Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Nama : Dina Nurmala Sari
NIM : G4A014110
Disusun Oleh :
Nama : Dina Nurmala Sari
NIM : G4A014110
BAB I
3
Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
Pendidikan
No Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan
terakhir
1 Tn. K Bapak L 64 SD Petani
2 Ny. A Ibu P 56 SD IRT
Sumber : Data Primer, Desember 2016
BAB II
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 56 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Kewargenegaraan : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Cikidang 2/8
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama : Baal pada ujung-ujung jari tangan kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Onset : 1 minggu yang lalu
Durasi : sepanjang hari
Frekuensi :-
Kuantitas : tidak dapat membedakan permukaan
benda dengan ujung-ujung jari tangan kirinya.
Kualitas : mengganggu aktivitasnya sebagai IRT
Yang memperberat :-
Yang memperingan :-
Gejala penyerta : lemes, kencing malam hari meningkat
c. Hobby
Pasien tidak memiliki kegemaran tertentu
d. Occupational
Pasien adalah ibu rumah tangga yang banyak
menghabiskan waktu di rumah.
e. Personal habit
Pasien dan keluarga memiliki kebiasaan untuk menjaga
kebersihan yang cukup baik. Sebelum makan, pasien selalu
mencuci tangan terlebih dahulu. Makanan yang dikonsumsi
pasien pun dijaga kebersihannya. Begitu juga dengan kondisi
rumah pasien yang dibersihkan setiap harinya. Akan tetapi, pasien
mengaku tidak rutin berolahraga.
f. Diet
Pasien makan teratur dua atau tiga kali dalam sehari. Pasien
gemar mengkonsumsi makanan yang manis dan makanan yang
gurih. Hampir setiap hari pasien mempunyai kebiasaan meminum
teh manis dipagi hari. Pasien sering mengkonsumsi makanan
yang digoreng. Makanan yang dikonsumsi pasien adalah hasil
masakan pasien. Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan
tertentu.
g. Drug
Pasien tidak memiliki alergi obat. Pasien sudah
didiagnosis menderita penyakit diametes melitus namun pasien
jarang kontrol sehingga tidak rutin mengkonsumsi obat diabetes.
6. Riwayat Gizi
Pasien makan dua sampai tiga kali dalam sehari. Lauk pauk
yang biasa dikonsumsi adalah sayur, tempe, ikan, telur, dan sesekali
pasien mengkonsumsi daging. Pasien tidak mengkonsumsi susu.
Pasien sesekali mengkonsumsi buah seperti pisang, jeruk, atau
mangga. Tidak ada riwayat gizi kurang ataupun gizi buruk pada pasien
dan keluarga.
7. Riwayat Psikologi
7
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum/kesadaran
Sedang / compos mentis
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit
c. RR : 24 x/menit
d. Suhu : 36,5 oC per axiller
3. Status gizi
BB : 55 kg
TB : 158 cm
BMI : 22.9 kg/m2
Status gizi : underweight (kurus)
4. Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, sebagian rambut
berwarna putih, tidak mudah dicabut. Venektasi temporal
(+/+)
5. Kulit : Sianosis (-), ikterik (-), keriput, tugor kulit normal
6. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung
(-/-), pupil bulat isokor (3mm/3mm)
7. Telinga : Bentuk dan ukuran normal, cairan sekret (-/-)
8. Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), discharge (-/-).
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa mulut basah (+)
10. Tenggorokan: Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
11. Leher : JVP 5 + 2 cmH2O, Deviasi trakea (-), limfonodi cervicalis
9
tidak teraba
12. Thoraks :
Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-), ketertinggalan gerak (-/-)
Palpasi : Simetris, ketertinggalan gerak (-/-), vokal fremitus paru
kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri, batas paru
hepar SIC V LMCD
Auskultasi : Suara dasar vesikular (+/+), RBK (-/-), RBH basal (-/-)
Wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tampak di SIC VI 2 jari lateral LMCS
Pulsasi parasternal dextra sinistra (-/-) pulsasi
epigastrium (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC VI 2 jari lateral LMCS, kuat
angkat (-)
Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II LPSD
Batas jantung kiri atas SIC II LPSS
Batas jantung kanan bawah SIC V LPSD
Batas jantung kiri bawah SIC VI 2 jari lateral LMCS
Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallop (-)
13. Punggung : Skoliosis (-)
14. Abdomen
Inspeksi : cembung
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Abdomen supel, pekak sisi (-), pekak alih (-), nyeri tekan
(-) tes undulasi (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
15. Genitalia : Tidak diperiksa
16. Anorektal : Tidak diperiksa
17. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-),
10
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu : 278 gr/dL
Pemeriksaan Gula Darah Puasa : 136 gr/dL
F. RESUME
Anamnesis
Ny.A datang ke Puskesmas Cilongok 1 dengan keluhan Baal pada ujung-
ujung jari tangan kanan sejak 1 minggu yang lalu. Selain itu pasien juga
mengeluh lemas, kencing malam hari meningkat. Penderita Ny. A usia 56
tahun, tinggal dalam satu rumah bersama suami, sehingga bentuk keluarga
disebut nuclear family. Diagnosis pasien adalah Diabetes Melitus tipe 2.
Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari antusias suami dari
pasien yang menemani saat pasien sakit. Status ekonomi pasien termasuk
kelas menengah kebawah. Pasien memiliki hubungan yang harmonis dengan
suami, anak, saudara maupun tetangga. Pasien termasuk pribadi yang
pendiam dan jarang bercerita dengan keluarganya. Pasien bekerja sebagai IRT
dan suaminya bekerja sebagai petani.
Pemeriksaan Fisik
11
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit regular
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5oC
Fungsi Sensorik : hipestesi ujung-ujung jari tangan kanan
Pemeriksaan Penunjang
GDS : 278 gr/dL
GDP : 136 gr/dL
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek personal
Ny. A, usia 56 tahun tinggal hanya bersama dengan suaminya sehingga
bentuk keluarga nuclear family.
a. Idea : Pasien datang ke Puskesmas Cilongok 1 untuk berobat
b. Concern : Pasien merasa tangannya baal sehingga
mengganggu aktivitas nya sebagai ibu rumah tangga
c. Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera
sembuh
agar dapat kembali dalam keadaan semula
d. Anxiety : Ibu pasien meninggal oleh karena penyakit yang
serupa
2. Aspek klinis
Diagnosis Kerja : Diabetes Mellitus Tipe II
Gejala klinis : Lemas, hipostesi, dan poliuri
Diagnosis Banding : Diabetes Mellitus Tipe I
3. Aspek faktor intrinsik
Aspek faktor risiko intrinsik individu diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 56 tahun
b. Ibu pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus
c. Pasien gemar mengkonsumsi makanan manis dan makanan gurih
d. Pasien jarang berolahraga
4. Aspek faktor ekstrinsik
Aspek faktor ekstrinsik pada pasien diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Tingkat pendidikan pasien dan keluarga yang tinggal di sekitar rumah
pasien rendah
12
H. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF
1. Personal Care
Aspek kuratif
a. Medikamentosa
1) Glibenclamide 5 mg tablet 1-0-0
2) Metformin 500 mg tablet 3x1
3) Vitamin B compleks tablet 2x1
b. Non Medikamentosa
1) Olah raga secara teratur minimal 3 kali dalam seminggu selama
kurang lebih 15 menit.
2) Diet makanan dengan indeks gula rendah atau membatasi asupan
gula dan kolesterol.
3) Menghindari stress.
4) Bed rest atau cukup istirahat.
c. Konseling, Informasi, dan Edukasi
1) Edukasi pasien mengenai definisi DM
2) Edukasi pasien mengenai etiologi DM
3) Edukasi pasien mengenai faktor risiko DM
4) Edukasi pasien mengenai tanda dan gejala DM
5) Edukasi pasien mengenai pencegahan DM
6) Edukasi pasien mengenai komplikasi DM
13
H. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
14
I. FOLLOW UP
Sabtu, 10 Desember 2016 jam 08.00
S : keluhan baal belum berkurang, lemes (-), poliuri (-)
O : Keadaan umum tampak baik, mata cekung (-), air mata (+), mulut
basah, tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri
tekan pada bagian ulu hati (-),
VS : Tensi : 120/70 mmHg RR : 22 x/mnt, reguler
Nadi : 84 x/mnt Suhu : 36.2 C
Fungsi Sensorik : hipestesi ujung-ujung jari tangan kanan
A : baal ujung-ujung jari tangan kiri
P : Habiskan obat yang diberikan, makan makanan berindeks gula
rendah dan bergizi, berolahraga secara teratur, penderita dianjurkan
istirahat cukup dan kontrol ke pelayanan kesehatan jika obat habis
atau ada keluhan.
