Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan sebagai salah satu
upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu pun dengan pembangunan
secara nasional yang erat kaitannya dengan kemampuan negara dalam memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki baik dengan menggunakan bantuan teknologi ataupun tanpa bantuan
teknologi. Pembangunan nasional pada hakikatnya bersifat multidimensi dengan melibatkan
berbagai sektor, seperti sektor pendidikan, pertanian, kesehatan, industri dan sebagainya.
Menurut Arsyad (1992, hlm. 31) bahwa, Proses industrialisasi merupakan satu jalur
kegiatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang
lebih maju maupun taraf hidup yang lebih bermutu. Sehingga konsep pembangunan sering
kali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Salah satu pembangunan nasional yang sedang
mendapatkan perhatian pemerintah adalah pembangunan di bidang ekonomi.
Salah satu tujuan dari adanya pembangunan industri itu di antaranya untuk memperluas
lapangan kerja, menunjang pemerataan pembangunan sehingga ketimpangan antar wilayah
dapat diminimalisir, dan menciptakan daerah yang mandiri sehingga dapat membantu
perekonomian negara. Sehingga pembangunanindustri diharapkan dapat membantu
perkembangan ekonomi dan tentunya pembangunan nasional, serta dapat mempercepat
terciptanya kesejahteraan masyarakat yang makmur, adil dan merata.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara
sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang
ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri
pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia,
atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini
termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi,
industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-
perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil
kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif
yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi (Arsyad, 2004).
Dalam pengertian kedua, kata industri sering disebut sektor industry pengolahan /
manufaktur yaitu salah satu faktor produksi atau lapangan usaha dalam perhitungan
pendapatan nasional menurut pendekatan produksi. Sukirno (2006) pengertian industri
adalah:Suatu unit atau kesatuan produk yang terletak pada suatu tempat tertentu yang
meletakan kegiatan untuk mengubah barang-barang secara mekanis atau kimia, sehingga
menjadi barang (produk yang sifatnya lebih dekat pada konsumen terakhir), termasuk disini
memasang bahagian dari suatu barang (assembling).Ketika satu negara telah mencapai
tahapan dimana sektor industri sebagai leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut
sudah mengalami industrialisasi (Yustika, 2000). Dapat dikatakan bahwa industrialisasi
sebagai transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi
dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat kenaikan
kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja.
Industrialisasi dalam pengertian lain adalah proses modernisasi ekonomi yang mencakup
seluruk sektor ekonomi yang mempunyai kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan.
Artinya industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan
sektor industri pengolahan sebagai leading sector, maksudnya adalah dengan adanya
perkembangan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor
lainnya (Arsyad, 2004).
Sementara itu, nilai investasi PMDN sektor industri non-migas pada sepanjang tahun
2014 mencapai Rp 59,03 triliun atau meningkat sebesar 15,37% dari tahun 2013 dan
memberikan kontribusi sebesar 39,93% dari total investasi PMDN tahun 2014. Sedangkan
nilai investasi PMA sektor industri non-migas mencapai US$ 13,02 milyar atau menurun
sebesar 17,9% dan memberikan kontribusi sebesar 45,63% dari total investasi PMA tahun
2014.
Dalam rangka menapaki tahun 2015 yang penuh tantangan dan masih adanya
ketidakpastian ekonomi global, Kemenperin terus melakukan berbagai upaya untuk
melaksanakan pembangunan industri nasional dengan sasaran utama, antara
lain:pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 6,1-6,8%, jumlah tenaga kerja
sektor industri sebanyak 15,5 juta orang, kontribusi ekspor sektor industri mencapai 67,3%,
dan nilai investasi sektor industri sebesar Rp 270 Triliun. Sementara itu, arah kebijakan
pembangunan industri nasional akan difokuskan pada:(1) Pengembangan Perwilayahan
Industri di luar Pulau Jawa melalui fasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri, fasilitasi
pembangunan 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah, serta berkoordinasi dengan para
pemangku kepentingan; (2) Penumbuhan Populasi Industri dengan target penambahan
sebesar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar
Jawa, serta 20 ribu unit Industri Kecil yang dilakukan melalui mendorong investasi untuk
industri, memanfaatkan kesempatan dalam jaringan produksi global, pembinaan industri kecil
dan menengah (IKM) agar dapat terintegrasi dengan rantai nilai industri pemegang merek di
dalam negeri; (3) Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas, khususnya peningkatan nilai
ekspor dan nilai tambah per tenaga kerja melalui peningkatan efisiensi teknis, peningkatan
penguasaan IPTEK/inovasi, peningkatan penguasaan dan pelaksanaan pengembangan produk
baru (new product development) oleh industri domestik, serta pembangunan faktor input
(peningkatan kualitas SDM industri dan akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau), serta
fasilitasi dan insentif dalam rangka peningkatan daya saing dan produktivitas.
Industri manufactur pada umumnya adalah industri padat modal dan Mempunyai
operating leverage (rasio antara biaya tetap dan biaya variabel total) yang tinggi. Sebagai
industri padat modal (pada umumnya), sebuah industri Manufaktur harus menekan biaya
variabel serendah-rendahnya. Oleh karena itu (mengingat biaya variabel yang antara lain
mencakup biaya buruh langsung), adalah sangat naif pendapat yang mengatakan bahwa
suatu industri padat modal sekaligus dapat menjadi industri padat karya
Strategi Industrialisasi
Dalam melaksanakan industrialisasi, ada dua pilihan strategi, yaitu strategi subsitusi
impor (SI) atau strategi promosi ekspor (PE). Strategi SI lebih menekankan pada
pengembangan industri yang berorientasi kepada pasar domestik. SI adalah industri domestik
yang membuat barang-barang menggantikan impor, sedangkan strategi PE lebih berorientasi
ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri di dalam negri. Jadi berbeda
dengan strategi SI, dalam strategi PE tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan
fasilitas-fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah, baik untuk industri yang berorientasi
kepada pasar domestik maupun industri yang berorientasi ke pasar ekspor.
Strategi SI dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dapat dicapai dengan mengembangkan industri di dalam negeri yang memproduksi barang-
barang pengganti impor. Strategi PE dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produkproduk yang dibuat di dalam negeri
dijual di pasar ekspor.
Beberapa pertimbangan yang lazim digunakan dalam memilih strategi ini terutama adalah
sebagai berikut :
1. Sumber daya alam (seperti bahan baku) dan faktor produksi (terutama tenaga kerja)
cukup tersedia didalam negeri sehingga secara teoritis, biaya produksi untuk intensitas
penggunaan sumber-sumber ekonomi tersebut yang tinggi menjadi rendah.
Melihat pengalaman yang kurang berhasil dengan strategi SI, badan-badan dunia (seperti
IMF dan Bank Dunia) menganjurkan agar negara-negara berkembang menerapkan strategi
PE. Sesuai dengan teori klasik mengenai perdagangan internasional, outward-oriented
strategy ini melibatkan pembangunan sektor industry manufaktur sesuai dengan keunggulan
komperatif yang dimiliki negara bersangkutan.Dalam prakteknya, banyak negara yang
menerapkan strategi PE dengan menghilangkan beberapa rintangan terhadap ekspor.
Beberapa syarat penting yang diberikan agar penerapan strategi tersebut membawa hasil
yang baik adalah sebagai berikut :
1. Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar, yang sepenuhnya merefleksikan
kelangkaan dari barang yang bersangkutan, baik dipasar output maupun pasar input.
3. Nilai tukar mata uang harus realistis, sepenuhnya merefleksikan keterbatasan uang
asing yang bersangkutan.
