Professional Documents
Culture Documents
Definisi
A. Etiologi
Luka bakar listrik bisa terjadi akibat tersambar petir atau menyentuh kabel
maupun sesuatu yang menghantarkan listrik dari kabel yang terpasang.
Dampaknya bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada4:
Kejadian kecelakaan karena tersengat arus listrik pada manusia lebih sering
dikarenakan arus bolak-balik (AC) dibandingkan arus searah (DC). Manusia lebih
sensitif terhadap arus AC dibandingkan arus DC (sekitar 4-6 kali). Arus DC
menyebabkan satu kontraksi otot. Sedangkan arus AC menyebabkan kontraksi
yang kontinyu (tetani) dapat mencapai 40-110 kali/detik, sehingga menyebabkan
luka yang lebih parah. Pada tegangan rendah, arus searah tidak berbahaya
dibanding arus bolak-balik dengan ampere yang sama. Sebaliknya, pada tegangan
tinggi, arus searah lebih berbahaya. Efek AC pada tubuh manusia sangat
tergantung kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur dalam
satuan siklus/detik (hertz). Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya
dari arus frekuensi tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan dan
kekuatan yang sama. AC sebesar 60 hertz menyebabkan otot terpaku pada
posisinya, sehingga korban tidak dapat melepaskan genggamannya dari sumber
listrik. Akibatnya korban terkena sengatan listrik lebih lama sehingga terjadi luka
bakar yang berat. Arus DC dipakai dalam industri yang menggunakan proses
elektrolisa, misalnya pada pemurnian dan pelapisan atau penyepuhan logam. Juga
digunakan pada telepon (30-50 volt) dan kereta listrik (600-1500 volt). Arus AC
2
2. Tegangan (Voltage)
Kekuatan arus listrik diukur dalam ampere. 1 miliampere (mA) sama dengan
1/1,000 ampere. Kuat arus dapat dihitung dari tegangan (volt) dibagi dengan
tahanan (Ohm). 10 mA dapat menimbulkan rasa tidak enak (unpleasant
sensation). 10-60 mA dapat menghilangkan kontrol otot-otot dan dapat
menyebabkan asfiksia. Kuat arus lebih dari 60 mA dan berlangsung lebih dari 1
detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Arus 60-80 mA atau 200-250 mA
pada DC adalah berbahaya bagi manusia. Jika arus langsung mengalir ke jantung,
misalnya melalui sebuah pacemaker, maka bisa terjadi gangguan irama jantung
meskipun arus listriknya jauh lebih rendah (kurang dari 1 mA). Lobl O
mengatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas atas ketahanan
seseorang, pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran. Kematian akan
terjadi pada kuat arus sebesar 100 mA atau lebih.
Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah adalah saraf, pembuluh
darah, otot, kulit, tendo, dan tulang. Tahanan kulit + 500-10.000 Ohm. Kulit yang
kering mempuyai tahanan antara 2000-3000 Ohm, sedangkan kulit yang basah
mempunyai tahanan sekitar 500 Ohm. Resistensi kulit yang tertusuk atau tergores
atau resistensi selaput lendir yang lembab (misalnya mulut, rektum atau vagina),
hanya separuh dari resistensi kulit utuh yang lembab. Resistensi dari kulit telapak
tangan atau telapak kaki yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang
lebih tipis.
Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang
dilepaskan di permukaan. Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar
yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan
hangusnya jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya arus listrik.
Tergantung kepada resistensinya, jaringan dalam juga bisa mengalami luka bakar.
Aliran arus listrik adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus
listrik sejak masuk sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik
(point of entry) dapat pada setiap titik dari tubuh korban, tetapi karena adanya titik
keluar yangg juga dapat berbeda-beda, maka efek dari arus listrik tersebut
bervariasi dari yang ringan sampai berat. Jaffe (1928) mengatakan bahwa apabila
arus listrik masuk dari sebelah kiri bagian tubuh lebih berbahaya daripada apabila
masuk dari sebelah kanan. Schridde (1936) mendapatkan 88% kematian setelah
adanya kontak antara konduktor dengan tangan kiri. Bahaya terbesar bisa timbul
apabila jantung atau otak berada dalam posisi aliran dari arus listrik tersebut .
