You are on page 1of 15

PENGARUH TEKANAN VAKUM PADA PROSES DESTILASI

FRAKSINASI BIODIESEL KEMIRI SUNAN (Reutalis trisperma)


TERHADAP MUTU BIODIESEL YANG DIHASILKAN

USULAN PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian


pada Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Industri
Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh:
Rifki Amrullah
240110130088

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi mempunyai kontribusi yang substansial dalam perekonomian
negara, baik sebagai bahan bakar, bahan baku, maupun sebagai komoditas ekspor.
Sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, konsumsi
energi di Indonesia terus mengalami peningkatan (Boedoyo, 2012). Pada tahun
2000, konsumsi energi final di Indonesia hanya sebesar 778 juta Barrel of Oil
Equivalent (BOE) dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 1.211 juta BOE
dengan perhitungan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,46% per tahun (Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2015).
Selama ini peranan energi fosil masih mendominasi pemanfaatan energi di
Indonesia. Salah satu jenis energi fosil tersebut adalah minyak bumi yang
dijadikan sebagai bahan bakar. Cadangan terbukti minyak bumi di Indonesia
sebesar 3,6 miliar barel dan bila diasumsikan tidak ditemukan cadangan baru
maka minyak bumi akan habis dalam kurun waktu 13 tahun (Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi, 2015). Selain persediaannya yang terbatas, pembakaran
bahan bakar minyak dari fosil akan menghasilkan dampak negatif berupa polutan
yang berbahaya terhadap lingkungan dan merusak kesehatan makhluk hidup.
Sumber-sumber pencemar utama yang dilepaskan ke udara antara lain gas COx,
NOx, SOx, SPM (Suspended Particulate Matter), dan beberapa kandungan logam
berat seperi Timbal (Pb) (Budiyono, 2001).
Dengan adanya persoalan mengenai ketersediaan minyak bumi serta
dampak penggunaannya sebagai energi, maka diperlukan adanya perubahan
paradigma pengelolaan energi yang mengedepankan diversifikasi dan konservasi
energi, salah satunya adalah dalam bentuk penggunaan energi baru dan terbarukan
yang diharapkan mampu menjadi penopang utama penyediaan energi nasional di
masa depan. Energi baru dan terbarukan yang dipertimbangkan dalam kebutuhan
energi final adalah pemanfaatan biodiesel sebagai substitusi bahan bakar minyak.
Sesuai dengan mandatori biofuel yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri
ESDM No. 12 Tahun 2015, telah ditetapkan untuk pemakaian biodiesel
maksimum (B100) sebagai bahan bakar minyak adalah mencapai 30% pada
semua jenis sektor. Dalam kurun 37 tahun diperkirakan biodiesel berkembang
dengan laju pertumbuhan 13,6% per tahun (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, 2015).
Biodiesel merupakan bahan bakar terbarukan yang didapatkan dari proses
kimia yang disebut dengan proses transesterifikasi dengan bahan baku minyak
nabati atau lemak hewan untuk digunakan pada mesin diesel karena memiliki
karakteristik yang hampir sama dengan bahan bakar minyak dari fosil (Knothe et
al., 2005). Biodiesel memiliki sifat yang lebih ramah lingkungan jika
dibandingkan dengan minyak diesel atau solar karena mampu terdegradasi secara
alami. Selain itu biodiesel juga tidak menghasilkan racun, bebas sulfur,
mengeluarkan emisi yang lebih rendah, dan selalu dapat diperbaharui (Pardi dan
Satriananda, 2008).
Terdapat banyak sumber bahan baku yang tersedia untuk produksi
biodiesel, tetapi sebagian besar diproduksi secara luas dengan menggunakan
minyak nabati pangan, dimana penggunaan bahan baku tersebut dapat
menimbulkan masalah kemandirian pangan. Oleh karena itu, untuk
meminimalkan masalah tersebut diperlukan sumber alternatif lain seperti minyak
nabati non pangan (Ashraful et al., 2014). Indonesia memiliki potensi berupa
kondisi alam yang mendukung dalam memproduksi biodiesel karena memiliki
ketersediaan tanaman yang beraneka ragam yang dapat dijadikan sebagai bahan
baku pembuatan biodiesel, termasuk didalamnya adalah tanaman non pangan.
Salah satu tanaman non pangan yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel adalah tanaman kemiri sunan (Reutalis
trisperma).
Kemiri sunan berbeda dengan jenis kemiri sayur (Aleurites moluccana)
yang biasa digunakan untuk bumbu dapur. Buah dari tanaman kemiri sunan
mengandung bahan yang bersifat racun sehingga tidak dapat digunakan sebagai
