You are on page 1of 85

PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN AYAT AL

QURAN DALAM PELAJARAN AL QUR'AN HADITS


MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING SISWA KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM
KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI
KAB. GROBOGAN

SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Pada Jurusan Tarbiyah

Disusun Oleh :
DWI HARTININGSIH
NIM : 11408173

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2010
NOTA PEMBIMBING

Lamp : 3 Eks
Hal : Naskah Skripsi
Saudara Dwi Hartiningsih

Kepada
Yth: Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga

ASSALAMUALAIKUM, WR. WB
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami
kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Dwi Hartiningsih
NIM : 11408173
Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam
Judul : PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN AYAT AL
QURAN DALAM PELAJARAN AL QUR'AN HADITS
MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING SISWA KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM
KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN

Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
WASSALAMUALAIKUM, WR.WB

Pembimbing

Muh. Hafidz, M.Ag


NIP 19730801 200312 1 002

ii
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433
Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN
Skripsi Saudara : DWI HARTININGSIH dengan Nomor Induk Mahasiswa:
11408173 yang berjudul: PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN
AYAT AL QURAN DALAM PELAJARAN AL QUR'AN HADITS MELALUI
METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS VI MI
MANBA'UL 'ULUM KARANGLANGU KEC. KEDUNGJATI KAB.
GROBOGAN Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan
Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai
bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

25 September 2010 M
Salatiga,
Syawal 1431 H

Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Imam Sutomo, M.Ag Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd


NIP. 19580827 198303 1 002 NIP. 19670112 199203 1 005

Penguji I Penguji II

______________________ ____________________
NIP. NIP.

Pembimbing

Muh. Hafidz, M.Ag


NIP. 19730801 200312 1 002

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : DWI HARTININGSIH
NIM : 11408173
Judul Skripsi : PENINGKATAN PEMAHAMAN KANDUNGAN
AYAT AL QURAN DALAM PELAJARAN AL
QUR'AN HADITS MELALUI METODE
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA
KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM KARANGLANGU
KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut
dalam daftar pustaka.

Salatiga, 25 September 2010


Yang Menyatakan

DWI HARTININGSIH

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya yang


demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang orang khusyuk.
(Q.S. Al Baqarah: 45)

Kesabaran yang selalu diikuti ketaqwaan kepada Allah SWT akan selalu
membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita lakukan dan kita harapkan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan.
(Q.S. Al Insyirah: 6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:


1. Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu membimbing, mendo'akan dan
memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi kelancaran
studyku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.
2. Suami dan anakku tersayang
3. Rekan-rekan di STAIN Salatiga, yang senantiasa memberi dorongan
kepada saya untuk menyelesaikan studi

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang
Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai
keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis
mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa
terselesaikan.
Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi
Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin
Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah
merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya
dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka
terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul PENINGKATAN
PEMAHAMAN KANDUNGAN AYAT AL QURAN DALAM PELAJARAN
AL QUR'AN HADITS MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING SISWA KELAS VI MI MANBA'UL 'ULUM KARANGLANGU
KEC. KEDUNGJATI KAB. GROBOGAN" Dengan terbentuknya skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada :
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi.
3. Bapak Muh Hafidz, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dengan iklhas dan sabar.
4. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat
ganda. Amin.

vi
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa
senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan
bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, Agustus 2010


Penyusun

Dwi Hartiningsih

vii
ABSTRAK

Dwi Hartiningsih. 2010. Peningkatan Pemahaman Kandungan Ayat Al Quran


dalam Pelajaran Al Qur'an Hadits melalui Metode Contextual Teaching
And Learning Siswa Kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec.
Kedungjati Kab. Grobogan. Skripsi, Jurusan Tarbiyah. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing. Muh Hafidz, M.Ag

Kata Kunci : Pemahaman Kandungan Al Qur'an dan Metode Contextual


Teaching And Learning

Membaca al-Quran bagian dari pendidikan agama Islam dan di sekolah


mulai di tingkat dasar termasuk materi yang penting, disamping siswa diharapkan
menjadi anak yang berbudi pekerti baik, rajin beribadah dan kuat imannya, maka
tidak ada suatu alasan melainkan anak harus ditekan untuk belajar membaca al-
Quran.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana aplikasi
pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam Mata
pelajaran Qur'an Hadits siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec.
Kedungjati Kab. Grobogan? Bagaimana hasil pembelajaran mata pelajaran Qur'an
Hadits dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam
meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek (siswa memahami arti
surat pendek dengan nilai lebih dari 70)
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran
pemahaman kandungan surat-surat pendek melalui metode Contextual Teaching
and Learning (CTL) sisiwa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec.
Kedungjati kab. Grobogan dan untuk mengetahui hasil pembelajaran mata
pelajaran Qur'an Hadits melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
dalam meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek siswa kelas VI
MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang terdiri 3 siklus,
dimana masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peningkatan kemampuan siswa
secara klasikal dalam memahami kandungan Al Quran berdasarkan hasil tes
formatif dari siklus I, II dan III adalah 46,15%, 73,07% dan 92,30%. Dengan
demikian melalui penerapan metode CTL mampu meningkatkan kemampuan dan
pembelajaran dengan menggunakan metode CTL meningkatkan pemahaman
siswa, yaitu nilai t hitung sebesar 3,548 dibandingkan dengan t tabel untuk sampel
26 sebesar 2,056 berarti lebih besar t hitung, sehingga dapat dinyatakan ada
peningkatan pemahaman siswa

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................ v
HALAMAN KATA PENGANTAR .......................................................... vi
ABSTRAK................................................................................................ viii
HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................ viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ................................................................ x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ............................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................. 5
D. Hipotesis Tindakan .............................................................. 6
E. Kegunaan Penelitian ............................................................. 6
F. Definisi Operasional ............................................................. 7
G. Metode Penelitian ................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pemahaman kandungan surat-surat pendek........................... 14
B. Metode CTL ........................................................................ 21
C. Peningkatan Pemahaman surat pendek melalui CTL ............. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Subjek Penelitian................................................................ 38
B. Rancangan Penelitian ......................................................... 38
C. Deskripsi Per Siklus ........................................................... 41

ix
D. Instrumen Penelitian........................................................... 43
E. Kriteria Penilaian ............................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Per Siklus ............................................................. 46
B. Pembahasan.......................................................................... 62

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 70
B. Saran .................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 72


LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

TABEL I NILAI EVALUASI SIKLUS I

TABEL II HASIL EVALUASI SIKLUS I

TABEL III NILAI SETELAH SIKLUS II

TABEL IV HASIL EVALUASI SETELAH SIKLUS II

TABEL V NILAI SETELAH SIKLUS III

TABEL VI HASIL EVALUASI SIKLUS III

xi
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR I GRAFIK NILAI SIKLUS I

GAMBAR II GRAFIK NILAI SIKLUS II

GAMBAR III GRAFIK NILAI SIKLUS III

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mewujudkan masyarakat yang Islami, banyak hal yang

sangat dibutuhkan, antara lain adalah kemampuan membaca dan memahami

Al Quran, karena Al Quran menganjurkan supaya manusia memperdalam

pengetahuannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dengan

membaca dan memahami ayat-ayat Al Quran, maka seseorang akan dapat

memahami kehidupan dunia dan akhirat.

Setiap muslim yang mempercayai Al Quran mempunyai kewajiban

dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya. Diantara kewajiban dan

tanggung jawab itu ialah mempelajarinya dan mengajarkannya. Belajar dan

mengajarkannya Al Quran adalah kewajiban yang suci lagi mulia.

Rasulullah SAW telah mengatakan "Sebaik-baik kamu ialah orang yang

mempelajari Al Quran dan mengajarkannya"1.

Untuk mewujudkan kemampuan seseorang dalam membaca dan

memahami Al Quran, orang tualah sebagai penanggung jawab yang

pertama dan utama. Sebab orang tua selalu berharap agar anak-anaknya

kemudian hari menjadi anak yang sholih dan sholikhah, selalu cinta kepada

Al Quran, akhirnya akan selalu berbakti kepada orang tua, berguna bagi

1
Shohih Bukhari Muslim,, Jakarta, Pustaka Imani, 2002, hlm. 214
2

agama, negara dan bangsa serta menjadi orang yang dapat dipercaya oleh

masyarakat.

Untuk menjadikan anak yang mampu dan pandai membaca Al

Quran, bahkan dapat mengamalkannya perlu ditangani secara serius dan

secara kontinyu2. Namun kadang-kadang orang tua kurang mampu untuk

mengajar, mungkin karena berbagai keterbatasan. Keterbatasan itu antara

lain mungkin keterbatasan waktu karena sibuk dengan pekerjaan,

keterbatasan kemampuan dan keterampilan membaca Al Quran dan

sebagainya.

