You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan harus menjadi prioritas dalam perawatan

pasien (Miller, 2011). Pencegahan terhadap morbiditas dan

mortalitas merupakan bagian dari pelayanan anestesi.

Pasien anestesi berisiko terhadap komplikasi baik karena

dokter anestesi, dokter bedah atau karena peralatan yang

digunakan (Sabry, 2007). Pasien diberi obat-obatan yang

dapat menimbulkan efek samping, terutama pada sistem

kardiovaskuler dan respirasi. Paralisis otot yang

disebabkan oleh obat-obatan, mengharuskan pasien

menggunakan ventilator yang membuat pasien tergantung

terhadap dokter dan peralatan sebagai fungsi oksigenasi

dan eksresi karbon dioksida sehingga secara tidak

langsung dokter anestesi harus mengubah fungsi fisiologis

pasien. Perubahan fungsi fisiologis ini dapat menimbulkan

morbiditas dan mortalitas (Braz et al., 2009).

Meskipun kematian terkait anestesi telah menurun,

tetap saja morbiditas dan mortalitas terkait anestesi

masih terjadi. Menurut Arbous et al (2001) insidensi

kematian terkait anestesi dalam waktu 24 jam 1,40:10.000

kasus. Kawashima et al (2002) insidensi kematian terkait

anestesi dalam waktu 7 hari 0,13:10.000 kasus. Sprung et

al (2003) insidensi kematian terkait anestesi saat di

ruang operasi atau setelah keluar dari ruang bangsal

0,10:10.000 kasus. Charuluxananan et al (2005) insidensi

kematian terkait anestesi dalam waktu 24 jam 5.70:10.000

kasus. Lienhart et al (2006) insidensi kematian terkait

anestesi dalam waktu 3 hari 0.54:10.000 kasus (Braz et

al., 2009).

Secara umum, dikenal dua teknik dalam anestesi yaitu

anestesi umum yang menggunakan obat parenteral ataupun

agen inhalasi dan teknik anestesi regional. Anestesi

regional adalah menginjeksikan obat anestesi lokal ke

sejumlah sel saraf dengan tujuan untuk memblok saraf

mengantarkan sensasi dan mencegahnya mencapai otak.

Adapun bentuk anestesi regional yaitu anestesi spinal,

anestesi epidural, anestesi kaudal dan kombinasi anestesi

spinal-epidural (Miller, 2011).

Anestesi spinal adalah menginjeksikan agen lokal

anestesi ke dalam cairan serebrospinal di dalam ruang

subarakhnoid, anestesi epidural adalah memasukkan agen

lokal anestesi ke dalam ruang yang terletak di dalam

kanal vertebra tetapi di luar atau di permukaan terhadap

saccus dural sedangkan anestesi kaudal merupakan tipe

khusus dari anestesi epidural dimana agen lokal anestesi

diinjeksikan ke dalam ruang kaudal epidural dengan

memasukkan jarum dari hiatus sacralis (Miller, 2011).

Anestesi spinal, epidural dan kaudal memiliki

persamaan yaitu mengakibatkan blokade saraf simpatis

(Miller, 2011). Meskipun memiliki persamaan, terdapat


3

perbedaan fisiologis dan farmakologis dari masing-masing

teknik, dimana antara teknik yang satu dengan teknik yang

lain memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

sehingga lebih tepat digunakan untuk pasien tertentu atau

posedur operasi tertentu (Gwinnutt, 2009). Adapun

kelebihan dari teknik-teknik anestesi regional, anestesi

spinal yaitu cepat untuk dilakukan, butuh agen lokal

anestesi yang sedikit, dan memiliki kualitas yang lebih

baik dalam blokade saraf sensoris dan motoris, sedangkan

kelebihan anestesi epidural yaitu risiko pusing setelah

dural puncture yang rendah, mampu untuk mengeblok saraf

segmental sensoris, dan mampu untuk memperpanjang efek

analgesik melalui kateter epidural (Miller, 2011).