Arus listrik paling sering masuk melalui tangan, kemudian kepala dan
paling sering keluar dari kaki. Arus yang melewati kepala bisa menyebabkan:
a. Kejang.
b. Pendarahan otak.
c. Kelumpuhan pernapasan.
4
Semakin lama terkena listrik maka semakin banyak jumlah jaringan yang
mengalami kerusakan. Seseorang yang terkena arus listrik bisa mengalami luka
bakar yang berat. Pada tegangan yang rendah, arus listrik dapat menimbulkan
spasme otot-otot dan menyebabkan korban menggenggam konduktor, sehingga
arus listrik akan mengalir dalam beberapa saat. Pada keadaan ini dapat
menjadikan korban berada dalam keadaan syok yang mematikan. Sedangkan
tegangan tinggi, seseorang mungkin dapat segera terlempar/melepaskan
konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, oleh karena arus listrik dengan
tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk
otot yang tersentuh aliran listrik tersebut.
B. KLASIFIKASI
a. Kontak langsung
pemanasan elektrothermal
Biasanya lesi kulit luka bakar electrothermal yang berbatas tegas, deep- parsial
untuk luka bakar full-thickness 5.
Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban
terkena dari percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang
terbentuk antara dua benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain,
biasanya merupakan sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu
bunga api listrik adalah sekitar 2500 C, menyebabkan luka bakar yang sangat
mendalam pada titik di mana terjadi kontak dengan kulit. Dalam keadaan
lengkung, luka bakar dapat disebabkan oleh panas dari busur itu sendiri, pemanas
electrothermal akibat arus aliran, atau dengan api yang dihasilkan dari
pembakaran pakaian5.
i.
Luka bakar derajat II < 5%
ii.
Luka bakar derajat II 10% pada anak
iii.
Luka bakar derajat II < 2%1
ii.
Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
iii.
Luka bakar derajat III 10% atau lebih
iv.
Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan
genitalia/perineum.
v.
Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain. 1
C. Gejala Klinis
Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus
listrik. Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya
sehingga dia terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat.
Kedua hal tersebut bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul.
7
Kesadaran bisa menurun, pernafasan dan denyut jantung bisa lumpuh. Luka bakar
listrik bisa terlihat dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih
dalam6.
Kepala adalah titik kontak utama untuk cedera tegangan tinggi, dan
pasienmungkin menunjukkan luka bakar serta kerusakan neurologis. Katarak
timbul di sekitar 6 % kasus cedera tegangan tinggi, terutama bila tersengat
listrikdi sekitar kepala. Meskipun katarak mungkin hadirlebih cepat atau lambat
setelah kecelakaan itu, katarak biasanya muncul beberapa bulansetelah kejadian.
Ketajaman visual dan pemeriksaan funduskopi harus dilakukanpada kemudian
hari. Pasien harus segera dirujuk ke dokter mata untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya katarak ini6.
2. Sistem kardiovaskular
Serangan jantung, baik dari detak jantung atau fibrilasi ventrikel, adalah
kondisi umum yang akan terjadi dalam kecelakaan listrik. Pada Elektrokardiografi
(EKG) ditemukan sinus takikardi, sementara elevasi segmen ST, QT
reversibelsegmen perpanjangan, kontraksi ventrikel prematur, fibrilasi atrium,
danbundel branch block. Infark miokard akut dilaporkan tetapi relatif jarang.
Kerusakan otot rangka dapat menghasilkan peningkatan fraksi CPK-MB,
mengarah pada diagnosis palsu infark miokard dalam beberapa pengaturan6.
