You are on page 1of 6

Jurnal Biodjati, November 2016, 13-18 Vol. 1, No.

1
ISSN: 2541-4208
STUDI ANATOMI STOMATA DAUN MANGGA
(Mangifera indica) BERDASARKAN
PERBEDAAN LINGKUNGAN
Asep Zainal Mutaqin1, Ruly Budiono2, Tia Setiawati3, Mohamad Nurzaman4,
Radewi Safira Fauzia5
1, 2, 3, 4, 5
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor 45363 Kabupaten Sumedang
email : 1asep.zainal.mutaqin@unpad.ac.id, 2rulybudiono7@gmail.com,
3
tia@unpad.ac.id, 4 m.nurzaman@unpad.ac.id, 5radewisafira3@gmail.com

Diterima :25 Mei 2016 Ditinjau : 05 Oktober 2016 Disetujui :28 Oktober 2016

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stomata daun mangga (Mangifera indica) di
daerah dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Penelitian bersifat deskriptif analisis.
Pengambilan sampel dilakukan melalui survey secara acak di Cagar Alam Pananjung
Pangandaran dan salah satu ruas jalan di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran.
Paramater yang diamati adalah kerapatan dan kerusakan stomata. Selain itu diukur juga luas
daun, berat partikel debu yang menempel di daun, serta beberapa faktor lingkungan fisik seperti
intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban udara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan
dan kerusakan stomata daun mangga (Mangifera indica) yang tumbuh di pinggir jalan yang
banyak dilalui kendaraan bermotor lebih besar dibanding di Cagar Alam.
Kata kunci: stomata, Mangifera indica

Abstract. The study aims to determine the stomata of the leaves of mango (Mangifera indica) in
areas with different environmental conditions. The research is descriptive analysis. Sampling was
done through a random survey in Pananjung Pangandaran Nature Reserve and one of the roads in
Pangandaran Sub District, Pangandaran District. The observed parameters are the density and
stomatal damage. Moreover measured the leaf area, weight of the particles of dust off the leaves,
as well as some physical environmental factors such as light intensity, temperature, and humidity.
The results showed that the leaf stomatal density and damage to mango (Mangifera indica), which
grows in the street that many passed the motor vehicle is greater than in the Nature Reserve.
Keywords: stomata, Mangifera indica

PENDAHULUAN Peningkatan polusi udara pada umumnya


diakibatkan adanya produksi listrik, emisi
Pencemaran udara merupakan masalah kendaraan, aktivitas industri, pertambahan
yang serius dan semakin lama keberadaannya kepadatan penduduk, kurangnya hutan atau
semakin meningkat. Pencemaran udara taman kota, dan lain-lain. Umumnya pada
didefinisikan sebagai masuknya atau jalan-jalan besar yang jauh dari daerah
dimasukannya zat, energi, dan/ atau komponen perindustrian, kontribusi polutan sebagian
lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan besar berasal dari hasil pembuangan kendaraan
manusia, sehingga mutu udara ambien turun yang melewati jalan tersebut. Hasil-hasil
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan buangan dari aktivitas industri dan transportasi
udara ambien tidak dapat memenuhi di kota dibagi menjadi 2 bagian, yaitu gas dan
fungsinya. Sementara itu sumber pencemar partikulat. Pencemar gas antara lain berupa
berasal dari setiap usaha dan/ atau kegiatan karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx),
yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara oksida nitrogen (NOx), dan hidrokarbon.
yang menyebabkan udara tidak dapat Sedangkan partikulat berupa asap, kabut, dan
berfungsi sebagaimana mestinya (Peraturan debu (Satria, 2006). Sementara itu Kastiyowati
Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999). (2001) menggolongkan jenis-jenis pencemaran
Mutaqin, et.al., Vol 1, 2016 J Biodjati 14

