You are on page 1of 21

LAPORAN KASUS

Otitis Media Efusi

Pembimbing :
dr. Tantri Kurniawati, Sp. THT-KL., M.Kes
dr. Zulrafli, Sp.THT-KL

Disusun oleh :
Helga Valentine Kapissa
NIM KOAS: 11-2016-080

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK,


KEPALA DAN LEHER (THT KL)

RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

Periode 28 November 2016 s/d 31 Desember 2016

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF PENYAKIT THT
RUMAH SAKIT BAYUKARTA
Nama Mahasiswa : Helga Valentine Kapissa(112016080) Tanda Tangan :

Dokter Pembimbing : dr. Zulrafli, Sp.THT-KL. ...............................

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. M Ilham Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Karawang, 06 Juni 2006 Agama : Islam


Umur : 11 Tahun 6 Bulan 16 Hari Pendidikan : SD

Pekerjaan :- Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Perum Bukaper Blok D8/25 Warung Bambu Karawang Timur

Status :-

II. ANAMNESIS
Diambil dari : Aloanamnesis

Tanggal : 22 Desember 2016

Pukul : 19.30 WIB

KELUHAN UTAMA

Pendengaran pada telinga kiri berkurang sejak 3 bulan yang lalu.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien dibawah oleh orang tuanya datang ke poliklinik THT RS Bayukarta dengan
keluhan pendengaran pada telinga kiri semakin berkurang sejak 3 bulan yang lalu. Orang tua
pasien mengatakan bahwa, gangguan pendengaran ini semakin bertambah berat semenjak 1
minggu yang lalu. Orang tua pasien juga mengatakan bahwa anaknya sering mengeluh telinga
2
terasa penuh. Pasien merasakan ada cairan didalam telinga tetapi tidak bisa keluar. Namun tidak
adanya riwayat keluar cairan maupun bau, rasa nyeri, telinga berbunyi, dan pusing berputar.
Tidak ada keluhan nyeri menelan, gangguan berbicara, suara parau, sesak napas, dan lainnya.
Demam disangkal, batuk dan pilek juga disangkal. Keluhan nyeri kepala disangkal. Sejak pasien
mengalami gangguan pendengaran ini, pasien kalau menonton TV harus dengan volume yang
lebih besar.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sudah pernah mengalami ini sekitar 2 tahun
yang lalu, namun tidak seberat sekarang. Dan sejak 3 bulan yang lalu, pasien dibawah ke dokter
THT dengan keluhan batuk, pilek dan telinga terasa basah.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Di dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki gejala serupa seperti yang dialami pasien.

RIWAYAT PENGOBATAN

Pasien tidak sedang mengonsumsi obat-obatan..

RIWAYAT ALERGI

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan dan obat-obatan.

RIWAYAT KEBIASAAN

Pasien sering jajan disekolah.

III. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS GENERALIS
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah :-
Suhu :-
HR :-
RR :-
3
STATUS THT

TELINGA
KANAN KIRI
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital Tidak tampak Tidak tampak
Radang, tumor Tidak tampak Tidak tampak
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan daun telinga Nyeri (-) Nyeri (-)
Kelainan pre-, infra-, Fistel (-),lesi (-), abses (-) Fistel (-),lesi (-), abses (-)
retroaurikuler tanda randang (-), tanda randang (-),
Region mastoid Nyeri (-), radang (-) Nyeri (-), radang (-)
Liang telinga Lapang, mukosa tenang, Lapang, mukosa tenang,
serumen minimal, sekret (-), serumen minimal, sekret (-),
benjolan (-), udem (-) benjolan (-), udem (-)
Membran timpani Intak, warna abu mengkilat, Intak, warna abu, refleks
refleks cahaya(+) arah jam 5, cahaya redup arah jam 7,
hiperemis (-), bulging (-), hiperemis (-), bulging (-),
perforasi (-) perforasi (-)

Tes Penala
KANAN KIRI
Rinne + -
Lateralisasi ke telinga yang
Weber Tidak ada lateralisasi
sakit
Scwabach Sama dengan pemeriksa Memanjang
Kesan : Tuli Konduktif

