Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing:
Disusun Oleh:
Periode :
NRP : 1510221014
Telah berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing dan diterima sebagai syarat yang
diperlukan untuk ujian kepaniteraan klinik penyakit kebidanan dan kandungan Program
Studi Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta.
Pembimbing
Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal :
METFORMIN SEBAGAI PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA
PREEKLAMSIA : EFEK TERHADAP SOLUBLE FMS-LIKE TYROSINE
KINASE 1, SOLUBLEENDOGLIN SECRETIONDAN DISFUNGSI ENDOTEL
Brownfoot FC, Hastie R, Hannan NJ,Cannon P, Tuohey L, Parry LJ, Senadheera S,
Illanes SE, Kaituu-Lino TJ, Tong S.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki 3 tujuan penelitian, yaitu : (1) untuk menilai efek
metformin terhadap sekresi sFlt 1 dan sENG dari plasenta primer dan sel/jaringan
endotel dan untuk mengetahui apakah efek efek tersebut dimediasi melalui inhibisi
rantai transpor elektron mitokondria; (2) untuk menilai apakah aktivitas rantai transpor
elektron mengatur sekresi sFlt 1 dan jika plasenta preeklamsia prematur memiliki
peningkatan aktivitas rantai transpor elektron; dan (3) untuk mengetahui apakah
metformin dapat menurunkan kejadian disfungsi endotel, menginduksi vasodilatas, dan
merangsang angiogenesis pada arteri arteri omentum manusia.
METODE PENELITIAN
Populasi Pasien
Peneliti melakukan eksperimen fungsional, dimana peneliti memasukkan
metformin ke jaringan manusia dan menilai efeknya terhadap sekresi sFlt 1 dan
sENG, fungsi rantai transpor elektron mitokondria, dan disfungsi endotel. Untuk
melalukan eksperimen tersebut, peneliti memeriksa jaringan dari plasenta dan pembuluh
darah.
Peneliti mengambil beberapa jenis jaringan plasenta. Human umbilicalvein
endothelial cells (HUVECs) dan sel vili primer sitotrofoblas diisolasi dari plasenta dan
tali pusat yang telah diambil dari pasien dengan kehamilan aterm. Peneliti juga
mengambil eksplan vili plasenta dari pasien dengan preeklamsia proteinuria berat onset
dini (persalinan pada minggu ke 34 kehamilan dengan sectio caesarea), seperti yang
didefinisikan oleh pedoman AmericanCollege of Obstetricians and
Gynecologists(ACOG). Spesimen biopsi plasenta diambili dari 4 lokasi acak seperti
rekomendasi konsorsium Co Lab. Hipertensi dan proteinuria (>300 mg protein dalam
urin 24 jam) ditemukan pada semua kasus dalam penelitian ini. Eksplan vili plasenta
kemudian di preparasi.
Untuk menilai aktivitas rantai transpor elektron, peneliti memperoleh spesimen
biopsi plasenta dari 23 perempuan dengan preeklamsia proteinuria prematur berat
(didefinisikan oleh pedoman ACOG 2013) dan dari 25 kontrol normotensif yang usia
kehamilannya telah disesuaikan yang mengalami persalinan prematur tanpa bukti jelas
terjadi korioamnionitis atau tanpa adanya komorbitas ibu. Seluruh perempuan yang
didiagnosis dengan preeklamsia mengalami proteinuria. Seluruh sampel plasenta
didapatkan dari perempuan yang menjalani sectio caesarea. Kemudian aktivitas rantai
transpor elektron mitokondria diteliti.
Peneliti juga mengambil jaringan omentum dari pasien yang menjalani sectio
caesarea elektif dan melakukan diseksi arteri omentum. Arteri arteri omentum tersebut
digunakan untuk menilai efek metformin terhadap vasodilatasi (dengan pressure
myograpy) dan angiogenesis (uji eksplan arteri omentum), yang akan dijelaskan
kemudian. Penelitian ini telah disetujui oleh Komite EtikMercy Health Human
Research (Nomor institusi dewan peninjau R11/34; disetujui pada 12 November 2014);
seluruh sampel memberikan persetujuan medis tertulis.