Pendidikan yang disampaikan guru merupakan upaya guru untuk

membantu orang tua dalam memberikan pendidikan, karena guru

merupakan orang tua kedua setelah orang tua yang sebenarnya dalam

kehidupan rumah tangga. Oleh karena itu, peran guru merupakan peran

yang amat penting dalam mendidik anak.

Guru memegang peranan yang penting dalam proses belajar

mengajar. Dipundaknya dipikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh

usaha kependidikan persekolahan.3 Maka yang berperan dalam hal ini

adalah guru, gurulah yang bertugas dalam mengelola siswa.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN)

pasal 27 ayat (3) dikemukakan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang

khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Di samping itu ia punya

2
Zainudin, Pendidikan dalam Keluarga Muslim, Jakarta, Bina Insani, 2001, hlm. 24
3
Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Depag RI, 2001, hlm. 4
3

tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing dan mengelola

administrasi sekolah.4

Memahami kandungan ayat Al-Quran merupakan salah satu standar

kompetensi Al-Quran yang diajarkan di dalam pembelajaran pendidikan

Agama Islam. Materi Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima kompetensi,

yaitu kompetensi Al-Quran, akidah, akhlak, syariah/ ibadah dan tarikh/

sejarah. Kelima kompetensi tersebut tidak terlepas dari ayat-ayat Al-Quran

yang dijadikan bahan rujukan atau dalil, sehingga siswa diharapkan mampu

memahami kandungan ayat-ayat Al-Quran sebagai dasar di dalam

mewujudkan lima kompetensi tersebut. Namun kenyataannya siswa kelas

VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan

sebagian besar belum mampu memahami kandungan surat-surat pendek

yang diajarkan dengan benar. Hal ini mungkin karena penerapan metode

pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kurang tepat.

Metode pembelajaran yang dipakai masih menggunakan metode

konvensional yaitu ceramah dan pemberian tugas, sehingga siswa tidak

tertantang untuk memahami surat-surat pendek. Akibatnya siswa kurang

banyak yang memahami kandungan surat-surat pendek yang terlihat dari

nilai siswa yang rendah dalam mata pelajaran PAI serta kurang aktifnya

siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Dengan adanya penelitian ini, pembelajaran Pendidikan Agama

Islam melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

4
Depag RI, Standar Mutu Pendidikan Agama Islam, Depag, 2001, hlm. 6
4

diharapkan pemahaman kandungan surat-surat pendek siswa kelas VI MI

Manba'ul Ulum dapat meningkat, mencapai hasil belajar di atas batas tuntas

dan dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu

alternatif dari kondisi tersebut adalah penerapan metode baru yang mampu

meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa terlibat

dalam melakukan pemahaman. Salah satunya dengan menerapkan metode

Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran dengan Contextual Teaching and Learning (CTL)

adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam

kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari;

Sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks

yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri,

sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai

anggota masyarakat 5.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dalam

penelitian ini mengangkat permasalahan aplikasi pembelajaran dengan

pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam Mata pelajaran Qur'an

Hadits dalam meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek

siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab.

Grobogan.

5
Nurhadi dan Senduk, Pembelajaran Kontekstual, Jakarta, Depdiknas, 2004, hlm. 7
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana aplikasi pembelajaran dengan pendekatan Contextual

Teaching and Learning dalam Mata pelajaran Qur'an Hadits siswa kelas

VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan?

2. Bagaimana hasil pembelajaran mata pelajaran Qur'an Hadits dengan

pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam meningkatkan

pemahaman kandungan surat-surat pendek (siswa memahami arti surat

pendek dengan nilai lebih dari 70)?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui aplikasi pembelajaran pemahaman kandungan surat-

surat pendek melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

sisiwa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati kab.

Grobogan.

2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran mata pelajaran Qur'an Hadits

melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam

meningkatkan pemahaman kandungan surat-surat pendek siswa kelas VI

MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan.


6

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang harus dibuktikan

kebenarannya melalui penelitian. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah Bahwa dengan menggunakan metode Contextual Teaching and

Learning dapat meningkatkan pemahaman kandungan ayat-ayat Al Quran

siswa kelas VI MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab.

Grobogan

E. Kegunaan Penelitian

Apabila penelitian tersebut dapat terwujud, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademik maupun

manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat akademik

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan masukan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di sekolah dasar dan Sekolah lain pada umumnya.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai masukan bagi pengajar Pendidikan Agama Islam di sekolah

menengah kejujuran guna memenfaatkan pendekatan Contextual

Teaching and Learning.


7

b. Sebagai masukan bagi kepala sekolah dal;am mengelola sekolah

khususnya memotivasi guru untuk selalu mencoba menggunakan

berbagai pendekatan untuk meningkatkan prestasi belajr siswa.

F. Definisi Operasional

1. Peningkatan

Peningkatan merupakan suatu bentuk perubahan tingkat dari

tingkat tertentu6. Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya lapis

dari sesuatu yang bersusun atau berlenggek-lenggek seperti lantai yang

berketinggian, lenggak rumah, tutupan pada tangga, jenjang, tingkatan:

tinggi rendah martabat, kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban dan

sebagainya7.

2. Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham, yang mendapat konfiks pe-

an. Pemahaman berarti sebagai suatu hasil dalam memahami sesuatu8.

Pemahaman merupakan upaya untuk memahami suatu masalah dengan

menggunakan metode tertentu.

3. Kandungan

Kandungan secara harfiah dimaknai sebagai tempat untuk

mengandung janin. Kandungan dalam penelitian ini berarti makna yang

terkandung dalam sesuatu9. Kandungan yang dimaksud dalam penelitian

6
Lukman Ali, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Bina Cipta, 2000, hlm. 247
7
Novianto HP, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Setia Pustaka, Surakarta, 1999, hlm 538
8
Ibid, hlm. 224
9
Ibid, hlm. 167
8

ini adalah makna yang mendalam yang terdapat dalam suatu ayat,

sehingga memberikan pengertian yang utuh terhadap suatu masalah.

4. Ayat Al Quran

Quran menurut bahasa berarti bacaan. Menurut istilah : Al

Quran adalah Kalam Allah yang bernilai mujizat yang diturunkan

kepada penguasa para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril

yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita dengan

mutawatir, membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat Al

fatikah dan ditutup dengan surat An Nas10.

Al-Qur'an adalah kalam Allah berupa mukjizat, diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW, melalui malaikat Jibril, ditulis dalam

mushaf, dinukilkan secara mutawatir, merupakan ibadah bagi yang

membacanya dan diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan

surat al-Nas11.

5. Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru

menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari; Sementara siswa

memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas,

sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai

10
Syekh Muhammad Ali Ash Shabuni, Ikhtisar Ulumul Quran, Jakarta, Pustaka Amanani,
hlm. 3
11
Prof.Dr.Budihardjo, M.Ag, Ketika Kebajikan menjadi Sebuah Pilihan: Reorientasi AL-
BIRR dalam Tafsir Tematik, STAIN Salatiga Press, Salatiga, 2002, hlm. 3
9

bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota

masyarakat.12

6. Siswa MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab.

Grobogan

Siswa MI Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab.

Grobogan merupakan siswa kelas VI yang menjadi obyek penelitian.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang

dilaksanakan dalam 3 siklus. Penelitian ini menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah

suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan ytang

dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari rtindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek

pembelajaran tersebut dilakukan13. Sedangkan menurut Mukhlis PTK adalah

suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan

untuk m,emperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan dalam 2 siklus. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus,

mengingat jumlah jam pelajaran Qur'an hadits yang hanya 2 jam

12
Nurhadi dan Senduk, opcit, hlm. 13
13
Mukhlis, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, Unnes, 2003, hlm.3
10

pelajaran dalam satu minggu. Setiap siklus memuat perencaan, tindakan/

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Melalui dua siklus tersebut

diharapkan pembelajaran dengan pendekatan CTL sudah dapat

meningkatkan hasil pembelajaran.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI MI Manba'ul 'Ulum

Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan Tahun Pelajaran

2009/2010. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VI sebanyak 32

orang siswa.

3. Siklus Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2

(dua) siklus. Tetapi jika dengan dua siklus belum memenuhi apa yang

diharapkan, peneliti mengambil tindakan kelas kembali. Setiap siklus

dilaksanakan sesuai perencanaan dan harapan yang ingin dicapai.