HIDUNG
Bentuk : simetris, bengkak (-), massa (-), tumor(-),
luka (-)
Tanda peradangan : tidak tampak
Daerah sinus frontalis dan maksilaris : radang (-), edema (-), nyeri tekan (-)
Vestibulum : lapang, mukosa tenang, lesi (-), massa

4
(-), nyeri (-)
Cavum nasi : lapang, mukosa tenang, sekret (+)
bening, lesi (-), massa (-), benda asing(-),
passase udara (+)
Konka inferior kanan/kiri : eutrofi, mukosa tenang, lesi (-)
Meatus nasi inferior kanan/kiri : lapang, sekret (+), obstruksi (-)
Konka medius kanan/kiri : tidak tampak
Meatus nasi medius kanan/kiri : tidak tampak
Septum nasi : deviasi (-), udem (-)

Rinofaring
Koana : tidak dilakukan
Septum nasi posterior : tidak dilakukan
Muara tuba eustachius : tidak dilakukan
Tuba eustachius : tidak dilakukan
Torus tubarius : tidak dilakukan
Post nasal drip : tidak dilakukan

Pemeriksaan Transluminasi
Sinus frontalis kanan, grade : tidak dilakukan
Sinus frontalis kiri, grade : tidak dilakukan
Sinus maksilaris kanan, grade : tidak dilakukan
Sinus maksilaris kiri, grade : tidak dilakukan

TENGGOROK
Faring
Dinding faring : hiperemis(-), eksudat (-),edema (-), massa (-), granul (-)
Arcus : simetris
Tonsil : T1 T1, hiperemis, detritus (-), kripta melebar(-)

5
Uvula : di tengah,tidak memanjang (-), edema (-), deviasi (-)
Gigi : lengkap, karies (-)
Oral hygene : baik, terawatt, tidak berbau
Lain-lain :-

Laring
Epiglottis : tidak dilakukan
Plica vocalis : tidak dilakukan
Arytenoid : tidak dilakukan
Ventricular band : tidak dilakukan
Pita suara : tidak dilakukan
Rima glottis : tidak dilakukan
Cincin trakea : tidak dilakukan
Sinus piriformis : tidak dilakukan
Pembesaran KGB Leher: massa (-), benjolan (-), hematom (-), udem (-)

IV.RESUME
Seorang anak berusia 11 tahun datang dengan keluhan pendengaran pada telinga kiri berkurang
sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan adanya rasa penuh di telinga kiri. Batuk dan
pilek disangkal, nyeri tenggorok dan nyeri menelan tidak ada. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
pasien tampak sakit ringan dan kesadarannya compos mentis. Pada pemeriksaan telinga,
didapatkan pada telinga kiri membrane timpani utuh, warna abu, refleks cahaya redup,
hiperemis (-), bulging (-), perforasi (-). Pada pemeriksaan hidung dan tenggorok tidak
ditemukan adanya kelainan.

V. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
OMA (Otitis Media Akut ) AS

VI. WORKING DIAGNOSIS


OME ( Otitis Media Efusi) AS

6
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIANJURKAN
- Audiometri,
- Timpanometri, dan
- Pemeriksaan dengan otoscope atau endoskopi

VIII. PENATALAKSANAAN
Rencana Terapi
Non medika mentosa
Miringotomi.Gejala klinis lebih cepat hilang.

Medika mentosa :

Ampisilin anak: 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis


Atau Amoksisilin (anak) 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
Atau Eritromisin (anak) 40 mg/kgBB/hari
Pseudoephedrine HCL(anak) 30 mg/kgBB/hari. Pemberian setiap 4-6jam
Cetirizine 10 mg/KgBB/hari.
Metilprednison 0,4 mg/kgBB/hari.