bahan pangan. Ditinjau dari potensi hasil biji buahnya, kemiri sunan mengandung
minyak dengan rendemen berkisar 40 60%. Kandungan minyaknya yang relatif
tinggi merupakan potensi utama dari tanaman ini (Pranowo dkk., 2014).
Rendemen biodiesel yang dihasilkan dari minyak kasar dapat mencapai 88%
dengan hasil samping berupa gliserol (KementrianEnergidanSumberDaya
Mineral,2013b). Selain kandungan minyaknya yang tinggi, kemiri sunan juga
memiliki karakteristik minyak yang khas, pertumbuhan relatif cepat, wilayah
pengembangan luas, produktivitas tinggi, dan sangat cocok sebagai tanaman
konservasi di lahan marginal (Ditjenbun, 2014).
Pembuatan biodiesel dilakukan melalui proses reaksi kimia
transesterifikasi pada minyak nabati atau minyak hewani dengan menggunakan
suatu katalis dan alkohol untuk menghasilkan alkil ester asam lemak (Knothe et
al., 2005). Biodiesel yang diproses dengan transesterifikasi mengandung berbagai
macam komponen asam lemak ester. Mutu biodiesel ditentukan dari asam lemak
ester dan zat pengotor yang terkandung dalam biodiesel yang dihasilkan, seperti
kestabilanoksidasi,viskositaskinematik,emisiyangdihasilkan,angkasetana,
danenergiyangdihasilkan(Yangetal.,2013).
Komponen asam lemak ester yang paling sering ditemukan dalam
biodiesel adalah asam palmitat, asam oleat, asam stearat, asam loneleat, dan asam
linolenat (Knothe, 2008). Knothe(2008)telahmelakukanpenelitianterkaitsifat
sifatasamlemakesteryangterkandungdalambiodiesel.Penelitiantersebut
menyatakanbahwabiodieselyangkayaakankandunganmetiloleatdapat
dipalikasikansebagaibahanbakarnabatipalingbaikkarenamemilikipanas
pembakaranterbesaryaitu11.887,13kJ/moldanmemenuhisyaratmutubiodiesel
yangditetapkandalamSNI7182:2015.Disampingitu,metilpalmitatmemiliki
angkasetanapalingbesaryaitu85,9.Semakintingginilaisetana,makakualitas
pembakaranakansemakinbaiksertadapatmenurunkanemisigasNOx.Dengan
melihathasilpenelitiantersebut,biodieseldengankandunganmetiloleatdan
metilpalmitatdominanakanmeningkatkankualitasbiodieselsebagaibahanbakar
alternatif.
BerdasarkanpenelitianyangdilakukanolehDjenardanLintang(2012),
hasilGCMSdiketahuibahwakomposisimetilesterterbesardaribiodieselkemiri
sunanadalah29,97%metilpalmitat,38,03%metiloleat,dan27,55%metil
linoleat.HasilpenelitianKnothe(2008)dananalisisGCMStersebuttelah
menunjukkanbahwabiodieselkemirisunandapatditingkatkankandunganmetil
esternyamenjadibiodieseldengankandunganmetiloleatdanmetilpalmitat
dominan,sehinggadapatmeningkatkanmutubiodieseldanmenjadibahanbakar
dengankualitasterbaik.Metodeyangdapatdilakukanuntukmeningkatkan
kandungankomponenyangdiinginkanyaitudengandestilasifraksinasi.Metode
inibergunauntukmemisahkankomponenkomponenpenyusunsuatucampuran
kedalambeberapafraksi,dimanapemisahantersebutdidasarkanpadaperbedaan
titikdidihdarikomponenpenyusuncampurantersebut.
Dalamprosesdestilasifraksinasi,terdapatvariabelvariabelpentingyang
mempengaruhifraksiyangdihasilkan,sepertisuhu,tekanan,panjangkolom
destilasi,danrefluks(GilbertdanMartin,2010).Padapenelitianini,variabel
bebasyangakandigunakanadalahtekananvakum,dimanaakandilakukanproses
pemisahankomponendenganmengubahtekananvakumyangdigunakanuntuk
mengetahuitekananmanayangmemberikanpengaruhterbaikpadakemurnian
biodieselyangdihasilkan..Tekananvakumpadaprosesdestilasifraksinasiakan
menurunkansuhudestilasiyangmengacupadatitikdidihkomponenpadatekanan
atmosfir,sehinggatidakdiperlukansuhutinggiuntukmemisahkankomponen.
Fraksibiodeselyangdihasilkanselanjutnyaakandilakukanpegujianmutu,
diantaranyaviskositaskinematik,densitas,kadarair,bilanganasam,bilanganiod,
titikkabut,titiknyala,panaspembakaran,angkasetana,sertakonsentrasimetil
ester,sehinggakualitasnyadapatdibandingkandenganstandaryangada.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat diidentifikasikan
permasalahan yaitu berapa besar tekanan vakum yang digunakan pada proses
destilasi fraksinasi untuk menghasilkan mutu terbaik pada biodiesel kemiri sunan
khususnya pada kandungan metil ester oleat dan metil ester palmitat.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memperoleh kondisi tekanan vakum terbaik yang digunakan untuk
menghasilkan metil ester oleat dominan dan metil ester palmitat dominan
dengan metode destilasi fraksinasi
2. Mengetahui sifat fisiko kimia dari mutu biodiesel kemiri sunan yang
dihasilkan dengan acuan SNI 7182:2015

