Professional Documents
Culture Documents
I. KONSEP DASAR
1
Dalam laporan asuhan keperawatan jiwa ini akan kita bahas lebih
jauh tentang salah satu gejala diatas yaitu halusinasi.
B. Pengertian Halusinasi
2
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan orientasi
realitas adalah aspek biologis, psikologis dan sosial.
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP dapat menimbulkan
gangguan seperti :
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal,
dan limbik. Gejala yang mungkin timbul adalah: hambatan dalam
belajar, berbicara dan daya ingat.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal,
perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien, sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
kekerasan dalam kehidupan klien. Penolakan dapat dirasakan dari ibu,
pengasuh atau teman yang bersikap dingin, cemas, tidak sensitif atau
bahkan terlalu melindungi. Pola asuh usia kanak-kanak yang tidak
adekuat misalnya tidak ada kasih sayang, diwarnai kekerasan, ada
kekosongan emosi. Konflik dan kekerasan dalam keluarga
(pertengkaran orangtua, aniaya dan kekerasan rumah tangga)
merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan
orientasi realitas seperti kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan
yang terisolasi disertai stres yang menumpuk.
2. Faktor Presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala klien mengalami hubungan yang
bermusuhan, tekanan, isolasi, pengangguran, yang disertai perasaan tidak
berguna, tidak berdaya dan putus asa.
3
D. Rentang Respon Neurobiologik
Respon klien atau gejala dan tanda yang dapat dideteksi dari berbagai
respon yang terkait dengan fungsi otak yaitu kognisi, persepsi, emosi,
perilaku dan sosialisasi, yang juga saling berhubungan, dapat dilihat pada
bagan rentang respon dibawah ini (Stuart & Sundeen, 1998 : 300)
F. Jenis Halusinasi
5
berhalusinasi, kadang-kadang suara memerintahkan untuk melakukan hal
yang berbahaya. Perilaku yang tampak melirikkan mata kekiri dan ke
kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara,
mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau kepada benda mati, terlibat percakapan dengan benda mati
atau dengan seseorang yang tidak tampak, menggerak-gerakkan mulut
seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometrik,
gambar karton, dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan
dapat sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan seperti monster.
3. Halusinasi Penciuman
Membau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti darah, urin, atau
feces. Kadang-kadang terhidu bau harum.
4. Halusinasi Pengecapan
Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan seperti rasa darah,
urin atau feces.
5. Halusinasi Perabaan
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
6. Senestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urin.
6
Tabel 2.1 Intensitas halusinasi.
Tahap II :
Secara umum Pengalaman sensori bersi- Peningkatan sistem saraf
halusinasi fat menjijikkan dan mena- otonom yang menunjukkan
menjijikkan kutkan; orang yang ber- ansietas mis ; peningkatan
halusinasi mulai merasa nadi, pernafasan dan TD.
kehilangan kendali dan Penyempitan kemampuan
mungkin berusaha untuk konsentrasi.
menjauhkan dirinya dari Dipenuhi dengan
sumber yang dipersepsi- pengalaman sensori dan
kan; individu mungkin mungkin kehilangan
merasa malu karena pe- kemampuan untuk
ngalaman sensorinya dan membedakan antara
menarik diri dari orang halusinasi dengan realitas.
lain ( nonpsikotik ).
Tahap III :
Pengalaman Orang yang berhalusinasi Lebih cenderung mengikuti
sensori menjadi menyerah untuk melawan petunjuk yang diberikan
penguasa pengalaman halusinasi oleh halusinasinya daripada
dan membiarkan menolaknya.
halusinasi menguasai Kesulitan dalam
dirinya; isi halusinasi berhubungan dengan orang
dapat berupa permohonan; lain.
7
individu mungkin Rentang perhatian hanya
mengalami kesepian jika beberapa menit atau detik.
pengalaman sensori Gejala fisik dari ansietas
tersebut berakhir berat, seperti berkeringat,
( psikotik ) tremor, ketidakmampuan
untuk mengikuti petunjuk.