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad functionam : ad Bonam
Quo ad sanationam : ad Bonam

X. EDUKASI
- Hindari mengorek telinga bila ada keluhan telinga terasa tersumbat segera ke dokter
spesialis THT.
- Hindari dulu dengan kegiatan yang berhungungan dengan air,seperti berenang,bila
mandi harap menutup telinga agar tidak kemasukan air
- Menjaga Kebersihan Telinga.
- Pengobatan infeksi telinga yang teratur.
- Jika sakit batuk, pilek, sakit tenggorokan segera obati dan minum obat secara teratur

7
Tinjauan Pustaka

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Otitis media efusi ( OME ) merupakan penyakit yang sering di derita oleh bayi dan anak-
anak. Diluar negeri, khususnya di Negara yang mempunyai 4 musim penyakit ini di temukan
dengan angka insiden dan prevalensi yang tinggi. Dari beberapa kepustakaan dapat disimpulkan
rata-rata insiden OME sebesar 14% - 62%, sedang peneliti lain ada yang melaporkan angka rata-
rata prevelensi OME sebesar 2% - 52%.

Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan angka kejadian


penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian yang khusus mengenai penyakit ini,
atau tidak terdeteksi karena minimalnya keluhan pada anak yang menderita OME.

OME adalah peradangan telinga tengah yang di tandai dengan adanya cairan efusi di
rongga telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa disertai dengan tanda-tanda ifeksi
akut. OME termasuk dalam golongan otitis media non supuratif. Terdapat banyak sinonim dari

8
OME ini. Tetapi yang paling banyak diterima berdasarkan terminologi adalah otitis media efusi.

Adanya cairan di dalam telinga tengah mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran.


Orang tua mengeluhkan anak-anaknya mendengarkan suara televise dengan volume terlalu
keras, sering menanyakan ulang atas jawaban yang diberikan orang tuanya dan tidak segera
mengacuhkan bila di panggil. Beberapa anak mungkin tidak didapatkan keluhan. Cairan dalam
telinga tengah pada anak-anak bisa berbulan-bulan dan baru diketahui ketika diadakan
pemeriksaan rutin.

Anak-anak memerlukan kemampuan mendengar untuk belajar berbicara. Adanya


gangguan pendengaran karena cairan di telinga tengah mengakibatkan terjadinya kelambatan
bicara. Diagnosis dan penatalaksanaan dini dapat mencegah hambatan pendengaran anak akibat
OME. Pada makalah ini akan disampaikan diagnosis dan penatalaksanaan dari OME.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Otitis media efusi adalah inflamasi pada telinga tengah yang ditandai dengan adanya
penumpukan cairan efusi di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda
dan gejala inflamasi akut.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

9
Untuk memahami terjadinya OME, anatomi dan fungsi tuba Eustachius memegang peranan
penting. Tuba Eustachius merupakan bagian dari system yang paling berhubungan termasuk
hidung, nasofaring, telinga tengah, dan rongga mastoid. Tuba Eustachius tidak hanya berupa
tabung melainkan sebuah organ yang mengandung lume dengan mukosa, kartilago, dikelilingi
jaringan lunak, muskulus peritubular seperti veli palatine, levator veli palatine,
salpingofaringeus, dan tensor timpani dan di bagian superior didukung tulang. Perbedaan tuba
Eustachius pada anak dan dewasa yang menyebabkan meningkatnya insiden otitis media pada
anak-anak.

Panjang tuba pada anak setengah panjang tuba dewasa, sehingga sekret nasofaring lebih
mudah refluks ke dalam telinga tengah melalui tuba yang pendek. Arah tuba bervariasi pada
anak, sudut antara tuba dengan bidang horizontal adalah 100. Sedangkan pada dewasa 450. Sudut
antara tensor veli palatine dengan kartilago bervariasi pada anak-anak tetapi relatif stabil pada
dewasa. Perbedaan ini dapat membantu menjelaskan pembukaan lumen tuba ( kontraksi tensor
veli palatini ) yang tidak efisien pada anak-anak. Masa kartilago bertambah dari bayi sampai
dewasa. Densitas elastin pada kartilago lebih sedikit pada bayi tetapi densitas kartilago lebih
besar. Ostmann fat pad lebih kecil volumenya pada bayi. Pada anak-anak banyak lipatan mukosa
di lumen tuba Eustachius, hal ini dapat menjelaskan peningkatan compliance tuba pada anak-

10
anak.

C. ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis OME bersifat multifaktorial antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba Eustachius, status imunologi, alergi, faktor lingkungan dan sosial.
Walaupun demikian tekanan telinga tengah yang negatif, abnormalitas imunologi, atau
kombinasi dari kedua faktor tersebut diperkirakan menjadi faktor utama dalam pathogenesis
OME. Faktor penyebab lainnya termasuk hipertropi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis,
tumor nasofaring, barotrauma, terapi radiasi, dan radang penyerta seperti sinusitis atau rinitis.
Merokok dapat menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring dan hipertropi adenoid yang juga
merupakan patogenesis timbulnya OME.

Gangguan fungsi tuba


Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke rongga telinga tengah terganggu,
drainase dari rongga telinga ke rongga nasofaring terganggu dan gangguan mekanisme proteksi
rongga telinga tengah terhadap refluks dari rongga nasofaring. Akibat gangguan tersebut rongga
telinga tengah akan mengalami tekanan negatif. Tekanan negatif di telinga tengah menyebabkan
peningkatan permaebilitas kapiler dan selanjutnya terjadi transudasi. Selain itu terjadi infiltrasi
populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar. Akibatnya terdapat akumulasi sekret di rongga
telinga tengah. Inflamasi kronis di telinga tengah akan menyebabkan terbentuknya jaringan
granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.

Obstruksi tuba Eustachius ytang menimbulkan terjadinya tekanan negatif di telinga tengah
akan diikuti retraksi membran timpani. Orang dewasa biasanya akan mengeluh adanya rasa tak
nyaman, rasa penuh atau rasa tertekan dan akibatnya timbul gangguan pendengaran ringan dan
tinnitus. Anak-anak mungkin tidak muncul gejala seperti ini. Jika keadaan ini berlangsung dalam
jangka waktu lama cairan akan tertarik keluar dari membran mukosa telinga tengah,
menimbulkan keadaan yang kita sebut dengan otitis media serosa. Kejadian ini sering timbul
pada anak-anak berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas dan sejumlah gangguan
pendengaran mengikutinya

Infeksi
11
Infeksi bakteri merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya OME sejak
dilaporkan adanya bakteri di telinga tengah. Streptococcus Pneumonia, Haemophilus Influenzae,
Moraxella Catarrhalis dikenal sebagai bakteri pathogen terbanyak ditemukan dalam telinga
tengah. Meskipun hasil yang didapat dari kultur lebih rendah. Penyebab rendahnya angka ini
diduga karena :

1. Penggunaan antibiotik jangka lama sebelum pemakian ventilation tube akan mengurangi
proliferasi bakteri patogen,
2. Sekresi immunoglobulin dan lisosim dalam efusi telinga tengah akan menghambat
proliferasi patogen,
3. Bakteri dalam efusi telinga tengah berlaku sebagai biofilm
Status Imunologi
Faktor imunologis yang cukup berperan dalam OME adalah sekretori Ig A. immunoglobulin
ini diproduksi oleh kelenjar di dalam mukosa kavum timpani. Sekretori Ig A terutama ditemukan
pada efusi mukoid dan di kenal sebagai suatu imunoglobulin yang aktif bekerja dipermukaan
mukosa respiratorik. Kerjanya yaitu menghadang kuman agar tidak kontak langsung dengan
permukaan apitel, dengan cara membentuk ikatan komplek. Kontak langsung dengan dinding sel
epitel adalah tahap pertama dari penetrasi kuman untuk infeksi jaringan. Dengan demikian Ig A
aktif mencegah infeksi kuman.

Alergi
Bagaimana faktor alergi berperan dalam menyebabkan OME masih belum jelas. Akan tetapi
dari gambaran klinis di percaya bahwa alergi memegang peranan. Dasar pemikirannya adalah
analogi embriologik, dimana mukosa timpani berasal sama dengan mukosa hidung. Setidak-
tidaknya manifestasi lergi pada tuba Eustachius merupakan penyebab okulasi kronis dan
selanjutnya menyebabkan efusi. Namun demikian dari penelitian kadar Ig E yang menjadi
kriteria alergi atopik, baik kadarnya dalam efusi maupun dalam serum tidak menunjang
sepenuhnya alergi sebagai penyebab.

