You are on page 1of 14

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No.

1, Desember 2016

FAKTOR RISIKO KOMPLIKASI KRONIS (KAKI DIABETIK) DALAM


DIABETES MELLITUS TIPE 2

Lina Ema Purwanti*, Sholihatul Maghfirah*


*Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease characterized by blood


glucose levels than normal and impaired metabolism of carbohydrates, fats and
proteins caused by insulin deficiency relative or absolute. Chronic complications
that often occur in patients with Type 2 diabetes mellitus is diabetic foot. The
purposed of this study was to analyzed the risk factors of chronic complications
(diabetic foot) in patients with Type 2 diabetes mellitus. The design of this
research was descriptive analytic with cross sectional approach. This study will
be conducted in the Medical Practitioners Prolanis of Ponorogo to 75 patients
with Type 2 diabetes mellitus using questionnaire and observation. The result
showed that only a visual impairment factors that significantly influence the
incidence of diabetic foot, with p value (Chi Square) 0.119, and OR: 4. Knowing
the risk factors that most influence on the incidence of chronic complications
(diabetic foot) in patients with Type 2 diabetes can be a non-pharmacological
preventive measures that can prevent diabetic foot are at risk of disability due to
amputation and death.

Keyword : Risk factors, Chronic Complication (Diabetic foot), DM Type 2

PENDAHULUAN meningkat dan kegiatan fisik kurang


Diabetes Mellitus (DM) (Waspadji, 2006). DM perlu diteliti
merupakan suatu penyakit menahun dan diamati karena sifat penyakit
yang ditandai oleh kadar glukosa yang kronik progresif, jumlah
darah melebihi normal dan penderita meningkat dan dampak
gangguan metabolisme karbohidrat, negatif baik dari segi sosial,
lemak dan protein yang disebabkan ekonomi dan psikologis yang
oleh kekurangan hormon insulin ditimbulkan.
secara relatif maupun absolut. Menurut WHO (2000)
Apabila tidak terkendali penderita DM mencapai 171,2 juta
menyebabkan komplikasi akut orang dan tahun 2030 diperkirakan
maupun kronik (Lemone & Burke, 366,2 juta orang atau naik sebesar
2008; Smeltzer & Bare, 2008; 114% dalam kurun waktu 30 tahun
American Diabetes Association (Diabetes UK, 2010). Menurut
[ADA], 2010). Peningkatan survei WHO, penderita DM di
penderita DM berkaitan dengan Indonesia pada tahun 2000 terdapat
populasi yang meningkat, life 8,4 juta orang dan diprediksi akan
expectancy bertambah, urbanisasi meningkat menjadi 21,3 juta pada
yang merubah pola hidup tradisional tahun 2030. Jumlah tersebut
ke modern, prevalensi obesitas menempati urutan ke-4 terbesar di

26
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

dunia, setelah India (31,7 juta), Cina sampel 58 responden dengan hasil
(20,8 juta), dan Amerika Serikat terdapat hubungan antara tingkat
(17,7 juta) (Roglic G, et al, 2005). pendidikan, usia, HbA1c > 8%,
Provinsi Jawa Timur merupakan obesitas dan hipertensi, sedangkan
salah satu dari 13 provinsi yang jenis kelamin dan riwayat merokok
mempunyai prevalensi DM di atas tidak memiliki hubungan dengan
prevalensi nasional. Berdasarkan kejadian kaki diabetik. Angka
survey peneliti, di Kabupaten terjadinya ulkus diabetikum pada
Ponorogo 80% pasien yang dikelola pasien diabetes melitus lebih banyak
Dokter Prolanis adalah pasien DM terjadi pada pasien diabetes melitus
Tipe 2. tipe 2, dan mayoritas berusia lanjut
Komplikasi menahun DM di (Zahtamal, 2007). Proses penuaan
Indonesia terdiri atas neuropati 60%, secara degeratif berdampak pada
penyakit jantung koroner 20,5%, perubahan secara keseluruhan,
kaki diabetik 15%, retinopati 10%, dengan adanya proses penuaan
dan nefropati 7,1% (Tjokroprawiro, disertai kondisi penyakit. Penderita
1999; Waspadji, 2006). Kaki diabetes melitus harus lebih
diabetik di Indonesia merupakan memperhatikan kesehatannya untuk
permasalahan yang belum dapat mencegah terjadinya komplikasi.
terkelola dengan baik. Prevalensi Lamanya diabetes melitus 8 tahun,
terjadinya Kaki diabetik di adanya deformitas kaki karena kadar
Indonesia sebesar 15% dan sering glukosa darah yang tidak terkontrol
kali berakhir dengan kecacatan dan dan adanya gangguan penglihatan
kematian (Waspadji, 2006). mempengaruhi penatalaksanaan
Menurut data di Rumah Sakit dalam pencegahan terjadinya ulkus
Umum Pusat dr. Cipto seperti sulitnya melakukan
Mangunkusomo tahun 2003 (dalam perawatan kaki atau inspeksi kaki.
Waspadji, 2006) angka kematian Penderita diabetes melitus dengan
dan angka amputasi masih tinggi, riwayat ulkus sebelumnya berisiko
masing-masing sebesar 16% dan terjadinya ulkus berulang. Hal
28%. Pasien diabetes melitus tersebut dapat disebabkan karena
dengan kaki diabetik pasca amputasi banyaknya penderita diabetes
sebanyak 14,3% akan meninggal melitus yang mengatakan tidak
dalam setahun pasca amputasi dan paham dalam melakukan pencegah
sebanyak 37% akan meninggal 3 terhadap terjadinya ulkus berulang
tahun pasca amputasi. disertai dengan riwayat merokok
Penelitian yang dilakukan sehingga memperburuk kondisi
oleh Hastuti (2008) menunjukkan kesehatan.
bahwa faktor terjadinya kaki
diabetik yaitu lama diabetes melitus BAHAN DAN METODE
>10 Tahun, kadar kolesterol >200
mg/dl, kadar HDL < 45 mg/dl, Penelitian ini menggunakan
ketidakpatuhan diet diabetes desain korelasi dengan pendekatan
melitus, kurangnya latihan fisik, crossectional. Penelitian ini
perawatan kaki tidak teratur dan dilakukan di Praktek Dokter
penggunaan alas kaki tidak tepat dan Prolanis Kabupaten Ponorogo.
penelitian yang dilakukan oleh Populasi dalam penelitian ini adalah
Sugiarto (2013) dengan jumlah pasien penderita DM Tipe 2 yang
27
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