Tahap IV :
Secara umum Pengalaman sensori Perilaku menyerang teror
halusinasi mungkin menakutkan jika seperti panik.
menjadi bebih individu tidak mengikuti Sangat potensial melakukan
rumit dan saling perintah ; halusinasi bisa bunuh diri atau membunuh
terkait dengan berlangsung dalam orang lain.
delusi beberapa jam atau hari Kegiatan fisik yang
apabila tidak ada merefleksikan isi halusinasi
intervensi terapeutik seperti amuk, agitasi,
( psikotik ) menarik diri, atau kataton.
Tidak mampu berespons
terhadap petunjuk kompleks.
Tidak mampu berespons
terhadap lebih dari satu
orang.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan halusinasi meliputi farmakoterapi,
terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi seni, terapi
keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi aktivitas kelompok, rehabilitasi
untuk proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi klien agar mampu
melaksanakan tujuan sosialnya dalam kehidupan sehari-hari yang wajar dalam
masyarakat. Prinsip tindakan yang dapat diterapkan dalam merawat klien
halusinasi yaitu membina hubungan saling percaya, mengkaji gejala
halusinasi, memfokuskan pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa
yang terjadi, mengidentifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat atau
alkohol, jika klien bertanya, nyatakan secara sederhana bahwa anda tidak
mengalami stimulus yang sama, membantu klien menjelaskan dan
membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja dialami, mendorong
8
klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang
berhubungan dengan halusinasi (saat ini maupun yang lalu), membantu klien
menjelaskan kerbutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi,
membantu klien mengidentifikasi hubungan antara halusinasi dan kebutuhan
yang direfleksikan, menyarankan dan menguatkan penggunaan hubungan
interpersonal dalam memenuhi kebutuhan, dan mengidentifikasi gejala-gejala
psikosis lainnya mempengaruhi aktifitas sehari-hari klien. (Stuart & Sundeen,
1998: 330-333)
2. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data, pengelompokan
data atau analisa data dan perumusan masalah kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki klien. Data dikumpulkan dari berbagai sumber
data yaitu sumber data primer (klien), sumber data sekunder seperti keluarga,
teman dekat klien, tim kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan
9
hasil pemeriksaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara dan pemeriksaan fisik.
Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
Nama, umur, tanggal masuk, tanggal pengkajian, informan, No. RM.
b. Keluhan utama/alasan masuk
Apa penyebab klien masuk RS, apa yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah klien dan bagaimana hasilnya.
c. Faktor predisposisi
Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik,
seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal,
baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien, apakah ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak
menyenangkan.
d. Aspek fisik / biologis
Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan.
e. Aspek psikososial
1). Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2). Konsep diri
a) Citra tubuh
b) Identitas diri
10
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan terhadap status dan sebagai laki-laki atau
perempuan.
c) Peran
11
7). Persepsi : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus nyata dan orang lain tidak
mendengar, kadang suara yang didengar bisa menyenangkan
tetapi kebanyakan tidak menyenangkan, menghina bisa juga
perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi pada
pagi, siang, sore, malam hari atau pada saat klien sedang sendiri.
8). Proses pikir; sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi,
flight of ideas, bloking, perseverasi.
9). Isi pikir; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, waham,
pikiran magis, ide yang terkait.
10). Tingkat kesadaran; orientasi orang, waktu, tempat jelas, bingung,
sedasi, stupor.
11). Memori; apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka
panjang, jangka pendek, saat ini, ataupun konfabulasi.
12). Tingkat konsentrasi dan berhitung; observasi kemampuan klien
berkonsentrasi, berhitung.
13). Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang sederhana.
apakah klien membuat keputusan atau harus dibantu.
14). Daya tilik diri; apakah klien menerima atau mengingkari
penyakitnya, menyalahkan orang lain atas penyakitnya.
12
Apakah ada masalah dengan dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa, faktor
presipitasi, koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
k. Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien.