Senin, 12 Desember 2016 jam 08.00
S : Keluhan baal belum berkurang, lemes (-), poliuri (-)
O : Keadaan umum/kesadaran: baik/compos mentis
Tanda vital :
T : 130/90 mmHg RR : 24 x/menit
N : 108 x/menit S : 360C per axiler
Fungsi Sensorik : hipestesi ujung-ujung jari tangan kanan
A : DM
P : Habiskan obat yang diberikan, makan makanan berindeks gula
rendah dan bergizi, berolahraga secara teratur, penderita dianjurkan
istirahat cukup dan kontrol ke pelayanan kesehatan jika obat habis
atau ada keluhan.
Rabu, 14 Desember 2016
S : Keluhan baal sedikit berkurang, lemes (-), poliuri (-)
O : Keadaan umum/kesadaran: baik/compos mentis
15
Tanda vital :
T : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 98 x/menit S : 360C per axiler
Fungsi Sensorik : hipestesi ujung-ujung jari tangan kanan
A : DM
P : Habiskan obat yang diberikan, makan makanan berindeks gula
rendah dan bergizi, berolahraga secara teratur, penderita dianjurkan
istirahat cukup dan kontrol ke pelayanan kesehatan jika obat habis
atau ada keluhan.
J. FLOW SHEET
Hasil pemeriksaan dan terapi pasien dari awal masuk puskesmas sampai
home visit dijabarkan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1. Flow Sheet Ny. A
T N BB TB Lab
No Tgl Problem Planning Target
mmHg x/1 kg
1. 09/ Baal 110/80 90 55 158 GDS Habiskan Baal
12/ pada obat yang berkurang
278
201 ujung- diberikan,
GDP
6 ujung makan
jari 136 makanan
tangan berindeks
kiri gula rendah
dan bergizi,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
2. 10/ Keluhan 120/70 84 55 158 GDS Habiskan Gula darah
12/ baal obat yang terkontrol,
198
201 belum diberikan, gejala baal
6 berkura makan hilang
ng makanan
berindeks
gula rendah
dan bergizi,
berolahraga
secara teratur,
penderita
16
dianjurkan
istirahat
cukup
2. 12/ Baal 130/90 10 55 158 GDS Habiskan Gula darah
12/ pada 8 176 obat yang terkontrol,
201 ujung- diberikan, gejala baal
6 ujung makan hilang
jari makanan
tangan berindeks
kiri gula rendah
dan bergizi,
berolahraga
secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
3. 14/ Baal 110/70 98 40 150 GDS Habiskan Gula darah
12/ pada 179 obat yang terkontrol,
201 ujung- diberikan, gejala baal
6 ujung makan hilang
jari makanan
tangan berindeks
kiri gula rendah
Sedikit dan bergizi,
berkura berolahraga
ng secara teratur,
penderita
dianjurkan
istirahat
cukup
17
BAB III
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari Ny. A (56 tahun) dan Tn. K (64 tahun) serta
ketiga anak-anaknya yang sudah berkeluarga dan merantau. Ny. A
adalah anak kedua dari empat bersaudara. Kakak, adik-adik serta ayah
dari Ny. A tinggal berdekatan di lingkungan Ny. A. Fasilitas kesehatan
yang digunakan oleh Ny. A adalah puskesmas.
2. Fungsi Psikologis
Ny. A hanya tinggal bersama suaminya. Tn. K memiliki perhatian
yang cukup baik terhadap Ny. A. Selain itu, Ny. A juga mendapat perhatian
yang cukup baik dari kakak dan adik-adiknya. Meskipun jarang bertemu
dengan anak-anaknya, Ny. A selalu menjaga komunikasi lewat telefon.
Anak-anak Ny. A sangat peduli terhadap kedua orang tuanya. Ny. A juga
sangat menyayangi anak-anak serta cucu-cucunya, oleh karena itu, Ny. A
sering kali merasa sedih jika merindukan anak-anak serta cucu-cucunya.