Etiologi dan patogenesis otitis media oleh karena alergi mungkin disebabkan oleh satu
atau lebih dari mekanisme di bawah ini :

Mukosa telinga tengah sebagai organ sasaran ( target organ )

12
Pembengkakan oleh karena proses inflamasi pada mukosa tuba Eustachius
Obstruksi nasofaring karena proses inflamasi, dan
Aspirasi bakteri nasofaring yang terdapat pada sekret alergi ke dalam ruang telinga
tengah.

D. GEJALA KLINIS
Penderita OME jarang memberikan gejala sehingga pada anak-anak sering terlambat
diketahui. Gejala OME ditandai dengan rasa penuh dalam telinga, terdengar bunyi berdengung
yang hilang timbul atau terus menerus, gangguan pendengaran dan rasa nyeri yang
ringan. Dizziness juga dirasakan penderita-penderita OME. Gejala kadang bersifat asimtomatik
sehingga adanya OME diketahui oleh orang yang dekat dengan anak misalnya orang tua atau
guru. Anak-anak dengan OME juga kadang-kadang sering terlihat menarik-narik telinga mereka
atau merasa seperti telinganya tersumbat.

Pada kasus yang lanjut sering ditemukan adanya gangguan bicara dan perkembangan
berbahasa. Kadang-kadang juga ditemui keadaan kesulitan dalam berkomunikasi dan
keterbelakangan dalam pelajaran

E. PATOFISIOLOGI
Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media akut (OMA)
sekali peradangan akut telah teratasi. Di antara anak-anak yang telah memiliki sebuah episode
dari otitis media akut, sebanyak 45 % memiliki efusi persisten setelah 1 bulan, tetapi jumlah ini
menurun menjadi 10 % setelah 3 bulan.

Terdapat 3 fungsi utama tuba eustachius yaitu ventilasi untuk menjaga agar tekanan udara
antara telinga tengah dan telinga luar selalu sama, pembersihan sekret dan sebagai proteksi pada
telinga tengah. Gangguan fungsi yang dapat disebabkan oleh sejumlah keadaan dari
penyumbatan anatomi peradangan sekunder terhadap alergi , infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) atau trauma. Jika gangguan fungsi tuba eustachius berlangsung terus-menerus, tekanan
negatif berkembang dalam telinga tengah dari penyerapan dan atau penyebaran nitrogen serta
oksigen ke dalam sel mukosa telinga tengah. Jika berlangsung cukup lama dengan sejumlah
besar yang sesuai, terjadi transudasi dari mukosa akibat tekanan negatif yang menyebabkan

13
terjadinya akumulasi serosa dengan dasar efusi yang steril. Disebabkan gangguan fungsi dari
tuba eustachius, efusi menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri dan bisa
mengakibatkan terjadinya otitis media akut.
Hampir keseluruhan otitis media efusi disebabkan gangguan fungsi tuba eustachius.
Apabila peradangan dan infeksi bakteri akut telah jelas, kegagalan dari mekanisme pembersihan
telinga tengah memungkinkan terjadinya efusi pada telinga tengah. Banyak faktor yang telah
terlibat dalam kegagalan dari mekanisme pembersihan , termasuk gangguan fungsi siliar, edema
mukosa, hiperviskositas efusi, dan tekanan udara antar telinga tengah dan telinga luar yang tidak
baik
F. DIAGNOSIS
Diagnosis OME pada anak tidak mudah dan terdapat perbedaan yang bermakna sesuai
dengan kecakapan klinisi, khususnya di tingkat pelayanan primer atau dokter anak yang
mendiagnosisnya. Gejala tidak ada sensitif maupun spesifik, banyak anak justru tanpa gejala.
Pemeriksaan fisik pada anak penderita OME berpotensi tidak akurat kerena kesan subjektif
gambaran membran timpani sulit dinilai. Belum lagi anak-anak yang tidak kooperatif saat
dilakukan pemeriksaan. Namun enamnesis dan pemeriksaan fisik tetap sangat berperan dalam
mendiagnosis OME.

