Professional Documents
Culture Documents
OLEH
YULIA VERNANDES LISTRI
NIM 1615301306
DOSEN PEMBIMBING : FRISTY AYU PARAMITHA SST
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan terhadap perempuan merupakan fenomena sosial yang pada saat ini
marak terjadi di masyarakat kita. Fenomena KDRT sebenarnya bukan sesuatu yang
baru, bahkan sudah ada sejak jaman dulu hanya saja saat ini perkembangan kasus-
kasusnya semakin bervariasi. Hal ini juga diikuti oleh kesadaran dari korban untuk
melaporkan kepada aparat hukum atau lembaga yang memiliki kepedulian tinggi
terhadap kasus kekerasan rumah tangga (anak dan perempuan).
Fenomena tersebut semakin memprihatinkan karena sering kali pelaku
kekerasan adalah orang-orang yang dipercaya, dihormati, dan dicintai, serta terjadi di
wilayah yang seharusnya menjamin keamanan setiap penghuninya, yaitu keluarga.
Ironisnya, kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh pasangan intimnya
justru menduduki peringkat tertinggi diantara berbagai macam bentuk kekerasan
terhadap perempuan (Departemen of Public Information, United Natios, 1995).
Di tahun 2008 (hingga 22 Desember) Mitra Perempuan Womens Crisis Centre
mencatat bahwa mayoritas pelaku KDRT terhadap perempuan adalah suami
(76,98%), mantan suami (6,12%); orangtua, anak, saudara (4,68%). Di samping itu,
9,35% pelaku adalah pacar atau teman dekat. (http://www.perempuan.or.id/?
q=content/tahun-2007-statistik-kekerasan-dalam-rumah-tangga, di akses 13-10-
2009)
Kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh pasangan intimnya
tersebut dikenal dengan istilah kekerasan dalam rumah tangga (Johnson& Sacco,
dalam Hakimi,dkk, 2001).
Kekerasan dalam rumah tangga yang disingkat menjadi KDRT merupakan
masalah rumah tangga yang banyak terjadi khususnya di Indonesia di mana mayoritas
masyarakat Indonesia menganut system patriakhal (Arivia, 1996). Pengalaman
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) meliputi empat bentuk kekerasan yaitu fisik,
seksual, psikologis dan ekonomi (Mufidah, 2003).
KDRT ini menjadi masalah sosial yang sangat serius dan kurkarena berbagai
alasan, diantang mendapat tanggapan dari masyarakat, karena berbagai alas an
diantaranya, KDRT memiliki ruang lingkup yang terutup dan terjaga ketat privacy-
nya karena persoalaannya terjadi dalam area keluarga. Ketidakmengertian akan
bentuk kekerasan dalam rumahtangga (KDRT) sering membuat para istri tak mengerti
apa haknya dalam rumahtangga (http://www.kompas.com/hai.para.istri.kenali.hakmu,
diakses 13/10/2009). Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu akibat dari
kelompok dominan terhadap kelompok subordinate yang dalam konteks permasalahan
ini adalah konteks kekerasan dalam rumah tangga . Dimana Kaum lelaki menjadi
oppresion kaum wanita, ataupun juga Orang tua sebagai oppresion pada anak
anaknya. Kesemuannya ini mengakibatkan pengaruh yang besar akibat dari perlakuan
dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinate dalam bentuk suatu perilaku
agresi yaitu penganiayaan, maupun penyiksaan (http://www.lodaya.web.id/?p=2660,
akses 24/11/2009)
Disadari atau tidak dampak kekerasan dalam rumah tangga sangatlah besar.
Baik berdampak pada kehidupan istri maupun dampak terhadap kehidupan anak.
Secara fisik korban atau istri dapat menderita memar, patah tulang, terkilir, cacat fisik,
gangguan menstruasi, kerusakan rahim, keguguran, terjangkit penyakit menular
seksual bahkan kematian (Hayati, 1999). Dampak yang akan sangat membekas adalah
dampak terhadap jiwa atau psikologis istri. Berbagai pengalaman kekerasan yang
diterima akan membuat istri depresi, mengalami kecemasan, ketakutan, trauma dan
gangguan sejenis lainnya. Kesemuanya dapat mempengaruhi dan membentuk
kepribadian dan perilaku yang negatif. Istri akan dihinggapi rasa malu, tidak percaya
diri, bersalah, dan lain sebagainya yang dapat melemahkan harga diri istri. Jika hal ini
terus dibiarkan akan semakin parah dan dapat menyebabkan istri menutup diri atau
mengalami hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Luhulima,
2000).