udara berdasarkan (i) bentuk, yaitu gas dan organ tumbuhan sebagai bioindikator yang
partikel; (ii) tempat, yaitu ruangan dan udara paling peka terhadap lingkungan dengan
bebas; (iii) gangguan kesehatan, yaitu iritansia, melihat kerusakan secara makroskopis atau
asfiksia, anestesia, dan toksik; serta asal, yaitu mikroskopis (anatomi) organ tumbuhan
primer dan sekunder. tersebut.
Udara yang tercemar perlu dipantau dan
dikendalikan. Pengendalian pencemaran udara BAHAN DAN METODE
adalah upaya pencegahan dan/ atau
penanggulangan pencemaran serta pemulihan Penelitian bersifat deskriptif analisis.
mutu udara mestinya (Peraturan Pemerintah RI Pengambilan sampel dilakukan melalui survey
No. 41 Tahun 1999). Sementara itu Kovack secara acak di Cagar Alam Pananjung dan ruas
(1992) dalam Romadhoni dan Ubudiyah Jalan Kidang Pananjung di Kecamatan
(2011) menyebutkan bahwa salah satu cara Pangandaran Kabupaten Pangandaran.
pemantauan pencemaran udara adalah dengan Pengambilan sampel daun di Jalan Kidang
menggunakan tumbuhan sebagai bioindikator. Pananjung tersebut karena diduga bahwa udara
Tumbuhan adalah bioindikator pencemaran di tempat tersebut telah terkontaminasi oleh
yang baik. Tumbuhan bioindikator berupa zat- zat pencemar secara berlebih. Sementara
tumbuhan yang dapat memiliki daya serap itu pengambilan sampel daun di Cagar Alam
yang lebih tinggi dibanding tumbuhan lainnya. Pangandaran berdasarkan asumsi kondisi
Salah satu tumbuhan biondikator adalah lingkungan udaranya masih belum banyak zat
mangga (Mangifera indica). Tumbuhan pencemar. Pengambilan sampel dilakukan
mangga (Mangifera indica) dapat dijadikan pada pukul 10.00 WIB. Sampel yang diambil
bioindikator pencemaran udara, dikarenakan berjumlah 9 sampel pada satu pohon dalam
memiliki daya serap yang tinggi untuk kondisi naungan dan umur yang diasumsikan
mengakumulasi karbondioksida. Karyadi pada sama. Paramater yang diamati adalah
tahun 2005 menyatakan bahwa mangga dapat kerapatan dan kerusakan stomata. Selain itu
menyerap 1,247 kg CO2 per hari. Hal ini diukur juga luas daun, berat partikel debu yang
menunjukan bahwa tumbuhan mangga dapat menempel di daun. Data lingkungan di lokasi
mengakumulasi karbondioksida dalam jumlah tempat ditemukannya spesies mangga
yang sangat besar. Mangga (Mangifera indica) (Mangifera indica) yang diambil sebagai
sering ditanam hampir di setiap lahan, tak sampel juga diukur. Adapun data lingkungan
terkecuali pinggir-pinggir jalan raya. Selain yang diambil di antaranya adalah intensitas
karena kemampuan menyerap karbondioksida cahaya, suhu, dan kelembaban udara.
tumbuhan ini juga memiliki manfaat lainnya Alat dan bahan yang digunakan dalam
seperti sebagai peneduh dan bernilai ekonomis penelitian ini antara lain kaca objek, penggaris,
dari buahnya. neraca analitis, lux meter, termometer,
Tingkat kepekaan tumbuhan berhubungan hygrometer, GPS, handly counter, alat tulis,
dengan kemampuannya untuk menyerap dan kamera, mikroskop, plastik ziploks, kuteks,
mengakumulasikan zat pencemar. Zat-zat selotip, dan kertas milimeter blok.
pencemar akan terdifusi ke dalam daun Langkah kerja yang dilakukan dalam
melalui stomata yang juga dipengaruhi oleh penelitian ini adalah (i) Pengukuran data fisik
keadaan udara di sekitarnya. Hal ini dikarena dilakukan bersamaan dengan pengambilan
stomata berfungsi sebagai pintu gerbang sampel, (ii) berat partikel debu dihitung
pertukaran gas dan uap air antara tumbuhan dengan cara, daun sampel ditimbang kemudian
dengan lingkungan sekitar (Rachmawati, dibersihkan daunnya menggunakan kapas dan
2006). Pencemaran udara di sekitar jalan raya ditimbang kembali. Selisih berat daun sebelum
yang salah satunya karena emisi kendaraan dibersihkan dengan sesudah dibersihkan
bermotor dapat mempengaruhi anatomi merupakan berat partikel debu tersebut, (iii)
stomata atau dengan kata lain stomata luas daun dihitung dengan metode
merupakan bagian tumbuhan tempat terjadinya gravitimeter, yaitu daun dibersihkan dari
penyerapan zat pencemar (Satolom et al., berbagai kotoran. Selanjutnya ketebalan daun
2013). Dengan demikian daun merupakan diukur dan dilanjutkan dengan pembuatan
Mutaqin, et.al., Vol 1, 2016 J Biodjati 15

replika daun di atas kertas milimeter blok. Sementara itu kerapatan stomata, yang
Replika daun digunting dan ditimbang diadopsi dari Lestari (2006), dihitung dengan
beratnya, lalu dibandingkan dengan berat total rumus:
kertas. Luas daun dihitung berdasarkan Jumlah stomata yang rusak x 100%
persamaan: Jumlah stomata yang diamati