Kegagalan dalam melakukan regional anestesi bisa

saja terjadi. Pada anestesi spinal, kegagalan bisa

terjadi saat mengidentifikasi ruang subarakhnoid atau

gagal dalam menginjeksikan agen lokal anestesi ke dalam

ruang subarakhnoid atau gagal dalam distribusi agen lokal

anestesi ke ruang subarakhnoid yang berisiko untuk

terjadinya injury. Komplikasi neurologis setelah anestesi

spinal juga bisa terjadi, dimana diakibatkan oleh jarum

yang mengenai spinal cord atau saraf. Selain itu, adanya

kontaminasi bakteri pada ruang subarakhnoid, cauda equina

syndrome, arakhnoiditis, terbentuknya spinal hematoma,

meningitis, dan PDPH (Postdural Puncture Headache) yang

merupakan komplikasi lain dari anestesi spinal. Pada


4

anestesi epidural, kegagalan bisa terjadi saat agen lokal

anestesi tidak berada di ruang epidural atau agen lokal

anestesi tidak berefek pada dermatom yang ingin di

anestesi. Komplikasi terkait anestesi epidural

diantaranya terkait obat dan terkait prosedur. Adapun

komplikasi terkait obat yaitu terjadinya toksisitas

sistemik sedangkan terkait prosedur antara lain nyeri

punggung belakang (20-30%), neuropathy nervus spinalis

yang diakibatkan oleh trauma jarum, adhesive

arakhnoiditis yang diakibatkan oleh trauma, operasi,

infeksi, kontaminasi dari jarum yang digunakan, epidural

hematoma dan epidural abses (Miller, 2011).

Adapun insidensi komplikasi terkait anestesi

regional yaitu cardiac arrest, kematian, pusing,

neurological injury, radiculopathy, cauda equine

syndrome, dan paraplegia (Auroy et al., 1997).

Pelayanan anestesi tidak hanya memperhatikan

keselamatan pasien tetapi juga memperhatikan kepuasan

pasien, dimana kepuasan pasien merupakan ukuran penting

dari kualitas pelayanan yang berperan dalam penilaian

struktur, proses dan luaran (outcome) dari suatu

pelayanan (Myles, 2000). Keberhasilan ataupun penilaian

kualitas dari suatu tindakan operasi menurut CMS (Center

for Medicine and Medicaid Services) dan Press Ganey

National Survey dapat dinilai dari keselamatan pasien,


5

luaran (outcome) dan kepuasan pasien, atau yang lebih

dikenal dengan triad of quality of care (Miller, 2011)

Menurut Heidegger (2006), kepuasan merupakan harapan

dan pencapaian yang diperoleh. Kepuasan pasien merupakan

perasaan subyektif yang dirasakan tiap pasien dan

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor

sosiodemografi (umur, kultur, pendidikan, pendapatan,

jenis kelamin, ras, pekerjaan), terkait komunikasi

pelayanan kesehatan (verbal dan non verbal), kemampuan

klinisi, dan terkait dengan proses (kemudahan dalam

mengakses pelayanan kesehatan, pelayanan tambahan yang

diberikan, harga dan faktor lingkungan) (Wu et al.,

2001).

Evaluasi kepuasan pasien terhadap tindakan anestesi

termasuk anestesi regional sangat penting dilakukan untuk

peningkatan kualitas pelayanan anestesi.

Kepuasan pelayanan anestesi terutama terkait dengan

teknik anestesi regional pernah dilaporkan oleh (Jlala et

al., 2010) mengenai kecemasan pasien terhadap operasi

(77%), kecemasan terhadap anestesi (85%), efek dari blok

saraf yang gagal di anestesi (65%) serta komplikasi dari

anestesi (nyeri dan kerusakan saraf) (29%). Dari

kesimpulan penelitian tersebut didapatkan hampir semua

responden merasakan bahwa anestesi regional memberikan

anestesi yang baik dan pasien merasa puas dimana 96%

pasien puas terhadap anestesi yang dilakukan, 97% pasien


6

bersedia menggunakan anestesi regional di lain waktu, dan

94% pasien memperoleh pereda nyeri yang tepat setelah

operasi.

Teknik anestesi regional banyak dan sudah popular

dilakukan di Indonesia. Namun, belum ada penelitian atau

penilaian kualitas pelayanan anestesi secara umum dinilai

hanya berdasarkan data morbiditas dan mortalitas yang

dilaporkan pada konferensi-konferensi anestesi lokal

maupun tingkat nasional di Indonesia. Belum ada

penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi kualitas

pelayanan anestesi di Indonesia, termasuk tentang

kepuasan pelayanan anestesi bagi pasien. Hal ini

mendorong penulis melakukan penelitian mengenai kepuasan

pasien terhadap pelayanan anestesi regional terutama di

RS. Sardjito.