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
kontribusi ilmiah mengenai teknologi proses pembuatan biodiesel kemiri sunan,
khususnya mengenai proses pemurnian dengan metode destilasi fraksinasi untuk
menghasilkan biodiesel dengan mutu terbaik yang dilihat dari kandungan metil
ester serta sifat fisiko kimianya.

1.5 Kerangka Pemikiran


Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif terbarukan yang dapat
digunakan untuk mengatasi keterbatasan persediaan energi fosil serta menekan
dampak negatif dari penggunaan energi fosil. Biodiesel diperoleh dari minyak
nabati maupun minyak hewani yang mengandung trigliserida melalui proses
transesterifikasi dan atau reaksi esterifikasi (Joelianingsih dkk., 2006). Salah satu
tanaman yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dijadikan sebagai bahan
baku biodiesel adalah kemiri sunan dengan rendemen minyak kasar sebesar 40
60% (Pranowo dkk., 2014).
Minyak kasar dapat diperoleh dari kemiri sunan melalui pengepresan atau
ekstraksi dari buah bijinya (kernel). Minyak kasar selanjutnya diproses menjadi
biodiesel melalui proses transesterifikasi dan esterifikasi. Reaksi transesterifikasi
dilakukan dengan mereaksikan minyak dengan alkohol ditambah dengan katalis
basa untuk menghasilkan alkil ester asam lemak (Knothe et al., 2005). Alkohol
yang biasa digunakan adalah etanol maupun metanol, namun metanol lebih dipilih
daripada etanol karena mampu memproduksi reaksi yang lebih stabil, harganya
relatif murah dan memiliki daya reaksi yang lebih tinggi dibandingkan alkohol
yang berantai lebih panjang. Selain itu, metanol juga tersedia dalam bentuk
absolut yang mudah diperoleh, sehingga dapat meminimalkan pembentukan sabun
akibat air yang terdapat dalam alkohol (Syah, 2006).
Pembuatan biodiesel biasanya dimulai dari penetapan kadar Free Fatty
Acid (FFA) atau kadar Asam Lemak Bebas (ALB) minyak nabati. Sebelum
menjalankan proses transesterifikasi, minyak nabati harus memiliki kadar FFA
yang rendah, yaitu maksimal 3 mgKOH/g minyak (Pranowo dkk., 2014). Kadar
FFA yang tinggi akan menyebabkan proses transesterifikasi berjalan tidak
sempurna, menyebabkan penyabunan, dan menurunkan yield yang dihasilkan.
Menurut Syafaruddin dan Wahyudi (2012), minyak kemiri sunan memiliki kadar
FFA sebesar 2,407,79mgKOH/gminyak, sehingga diperlukan proses
esterifikasi terlebih dahulu sebelum menjalankan proses transesterifikasi. Reaksi
esterifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak dengan metanol dengan
penambahan katalis asam yang biasanya berupa asam sulfat (Anggraini et al.,
2013).
Minyak kemiri sunan hasil esterifikasi selanjutnya dilakukan reaksi
transesterifikasi untuk memperoleh alkil ester asam lemak (biodiesel) dengan
produk samping berupa gliserol. Pada proses transesterifikasi digunakan katalis
KOH sebesar 1% (b/b) dan lama reaksi 2 jam berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Saraswati (2014). Biodiesel hasil proses transesterifikasi
mengandung berbagai komponen asam lemak ester dan zat pengotor yang
menentukan mutu dari biodiesel yang dihasilkan. Zat pengotor berupa sisa-sisa
katalis, metanol, dan gliserol perlu dimurikan terlebih dahulu karena zat pengotor
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada mesin atau menurunkan performa
mesin (Pranowo dkk., 2014).
Pemurnian biodiesel hasil transesterifikasi dapat dilakukan dengan
pencucian menggunakan air bersih yang dipanaskan pada suhu 55oC sambil
diaduk. Dengan penambahan air, zat pengotor akan terikat pada air karena
memiliki kepolaran yang sama sehingga air cucian menjadi keruh. Proses
pencucian dilakukan 2-3 kali hingga air cucian terlihat jernih dan memiliki pH