Sebagai langkah awal diadakan latihan soal untuk evaluasi. Untuk

mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan siswa dalam mengubah

pangkat negative menjadi positif atau sebaliknya. Dari evaluasi tersebut

diadakan refleksi untuk menentukan tindakan selanjutnya. Penelitian ini

dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklusnya memiliki 4 tahapan yaitu

(1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut.


11

a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah

melalui wawancara dengan guru PAI, memantau kegiatan

belajar mengajar di kelas, dan melakukan observasi pada siswa.

b. Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana

pembelajaran yang dilengkapi LKS.

c. Menyiapkan alat dan bahan pelajaran untuk pelaksanaan

pengamatan maupun diskusi.

d. Membuat lembar observasi untuk menilai performance guru

dalam pembelajaran

2. Pelaksanaan

Langkah penelitian masing-masing siklus adalah sebagai berikut:

a. Tahap apersepsi (inisisasi, invitasi, dan ekplorasi) yang

mengemukakan contoh memahami kandungan ayat Al Quran.

b. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui membaca

sumber materi yang dimiliki dan menyimpulkannya.

c. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu

menganalisis isu atau masalah yang telah dikemukakan di awal

pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami

sebelumnya.

d. Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberikan

pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada

siswa.
12

e. Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan

konsep. Hasil dianalisis kemudian dilanjutkan dengan siklus II.

3. Pengamatan
Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara peneliti,

teman sejawat, pembimbing, kepala sekolah dan siswa kelas VI MI

Manba'ul 'Ulum Karanglangu Kec. Kedungjati Kab. Grobogan.

a. Teman sejawat mengamati proses perbaikan pembelajaran yang

terutama difokuskan pada kegiatan guru dalam penggunaan

metode CTL.

b. Teman sejawat mencatat semua temuan pada saat proses

pembelajaran

4. Refleksi

Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada

mata pelajaran PAI maka hasil refleksi kemudian dituliskan untuk

dilanjutkan pada siklus II.

3. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan

kelas meliputi lembar observasi, LKS dan tes baik lisan maupun tertulis

untuk mengetahui kemampuan siswa memahami ayat Al Quran.

4. Pengumpulan data

a. Sumber data yang meliputi : siswa, guru, dokumen dan proses belajar

mengajar.
13

b. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini : 1) rencana

pembelajaran, 2) data-data di Sekolah; 3) hasil observasi; 4) hasil

wawancara.

c. Cara pengambilan data, yaitu : 1) observasi; 2) wawancara; dan 3)

studi dokumentasi

5. Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini analisis data dilakukan

dengan deskriptif persentase, yaitu hasil tes dievaluasi kemudian

dilakukan analisis dengan kriteria sebagai berikut:

Siswa dinyatakan tuntas dalam memahami ayat Al Quran jika ketuntasan

klasikal yang dicapai > 75%.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Kandungan Surat-surat Pendek Al Qur'an

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham, yang mendapat konfiks pe-

an. Pemahaman berarti sebagai suatu hasil dalam memahami sesuatu 1.

Pemahaman merupakan upaya untuk memahami suatu masalah dengan

menggunakan metode tertentu.

Pemahaman juga didefinisikan sebagai langkah untuk

mendalami suatu materi dengan cara mencermati secara detail sehingga

mengerti makna apa yang sedang dipelajari2.

2. Kandungan Surat-surat Pendek Al Qur'an

Al-Quran adalah kitab suci agama Islam untuk seluruh umat

muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan

spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat

kiamat besar. Di dalam surat-surat dan ayat-ayat Al Qur'an terkandung

kandungan yang secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa hal

pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi dari masing-

masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagai berikut ini3:

1
Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Yogyakarta, Yrama Widya, 2008, hlm. 224
2
Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1998, hlm. 528
3
Sembodo Ari Widodo, Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta, Graha Ilmu, 2004, hlm. 28

14
15

a. Aqidah / Akidah

Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai

kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia.

Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan

keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur

dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah

satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya

terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.

b. Ibadah

Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa4. Dari

pengertian "fuqaha" ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang

dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah

SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti

yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua

kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di

bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah

mampu menjalankannya.

c. Akhlaq / Akhlak

Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak

yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau

akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW

tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap

4
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2009, hlm. 14
16

manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi

laranganNya.

d. Hukum-Hukum

Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah

kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan

penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti

bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur'an ada beberapa

jenis atau macam seperti jinayat, mu'amalat, munakahat, faraidh dan

jihad.

e. Peringatan / Tadzkir

Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan

kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau

waa'id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang

yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga

jannah atau waa'ad. Di samping itu ada pula gambaran yang

menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan

kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya

tarhib.

f. Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah

Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang

terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah

SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat

atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan


17

sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari

sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.

g. Dorongan Untuk Berpikir

Di dalam al-qur'an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan

yang memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat

dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam

semesta.

3. Pemahaman Kandungan Ayat Al Qur'an

Setiap kepala manusia bisa jadi berbeda dalam memahami satu

ayat di dalam Al-Quran, makanya hal semacam ini dilarang di dalam

agama, Nabi bersabda sebagaimana yang diriwayatkan Bukhari, yang

artinya, Barangsiapa yang menafsirkan Al-Quran dengan akalnya, bila

mana benar pun, tetap dianggap salah. 5

Salah satu hikmah yang dapat diambil dari hadist di atas adalah,

apabila umat Islam satu jalan dalam memahami Al-Quran, akan

terwujudnya persatuan umat Islam yang didasari kepada kesatuan

pemahaman. Yang jelas Al-Quran harus dipahami sebagaimana

pemahaman orang yang paling paham mengenai Al-Quran itu sendiri.

Sedangkan orang yang paling tahu mengenai Al-Quran adalah

Rasulullah. Inilah beberapa kaidah yang diajarkan oleh Rasullulah di

dalam memahami Al-Quran:

5
Nashih Ulwan, Kumpulan Hadits Shohih, Depag RI, Jakarta, 1998, hlm. 14
18

a. Menafsirkan Ayat Al-Quran Dengan Ayat Al-Quran

Ini adalah martabat atau tingkat yang paling tinggi di dalam kaidah

penafsiran Al-Quran. Bagaimana contohnya? Sebagaimana firman

Allah dalam surat Ath-Thariq ayat 1-3:

Artinya:

Demi langit dan thariq. Tahukah kamu apakah thariq itu? (yaitu)
bintang yang cahayanya menembus.6 (QS At Thorieq: 1-2)

b. Menafsirkan Ayat Dengan Hadist Yang Shahih

Jika satu kata di dalam sebuah ayat tidak ada penjelasannya di

dalam ayat yang lain, maka perlu dicari penjelasan ayat tersebut dari

hadist Rasulullah yang shahih, karena beliau adalah manusia yang

paling tahu akan apa yang dimaksudkan Allah di dalam ayat-Nya.

Bagaimana contohnya? Dari sahabat Ibnu Masud

radhiyallahuanhu, ia berkata: Ketika turun ayat:

Artinya:

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan


mereka dengan kedzaliman, mereka itulah orang-orang yang akan
mendapatkan keamanan (QS Al Anam: 82)7,

6
Depag RI, Al Quran dan Terjemahnya, Depag RI, Jakarta, 1976, hlm. 1048
7
Ibid, hlm. 109
19

c. Menafsirkan Ayat Al-Quran Dengan Perkataan Para Sahabat

Para sahabat adalah orang-orang yang belajar Islam langsung dari

Rasulullah. Jadi penafsiran mereka (seperti Ibnu Abbas, Ibnu

Masud dan yang lainnya) memiliki martabat yang perlu

diperhitungkan, karena mereka selalu menemani Rasulullah serta

banyak belajar dari beliau. Contohnya, Allah telah berfirman di

dalam surat An-Nisa ayat 43

...

artinya:atau kamu telah menyentuh perempuan8

Ibnu Abbas radhiyallahuanhu menjelaskan arti kata, menyentuh

di dalam ayat tersebut bukan berarti menyentuh betulan, akan tetapi

maknanya adalah jima (hubungan badan suami istri).

d. Menafsirkan Ayat Al-Quran Dengan Perkataan Para Tabiin

Tabiin itu adalah generasi setelah para sahabat. Mereka adalah

orang-orang yang mengambil ilmu langsung dari para sahabat

radhiyallahuanhum, sehingga pendapat atau penafsiran mereka

layak mendapatkan martabat yang tinggi. Salah satu contoh

penafsiran ayat Al-Quran dengan perkataan para tabiin adalah

keterangan mengenai istawaa di dalam surat Al-Baqarah ayat 29

yang artinya, Kemudian Allah beristawa menuju ke langit,

Mujahid berkata: Arti Istawaa adalah alaa alal Arsy (tinggi siatas

8
Ibid, hlm. 98
20

Arsy)9.

e. Menafsirkan Ayat Al-Quran Dengan Bahasa Arab

Bagaimana contoh penafsiran Al-Quran dengan bahasa Arab

adalah kisah Nabi Ibrahim alaihi salam dalam Al-Quran: (Al-

Anbiya:52)

(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan


kaumnya:At-Tamaatsil apakah yang kalian tekun beribadah
kepadanya?10

Makna at-Tamaatsil di dalam pengertian umum artinya adalah

menyerupai ayat di atas, namun yang sesuai dengan pengertian

bahasa Arab artinya adalah patung atau berhala yang disembah oleh

orang-orang musyrik.