berobat ke dokter Prolanis sebanyak


298 pasien. Jumlah Sampel adalah Penelitian ini terdiri dari dua
75 orang yang diambil dengan variabel utama, berupa variabel
teknik purposive sampling, yaitu independen yaitu Merokok,
pengambilan sampel yang Olahraga, Lama diabetes melitus > 8
didasarkan atas pertimbangan dan tahun, Penggunaan alas kaki,
sesuai dengan kriteria inklusi dan Gangguan penglihatan, Deformitas
eksklusi. Kriteria inklusi pada kaki, Riwayat ulkus sebelumnya,
penelitian ini adalah: Perawatan kaki tidak teratur,
a. Pasien yang menjalani perawatan Dukungan keluarga, dan variabel
di dokter Prolanis dependen yaitu kejadian komplikasi
b. Dapat berkomunikasi verbal kronik (kaki diabetik).
dengan baik
c. Mampu membaca dan menulis HASIL PENELITIAN
d. Bersedia menjadi responden
penelitian dan ada pada saat
penelitian
Sedangkan kriteria eksklusi
pada penelitian ini adalah Pasien
DM dengan penurunan kesadaran.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden April 2015 (n =75)

Variabel Mean Median Modus SD Min Maks


Usia (tahun) 61 63 52 8,910 37 82

GDA (mg/dl) 141 127 105 5,704 69 397

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan,


pekerjaan dan status pernikahan Responden April 2015 (n = 75)

Variabel Kategori Jumlah Presentase


(%)
Jenis Kelamin Laki-laki 32 42,7
Perempuan 43 57,3
Tingkat Pendidikan SD 6 8
SMP 12 16
SMA 33 44
Akademi/PT 24 32
Pekerjaan Buruh 1 1,3
Petani 4 5,3
PNS 25 33,3
Tidak Bekerja 24 32
Karyawan 7 9,3
Pensiunan 14 18,8
*Signifikansi pada = 0,05

28
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

Tabel 3. Analisis Faktor Risiko Kejadian Komplikasi Kronik (Kaki Diabetik)


pada Pasien DM Tipe 2 Bulan April 2015 (n = 75)

Faktor B Wald Sig. OR P value


Risiko (Chi Square)
Step Merokok -18.421 0.000 0.999 - 0,702
1a Olahraga -0.868 0.567 0.451 0,5 0,536
LamaDM 0.158 0.019 0.891 1,41 0,711
Gg.Lihat 2.207 2.824 0.093 4 0,119
Riw.Ulkus 0.620 0.160 0.689 3,25 0,306
Defor.Kak -0.524 0.116 0.733 1,93 0,569
i
PakaiAlas 2.172 0.897 0.344 0,66 0,727
Kaki
RawatKak -2.585 2.003 0.157 0,25 0,166
i
Dukungan -0.331 .076 0.783 0,39 0,311
Klg
Constant -3.031 2.222 0.136
Step Gg.Lihat 1.393 2.142 0.143
9a Constant -3.239 20.186 0.000

Pada Tabel 5.1 dan 5.2 diabetik) pada pasien DM Tipe 2,


terlihat mayoritas jumlah responden dan pasien DM Tipe 2 mengalami
yaitu 43 orang (57,3%) berjenis risiko 4 kali lebih tinggi terkena
kelamin perempuan dan berusia komplikasi kronik DM.
rata-rata 61 tahun, dengan tingkat
pendidikan terbanyak SMA yaitu 33
orang (44%). Sejumlah 25 PEMBAHASAN
responden (33,3%) bekerja sebagai
PNS. Gambaran Kadar Gula Darah Faktor merokok terhadap
Acak (GDA) selama penelitian rata- kejadian komplikasi kronik (kaki
rata adalah 141mg/dl, artinya kadar diabetik) pada pasien DM tipe 2.
gula darah responden selama Pada Tabel 3 menggambarkan
penelitian rata-rata normal walaupun bahwa factor risiko merokok
ada yang mempunyai kadar gula mempunyai p value 0,702
darah 69mg/dl dan 397mg/dl. (signifikansi pada = 0,05), hal ini
Dari hasil uji regresi logistic berarti bahwa merokok bukan
di atas, dinyatakan bahwa hanya termasuk faktor risiko kejadian
factor gangguan penglihatan yang komplikasi kronik DM (kaki
berpengaruh signifikan terhadap diabetic) pada pasien DM di
kejadian kaki diabetic, dengan p Ponorogo. Menurut penelitian,
value (menggunakan Chi Square) mereka yang menghabiskan
0,119 ( = 0,05). Sehingga hipotesis sedikitnya 20 batang rokok sehari
4 diterima bahwa ada pengaruh memiliki risiko terserang diabetes
gangguan penglihatan terhadap 62% lebih tinggi dibandingkan
kejadian komplikasi kronik (kaki dengan orang yang tidak merokok.
Merokok dapat mengakibatkan
29
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

