Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 10
1. PRATIWI SUGA
2. MARYAM NUR SULEMAN
3. MUH. HAIKAL KASIM
KELAS 2C
D IV KEPERAWATAN
T.A 2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
ini yang berjudul Acute Lung Odema "
Makalah Ini Berisikan Tentang Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan Fisik,
Aspek Legal Etik Dan Asuhan Keperawatan ALO. Makalah Ini Dibuat Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kardiovaskuler II.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
ilmu pengetahuan kesehatan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB II (PEMBAHASAN)
2.1 Defini
2.2 Patofisiologi, Farmakologi, Terapi diet
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Acute Long Oedem
2.4 Pemeriksaan Diagnostik
2.5 Manajemen Kasus pada penderita Acute Long Oedem
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Acute Long Oedem (ALO)
2. Untuk mengetahui bagaiman Anatomi dan Fisiologi paru?
3. Untuk mengetahui bagaimana Patolofisiologi, farmakologi, dan terapi diet pada
penderita ALO
4. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada penderita ALO
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik
6. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dengan kasus pasien yang
mengalami penyakit ALO
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Acute Lung Oedema (ALO) adalah akumulasi cairan di paru yang terjadi
secara mendadak. (Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam, 2006).
Acute Lung Oedema (ALO) adalah terjadinya penumpukan cairan secara
masif di rongga alveoli yang menyebabkan pasien berada dalam kedaruratan respirasi
dan ancaman gagal napas.
Acute Lung Oedema (ALO) adalah terkumpulnya cairan ekstravaskuler yang
patologis di dalam paru. (Soeparman;767).
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada
di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi
dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus
sedangkan paruparu kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat
dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi
sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments. Paru-paru
kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum (Sherwood, 2001).
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi
pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung
membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada
rongga dada. Diantara 11 kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura
(Guyton, 2007).
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
Pembentukan paru dimulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut. Pada
Groove terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebut Primary
Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi 2 yaitu esophagus dan
trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung
bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan cabang-cabangnya.
Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli baru
berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga anak berumur 8
tahun. Alveoli bertambah besar sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi,
pertumbuhan dan perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus sampai
pertumbuhan somatic berhenti (Evelyn, 2009).
Gambar 3. Anatomi Paru (Tortora, 2012)
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-
paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-
paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007).
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus
berubah
14 sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus
tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut (West,
2004).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea).
Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan
kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat
dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia
bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan
kimia surfaktan yang dapat menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis
(McArdle, 2006).
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat
mekanisme dasar, yaitu ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara
alveoli dan atmosfer, difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan
darah, transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke
dan dari sel, pengaturan ventilasi (Guyton, 2007).
2.3 Etiologi
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung atau
sistem kardiovaskuler.
1. Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.
2. Paparan toxic
3. Reaksi alergi
4. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
5. Neurogenik
2.4.1 Patofisiologi
1. Posisi duduk.
2. Oksigen (40 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker.
3. jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak bisa
dipertahankan 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2,
hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka
dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
4. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.
5. Menurunkan preload dan mengeluarkan volume cairan intra paru. Nitrogliserin
(NTG) dan Furosemide merupakan obat pilihan utama.
6. Morfin sulfat 3 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg
(sebaiknya dihindari).
7. Bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 5
ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan
hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon klinis atau keduanya.
8. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard
9. Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan
oksigen.
10. Penggunaan Aminophyline, berguna apabila oedema paru disertai
bronkokonstriksi atau pada penderita yang belum jelas oedema parunya oleh
karena faktor kardiogenik atau non-kardiogenik, karena selain bersifat
bronkodilator juga mempunyai efek inotropok positif, venodilatasi ringan dan
diuretik ringan.
11. Penggunaan Inotropik. Pada penderita yang belum pernah mendapatkan
pengobatan, dapat diberikan digitalis seperti Deslano-side (Cedilanide-D). Obat
lain yang dapat dipakai adalah golongan Simpatomi-metik (Dopamine,
Dobutamine) dan golongan inhibitor Phos-phodiesterase (Amrinone, Milrinone,
Enoxumone, Piroximone)
Diet yang di anjurkan pada penderita ALO adalah Diet rendah garam.
Garam adalah hal yang sering dipersalahkan ketika seseorang mengidap hipertensi.