Itulah kaidah-kaidah singkat dalam memahami ayat-ayat Al-Quran.

Intinya jangan sampai berani menjelaskan makna ayat Al-Quran

dengan akal.

Yang dimaksud pemahaman kandungan ayat al qur'an dalam

penelitian ini adalah pemahaman terhadap materi Al Qur'an hadits, terutama

surat-surat pendek yang dipelajari siswa.

B. Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

9
M. Ali Haidar, Sejarah Perkembangan Nahdlatul Ulama, LP3S, Jakarta, 2001, hlm. 14
10
Depag RI, op.cit, hlm. 291
21

1. Pengertian Metode

Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan 11. Metode

harus menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian

guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan

belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan alat yang efektif untuk

mencapai tujuan pengajaran. Setiap metode memiliki sifat masing-

masing baik kelebihan maupun kekurangan. Pemilihan dan penentuan

metode dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu latar belakang anak

didik, tujuan yang ingin dicapai, situasi yang ada, fasilitas yang tersedia

dan kualitas guru.

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi,

metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau

prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak

dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 12

a. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya

b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan secara berhasil dan

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai.

11
M. Mahfud, Metode Pembelajaran, Bina Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 24
12
M. Ngalim Purwanto, Belajar dan Pembelajaran, Studia Press, Jakarta, 2001, hlm. 26
22

Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model

pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model

pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa

bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh

siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran

tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam

keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model

pembelajaran berdasarkan masalah diilhami oleh teori belajar

kontekstual. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan

permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama

diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu

siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap

kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan

strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan.

Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada

upaya penyelidikan oleh siswa.

Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan

tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan

belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah

pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk

membantu siswa mempelajari keterampilan dasar atau untuk topik-topik

yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat.


23

Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola

yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada

umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks

(pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan

dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau

siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran

memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model

pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan

memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model

pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya

meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan

oleh siswa dengan bimbingan guru.

Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan

dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model

pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel

seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model

pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara

melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran

langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap

paling baik diantara metode-metode yang lain13. Tiap metode

mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan

13
Winarno Surachmad, Pendekatan dalam Pembelajaran, Graha Ilmu, Jakarta, 2000, hlm. 18
24

kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu

tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu,

tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu

metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang

disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil

dibawakan oleh guru lain.

Adakalanya seorang guru perlu menggunakan beberapa metode

dalam menyampaikan suatu pokok babasan tertentu. Dengan variasi

beberapa metode, penyajian pengajaran menjadi lebih hidup. Misalnya

pada awal pengajaran, guru memberikan suatu uraian dengan metode

ceramah, kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan

diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab. Di sini bukan hanya guru

yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk

berpartisipasi.

Seorang guru yang pandai berpidato dengan segala humor dan

variasinya, mungkin tidak mengalami kesulitan dalam berbicara, ia

dapat memukau siswa dan awal sampai akhir pengajaran. Akan tetapi

bagi seorang guru bicara, uraiannya akan terasa kering, untuk itu ia

dapat mengatasi dengan uraian sedikit saja, diselingi tanya jawab,

pemberian tugas, kerja kelompok atau diskusi sehingga kelemahan

dalam berbicara dapat ditutup dengan metoda lain.


25

Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari

segi prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut14:

a. Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap

pembelajaran harus bertujuan, sehingga dalam proses

pembelajarannya akan memerlukan suatu cara dan teknik yang

efektif yang memungkinkan dapat tercapainya tujuan tersebut.

b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh oleh siswa dan

guru dalam kegiatan pembelajaran.

c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian

pembelajaran. Karakteristik metode pembelajaran dapat dijadikan

pertimbangan untuk penilaian.

d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam

kegiatan pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran

tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok

2. Jenis Metode Pembelajaran

Setiap metode pembelajaran masing-masing mempunyai

keunggulan dan kelemahan dalam membentuk kemampuan siswa.

Adapun jenis-jenis metode pembelajaran tersebut adalah15:

a. Metode ceramah

Metode ceramah ini banyak digunakan dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam pembelajaran secara klasikal.

14
Ibid., hlm. 34
15
Ibid., hlm. 64
26

b. Metode diskusi

Metode ini sering digunakan dalam pembelajaran kelompok. Metode

mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan

penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang

harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara

bersama.

c. Metode simulasi

Metode simulasi merupakan metode mengajar yang dapat digunakan

dalam pembelajaran kelompok. Mengajar dengan metode ini

obyeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, tetapi

kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura.

d. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang disajikan

bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung

obyeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan

proses tertentu.

e. Metode eksperimen

Metode eksperimen merupakan metode mengajar dalam penyajian

atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan

sesuatu serta mengamati secara proses.


27

3. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran

bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang

dipelajarinya, bukan mengetahui-nya. Pembelajaran yang berorientasi

target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat

jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan

persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Hakekat pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang

membantu guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari16. Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna

bagi siswa karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam

bentuk siswa bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari

guru ke siswa.

Terdapat 4 hal yang menjadi pertimbangan pendekatan

kontekstual menjadi pendekatan pembelajaran yang dipilih untuk

menerapkan KBK dalam sistem Pendidikan Nasional, yaitu: 1) Sejauh

ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapalkan. Kelas

masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan, dan

16
Nurhadi dan Senduk, opcit., hlm. 48
28

ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi mengajar. Untuk itu

perlulah untuk mencari strategi baru untuk lebih memberdayakan

siswa. Sebuah strategi yang mampu mendorong siswa mengkonstrusikan

pengetahuan di benak mereka; 2) Berdasarkan pada filosofi

konstruktivisme, CTL menjadi salah satu alternatif strategi belajar yang

memungkinkan siswa mengalami dalam proses belajarnya; 3)

Pengetahuan dibangun oleh manusia. Pengetahuan bukanlah fakta,

konsep, atau aturan yang menunggu untuk ditemukan. Pengetahuan

bukanlah sesuatu yang hadir bagi pembelajar. Tapi manusialah yang

mencari dan membangun pengetahuan dalam diri mereka sejauh mana

yang mereka usahakan dan berarti dalam pengalaman hidupnya. Semua

yang kita ketahui adalah apa-apa yang kita usahakan untuk

mengetahuinya; 4) Pengetahuan yang dibangun oleh manusia secara

terus menerus akan menghasilkan pengalaman baru. Pengetahuan

tumbuh melalui usaha pencarian. Pemahaman tentang pengetahuan akan

semakin dalam dan kuat jika seseorang mengujinya dalam bentuk

tantangan yang baru.

Menurut Nurhadi pendekatan pembelajaran kontekstual

memiliki tujuh komponen utama, yaitu 17:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan

kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

17
Ibid., hlm. 52
29

sedikit, dan diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak tiba-tiba

tahu semua. Siswa dibiasakan memecahkan masalah, menemukan

sesuatu yang berguna bagi diri siswa, bergelut dengan ide-ide, menguji,

dan juga menerapkan.

Pembelajaran dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan

menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa

membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatan aktif dalam proses

belajar mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan

pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-

fakta, tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan

yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.

Menemukan akan melalui proses siklus inquiry, yaitu: 1) Observasi

(Observation); 2) Bertanya (Questioning); 3) Mengajukan dugaan

(Hypothesis); 4) Pengumpulan data (Data gathering); 5) Penyimpulan

(Conclusion).

Langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry): 1)

Merumuskan masalah; 2) Mengamati atau melakukan observasi; 3)

Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel, dan karya lainnya; 4) Mengkomunikasikan atau


30

menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien

yang lain.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari

bertanya. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan

guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan

berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian

penting dalam pembelajaran, yaitu menggali informasi,

mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan

perhatian pada aspek yang belum diketahui. Kegunaan bertanya

adalah: 1) Menggali informasi, baik administrative maupun akademis;

2) Mengecek pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respon kepada

siswa; 4) Mengetahui sejauh mana keinginan siswa; 5) Mengetahui

hal-hal yang sudah diketahui siswa; 6) Memfokuskan perhatian siswa

pada suatu yang dikehendaki guru; 7) Membangkitkan lebih banyak

lagi pertanyaan dari siswa; 8) Menyegarkan kembali pengetahuan

siswa.

Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat

diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa,

antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan

sebagainya.

d. Masyarakat belajar (Learning Community)


31

Masyarakat belajar bisa terjadi ada proses komunikasi dua

arah. Dalam kelas CTL, guru disarankan untuk melaksanakan proses

kegiatan belajar mengajar dengan membentuk kelompok-kelompok

belajar yang heterogen. Siswa dituntut untuk melakukan sharing

dalam proses belajar dengan arahan dari guru. Dalam kelompok,

setiap orang bisa menjadi sumber belajar.

Metode pembelajaran dengan teknik learning community

sangat membantu dalam proses pembelajaran di kelas. Praktek dalam

pembelajaran terwujud dalam: 1) Pembentukan kelompok kecil; 2)

Pembentukan kelompok besar; 3) Mendatangkan ahli ke kelas; 4)

Bekerja dengan kelas sederajat; 5) Bekerja kelompok dengan kelas

diatasnya; 6) Bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelan (Modelling)

Dalam sebuah pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan

tertentu, dan model yang bisa ditiru. Model dapat berupa cara

mengoperasikan sesuatu, meniru gerakan, mengucap ulang, memberi

contoh, dan lain-lain. Sebagian guru memberikan contoh tentang cara

kerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas, misal bagaimana

cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam CTL, guru bukan

merupakan salah satu model, model dapat didatangkan dari luar

sekolah.

f. Refleksi (Reflection)
32

Refleksi adalah cara berpikir tentang sesuatu yang baru

dipelajari atau berpikir tentang sesuatu yang sudah dilakukan dimasa

lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan baru yang diterima. Dalam melakukan refleksi siswa

akan memperoleh sesuatu dari yang telah dipelajari. Realisasi dari

refleksi dapat berupa: 1) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang

diperolehnya pada hari itu; 2) Catatan atau jurnal di buku siswa; 3)

Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran; 4) Diskusi; 5) Hasil

karya.

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang

dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat

memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan

benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa

siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera

mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan

belajar. Karena assessment menekankan pada proses belajar, maka

data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang

dikerjakan oleh siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.

Pembelajaran yang benar, ditekankan pada upaya membantu siswa

agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan

ditekankan pada informasi yang diperoleh sebanyak mungkin oleh


33

siswa diakhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar siswa dalam

penilaian yang sebenarnya adalah diambil dari proses, bukan selalu

dari hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya. Adapun

karakteristik authentic assessment adalah: 1) Dilaksanakan selama dan

sesudah proses pembelajaran berlangsung; 2) Bisa digunakan untuk

formatif dan sumatif; 3) Mengukur keterampilan dan performansi

yang dimiliki siswa dan bukan hanya mengingat fakta; 4)

Berkesinambungan; 5) Terintegrasi; 6) Dapat digunakan sebagai feed

back.

C. Peningkatan Pemahaman Kandungan Ayat Al Qur'an melalui

Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Implementasi Kurikulum 2004 dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam sangat tergantung pada penguasaan guru akan materi dan

pemahaman mereka dalam memilih metode yang tepat untuk materi

tersebut. Salah satu metode yang saat ini dianggap tepat dalam pembelajaran

Qur'an dan Hadits di sekolah adalah pendekatan CTL. Salah satu unsur

terpenting dalam penerapan pendekatan CTL adalah pemahaman guru untuk

menerapkan strategi pembelajaran kontekstual di dalam kelas. Akan tetapi,

fenomena yang ada menunjukkan sedikitnya pemahaman guruguru

mengenai strategi ini.

Oleh karena itu diperlukan suatu model pengajaran dengan

menggunakan pembelajaran kontekstual yang mudah dipahami dan


34

diterapkan oleh para guru Pendidikan Agama Islam di dalam kelas secara

sederhana.

Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John

Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik

jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan

kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi disekelilingnya18. Pembelajaran ini

menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan,

mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah

tertentu baik secara individu maupun kelompok.

Dalam kurikulum 2004, guru dapat menggunakan strategi

pembelajaran kontekstual dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu:

memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan

individual siswa, lebih mengaktifkan siswa dan guru, mendorong

berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di

sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat 19. Melalui pembelajaran ini,

siswa menjadi lebih responsif dalam menggunakan pengetahuan dan

ketrampilan di kehidupan nyata sehingga memiliki motivasi tinggi untuk

belajar.

Beberapa hal yang harus diperhatikan para guru dalam

mengimplementasikan pendekatan kontekstual dalam memahami ayat Al

Qur'an :

18
Dasim Budimansyah, PAKEM, Bandung, Genesindo, 2008, hlm. 74
19
Ibid, hlm. 75
35

1. Pembelajaran Berbasis Masalah

Langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah mengobservasi

suatu fenomena, misalnya, menyuruh siswa membaca surat Al Fiil

tentang kelahiran nabi. Langkah kedua yang dilakukan oleh guru adalah

memerintahkan siswa untuk membaca ayat-ayat tersebut dengan

memahami artinya.

Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa diharuskan membuat

catatan tentang pengalaman yang mereka alami, melalui diskusi dengan

teman-temannya. Setelah mengamati dan melakukan aktivitas

keagamaan siswa diwajibkan untuk mencatat hal-hal penting yang

muncul serta mereka dapat mengungkapkan perasaannya kemudian

mendiskusikan dengan teman sekelasnya.

Langkah ketiga tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir

kritis dalam memecahkan permasalahan yang ada. Langkah keempat

guru diharapkan mampu untuk memotivasi siswa agar mereka berani

bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan pendapat yang

berbeda dengan mereka.

2. Memanfaatkan Lingkungan Siswa untuk Memperoleh Pengalaman

Belajar

Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan

yang berhubungan dengan konteks lingkungan siswa, antara lain di

sekolah, keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan

memberikan penugasan kepada siswa di luar kelas. Misalnya mengikuti


36

sholat berjamaah, mengikuti sholat jum`at. Siswa diharapkan dapat

memperoleh pengalaman langsung dari kegiatan yang mereka lakukan

mengenai materi yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan

aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka penguasaan

standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.

3. Memberikan Aktivitas Kelompok

Di dalam kelas guru diharapkan dapat melakukan proses pembelajaran

dengan membentuk kelompok-kelompok belajar. Siswa di bagi kedalam

beberapa kelompok yang heterogen. Aktivitas pembelajaran kelompok

dapat memperluas perspektif dan dapat membangun kecakapan

interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.

4. Membuat Aktivitas Belajar Mandiri

Melalui aktivitas ini peserta didik mampu mencari, menganalisis dan

menggunakan informasi sendiri dengan sedikit bantuan atau bahkan

tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya, siswa harus lebih

memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan

strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah

mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti

uji-coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan

menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya

dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent

learning).
37

5. Menyusun Refleksi

Dalam melakukan refleksi, misalnya ketika pelajaran berakhir siswa

merenungkan kembali pengalaman yang baru mereka peroleh dari

pelajaran tentang surat Al Fiil dan kelahiran nabi.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas

VI MI Manbaul Ulum Karanglangu dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang

anak pada semester II Tahun Pelajaran 2009/2010.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2010 pada siklus I, 22

Mei 2010 untuk siklus II, dan pada tanggal 29 Mei 2010 untuk siklus III.

Karakteristik siswa memiliki tingkat keaktifan cukup rendah tetapi mereka

memiliki respon dan tanggung jawab paling baik terhadap tugas-tugas yang

diberikan oleh guru. Mereka selalu berusaha membuat tugas-tugasnya sebaik

mungkin dan mengumpulkannya tepat waktu.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan

dalam 3 siklus. Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan

tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan

itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut

dilakukan1. PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif

1
Mukhlis, Penelitian Tindakan Kelas, Semarang, Unnes, 2003, hlm.3

38
39

oleh pelaku tindakan untuk m,emperbaiki kondisi pembelajaran yang

dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk

memperbaiki/meningkatkann praktek pembelajaran secara kesinambungan,

sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di

kalangan guru.2

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,

maka peneliti menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan

Taggart 3, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang

berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,

dan refleksi. Sabelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan

yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap

penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

2
Ibid., hlm. 5
3
Oemar Hamalik, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Bina Cipta, 2003, hlm. 6
40

Putaran 1

Refleksi Rencana awal/


Rancangan

Tindakan/
Observasi Putaran 2

Refleksi Rencana yang


direvisi

Tindakan/
Observasi Putaran 3

Refleksi Rencana yang


direvisi

Tindakan/
Observasi

Gambar alur PTK4

Penjelasan alur di atas adalah:

a. rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat

pembelajaran.

b. kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

4
Mukhlis, Op.cit, hlm. 17
41

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode

pembelajaran pengajaran terarah melalui kegiatan membaca

bersama.

c. refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil

atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi oleh pengamat.

d. rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan

pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi menjadi dua putaran, yaitu putaran 1 dan 2

dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan

yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri

dengan tes formatif diakhiri masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran

dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah

dilaksanakan.