Berat kertas replika daun x Luas total kertas Dimana, luas bidang pandang untuk
Berat total kertas perbesaran 400 x = d2 = x 3,14 x (0,5)2
(Sitompul dan Guritno, 1995) = 0,19625 mm2

(iv) Pengamatan anatomi stomata. Permukaan HASIL


sampel dibersihkan menggunaan kapas yang
dibasahi oleh air. Dibuat preparat stomata dari Hasil pengamatan stomata sampel daun,
sampel daun tersebut menggunakan kuteks. luas daun, berat partikel debu yang menempel
Preparat stomata diamati di bawah mikroskop. di daun, serta beberapa faktor lingkungan
Dihitung persentase kerusakan dan kerapatan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, dan
stomata. Kerusakan stomata dihitung dengan Gambar 1 di bawah ini:
rumus:
Kerapatan stomata = Jumlah stomata
Luas bidang pandang (*)

Tabel 1. Data Pengamatan Stomata, Berat Partikel Debu, serta Luas Daun Mangifera indica di Lingkungan yang Berbeda
Kerusakan Kerapatan stomata Berat partikel Luas daun
stomata (%) (jml/mm2 ) debu (g) (cm2 )
Jalan Kidang Pananjung 39,61 547 0,04 9,5
Cagar Alam Pananjung 16,1 280 0,02 9,6

Tabel 2. Data Pengukuran Lingkungan Fisik di Lokasi Pengambilan Sampel Daun Mangifera indica
Data fisik Jalan Kidang Pananjung Cagar Alam Pangandaran
Titik koordinat S 0704204.16 E 10803927.92 S 0704219.85 E 10803938.63
Intensitas cahaya 109 x 100 lux 30 x 100 lux
Kelembaban 76% 71%
Suhu 31,80 C 32,10 C
Jumlah kendaraan 5400 -
Kecepatan angin 2 m/s 0,3 m/s

Bentuk stomata abnormal Bentuk stomata normal

Celah stomata membuka


Celah stomata
menutup

Mikroskop cahaya Mikroskop cahaya


Perbesaran 400 x Perbesaran : 400 x
Tipe stomata : anomositik Tipe stomata : anomositik
Lokasi sampel : Jalan Kidang Pananjung Pangandaran Lokasi sampel : Cagar Alam Pananjung Pangandaran
Waktu pengambilan sampel : 10.00 WIB Waktu pengambilan sampel : 10.00 WIB