3. Kulit
Selain serangan jantung, luka yang paling dahsyat yang terjadi saat cedera
listrik adalah kulit terbakar, yang paling parah pada luka masuk dan tubuh yang
kontak dengan tanah. Bagian tubuh yang paling sering dari terkena kontak dengan
sumber listrik ialah tangan dan tengkorak. Daerah yang paling sering dari tanah
adalah tumit. Seorang pasien mungkin memiliki beberapa luka masuk dan titik
kontak dengan tanah. Luka bakar di listrik yang parah sering muncul keluhan
seperti rasa sakit, depresi, kuning abu-abu, belang-belang daerah dengan pusat
nekrosis, atau daerah yang mengeras seperti mumi. Arus tegangan tinggi
8
seringmengalir pada internal tubuh dan dapat membuat kerusakan otot besar. Jika
kontak dalam singkat. Namun, arus minimal mungkin terjadi dan kerusakan kulit
terlihat mungkin mewakili hampir semua kerusakan. Seseorang sebaiknya tidak
mencoba untuk memprediksi jumlah kerusakan jaringan di bawahnya dari jumlah
keterlibatan kulit. Cedera listrik yang paling umum terlihat pada anak-anak kurang
dari 4 tahun adalah mulut luka bakar yang terjadi dari mengisap pada kabel
ekstensi listrik rumah tangga. Luka-luka bakar biasanya merupakan luka bakar
busur lokal, mungkin melibatkan orbicularis oris otot, dan sangat
mengkhawatirkan ketika komisura yang terlibat karena dari kemungkinan
deformitas kosmetik. Sebuah risiko yang signifikan pendarahan tertunda dari
arteri labial ada ketika memisahkan escar . Kerusakan pertumbuhan dilaporkan ,
dan biasanya dirujuk ke bedah mulut6.
Pain : nyeri pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena
Pallor: kulit terasa dingin jika dipalpasi, warna kulit biasanya pucat
Parastesia: biasanya terasa panas dan gatal pada daerah lesi
Paralisi: diawali dengan ketidak mampuan untuk menggerakkan sendi
Pulselesness: berkurang atau hilangnya denyut nadi akibat adanya
gangguan perfusi arterial.
Dalam cedera tegangan tinggi, nekrosis otot dapat meluas ke tempat yang
jauh dari luka kulit yang terlihat, dan kompartemen sindrom terjadi sebagai akibat
dari pembuluh darahiskemia dan edema otot. Dekompresi fasciotomy atau
amputasi sering diperlukan karena kerusakan jaringan yang luas.
4. Ekstrimitas
9
D. Diagnosa
Jika korban tidak sadar atau telah mengalami cedera kepala, dilakukanCT
scan untuk memeriksa adanya kerusakan pada otak6.
E. Penatalaksanaan
1. Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di
tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah
membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan
keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak bisa
dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiramkan ke atas luka dalam waktu 15 menit
10
sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk mencegah terjadinya
hipotermia dan vasokonstriksi1,2,4,7.
2. Burn Resusitasi
4. Resusitasi cairan
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
11
a.Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan hipertonik
dan koloid 1,4,7:
Larutan kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah Ringer
Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam plasma
atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan normal,
cairan ini tidak hanya dipertahankan di ruang intravaskular karena cairan ini
banyak keluar ke ruang interstisial. Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan
meningkatkan volume intravaskuer 300 ml1,4,7.
Larutan hipertonik
Larutan koloid
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan cairan adalah efek
hemodinamik, distribusi cairan dihubungkan dengan permeabilitas kapiler,
oksigen, PH buffering, efek hemostasis, modulasi respon inflamasi, faktor
keamanan, eliminasi praktis dan efisien. Jenis cairan terbaik untuk resusitasi
dalam berbagai kondisi klinis masih menjadi perdebatan terus diteliti. Sebagian
orang berpendapat bahwa kristaloid adalah cairan yang paling aman digunakan
untuk tujuan resusitasi awal pada kondisi klinis tertentu. Sebagian pendapat
koloid bermanfaat untuk entitas klinik lain. Hal ini dihubungkan dengan
karakteristik masing-masing cairan yang memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada kasus luka bakar, terjadi kehilangan ciran di kompartemen interstisial secara
13
masif dan bermakna sehingga dalam 24 jam pertama resusitasi dilakukan dengan
pemberian cairan kristaloid1,4,7.