C. Deskripsi Per Siklus

Sebagai langkah awal diadakan latihan soal untuk evaluasi. Untuk

mengetahui sampai dimana tingkat kemampuan siswa dalam memahami

materi. Dari evaluasi tersebut diadakan refleksi untuk menentukan tindakan

selanjutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklusnya

memiliki 4 tahapan yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan

(4) refleksi.
42

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah melalui

wawancara dengan guru kelas, memantau kegiatan belajar mengajar di

kelas, dan melakukan observasi pada siswa.

b. Membuat skenario pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran

yang dilengkapi LKS.

c. Menyiapkan alat dan bahan pelajaran untuk pelaksanaan pengamatan

maupun diskusi.

d. Membuat lembar observasi untuk menilai performance guru dalam

pembelajaran

2. Pelaksanaan

Langkah penelitian masing-masing siklus adalah sebagai berikut:

a. Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan ekplorasi) yang mengemukakan

contoh memahami kandungan ayat Al Quran.

b. Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri melalui membaca sumber materi yang dimiliki

dan menyimpulkannya.

c. Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah yaitu menganalisis isu

atau masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan

konsep yang telah dipahami sebelumnya.

d. Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberikan pemantapan konsep

agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.


43

e. Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep.

Hasil dianalisis kemudian dilanjutkan dengan siklus II dan III.

3. Pengamatan

Penelitian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara peneliti, teman

sejawat, pembimbing, kepala sekolah dan siswa kelas VI MI Manba'ul Ulum

Karanglangu.

a. Teman sejawat mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terutama

difokuskan pada kegiatan guru dalam penggunaan metode CTL.

b. Teman sejawat mencatat semua temuan pada saat proses pembelajaran

4. Refleksi

Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran pada setiap siklus mata

pelajaran qur'an hadits maka hasil refleksi kemudian dituliskan untuk

dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai dengan siklus III.

D. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pembelajaran (RP)

Yaitu merupakan pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru

dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP


44

berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan

pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.

3. Tes Fomatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

digunakan untuk mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang

disampaikan.

E. Kriteria Penilaian

Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa,

Berdasarkan batas ketuntasan mutlak ada tiga tipe batas ketuntasan dengan

sistem poin 100 yaitu:

Poin Poin Poin

A = 90 - 100 95 - 100 91 - 100

B = 80 - 89 85 - 94 86 - 90

C = 70 - 79 75 - 84 81 - 85

D = 60 - 69 65 74 75 - 80

E = di bawah 60 di bawah 65 di bawah 75

Prosentase dan jumlah kategori menunjukkan tingkat keberhasilan

pembelajaran. Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar

yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk

pelaksanaaan belajar mengajar kurikulum 1994 yaitu seorang siswa telah

tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut

tuntas belajar bila kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap
45

lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung prosentase ketuntasan

belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P
Siswa yang tuntas belajar x100%
Siswa
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung, selain itu juga dipersiapkan lembar observasi.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1 dilaksanakan

pada tanggal 15 Mei 2010 di kelas VI dengan jumlah siswa 26 siswa

orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan.

Dalam siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang

direncanakan difokuskan pada penerapan metode pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), sebagai upaya

meningkatkan pemahaman materi memahami kandungan Al Quran

oleh siswa. Maka fokus penelitian adalah hal-hal yang berkaitan

dengan penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) serta dampaknya terhadap hasil pembelajaran.

46
47

Kondisi pembelajaran lebih interaktif, ditandai dengan terjadi

kerjasama dan tanya jawab baik antara guru dengan siswa maupun

antar siswa. Terjadi pula komunikasi siswa dalam mengerjakan lembar

kerja dan penyampaian rangkuman materi.

Selain itu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan observasi

yang dipadukan menciptakan keikutsertaan siswa pada proses kegiatan

pembelajaran. Siswa tidak hanya terpaku di bangku sebagai

pendengar, tetapi berubah dengan kegiatan memahami materi dan

menyimpulkan materi berdasarkan soal-soal yang diberikan oleh guru.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah guru kelas VI.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif 1 dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun hasil siklus I adalah

sebagai berikut:

TABEL 1
DAFTAR NILAI SIKLUS I
Nomor
Nama Siswa Nilai
Urut Induk
1 Ratih Setiyowati 60
2 Sulistiyowati 60
3 Fihdhi Afrian 70
4 Nurul Hidayah 50
5 Muhamad Kaeroni 40
6 Sigit Prasetyo 60
48

7 Fahrudin 50
8 Pujo Utomo 70
9 Nur Lailatul M 60
10 Fauziyyah Nur 60
11 Kholifatur Rosyidah 40
12 Achmad Faza Imam 60
13 Shuntiya Nailal Irbach 80
14 Liya Kusumawardhani 70
15 Annisa Mushoffa 80
16 A. Fatchurrozi Lutfi 60
17 Amalia Zuhrofa 80
18 Fina Miratul Khasanah 50
19 Ayatullah Syariati 40
20 Alim Miftakhul Huda 50
21 Miftakhul Avivah 80
22 Hadi Setiawan 70
23 Sela Wulandari 90
24 Triyanto 80
25 Triyono 70
26 Oftavia Wulandari 80
Jumlah Nilai 1660
Rata-rata 63,85
Ketuntasan klasikal 46,15%
49

Tabel 2

HASIL EVALUASI SIKLUS I

No Rentang Penilaian Jumlah Siswa


1 40-46 3
2 47-53 4
3 54-60 7
4 61-67 -
5 68-74 5
6 75-81 6
7 82-88 -
8 89-95 1
Jumlah 26

Pada table 2 terlihat bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa

40 sedangkan yang tertinggi adalah 90. dari data perolehan siswa

tersaji dalam 8 rentang nilai, dengan asumsi:

Rentang nilai 40-46 sebanyak 3 anak, rentang nilai 47-53 ada

4 anak, rentang nilai 54-60 ada 7 anak, rentang nilai 61-67 tidak ada,

rentang nilai 68-74 ada 5 anak, rentang nilai 75-81 ada 6 anak,

rentang nilai 82-88 tidak ada, rentang nilai 89-95 1 orang.

Berdasar nilai evaluasi sebelum perbaikan dapat disajikan

dalam grafik pada gambar 1 berikut:

8
7
6
5
Jum lah Sisw a 4
3
2
1
0
40-46 47-53 54-60 61-67 68-74 75-81 82-88 89-95
Rentang Nilai

GAMBAR 1
GRAFIK NILAI SISWA SIKLUS I
50

Tingkat keberhasilan dalam siklus 1 adalah 46,15%. Hal ini

menunjukkan siswa kurang memahami penjelasan guru. Hasil

observasi masih kurang memuaskan, karena perhatian siswa diperoleh

secara paksa. Meskipun hanya tahap awal, perhatian tidak tumbuh

secara alamiah.

Hasil tersebut menunjukkan bahawa siklus pertama secara klasikal

siwa belum tuntas belajar, karena siswa yang memahami materi

memahami ayat Al Quran hanya sebesar 46,15% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 75%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa

yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model

CTL.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut :

1. Guru kurang baik dalam motivasi siswa dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran

2. Guru kurang baik dalam mengelola waktu

3. Siswa kurang antusias selama pembelajaran berlangsung

d. Revisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus

berikutnya.
51

1. Guru perlu lebih terampil dalam motivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu memberi

catatan.

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam motivasi siswa

sehingga siswa lebih antusias.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar

observasi pengolahan belajar aktif dan lembar observasi guru dan

siswa.

b. Tahap Pelaksanaan dan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pasa tanggal 22 Mei 2010 di kelas VI dengan jumlah siswa 26 siswa.

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana pembelajaran dengan memperhatikan

refisi pada siklus I, sehingga kesalahan tau kekurangan pada siklus I

tidak terulang lagi pada siklus II.