netral yang menandakan semua pengotor telah hilang (Pranowo dkk., 2014).
Proses pengeringan diperlukan untuk menghilangkan air sisa pencucian yang
masih tertinggal di dalam biodiesel. Proses pengeringan bisa dilakukan dengan
pemanasan dan dapat dikatakan selesai apabila biodiesel sudah bebas dari
gelembung uap air.
Biodiesel hasil tranesterifikasi memiliki komponen asam lemak ester yang
mempengaruhi sifat fisiko kimia dari biodiesel yang dihasilkan. Sifat fisiko kimia
biodiesel yang penting meliputi sifat pada suhu rendah, kestabilan oksidasi,
viskositas kinematik, emisi yang dihasilkan, angka setana, dan energi yang
dihasilkan (Yang et al., 2013). Secara umum syarat mutu biodiesel menurut Badan
Standarisasi Nasional (2015) disajikan dalam SNI 7182:2015. Berdasarkan
penelitianyangdilakukanolehDjenardanLintang(2012),hasilGCMS
menyatakanbahwakomposisimetilesterterbesardaribiodieselkemirisunan
adalahmetilpalmitat,metiloleat,danmetillinoleat.Knothe (2008) telah
melakukan penelitian mengenai sifat fisiko kimia yang dimiliki oleh beberapa
metil ester dominan dalam biodiesel dengan kemurnian metil ester >99% yang
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Sifat Fisiko-Kimia Metil Ester
Titik Panas Kestabila Viskositas
Rantai Angka
Ester Leleh Pembakara nOksidasi Kinematik
Karbon setana
(C) n(kJ/mol) (jam) (40C)(mm2/s)
Metilpalmitat 16:0 30 85,9 10.669,20 >24 4,38
Metiloleat 18:1 19.5 59,3 11.887,13 2,79 4,41
Metillinoleat 18:2 35 38,2 11.690,10 0,94 3,65
Metillinolenat 18:3 52 22,7 11.506,00 0,00 3,14
(Knothe, 2008)
Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa kandungan metil ester dominan dalam
biodiesel memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Apabila sifat fisiko-kimia
metil ester pada Tabel 1 dibandingkan dengan SNI 7128:2015, maka akan
didapatkan metil ester yang sifatnya memenuhi dalam standar tersebut, yaitu metil
palmitat dan metil oleat. Sehingga untuk mendapatkan biodiesel dengan
kandungan metil palmitat dan metil oleat dominan, perlu ditingkatkan konsentrasi
dari kedua metil ester tersebut pada biodiesel kemiri sunan yang dihasilkan.
Kandungan metil palmitat dan metil oleat dalam biodiesel kemiri sunan
dapat ditingkatkan dengan metode destilasi fraksinasi. Metode ini berguna untuk
memisahkan komponen-komponen dalam biodiesel kemiri sunan menjadi
beberapa fraksi yang memiliki kandungan metil ester yang tinggi. Pemisahan
komponen didasarkan pada perbedaan titik didih dari komponen tersebut
(Ramsden, 2012). Proses destilasi fraksinasi memiliki beberapa variabel penting
yang dapat mempengaruhi fraksi yang dihasilkan, seperti suhu destilasi, tekanan,
panjang kolom, serta refluks yang digunakan. Penentuan suhu destilasi yang
digunakan dapat berupa titik didih komponen yang saling berdekatan antara satu
dengan yang lainnya (Gilbert dan Martin, 2010).
Pada penelitian ini, variabel bebas yang akan digunakan adalah tekanan
vakum pada proses destilasi fraksinasi. Titik didih komponen metil ester dapat
memiliki nilai yang berbeda sesuai dengan tekanan vakum yang digunakan.
Pendekatan yang digunakan dalam menentukan tekanan vakum beserta suhu
destilasi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2. Titik didih metil ester asam lemak pada berbagai tekanan (oC)
Tekanan (mmHg)
Senyawa
1 2 4 10 20 40 100 760
Metil Kaproat - 15 26 42 55 70 90 149,5
Metil Kaprilat - 45 58 76 89 106 129 193
Metil Kaprat - 77 89 108 123 139 162 223
Metil Laurat - 100 113 134 149 166 193 -
Metil Miristat 114 126 141 160 175 197 - -
Metil Palmitat 136 148 162 182 202 - - -
Metil Stearat 155,5 168 181 204 223 - - -
Metil Oleat 152,5 166 182 203 218 - - -
Metil Linoleat 149,5 163 182 202 220 - - -
(NIIR Board of Consultants & Engineers, 2013)