Bahkan, setelah diagnosa pertama, si penderita pantang untuk mengonsumsi garam
dalam jumlah yang berlebih. Karna Hipertensi adalah salah satu etiologi dari Acute
Long Oedem jadi terapi diet yang di anjurkan adalah diet rendah garam.
1. Identitas :
Umur: Klien dewasa dan bayi cenderung mengalami dibandingkan
remaja/dewasa muda
2. Riwayat Masuk: Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas,
cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang
sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai etiologi
yang mendasar dengan masing-masik tanda klinik mungkin menyertai klien
3. Riwayat Penyakit Dahulu: Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik
seperti sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital
bawaan serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien
4. Pemeriksaan fisik
- Sistem Integumen
Subyektif :
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi
sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat,
kemerahan
- Sistem Pulmonal
Subyektif :Sesak nafas, dada tertekan
Obyektif :Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot
bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat,
Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada
lapang paru,
- Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit dada
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara
jantung tambahan
- Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
- Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
- Sistem genitourinaria
Subyektif :-
Obyektif : produksi urine menurun/normal,
- Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
- Studi Laboratorik
Hb : menurun/normal
Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar
karbon darah meningkat/normal
- Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal
3. Laboratorium
a) Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnia.
b) Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
c) Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG, enzim
jantung (CK-MB, Troponin T), angiografi koroner.
Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.
Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang
menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang
dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-
bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur
tulang dari dinding dada.
X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih
banyak tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-
kasus yang lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification
(pemutihan) yang signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari
bidang-bidang paru yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli
sebagai akibat dari pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang
minimal tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.
2.7.1 Pengkajian
1. alasan masuk rumah sakit
Ny. Sinden (41 tahun) mengalami keluhan sesak napas saat beraktivitas sejak
1 minggu SMRS, batuk, mual muntah dan mengaku setiap tidur harus
menggunakan 2 bantal agar tidak sesak. Sesak napas memberat sejak 1 hari SMRS.
Pada 07/03/2011 pasien dibawa keluarga ke RS e dan dirawat di ruang jantung. Pada
09/07/2011 jam 07.15, pasien apneu kemudian dilakukan RJPO selama 15 menit.
Pasien ROSC Aloesaboe dan dipindah ke ICCU.
2. Diagnosa medis:
TAVB post TPM + ALO + DC FC + PJK OMI anteroseptal + Asidosis metabolik
1. Vital sign
Irama jantung reguler, CRT 3 detik, akral hangat kering, klien terpasang CVP 26
cmH2O. Pasien terpasang RL 20 TPM, setting HR: 80, sensitivity: 3, output:
Masalah keperawatan: PK. Penurunan curah jantung
GCS 456.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan masalah
Tidak terdapat nyeri pinggang, klien tampak tidak ada distensi pada vesica urinaria,
warna urine klien nampak kuning dengan bau khas amoniak.
Warna kulit abdomen merata, bentuk abdomen simetris, kontur datar, gerakan
abdomen normal, perisltaltik usus 6x/mnt tidak terdapat nyeri tekan. Tidak terdapat
pembesaran hepar, lien dan ginjal. Tidak ada distensi kandung kemih
Pasien tampak lemah dan memerlukan bantuan dalam pemenuhan ADL. Pasien
mengatakan merasa sesak saat melakukan aktivitas.
Masalah keperawatan: Intoleran aktivitas.
Data Objektif
SB: 37,1 cc
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang Terjadi
Secara Mendadak. Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, Edema paru
kardiogenik dan Edema paru non kardiogenik.
Edema paru kardiogenik Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan
pada jantung atau sistem kardiovaskuler. Biasanya terjadi karena adanya penyakit
pada arteri koronaria, Kardiomiopati, Gangguan katup jantung, Hipertensi
Edema paru non kardiogenik Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena
keainan pada jantung tetapi paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, alo dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Infeksi pada paru, Lung injury, seperti
emboli paru, smoke inhalation dan infark paru, Paparan toxic, Reaksi alergi, Acute
respiratory distress syndrome (ards), Neurogenik.
3.2 Saran
Semoga Setelah mengetahui definisi, etiologi, asuhan keperawatan,
patofisiologi, pemeriksaan diagnosa, serta asuhan keperawatan dari penderita acute
lung oedema kita sebagai calon perawat dapat mengaplikasikannya pada saat di klinik
nantinya. Diharapkan ini menjadi suatu bekal agar nantinya jika menemui kasus
acute lung oedema kami sebagai perawat dapat memberikan dasar untuk melakukan
asuhan keperawatan dengan baik.