Anamnesis

Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa. Ini disebabkan keluhan
yang tidak khas terutama pada anak-anak. Biasanya orang tua mengeluh adanya gangguan
pendengaran pada anaknya, guru melaporkan bahwa anak mempunyai problem pendengaran,
kemunduran dalam pelajaran di sekolah, bahkan dalam gangguan wicara dan bahasa. Sering kali
OME ditemukan secara tidak sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran di
sekolah-sekolah.

Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang paling sering adalah
penurunan pendengaran dan kadang merasa telinga merasa penuh sampai dengan merasa nyeri
telinga. Dan pada anak-anak penderita OME biasanya mereka juga sering didapati dengan
riwayat batuk pilek dan nyeri tenggorokan berulang. Pada anak-anak yang lebih besar biasanya
mereka mengeluhkan kesulitan menengarkan pelajaran di sekolah, atau harus membesarkan
volume saat menonton televisi di rumah. Orang tua juga sering mendengarkan keluhan telinga

14
anaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat anaknya menarik-narik daun telinganya.

Pemeriksaan fisik

Untuk mendiagnosis OME pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan pemeriksaan otoskopi,
timpanogram, audiogram dan kadang tindakan miringotomi untuk memastikan adanya cairan
dalam telinga tengah.

Otoskopi
Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, warna, dan translusensi membrana tempani.
Macam-macam perubahan atau kelainan yang terjadi pada membran timpani dapat dilihat
sebagaimana berikut :

a) Membrana timpani yang suram dan berwarna kekuningan yang menggati gambaran
tembus cahaya selain itu letak segitiga reflek cahaya pada kuadran antero inferior
memendek, mungkin saja didapatkan pula peningkatan pembuluh darah kapier pada
membran timpani tersebut. Pada kasus dengan cairan mukoid atau mukupurulen
membrana timpani berwarna lebih muda( krem ).
b) Membrana timpani retraksi yaitu bila manubrium malei terlihat lebih pendek dan lebih
horizontal, membran kelihatan cekung dan reflex cahaya memendek. Warna mungkin
akan berubah agak kekuningan.
c) Atelektasis, membrana timpani biasanya tipis, atropi dan mungkin menempel pada inkus,
stapes dan promontium, khusunya pada kasus-kasus yang sudah lanjut, biasanya kasus
yang seperti ini karena disfungsi tuba Eustachius dan otitis media efusi yang sudah
berjalan lama.
d) Membrana timpani dengan sikatrik, suram sampai retraksi berat disertai bagian yang
atropi didapatkan pada otitis media adesiva oleh karena terjadi jaringan fibrosis ditelinga
tengah sebagai akibat proses peradangan sebelumnya yang berlangsung lama.
e) Gambaran air fluid level atau bubles biasanya ditemukan pada OME yang berisi cairan
serus.
f) Membrana timpani berwarna biru gelap atau ungu diperlihatkan pada kasus
hematotimpanum yang disebabkan oleh fraktur tulang temporal, leukemia, tumor

15
vaskuler telinga tengah. Sedangkan warna biru yang lebih muda mungkin disebabkan
oleh barotraumas.
g) Gambaran lain adalah ditemukan sikatrik dan bercak kalisifikasi.
Pada pemeriksaan otoskopi menunjuk kecurigaan OME apabila ditemukan tanda-tanda :

a. Tidak didapatkan tanda-tanda radang akut.


b. Terdapat perubahan warna membrana timpani akibat refleksi dari adanya cairan
didalam kavum timpani.
c. Membran timpani tampak lebih menonjol.
d. Membran timpani retraksi atau atelektasis.
e. Didapatkan air fluid levels atau buble, atau
f. Mobilitas membran berkurang atau fikasi.

