Professional Documents
Culture Documents
SPONDYLOARTHROSIS CERVICAL
Oleh
1161050168
Pembimbing
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul
Spondyloarthrosis cervicalis sebagai pemenuhan salah satu syarat di Kepaniteraan Klinik
Ilmu Bedah.
Berbagai kendala yang telah penulis hadapi sehingga dapat terselesaikannya referat
ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang telah
diberikan, baik moril maupun materiil maka selanjutnya ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada dr. Robert Sinurat, Sp.BS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, serta masukan kepada penulis di dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi maupun bahasa yang disajikan. Untuk itu
penulis mohon maaf atas segala kekurangan & kekhilafan yang tidak disengaja. Semoga
referat ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya di dalam
memberikan sumbang pikir dan dalam perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna memperoleh hasil yang
lebih baik di dalam penyempurnaan referat ini dari penulisan sampai dengan isi dan
pembahasannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
2.3. Epidemiologi..................................................................................9
2.4. Etiologi...........................................................................................9
2.5. Patofisiologi...................................................................................10
2.7. Pemeriksaan...................................................................................14
2.8. Penatalaksanaan.............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri pada leher dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi lebih sering disebabkan
oleh karena usia. Diskus dan sendi pada cervical perlahan mengalami degenerasi seiring
dengan pertambahannya usia. Spondyloarthrosis cervical merupakan keadaan haus pada
vertebrae, yaitu pada diskus dan sendi di cervical. Hal tersebut merupakan keadaan yang
normal dari proses penuaan.1 Mayoritas individu dengan spondyloarthrosis adalah
asimtomatik. Tetapi, dapat juga menimbulkan gejala bagi sebagian individu. Ada 3 gejala
yang dapat timbul, yaitu nyeri pada leher, radikulopati cervical, dan mielopati cervical.2
Tulang vertebra merupakan tempat keluarnya medulla spinalis dan roots nerve. Pada
kasus yang berat, spondyloarthrosis dapat menyebabkan penekanan pada saraf vertebrae. Hal
tersebut dapat menimbulkan gejala pada lengan dan tungkai. Dalam kasus yang berat,
dilakukannya tindakan operasi dapat menjadi pilihan.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
1. Cervical I-VII
a. Vertebrae cervical I
Disebut juga sebagai atlas. Vertebrae cervical I tidak mempunyai
corpus vertebrae, tetapi memiliki arcus anterior yang terdapat fovea, dan
memiliki arcus posterior untuk tempat lewatnya arteri vertebralis.
b. Vertebrae cervical II
Disebut juga sebagai axis. Pada vertebrae cervical II terdapat tonjolan
seperti gigi, disebut dens atau processus odontoid.
d. Vertebrae cervical VI
Terdapat tuberculum caroticum karena dekat dengan arteri carotis.
2. Ligamentum
Ligamentum adalah pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk
mengikat serta menyatukan tulang atau bagian lain atau untuk menyangga suatu
organ.
e. Ligamentum interspinale
Ligamentum interspinale melekat pada tepi bawah processus suatu
vertebrae menuju ke tepi atas processus vertebrae berikutnya.4,5
Gambar 6. Ligamentum interspinale
3. Sendi
Regio cervical disusun oleh 3 sendi, yaitu atlanto-occipital joint
(occipital-C1), atlanto-axial joint (C1-C2), dan vertebrae joints (C2-C7). Adapun
gerakan yang dihasilkan dari regio ini, yaitu fleksi-ekstensi, rotasi, dan lateral
fleksi cervical.
5. Dermatom cervical
Kapsul fibrosa dipersarafi oleh mechanoreceptors (tipe I, II, dan III),
dan ujung saraf bebas telah ditemukan pada areolar longgar subsynovial dan
jaringan kapsuler padat. Bahkan, ada mechanoreceptors lebih banyak di
vertebrae cervical dibandingkan vertebrae lumbar. Input neural
dari facet ini mungkin penting untuk proprioseptif, sensasi nyeri dan dapat
memodulasi refleks otot pelindung yang penting untuk mencegah
ketidakstabilan sendi dan degenerasi.
Sendi facet pada tulang belakang cervical dipersarafi oleh kedua
bagian anterior dan posterior rami. Atlanto-oksipital dan atlanto-axial sendi
dipersarafi oleh rami bagian anterior saraf spinal cervical pertama dan kedua.