Keluarga Ny. A jarang mengingatkan dan memotivasi Ny. A untuk
rutin kontrol terkait penyakit diabetes dan hipertensi yang diderita Ny. A.
Hal ini diakibatkan selain oleh karena tempat tinggal yang berjauhan,
tingkat pendidikan serta pengetahuan keluarga terhadap penyakit Ny. A
pun masih sangat minimal.
3. Fungsi Sosial
Ny. A senang bergaul dengan lingkungan di rumahnya saat ini
mengingat daerah tempat tinggalnya saat ini adalah tempat Ny. A
menghabiskan masa-masa kecilnya. Ny. A sangat antusias mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diselegarakan oleh perangkat desa. Akan tetapi,
kondisi sakit yang dialaminya saat ini memaksa Ny. A untuk membatasi
kegiatannya. Tn. K juga memiliki kesenangan untuk bergabung dengan
yang lain.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
18
Penghasilan keluarga berasal dari Tn. K sebagai petani dan dari anak-
anaknya yang sudah bekerja. Ny. A dan Tn. K mengaku uang pemberian
anak-anaknya cukup untuk kehidupan sehari-hari keluarga. Pembiayaan
puskesmas atau unit kesehatan yang lain ditanggung oleh BPJS subsidi.
Kesimpulan :
Penderita merupakan seorang ibu yang tinggal bersama suaminya,
yaitu Tn. K. Keluarga memberikan perhatian yang cukup baik terhadap Ny.
A meskipun dengan pengetahuan keluarga yang terbatas tentang penyakit
Ny. A sehingga keluarga jarang memotivasi Ny. A untuk memeriksa kondisi
kesehatannya. Masyarakat sekitar rumah Ny. A juga merupakan kerabat
dekat Ny. A. Ny. A menjadi jarang bergabung dalam kegiataan dengan
tetangganya oleh karena sakit yang dideritanya. Pendapatan keuangan Ny. A
dan Tn. K lebih banyak didapatkan dari pemberian anak-anaknya jika
dibandingkan dengan hasil pendapatan Tn. K sebagai petani. Pembiayaan unit
kesehatan ditanggung oleh BPJS bersubsidi.
Hampir
Hampir Kadang
A.P.G.A.R Ny. K Terhadap Keluarga tidak
selalu -kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 6, fungsi fisiologis Ny. A terhadap keluarga cukup sehat
Hampir
Hampir Kadang-
A.P.G.A.R Tn. S tidak
selalu kadang
pernah
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
A keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
P membahas dan membagi masalah
dengan saya
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
G
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
Saya puas dengan cara keluarga saya
R
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7, fungsi fisiologis Tn. S terhadap keluarga cukup sehat
Keterangan :
1. Economic (+) oleh karena ekonomi keluarga pasien tergolong menengah
ke bawah
2. Education (+) oleh karena pengetahuan pasien tentang kesehatan terutama
tentang penyakitnya masih kurang.
Kesimpulan :
Keluarga Ny. A, fungsi patologis yang ditemukan antara lain fungsi ekonomi
dan fungsi pendidikan.
D. GENOGRAM
22
Tn. K Ny. A
64 th 56 th
Ny. E
Ny. B Tn. H
27 th
34 th 30 th
: Laki-laki : Meninggal
: Pasien
Tn. K Ny. A
Kesimpulan :
Hubungan antara Tn. K dan Ny. A selaku suami istri baik
BAB IV
24
Pasien gemar mengkonsumsi makanan gurih, manis, jarang berolahraga, jarang menceritakan keluhannya
Keterangan:
: Faktor Perilaku
Kamar Mandi
Kamar Tidur
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. MASALAH MEDIS
1. Ny. A menderita Diabetes Melitus Tipe II
Pasien gemar mengkonsumsi makanan gurih, manis, jarang berolahraga, jarang menceritakan keluhannya
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996)
Tabel 5.1 Matrikulasi masalah
No Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxR
28
P S SB Mn Mo Ma
1. Pasien dan keluarga 5 5 5 4 5 5 5 62500
pasien mempunyai
pengetahuan kurang
mengenai DM
2. Riwayat penyakit yang 4 5 3 1 1 2 3 360
sama pada keluarga
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny. A adalah sebagai berikut :
1. Pasien dan keluarga pasien mempunyai pengetahuan kurang mengenai
DM
2. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga
29
BAB VI
RENCANA DAN HASIL PEMBINAAN KELUARGA
2. Materi
Materi yang akan diberikan kepada penderita dan keluarga pasien
adalah dalam bentuk penyuluhan dan edukasi mengenai modifikasi
pengertian, gejala dan tanda, faktor risiko timbulnya penyakit DM,
kegunaan/efek samping obat OHO dan cara pembinaan bagaimana
pentingnya pola hidup sehat bagi penderita DM.