Pemeriksaan Penunjang
Timpanometri
Timpanometer adalah suatu alat untuk mengetahui kondisi dari sistem telinga tengah.
Pengukuran ini memberikan gambaran tentang mobilitas membrana timpani, keadaan persediaan
tulang pendengaran, keadaan dalam telinga tengah termasuk tekanan udara didalamnya, jadi
berguna dalam mengetahui gangguan konduksi dan fungsi tuba Eustachius.

Grafik hasil pengukuran timpanometeri atau timpanogram dapat untuk mengetahui


gambaran kelainan di telinga tengah. Meskipun ditemukan banyak variasi bentuk timpanogram
akan tetapi pada prinsipnya hanya ada tiga tipe, yakni tipe A, tipe B, dan tipe C.

Pada penderita OME gambaran timpanogram yang sering didapati adalah tipe B. Tipe B
bentuknya relatif datar, hal ini menunjukan gerakan membrana timpani terbatas karena adanya

16
cairan atau pelekatan dalam kavum timpani. Grafik yang sangat datar dapat terjadi akibat
perforasi membrana timpani, serumen yang banyak pada liang telinga luar atau kesalahan pada
alat yaitu saluran buntu.

Pemerikasaan timpanometri dapat memperkirakan adanya cairan didalam kavum timpani


yang lebih baik dibanding dengan pemeriksaan otoskopi saja.

Audiometri Nada Murni


Dari pemeriksaan audiometrik nada murni didapatkan nilai ambang tulang dan udara.

Gangguan pendengaran lebih sering ditemukan pada pasien OME dengan cairan yang
kental (glue ear). Meskipun demikian beberapa studi mengatakan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara cairan serus dan kental terhadap gangguan pendengaran, sedangkan volume
cairan yang ditemukan di dalam telinga tengah adalah lebih berpengaruh.

Pasien dengan OME ditemukan gangguan pendengaran dengan tuli konduksi ringan
sampai sedang sehingga tidak begitu berpengaruh dengan kehidupan sehari-hari. Tuli bilateral
persisten lebih dari 25 dB dapat mengganggu perkembangan intelektual dan kemampuan
berbicara anak. Bila hal ini dibiarkan bisa saja ketulian bertambah berat yang berakibat buruk
bagi pasien. Akibat buruk ini dapat berupa gangguan local pada telinga maupun gangguan yang
lebih umum, seperti gangguan perkembangan bahasa dan kemunduran dalam pelajaran sekolah.
Pasien dengan tuli konduksi yang lebih berat mungkin sudah didapatkan fiksasi atau putusnya
rantai osikel.

Garis pedoman OME yang disusun bersama oleh AAFP, AAOHNS dan AAP menyatakan
bahwa audiologi merupakan salah satu komponen pemeriksaan pasien OME. Pemeriksaan
audiometrik direkomendasikan pada pasien dengan OME selama 3 bulan atau lebih ,kelambatan
berbahasa, gangguan belajar atau dicurigai terdapat penurunan pendengaran bermakna.
Berdasarkan beberapa penelitian, tuli konduksi sering berhubungan dengan OME dan
berpengaruh pada proses mendengar kedua telinga, lokalisasi suara, persepsi bicara dalam
kebisingan. Penurunan pendengaran yang disebabkan oleh OME akan mengahalangi kemampuan
awal berbahasa yang didapat.

Radiologi

17
Pemeriksaan radiologi foto mastoid dahulu efektif digunakan untuk skrining OME, tetapi
sekarang jarang dikerjakan. Anamnesis riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik banyak
membantu diagnosis penyakit ini.

CT Scan sangat sensitive dan tidak diperlukan untuk diagnosis. Meskipun CT scan
penting untuk menyingkirkan adanya komplikasi dari otitis media missal mastoiditis, trombosis
sinus sigmoid ataupun adanya kolesteatoma. CT scan penting khususnya pada pasien dengan
OME unilateral yang harus dipastikan adanya massa di nasofaring telah disingkirkan.