Secara umum KDRT ini tidak memihak, artinya siapapun dapat terkena
permasalahan tersebut. Hal merupakan persoalan serius bagi kaum perempuan, karena
hak-hak reproduksi mereka betul-betul terampas. Sejak dari menikmati hubungan
seksual yang aman, menentukan kehamilan, menjalani masa kehamilan yang sehat,
menjalani masa menstruasi yang sehat dsb. Berbagai kekerasan yang dialami oleh
perempuan dalam kehidupan rumah tangga juga seringkali menyebabkan mereka
menderita penyakit kronis, hingga menyebabkan kematian yang perlahan-lahan
(http://prov.bkkbn.go.id, diakses 24/11/2009).
B. Rumusan Masalah
Apakah kekerasan dalam rumah tangga berdampak terhadap depresi pada istri?
C. Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan kekerasan rumah tangga berdampak pada perilaku
antisosial anak
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan tujuan memiliki beberapa manfaat di antaranya
memberikan kontribusi keilmuan di bidang psikologi, khususnya dalam masalah
sosial, memberikan pengetahuan mengenai ada tidaknya kekerasan dalam rumah
tangga di daerah yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah
tangga tersebut, dalam jangka waktu selama berada dalam rumag tangga tersebut.
Venny (2003) lebih banyak dan spesifik menjelaskan tentang dampak KDRT,
yaitu:
Terdapat banyak sekali cara atau model KDRT mulai dari melukai anggota
keluarga dengan cara verbal seperti, membentak-bentak dan berkata-kata kotor.
Sampai melukai dengan cara fisik seperti menampar. Yang masuk dalam kategori
mengakibatkan luka terhadap korbannya. Kekerasan yang terjadi dalam rumah
tangga menurut Mufidah (2003) meliputi kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan
seksual.
Venny (2003) menjelaskan bahwa ada empat bentuk kekerasan terhadap
perempuan secara umum yaitu:
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah yang berkaitan erat dengan
bias gender yang biasa terjadi pada masyarakat patriakal di mana distribusi kekuasaan
antara perempuan dan laki-laki timpang, sehingga kaum laki-laki mendominasi
institusi social dan tubuh perempuan (Arivia, 1996). Dominasi kekuasaan suami atas
isteri ini mencakup pula dorongan untuk mengontrol isterinya, termasuk mengontrol
tubuhnya dengan melakukan kekerasan (Skrobanek, 1991).
b. Laki-laki selalu dididik dan dibesarkan dengan kuat agar menjadi laki-laki
yang kuat dan bagaimana dapat berkuasa atas dirinya dan orang-orang disekitarnya.
Setelah dewasa dan berumah tangga laki-laki harus dapat berkuasa atas istrinya jika
tidak maka dianggap laki-laki lemah, atas ini laki-laki akan menggunakan cara apapun
termasuk kekerasan demi menundukkan istrinya
Depresi
Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan
sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas
sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa
gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah
aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan
gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh
diri (http://id.wikipedia.org/wiki/Depresi)
Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Rice, P. L. (1992), memberikan
definisi depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang.
Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya
dan kehilangan harapan. Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis,
kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada
meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja,
dan berkurangnya aktivitas.
Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat,
berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi.
Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan.
Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri.
(http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2009/05/15/apa-itu-depresi/)
Menurut Chaplin (2005) depresi adalah:
1. Pada orang normal merupakan gangguan kemurungan (kesedihan, patah
semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan
pesimisme menghadapi masa yang akan datang.
Secara khusus faktor- faktor yang menyebabkan depresi adalah sebagai berikut:
a. faktor genetik
Bukti penelitian pada orang kembar menunjukkan bahwa jika salah satu kembar
indentik didiagnosis menderita manik depresif kemungkinan 72% saudara kembarnya
akan menderita gangguan yang sama. Angka kesesuaian yang menderita depresi
(40%) juga lebih tinggi dari angka untuk kembar fraternal (11%), tetapi perbedaan
antara kedua angka itu jauh lebih kecil jika dibandingkan perbedaan untuk kembar
manik depresif.
