Professional Documents
Culture Documents
PROTEIN
Disusun oleh :
THP C
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara analisis kadar protein metode Lowry pada bahan pangan
dan hasil pertanian.
Untuk menetapkan kadar protein dengan metode Lowry.
2.1 Protein
Protein merupakan polimer dari asam amino dan merupakan sebagian besar dari
tubuh manusia dan hewan tingkat tinggi. Sebagian protein merupakan penyusun tubuh
(daging, kulit, rambut, dan lain-lain), sebagian mempunyai fungsi katalis (enzim), yang
menyebabkan reaksi-reaksi tertentu dapat berlangsung baik pada kondisi tubuh. Protein
disusun oleh asam amino dengan melalui ikatan amida yang disebut ikatan peptida
(Respati, 1980:128)
Protein memiliki makromolekul (BM > 40.000) dan termasuk juga kelompok
makronutrien dengan Polipeptida rantaipanjang dengan salah satu ujungnya berupa asam
karboksilat dan ujung lainnya gugusamina. Protein dapat diklasifikasikan berdasarkan
fungsi biologinya, yaitu sebagai enzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpan,
protein kontraktil atau motil, protein structural, protein pertahanan, dan protein pengatur.
Protein dapat juga dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat
fisiknya, yaitu protein globular dan protein serabut (Lehninger, 1982). Dalam protein
globuler, rantai-rantai samping hidrofil dan polar berada di bagian luar dan rantai samping
hidrofob dan nonpolar berada di bagian dalam.
Keistimewaan dari protein adalah strukturnya yang mengandung N (15,30-18%), C
(52,40%), H (6,90-7,30%), O (21-23,50%), S (0,8-2%), disamping C, H, O (seperti juga
karbohidrat dan lemak), dan S kadang-kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa
kompleks dengan protein). Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang
cukup spesifik untuk menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan
penentuan kandungan N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain
(Sudarmaji, dkk. 1989).
Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut protein akan
berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan.
Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal.
Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein.
Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein,
menyebabkan protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi
dengan asam maupun basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi
dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukan
elektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan
basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif,
sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda (Winarno. F.G, 1992).
Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibagi atas:
1. Simple Protein: Merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfa-asam amino atau
derivatnya. Beberapa contoh Simple Protein antara lain: albumin, globulin, glutein,
protamin, albuminoid, dan histon.
2. Conjugated Protein: Merupakan protein yang bergabung dengan zat yang bukan
protein. Zat yang bukan protein ini disebut gugus prostetik. Beberapa contoh
Conjugated Protein antara lain: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, lipoprotein,
dan metalloprotein. Sifat-sifat struktural protein dianggap berada dalam 4 buah
turunanan yaitu :
a. Struktur primer : rangkaian asam amino dan lokasi setiap ikatan disulfida dikode
dalam gen
b. Struktur sekunder : pelipatan rantai polipeptida menjadimultiplikasi motif terikat
hidrogen seperti struktur -heliks dan -pleated sheet. Kombinasi motif-motif ini
dapat membentuk motif supersekunder.
c. Struktur tersier : hubungan anta-domain struktural sekunder dan antar-residu yang
letaknya terpisah jauh dalam pengertian struktur primer.
d. Struktur kwartener : hanya terdapat dalam protein oligomerik ( protein dengan dua
atau tiga rantai polipeptida), menjelaskan titik-titik kontak dan hubungan lainnya
antara polipeptida atau subunit inti.
Sampel 15 gram
Sentrifuge 10 menit.
Sampel
2.2.2 Pembuatan Kurva Standar
+ 2 ml Mix Lowry.
+ Aquades.
Absorbansi,
= 540 nm.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
Nilai
Ulangan Kadar protein (%)
absorbansi
1 0,276 1,5069
2 0,252 1,5546
3 0,237 1,2777
Rata-rata 1,4464
SD 0,1478
RSD 10,2184
Ulanga
Nilai absorbansi Kadar protein (%)
n
1 0,883 2,529
2 0,862 2,467
3 0,775 2,185
Rata-rata 2,393
SD 0,1824
RSD 7,62
Standart Lowry
1.2
1 f(x) = 0.07x + 0.17
0.8 R = 0.93
Absorbansi 0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
jumlah BSA (mg)
BAB 5. PEMBAHASAN
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum dapat disimpulkan bahwa :
Protein merupakan polimer dari asam amino dan merupakan sebagian besar dari
tubuh manusia dan hewan tingkat tinggi.
Perbedaan jenis protein menyebabkan perbedaan struktur molekuler, kandungan
nutrisi dan sifat fisikokimia.
Pengukuran kadar protein bahan pangan dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Lowry.
Dalam penggunaan metode lowry, dilakukan pembuatan reagen lowri dan folin-
ciocalteu terlebih dahulu.
Prinsip kerja metode lowry adalah reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan
dan sistein yang terdapat dalam protein bahan.
Larutan BSA digunakan sebagai sampel umum yang biasa digunakan dalam
pembuatan kurva standar dalam pengujian protein.
Telur asin yang mengandung protein tinggi jika ditambahkan dengan larutan folin
akan berubah warna menjadi biru.
Kadar protein rata-rata telur asin kurang dari 12,8%.
Kadar protein suatu bahan dipengaruhi oleh jenis asam amino pada bahan tersebut.
Kadar protein dalam kuning telur lebih tinggi dibanding dengan putih telur.
Kadar protein dalam putih telur sebesar 16,5% dalam 50 gram sampel.
