You are on page 1of 13

MAKALAH SISTEM SOSIAL INDONESIA

SISTEM INTEGRASI SOSIAL

OLEH

FREDERIKUS MALO LEDE VERONIKA RUBA PENA

STIVANY A. F. J. ADJID JOHAN YUNIOR DIRU

UMBU REMU SAMAPATY MARIANCE KE LELE

ARSELA TAMU APU IGNATIUS P. KOBOS

YOSEPH R. L. GAE LISA EKA NOVIANA

CHYNTIA R. OEMATAN THOMAS SUYA

INOCENTIUS BAI BATA ORLANDO NGURU MATA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
dapat selesai tepat pada waktunya yang berjudul SISTEM INTEGRASI SOSIAL.

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian dan Syarat SISTEM INTEGRASI
SOSIAL. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
integrasi sosial.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan YME senantiasa
menyertai segala usaha kita. Amien.

Kupang, 09 Mei 2016


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Integrasi Sosial ............................................................................... 2

2.2 Syarat-syarat Integrasi Sosial ....................................................................... 3

2.3 Faktor-faktor Penentu Integrasi Sosial ......................................................... 4

2.4 Bentuk-bentuk Integrasi Sosial ..................................................................... 4

2.5 Tahapan Integrasi Sosial ............................................................................... 5

2.6 Pengaruh Interseksi dan Konsolidasi terhadap Integrasi Sosial ................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 8

3.2 Saran ............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Devid Lockwood, consensus dan konflik merupakan dua sisi dari suatu
kenyataan yang sama dan dua gejala yang melekat secara bersama-sama di dalam
masyarakat. Seperti halnya dengan konflik yang dapat terjadi antar individu, individu dengan
kelompok, dan antar kelompok. Demikian pula halnya dengan consensus, consensus dapat
pula terjadi antar individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok. Menurut R.
William Liddle, consensus nasional yang mengintegrasikan masyarakat yang pluralistic pada
hakikatnya adalah mempunyai dua tingkatan sebagai prasyarat bagi tumbuhnya suatu
integrasi nasional yang tangguh. Pertama, sebagian besar anggota suku bangsa bersepakat
tentang batas-batas territorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik di mana mereka
sebagai warganya. Kedua, apabila sebagian besar anggota masyarakatnya bersepakat
mengenai struktur pemerintah dan aturan-aturan dari proses politik yang berlaku bagi seluruh
masyarakat di atas wilayah negara yang bersangkutan. Nasikun menambahkan bahwa
integrasi nasional yang kuat dan tangguh hanya akan berkembang di atas consensus nasional
mengenai batas-batas suatu masyarakat poitik dan system politik yang berlaku bagi seluruh
masyarakat tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Definisi integrasi sosial

Syarat-syarat integrasi sosial

Faktor-faktor penentu integrasi sosial

Bentuk-bentuk integrasi sosial

Tahapan integrasi sosial

Pengaruh interseksi dan konsolidasi terhadap integrasi sosial

1.3. Tujuan

Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sistem Sosial Indonesia.

Menambah wawasan mengenai pengertian dan syarat Integrasi dan Reintegrasi


Sosial.

Melatih membuat laporan dalam bentuk Makalah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Integrasi Sosial

Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration" yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.

Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok


etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki
dua pengertian, yaitu :

Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial
tertentu.

Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.

Integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama
lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.

Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu
hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti
masuk ke dalam, menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi satu.

Banton (dalam Sunarto, 2000 : 154) mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola
hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan
makna penting pada perbedaan ras tersebut.

Menurut pandangan para penganut fungsionalisme structural, system social senantiasa


terintegrasi di atas dua landasan berikut:

Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya consensus di antara sebagian


besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental.

Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota


dari berbagai kesatuan social (cross-cutting affiliations).

Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi
berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial
budaya.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena
adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Pada suratal-An'am ayat 153
Allah lagi-lagi menegaskan tentang pentingnya integrasidalam kehidupan manusia. "Dan
bahwa yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yanglurus, maka ikutilah dia: jangan kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya".Yang
dimaksud tali Allah dalam ayat ini adalah jalan yang lurus; perpecahan itu dengandemikian
adalah jalan yang tidak boleh ditempuh. Jalan -jalan yang lain dimaksud adalahagama-agama
dan kepercayaan yang selain Islam. Kecaman Allah bagi mereka yangmengikuti jalan lain itu
dapat disimak dalam surat yang sama ayat 159 yang artina:

"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi


berpecah belah (bergolongan), tidak ada sedikit pun tanggung jawab kamu terhadap mereka,
sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah Allah, kemudian Allah akan memberitahukan
kepada mereka apa yang telah mereka perbuat".