52

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah guru kelas

lain. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II sebagai berikut:

TABEL 3
DAFTAR NILAI
SESUDAH PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
Nomor
Nama Siswa Nilai
Urut Induk
1 Ratih Setiyowati 90
2 Sulistiyowati 80
3 Fihdhi Afrian 70
4 Nurul Hidayah 90
5 Muhamad Kaeroni 80
6 Sigit Prasetyo 90
7 Fahrudin 50
8 Pujo Utomo 80
9 Nur Lailatul M 70
10 Fauziyyah Nur 80
11 Kholifatur Rosyidah 50
12 Achmad Faza Imam 80
13 Shuntiya Nailal Irbach 60
14 Liya Kusumawardhani 60
15 Annisa Mushoffa 90
16 A. Fatchurrozi Lutfi 70
53

17 Amalia Zuhrofa 60
18 Fina Miratul Khasanah 80
19 Ayatullah Syariati 60
20 Alim Miftakhul Huda 50
21 Miftakhul Avivah 80
22 Hadi Setiawan 80
23 Sela Wulandari 90
24 Triyanto 80
25 Triyono 90
26 Oftavia Wulandari 70
Jumlah Nilai 1930
Rata-rata 74,23
Ketuntasan klasikal 73,07%

Tabel 4

HASIL EVALUASI SIKLUS II

No Rentang Penilaian Jumlah Siswa


1 50-55 3
2 56-61 4
3 62-67 -
4 68-73 4
5 74-79 -
6 80-85 9
7 86-91 6

Jumlah 26

Pada perbaikan pembelajaran siklus II perolehan nilai terendah

50 dan tertinggi 90. penyajian data nilai terbagi menjadi 7 kelas

interval sebagai berikut:


54

1. Kelas interval pertama 50-55, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 3 orang

2. Kelas interval pertama 56-61, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 4 orang

3. Kelas interval pertama 62-67, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini tidak ada

4. Kelas interval pertama 68-73, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 4 orang

5. Kelas interval pertama 74-79, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini tidak ada

6. Kelas interval pertama 80-85, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 9 orang

7. Kelas interval pertama 86-91, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 6 orang

Tabel 2 dapat pula divisualisasikan dalam bentuk diagram sebagai

berikut:

10
8
6
Jum lah Sisw a
4
2
0
50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85 86-91
Rentang Nilai

GAMBAR 2
GRAFIK NILAI SISWA SETELAH PERBAIKAN
PEMBELAJARAN SIKLUS II
55

Pada siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai

73,07%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan

belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik

dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah

guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu

diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih

termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti

apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan

pendekatan CTL.

c. Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut :

1. Guru motivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran,

terutama dalam kelompoknya

2. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep

3. Pengelolaan waktu

d. Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan

pada siklus II antara lain :

1. Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa

lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.


56

2. Guru lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut

dalam diri siswa baik untuk mengamukakan pendapat atau

bertanya.

3. Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran 3, soal tes

formatif 3 alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga

dipersipkan lembar observasi pengelolaan cara belajar aktif model

pengajaran terarah dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap Kegiatan dan Pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2010 di kelas VI dengan jumlah

siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pembelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II,


57

sehingga atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada

siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah guru

kelas lain. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes

formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Instrument yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun hasil

belajar pada siklus III adalah sebagai berikut:

TABEL 5
DAFTAR NILAI
SESUDAH PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS III
Nomor
Nama Siswa Nilai
Urut Induk
1 Ratih Setiyowati 70
2 Sulistiyowati 80
3 Fihdhi Afrian 90
4 Nurul Hidayah 90
5 Muhamad Kaeroni 80
6 Sigit Prasetyo 90
7 Fahrudin 80
8 Pujo Utomo 90
9 Nur Lailatul M 70
10 Fauziyyah Nur 80
11 Kholifatur Rosyidah 80
12 Achmad Faza Imam 80
58

13 Shuntiya Nailal Irbach 80


14 Liya Kusumawardhani 80
15 Annisa Mushoffa 100
16 A. Fatchurrozi Lutfi 80
17 Amalia Zuhrofa 60
18 Fina Miratul Khasanah 100
19 Ayatullah Syariati 100
20 Alim Miftakhul Huda 90
21 Miftakhul Avivah 90
22 Hadi Setiawan 100
23 Sela Wulandari 100
24 Triyanto 60
25 Triyono 90
26 Oftavia Wulandari 80
Jumlah Nilai 2190
Rata-rata 84,23
Ketuntasan klasikal 92,30%

Tabel 6

HASIL EVALUASI SIKLUS III

No Rentang Penilaian Jumlah Siswa


1 59-64 2
2 65-70 2
3 71-76 -
4 77-82 10
5 83-88 -
6 89-94 7
7 95-100 5
Jumlah 26
59

Pada perbaikan pembelajaran siklus III perolehan nilai

terendah 60 dan tertinggi 100. penyajian data nilai terbagi menjadi 7

kelas interval sebagai berikut:

1. Kelas interval pertama 59-64, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 2 orang

2. Kelas interval pertama 65-70, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 2 orang

3. Kelas interval pertama 71-76, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini tidak ada

4. Kelas interval pertama 77-82, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 10 orang

5. Kelas interval pertama 83-88, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini tidak ada

6. Kelas interval pertama 89-94, siswa yang memperoleh nilai pada

rentang ini ada 7 orang

7. Kelas interval pertama 95-100, siswa yang memperoleh nilai

pada rentang ini ada 5 orang

Tabel 3 dapat pula divisualisasikan dalam bentuk diagram sebagai

berikut:
60

12
10
8
Jumlah Siswa 6
4
2
0
59-64 65-70 71-76 77-82 83-88 89-94 95-100
Rentang Nilai

GAMBAR 3

GRAFIK NILAI SISWA SETELAH SIKLUS III

Tingkat keberhasilan pada siklus III adalah 92,30%. Hasil

ini menunjukkan bahwa pada siklus III ini ketuntasan belajar

secara klasikal telah tercapai. Adanya peningkatan hasil belajar

pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan

kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan CTL sehingga

siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini

sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah

diberikan.

c. Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar

mengajar dengan penerapan belajar aktif. Dari data-data yang

telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan

semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa


61

aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya

untuk masing-masing aspek cukup besar.

2. Berdasarkan dua hasil pengamatan diketahui bahwa siswa

aktif selama proses belajar berlangsung.

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Refisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik

dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.

Maka tidak diperlukan refisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan

dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan

pendekatan CTL dapat meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pada gambar 3 terlihat adanya perbedaan pergerakan pada batang

kelas interval. Tetapi walaupun ada perbedaan pergerakan pada batang kelas

interval, hasil belajar pada perbaikan siklus III mengalami peningkatan,

peningkatan hasil evaluasi belajar mulai dari pembelajaran pada siklus I


62

sampai pada perbaikan pembelajaran siklus III, dapat pula dijelaskan

sebagai berikut:

I. Hasil evaluasi Siklus I

1. Rata-rata nilai : 63,85

2. jumlah siswa yang tuntas : 12

3. Jumlah siswa yang belum tuntas : 14

4. prosentase ketuntasan belajar : 46,15%

II. Hasil evaluasi siklus II

1. Rata-rata nilai : 74,23

2. jumlah siswa yang tuntas : 19

3. Jumlah siswa yang belum tuntas :7

4. prosentase ketuntasan belajar : 73,07%

III. Hasil evaluasi siklus III

1. Rata-rata nilai : 84,23

2. jumlah siswa yang tuntas : 24

3. Jumlah siswa yang belum tuntas :2

4. prosentase ketuntasan belajar : 92,30%

B. Pembahasan Setiap Siklus

1. Siklus I

Fokus perbaikan pembelajaran pada siklus I adalah penerapan

metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode

ini merupakan penerapan metode yang menggambarkan pemahaman


63

siswa secara mandiri dengan guru memberikan soal untuk dijawab oleh

siswa secara individu kemudian di bahas dan disimpulkan sendiri oleh

siswa..

Pada kegiatan inti siswa secara mengerjakan soal yang diberikan

guru, kemudian soal dibahas secara klasikal dan akhirnya disimpulkan

sendiri oleh siswa. Siswa harus merangkum sendiri materi berdasarkan

jawaban-jawaban yang benar yang dibahas bersama untuk menemukan

inti dari materi yang dipelajari.

Perolehan tingkat pemahaman siswa pada siklus I masih belum

optimal yaitu hanya sebesar 46,15%. Siswa yang aktif dalam

pembelajaran belum merata, hanya siswa tertentu saja yang sudah aktif

dalam pembelajaran dan siswa yang aktif itu pun sebagian besar

merupakan siswa yang sudah aktif sebelum dilakukan tindakan dan juga

merupakan siswa dengan tingkat kemampuan akademik tinggi. Siswa

yang belum aktif dalam pembelajaran salah satunya disebabkan karena

mereka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab

pertanyaan atau mengemukakan pendapat.