Meskipun penyebab depresif secara pasti tidak dapat ditentukan, faktor genetik
mempunyai peran terbesar. Gangguan alam perasaan cenderung terdapat dalam suatu
keluarga tertentu. Bila suatu keluarga salah satu orang tuanya menderita depresi, maka
anaknya beresiko dua kali lipat akan menderita depresi juga. Apabila kedua orang
tuanya menderita depresi, maka resiko untuk mendapatkan gangguan alam perasaan
sebelum usia 18 tahun menjadi 4 kali lipat
(www.tempo.co.id/medika/arsip/042001/pus-3.htm)
b. faktor biokimia
Beberapa studi menggambarkan bahwa sebagian depresi dan bunuh diri pada
anak-anak dan remaja mengakibatkan hipersekresi dari.
c. faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti kehilangan sesuatu, stress, mungkin bisa jadi variabel
penyebab yang terpenting. Karena depresi dapat timbul pada keluarga, anak-anak
yang depresi lebih sering ditemukan pada keluarga atau orang tua yang mengalami
depresi (lebih sering pada ibu). Interaksi ibu-ibu yang depresi pada anak-anaknya bisa
berakibat negatif.
Pengalaman awal (hilangnya kasih sayang orang tua atau ketidakmampuan
mendapatkan kepuasan melalui hasil keringat sendiri) mungkin juga menjadikan
seseorang rentan terhadap depresi dikemudian hari.
Dilaporkan bahwa orang tua dengan gangguan afektif cenderung akan selalu
menganiaya atau menelantarkan anaknya dan tidak mengetahui bahwa anaknya
menderita depresi sehingga tidak berusaha untuk mengobatinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua, jumlah sanak saudara, status sosial
keluarga, perpisahan orang tua, perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur keluarga
banyak berperan dalam terjadinya gangguan depresi pada anak. Ibu yang menderita
depresi lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan psikopatologi anak
dibandingkan ayah yang mengalami depresi. Ada hubungan yang siginifikan antara
riwayat penganiayaan fisik atau seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum
diketahui secara pasti.
Depresi juga bisa muncul karena salah asuh di rumah. Anak yang mendapat
perlakukan tidak mengenakan dari orangtua cendrung mudah marah dan tidak puas.
Tapi anak tidak tahu cara pelampiasannya sehingga mereka melampiaskan ke dirinya
sendiri.
Gejala Depresi
Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis,
gejala fisik & sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah
marah dan tersinggung, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan
menurunnya daya tahan. Namun yang perlu diingat, setiap orang mempunyai
perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu peristiwa atau perilaku
dihadapi secara berbeda dan memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang
dengan yang lain. Menurut Frank J., Bruno dalam Bukunya Mengatasi Depresi (1997)
mengemukan bahwa ada beberapa tanda dan gejala depresi, yakni:
1. Secara umum tidak pernah merasa senang dalam hidup ini. Tantangan
yang ada, proyek, hobi, atau rekreasi tidak memberikan kesenangan,
2. Distorsi dalam perilaku makan. Orang yang mengalami depresi tingkat
sedang cenderung untuk makan secara berlebihan, namun berbeda jika kondisinya
telah parah seseorang cenderung akan kehilangan gairah makan.
3. Gangguan tidur. Tergantung pada tiap orang dan berbagai macam faktor
penentu, sebagian orang mengalami depresi sulit tidur. Tetapi dilain pihak banyak
orang mengalami depresi justru terlalu banyak tidur,
4. Gangguan dalam aktivitas normal seseorang. Seseorang yang mengalami
depresi mungkin akan mencoba melakukan lebih dari kemampuannya dalam setiap
usaha untuk mengkomunikasikan idenya.
5. Kurang energi. Orang yang mengalami depresi cenderung untuk
mengatakan atau merasa, saya selalu merasa lelah atau saya capai. Ada anggapan
bahwa gejala itu disebabkan oleh faktor-faktor emosional, bukan faktor biologis.
6. Keyakinan bahwa seseorang mempunyai hidup yang tidak berguna, tidak
efektif. orang itu tidak mempunyai rasa percaya diri. Pemikiran seperti, saya menyia-
nyiakan hidup saya, atau saya tidak bisa mencapai banyak kemajuan, seringkali
terjadi.
