You are on page 1of 5

MENGENAL KHASANAH

PUSAKA ARSITEKTUR NEGERI ISTANA

SEMINAR NASIONAL ARSITEKTUR NUSANTARA


12 APRIL 2017 DI SIAK SRI INDRAPURA

Arsitektur yang dikenal dengan istilah Seni Bina dalam


bahasa Melayu merupakan wujud dari sebuah kebudayaan,
ia mewakili suatu bentuk bahasa non verbal manusia.
Berbicara tentang Tamadun Melayu maka tidak akan bisa
dilepaskan dari konteks tamadun yang unggul ,tersebar dari
semenanjung hingga menyusur jauh ke lautan pasifik
disekitar Oceania. Dalam catatan sejarah dibahagian Selat
Malaka sepanjang pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung
Malaya terdapat beberapa kerajaan besar, keberadaanya
tidak bias dinafikan dalam memberikan sumbangan kepada
perkembangan Tamadun Melayu hingga hari ini. Pada
banyak catatan kuno dari China disebutkan bahwa wilayah
ini merupakan tempat tumpuan para pedagang lintas benua
berkenaan dengan keluaran hasil bumi pulau sumatera dan
semenanjung Malaya.

Kedudukan geografis sebagai tempat tumpuan para


pedagang lintas benua ini berdampak pada banyak
pengaruh kepada kebudayaan termasuk seni bina sebagai
salah satu unsur dari kebudayaan itu sendiri, paling tidak
ada tiga pengaruh besar yaitu, Hindu-Budha,Islam dan
Kolonial/Barat.

Siak Sri Indrapura sebagai sebuah kerajaan besar di


Timur Sumatera tidak bisa dilepaskan dari riuhnya
perdagangan di wilayah ini, bahkan jauh sebelum Siak Sri
Indrapura wujud abad 18, wilayah disepanjang sungai Jantan
ini dikatakan terdapat beberapa kerajaan dan suku yang
ramai melakukan aktifitas perdagangannya. Selama berabad
abad suku bangsa yang datang memberikan pengaruh
kebudayaan kepada Tamadun Melayu diwilayah ini yang
masih terus diwariskan hingga sekarang, termasuk corak
dan ragam seni bina yang ada.

Kekayaan corak dan ragam seni bina Tamadun Melayu


ini dapat kita temukan di Siak, banyak bangunan-bangunan
bersejarah yang hingga kini masih kokoh berdiri , namun
tidak sedikit juga bangunan lainnya hilang dengan berbagai
sebab, salah satunya adalah karena material bangunan seni
bina Melayu banyak yang terbuat dari material kayu yang
jika tidak dirawat akan hancur/lapuk. Ada beberapa
bangunan bersejarah yang hingga saat ini masih berdiri
kokoh terawat bahkan menjadi khasanah pusaka arsitektur
Siak Sri Indrapura, yaitu :

1. Istana Asserayah Hasyimiah,


Istana Asserayah Hasyimiah, bangunan istana ini dibangun
pada masa Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin (1890)
untuk menggantikan istana sebelumnya terbuat dari kayu
ditepi sungai jantan (Siak). Corak Arsitektur Timur
Tengah,India dan Eropa serta sentuhan Arsitektur Melayu
sangat kental disini, dirancang oleh arsitek berkebangsaan
German Van De Worde ,bangunan berbahan bata dan beton
ini terdiri dari dua lantai dengan enam ruang di lantai bawah
dan Sembilan ruang dilantai atas. Ornamen didatangkan
khusus dari beberapa Negara Eropa dan keramik dari
Perancisn. Dipuncak bangunan terdapat enam patung elang
sebagai symbol keberanian Istana dan patung ini dirancang
khusus oleh arsitek kerajaan berdarah Melayu yakni Tengku
Sulung Putra ( Sayid Abdurrahman) dengan Gelar Sida-Sida
Indra.

2. Koto Istana ( Komplek Istana )


Didalam Lingkungan Istana juga terdapat beberapa
bangunan lainnya seperti Istana Limas,Istana Peraduan dan
Istana Panjang. Sementara di depan Lingkungan istana
langsung berhadapan dengan Sungai Siak terdapan alun-
alun dan Istana Melintang di sisi Timur serta Masjid Kerajaan
di Sisi Barat.