kondisi yang tahan terhadap insulin, Faktor aktifitas/olahraga


kata para peneliti tersebut. Itu terhadap kejadian komplikasi kronik
berarti merokok dapat mencampuri (kaki diabetik) pada pasien DM tipe
cara tubuh memanfaatkan insulin. 2. Pada Tabel 3 menggambarkan
Kekebalan tubuh terhadap insulin bahwa faktor risiko merokok
biasanya mengawali terbentuknya mempunyai p value 0,536 dengan
Diabetes tipe Merokok, pasien OR 0,5 (signifikansi pada = 0,05).
diabetes melitus yang memiliki Hal ini berarti bahwa merokok
riwayat atau kebiasaan merokok bukan termasuk faktor risiko
berisiko 10-16 kali lebih besar kejadian komplikasi kronik DM
terjadinya peripheral arterial (kaki diabetic) pada pasien DM di
disease (Baker, 2005). Peripheral Ponorogo tetapi pasien DM yang
arterial disease merupakan penyakit tidak atau kurang melakukan
dimana adanya sumbatan aliran aktifitas berisiko 0,5 kali terkena
darah dari atau ke jaringan organ. komplikasi kronik. Setiap gerakan
Sumbatan pada aliran darah dapat tubuh dengan tujuan meningkatkan
terbentuk atas lemak, kalsium, dan mengeluarkan tenaga dan
jaringan fibrosa atau zat lain. energi, yang biasa dilakukan atau
Sumbatan akut pada ekstremitas aktivitas sehari-hari sesuai profesi
bermanifestasi sebagai gejala- gejala atau pekerjaan. Sedangkan faktor
iskemia yang timbulnya mendadak iesiko penderita DM adalah mereka
seperti nyeri, pucat, hilangnya yang memiliki aktivitas minim,
denyut nadi dan paralisis (Schwartz, sehingga pengeluaran tenaga dan
Seymour I, 2000). Penyumbatan energi hanya sedikit. Olahraga,
pembuluh darah yang terbentuk penerapan pola hidup sehat pada
pada aliran darah pasien diabetes pasien diabetes melitus sangat
melitus yang memiliki kebiasaan dianjurkan, salah satunya yaitu
merokok disebabkan karena bahan dengan berolahraga secara rutin.
kimia dalam tembakau yang dapat Menurut penelitian Lawrence
merusak sel endotel yang melapisi Kinsell (dalam Mangoenprasodjo,
dinding pembuluh darah sehingga 2005) responden yang diberikan
meningkatkan permeabilitas lipid latihan olahraga diketahui
(lemak) dan komponen darah kebutuhan insulinnya menurun
lainnya serta merangsang sampai 40 % dan merasa lebih sehat
pembentukan lemak substansi atau dibandingkan dengan responden
ateroma. Sumbatan pada pembuluh yang tidak berolahraga. Olahraga
darah mengakibatkan penurunan tidak hanya menurunkan kebutuhan
jumlah sirkulasi darah pada kaki dan insulin pada tubuh, olahraga juga
menurunkan jumlah oksigen yang dapat meningkatkan sirkulasi darah
dikirim ke jaringan dan terutama pada bagian kaki
menyebabkan iskemia dan ulserasi (Mangoenprasodjo, 2005).
atau ulkus diabetikum (Baker, Penelitian yang dilakukan
2005). Menurut peneliti, kondisi ini oleh Yadav, Tiwari, and Dhanaraj
disebabkan karena banyak (2008) aktivitas fisik seperti berjalan
responden pada penelitian ini yang kaki setidaknya 30 menit perhari
tidak merokok, salah satunya akibat dapat menurunkan terjadinya
jenis kelamin laki laki lebih komplikasi seperti timbulnya ulkus
sedikit daripada perempuan. diabetikum. Menurut peneliti, pasien
30
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