Masalahnya adalah, di sisi yang lain, perbedaan adalah Sunnatullah. Setiap manusia
diberikan kebebasan untuk menggunakan akal dan nuraninya untuk mencari jalan yangterbaik
menuju Allah. Dalam term ini, Islam (Syariah) sebagai sistem nilai yang idiil hampir
menemukan kemapanannya. Tentunya kesatuan tauhid akan keesaan Allah dankerasulan
Muhammad SAW adalah mutlak. Kemapanan ini akan berbeda ketika sudah memasuki
wilayah sosiologis masyarakat beragama.

2.2. Syarat-Syarat Integrasi Sosial

Integrasi social akan terbentuk di masyarakat apabila sebagian besar anggota


masyarakat tersebut memiliki kesepakatan tentang batas-batas territorial dari suatu wilayah
atau Negara tempat mereka tinggal.

Selain itu, sebagian besar masyarakat tersebut bersepakat mengenai struktur


kemasyarakatan yang di bangun, termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan lebih tinggi lagi
adalah pranata-pranata sosisal yang berlaku dalam masyarakatnya, guna mempertahankan
keberadaan masyarakat tersebut. Selain itu, karakteristik yang di bentuk sekaligus manandai
batas dan corak masyarakatnya.

Menurut William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi


social adalah:

a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-


kebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik berupa sandang dan
pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh budayanya. Terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu saling menjaga keterikatan antara satu dengan
lainnya.

b. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma-


norma dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman dalam berinteraksi
satu dengan yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang di larag menurut
kebudayaannya.
c. Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara konsisten
serta tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam melangsungkan
proses interaksi social.

2.3. Faktor-faktor Penentu Integrasi Sosial

Faktor integrasi bangsa Indonesia rasa senasib dan sepenanggungan serta rasa
seperjuanagan di masa lalu ketika mengalami penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan
baik mental ataupun fisik. Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang
ditekan ( di jajah ). Sehingga muncul kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan.

Yang bisa menjadi faktor integrasi bangsa adalah semboyan kita yang terkenal yaitu
bhineka tunggal ika, dimana kita terpisah-pisah oleh laut tetapi kita mempunyai ideologi yang
sama yaitu pancasila. Dengan kata lain yang dapat menjadi faktor integrasi bangsa Indonesia
adalah; (1)Pancasila, (2)Bhineka Tunggal Ika, (3) Rasa cinta tanah air, (4) Perasaan senasib
sepenanggungan. Dengan menyadari keadaan bangsa Indonesia yang majemuk itu, setiap
warga negara harus waspada agar jangan sampai melakukan hal-hal negatif yang dapat
memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa.

Adapun factor- factor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi
social dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:

a. Factor internal : kesadaran diri sebagai makhluk social, tuntutan kebutuhan, dan semangat
gotong royong.

b. Factor eksternal : tuntutan perkembangan zaman, persaman kebudayaan, terbukanya


kesempatan, berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persamaan visi, dan tujuan, sikap
toleransi, adanya consensus nilai, dan adanya tantangan Dari luar.

2.4 Bentuk bentuk Integrasi Sosial

Bentuk integrasi social dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua bentuk yakni:

a. Asimilasi, yaitu pembaruan kebudayaan yang disertai dengan hilangnya cirrikhas


kebudayaan asli. Dalam masyarakat bentuk integrasi social ini terlihat Dari pembentukan
tatanan social yang baru yang menggantikan budaya asli. Biasanya bentuk integrasi ini
diterapkan pada kehidupan social yang primitive dan rasis. Maka dari itu budaya asli yang
bertentangan dengan norma yang mengancam disintegrasi masyarakat akan digantikan
dengan tatanan social barau yang dapat menyatukan beragam latar belakang social.

b. Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsure- unsure asing tanpa menghilangkan


kebudayaan asli. Akulturasi menjadi alternative tersendiri dalam menyikapi interaksi social,
hal ini didasarkan pada nilai- nilai social masyarakat yang beberapa dapat dipertahankan.
Sehingga nilai- nilai baru yang ditanamkan pada masyarakat tersebut akan menciptakan
keharmonisan untuk mencapai integrasi soaial.
2.5. Tahapan Integrasi Sosial

Sebuah proses sosial dalam masyarakat selalu memiliki tahapan-tahapan tertentu yang
harus dilalui. Begitu pula pada integrasi sosial. Tahapan-tahapan yang ada dalam integrasi
sosial adalah tahap akomodasi, kerja sama, koordinasi, dan asimilasi. Untuk lebih jelasnya,
mari kita pelajari bersama pada pembahasan berikut ini.

1) Tahap Akomodasi

a. Akomodasi adalah suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat dua atau
lebih individu atau kelompok yang berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak
saling mengganggu dengan cara mencegah, mengurangi, atau menghentikan
ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada, sehingga tercapai kestabilan
(keseimbangan).

b. Akomodasi bertujuan untuk mengurangi pertentangan antara dua kelompok atau


individu, mencegah terjadinya suatu pertentangan secara temporer, memungkinkan
terjadinya kerja sama di antara individu atau kelompok sosial, serta mengupayakan
peleburan antara kelompok sosial yang berbeda (terpisah), misalnya melalui
perkawinan campur (amalgamasi).