Kunjungan pembinaan pembinaan keluarga :
Penjelasan dari penyakit DM?
Menjelaskan bahwa DM adalah penyakit yang tidak menular dan
merupakan penyakit keturunan, serta menjelaskan bahwa DM tidak
dapat disembuhkan namun bisa dikontrol.
Gejala dan tanda penyakit DM?
32
4. Sasaran Individu
Pasien dan suami pasien
5. Target Waktu
Hari / Tanggal : Senin, 12 Desember 2016 dan Rabu, 14 Desember
2016
Tempat : Rumah pasien
Waktu : 10.00 WIB
6. Rencana Evaluasi
1. Input : terdiri dari 1 orang pemberi
(pembina) materi pembinaan keluarga
2. Proses : proses pembinaan diikuti dari awal
sampai dengan akhir oleh semua anggota keluarga yang ada di rumah
(Tn. K dan Ny. A)
3. Output : Perubahan perilaku dan
penambahan pengetahuan tentang DM yang diukur melalui
pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana pembinaan keluarga di
akhir proses pembinaan keluarga. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
diantaranya adalah :
1) Apa itu penyakit DM? Biasanya dikenal dengan nama apa?
2) Apa saja faktor risiko penyakit DM?
3) Apa gejala jika terkena penyakit DM?
4) Bagaimana cara mengobati penyakit DM?
5) Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan penyakit DM?
6) Bagaimana cara mencegah komplikasi penyakit DM?
7) Apa saja yang perlu dihindari untuk mencegah penyakit DM?
7. Angka keberhasilan
>80% : baik
60%-80% : cukup
<60% : kurang
34
B. HASIL EVALUASI
1. Evaluasi Formatif
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada 2 orang yaitu Pasien Ny.
Adan suami pasien Tn. K. Metode yang digunakan berupa konseling
edukasi tentang penyakit DM mulai dari definisi, etiologi, komplikasi,
penatalaksanaan serta pencegahan komplikasi dan pencegahan terjadinya
penyakit.
2. Evaluasi Promotif
Sasaran konseling sebanyak 2 orang yaitu, pasien dan suami
pasien. Waktu pelaksanaan kegiatan pada Sabtu 10 Desember 2016 dan
Jumat 11 Desember 2016 di rumah pasien. Konseling berjalan dengan
lancar dan pasien merasa puas karena merasa lebih diperhatikan dengan
adanya konseling serta kunjungan untuk memberikan edukasi tentang
penyakit yang sedang di derita Ny. A.
3. Evaluasi Sumatif
Sebelum dilakukan konseling, pasien dan suami pasien mengaku
belum memahami penyakit yang diderita Ny. A sehingga dengan adanya
konseling pasien merasa puas dan senang karena menjadi lebih paham
tentang penyakitnya. Setelah konseling dilakukan tanya jawab,
narasumber memberikan 7 pertanyaan dan pasien mampu menjawab 6
(85%) pertanyaan, sementara suami pasien mampu menjawa 5 (71%)
pertanyaan dengan tepat.
35
kegiatan
senam yang
dilakukan
puskesmas
setiap hari
jumat
a.
37
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA
E. DIAGNOSIS
1. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala gagal jantung mencerminkan derajat kerusakan
miokardium dan kemmapuan serta besarnya respon kompensasi antara
lain: dispnea, oliguria, lemah, lelah, pucat dan berat badak bertambah.