7. Kapasitas menurun untuk bisa berpikir dengan jernih dan untuk
memecahkan masalah secara efektif. Keluhan umum yang sering terjadi adalah, saya
tidak bisa berkonsentrasi.
8. Perilaku merusak diri tidak langsung. contohnya: penyalahgunaan alcohol
atau narkoba, nikotin, dan obat-obat lainnya. makan berlebihan, terutama kalau
seseorang mempunyai masalah kesehatan seperti misalnya menjadi gemuk, diabetes,
hypoglycemia, atau diabetes, bisa juga diidentifikasi sebagai salah satu jenis perilaku
merusak diri sendiri secara tidak langsung.
9. Mempunyai pemikiran ingin bunuh diri. (tentu saja, bunuh diri yang
sebenarnya, merupakan perilaku merusak diri sendiri secara langsung.
(http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2009/05/15/apa-itu-depresi/)
Gejala utama:
a. Afek depresif
b. Kehilangan minat dan kegembiraan
c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentaang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Secara umum beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan terjadinya
depresi:
a. Berbagai penyakit fisik
b. Faktor psikis
c. Faktor sosial dan lingkungan
d. Faktor obat
e. Faktor usia
f. Faktor genetik
Secara khusus penyebab suatu kondisi depresi meliputi:
a. Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak
terutama serotonin
b. Faktor psikoedukasi karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran
perilaku terhadap suatu situasi sosial
c. Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup,
kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya
Menurut PPDGJ klasifikasi depresi adalah sebagai berikut:
a. Episode depresif ringan
1. Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi seperti kriteria
PPDGJ
2. Ditambah sekurang- kurangnya dua gejala sampingan (yang tidak boleh
ada gejala berat diantaranya)
3. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
4. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
b. Episode depresif sedang
1. minimal harus ada dua dari 3 gejala utama
2. ditambah sekurang- kurangnya 3 (dan sebaiknya empat) dari gejala
lainnya
3. seluruh episode berlangsung minimal 2 minggu
4. menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tangga.
5. Tanpa gejala somatik atau dengan gejala somatik.
c. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
1. semua gejala utama harus ada
2. ditambah minimal 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
3. episode depresi terjadi minimal 2 minggu, namun dibenarkan dalam
kurung waktu yang lebih singkat apabila gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
4. Sangat tidak mungkin pasien untuk meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, atau urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
d. Episode depresif berat dengan gejala psikotik
Memenuhi seluruh kriteria episode depresif berat tanpa gejala psikotik disertai
waham, halusinasi, atau stupor depresif
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan menggunakan
pendekatan metode kualitatif, karena agar lebih dapat menggali informasi secara lebih
luas dan detail dalam penjelasannya. Di samping itu, dikarenakan agar nantinya dapat
menciptakan keefektifan penyampaian inforasi dari penulis dan pembaca. Menurut
pendapat Bogdan dan Tylor, dalam Moleong (1988:2), penelitian kualitatif yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.
Dari pendekatan metode Kualitatif tersebut, dapat diartikan bahwa
segala informasi yang didapat merupakan bentuk penjelasan yang diperoleh dari hasil
penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi
pada penelitian ini, tidak boleh ada pengisolasian atau pembatasan informasi yang
dilakukan kepada individu terkait yang mempunyai hak untuk memberikan informasi
sejelas-jelasnya kepada peneliti.
Pada penelitian ini bersifat deskriptif, jadi setiap informasi yang disajikan
pada penelitian ini adalah berupa analisis berbentuk deskriptif yang di dalamnya
merupakan penjelasan dari informasi yang didapat dari pihak informan. Setiap data
yang disajikan tidak berupa angka atau rumus-rumus tetapi menggunakan penjelasan
data yang bersifat analisis data berupa kata-kata atau gambaran mengenai suatu
keadaan yang terjadi. Data yang terkumpul juga berupa catatan-catatan kecil dari
peneliti, hasil wawancara atau observasi, dan juga dalam laporan yang disajikan
dengan bentuk foto-foto atau gambar yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian yang mengarah pada penelitian studi kasus.
