You are on page 1of 1

Review 8.

4 inflamasi dan penyakit degenerasi sendi

8.4.1 devils claw

Devils claw atau Harpagophytum procumbens) merupakan tanaman asal Afrika


Selatan pada family Pedaliacea. Umbi perifer pada tanaman ini dapat tumbuh
hingga tebal 3cm dan panjang 20cm dan membentuk material yang bisa
digunakan sebagai simplisia. Umbi ini dipotong dan dikeringkan selama 3 hari.
Biasanya digunakan sebagai tonik pahit (dengan tingkat kepahitan 6000) dan
digunakan sebagai analgesic dan antipiretik. Beberapa glikosida iridoid ada pada
devils claw dan merupakan kunci pengaktifan herpagoside yang terkandung
dalam simplisia sebanyak 0,5% -1,6%.

Beberapa studi menunjukkan bahwa tanaman ini serta turunan harpagoside


memiliki aktivitas antiinflamasi dan antieksudatif. Beberapa uji telah dilakukan
pada tikus dan kebanyakan dari tes tersebut menghasilkan hasil positif terhadap
aktifitas anti-inflamasi.

Selain itu beberapa report lainnya menunjukkan efikasi dari pasien dengan
rheumatoid dan degenerasi sendi. Uji ini dilakukan dengan memberikan 89
pasien 2 gram serbuk devils claw setiap hari selama 2 bulan dan menghasilkan
penyembuhan yang signifikan.

Menurut Commision E monograph, devils claw juga bisa digunakan untuk


penyakit anoreksia dengan mengonsumsi 1,5 g simplisia dan untuk dyspepsia
dan membentu pengobatan degenerasi musculoskeletal dengan mengonsumsi
4,5 g simplisia. Devils claw ini kontraindikasi dengan tukak lambung dan usus.

8.4.2. aspen, ash, willow

Daun dan kulit pohon dari European asea (Populus tremula, family: Salicacea)
memiliki salisilat yang beraktivitas sebagai anti-inflamasi yang telah terbukti.
Ada pengujian mengenai keefektifan suatu kombinasi dari ash bark dengan
goldenrod untuk penyakit reumatik dan degenerative sendi, tetapi dikarenakan
defisiensi metode sehingga tidak menghasilkan hasil yang dapat dijadikan
pembuktian dari aktivitas aspen, ash, willow dalam penyakit reumatik dan
degenerative sendi.

You might also like