Dengan akomodasi, kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat


multikultural seperti masyarakat kita ini, dapat hidup berdampingan secara damai tanpa
menimbulkan perpecahan. Selain itu juga memungkinkan terjadinya kerjasama di antara
kelompokkelompok sosial yang yang ada dalam masyarakat tersebut. Hal ini karena di antara
kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat dapat saling menyesuaikan diri
satu sama lain. Dengan demikian akan mendorong lahirnya integrasi dalam masyarakat
tersebut.

2) Tahap Kerja Sama

a. Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerja sama dapat
menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Kerja sama dimaksudkan
sebagai suatu usaha bersama antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk
mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

b. Menurut Charles H. Cooley, kerja sama akan timbul apabila orang menyadari
bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
mencapai kepentingankepentingan bersama.

Kerja sama di antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat


multikultural mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam integrasi sosial. Mengapa?
Dengan kerja sama berarti kelompokkelompok sosial yang berbeda itu saling menyesuaikan
diri, melengkapi, membutuhkan, serta tidak memaksakan kehendak masing-masing yang
dapat menimbulkan prasangka-prasangka yang memicu lahirnya konflik dalam masyarakat.
3) Tahap Koordinasi

a. Kerja sama yang dilakukan oleh kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam
masyarakat multicultural harus dikoordinasi agar lebih terarah dan bisa mencapai
tujuan demi kebaikan bersama.

b. Koordinasi adalah pengaturan secara sentral untuk mencapai integrasi dengan


mempersatukan individu maupun kelompok agar tercapai keseimbangan dan
keselarasan dalam hubungan di masyarakat. Dalam organisasi kemasyarakatan,
koordinasi merupakan factor yang paling dominan. Tanpa koordinasi, suatu organisasi
tidak dapat berjalan dengan baik, mengingat organisasi merupakan suatu kelompok
yang terdiri dari orangorang dengan sifat dan kepribadian yang berbeda-beda. Dengan
demikian kelancaran jalannya organisasi ditentukan faktor pendekatan
antaranggotanya. Proses koordinasi mencakup berbagai aspek kemasyarakatan,
seperti aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan, dan lain sebagainya.

4) Tahap Asimilasi

Kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat multikultural setelah


tahap koordinasi akan tercapai atau tercipta suatu pemahaman bersama, sehingga di antara
kelompok-kelompok tersebut dapat saling menyesuaikan diri. Proses ini disebut dengan
asimilasi. Asimilasi adalah sebuah proses yang ditandai oleh adanya usaha-usaha untuk
mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat di antara orang perorangan atau kelompok-
kelompok manusia guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-
tujuan bersama.

Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi akan terjadi apabila berikut ini.

a) Ada kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaannya.

b) Saling bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang cukup lama.

c) Kebudayaan dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing mengalami perubahan dan


saling menyesuaikan diri.
Dalam asimilasi ini terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong maupun
menghambat terjadinya asimilasi di antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Adapun
beberapa faktor yang dapat mempermudah atau mendorong terjadinya asimilasi, di antaranya
adalah sebagai berikut.

a) Toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan.

b) Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi yang dapat mengurangi adanya
kecemburuan sosial.

c) Sikap menghargai orang asing dengan kebudayaannya.

d) Sikap terbuka dari golongan penguasa.

e) Adanya perkawinan campur dari kelompok yang berbeda (amalgamation).

f) Adanya musuh dari luar yang harus dihadapi bersama.

Sementara itu, beberapa faktor yang dapat menghambat atau memperlambat


terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut.

a) Perbedaan yang sangat mencolok, seperti perbedaan ras, teknologi, dan perbedaan
ekonomi.

b) Kurangnya pengetahuan terhadap kebenaran kebudayaan lain yang sedang


dihadapi.

c) Kecurigaan dan kecemburuan sosial terhadap kelompok lain.

d) Perasaan primordial sehingga merasa kebudayaan sendiri lebih baik dari


kebudayaan bangsa atau kelompok lainnya.

Melalui asimilasi, kelompok-kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat


multikultural saling berinteraksi dan bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang
lama, sehingga masing-masing kelompok sosial itu berubah dan saling menyesuaikan diri.
Dengan demikian integrasi dalam masyarakat akan tercipta.