B. Perumusan Masalah

Pada persiapan sebelum operasi maupun pada teknik

anestesi regional terkadang terdapat kemungkinan

terjadinya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan

yang bisa berujung pada ketidakpuasan pasien. Sehingga

penelitian ini akan meneliti mengenai tingkat kepuasan

pasien terhadap pelayanan anestesi regional yang

diberikan terutama di RS. Sardjito.


7

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengetahui

gambaran kepuasan pasien yang di rawat inap setelah

menjalani anestesi regional di RSUP Sardjito.

D. Manfaat Penelitian

Pasien

Pasien akan merasa lebih dilibatkan dalam

tindakan anestesi yang dilakukan atas dirinya,

dengan memberikan informasi mengenai tindakan

anestesi yang akan diberikan hingga kemungkinan

komplikasi yang dapat terjadi.

Dengan peningkatan kualitas pelayanan,

diharapkan pasien puas terhadap pelayanan

anestesi regional yang diberikan.

Klinisi

Hasil penelitian dapat digunakan untuk evaluasi

kualitas pelayanan yang diberikan guna

meningkatkan kepuasan pasien terhadap tindakan

anestesi regional.

Menjadi masukan untuk selalu memberikan

pelayanan anestesi yang optimal dan aman

sehingga memberikan kepuasan pada pasien yang

menjalani tindakan anestesi.


8

Peneliti

Menambah pengetahuan mengenai apa itu anestesi,

bagaimana anestesi diberikan, dan hasil dari

tindakan anestesi.

Menambah informasi bagi peneliti lainnya sebagai

penelitian kepuasan pasien dan sebagai referensi

tambahan untuk dikembangkan dalam mencari

variabel baru untuk menentukan indikator

kepuasan pasien.

Didapatkannya presentase kepuasan pasien

terhadap pelayanan anestesi regional di RSUP DR

Sardjito.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai kepuasan pasien terhadap

pelayanan anestesi pernah dilaporkan oleh penelitian

sebelumnya, diantaranya:

Jurnal Format Dimensi Hasil

Auquier et 5-point scale Perhatian, Mean score 7514;

al(EVAN-G) self- kerahasiaan, skor tertinggi pada

administered informasi, nyeri, ketidaknyamanan;

ketidaknyamanan, skor terendah pada

waktu tunggu informasi

Brown et 5 point Informasi, nyeri, Tidak ada perbedaan

al scale mailed kepuasan secara kepuasan antara


9

Jurnal Format Dimensi Hasil

back keseluruhan pasien dengan atau

tanpa komplikasi

Carro et Yes/No VAS Nyeri dan kenyamanan Tidak ada perbedaan

al self- fisik kepuasan antar grup

administered

Dexter et 6-point-scale Kenyamanan fisik, Mean score 2,10,87

al (ISAS) self- emosional, dukungan

administered dan mengurangi

ketakutan

Dodds et Yes/No face- Sebelum operasi, Kunjungan sebelum

al to-face ketakutan, operasi, 95%;

interview informasi, ketakutan terhadap

kenyamanan fisik anestesi, 21%

Fleisher Point scale Informasi, Pasien yang

et al and yes/no perawatan, nyeri diberikan informasi

mailed back lebih puas

dibanding dengan

yang tidak

diberikan informasi

Fung & Ranked order Struktur fisik, Item dengan hasil

Cohen mailed back penjelasan teknis, tertinggi terdapat

hubungan antar- pada pemberian

perseorangan, informasi dan

perawatan yang komunikasi yang

efisien, luaran efektif

(outcome) perawatan

Hadjistavr 5-point-scaled Informasi termaksuk Skor terendah pada

opoulos et mailed back mengenai perawatan, informasi dan tidak

al merasa dihargai, adanya kunjungan


10

Jurnal Format Dimensi Hasil

Kenyamanan fisik, oleh dokter

dukungan emosional anestesi

Martin et 5-point scale Informasi, nyeri, Tidak terdapat

al telephone kenyamanan fisik perbedaan kepuasan

interview antara grup TIVA

dan blok spinal

Pestey 4-point scale Informasi, Tidak ada perbedaan

telephone ketakutan, kepuasan antara

interview kenyamanan fisik, hari saat operasi,

kerahasiaan hari yang sama saat

operasi dan pasien

yang di rawat inap

Preble et 10-point scale Kunjungan sebelum Skor sebelum

al mailed back operasi, operasi 9,17 1,6;

kunjungan setelah skor setelah

operasi, keseluruhan operasi 8,33 2,7

Gambar 1. Keaslian Penelitian

You might also like