Pemeriksaan fungsi renal (ureum, kreatinin) dan urinalisis (berat jenis dan
sedimen).
Rumus Baxter:
Pada dewasa:
Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar
Pemberian cairan volume pada 8 jam pertama dan volume diberikan 16 jam
berikutnya.
Pada anak:
Hari I: RL:dex 5% = 17:3
2. Perawatan luka
(antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang
memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan
untuk mengatasi infeksi pada luka1,4,7.
F. Manajemen Nyeri
1) Evaluasi Nyeri
Sangat penting untuk melakukan evaluasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan terhadap pasien luka bakar khususnya terhadap perasaan nyeri
yang dialami untuk membantu memandu dalam memberikan jenis tatalaksana
analgetik yang tepat dan respon terhadap oobat yang telah tercapai. Hal-hal yang
perlu dievaluasi seperti lokasi nyeri, nyeri membaik atau memberat, tipe serta
intensitas nyeri8.
Intensitas nyeri pada pasien biasanya digambarkan dengan menggunakan
skala numerik (0-10). Semakin tinggi angkanya menunjukkan semakin berat
intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Selain menggunakan skala numerik
tersebut, untuk mengevaluasi intensitas nyeri juga dapat dilakukan dengan
menggunakan skala analog visual, skala deskriptif verbal, dan skala wajah dan
warna. Terdapat pula berbagai macam skala yang dikembangkan untuk
menggambarkan intensitas nyeri pada pasien-pasien yang tidak dapat
mengekspresikan perasaan nyeri mereka sendiri, misalnya pada pasien usia lanjut
yang mengalami gangguan fungsi kognitif dengan menggunakan skala nyeri
Abbey dan pada anak-anak dengan menggunakan skor FLACC. Terdapat empat
pola nyeri yang dapat diamati pada pasien luka bakar8.
18
2) Tatalaksana Farmakologi
3) Sebelum memberikan obat-obatan kepada pasien luka bakar, seorang
klinisi terlebih dahulu harus memahami perubahan status farmakokinetik
obat yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan proses patofisiologi
pada pasein. Selama 48 jam pertama, terjadi penurunan perfusi darah ke
organ yang akan mengurangi pembersihan obat, tetapi pada fase
hipermetabolik berikutnya (48 jam setelah cedera) terjadi peningkatan
pembersihan obat dari dalam sirkulasi. Adanya variasi kadar protein
plasma pada fase akut memicu terjadinya perubahan pada daya ikat dan
fraksi bebas obat. Oleh karena itu dosis obat akan sangat bervariasi pada
masing-masing individu dan dapat berubah setiap waktu pada individu
yang sama9.
Analgetik Opioid
Opioid merupakan fondasi utama dalam upaya mengontrol nyeri pada luka
bakar. Opiod sangat efektif dan variasi obatnya yang banyak tersedia memberikan
berbagai jenis pilihan potensi, metode pemberian dan lamanya kerja. Efek positif
dari obat ini adalah dapat memberikan rasa nyaman melebihi batas undividu untuk
merasakan perasaan bebas nyeri. Morfin telah terbukti berkorelasi positif dengan
menurunkan gejala sindrom stres pasca-trauma. Efek opioid sangat luas dan
berkorelasi dengan efek samping yang ditimbulkan seperti depresi pernapasan,
gatal, mual, dan muntah8,9.
19
serius yang akan dihadapi (seperti luka bakar yang parah). Penggunaannya juga
membutuhkan perhatian pada pasien dengan penyakit kardiovaskular dan
gastrointestinal8,9.