Tabel 3. Titik didih beberapa metil ester asam lemak pada tekanan 1 20
mmHg
Tekanan Temperatur (oC)
(mmHg) Palmitat Stearat Oleat
1 134,3 - -
2 - 166 166,2
4 - 181 182
5 166,8 - -
6 - 191 192
8 - 199 199,5
10 184,3 204 205,3
20 202 - -
(Jordan, 1954 dalam Gunstone et al., 1994)
Pompa vakum pada alat destilasi fraksinasi yang akan digunakan pada
penelitian ini mampu membuat kondisi tekanan udara menjadi 1 mmHg. Apabila
dilihat pada Tabel 2, pada tekanan vakum 1; 2; dan 4 mmHg tekanan
Pada peningkatan suhu destilasi diperoleh fraksi biodiesel berupa.
(hasil teh emma). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada penelitian
pendahuluan yang dilakukan Emma (2015) menggunakan suhu destilasi yang
sesuai dengan suhu titik didih literatur, didapatkan biodiesel yang tidak
terdestilasi. Hal tersebut salah satunya bisa disebabkan oleh tekanan yang
digunakan belum optimal, yaitu pada 10 mmHg, sehingga pada penelitian kali ini
akan digunakan tekanan vakum yang lebih tinggi yang diharapkan akan terjadi
pemisahan pada komponen metil ester dalam biodiesel kemiri sunan dengan tetap
menggunakan suhu destilasi sesuai dengan suhu titik didih pada literatur.
Berdasarkan literatur bahwa semakin tinggi tekanan vakum, maka suhu proses
yang digunakan tidak perlu terlalu tinggi. Cari sitasinya!
Tekanan vakum yang akan digunakan adalah..(cari referensi)
Penentuan panjang dan tipe kolom destilasi yang tepat dapat
mempengaruhi keberhasilan proses destilasi fraksinasi. Penetuan rasio refluks
yang digunakan juga diperlukan agar dapat menghasilkan pemisahan campuran
yang efektif dan efisien. Rasio refluks yang terlalu kecil dapat menyebabkan
terjadinya pemisahan komponen yang tidak tepat, sehingga akan menghasilkan
fraksi yang memiliki kandungan komponen lain yang tidak diinginkan. Sedangkan
rasio refluks yang terlalu besar akan menghasilkan pemisahan komponen yang
berlangsung lambat dan tidak maksimal (Gilbert dan Martin, 2010).
Dalam penelitian ini akan digunakan panjang kolom destilasi sepanjang 45
cm, rasio refluks sebesar 2:1, dan suhu destilasi yaitu <185C, 185-199,5C,
199,5-200,5C, 200,5-201,5C, dan 201,5-202,5C. Dari fraksi-fraksi yang
dihasilkan, akan dilakukan pengujian mutu dari masing-masing fraksi. Pengujian
mutu biodiesel hasil fraksinasi meliputi densitas, viskositas kinematik, bilangan
asam, bilangan iod, kadar air, titik kabut, titik leleh, titik nyala, panas
pembakaran, angka setana, serta kandungan metil ester. Hasil pengujian mutu
selanjutnya akan dibandingkan dengan standar yang ada yaitu SNI 7132:2012
sehingga dapat diketahui fraksi terbaik yang dapat dijadikan sebagai bahan bakar
diesel.