6.2 Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan oleh semua mahasiswa agar lebih memahami konsep
tentang cara penentuan kadar protein menggunakan metode lowry.
Dalam melakukan praktikum , prosedur kerja harus dilakukan dengan baik dan teliti
agar menghasilkan data yang memiliki tingkat keakurasian dan presisi yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sulaeman dan Faizal Anwar, 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga.
Bogor : PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Despal dkk. 2007. Pengantar ilmu nutrisi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan. Bogor : Insttitut Pertanian Bogor.
Fessenden, R.J and Fessenden, J. S. 1989. Kimia Organik jilid II. Jakarta : Erlangga.
Kastaman, Roni; Susdaryanto dan Nopianto, Budi H. 2005. Kajian Proses Pengasinan Telur
Metode Reverse Osmosis Pada Berbagai Lama Perendaman. Jurnal Teknik Industri
Pertanian 19 (1) :30-39
Respati, 1980. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Penerbit
Liberty.
Sugiono. 2007. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Suprapti, L., 2002. Pengawetan Telur, Telur Asin, Tepung Telur, dan Telur Beku. Yogyakarta :
Penerbit kanisius.
LAMPIRAN
a. Telur asin h.
b. Ulangan 1
c. y = 0,072x + 0,168 mg 4,236
= x 100 ml=28,24
g 15 g
d. 0,778 = 0,072x + 0,168
28,24
e. 0,61 = 0,072x = x 10=2,824
i. 100
mg
f. x = 8,472 0,5 ml j. Ulangan 2
k. y = 0,072x + 0,168
mg 1
= x 8,472=4,236
g. ml 0,5 l. 0,735 = 0,072x + 0,168
m. 0,567 = 0,072x
mg 37,466
= x 10=3,746
n. x = 7,875 ml y. 100
mg 1 z.
= x 7,875=7,875
o. ml 1
2,824+5,25+3,746
x =
aa. 3
p.
11,82
mg 7,875 ab. = 3 = 3,94
= x 100 ml=52,5
g 15 g
ac. SD= =
52,5
= x 10=5,25
q. 100
2 2 2
( 2,8243,94 ) + ( 5,253,94 ) + ( 3,7463,94 )
2
r. Ulangan 3
s. y = 0,072x + 0,168 ad. =
u. 0,607 = 0,072x
1,245+1,716+ 0,037
2
v. x = 8,430
mg
1,5 ml ae. = 2,998
2
mg 1 1,499
= x 8,430=5,62 af. =
w. ml 1,5
ag. SD = 1,224.
x.
ah.
mg 5,62
= x 100 ml=37,466
g 15 g 1,224
x 100
ai. RSD = 3,94
aj. = 0,310 %
ak. mg / ml = x
al. Kuning telur asin
am. % kadar protein
mg / 0,5 ml
mg / g = mg/ ml = x 1,153=
2,306
mg / g =
%=
=15,370
an. Ulangan 1
y = % =
0,072x + 0,168
0,277 =
0,072x + 0,168
X = = 1,537
1,493
mg/ ml = x 1,493 ap. Ulangan3
y =
0,072x + 0,168
= 2,986 0,237 =
mg / g =
0,072x + 0,168
0,944 mg/8 ml = x
mg/ ml = x 0,944 =
=19,907
1,889
mg / g =
% =
= 1,991 =12,593
ao. Ulangan2 % =
y =
0,072x + 0,168
0,252 =
= 1,259
0,072x + 0,168
1,153mg/8 ml = x
Rata-rata = ar. =
as. = 0,36925
at.
au. RSD =
1,596 av. =
SD =
bq. = 1,2104
br. SD = (xix)
n1
2 2 2
(1,50691,2104) +(1,1661,2104) +(0,95831,2104)
bs. = 31
bu. = 0,076715
bv. = 0,2769
SD
x 100
bw. RSD = x
0,2769
x 100
bx. = 1,2104
by. = 22,8767%
bz. % kadar protein :
ca. y = 0,072x + 0,168
cb. 0,2765 = 0,072x + 0,168
cc. 0,2765-0,168 = 0,072x
cd. x = 1,5069 mg/0,5 ml
1
ce. = 0,5 x 1,5069 = 3,0138 mg/ml
3,0138 mg/ml x 100 ml
cf. = 15 g = mg/g
20,092 x 10
cg. = 100 = 1,5069 %
ch. Ulangan 2
ci. y = 0,072x + 0,168
cj. 0,252 = 0,072x + 0,168
ck. 0,252-0,168 = 0,072x
cl. x = 1,166 mg/0,5 ml
1
cm. = 0,5 x 1,166 = 2,332 mg/ml
15,546 x 10
co. = 100 = 1,5546 %
cp.
cq. Ulangan 3
cr. y = 0, 0,072x + 0,168
cs. 0,237 = 0,072x + 0,168
ct. 0,237-0,168 = 0,072x
cu. x = 0,9583 mg/0,5 ml
1
cv. = 0,5 x 0,9583 = 1,9166 mg/ml
mg
1,9166 x 100 ml
cw. = ml = 12,777 mg/g
15 g
12,777 x 10
cx. = 100 = 1,2777 %
cz. Ulangan 1
de. Ulangan 2
% kadar protein :
do. Ulangan 1
dx. Ulangan 2
ef. Ulangan 3
eo. = 2,393
( xi x) 2
n 1
ep. SD =
eq. =
er. =
0,033259
es. =
et. = 0,1824
eu. RSD =
0,1823
x100%
2,393
ev. =
ew. = 7,62 %
ex.
ey.