DM yang tidak atau kurang hasilnya tidak signifikan tetapi


beraktifitas tetap mempunyai risiko pasien yang tidak pernah/jarang
komplikasi kronik (kaki diabetik). menggunakan alas kaki tetap
Namun demikian perlu ditingkatkan mempunyai risiko terkena
motivasi terhadap pasien DM di komplikasi kaki diabetik.
Ponorogo tentang pentingnya Faktor lama diabetes Melitus
aktivitas fisik untuk mengurangi 8 tahun terhadap kejadian
risiko komplikasi kronik. komplikasi kronik (kaki diabetik)
Faktor penggunaan alas pada pasien DM tipe 2. Pada hasil
terhadap kejadian komplikasi kronik penelitian menunjukkan bahwa
(kaki diabetik) pada pasien DM tipe variabel lamanya menderita DM
2. Hasil penelitian menunjukkan mempunyai p value 0,711 dengan
bahwa tingkat signifikansi pada OR 1,41. Penelitian di India oleh
variabel penggunaan alas kaki Shahi tahun 2012 pada 678 pasien
terhadap kejadian komplikasi kronik diabetes melltius menunjukkan hasil
(kaki diabetic) sebesar 0,727 dengan lama menderita diabetes melitus 8
OR 0,66. Kaki pasien diabetes tahun merupakan faktor risiko
melitus sangat rentan terhadap terjadinya ulkus diabetikum dengan
terjadinya luka, hal ini disebabkan (OR-6,97, p = 0,00). Pasien diabetes
karena adanya neuropati diabetik melitus yang sudah lama didiagnosa
dimana pasien diabetes mengalami penyakit diabetes memiliki risiko
penurunan pada indra perasanya. lebih tinggi terjadinya ulkus
Pengunaan alas kaki yang benar diabetikum. Kadar gula darah yang
menurut Armstrong, SA, GD, and tidak terkontrol dari waktu ke waktu
RW (2008) cukup efektif untuk dapat mengakibatkan hiperglikemia
menurunkan angka terjadinya luka sehingga dapat menimbulkan
diabetikum karena dengan komplikasi yang berhubungan
menggunakan alas kaki yang tepat dengan neuropati diabetik dimana
dapat mengurangi tekanan pada pasien diabetes melitus akan
plantar kaki dan mencegah kaki atau kehilangan sensasi perasa dan tidak
melindungi kaki agar tidak tertusuk menyadari timbulnya luka. Menurut
benda tajam. Pencegahan yang dapat peneliti, walaupun hasil penelitian
dilakukan agar tidak terjadi ulkus tidak signifikan tetapi semakin lama
diabetikum yaitu dengan cara pasien menderita DM, maka
melakukan pemeriksaan pada sepatu semakin besar risiko terkena
yang akan digunakan setiap hari komplikasi kronik (kaki diabetic).
untuk mengetahui ada atau tidak Hal ini disebabkan karena pada
batu- batu kecil yang dapat responden rata-rata menderita DM <
mencederai kaki, menggunakan 8 tahun.
sepatu sesuai dengan ukuran kaki, Faktor gangguan penglihatan
menggunakan kaos kaki yang tidak terhadap kejadian komplikasi kronik
terlalu ketat atau kaos kaki yang (kaki diabetik) pada pasien DM tipe
terbuat dari bahan katun, menganti 2. Pada hasil penelitian
kaos kaki setiap hari dan selalu menunjukkan bahwa variabel
menggunakan alas kaki yang lamanya menderita DM mempunyai
tertutup baik di dalam rumah p value 0,119 dengan OR 4. Hasil
ataupun diluar rumah(Johnson, ini berarti bahwa pasien DM yang
2005). Menurut peneliti, walaupun mempunyai gangguan penglihatan
31
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

mempunyai risiko 4 kali terkena reduktase, yang merubah glukosa


komplikasi kronik (kaki diabetic). menjadi sorbitol, kemudian
Pasien diabetes melitus memiliki dimetabolisasi oleh sorbitol
risiko 25 kali lebih mudah dehidrogenase menjadi fruktosa.
mengalami kebutaan dibandingkan Akumulasi sorbitol dan fruktosa
dengan nondiabetes salah satu dalam sel saraf merusak sel saraf
gangguan mata tersebut yaitu sehingga mengakibatkan gangguan
retinopati diabetik yang merupakan pada pembuluh darah yaitu adanya
penyebab kebutaan dan sering perfusi ke jaringan saraf yang
ditemukan pada usia dewasa antara menurun dan terjadi perlambatan
20 sampai 74 tahun (Pandelaki, konduksi saraf (Subekti, 2009).
2009). Menurut Pandelaki (2009), Gangguan pada saraf tepi terutama
risiko mengalami retinopatidiabetik pada saraf motorik mengakibatkan
pada pasien diabetes melitus pengencilan otot sehingga otot kaki
meningkat sejalan dengan lamanya menjadi tidak seimbang dan
diabetes melitus, meskipun mengakibatkan perubahan bentuk
penyebab retinopati diabetik sampai (deformitas) pada kaki seperti
saat ini belum diketahui secara pasti, menekuk (cock up toes),
namun keadaan hiperglikemia yang bergesernya sendi (luksasi) pada
berlangsung lama dianggap sebagai sendi kaki depan dan terjadi
faktor risiko utama. Gangguan penipisan bantalan lemak dibawah
penglihatan pada pasien diabetes pangkal jari kaki sehingga terjadi
melitus dapat mempengaruhi perluasan daerah yang mengalami
pelaksanaan perawatan kaki seperti penekanan dan menimbulkan calus
mengkaji ada atau tidaknya luka di atau kapalan (Dewani, 2006).
kaki pada setiap harinya. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh
peneliti, hal ini disebabkan karena (Abouaesha et al., 2001)
rata-rata usia responden 61 tahun. menunjukkan hasil yang signifikan
Pada usia ini termasuk lansia yang antara kejadian ulkus diabetikum
secara fisiologis mengalami dengan penekanan pada kaki dengan
penurunan fungsi persepsi sensori hasil p< 0,001. Menurut peneliti, hal
(sistem penglihatan). ini disebabkan karenarata-rata kaki
Faktor deformitas kaki responden tidak mengalami
terhadap kejadian komplikasi kronik deformitas.
(kaki diabetik) pada pasien DM tipe Faktor riwayat ulkus
2. Pada hasil penelitian sebelumnya terhadap kejadian
menunjukkan bahwa variable komplikasi kronik (kaki diabetik)
lamanya menderita DM mempunyai pada pasien DM tipe 2. Hasil
p value 0,569 dengan OR 1,93. penelitian menunjukkan bahwa
Diabetes melitus dapat tingkat signifikansi pada variabel
menyebabkan gangguan pada saraf penggunaan alas kaki terhadap
tepi meliputi gangguan pada saraf kejadian komplikasi kronik (kaki
motorik, sensorik dan otonom. diabetic) sebesar 0,306 dengan OR
Gangguan pada saraf ini disebabkan 3,25. Pasien diabetes melitus yang
karena hiperglikemia memiliki riwayat ulkus sebelumnya
berkepanjangan dan menyebabkan berisiko mengalami ulkus berulang.
aktivitas jalur poliol meningkat, Penelitian yang dilakukan oleh
yaitu terjadi aktivitas enzim aldose- Peters and Lavery (2001)
32
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