1.6 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan uraian kerangka pikiran di atas, maka dapat diperoleh
hipotesis sebagai berikut:
1. Metode destilasi fraksinasi dengan penentuan variasi tekanan yang tepat
dapat digunakan untuk mendapatkan mutu biodiesel kemiri sunan yang
memiliki kemurnian tinggi pada komponen metil palmitat dan metil oleat.
2. Biodiesel hasil destilasi fraksinasi yang dihasilkan akan memiliki mutu
fisiko kimia yang memenuhi SNI 7132:2015 dan dapat diaplikasikan
sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiri Sunan


Kemiri sunan (Reutalis trisperma (Blanco) Airy Shaw) adalah jenis
tanaman kemiri racun (Pusat PVT, 2009) yang merupakan tumbuhan asli tropis
dan menyebar di berbagai tempat di Indonesia ( Herman dkk., 2013; Burkill,
1966; Purseglove, 1981). Kemiri sunan merupakan tanaman tahunan yang dapat
tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.000 m diatas permukaan laut. Daerah
dengan iklim agak kering sampai basah dengan curah hujan 1.500-2500 mm per
tahun merupakan tempat tumbuh yang optimal dengan suhu udara 24o-30oC,
kelembaban udara 71-88% , dan lama penyinaran lebih dari 2.000 jam per tahun
(Supriadi dkk., 2009). Klasifikasi tanaman kemiri sunan berdasarkan USDA
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Reutalis Airy Shaw
Spesies : Reutalis Trisperma (Blanco) Airy Shaw
Kemiri sunan memiliki potensi yang besar pada bagian biji/buahnya yang
dapat menghasilkan minyak nabati. Selain itu tanaman kemiri sunan juga dapat
dijadikan sebagai tanaman konservasi untuk mencegah erosi karena memiliki
kapasitas mengikat tanah dan memegang air yang kuat pada sistem perkarannya
(Herman dkk., 2013). Buah kemiri sunan terbentuk setelah 3-4 bulan sejak bunga
mekar dan akan mencapai kematangan yang ditandai dengan mulai berjatuhannya
buah setelah 5 bulan dari masa pembuahan (Herman dkk., 2013). Setiap tandan
memiliki jumlah buah antara 5-13 buah. Kemiri sunan memiliki bentuk buah yang
bulat hingga bulat telur, berbulu lembut, agak pipih, dan memiliki 3-4 ruang yang
berisi biji untuk setiap buahnya (Herman dan Pranowo, 2011).
Biji kemiri sunan terbungkus kulit biji yang menyerupai tempurung
dengan permukaan luar yang sedikit licin dengan tebal 1-2 mm dan berwarna
cokelat atau kehitaman. Di dalam biji terdapat daging (kernel) berwarna putih
yang kaku. Herman dan Pranowo (2011) menemukan bahwa secara keseluruhan,
bagian-bagian buah kemiri sunan serta komposisinya terdiri dari kulit buah 62-
68%, tempurung biji 11-16%, dan daging biji (kernel) 16-27%. Tampak fisik buah
kemiri sunan dan bagian-bagiannya disajikan dalam Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Buah kemiri sunan