Menurut Salim (2001:93), studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari,
menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus (case) dalam konteksnya secara
natural tanpa adanya suatu intervensi dari pihak lain. Hal itu berarti menjadikan
penelitian ini merupakan gambaran sebenarnya yang terjadi pada keadaan yang
diamati di lokasi penelitian, yang kemudian dianalisis dengan berpedoman pada acuan
dan fakta yang ada, yang pada tahap akhir dituangkan dalam bentuk analisis dan
penjelasan mendetail mengenai permasalahan pada penelitian ini. Dan juga yang
harus digarisbawahi adalah bahwa setiap data dan fakta yang diperoleh terlepas dari
adanya tindakan intervensi atau pengaruh dari pihak-pihak tertentu yang berniat
mengaburkan atau mengubah data dan fakta yang ditemui dalam lapangan penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian tentulah mutlak bila dibutuhkan adanya
lokasi penelitian, karena lokasi penelitian inilah yang pada nantinya tempat untuk
menggali semua informasi dan mendapatkan data-data yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Bila sampai tidak ada lokasi penelitian, maka dapat dipastikan
pula bahwa penelitian yang dilakukan tidak dapat dibuktikan validitas atau keabsahan
data yang diperoleh.
Lokasi penelitian sendiri dapat diartikan sebagai tempat dimana penelitian
itu dilakukan, yang di dalamnya terdapat data-data yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan penelitian tersebut. Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah di
Desa Juanalan, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Peneliti tertarik memilih lokasi ini
karena di samping peneliti sudah mengetahui betul lingkungan daerahnya dan juga
ditambah lagi berdasarkan informasi yang didapat dari tokoh masyarakat dan instansi
pemerintah yang terkait dengan masalah KDRT, telah terjadi beberapa kali tindak
KDRT di lokasi penelitian tersebut. Hal itu lebih dikarenakan karena lokasi ini
berisikan penduduk yang umumnya keterogen dan merupakan bagian dari masyarakat
perkotaan, yang kemudian membuat pola hidup juga mengikuti pola hidup umumnya
yang dilakukan orang-orang yang tinggal di wilayah perkotaan.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan tahap yang penting dalam melakukan suatu
penelitian. Apabila suatu penelitian yang dilakukan tidak mempunyai fokus
penelitian, maka dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut tidak layak dilakukan dan
dikatakan asal-asalan saja.
Fokus penelitian sendiri merupakan tahap yang sangat menentukan dalam
penelitian kulalitatif, hal tersebut karena suatu penelitian tidak dimulai dari sesuatu
yang kosong atau tanpa adanya masalah, baik masalah-masalah yang bersumber dari
pengalaman penelitian atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui
kepustakaan ilmiah. Jadi focus penelitian dalam suatu penelitian kualitatif sebenarnya
merupakan masalah itu sendiri. ( Moleong 2002:62)
Berdasarkan konsep tersebut, maka yang dapat menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah meliputi:
1. Penyebab munculnya tindakan kekerasan dalam rumah tangga
2. Bentuk-bentuk dan dampak dari tindakan kekerasan dalam rumah tangga
3. Upaya yang dilakukan untuk menghentikan dan menghilangkan tindakan
kekerasan dalam rumah tangga.
4) Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan orang yang akan diteliti dalam berjalannya
sebuah penelitian. Keberadaan subyek penelitian merupakan hal yang sangat mutlak
diperlukan. Namun adakalanya juga subyek penelitian tidak dibutuhkan dalam sebuah
penelitian, tapi hal itu sangatlah jarang terjadi. Secara keseluruhan subyek merupakan
hal yang pokok perlu ada pada sebuah penelitian.
Subyek penelitian pada penelitian ini adalah orang-orang yang mengalami
dan juga melakukan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang meliputi suami,
istri, dan anak. Peneliti melakukan penelitian terhadap subyek dengan cara melakukan
pengamatan pada subyek, melakukan wawancara terhadap subyek, serta mengambil
gambar atau foto pada subyek tersebut apabila memang hal tersebut dibutuhkan.
Alasan peneliti memilih subyek ini adalah karena pada tindakan kekerasan dalam
rumah tangga yang terjadi di Desa Juanalan, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati
melibatkan anggota keluarga yang di dalmnya terdiri dari seorang suami, istri, dan
anak sehingga kemudian yang pada akhirnya mendorong peneliti untuk menentukan
pihak tersebut sebagai subyek penelitian ini.