Pada asukultasi terdapat ronkhi basah, bunyi jantung ketiga (akibat dilatasi
jantung dan ketidaklenturan ventrikel waktu pengisian cepat). Pada
elektrokardiogram terdapat takikardia. Dan pada radiogram dada terdapat
kardiomegali, kongesti vena pulmonalis, redisbusi vaskular ke lobus atas
(Kushariyadi, 2005).
a. Sesak nafas: peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri
menyebakna transudasi cairan kejaringan paru. Penurunan regangan
(compliance) paru menambah kerja napas. Sensasi sesak nafas juga
disebabkan penurunan aliran darah ke otot pernapasan. Awalnya,
sesak nafas timbul saat beraktivitas, dan jika gagal jantung makin
berat sesak nafas timbul bahkan saat istirahat.
b. Ortopnea: kesulitan bernapas terjadi beberapa menit setelah
berbaring. Pada saat posisi berbaring, makan terdapat penurunan
aliran darah diperifer dan peningkatan volume darah disentral
(rongga dada). Pada penderita gagal jantung hal ini berakibat
peningkatan tekanan pengisian bilik kiri dan sembab paru. Kapasitas
vital juga menurunkan pada posisi berbaring adlah satu faktor
penyebab ortopnea.
c. Paroxysmal nocturnal dyspnea: sering dijumpai, akibat terjadinya
sembab paru yang terjadi saat setelah berbaring.
d. Batuk: terjadi sembab pada bronkus dan penekanan pada bronkus
oleh atrium kiri yang dilatasi.
e. Takikardia: peningkatan denyut jantung akibat peningkatan tonus
simpatik. Penurunan curah jantung dan tekanan darah meningkat
denyut jantung melalui baroresptor di aorta dan arteri karotis.
f. Pernapasan cheyne stokes: mekanisme pernapasan yang belum jelas
pada gagal jantung akut. Diduga ada peningkatan tekanan sensitifitas
41
2. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan untuk menemukan penyebab, menilai beratnya penyakit
dan memantau pengobatan (Patrick, 2005):
a. Elektrokardiografi
Infark Miokard lama, hipertrofi ventrikel kiri (misalnya pada
hipertensi, stenosis aorta). Gambaran EKG yang normal sangat jarang
dijumpai pada CHF. Aritmia, misalnya atriaum fibrilasi.
b. Ekokardiografi
Teknik esensial yang sederhana dan non invasive dalam menegakkan
diagnosis etiologi, keparahan dan menyingkirkan penyakit katup
jantung yang penting.
c. Foto thorax
Pembesaran jantung, kongesti paru atau edema paru.
d. Biokimiawi
Elektrolit, fungsi ginjal, dan hematologi
e. Kateterisasi
Pada semua gagal jantung yang penyebabnya tidak diketahui untuk
menyingkirkan penyakit jantung koroner kritis, atau untuk menilai
keparahan penyakit jantung koroner dan pilihab pengobatan pada
mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung iskemik.
F. TATALAKSANA (Patrick, 2005)
1. Terapi Umum
Obati penyebab yang mendasari dan aritmia bila ada. Kurangi asupan
garam dan air, pantau terapi dengan mengukur berat badan setiap hari.
Obati faktor resiko hipertensi dan PJK dengan tepat.
2. Diuretik
Diuretik adalah dasar terapi simptomatik. Dosisnya harus cukup besar
untuk menghilangkan edema paru dan atau perifer. Efek samping utama
adalah hipokalemia (berikan suplemen K+ atau diuretic hemat kalium,
seperti amilorid). Sprironolakton suatu diuretic hemat kalium (antagonis
aldosteron), memperbaiki prognosis pada CHF berat.
43
3. Inhibitor ACE
Inhibitor ACE menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin
II. Memotong respon neuroendokrin maladaptive, menimbulkan
vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah. Efek samping yang paling
banyak dijumpai adalah batuk kering persisten.
4. Antagonis reseptor angiotensin II
Misalnya losartan, menghambat angiotensin II dengan antagonis langsung
terhadap reseptornya. Efek dan manfaatnya sama seperti inhibitor ACE.
5. bloker
Contohnya seperti bisoprolol, metoprolol dan karvedilol. bloker
diberikan hanya pada pasien yang stabil, dengan dosis yang sangat rendah,
dinaikan bertahap. Membalikan keadaan ini dan memperbaiki status
fungsional serta prognosisi. Menurunkan kegagalan pompa serta kematian
mendadak akibat aritmia.
6. Digoksin
Memiliki efek inotropik positif pada irama sinus dan menyebabkan
perbaikan simptomatis serta menurunkan tingkat perawatan di rumah sakit
meskipun tidak mempengaruhi tingkat mortalitas.
