Indonesia memerlukan kebijakan dan peraturan mengenai pengelolaan e-waste
secara spesifik. Rancangan peraturan e-waste berisi tentang:
1. Klasifikasi antara e-waste dengan alat elektronik bekas 2. Sistem pengelolaan melalui: a. Extended Producer Responsibility (EPR) b.Partisipasi pemerintah mulai dari tingkat nasional, propinsi, sampai daerah c. Anggaran dana d. Program 3R, yaitu Reuse, Recycle, dan Recovery Sistem EPR juga dapat diterapkan di Indonesia dalam pengelolaan e-waste. EPR merupakan suatu sistem dimana produsen akan bertanggungjawab atas barang yang dibuat sampai barang tersebut tidak dipakai lagi. Pengelolaan dengan model ini diharapkan peran produsen dalam pengendalian penggunaan energi dan bahan baku dapat lebih ditekan. Selain itu produsen bertanggung jawab mengambil kembali (take back) produk-produk yang tidak terpakai lagi guna dilakukan proses recovery dan daur ulang. Selain itu produsen juga bertanggung jawab terhadap material dan desain dari produk. Selain itu, penegakkan hukum mengenai kegiatan ekspor dan impor e-waste juga diperlukan. Sistem pengawasan ketat di pelabuhan diperlukan, terutama pada pelabuhan-pelabuhan strategis seperti Batam dan Wakatobi.
Pengelolaan e-waste di negara maju berbeda dengan negara berkembang.
Negara maju lebih menekankan sistem Extended Produce Responsibility (EPR), sedangkan pengelolaan e-waste di negara berkembang lebih menekankan pada pengelolaan di sektor informal. Indonesia masih belum memiliki peraturan pengelolaan e-waste secara spesifik. Sistem daur ulang e-waste di Indonesia sama dengan di negara berkembang, yaitu menggunakan cara konvensional dan tidak ramah lingkungan, sehingga dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan pekerja. Rekomendasi yang diberikan untuk pengelolaan e-waste di Indonesia adalah membuat peraturan yang spesifik mengenai pengelolaan e-waste, dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kemudian, menggunakan sistem Extended Producer Responsibility (EPR) dalam mengelola ewaste. Selain itu pengawasan kegiatan ekspor dan impor di pelabuhan lebih ditingkatkan untuk menghindari kegiatan ekspor impor e-waste, terutama di pelabuhan yang strategis.