Eksperimen in vitro yang menilai metformin serta substrat dan inhibitor aktivitas
rantai transpor elektron pada produksi sFlt 1 dan sENG dan disfungsi endotel
HUVEC dimampatkan menjadi ukuran 24.000 sel/cm2 antara bagian 2 dan 4 dan
dikultur pada suhu 37oC dalam 20% O2 dan dipertahankan selama 24 jam. Sel vili
primer sitotrofoblas dimampatkan menjadi ukuran 24.000 sel/cm2, diinkubasi selama 1
malam untuk memastikan vili sitotrofoblas viabel yang lebih besar telah menempel,
dicuci untuk menghilangkan fragmen mononuklear sinsitiotrofoblas yang mengalami
apoptosis, kemudian dipertahankan selama 24 jam pada ukuran 500.000 sel.cm2 dan
dipertahankan selama 48 jam pada suhu 37C dalam 8% O 2 untuk menilai sekresi sFlt
1 dan sENG. Eksplan vili plasenta sebesar 20 mg jaringan per sampel (berat kering)
dipertahankan selama 72 jam pada suhu 37C dalam 8% O2.
HUVEC, sel vili primer sitotrofoblas, dan eksplan vili plasenta diberikan
perlakuan dengan 0, 1, 2, dan 5 mmol/L metformin (Sigma ChemicalCompany, St.
Louis, MO); HUVEC dan sel vili primer sitotrofoblas diberi perlakuan dengan 0.05 dan
1 mmol/L metformin 25 mmol/L suksinat (substrat rantai transpor elektron
mitokondria; Sigma Chemical Company). Sel vili primer sitotrofoblas juga diberi
perlakuan dengan 0, 0.625, 1.25, 2.5, dan 5 mmol/L rotenone, yaitu inhibitor rantai
transpor elektron (Sigma Chemical Company),atau 0, 0.156, 0.31, 0.63, dan 1.25
mmol/L antimycin (Sigma Chemical Company).
Disfungsi endotel diinduksi dalam (1) HUVEC yang menggunakan dosis
konstan tumor necrosis factor - (TNF - ; Sigma Chemical Company) sebesar
10ng/mL, (2) seluruh arteri arteri omentum yang menggunakan 25% media eksplan
vili plasenta yang telah dikondisikan (media ini diambil 24 jam setelah dikultur dengan
eksplan vili plasenta yang diperoleh dari kehamilan normal aterm), dan (3) eksplan
arteri omentum yang menggunakan 250 ng/mL sFlt-1 pada suhu 37C dalam 20% O2.
Metformin diberikan secara bersamaan pada HUVEC dengan dosis 0, 1, 2,atau 5
mmol/L untuk 24 jam, pada seluruh arteri omentum sebesar 0 dan 5 mmol/L selama 3
jam, dan pada eksplan arteri omentum sebesar 1 mmol/L selama 120 jam.
Analisis Statistik
Teknik rangkap tiga dilakukan untuk setiap percobaan, dengan minimal 3
replika untuk setiap penelitian in vitro (sampel yang berasal dari pasien berbeda
digunakan untuk setiap replika biologi). Ketika 2 kelompok dianalisis, dilakukan uji
T(parametrik) atauuji MannWhitney(data nonparametrik). Ketika 3 kelompok
dibandingkan, digunakan analisis uji varian 1 cara atau uji Kruskal Wallis
(nonparametrik). Analisis statistik dilakukan menggunakan software GraphPad Prism 6
(GraphPad Software, La Jolla, CA). Seluruh data dinyatakan sebagai rerata SEM; nilai
probabilitas <0.05 dianggap signifikan.
HASIL
Metformin menurunkan sekresi sFlt 1 dari sel endotel primer dan jaringan
plasenta
Peneliti menilai efek metformin terhadap sekresi sFlt 1 dari jaringan endotel
dan plasenta karena merupakan sumber utama jaringan. Pemberian metformin yang
tergantung dosis (dose dependent) menurunkan sekresi sFlt 1 dari sel endotel
(HUVEC; Gambar 1, A) dan sel primer yang diisolasi dari plasenta (sel sitotrofoblas
vili; Gambar 1, B). Pada dosis tertinggi, metformin menurunkan sekresi oleh sel endotel
sebesar 53%, dan oleh sel plasenta sebesar 63%. Metformin juga menurunkan sekresi
sFlt 1 dari eksplan vili plasenta yang diperoleh dari 4 perempuan dengan preeklamsia
prematur (persalinan dilakukan pada <34 minggu kehamilan; Gambar 1, C).