13
1
Pohon Masalah
Perilaku kekerasan
Perubahan persepsi
sensori; halusinasi
dengar dan lihat
Defisit perawatan diri
Tidak efektifnya
penatalaksanaan
regimen terapeutik
Isolasi sosial; menarik
diri Menurunnya motivasi
perawatan diri
1
3. Masalah keperawatan yang dapat terjadi :
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Nn.M
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
RM No. :
Hanyar
kadang berbicara sendiri, susah tidur pada malam hari, bicara ngawur,
masalah yang dihadapi klien. Selain itu menurut penuturan klien ayahnya
sangat keras, suka marah sampai memukul terlebih lagi pada klien yang
Beberapa hari sebelum masuk RSJ klien mengamuk dan merusak barang-
Masalah keperawatan :
d. Pemeriksaan Fisik.
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan :
1). Genogram
Keterangan : = Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Serumah
= Meninggal
= Hubungan terdekat
dirawat diRSJ.. Klien tinggal serumah dengan ayah, ibu dan adiknya
suka memukul.
Masalah keperawatan :
2). Konsep
seorang perempuan.
yang botak.
suka menyendiri, tidak mau bergaul dengan klien lain, klien lebih
orang lain .
4). Spiritual
Masalah keperawatan : -
f. Status Mental
1). Penampilan
Masalah keperawatan : -
2). Pembicaraan
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
5). Afek
7). Persepsi
sendiri.
dengar.
pembicaraan.
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
10).Tingkat kesadaran
Masalah keperawatan : -
11). Memori
dan saat ini. Dibuktikan klien masih ingat alamat tempat tinggalnya
Masalah keperawatan : -
berhitung sederhana.
Masalah keperawatan : -
13).Kemampuan penilaian
makan dulu baru mencuci tangan atau cuci tangan dulu baru makan,
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
2) BAB / BAK
Klien mampu BAB / BAK secara mandiri,dan pada tempatnya, BAB
3) Mandi
Mandi 2x sehari, gosok gigi 1 kali sehari memakai sabun mandi dan
4) Berpakaian / berhias
Klien lebih banyak tidur (pada siang hari), tidak ada gangguan dan
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
Masalah keperawatan :
h. Mekanisme Koping
Masalah keperawatan :
Spesifik ; -
Spesifik ; -
Masalah keperawatan : -
k. Aspek Medik
Dx medik : ...............
HLP (Haloperidol)
Biosanbe 2 x 1 capsule
Parsidol 2 x 1 mg
Laboratorium
Data Objektif :
- Klien tampak ragu-ragu
meminta bantuan kepada
orang lain .
- Klien lebih suka menyendiri
- Tidak banyak bergaul dengan
klien lain.
- Klien lebih banyak tidur.
5. Data Subjektif : Ketidaktahuan Tidak efektifnya
- Klien MRSJ karena merawat anggota penatalaksanaan
mengamuk. keluarga yang regimen
- Tidak adekuatnya sakit. terapeutik.
pengawasan keluarga
terhadap peengenalan
masalah klien.
- Klien merasa hanya ibunya
yang menyayangunya
- Klien mengatakan ayahnya
seorang yang pemarah dan
suka memukul.
Data Objektif :
- Kurang Pengetahuan Tentang
Penyakit jiwa, faktor
predisposisi, sistem
pendukung, obat-obatan,
koping yang efektif.
3. Pohon Masalah.
3. Daftar Masalah.
sakit.
4. Daftar Diagnosa Keperawatan.
halusinasi dengar.
diri.
Nopember 2003 untuk yang kedua kalinya dengan alasan masuknya yaitu
1. Faktor individu
malu merasa malu. Klien tidak mempunyai pekerjaan dan hanya tinggal
dirumah saja ditemani ayah,ibu dan adiknya yang terkadang juga sibuk
2. Faktor lingkungan
a. Lingkungan keluarga
mengetahui secara pasti gangguan jiwa yang dialami oleh klien, serta
faktor pencetusnya.
b. Lingkungan masyarakat
Dibawah ini akan diuraikan perubahan yang terjadi pada klien, sejak
halusinasi dengar.