4. Lebih penting lagi, harus ada insentif untuk meningkatkan ekspor.
Menurut strategi ini, paling tidak kesempatan yang harus diberikan kepada industri-industri
yang memproduksi untuk pasar dalam negeri dan indutri-industri untuk pasar ekspor.
Peranan industri terhadap perekonomian dapat dilihat dari kontribusinya pada Produk
Domestik Bruto (PDB), peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, perolehan devisa
neto dari kegiatan ekspor, pembentukan nilai tambah serta sumbangan terhadap pajak bagi
negara. Sayangnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), dari sekitar 145 juta angakatan
kerja (usia produktif) saat ini baru sekitar 15 juta orang yang bekerja pada sektor industri.
Sektor ini ternyata juga baru mampu menyumbang sekitar 25% dari total PDB Indonesia.
Angka yang relative masih sangat kecil.
Pola industrialisasi di negara yang menerapkan kebijakan substitusi impor dan kebijakan
perdagangan luar negeri yang protektif seperti Indonesia selama orde baru berbeda dengan di
negara yang menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung perkembangan
industrinya. Keadaan Industri Kerajinan Bantul pasca gempa sangat memprihatinkan, porak
porandanya tempat kerja bahkan juga banyak yang sekaligus tempat tinggal, hancurnya
peralatan/ mesin-mesin kerja, bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi siap kirim., alat-
alat dan bahan pendukung. Selain itu mundurnya mentalitas pekerja, mental entrepreneur,
beban hutang / kredit yang menghimpit, beban pekerjaan / tanggungan pekerjaan yang belum
terselesaikan, hilangnya pelanggan, serta turunnya pendapatan dan omset ditambah lagi
dengan kondisi ekonomi secara nasional yang ikut memburuk menyebabkan sector kerajinan
mengalami penurunan yang signifikan.
Paska terjadinya gempa bumi di Kabupaten Bantul, sebagian besar proses produksi
masih tetap dapat berjalan walaupun tidak dalam kapasitas penuh, namun hambatan terbesar
yang dihadapi selain masalah hilangnya bahan baku dan juga rusaknya alat kerja adalah
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang terampil, mahalnya
tenaga kerja dan masih banyaknya tenaga kerja yang berubah profesi menjadi tehaga kerja
bangunan yang memang banyak dibutuhkan untuk merekonstruksi perumahan setelah
terjadinya gempa bumi. Berbagai masalah yang muncul pada sektor industri pengolahan di
Bantul pada dasarnya masih pada permasalahan yang sama, akan tetapi permasalahan makin
muncul dan berkembang dengan adanya gempa bumi yang terjadi. Permasalahan yang
dihadapi antara lain adalah: Ketidakmampuan membayar kredit, omzet yang menurun,
ketidakmampuan berproduksi, kehilangan pasar, mundurnya mentalitas pekerja dan mental
entrepreneur, beban pekerjaan yang belum terselesaikan dan ketidaksinkronan program
pengembangan industri yang dibuat eksekutif dengan kebutuhan riil.
Berbagai kebutuhan pendukung yang masih diperlukan oleh kabupaten Bantul untuk
pengembangan sektor industrinya antara lain adalah: perlunya database industri sehingga
intervensi yang dilakukan pemerintah untuk mendorong perkembangan industri bisa optimal,
selain itu juga diperlukan lembaga desain produk mebel dan kerajinan sehingga produk
kerajinan mempunyai karakter yang kuat, serta perlu ditingkatkankannya kemampuan
pengrajin membaca trend pasar sehingga produknya dapat diserap pasar.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.upi.edu/14401/6/S_SOS_1001839_CHapter1.pdf
http://jiae.ub.ac.id/index.php/jiae/article/download/149/118
http://e-journal.uajy.ac.id/2584/3/2EP14851.pdf
http://www.kemenperin.go.id/artikel/11043/Raker-Kemenperin-Tentukan-Arah-
Pembangunan-Industri-Nasional