You are on page 1of 3

Komplikasi Spinal Shock

Menurut Corwin (2009), komplikasi spinal shock meliputi hal dibawah ini:
1. Henti nafas karena kompresi saraf frenikus diantara C3 dan C5 akibat kerusakan dan
pembengkakan pada area cedera.
2. Hiperrefleksia otonom ditandai dengan tekanan darah yang tinggi disertai bradikardi,
serta berkeringat dan kemerahan pada kulit wajah.
3. Cedera yang lebih berat akan mempengaruhi system tubuh, hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya infeksi pada ginjal dan saluran kemih, kerusakan kulit hingga
terjadi dekubitus, dan terjadi atrofi pada otot.
4. Depresi, stress pada keluarga dan pernikahan, kehilangan pendapatan, serta biaya medis
yang besar sebagai respon dari psikososial.

Prognosis Spinal Shock


Pasien dengan syok spinal mampu bertahan dan tidak membutuhkan pengobatan atau
perawatan khusus. Biasanya pasien akan membaik dalam 3 sampai 6 minggu dengan
penatalaksanaan yang tepat, kecuali pada pasien yang mengalami cidera lesi tinggi atau pada
C5 keatas dan putusnya sumsum tulang belakang. Pasien juga tetap membutuhkan perawatan
jangka panjang seperti pemberian terapi untuk mengembalikan fungsi gerak tubuh dan
melatih kekuatan otot (Hagen dkk 2011).

Penatalaksanaan Spinal Shock


Prinsip pengobatan untuk pasien dengan cidera tulang belakang dan shock spinal adalah
untuk mencegah atau membatasi memburuknya cidera awal. Perawatan pada pasien dengan
spinal shock menurut Bernhard M (2005) antara lain:
a. Perawatan segera
Perawatan segera yang dibutuhkan pada pasien dengan cidera tulang belakang
dan shock injury antara lain dengan (Karlet MC 2001):
ABCDE
A: manajemen jalan nafas dengan serviks tulang belakang imobilisasi; B:
bernapas dengan ventilasi; C: sirkulasi dengan kontrol perdarahan; D: cacat
dengan evaluasi neurologis; E: paparan dan pengendalian lingkungan
Shock treatment
Syok tidak mungkin murni sehingga awalnya diberikan kristaloid IV untuk
resusitasi cairan (10-20 ml/Kg), mengobati penyebab yang jelas shock
(tamponade, pneumotoraks, kontrol perdarahan)
b. Imobilisasi area cidera
Leher dan tulang servikal pasien diimobilisasi dengan menggunakan collar
neck untuk mencegah beratnya cidera medulla spinalis (Haut ER et al 2010)
c. Menjaga oksigenasi pasien
Jaga airway pasien sehingga pasien dapat bernapas dengan normal dengan
memasangkan oksigen nasal
d. Medikasi
Pemasangan infus
Pemasangan infus dilakukan untuk memasukkan obat yang mengontrol
takikardi, bradikardi dan hipotensi. Biasanya pemasangan infus ini ditujukan pada
pasien dengan tekanan darah yang rendah sehingga saat diberikan obat tekanan
darah dapat kembali normal.
Kortikosteroid
Steroid diberikan setelah adanya trauma pada tulang belakang untuk
mengurangi inflamasi dan mencegah terganggunya saraf di sekitar lokasi trauma.
angat penting untuk mencegah kerusakan saraf lebih lanjut, oleh karena itu,
steroid, seperti methylprednisolone diberikan segera setelah tiba ke rumah sakit
dan harus diberikan sebaiknya dalam waktu 8 jam dari cedera untuk mencegah
dan mengurangi kerusakan saraf.
Vasopressor dan antibiotic
Vasopressor digunakan untuk pasien dengan penurunan tekanan darah
yang ekstrim. Obat vasopressor yang diberikan biasanya seperti dopamine dan
epineprin. ika resusitasi cairan tidak memadai untuk menjamin perfusi organ,
agen inotropik seperti dopamin 2.5-20.0g / kg per menit dan dobutamin 2.0-
20.0g / kg per menit dapat ditambahkan untuk meningkatkan curah jantung dan
tekanan perfusi. Dosis harus dititrasi dengan respon klinis yang tepat. Hindari
fenilefrin dan norepinefrin sebagai obat ini dapat memperburuk bradikardia.
Atropin 0.5-1mg dapat digunakan untuk bradikardia ekstrim. Sedangkan
antibiotic diberikan untuk mencegah terjadinya sepsis.
Transfuse darah
Transfuse darah diberikan pada pasien dengan kasus kehilangan banyak
darah. Kebanyakan pasien yang diberikan transfuse darah adalah pasien dengan
cidera kendaraan bermotor.
e. Pembedahan
Tujuan pembedahan adalah dilakukan untuk menghilangkan benjolan, benda
asing, jaringan rusak, herniated disc, fragmen fraktur tulang atau hematoma epidural
yang dapat mengompresi saraf tulang belakang. Pembedahan juga dilakukan untuk
stabilisasi tulang belakang dan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
f. Jika perhatian medis segera tidak dicari, atau jika pasien tidak ditangani dengan baik
saat pengangkutan ke rumah sakit, maka cedera tulang belakang bisa memburuk dan
bahkan mungkin ada kerusakan permanen.
Sumber:
Hagen, Faerestrand S, Hoff JM, Rekand T, Gronning M. 2011. Cardiovascular and urological
dysfunction in spinal cord injury. Acta Neurol Scand Suppl. (191):71-8.
Corwin, EJ 2009, Buku saku patofisiologi, 3 edn, EGC,Jakarta
Karlet MC. 2001. Acute management of the patient with spinal cord injury. Int J Trauma
Nurs. 7(2):43-8.
Haut ER, Kalish BT, Efron DT, et al. 2010. Spine immobilization in penetrating trauma:
More harm than good? J Trauma. 68(1):115120.
Bernhard M, Gries A, Kremer P, et al. Spinal cord injury (SCI)prehospital
management. Resuscitation. 2005;66(2):127139.

You might also like