3. Masjid Raya Syahabuddin


Masjid Kerajaan yang bernama Masjid Raya Syahabuddin
merupakan saksi sejarah Kesultanan Melayu Islam Siak Sri
Indrapura didirikan pada tahun 1926 oleh Sultan Assayadis
Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin atau Sultan Syarif Kasim II
. Bernama Syahabuddin diambil dari kata Syah yang dalam
bahasa Persia berarti Penguasa dan Al-Din dari bahasa
Arab yang berarti Agama, Syahabuddin sendiri bermakna
bahwa Sultan bukan hanya penguasa negeri tetapi juga
seseorang penguasa agama. Corak Masjid bata ini
merupakan perpaduan Timur Tengah dan Melayu dengan
bukaan menyerupai Istana Siak. Arsitek masjid ini belum
diketahui, tetapi menurut dugaan Sultan Syarif Kasim II
sangat berperan dalam perancangan bangunan ini dibantu
oleh Arsitek Kerajaan Sida-Sida Indra.

4. Balai Rung Seri ( Balai Kerapatan Tinggi )


Balai Rung Seri dibangun oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul
Jalil Syaifuddin, bersamaan dengan Istana Siak. Lingkungan
bangunan ini disebut juga Koto Balai, Fungsi dari bangunan
ini adalah tempat penobatan Sultan dan dipergunakan juga
sebagai tempat bermusyawarah pembesar kerajaan dan
pengadilan kesultanan Siak Sri Indrapura.
Bangunan ini terdiri dari dua lantai, dengan ruang utama
berada di lantai atas memiliki tiga ruangan untuk ruang
sidang, ruang panitera dan ruang tunggu. Sementara
dilantai bawah terdapat tiga ruangan yang dibagi kedalam
tujuh bilik sebagai ruang kantor pejabat kerajaan.
Pintu masuk utama ke gedung ini terbuat dari beton
menghadap sungai Siak (Selatan) dan terdapat bangunan
dermaga kecil yang diberi nama Balai Air sementara disisi
Barat terdapat tangga Kayu dan sisi Timur Tangga Spiral
Besi. Perbedaan tangga ini bermakna jika sesorang yang
disidang terbukti bersalah maka dia akan turun melalui
tangga kayu dan jika terbukti tidak bersalah maka dia akan
turun dari tangga spiral besi. Arsitek bangunan ini adalah
Tengku Sulung Putra (Sayid Abdurrahman) yang bergelar
Sida-sida Indra (Arsitek Kerajaan) atau dalam bahasa
Belanda disebut Architic Open Bare Weken.

5. Sultanah Latifah School


Pada tahun 1927 dibangunlah sebuah sekolah yang bernama
Sultanah Latifah School.Bangunan ini berada tidak jauh dari
Istana Siak, karena diperuntukan bagi anak-anak perempuan
pejabat lingkungan kerajaan dan bersifat sekolah agama
khusus perempuan namun sesuatu yang lazim dimasa itu
penggunaan school sebagai nama sekolahnya yang
berasal dari barat.

Disamping kemegahan bangunan tinggalan Kerajaan Siak


diatas tadi, kehadiran seni bina tradisional yang hadir ceruk-
ceruk kampung sebagai bagian Tradisi Membangun
masyarakat local perlu digali dan dihadirkan kembali, karena
kecenderungan pada hari ini rumah-rumah tradisional mulai
ditinggalkan dan hilang tergerus modernisasi sebab
dianggap kuno. Padahal jika dilihat lebih dalam lagi tradisi
masyarakat Melayu dalam membangun seni bina tradisional
di kampong-kampung memiliki nilai dan makna yang sangat
tinggi, baik secara teknis ketukangan, social masyarakat
maupun kearifannya dalam menyesuaikan dengan
lingkungan ekologi setempat. Kesadaran untuk
membangkitkan kembali batang terendam, melalui seni
bina sangat diperlukan, diantaranya dengan seminar dan
diskusi yang di taja Ikatan Arsitek Indonesia daerah Riau dan
Pemkab Siak bertema Arsitektur Nusantara serta Ziarah
Arsitektur dalam satu rangkaian kegiatan memperkenalkan
kembali khasanah Arsitektur Negeri Istana. Bersamaan
dengan masuknya Kabupaten Siak kedalam program Kota
Pusaka di Indonesia melalui kegiatan P3KP (2016) maka
kegiatan ini diharapkan mampu mendorong Pemerintah dan
Masyarakat Siak untuk terus melakukan upaya Pelestarian
Pusaka Budaya dan sejarah Melayu khsususnya di Siak Sri
Indrapura , menuju Siak sebagai Kota Pusaka Dunia (World
Heritage City)

Wassalam

You might also like