menunjukkan bahwa pasien diabetes kering menggunakan lotion;


melitusdengan riwayat ulkus atau menjaga kaki agar selalu bersih.
amputasi berisiko 17,8 kali (95% CI Faktor dukungan keluarga
8,3-37,9) mengalami ulkus berulang terhadap kejadian komplikasi kronik
pada tiga tahun berikutnya dan (kaki diabetik) pada pasien DM tipe
memiliki risiko 32 kali untuk 2. Pada Tabel 3 menggambarkan
mengalami amputasi pada bahwa factor risiko dukungan
ekstremitas bawah karena pada keluarga mempunyai p value 0,311
pasien diabetes dengan riwayat dengan OR 0,39 (signifikansi pada
ulkus sebelumnya memiliki kontrol = 0,05). Hal ini berarti bahwa
gula darah yang buruk, adanya dukungan keluarga termasuk faktor
neuropati, peningkatan tekanan risiko kejadian komplikasi kronik
plantar dan lamanya terdiagnosa DM (kaki diabetik) pada pasien DM
diabetes melitus. Menurut peneliti, di Ponorogo tetapi pasien DM yang
hasil penelitian yang signifikan ini tidak mendapatkan dukungan
disebabkan karena sebagian keluarga dalam penatalaksanaan
responden mempunyai riwayat ulkus penyakitnya berisiko 0,39 kali
diabetik sebelumnya. terkena komplikasi kronik. Menurut
Faktor perawatan kaki tidak Efendi (2010) dukungan keluarga
teratur terhadap kejadian komplikasi adalah proses yang terjadi selama
kronik (kaki diabetik) pada pasien masa hidup dengan sifat dan tipe
DM tipe 2. Hasil penelitian dukungan sosial yang bervariasi
menunjukkan bahwa tingkat pada masing- masing tahap siklus
signifikansi pada variabel kehidupan keluarga. Dukungan
penggunaan alas kaki terhadap keluarga dianggap dapat
kejadian komplikasi kronik (kaki menggurangi atau menyangga efek
diabetic) sebesar 0,166 dengan OR stress serta meningkatkan kesehatan
0,25. Ulkus diabetikum dapat terjadi mental individu atau keluarga secara
karena perawatan kaki yang tidak langsung dan berfungsi sebagai
teratur. Perawatan kaki yang tidak startegi pencegahan guna
teratur dapat mempermudah mengurangi stres. Dukungan
timbulnya luka infeksi dan keluarga tidak hanya berwujud
berkembang menjadi ulkus dalam bentuk dukungan moral,
diabetikum. Menurut Johnson melainkan dukungan spiritual dan
(2005) perawatan kaki yang dapat dukungan material, dukungan
dilakukan untuk mencegah keluarga juga dapat meringankan
terjadinya ulkus diabetikum yaitu beban bagi seseorang yang sedang
melakukan pemeriksaan kaki setiap mengalami masalah masalah serta
hari untuk mengetahui apakah menyadarkan bahwa masih ada
terdapat tanda kemerahan, memar, orang lain yang perduli (Azizah,
luka, infeksi jamur ataupun iritasi 2011).
pada kak; mencuci kaki setiap hari
menggunakan air dan sabun; KESIMPULAN
menggunting kuku menyesuaikan
dengan bentuk kuku dan tidak Dari hasil uji regresi logistic
memotong kuku terlalu dekat di atas, dinyatakan bahwa hanya
dengan daging atau terlalu pendek; factor gangguan penglihatan yang
melembabkan bagian kaki yang berpengaruh signifikan terhadap

33
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

kejadian kaki diabetic, dengan p national university.