(Herman dkk., 2013)

Gambar 1. Bagian-bagian buah kemiri sunan.


Buah (a), cangkang (b), biji (c), dan kernel (d)
(Herman dkk., 2013)

Menurut Pranowo dkk (2014), ditinjau dari potensi hasil biji buahnya,
rendemen minyak kemiri sunan bergantung pada variates tanaman, kondisi iklim,
dan teknik pengolahan pasca panen yang digunakan dengan kisaran rendemen
sebesar 40 60%. Kandungan minyaknya yang relatif tinggi merupakan potensi
utama dari tanaman ini. Namun, minyak kasar kemiri sunan mengandung asam -
eleostearat yang bersifat racun, sehingga minyak ini tidak dapat dijadikan sebagai
bahan pangan (Vossen dan Umali, 2002 dalam Pranowo dkk., 2014).
Minyak kemiri sunan diperoleh melalui beberapa tahapan proses mulai
dari pemilihan bahan baku (saat panen), pengupasan buah, pengeringan bahan
baku, ekstraksi minyak, dan penjernihan minyak. Pemilihan bahan baku menjadi
tahapan yang penting, selain mempengaruhi rendemen minyaknya juga
mempengaruhi kualitas dari minyak yang dihasilkan. Biji yang telah dipisahkan
dari buahnya memiliki kadar air yang tinggi sehingga perlu dikeringkan terlebih
dahulu. Pengeringan biji dapat dilakukan dengan metode alami, buatan, maupun
gabungan. Biji yang sudah dikeringkan selanjutnya dipisahkan antara bagian kulit
biji dan kernelnya secara manual maupun mekanis (Pranowo dkk., 2014).
Ekstraksi minyak kasar kemiri sunan dapat dilakukan dengan beberapa metode
seperti pengepresan manual atau elektrik (hidraulic press), metode pengepresan
berulir (screw press), dan metode pelarutan (solvent extractor) (Pranowo dkk.,
2014).
Minyak kemiri sunan memiliki nilai kalor yang hampir sama dengan bakar
konvesional, namun penggunaan secara langsung sebagai bahan bakar masih
menemui banyak kendala. Minyak kemiri sunan memiliki berat molekul,
kekentalan (viskositas), densitas, bilangan asam, dan bilangan penyabunan yang
jauh lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar solar dari fosil. Sifat fisiko-
kimia minyak kemiri sunan menurut Syafaruddin dan Wahyudi (2012) disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat Fisiko Kimia Minyak Kasar Kemiri Sunan
No Parameter Nilai Satuan
1 RendemenMinyak 38,1056,00 %
2 BilanganAsam 2,407,79 mgKOH/gMinyak
3 BilanganPenyabunan 177,87202,51 mgKOH/gMinyak
4 BilanganIod 111,45129,09 %
5 Viskositas 101,17114,11 (mm2/s(cSt))
6 Densitas 0,9350,941 g/L
(Syafaruddin dan Wahyudi, 2012)
Karakteristik seperti itu menyebabkan minyak nabati tidak memungkinkan
penggunaannya secara langsung karena bilangan asam dan viskositas yang tinggi
sehingga dapat mengakibatkan pengendapan pada mesin diesel dan dapat
mengganggu performa mesin (Rodrigues et al., 2006 dalam Pranowo dkk, 2014).