Antikonvulsan
Gabapentin dan pregabalin sering digunakan untuk mengobati nyeri
neuropatik pada pasien luka bakar. Obat ini mengurangi rasa nyeri dengan bekerja
secara langsung dan tidak langsung pada pusat nyeri. Secara langsung obat ini
mengurangi sensitisasi pusat nyeri dengan cara mengikat saluran kalsium dan
secara tidak langsung bekerja dengan menghambat reseptor presinaptik N-methyl-
D-aspartat (NMDA). Dosis gabapentin yang direkomendasikan pada
penatalaksanaan nyeri neuropatik adalah 300 mg dosis terbagi dengan titrasi yang
jika diperlukan dapat dinaikkan hingga 3600 mg/hari. Untuk anak-anak dapat
dimulai dengan dosis 10mg/kgBB dengan titrasi sebesar 40-50 mg/kgBB.
Pregablin merupakan senyawa yang sama dengan gabapentin dan diberikan
sebanyak dua kali sehari8,9.
Antidepresan
Antidepresan adalah obat yang efektif dan karena itu memiliki peran
penting dalam konsep pengobatan multimodal terhadap rasa sakit yang terkait
dengan luka bakar. Amitriptyline, yang digunakan dalam dosis rendah, memiliki
peran yang cukup signifikan dalam pengelolaan nyeri neuropatik. Kerjanya adalah
dengan mengaktifkan jalur penghambatan di sumsum tulang belakang. Dosis yang
dibutuhkan biasanya tidak lebih dari 75 mg per hari. Selective serotonin reuptake
inhibitor (SNRTI) juga dapat digunakan dalam kasus intoleransi terhadap efek
samping dari trisiklik. Efek analgesik dari antidepresan biasanya terjadi dalam
beberapa hari atau minggu8.
Ketamine
Ketamine merupakan antagonis non-kompetitif reseptor NMDA dan dapat
digunakan untuk sedasi sadar selama tindakan mengganti pakaian pada pasien
luka bakar. Obat ini menginduksi keadaan anestesi disosiatif dengan dosis
21
Benzodiazepine
Karena gangguan kecemasan dapat memperburuk keluhan nyeri,
penggunaan obat anti cemas terkait dengan obat analgesik merupakan tindakan
yang sering dilakukan di banyak pusat pelayanan kesehatan. Ketakutan dan
ketegangan dapat menurunkan toleransi terhadap rasa sakit. Pasien luka bakar
yang paling diuntungkan dari penggunaan terapi benzodiazepin adalah pasien-
pasien dengan tingkat kecemasan dan rasa sakit yang tinggi. Ketika dibutuhkan
obat dengan onset kerja yang cepat, midazolam merupakan pilihan yang tepat
untuj tujuan tersebut. Lorazepam lebih cocok daripada diazepam pada kelompok
pasien luka bakar karena sering terjadi penurunan metabolisme hepatik pada
pasien ini, yang dapat memperpanjang metabolism obat dari dalam tubuh8,9.
Alpha-2 agonist
Alpha-2 agonist memiliki sifat menarik yang memudahkan
penggunaannya dalam manajemen analgesik pasien luka bakar. Clonidine dapat
digunakan secara aman dalam pengelolaan analgesik korban luka bakar anak.
Pada beberapa pusat luka bakar, obat tersebut rutin diberikan untuk anak-anak dan
orang dewasa. Dexmedetomidine memiliki durasi kerja yang lebih dari dari
clonidine dan kerjanya lebih selektif terhadap alpha-2 reseptor8,9.
G. Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting.Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan
22
MODS.Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi,ss yaitu atrofi
mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada
ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin
graft loss merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh
hematoma, infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat
terjadi jaringan parut pada kulit berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan
kontraktur.Kontraktur kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekeauan
sendi. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi yang intensif dan
kontraktur memerlukan tindakan bedah1,4,7.
H. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas
permukaan badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan
kecepatan pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10
hari tanpa adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14
hari dan mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi
gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk
membuang jaringan parut1,4,7.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R & Jong W.D., 2005. Luka Bakar dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. Penerbit : EGC. Jakarta.
5. Mayo clinic staff . Burns First Aids.. [Internet]. Mayo clinic.com. 2008
[cited 5 July 2015]. Available from : http://www.mayoclinic.org/first-
aid/first-aid-burns/basics/art-20056649