value (menggunakan Chi Square) Retrieved from
0,119 ( = 0,05). Sehingga hipotesis http://www.najah.edu/sites/d
4 diterima bahwa ada pengaruh efault/files/risk_factor.pdf
gangguan penglihatan terhadap Allen. (2006). Support of diabetes
kejadian komplikasi kronik (kaki from the family. Diunduh
diabetik) pada pasien DM Tipe 2, tanggal 08 Desember
dan pasien DM Tipe 2 mengalami American Diabetes Association.
risiko 4 kali lebih tinggi terkena (2010). Standart of Medical
komplikasi kronik DM Care in Diabetes 2010.
dibandingkan faktor risiko yang Diabetes Care. 33(1), S11-
lain. S61, DOI: 10.2337/dc10-
S011.
SARAN-SARAN Arikunto, S. (2002). Prosedur
penelitian: Suatu pendekatan
Bagi Pelayanan praktek. Edisi revisi v.
Keperawatan, dengan mengetahui Jakarta: Rineka Cipta
faktor risiko kejadian komplikasi Arisman. (2011). Diabetes mellitus.
kaki diabetic, maka perawat dapat Sumatera : Universitas
memberikan dukungan untuk Sumatera Utara.
kemandirian pasien dalam Armstrong, D. G., SA, B., GD, V.,
mengelola dan memodifikasi gaya & RW, V. D. (2008). The
hidup dengan cara melibatkan peran effectiveness of footwear and
aktif keluarga dalam perawatan offloading interventions to
pasien karena dukungan keluarga prevent and heal foot ulcers
dan orang terdekat sangat berperan and reduce plantar pressure
mencegah terjadinya komplikasi in diabetes: a systematic
kronik pada pasien DM tipe 2. Bagi review. Diabetes Metabolism
responden (pasien DM Tipe 2), Resarch and reviews, 24.
mengetahui faktor risiko terjadinya Atkinso RL, Atikinson RC, Smith
komplikasi kaki diabetic secara dini EE, Bem DJ. (2000).
dapat menurunkan angka kecacatan Pengantar psikologi edisi 2
dan kematian pasien DM serta jilid 2. jakarta : Interaksara.
meningkatkan kualitas hidup Azizah, L.M. (2011). Keperawatan
penderita DM Tipe 2. lanjut usia. Yogyakarta:
Graha Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Baker, D. (2005). Smoking and
peripheral arterial disease.
Abouaesha, F., Schie, C. H. M. V., Retrieved from
Griffths, G. D el al,. (2001). http://ash.org.uk/files/docum
Plantar tissue thickness is ents/ASH_190.pdf
related to peak plantar Black, J.M. & Hawks,J.H. (2005).
pressure in the high-risk Medical surgical nursing.(7
diabetic foot. Diabetes Care, th ed). St louis:
4. Budiarto, E. (2003). Metodologi
Alkaissi,A (2004). The risk factors penelitian kedokteran.
for diabetic foot ulcerarion. Jakarta: EGC.
Faculty of nursing an najah
34
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

Butarbutar, F., Hiswanit., Jemadi. the american board of family


(2012). Karakteristik medicine.Retrieved from
penderita diabetes mellitus http://www.jabfm.org/conten
dengan komplikasi yang di t/18/5/355.long
rawat inap di RSUD Deli Efendi, F.M. (2009). Keperawatan
Sedang. Skripsi. Medan: kesehatan komunitas: Teori
Universitas Sumatra Selatan dan praktik dalam
Canadian Diabetes Association keperawatan. Jakarta:
Clinical Practice Guidelines Salemba Medika.
Expert Committee. Canadian Eko, A. (2010). Hubungan aktivitas
Diabetes Association 2003 fisik dan istirahat dengan
Clinical Practice Guidelines kadar gula darah pasien
for the Prevention and diabetes mellitus rawat jalan
Management of Diabetes in RSUD. Prof. dr. Margono
Canada. Canadian Journal Soekarjo Purwokerto.
of Diabetes 2003; 27(Suppl Purwokerto: Universitas
2): S37-S42.(online) Muhammadiyah Purwokerto.
http://www.diabetes.ca. Elsevier Saunders
diakses tanggal 23 Januari Friedman, Bowden & Jones. (2003).
2012 jam 11.25. Family Health Nursing.
Delang S. F. (2006). Hubungan USA: Person Education Inc
kadar glukosa darah dan Funnell, M.M., Brown, T.L., Childs,
lama menderita diabetes B.P., Haas, L.B.,Hosey,
dengan derajat retinopati G.M., Jensen, B., Maryniuk,
diabetika di rsup dr. kariadi M., Peyrot, M., Piette, J.D.
semarang. Semarang. (2010). National standards of
Univeritas Diponogoro diabetes self management
Dewani. (2006). Terapi jus & 38 education. Diabetes Care
ramuan tradisional diabetes. Journal. Diunduh dari http://
Jakarta : AgroMedia www.ebscohost.com
Diabetes UK. Hypoglycaemia. Hamid, A. Y. S. (2008). Buku ajar
London: Diabetes UK. riset keperawatan: Konsep,
(2010). etika,& intrumentasi. Edisi
(online)http://www.diabetes. 2. Jakarta: EGC
org.uk/manage/care_faq/id.ht Haryani, D. (2009). Pengaruh
m.diakses 19 November latihan jasmani terhadap
2011 jam 12.00. penurunana glukosa darah
Diani, N. (2013). Pengetahuan dan pada penderita diabetes
praktik perawatan kaki pada mellitus tipe 2 di RSUD.
klien diabetes melitus tipe 2 di Prof. dr. Margono Soekarjo
kalimantan selatan. Skripsi. Purwokerto. Purwokerto:
Jakarta : Universitas Indonesia. Universitas Jenderal
Eason, S. L., et al.,. (2005). Soedirman.
Diabetes mellitus, smoking Hastono, S. P. (2007). Analisis data
and the risk for kesehatan. Depok: Fakultas
asymptomatic peripheral Kesehatan Masyarakat
arterial disease: whom Universitas Indonesia.
should we screen. Journal of
35
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