G. PENATALAKSANAAN
Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin memegang peranan penting. Keberhasilan dari
penatalaksanaan ditentukan dengan mencari faktor penyebab dan mengatasinya guna mencegah
akibat lanjut penyakit tersebut. Sumbatan tuba dan infeksi saluran nafas atas yang kronis serta
berulang merupakan salah satu faktor yang penting diperhatikan.

Namun penatalaksanaan OME sendiri masih menjadi perdebatan, ini disebabkan oleh
karena baik pengobatan yang bersifat konservatif maupun tindakan operatif, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pengobatan OME secara konservatif ada yang belum
terbukti menyembuhkan penderita dengan OME, namun pada pokoknya dapat mengurangi
morbiditas ketika terapi konservatif dianggap gagal atau tidak memuaskan.

Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan operatif.


Pengobatan konservatif secara local ( obat tetes hidung atau spray ) dan sistemik antara lain
antibiotika spektrum luas, antihistamin, dekongestan, dengan atau tanpa kortikosteroid.
Pengobatan dan control terhadap alergi dapat mengurangi atau menyembuhkan otitis media
efusi.

Pengobatan secara operatif dilakukan pada kasus dimana setelah dilakukan pengobatan
konservatif selam lebih dari 3 bulan tidak sembuh. Untuk memberikan hasil yang baik terhadap
drainase dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi. Pipa ventilasi dipasang pada
daerah kuadran antero inferior atau antero superior. Pipa ventilasi akan dipertahankan sampai
fungsi tuba ini paten. Penatalaksanaan secara operatif meliputi miringotomi dengan atau tanpa
pemasangan pipa ventilasi.

18
Tujuan pemasangan pipa ventilasi adalah menghilangkan cairan pada telinga tengah,
mengatasi gangguan pendengaran yang terjadi, mencegah kekambuhan, mencegah gangguan
perkembangan kognitif, bicara, bahasa dan psikososial.

H. Komplikasi
Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran sehingga akan
mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual. Perubahan yang terjadi pada telinga tengah
dapat mengakibatkan penyakit berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media kronis
maligna.

I. Prognosis
ad vitam : ad Bonam

ad functionam : ad Bonam

ad sanationam : ad Bonam

BAB III

KESIMPULAN

OME sering terjadi pada bayi dan anak-anak sehingga cukup sulit dalam melakukan
diagnosis penyakitnya. Orang terdekat dan banyak berinteraksi dengan anak tersebut akan

19
menjadi sumber informasi yang baik. Perhatian orang tua dan guru sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis.

Etiologi dan patofisiologi OME sangat multifaktorial, saling menunjang dan saling
terkait. Pada bayi dan anak, status imunologi sangat penting untuk menjaga daya tahan tubuh
terhadap infeksi.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik diperlukan dalam penegakan diagnosis OME.


Penggunaan alat otoskopi pneumatik, timpanometri, audiometri untuk pemeriksaan fisik sangat
membantu dalam menegakan diagnosis.

Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan operatif.


Pengobatan konservatif meliputi pemberian antibiotika, antihistamin, dekogestan, dengan atau
tanpa kortikosteroid. Penatalaksanaan secara operatif meliputi mirigotomi dengan atau tanpa
pemasangan pipa ventilasi.

Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan adekuat sangat berperan dalam menghambat
terjadinya proses gangguan pendengaran dan komplikasi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001.
2. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI, 2001.

20
3. Irwan AG. Sugianto. Atlas bewarna teknik pemeriksaan kelainan telinga hidung tenggorok.
FK UNSRI. Penerbit buku kedokteran EGC
4. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT: Otitis Media Efusi. [5 screens] Cited 15
Juni 2009. Available from: http://www.perhati-kl.org/
5. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Effendi
H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC
6. Thrasher, Richard D. 2009. Middle Ear, Otitis Media With Effusion [10 screens] Cited 15
Juni 2009. Available from: http://www.emedicine.medscape.com/ 9Admin . 2009. Otitis
Media Akut. [15 screens] Cited 20 Juni 2009. Available from:
http://www.medlinux.blogspot.com/2009/2/otitis-media-akut.html

21

You might also like