D. Informan Penelitian
Keberadaan subyek penelitian sangatlah penting pada sebuah penelitian,
tetapi keberadaan informan juga tak kalah penting bila dibandingkan dengan subyek
penelitian tersebut. Informan sendiri dapat diartikan sebagai orang yang memberikan
informasi berkaitan dengan masalah yang diteliti maupun keterangan tentang subyek
penelitian (orang-orang yang diteliti).
Untuk itulah pada penelitian kali ini juga sangat dibtuhkan keberadaan
seorang informan penelitian. Yang termasuk ke dalam informan pada penelitian ini
adalah di antaranya yaitu saudara, kerabat dekat, ketua RT atau RW setempat,
tetangga, tokoh masyarakat, dan orang-orang dari instansi pemerintah daerah yang
ada hubungannya dengan masalah penelitian ini.
2) Wawancara
Dalam penelitian ini selain menggunakan metode observasi, juga
dengan ditambah lagi menggunakan metode wawancara. Wawancara sendiri adalah
percakapan tertentu oleh dua pihak yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan
pertanyaan yang diwawancarai yang kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan
itu (Moleong 2002:135). Selain itu ada yang mengatakan bahwa wawancara adalah
metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan
sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan (Hadi, 1993).
Metode wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan
tatap muka yang sebelumnya telah disusun secara sistematis kepada orang-orang yang
bertindak sebagai informan dan subyek penelitian yang telah dipilih sebelumnya.
Wawancara dilakukan kepada orang-orang yang memang mengetahui keadaan yang
terjadi berkaitan dengan masalah penelitian dan juga yang mengalami sendiri hal
tersebut secara langsung fenomena tersebut.
Wawancara secara mendalam dilakukan terhadap subyek penelitian dan
informan penelitian, hal ini agar dapat diperoleh data semaksimal mungkin yang pada
nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam memecahkan masalah pada penelitian
ini.
H. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Variable penelitian
Dalam penelitian di atas terdapat dua variable penelitian yaitu kekerasan rumah
tangga dan depresi pada istri.
X = Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Y = Depresi pada istri
2. Klasifikasi variable
Variabel bebas (independent) = Kekerasan dalam rumah tangga
Variabel terikat (dependent) = depresi pada istri
Variabel bebas yaitu variable yang mempengaruhi variabel yang lainnya,
sedangkan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
I. DEFENISI OPERASIONAL
Kekerasan rumah tangga adalah suatu tindakan kekerasan baik secara fisik,
psikologis, seksual maupun ekonomi yang dilakukan oleh anggota keluarga kepada
anggota keluarga yang lain yang dapat memberikan dampak baik secara medis,
emosional, personal maupun professional
Depresi adalah gangguan mental yang berawal dari stres yang tidak diatasi,
maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi diatndai dengan konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentaang rasa bersalah
dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau
perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan
berkurang
J. ANALISI DATA
1.Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi dari masing
masing variabel yang di teliti dengan menggunakan rumus :
P = F/N x 100%
Keterangan
P = presentasi
F = Frekuensi
N = jumlah responden
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah dua variabel yang diduga ada pengaruhdengan
menggunakan analisa uji statistik chi squaredengan program aplikasi komputer
dengan deraat kepercayaan 95 % .
Interpretasi data
a. Bila diperoleh nilai p kecil dari 0,05 Ho ditolak berarti ada pengaruh antara variabel
bebas dengan variabel terkait.
b. Bila diperoleh nilai P besar dari 0,05 maka Ho diterima,berarti tidak ada pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terkait.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jatimprov.go.id, di akses 19-10-2009
http://www.kompas.com/hai.para.istri.kenali.hakmu, diakses13/10/2009
http://www.d-infokom-jatim.go.id, diakses 19-10-2009
http://surabayapagi.com, diakses 19-10-2009
http://www.perempuan.or.id/?q=content/tahun-2007-statistik-kekerasan-dalam-
rumah-tangga, di akses 13-10-2009
http://www.kabarindonesia.com/berita. Diakses 29-10-2009
http://www.kompas.com/hai.para.istri.kenali.hakmu, diakses13/10/2009
http://vemarp.multiply.com/journal/item/4, di akses 29-10-2009
http://www.lodaya.web.id/?p=2660, akses 24/11/2009
http://prov.bkkbn.go.id, diakses 24/11/2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Depresi
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2009/05/15/apa-itu-depresi/
www.tempo.co.id/medika/arsip/042001/pus-3.htm
http://olapsyche.multiply.com/journal/item/21