2.2 Biodiesel
2.3 Destilasi Fraksinasi
2.4 Pengujian Mutu Bioediesel
2.5 Metil Ester Palmitat dan Oleat
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, S.D., Utami., T.P., Prasetyoko, D. 2013. Sintesis dan Karakterisasi


Biodiesel dari Minyak Kemiri Sunan (Reutalis trisperma Oil) dengan
Katalis KOH (Variasi Konsentrasi Katalis). Jurnal MIPA 36 (2),
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM, 178 184.

Ashraful, A. M., et al. 2014. Production and Comparison of Fuel Properties,


Engine Performance, and Emission Characteristics of Biodiesel from
Various Non-Edible Vegetable Oils: A Review. Energy Conversion and
Management 80 (2014), 202-208. http://sci-
hub.cc/http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0196890414000
82X, 5 Desember 2016

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2015. Outlook Energi Indonesia


2015. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Boedoyo, M. S. 2012. Analisis Ketahanan Energi di Indonesia. Prosiding Seminar


dan Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 2012,
https://www.researchgate.net/publication/278030823, 5 Desember 2016.
81 87.

Budiyono, A. 2001. Pencemaran Udara: Dampak Pencemaran Udara Pada


Lingkungan. Berita Dirgantara Vol. 2, No.1,
www.jurnal.lapan.go.id/index.php/berita_dirgantara/article/viewFile/687/
605, 5 Desember 2016, 21-27.

Direktorat Jenderal Pekebunan. 2014. Pembangunan Kebun Induk Kemiri Sunan


Untuk Ketersediaan Benih Unggul Pengembangan Bahan Bakar Nabati.
http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanhun/halkomentar-247-pembangunan-
kebun-induk-kemiri-sunan-untuk-ketersediaan-benih-unggul-
pengembangan-bahan-bakar-3784.html

Gunstune FD, Harwood SJ, dan Padly FB. 1994. The Lipid Handbook 2nd
Edition. USA: Chapman and Hall

KementrianEnergidanSumberDayaMineralRepublikIndonesia.2013b.
PengembanganKemiriSunandiDaerahPertambangan.(SiaranPers
No.57/PUSKOMKESDM/2013).

Knothe,G.,Gerpen,J.V.,Krahl,J.2005.TheBiodieselHandbook.UnitedStates
ofAmerica:AOCSPress.

Knothe,Gerhard.2005.DependenceofBiodieselFuelPropertiesontheStructure
ofFattyAcidAlkylEsters.FuelProcessingTechnology86:pp.1059
1070.
Pardi,P.danSatriananda,S.2008.PembuatanBiodieseldariMinyakKelapa
melaluiProsesTransesterifikasi.JurnalReaksi(JournalofScienceand
Technology),Vol.6No.11,Juni2008ISSN1693248X,http://e
jurnal.pnl.ac.id/index.php/JSTR/article/view/109,5Desember2016,31
36.

Pranowo,D.,Syakir,M.,Prastowo,B.,Herman,M.,Aunillah,A.,Sumanto.2014.
PembuatanBiodieseldariKemiriSunan(Reutealistrisperma(Blanco)
AiryShaw)danPemanfaatanHasilSamping.Jakarta:IAARDPress.

Syafaruddin,WahyudiA.2012.PotensiVarietasUnggulKemiriSunanSebagai
SumberEnergiBahanBakarNabati.PerspektifVol11(1):5967

Syah,Andi.2006.BiodieselJarakPagar;BahanBakarAlternatfyangRamah
Lingkungan.Jakarta:AgroMediaPustaka.

Yang,S.T.,ElEnsashy,H.,Thongchul,N.2013.BioprocessingTechnologiesin
BiorefineryforSustainableProductionofFuels,Chemicals,and
Polymers.NewJersey:JohnWiley&Sons.

You might also like