DIABETES MELLITUS
A. DEFINISI DIABETES MELLITUS
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia dan gangguan
metabolik yang terjadi berhubungan dengan kerusakan berbagai macam
organ, terutama ginjal, mata, saraf, jantung dan pembuluh darah (Adhi,
2011)
Dalam DM Tipe 2, pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah
insulin untuk metabolisme glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu
untuk memanfaatkan secara efisien. Seiring waktu, penurunan produksi
insulin dan kadar glukosa darah meningkat (Adhi, 2011). Diabetes
44
insulin puasa meningkat tajam, akan tetapi jika kadar glukosa darah
puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin tidak mampu meningkat
lebih tinggi lagi; pada tahap ini mulai terjadi kelelahan sel beta
menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat kadar insulin puasa dalam
darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap produksi
glukosa hati khususnya glukoneogenesis mulai berkurang sehingga
produksi glukosa hati makin meningkat dan mengakibatkan
hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang dapat menurunkan fungsi
sel beta diduga merupakan faktor yang didapat (acquired) antara lain
menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa kandungan dan bayi,
adanya deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik glukosa (glucose
toXicity) (Schteingart, 2005 dikutip oleh Indraswari, 2010).
Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin
tetap dapat dipertahankan sedangkan pada sebagian orang lain sudah
terjadi resistensi insulin dalam beberapa tingkatan. Pada seorang
penderita dapat terjadi respons metabolik terhadap kerja insulin tertentu
tetap normal, sementara terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain
sudah terjadi gangguan. Resistensi insulin merupakan sindrom yang
heterogen, dengan faktor genetik dan lingkungan berperan penting pada
perkembangannya. Selain resistensi insulin berkaitan dengan
kegemukan, terutama gemuk di perut, sindrom ini juga ternyata dapat
terjadi pada orang yang tidak gemuk. Faktor lain seperti kurangnya
aktifitas fisik, makanan mengandung lemak, juga dinyatakan berkaitan
dengan perkembangan terjadinya kegemukan dan resistensi insulin
(Indraswari, 2010).
E. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko DM dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.(unmodifiable risk
factors):
a. Usia
Semakin meningkat usia, fungsi organ tubuh akan semakin
menurun. Aktivitas sel pankreas untuk menghasilkan insulin
49
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat < 17
berat
Kekurangan berat badan tingkat 17,0-18,4
ringan
Normal 18,5-25
Kegemukan Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0-27,0
51
e. Stress
Kondisi stress berat bisa mengganggu keseimbangan
berbagai hormon dalam tubuh termasuk produksi hormon insulin.
Respon stress menyebabkan terjadinya sekresi sistem saraf
simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis-medular, dan bila
stress menetap maka sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan
dan akan mensekresi corticotropin releasing factor yang
menstimulasi pituitari anterior memproduksi adenocorticotropic
factor (ACTH). ACTH menstimulasi produksi kortisol, yang akan
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (Goyal et al.,
2008).
f. Pola makan ( konsumsi makanan berkolesterol tinggi)
g. Diet tidak seimbang dengan tinggi gula dan rendah serat.
Konsumsi makanan yang tidak seimbang, tinggi gula dan rendah
serat juga merupakaan faktor risiko DM.
F. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klasik DM seperti poliuria, polidipsi, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan
lain dapat berupa lemah badan, kesemutan, gatal-gatal, pandangan
mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada
wanita (PERKENI, 2011)
DM pada usila umumnya bersifat asimptomatik, kalaupun ada
gejala, seringkali berupa gejala tidak khas seperti kelemahan, letargi,
perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif atau kemampuan
fungsional (antara lain delirium, demensia, depresi, agitasi, mudah
jatuh, dan inkontinensia urin).Inilah yang menyebabkan diagnosis DM
pada lansia seringkali agak terlambat. Bahkan, DM pada usila
seringkali baru terdiagnosis setelah timbul penyakit lain. Berikut ini
adalah data M.V. Shestakova (1999) mengenai manifestasi klinis
pasien lansia sebelum diagnosis DM ditegakkan (PERKENII, 2011).