Peneliti menilai efek metformin terhadap ekspresi RNA messenger (mRNA)
pada varian sFlt 1 yang berbeda di sel, atau di jaringan eksplan vili plasenta. sFlt-1 i13
merupakan varuan sFlt 1 yang paling banyak dijumpai dalam sel endotel. Metformin
secara dose dependent menurunkan ekspresi mRNA sFlt-1 i13 dalam sel endotel
(Gambar 1, D). sFlt-1 e15a merupakan varian dominan yang diekspresikan dalam
plasenta manusia. Metformin menurunkan ekspresi sFlt-1 e15a dalam sel vili primer
sitotrofoblas (Gambar 1, E), dan eksplan vili plasenta (Gambar 1, F) yang diperoleh dari
preeklampsia prematur. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa metformin menurunkan
ekspresi isoform sFlt 1 dalam sel/jaringan endotel dan plasenta, termasuk eksplan vili
plasenta yang berasal dari pasien yang didiagnosis dengan preeklampsia prematur.
Gambar 1. Efek metformin terhadap sekresi soluble fms-like tyrosine kinase 1dan ekspresi
isoform e15a dan i13 pada sel endotel dan jaringan plasenta. Metformin (0, 1, 2, 5 mmol/L)
secara dose dependent menurunkan sekresi soluble fms-like tyrosine kinase 1dari A, sel
endotel, B, sel vili sitotrofoblas, dan C, eksplan vili plasenta preeklamsia prematur. Metformin
menurunkan ekspresi D, isoform sFLt 1 i13 pada sel endotel, E, sel vili sitotrofoblas, dan F,
ekspresi mRNA sFlt 1 e15a pada eksplan vili plasenta preeklamsia prematur. Satu tanda
bintang menunjukkan P <0.05; dua tanda bintang menunjukkan P <0.01; tiga tanda bintang
menunjukkan P <0.001; empat tanda bintang menunjukkan P <0.00001.
sFlt-1, soluble fms-like tyrosine kinase 1.
Metformin menurunkan sekresi sENG dari jaringan endotel primer dan plasenta
Selanjutnya, peneliti menyelidiki efek metformin terhadap sekresi sENG dari sel
endotel primer dan sel/jaringan plasenta. Metformin secara dose dependent
menurunkan sekresi sENG dari HUVEC (Gambar 2, A), dan sel vili primer sitotrofoblas
(Gambar 2, B). Metformin menginduksi tren terhadap penurunan sekresi sENG dari
eksplan vili plasenta yang mengalami preeklamsia prematur pada 3 dosis, tetapi tidak
ada satupun dosis yang menurunkan sekresi sENG secara signifikan (Gambar 2, C).
Gambar 2. Efek metformin terhadap sekresi soluble endoglin dari sel endotel dan jaringan
plasenta. Metformin (0, 1, 2, dan 5 mmol/L) menurunkan sekresi soluble endoglin dari A, sel
endotel, dan B, sel vili sitotrofoblas. Metformin tidak mengubah sekresi soluble endogline dari
C, eksplan vili plasenta preeklamsia prematur. Tanda bintang tunggal menunjukkan P <0.05;
dua tanda bintang menunjukkan P <0.01; empat tanda bintang menunjukkan P <0.00001.
sENG, soluble endoglin.
Gambar 3. Efek metformin dan aktivitas rantai transpor elektron komplek I mitokondria
terhadap sekresi soluble fms-like tyrosine kinase 1dan soluble endoglindari sel endotel dan
sel vili sitotrofoblas. Efek metformin (0.5 dan 1 mmol/L) terhadap sekresisoluble fms-like
tyrosine kinase 1dari A, sel endotel, dan B, sel vili sitotrofoblas mungkin dimediasi melalui
inhibisi rantai transpor elektron komplek I mitokondria karena efek tersebut dihambat oleh
adanya substrat rantai transpor elekteron, suksinat (25 mmol/L). Selain itu, metformin juga
menurunkan sekresi soluble endoglinmelalui inhibisi rantai transpor elektron komplek I
mitokondria dari C, sel endotel (0.5, 1 mmol/L), dan D, sel vili sitotrofoblas (1 mmol/L), karena
suksinat (25 mmol/L) menghambat efek sekresi tersebut. Satu tanda bintang menunjukkan P
<0.05; dua tanda bintang menunjukkan P <0.01; tiga tanda bintang menunjukkan P <0.001;
empat tanda bintang menunjukkan P <0.00001.