Hastuti, R.T. (2008). Faktor-faktor Mangoenprasodjo. (2005).


resiko ulkus diabetika pada Olahraga tanpa terpaksa.
penderita diabetes mellitus. Yogyakarja: Thinkfresh.
Semarang : Universitas Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitr, R
Diponegoro. et al,. (2000). Kapita
Hendromartono. (2006). Neftopati selekta kedokteran (Vol. 1).
diabetika. In A. W. sudoyo, Jakarta: Media
B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. Aesculapius.
K & S. Setiati (Eds.), Buku Marquis, B.L., & Huston, C.J.
ajar ilmu penyakit dalam (2006). Leadership roles
jilid III edisi IV. Jakarta: and management function
Penerbit FK UI. in nursing: Theory and
Ignatavicius, D, & Workman,. application (5thed).
(2006). Medical surgical Philadelphia: Lippincott
nursing : Critical thinking Mayasari, L. (2012). Wanita
for collaborative care. 5th menopouse lebih berisiko
ed. St Louis, Missouri: diabetes melitus. Reterived
Elsevier Inc. from
International Council of Nurses. http://www.health.detik.co
(2010). Delivering quality, m/read/2012/12/27/18311/2
serving communities: 128250/763/wanita-
Johnson, M. (2005). Diabetes terapi menopuse-lebih-berisiko-
dan pencegahannya. diabetes.
Bandung: Indonesia McWright, B. (2008). Panduan bagi
publishing house. penderita diabetes. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Prestasi Pustaka Publisher
World diabetes day. Merza, Z., & Tesfaye, S. (2003).
Reterived from: Reveiw the risk factors for
http://pppl.depkes.go.id/ind diabetic foot ulceration.
ex.php?c=berita&m=fullvie The Foot, 13 : 125- 129
w&id=374. Misnadiarly. (2006). Diabetes
Lanywati, E. (2001). Diabetes mellitus: gangren, ulcer,
mellitus penyakit kencing infeksi. mengenal gejala,
manis. Yogyakarta: menaggulangi dan
Kanisius. mecegah komplikasi.
LeMone, P, & Burke .(2008). Jakarta: Pustaka populer
Medical surgical nursing : obor.
Critical thinking in client Muzaham, F. (1995). Sosiologi
care.( 4th ed). kesehatan. Jakarta: Penerbit
Pearson Prentice Hall: New Jersey. Universitas Indonesia
management. Journal of Niven, N. (2002). Psiklogi
Theory Construction & Kesehatan. Jakarta:
Testing; Winter 2005/2006; Penerbit Buku Kesehatan
9,2. Diunduh dari EGC
http://proquest.umi.com/pq Nursalam. (2008). Konsep dan
dweb penerapan metodologi
penelitian ilmu
keperawatan pedoman
36
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

skripsi, tesis dan instrumen Polit, D.F. & Hungler, B.P. (1999).
penelitian kepertawatan. Nursing research:
Jakarta: Salemba Medika Principle and methods (6th
Nurses leading chronic care. ed).Philadelphia:
Switzerland: ICN- Lippincott Williams &
International Council of Wilkins.
Nurses. Diunduh pada Potter. P. A. & Perry,A.G. (2008).
tanggal 09 Oktober 2010 Buku ajar fundamental
dari keperawatan: Konsep,
http://www.icn.ch/publicati proses dan praktek.
on/2010 nursing. Jakarta: EGC
Philadelpia : Lippincott Prastica, V.A (2013). Perbedaan
angka kejadian ulkus
Pandelaki, K. (2009). Retinopati diabetikum pada pasien
diabetik. In A. W. Sudoyo, diabetes melitus dengan
B. setiyohadi, I. Alwi, M. dan tanpa hipertensi di
S. K & S. Setiati (Eds.), rsud dr. Saifudin anwar
Buku ajar ilmu penyakit malang. Tugas akhir.
dalam jilid III edisi v. Malang: Universitas
Jakarta: InternaPublishing. Brawijaya.
PERKENI. (2006). Konsensus Price, A. S., & Wilson, L. M.
pengelolaan dan (2005). Patofisiologi :
pencegahan diabetes konsep klinis proses-
mellitus tipe 2 di Indonesia. proses penyakit (Vol. 2).
Jakarta Jakarta: EGC.
Perkeni. (2008). Pilar penanganan Purnamasari, D. (2009). Diagnosis
kaki diabetik. Retrieved dan klasifikasi diabetes
from mellitus. In A. W. Sudoyo,
http://www.perkeni.org/?pa B. Setiyohadi, I. Alwi, M.
ge=buletin.detail&id=108 S. K & S. Setiati (Eds.),
Perkeni. (2011). Konsensus Buku ajar ilmu penyakit
pengelolaan dan dalam jilid III edisi v.
pencegahan diabetes Jakarta: InternaPublishing.
melitus tipe 2 di Indpnesia. Purwanti, O.S. (2013). Analisis
Peters, E. J. G., & Lavery, L. A. faktor- faktor risiko terjadi
(2001). Effectiveness of the ulkus kaki pada pasien
diabetic foot risk diabetes melitus di rsud
classification system of the dr.moewardi. Skripsi.
international working Jakarta : Universitas
group on the diabetic foot. Indonesia
Diabetes Care, 24, 1442- Puspita, D., N., V. (2005).
1447. Hubungan antara
Peterson S.J. & Bedrow.T.S. pengetahuan tentang
(2004).Middle range menopause dengan
theories:Application to kecemasan pada wanita
Nursing research. dalam menghadapi masa
Philadelphia: Lippincott menopause di Desa
William & Wilkins, Kotesan Kecamatan
37
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