C2-C3 sendi facet dipersarafi oleh 2 cabang ramus posterior dari cervical
ketiga spinal saraf, cabang communicating dan cabang medial dikenal
sebagai saraf oksipital ketiga.
Facet cervical yang tersisa, C3-C4 hingga C7-T1, dipasok oleh
posterior rami cabang medial yang muncul satu tingkat ke arah cephal dan
cauda dari sendi. Oleh karena itu, setiap sendi dari C3-C4 hingga C7-T1
dipersarafi oleh cabang medial bagian atas dan bawah. Cabang medial ini
mengirimkan cabang artikulasi ke sendi facet karena mereka membungkus
pilar artikulasi di sekitar pinggang.
Dermatom adalah konsep fundamental dalam anatomi manusia dan sangat
penting dalam praktek klinis. Dermatom juga merupakan kunci dalam diagnosis
klinis radikulopati. Dermatomal somatosensori berfungsi dalam menentukan
tingkat cedera tulang.14
2.2 Definisi
Spondyloarthrosis cervicalis merupakan keadaan dimana terjadi destruksi
facet joints secara progresif yang disebabkan oleh proses non inflamasi. 13 Pada
keadaan ini, diskus intervertebralis cervical mengalami degenerasi yang berkaitan
dengan bertambahnya usia, dapat mengenai tulang, sendi, dan jaringan lunak
penyokong lainnya pada cervical.7
Spondyloarthrosis adalah kondisi dimana terjadi perubahan degeneratif pada
sendi intervertebralis antara corpus dan diskus. Spondyloarthrosis merupakan bagian
dari osteoarthritis yang juga dapat menghasilkan perubahan degeneratif pada sendi-
sendi synovial sehingga dapat terjadi pada sendi-sendi apophyseal tulang belakang.
Secara klinis kedua perubahan degeneratif tersebut terjadi secara bersamaan.
Spondyloarthrosis cervical merupakan suatu kondisi proses degenerasi pada diskus
intervertebralis dan jaringan pengikat persendian antara ruas-ruas tulang belakang
sehingga mengganggu fungsi dan struktur normal tulang belakang.8
2.3 Epidemiologi
Spondilosis cervical lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan
wanita. Prevalensi spondilosis cervical pada pria sebesar 13% di usia dekade ke tiga,
dan meningkat mendekati 100% pada usia 70 tahun. Sedangkan prevalensi pada
wanita sebesar 5% di usia dekade ke empat dan meningkat menjadi 96% pada wanita
usia 70 tahun. Pada usia 60 tahun, separuh dari pria dan sepertiga dari wanita
memiliki penyakit yang signifikan.9
2.4 Etiologi
Seiring dengan bertambahnya usia, diskus intervertebralis mengalami
degenerasi sehingga tulang-tulang vertebrae kehilangan space antar tulang dan
mengalami bulging, dan juga mengalami penurunan kadar air.
Pada facet joint juga mengalami peningkatan tekanan oleh karena proses
degenerasi. Selain itu, jaringan tulang rawan (joint capsule and joint cavity) yang
berfungsi melindungi facet joint semakin menipis dan akan dapat menyebabkan
gesekan pada tulang dan timbulnya arthritis.
2.7 Pemeriksaan
a. Anamnesis
Kapan nyeri dirasakan pertama kali?
Apakah nyeri yang dirasakan terus menerus atau hilang timbul?
Apakah saat sedang beraktivitas, nyeri semakin hebat dirasakan?
Apakah keluhan seperti ini pernah dialami sebelumnya?
Apa yang dilakukan saat nyeri muncul? Apakah sudah mengkonsumsi obat
untuk mengurangi nyeri?
Apakah pernah memiliki riwayat terjatuh/riwayat kecelakaan/riwayat
trauma pada leher?1
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Postur tubuh
Cara berjalan
Palpasi
Rasa raba
Nyeri tekan
Spasme otot
Move
ROM
Ada tidaknya nyeri
Ada tidaknya keterbatasan gerak1
MMT (Manual Muscle Test)
Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui kekuatan otot atau
kemampuan mengontraksikan otot secara volunteer dengan tujuan
membantu menegakkan diagnosa.11
MRI
Memperlihatkan jaringan lunak lebih baik jika dibandingkan dengan
pemeriksaan x-ray. Pada MRI dapat terlihat otot, diskus, nervus spinalis.