Inhibisi rantai transpor elektron mitokondria menurunkan sekresi sFlt 1 dari sel
vili sitotrofoblas primer
Konsep bahwa mitokondria mengatur sekresi sFlt 1 masih baru diketahui.
Untuk memperoleh bukti lebih lanjut bahwa hal tersebut benar, peneliti menyedlidiki
apakah inhibitor rantai transpor elektron mitokondira menurunkan sekresi sFlt 1.
Pemberian rotenone, yaitu inhibitor komplek I, kepada sel vili sitotrofoblas primer
menurunkan sekresi sFlt 1 sebesar 65% (Gambar 4, A). Antimycin, sebuah inhibitor
komplek III, juga menurunkan sekresi sFlt 1 sebesar 75% (Gambar 4, B). Dosis
rotenone dan antimycin yang diberikan tidak menginduksi kematian sel (uji MTS dan
pewarnaan calcein; data tidak ditampilkan). Penelitian ini menunjukkan bahwa
mitokondria memang terlibat dalam regulasi sekresi sFLt 1.
Metformin menginduksi vasodilatasi pada pembuluh darah ibu yang diisolasi dari
omentum
Peneliti kemudian melakukan sebuah uji untuk meniru fakta bahwa faktor
plasenta yang dilepaskan ke dalam sirkulasi ibu berperan dalam induksi disfungsi
pembuluh darah. Peneliti menginkubasi arteri omentum manusia dalam media kultur
yang telah dikondisikan dengan plasenta atau media kultur normal (tidak diinkubasi
dengan jaringan plasenta). Pembuluh darah kemudian diinkubasi dalam media kultur
mengalami dilatasi sebesar 100% sebagai respon terhadap bradikinin (vasodilator
endogen), tetapi pembuluh darah yang diinkubasi dalam media kultur plasenta
mengalami gangguan vasorelaksasi yang signifikan (40% lebih sedikit; Gambar 7, A).
Hal ini menunjukkan bahwa faktor faktor plasenta mengganggu vasorelaksasi dalam
uji yang dilakukan.
Ketika metformin diberikan pada pembuluh darah yang dikultur dengan media
kultur plasenta, gangguan vasodilatasi tersebut tidak terjadi, dan relaksasi yang
dimediasi oleh bradikinin tidak memiliki perbedaan dari kontrol dengan media kultur
normal (Gambar 7).
Gambar 8. Efek metformin terhadap angiogenesis. Cincin pembuluh darah omentun yang
dikultur dengan soluble fms-like tyrosine kinase 1mengalami penurunan pertumbuhan pembuluh
darah, yang kembali dengan penambahan metformin (1 mmol/L). Panah putih menunjukkan
pertumbuhan pembuluh darah. Mikrograf yang representatif ditunjukkan dengan tanda panah (P
<0.05).
sFlt-1, soluble fms-like tyrosine kinase 1.
KOMENTAR
Temuan utama penelitian
Metformin menurunkan sekresi sFlt -1 dan sENG dari jaringan primer manusia,
kemungkinan dengan cara menghambat rantai transpor elektron mitokondria. Kedua,
aktivitas rantai transpor elektron mitokondria terbukti mengatur sekresi sFlt 1, dan
aktivitas rantai transpor elektron mitokondria meningkat pada plasenta preeklamsia
prematur. Dengan menggunakan uji untuk mereplikasi disfungsi endotel dan vaskuler
yang mungkin terjadi pada preeklamsia, peneliti menemukan bahwa metformin
menurunkan disfungsi endotel, dan bersifat angiogenik.