Prambanan Kabupaten Siswono (2005). P2M & PL dan


Klaten. Jurnal kesehatan. LITBANGKES. Diunduh
24 (suppl.2), 101-104. tanggal 20 Juli 2010
Rosalina, D., & Waljudi, H. (2011). hptt://www.depkes.go.id
Visual field abnormality Siswono. (2005). P2m & pl dan
and quality of life of patient Litbangkes. Retrieved from
with primary open angle www.depkes.go.id
glaucoma. Jurnal Smeltzer, S, & Bare. (2008).
Oftalmologi Indonesia Brunner & Suddarths
Rubin, R.R. (2000). Psychotheraphy Textbook of medical
and conselling in diabetes surgical
mellitus. Psychology in Soegondo, S.,Soewondo,P, &
Diabetes Care (p 235-263). Subekti,I. (2009).
Chickester: John Wiley & Penatalaksanaan diabetes
Sons. Ltd melitus terpadu. Jakarta:
Ryan, R. (2009). Self-detemination Fakultas Kedokteran
theory and wellbeing. WeD Universitas Indonesia
Research Review Souza, V.D & Zauseiniewski, J. A.
Saryono. (2009). Metodologi (2005). Toward a theory of
penelitian kesehatan. diabetes self-care
Jogjakarta : Mitra Cendikia Subekti, I. (2009). Neuropati
Saryono. (2011). Metodologi Diabetik. In A. W. Sudoyo,
penelitian keperawatan. B. Setiyohadi, I. Alwi, M.
Purwokerto: UPT S. K & S. Setiati (Eds),
Universitas jenderal Buku ajar ilmu penyakit
soedirman. dalam jilid III edisi v.
Sastroasmoro, S. & Ismael, S. Jakarta: InternaPublishing.
(2010). Dasar-dasar Sugiarto, I. (2013). Faktor risiko
metodologi penelitian yang berhubungan dengan
klinis. Edisi 3. Jakarta: terjadinya ulkus diabetik
Sagung Seto pada pasien diabetes
Shahi,S.,K.,Kumar.,A.,Kumar.,S.,Si mellitus tipe 2 di RSUD. dr.
ngh.,S.,K.,Gupta.,S.,K.(201 Margono Soekarjo
2). Prevalence of diabetic Purwokerto. Skripsi.
foot ulcer and associated Purwokerto: Universitas
risk factor in diabetic Jenderal Soedirman.
patients from north india. Suryabrata, S. (2005). Metodologi
The journal of diabetic foot penelitian. Jakarta: PT.
complications Raja Grafindo Pratama
Sihombing, D., Nursiswati., Suyono, S. (2006). Buku ajar ilmu
Prawesti. (2013). penyakit dalam. (Edisi 3).
Gambaran perawatan kaki Jakarta;Pusat penerbit
dan sensasi sensorik kaki Departemen Penyakit
pada pasien diabetes Dalam FKUI
melitus tipe 2 di poliklinik Trisnawati, S., Widarsa, T., &
dm rsud. Bandung: Suastika, K.(2013). Faktor
Universitas Padjadjaran risiko diabetes mellitus tipe
2 pasien rawat jalan di
38
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 7, No. 1, Desember 2016

puskesmas wilayah
kecamatan denpasar
selatan. Denpasar :
Universitas Udayana
Veves, A., & Lyons, T. E. (2007).
Foot care in older adults with
diabetes mellitus. In M. N.
Munshi & L. A. Lipsitz
(Eds.), Geriatric diabetes.
New Tork: Informa
Healthcare USA.
Waspadji, S. (2006). Kaki diabetes.
In A. W. Sudoyo, B.
Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K
& S. Setiati (Eds.), Buku ajar
ilmu penyakit dalam. Jakarta:
Penerbit FK UI.
Waspadji, S. (2009). Kaki diabetes.
In A. W. Sudoyo, B.
Setiyohadi, I. Alwi,M. S. K
& S. Setiati (Eds V), Buku
ajar ilmu penyakit dalam.
Jakarta: Interna Publising
Wicak. (2009). Have fun with
diabetes mellitus. Bandung
Triexs media book.
Yadav, R., Tiwari, P., & Dhanaraj,
E. (2008). Risk factors and
complications of type 2
diabetes in Asians. 9.
Yanti. (2008). Faktor-faktor Risiko
Kejadian Penyakit Jantung
Koroner pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2
(Studi Kasus di RSUP Dr.
Kariadi Semarang). Jurnal
Epidemiologi.
Zahtamal., Chandra, F., &
Restuasturi, T. (2007).
Faktor-faktor risiko pasien
diabetes melitus. Riau:
Universitas Riau.

39

You might also like