2.8 Penatalaksanaan
Skema 2. Algoritma penatalaksanaan15
Secara umum ada penanganan bedah dan non-bedah. Penanganan bedah baru
disarankan apabila penderita menampilkan gejala gangguan neurologis yang
mengganggu kualitas hidup penderita. Apabila tidak perlu, maka dokter akan
menyarankan penanganan non bedah yang meliputi pemberian obat anti inflamasi
(NSAID), analgetik, dan muscle relaxant. Selain itu apabila perlu dokter dapat
menganjurkan pemasangan alat bantu seperti cervical collar yang tujuannya untuk
meregangkan dan menstabilkan posisi. Fisioterapi berupa pemberian panas dan
stimulasi listrik juga dapat membantu melemaskan otot. Dan yang tak kalah
pentingnya adalah exercise. Dengan exercise maka otot-otot yang lemah dapat
diperkuat, lebih lentur dan memperluas jangkauan gerak.
Terapi atau tindakan yang dapat dilakukan pada penderita spondyloarthrosis dapat
digolongkan menjadi nonsurgical treatment dan surgical treatment.
1. Nonsurgical treatment
Kebanyakan kasus spondyloarthrosis dilakukan nonsurgical treatment.
Yang termasuk nonsurgical treatment, yaitu:
a. Fisioterapi
Program fisioterapi pada penderita spondyloarthrosis cervicalis
bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, mempertahankan lingkup
gerak sendi, menguatkan otot serta meningkatkan aktifitas hidup
sehari-hari. Fisioterapi dilakukan 6 sampai 8 minggu, dilakukan 2
sampai 3 kali per minggu.
b. Medikamentosa
Acetaminophen
Dapat mengatasi nyeri sedang.
Obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
Ibuprofen atau naproxen merupakan lini pertama untuk nyeri
leher. Keduanya dapat mengatasi rasa nyeri dan swelling
(pembengkakan).
Muscle relaxant
Cyclobenzaprine atau carisoprodol dapat mengatasi spasme
otot.
c. Soft cervical collar
Untuk membatasi gerakan leher dan memungkinkan otot-otot
di leher berelaksasi. Soft cervical collar tidak dipakai dalam jangka
waktu yang lama karena dapat menurunkan kekuatan otot leher.
d. Injeksi steroid
Cervical epidural block
Dalam hal ini, steroid dan obat anestesi di injeksikan ke
ruang epidural. Prosedur ini biasanya digunakan untuk nyeri
leher dan/atau nyeri lengan yang disebabkan oleh karena
herniasi diskus intervertebralis atau lebih dikenal radikulopati
atau saraf terjepit.
2. Surgical treatment
Apabila ada gangguan berupa penekanan saraf/akar saraf yang
progresif atau instabilitas yang hebat maka perlu pembedahan.
Indikasi operasi:
Disfungsi kandung kemih
Kondisi ini jarang terjadi. Disfungsi kandung kemih
terjadi karena adanya kompresi pada nervus spinalis.
Stenosis spinal
Disfungsi neurologi
Spondyloarthrosis mempengaruhi bagian-bagian tulang,
terutama facet joint (sendi yang membantu mengontrol gerakan
pada tulang belakang), sehingga dapat terjadi ketidakstabilan
pada vertebrae dan berisiko untuk terjadinya masalah pada
neurologis. Disfungsi neurologi ditandai dengan adanya
kelemahan pada lengan atau kaki, atau pasien merasa baal.
1. Facetectomy
Sendi pada vertebrae disebut facet joint. Facet joint berfungsi
untuk membantu menstabilkan vertebrae. Namun, pada kasus
spondiloarthrosis, facet joint dapat menekan saraf. Sehingga
dilakukan facetectomy, yaitu dilakukan pembuangan facet joint
untuk mengurangi tekanan tersebut.
2. Foraminotomy
Teknik operasi ini dilakukan jika diskus atau osteofit yang
menekan saraf meninggalkan vertebrae melalui foramen. Pada
foraminotomy dilakukan membuka foramen lebih besar sehingga
saraf dapat keluar tanpa terkompresi.
Gambar 22. Foraminotomy cervical
3. Laminectomy
Lamina berfungsi sebagai pelindung kanalis spinalis dan tulang
vertebrae. Lamina dapat menekan saraf spinal, sehingga dapat
dilakukan laminectomy, yaitu membuat ruang untuk saraf dengan
cara membuang sebagian lamina.
4. Laminotomy
Tekniknya sama dengan foraminotomy. Pada tindakan ini,
dilakukan pembukaan yang lebih besar pada lamina sehingga tidak
menekan saraf.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA