You are on page 1of 1

Helminthosporium turcicum

Jamur Helminthosporium turcicum dapat bertahan hidup pada tanaman jagung yang masih
hidup, beberapa jenis rumput-rumputan termasuk sorgum, pada sisa-sisa tanaman jagung
sakit, dan pada biji jagung. Konidium jamur ini disebarkan melalui angin. Di udara, konidium
yang terbanyak terdapat menjelang tengah hari. Konidium berkecambah dan pembuluh
kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit atau dengan mengadakan penetrasi secara
langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium (Semangun,1991).
Perkembangan penyakit ditentukan oleh kondisi lingkungan. Suhu optimal untuk
perkembangan penyakit adalah 20-30oC (Schenck dan Steller 1974). Keadaan suhu tersebut
umum dijumpai pada area pertanaman jagung di Indonesia sehingga Helminthosporium sp.
hampir selalu ditemukan pada setiap musim tanam.. Menurut Koesnang (1996), sporulasi
Helminthosporium sp. di lapang terjadi pada permukaan tanaman yang terinfeksi. Setelah itu
spora lepas, kemudian terbawa oleh angin dan hinggap pada permukaan tanaman yang lain.
Selanjutnya spora beradhesi, melakukan penetrasi awal, kemudian membentuk bercak dan
berkembang. Siklus hidup cendawan Helminthosporium sp. 23 hari. Dalam 72 jam satu
bercak mampu menghasilkan 100300 spora (Govitawawong dan Kengpiem 1975). Dengan
demikian penyakit bercak daun berpotensi berkembang cepat pada areal pertanaman jagung
dan dapat menyebabkan kehilangan hasil yang berarti, sekitar 59% (Poy 1970).

Gejala
Gejala visual yang menunjukkan ciri khas serangan Helminthosporium sp. adalah bercak
agak memanjang, bagian tengah agak melebar, makin ke pinggir makin kecil, berwarna
cokelat keabuan, dikelilingi oleh warna kekuningan sejajar tulang daun. Gejala awalnya
muncul bercak-bercak kecil, jorong, hijau tua/hijau kelabu kebasahan. Selanjutnya, bercak-
bercak tadi berubah warna menjadi coklat kehijauan. Bercak kemudian membesar dan
mempunyai bentuk yang khas, berupa kumparan atau perahu. Lebar bercak 1-2 cm dan
panjang 5-10 cm, tetapi lebar dapat mencapai 5 cm dan panjang 15 cm. Konidia banyak
terbentuk pada kedua sisi bercak pada kondisi banyak embun atau setelah turun hujan, yang
menyebabkan bercak berwarna hijau tua beledu, yang makin ke tepi warnanya makin muda.
Beberapa bercak dapat bersatu membentuk bercak yang lebih besar sehingga dapat
mematikan jaringan daun Pertanaman jagung yang tertular berat tampak kering seperti habis
terbakar (Semangun,1991).

Daftar pustaka

Koesnang, S. Pakki, A. Muis, dan A.M. Usman. 1996. Identifikasi inang alternatif penyakit
hawar daun (Helminthosporium sp.) jagung dan sorgum. Dalam Hasil-hasil Penelitian
Hama dan Penyakit Tanaman. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia, Maros. hlm.
8689.
Schenck, N.C. and T.J. Steller. 1974. Southern corn leaf blight development relative to
temperature, moisture, and fungicide application. Phytopathology 64: 619624.
Semangun. 1991. Penyakit- Penyakit Tanaman Pangan di Indinesia. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. Hal 107- 108.
Govitawawong, P. and Kengpiem. 1975. Studies on southern corn leaf blight
(Helminthosporium sp.). Thailand National Corn and Sorgum Program. 1975. Annual
Report. Kasetsart University, Thailand. p. 293298.
Poy, C. 1970. Corn seed production of Helminthosporium maydis and future seed prospects.
Plant Dis. Rep. 54(12): 11181121.

You might also like