G. DIAGNOSIS
Diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan melalui tiga cara :
1. Gejala klasik DM dan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl
55
H. PENATALAKSANAAN
Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus menurut Perkeni (2006)
mencakup poinpoin di bawah ini :
1) Edukasi
2) Terapi gizi medis
3) Latihan jasmani
4) Intervensi farmakologis
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apabila kadar glukosa
darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis
dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada
keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan secara tunggal atau
langsung kombinasi, sesuai indikasi.Dalam keadaan dekompensasi
metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yang
56
HIPERTENSI
A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Menurut JNC VII, hipertensi adalah suatu keadaan tekanan darah dalam
arteri tinggi. Sebagai batasannya telah diajukan berkisar dari tekanan sistolik
140-200 mmHg dan tekanan diastolik 90-110 mmHg (Dorland, 2007).
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung dan gagal
ginjal. Selain itu, hipertensi selalu muncul dengan faktor risiko
kardiovaskuler lainnya seperti, merokok, diabetes, hiperlipidemia, dan
obesitas (WHO, 2003). Kejadian hipertensi menjadi perhatian semua
kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan baik jangka
pendek maupun jangka panjang, sehingga membutuhkan penanggulangan
yang menyeluruh dan terpadu (Irza, 2009).
61
F. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosa hipertensi esensial sebagaimana lazimnya
penegakan diagnosa panyakit lain, dimulai dengan anamnesa dan
pemeriksaan fisik. Hal ini penting dilakukan, untuk menyingkirkan
diagnosa hipertensi akibat renal atau hipertensi sekunder. Diagnosis
berdasarkan hal berikut (Basha,2004) :
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu di perhatikan perjalanan penyakit
hipertensi secara menyeluruh. 70-80% kasus hipertensi esensial
didapat riwayat hipertensi dalam keluarga.Sebagian besar
hipertensi esensial timbul pada usia 25-45 tahun, dan hanya 20%
timbul di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun.
68
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ny. A adalah seorang pasien yang
didiagnosis neuropati diabetikum.
1. Aspek personal
Ny. A, usia 56 tahun tinggal hanya bersama dengan suaminya sehingga
bentuk keluarga nuclear family.
e. Idea : Pasien datang ke Puskesmas Cilongok 1 untuk berobat
f. Concern : Pasien merasa tangannya baal sehingga
mengganggu aktivitas nya sebagai ibu rumah tangga
g. Expectacy : Pasien mempunyai harapan penyakitnya segera
sembuh
agar dapat kembali dalam keadaan semula
h. Anxiety : Ibu pasien meninggal oleh karena penyakit yang
serupa
2. Aspek klinis
Diagnosis Kerja : neuropati diabetikum
Gejala klinis : Lemas, hipostesi, dan poliuri
3. Aspek faktor intrinsik
Aspek faktor risiko intrinsik individu diantaranya adalah sebagai
berikut :
e. Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 56 tahun
f. Ibu pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus
g. Pasien gemar mengkonsumsi makanan manis dan makanan gurih
h. Pasien jarang berolahraga
4. Aspek faktor ekstrinsik
Aspek faktor ekstrinsik pada pasien diantaranya adalah sebagai
berikut :
f. Tingkat pendidikan pasien dan keluarga yang tinggal di sekitar rumah
pasien rendah
g. Pengetahuan pasien mengenai kondisi penyakitnya kurang baik
h. Kondisi ekonomi pasien termasuk ke dalam golongan menengah ke
bawah
i. Kondisi rumah pasien kurang baik
j. Kondisi lingkungan di sekitar rumah pasien kurang bersih
74
2. Preventif : Makan makanan yang cukup bergizi dan diet diabetes yang
harus dilaksanakan, rutin control gula darah, merawat luka sehingga tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakitnya.
3. Kuratif : Pasien minum OAD (Obat Anti Diabetes) yang diberikan dokter
secara rutin dan teratur. Suaminya harus selalu mengingatkan dan
mengawasi untuk minum obat dan mengontrol pola makan penderita dan
ikut mendukung dengan mengantarkan berobat ke pelayanan kesehatan.
Menyarankan agar pasien mengikuti prolanis dan posbindu.
DAFTAR PUSTAKA
75
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC
Kumar V, Abbas AK, and Fausto N. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basic
of Disease 7th. China: Elsevier Inc.
Waspadji, Sarwono dkk., 2009. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.
LAMPIRAN
76