Kurangnya pemahaman siswa pada siklus I juga disebabkan

karena siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Siswa

yang kurang pandai belum percaya diri untuk mengemukakan

pendapatnya dalam menjawab pertanyaan. Siswa tampaknya masih


64

perlu berlatih untuk mengemukakan pendapat dan menumbuhkan sikap

percaya diri.

Belum optimalnya peran siswa dalam pembelajaran juga

berdampak pada kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi

yang dipelajari. Pada siklus I ini siswa yang tuntas belajar baru

mencapai 46,15% dengan nilai rata-rata 64. siswa yang turut aktif dalam

menemukan konsep tentang materi yang dipelajari akan lebih mudah

paham dan mengerti dibandingkan dengan siswa yang hanya sekedar

melihat dan mengamati. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan

Darsono bahwa siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan

memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang

mendalam1.

Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah

satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu

sedapat mungkin guru harus mengupayakan agar siswa lebih aktif dan

agar mereka berusaha menemukan sesndiri suatu konsep yang dipelajari.

Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa

melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan siswa seperti melakukan

kegiatan kerjasama, kegiatan diskusi maupun pengamatan langsung. Hal

ini seperti pendapat Mulyasa dalam Darsono yang menyatakan bahwa

guru sebagai fasilitator merupakan pembimbing proses, orang sumber,

1
Darsono, Penilaian Hasil belajar, Rajawali, Jakarta, 2002, hlm. 16
65

orang yang menunjukkan dan mengenalkan kepada peserta didik tentang

masalah yang dihadapi2.

Berdasarkan hasil analisis data di atas, perlu adanya perbaikan

dalam proses pembelajaran selanjutnya. Guru harus lebih banyak

memberikan motivasi yang dapat membangkitkan minat belajar siswa

sehingga siswa memiliki kepercayaan diri untuk terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat memberikan

bimbingan dan pemantauan atas jalannya diskusi secara menyeluruh

kepada semua kelompok sehingga kegiatan diskusi dapat berkembang

dengan baik dan guru dapat mengetahui kesulitan-kesulitan yang

dihadapi siswa. Guru harus selalu menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa, tidak menegangkan, serta memungkinkan

siswa untuk terlibat secara langsusng dalam proses pembelajaran.

2. Siklus II

Perbaikan pembelajaran pada siklus I menunjukkan adanya

peningkatan baik peran guru, prosentase pembelajaran maupun

prosentase ketuntasan belajar. Namun demikian hasil belajar siswa

belum maksimal. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa yang

menjadi kendalanya adalah kurang optimalnya penerapan metode

Contextual Teaching and Learning (CTL), terutama penjelasan guru

2
Ibid., hlm. 17
66

terhadap jawaban soal yang diberikan kepada siswa, sehingga siswa

kesulitan dalam merangkum materi.

Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan pembelajaran,

difokuskan pada pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning

(CTL) yang lebih optimal, yaitu siswa mengerjakan soal, dibahas secara

klasikal, dan guru membimbing siswa untuk mendapatkan suatu

kesimpulan. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih proaktif.

Hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai 73,07% meskipun belum

dapat mencapai 100%, sehingga siswa belum mencapai ketuntasan

belajar sebab belum memenuhi standar ketuntasan belajar 75%.

Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan

beberapa siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai

tuntas. Hal ini disebabkan karena daya serap siswa terhadap materi

sangat rendah dan motivasi belajarnya kurang.

3. Siklus III

Berdasarkan refleksi pada siklus II terlihat masih kurangnya

pemberian motivasi dari guru dan masih kurang antusiasnya siswa

dalam kegiatan belajar mengajar, baik secara individu maupun dalam

kegiatan kelompok. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa yang

menjadi kendalanya adalah kurang optimalnya penerapan metode

Contextual Teaching and Learning (CTL), terutama kemampuan siswa


67

menemukan konsep, sehingga siswa kesulitan memahami materi yang

berakibat banyak siswa yang kurang mampu menjawab soal tes formatif.

Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan pembelajaran,

difokuskan pada pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning

(CTL) yang lebih optimal, yaitu siswa mengerjakan soal, dibahas secara

klasikal, dan guru membimbing siswa untuk mendapatkan suatu

kesimpulan. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih proaktif.

Hasilnya ketuntasan belajar siswa mencapai 92,30% meskipun belum

dapat mencapai 100%, sehingga siswa belum mencapai ketuntasan

belajar sebab belum memenuhi standar ketuntasan belajar 75%.

Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, masih ditemukan

beberapa siswa dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai nilai

tuntas. Hal ini disebabkan karena daya serap siswa terhadap materi

sangat rendah dan motivasi belajarnya kurang.

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman setelah siklus III

menggunakan rumus sebagai berikut:

x o
t=
s/n

Keterangan

x = rata-rata

o = batas ketuntasan

s = simpangan baku

n = sampel
68

Untuk mengetahui pemahaman siswa dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 7

Tabel uji t

No Siklus III
1 70
2 80
3 90
4 90
5 80
6 90
7 80
8 90
9 70
10 80
11 80
12 80
13 80
14 80
15 100
16 80
17 60
18 100
19 100
20 90
21 90
22 100
23 100
24 60
25 90
26 80
Rata-rata 84.23
Skor Tertinggi 100
Simp Baku 60.46
69

Berdasarkan tabel di atas kemudian dimasukkan rumus sebagai berikut:

x o
t=
s/n

84,23 70
t=
20.46/26

t =14,23 / 4.01

t = 3.548

t hitung sebesar 3,548 dibandingkan dengan t tabel untuk sampel 26

sebesar 2,056 berarti lebih besar t hitung, sehingga dapat dinyatakan ada

peningkatan pemahaman siswa.


70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui siklus I, II dan siklus

III maka penulis dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan siswa secara klasikal dalam memahami

kandungan Al Quran berdasarkan hasil tes formatif dari siklus I, II dan

III adalah 46,15%, 73,07% dan 92,30%. Dengan demikian melalui

penerapan metode CTL mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam

memahami kandungan Al Quran.

2. Pembelajaran dengan menggunakan metode CTL meningkatkan

pemahaman siswa, yaitu nilai t hitung sebesar 3,548 dibandingkan

dengan t tabel untuk sampel 26 sebesar 2,056 berarti lebih besar t hitung,

sehingga dapat dinyatakan ada peningkatan pemahaman siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru

dalam proses pembelajaran agar aktivitas siswa dan penguasaan materi

pelajaran meningkat adalah:

1. Menggunakan metode yang tepat agar situasi di kelas tidak monoton

2. Memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat atau

menjawab pertanyaan.

70
71

3. Membimbing siswa untuk membuat rangkuman berdasarkan jawaban

sehingga siswa menguasai materi pelajaran.


72

DAFTAR PUSTAKA

Darsono dkk, 2000. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Cipta

Depag RI, 1997, Standar Mutu Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Depag RI

Depag RI, 1976. Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI

Depag RI, 2001. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Depag RI

Depdiknas, 2003. Belajar Tuntas, Jakarta: Depdiknas

Haidar, M. Ali. 2001. Sejarah Perkembangan Nahdlatul Ulama, Jakarta: LP3S

Hamalik, Oemar, 2001. Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar, 2003. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Cipta

Hasibuan dan Moedjiono, 2004. Konsep dan Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Studia Press

Mahfud, M, 1999. Metode Pembelajaran, Jakarta: Bina Cipta

Mukhlis, 2003. Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: Unnes

Nasution, 1999. Kurikulum dalam Pengajaran, Jakarta: Rajawali

Nurhadi, 2005. Strategi Pembelajaran Kontekstual, Jakarta: Rineka Cipta

Nurhadi dan Senduk, 2004. Pembelajaran Kontekstual, Jakarta: Depdiknas

Nurhadi dan Senduk, 2004. Pendekatan Baru dalam Pembelajaran, Jakarta:


Graha Ilmu

Purwanto, M. Ngalim, 2001. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Studia Press

Purwanto, M Ngalim, 2001. Belajar dan Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta

Rusyan, 1994. Teknik Belajar Mengajar, Bandung: Alfabeta

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka


Cipta

Sudjana, Nana, 2005. Pendekatan Baru dalam Pembelajaran, Jakarta: Rajawali

72
73

Sumantri dan Permana, 2004. Metode Belajar Mengajar, Jakarta: Graha Ilmu

Surachmad, Winarno, 2001. Pendekatan dalam Pembelajaran, Jakarta: Graha


Ilmu

Ulwan, Nashih,1998. Kumpulan Hadits Shohih, Jakarta: Depag RI

Zainudin, 2001. Pendidikan dalam Keluarga Muslim, Jakarta: Bina Insani

You might also like