2.6 Pengaruh Interseksi dan Konsolidasi terhadap Integrasi Sosial

Penggolongan masyarakat secara vertical ( stratifikasi / pelapisan sosial ) maupun


secara horizontal ( diferensiasi sosial / kemajemukan ) tidaklah menggunakan dasar dasar
atau faktor faktor yang tunggal atau terdiri sendiri tetapi bersifat kumulatif, sehingga sering
terjadi interseksi ( persidangan ) dan konsolidasi ( tumpang tindih ) keanggotaan
masyarakat dalam berbagi kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.
Untuk memahami persoalan ini secara jelas lebih dahulu perlu disampaikan
pengertian interseksi, konsolidasi, dan kelompok sosial.

1. Interseksi

Interseksi ( intersection ) dalam Kamus Inggris Indonesia yang disusun oleh Hasan
Shadily, antara lain diartikan sebagai titik potong atau pertemuan ( of two lines ) dapat pula
disebut persilangan. Sedangkan istilah section ( seksi ) menurut Kamus Sosiologi yang
disusun oleh Soerjono Soekanto antara lain diartikan sebagai suatu golongan etnik dalam
masyarakat yang masing masing adalah seksi. Dari uraian ini maka dapat dirumuskan
bahwa interseksi merupakan persilangan atau pertemuan titik potong keanggotaan dari dua
suku bangsa atau lebih dalam kelompok kelompok sosial didalam suatu masyarakat yang
majemuk.

2. Konsolidasi

Konsolidasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartika sebagai perbuataan ( hal,
dan sebagainya ) memperteguh atau memperkuat ( perhubungan, persatuan, dan sebagainya).
Berdasarkan pengertian tersebut maka konsolidasi diartikan sebagai penguatan atau
peneguhan keanggotaan anggota anggota masyarakat dalam kelompok kelompok sosial
melaui tumpah tindih keanggotaan.

3. Kelompok sosial

Kelompok sosial atau sosial group merupakan pengumpulan ( agregasi ) manusia


yang teratur. Kelompok sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan kesatuan
manusia yang menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan adanya
kesadaran untuk saling menolong.

Kriteria yang sistematika tentang kelompok sosial ini dikemukakan oleh Soerjono
Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, yaitu sebagi berikut.

a. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang
bersangkutan.

b. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain.

c. Ada suatu factor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah
erat.

Factor yang sama ini dapat berupa nasib yang sama, tujuan yang sama, idelogi yang
sama, musuh bersama, atau merupakn kelompok etnik ( suku bangsa ).

a. Kelompok tersebut mempunyai struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.

b. Memiliki suatu sistem dan proses tertenu.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Integrasi berasal dari bahasa inggris "integration"yang berarti kesempurnaan atau


keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.

Dalam KBBI di sebutkan bahwa integrasi adalah pembauan sesuatu yang tertentu hingga
menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tersebut mengandung arti masuk ke
dalam, menyesuikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi satu.

Menurut William F. Ogburn da Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi social
adalah:

a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-


kebutuhan satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti kebutuhan fisik berupa sandang dan
pangan serta kebutuhan sosialnya dapat di penuhi oleh budayanya. Terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan ini menyebabkan masyarakat perlu saling menjaga keterikatan antara satu dengan
lainnya.

b. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma-


norma dan nilai-nilai social yang di lestarikan dan di jadikan pedoman dalam berinteraksi
satu dengan yang lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang di larag menurut
kebudayaannya.

c. Norma-norma dan nilai social itu berlaku cukup lama dan di jalankan secara konsisten
serta tidak mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam melangsungkan
proses interaksi social.

3.2. Saran

Apabila terjadi konflik antar individu atau individu dengan kelompok, maka yang
pertama kali harus di lakukan adalah melakukan integrasi sosial, karena suatu integrasi sosial
di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik
merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA

M, Idianto. 2005. Sosiologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Maryati, Kun dan Juju Suriawati. 2007. Sosiologi Untuk SMA dan MAKelas XI. Bandung:

PT.Gelora Aksara Pratama

Anonimus.2006.Disintegrasi dan Integrasi Masyarakat.(online).

http://akarsejarah.wordpress.com/2010/09/30/disintegrasi-integrasi-dan-tipologi-masyarakat/
Diakses Jumat, 3 Juni 2011. Pukul 14.22 wib.

Anonimus.2009.Disintegrasi Sosial Kampus.(online).

http://matanews.com/2008/10/09/disintegrasi-sosial-kehidupan-kampus/ Diakses Jumat, 3


Juni 2011. Pukul 14.50 wib.

Adhi.2009.Mencegah Disintegrasi.(online).

http://mradhi.com/sosial-politik/mencegah-disintegrasi.html Diakses Jumat, 3 Juni 2011.


Pukul 14.06 wib.

Saeful, Hadi.1980.Integrasi Nasional di Indonesia pada Penataran MKDU ISD. Bandung:


Universitas: Padjajaran Universitas

http://nilanikisari97.blogspot.co.id/2013/01/interseksi-dan-konsolidasi.html

You might also like