 112 tahun 2003 atau Perda Beck Dieter. (2006). Treatment of sago
terkait, serta berpotensi diolah kembali untuk wastewater using hybrid anaerobic
dimanfaatkan sesuai tujuan daur ulang tertentu. reactor. Water Qual Res., J. Canada. 41,
Dalam penyusunan standar terkait perencanaan no. 1. 56-62.
sistem biofilter skala komunal, perlu untuk Dirjen SDA, Kementerian Pekerjaan Umum,
memperhatikan beberapa hal yaitu kapasitas (2011). Percepatan Pengembangan
pengolahan air limbah maksimum yang berkaitan Sektor Air Minum dalam Mencapai Target
dengan kualitas influen dan pemakaian air, Millennium Development Goals Tahun
alternatif desain unit proses, spesifikasi bahan 2015.Jakarta: IWWEF.
unit pengolahan air limbah yang meliputi unit Dirjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan
pengolahan, komponen sistem, perpipaan, dll. Umum (2009). Hidup Sehat dan Sejahtera
Ketentuan bahan tangki fiber, perlu dengan Air Minum dan Sanitasi
memperhatikan ketebalan, komposisi fiber, kuat Berkualitas.
lentur, kuat tarik dan kuat tekan, kriteria media
EPA. Environmental Protection Agency (1999).
biofilter (bahan media, rasio rongga, luas
Wastewater treatment manuals-Treatment
permukaan spesifik, dll) dan tata cara
systems for small communities, business,
pemasangan tangki biofilter pada kondisi tanah
leisure centres and hotels, Ireland.
keras (stabil), kondisi air tanah tinggi atau
kawasan pesisir. EPA.Environmental Protection Agency
(2004).Guidelines for Water Reuse,
Dalam penyusunan standar terkait
Washington.
pengoperasian dan pemeliharaan sistem biofilter
komunal, perlu untuk memperhatikan beberapa Kepmen LH (2003) no.112, Bakumutu air limbah
hal seperti tahapan proses adaptasi/aklimatisasi domestik.
(penyesuaian) bakteri dengan air limbah Mara, Duncan (2003). Domestic Wastewater
domestik, ketentuan pemeriksaan kualitas air Treatment in Developing Countries,
olahan baik pada tahap adaptasi maupun stabil London, UK: Earthscan.
dan ketentuan pemeliharaan di setiap unit Metcalf dan Eddy (2003). Wastewater
biofilter komunal. Engineering, Treatment and Reuse.
Hongkong : Mc Graw Hill Co.
UCAPAN TERIMAKASIH Lembaga Inspeksi Puslitbang Permukiman
(2012). Laporan Akhir Inspeksi Teknis Unit
Paket Instalasi Pengolahan Air Limbah
Terima kasih kepada Puslitbang Permukiman
(IPAL) Fiber Kapasitas 100 KK PT.
yang telah membiayai penelitian ini dan semua
Biofilter Sanitasi Indonesia. Bandung:
pihak yang telah mendukung tersusunnya tulisan
Puslitbang Permukiman, Kementerian PU.
ini.
Lembaga Inspeksi Pusat Litbang Permukiman
(2013). Laporan Akhir Inspeksi Unit Paket
DAFTAR PUSTAKA IPAL, Kapasitas 180 Jiwa PT. SUSTI.
Pd.T-04-2005-C, Tata cara perencanaan dan
Alley, E. Robert. (2007). Water Quality pemasangan tangki biofilter pengolahan
nd
Handbook, 2 Edition. Mc Graw Hill, New air limbah.
York. Pd.T-02-2004-C, Pengoperasian dan
Ayati, B., Ganjidoust, H. (2006). Comparing the pemeliharaan instalasi pengolah air limbah
efficiency of UAFF and UASB with hybrid rumah tangga dengan tangki biofilter.
reactor in treating wood fiber wastewater. Philip, Ralp. (2011). SWITCH Training kit
Iran J. Environmental Health Science Eng, Integrated Urban Water Management in
3 no.1, 39-44. the City of the Future, Module 5
Badan Standarisasi Nasional (2002). SNI 03- Wastewater-Exploring the options, ICLE
2398-2002, Tata cara perencanaan tangki European Secretariat GmbH, Freiburg.
septik dengan sistem resapan.Jakarta: Germany.
BSN. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman (2011). Laporan Akhir Model
212
Kajian Penerapan Teknologi Biofilter Skala Komunal Untuk Memenuhi Standar Perencanaan Pengolahan Air
Limbah Domestik (Elis Hastuti, Ida Medawati dan Sri Darwati)

Daur Ulang Air Limbah di Kawasan


Permukiman. Bandung.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman (2012). Laporan Akhir
Inovasi Model Pengolahan Air Limbah
Jasa Perawatan Kendaraan dengan
Sistem Hibrid. Bandung.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman (2012). Laporan Akhir
Penerapan Teknologi Air dan Sanitasi
Lingkungan Permukiman di Kawasan
DAS. Bandung.
Said, Idaman, Nusa (2008). Teknologi
Pengolahan Air Minum, Teori dan
Pengalaman Praktis. Jakarta : BPPT.
Soebagio, Bambang, 2013, Laporan Advis
Teknis : Perbaikan IPA FRP
menggunakan panel sandwich, Jakarta:
PuslitbangKim.
WEF, Water Environment Federation (2010).
WEF manual of practices no.3, Biofilm
Reactors. Alexandria, USA.
RSNI, Tata cara perencanaan pengolahan air
limbah setempat (2014), Pusat Litbang
Permukiman, Kementrian PU.
SNI 03-2398-2002 tentang Tata cara
perencanaan tangki septik dengan sistem
resapan.
SNI 7504: 2011 tentang Spesifikasi material fiber
reinforced plastics untuk unit paket
instalasi pengolahan air.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman (2006). Laporan Akhir
Pengembangan Pengolahan Air Limbah
Rumah Tangga dengan Sistem Ekologi
Sanitasi (ekosan).

213
Jurnal Standardisasi Volume 16 Nomor 3, November 2014: Hal 205 - 214

214

You might also like