pada awal interaksi, klien tampak bingung dan hanya mau diajak
topik ke topik lain tapi masih bisa diarahkan. Berdasarkan data yang
tidak dapat dikontrol oleh klien maka tidak tertutup kemungkinan klien
adalah klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
hubungan saling percaya dan hal ini tercapai pada hari pertama
tampak asyik menonton acara telavisi dan selalu berkata ingin pulang ,
kontak sering tapi singkat (sekitar 10 menit) tetapi klien tetap bersikap
kontrak untuk bertemu kembali siang hari jam 012.00 Wita (sesudah klien
makan siang), pada pertemuan ini klien dapat diajak untuk mengenal
dapat dilakukan karena klien tidak mengakui bahwa dia masih mendengar
tidak ingin mendengar / melihat kamu, dan mencari teman untuk diajak
telapak tangan, klien tampak gelisah. Jika hal itu terjadi perawat mencoba
warna obat, berapa kali harus diminum dalam sehari, kegunaan obat serta
pentingnya untuk minum obat secara teratur tidak hanya ketika klien di
RS tapi juga ketika klien sudah pulang kerumah. Selain itu pada keluarga
juga dilakukan intervensi untuk memvalidasi data, mendapat dukungan
dari keluarga untuk mengatasi halusinasi jika terjadi dirumah serta untuk
perawatan terhadap klien baik ketika klien masih di RS atau ketika pulang
berhubungan dengan harga diri rendah, Gangguan konsep diri; harga diri
Jumat I TUK 3 1. Pada hari yang sama jam 17.00 S : - Aku kada handak dangar ikam
09 08 Klien dapat mengontrol Wita perawat masuk pada TUK Aku mencari kawan
2002 halusinasinya. 3. O : - Klien mampu menyebutkan
2. Mengidentifikasi bersama klien kembali cara mengontrol
cara tindakan yang dilakukan halusinasi seperti yang diajarkan
jika terjadi halusinasi. perawat.
3. Mendiskusikan manfaat dan cara A : Klien masih belum bisa
yang digunakan klien, jika mengontrol halusinasinya secara
bermanfaat beri pujian. penuh.
4. Mendiskusikan cara baru untuk P : Lanjutkan intervensi TUK 3.
memutus / mengontrol buat kontrak untuk bertemu
timbulnya halusinasi : besok pagi jam 08.00
a. Katakan Saya tidak mau
mendengar kamu
b. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota
keluarga) untuk bercakap-
cakap/mengatakan
halusinasi yang didengar.
Hari/ Dx. Tujuan Implementasi Evaluasi TTD
Tgl Kep
c. Membuat jadwal kegiatan
sehari hari agar bisikan itu
tidak sempat muncul.
d. Meminta teman, keluarga
atau perawat disini untuk
menyapamu bila tampak
bicara sendiri.
Sabtu, TUK 5 1. Mendiskusikan dengan klien dan S : - Ulun minum obat 3 kali sehari
9-8- Klien dapat keluarga tentang dosis, frekuensi habis makan.
2003 memanfaatkan obat dan manfaat obat. - Klien mengetahui jumlah obat
dengan baik. 2. Menganjurkan klien meminta yang diminum baik pagi, siang
sendiri obat pada perawat dan ataupun malam hari
merasakan manfaatnya. O : - Klien minum obat habis makan
3. Mendiskusikan akibat sesuai dengan jumlah yang
berhentinya minum obat-obat diberikan oleh perawat.
tanpa konsultasi. A : Klien dapat memanfaatkan obat
4. Membantu klien menggunakan dengan baik.
obat dengan prinsip 5 benar. P : Melanjutkan pemberian
5. Menjelaskan tentang kegunaan pengobatan sesuai program.
masing-masing obat yang
diminum oleh klien.
6. Memberikan obat :
- Chlorpromazine 50 mg.
- Haloperidol 3 mg.
Hari/ Dx. Tujuan Implementasi Evaluasi TTD
Tgl Kep
- Trihexipenidil 2 mg.
- Biosanbe 1 tablet.
- Parsidol 1 mg.