Sekresi sFlt -1 diregulasi melalui rantai transpor elektron mitokondria; metformin
menghambat jalur ini
Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang melaporkan bahwa sekresi
sFlt 1 diregulasi melalui rantai transpor elektron mitokondria. Menggunakan 2
inhibitor, penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menghambat komplek I atau III
dapat menurunkan sekresi sFlt 1 secara signifikan.
Peneliti telah menemukan bukti penting yang menunjukkan bahwa metformin
menghambat sekresi sFlt 1 dan sENG dengan menginhibisi rantai transpor elektron
komplek I mitokondria. Pemberian suksinat (substrat untuk rantai transpor elektron
komplek II mitokondria) membantu penurunan sFlt 1 yang diinduksi oleh metformin,
tetapi tidak memiliki efek terhadap sekresi sFlt 1 ketika diberikan secara tunggal.
Tetapi, percobaan ini memiliki keterbatasan, bahwa suksinat diduga menstabilisasi
HIF1 secara langsung. Selain itu, metformin juga diketahui memiliki target intrasel
lainnya, seperti mengaktifkan AMP-activated protein kinase. Pertimbangan lainnya
adalah apakah metformin dapat menginhibisi sinsitialisasi untuk menurunkan sekresi
sFlt 1. Peneliti tidak meyakini hal tersebut karena beberapa alasan berikut : (1)
metformin memiliki efek yang sama terhadap sekresi sFlt 1 sel endotel, yang tidak
bergabung; (2) peneliti mengamati penurunan sekresi sFlt 1 dari eksplan vili plasenta
yang intak, dan (3) tidak ada penurunan mRNA sFlt -1 dari trofoblas primer yang
mengindikasikan efek langsung terhadap proses transkripsi sel. Peneliti juga mengakui
bahwa peneliti belum menyimpulkan metformin dapat menurunkan sekresi sFlt 1
melalui efeknya terhadap mitokondria.
Aktivitas rantai transpor elektron mitokondria meningkat pada plasenta
preeklamsia prematur
Peneliti menemukan peningkatan aktivitas di semua kompleks rantai transpor
elektron dalam plasenta preeklamsia prematur, dengan peningkatan yang signifikan
dijumpai pada komplek II. Terdapat dua laporan lain yang meneliti aktivitas rantai
transpor elektron. Satu penelitian melaporkan hasil yang sama dengan penelitian ini,
yaitu adanya peningkatan aktivitas komplek II pada plasenta preeklasia, sementara
penelitian lain melaporkan bahwa aktivitas rantai transpor elektron mitokondria
mengalami penurunan. Kedua penelitian tersebut hanya meneliti 6 plasenta preeklamsi
yang sebagian besar diperoleh dari kehamilan aterm (10 dari 12 plasenta merupakan
kehamilan aterm). Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang meneliti
preeklamsia prematur secara khusus, dan memiliki sampel kohort yang lebih besar
dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.
Karena data penelitian ini menunjukkan bahwa plasenta preeklamsia memiliki
aktivitas rantai transpor elektron yang meningkat, peneliti berspekulasi bahwa
peningkatan aktivitas rantai transpor elektron mitokondria pada preeklamsia berperan
dalam sekresi sFlt 1 dan sENG dalam penyakit tersebut.
Implikasi terapeutik dari hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa
mitokondria mengatur sekresi sFlt 1 dan sENG, bahwa skrining inhibitor aktivitas
rantai transpor elektron mitokondria lain dapat mengidentidikasi kandidat kandidat
terapi baru untuk preeklamsia.
Kesimpulan
Peneliti telah melakukan studi preklinis menggunakan jaringan primer manusia
untuk menunjukkan bahwa aktivitas rantai transpor elektron mitokondira mengalami
upregulasi pada plasenta preeklamsia prematur dan bahwa rantai transpor elektron
mitokondria mengatur sekresi sFlt 1 dan sENG sel. Metformin menurunkan sekresi
sFlt 1 dan sENG dengan menghambat komplek I mitokondria. Selain itu, metformin
juga menurunkan sifat utama disfungsi endotel yang spesifik pada preeklamsia dan
meningkatkan angiogenesis. Metformin mungkin merupakan pencegahan atau
tatalaksana preeklamsia baru dan berpotensi menurunkan beban komplikasi berat pada
kehamilan tersebut.