Gambar 1. Anatomi Stomata Sampel Daun Mangifera indica


Mutaqin, et.al., Vol 1, 2016 J Biodjati 16

PEMBAHASAN banyak. Fahn (1991) juga mengemukakan


bahwa jumlah stomata akan berkurang dengan
Pada hasil yang tertera pada Tabel 1 menurunnya intensitas cahaya. Berdasarkan
terlihat adanya perbedaan persentase pengamatan, tercatat intensitas cahaya di
kerusakan stomata pada daun mangga kedua lokasi pengambilan sampel sangat
(Mangifera indica) yang berada di pinggir berbeda, yaitu sebesar 109 x 100 lux di pinggir
Jalan Kidang Pananjung dengan di Cagar Jalan Kidang Pananjung dan 30 x 100 lux di
Alam Pananjung. Pada stomata di pinggir jalan Cagar Alam Pananjung. Dengan demikian,
memiliki persentase kerusakan stomata lebih kerapatan stomata selain dipengaruhi oleh zat
besar, yaitu sebesar 39,61% dibandingkan pencemar, juga dipengaruhi oleh intensitas
dengan kerusakan stomata pada daun mangga cahaya. Intensitas cahaya dipengaruhi faktor
di cagar alam sebesar 16,1 %. Hal ini penutupan vegetasi. Tumbuhan dipengaruhi
mengindikasikan bahwa pencemaran udara oleh beberapa faktor lingkungan seperti
berpengaruh terhadap tumbuhan, khususnya cahaya matahari, suhu, kelembaban udara,
dalam proses membuka dan menutupnya nutrisi tanah, naungan, bentuk pertumbuhan,
stomata. Pada saat stomata membuka, dimana dan kompetitor (Levy, 1955; Mcilroy, 1976).
kondisi udara lembab, maka gas-gas yang ada Berdasarkan pengukuran, berat partikel
di udara yang terserap tumbuhan akan debu pada sampel daun di kedua tempat
menyebabkan menutupnya stomata, akibat menunjukkan jumlah yang berbeda, di mana
akumulasi polutan pada sel penutup, sel berat partikulat debu pada daun di Jalan
penjaga, serta jaringan mesofil dan Kidang Pananjung lebih besar daripada di
mempengaruhi kinerja ion-ion dalam proses Cagar Alam Pananjung. Hal ini dimungkinkan
fotosintesis (Romadhoni dan Ubudiyah, 2011). banyak partikel debu yang menempel di Jalan
Hal senada dinyatakan oleh Solihin (2014) Kidang Pananjung sebagai akibat emisi dari
bahwa pemaparan emisi kendaraan bermotor kendaraan bermotor atau aktivitas manusia
terhadap tumbuhan dapat meningkatkan lainnya. Satria (2006) menyebutkan bahwa
tingginya persentase menutupnya celah hasil buangan dari aktivitas industri dan
stomata di samping rendahnya kadar klorofil transportasi adalah gas dan partikulat.
dan adanya kerusakan morfologi daun. Pencemar gas antara lain berupa karbon
Perbedaan signifikan juga terdapat pada monoksida (CO), oksida sulfur (SOx), oksida
nilai kerapatan stomata daun mangga pada nitrogen (NOx), dan hidrokarbon. Sedangkan
tempat berbeda. Pada stomata daun mangga di partikulat berupa asap, kabut, dan debu. Lebih
pinggir jalan memiliki kerapatan stomata lebih khusus, partikulat debu dipengaruhi oleh
besar dari stomata daun mangga di cagar alam. faktor kecepatan angin. Kecepatan angin yang
Kerapatan stomata juga dipengaruhi oleh terukur di Jalan Kidang Pananjung adalah 2
pencemaran udara. Hal ini merupakan bentuk m/s dan di Cagar Alam Pananjung adalah
adaptasi fisiologis akibat pencemaran udara. sebesar 0,3 m/s. Rachmawati (2006)
Polutan yang menempel pada stomata akan mengungkapkan bahwa makin rendah
terakumulasi dan apabila dalam jumlah yang kecepatan angin, penyebaran bahan pencemar
besar dapat merusak sel-sel stomata. Sel-sel semakin rendah, sehingga konsentrasi
stomata yang rusak akan merangsang produksi pencemar yang menempel di daun suatu
stomata dalam jumlah yang lebih banyak agar tumbuhan semakin sedikit. Namun tidak
proses fotosintesis berjalan dengan normal disimpulkan bahwa partikulat mempengaruhi
sebagai bentuk adaptasi. Gunarno (2014) kerusakan stomata atau dengan kata lain
menyatakan bahwa jumlah stomata di daerah kerusakan anatomi stomata lebih dipengaruhi
tercemar lebih tinggi disbanding di daerah oleh zat pencemar lain, terutama dari emisi
tidak tercemar. Lebih umum, Prawiranata, et kendaraan bermotor. Berdasarkan perhitungan,
al. (1995) menyebutkan bahwa keadaan jumah kendaraan bermotor yang melintasi di
lingkungan mempengaruhi frekuensi stomata. Jalan Kidang Pananjung adalah sebanyak rata-
Daun tanaman yang tumbuh pada lingkungan rata 5400 buah per hari. Sutiawan, et al.
kering dan dibawah cahaya dengan intensitas (2014) menyebutkan bahwa jumlah kendaraan
tinggi cenderung memiliki stomata yang bermotor sebesar 3.029 buah per hari dapat
Mutaqin, et.al., Vol 1, 2016 J Biodjati 17

menghasilkan 2.290,39 g/Nm3 g emisi gas dapat menyebabkan tumbuhan melakukan


buangan. Dengan demikian, maka dalam adaptasi dengan luas daun yang tidak lebar.
sehari dihasilkan emisi sekitar 0,76 g/Nm3 Selain itu, Croxdale (2000 dalam Onrizal,
dalam satu kendaraan. Selanjutnya, apabila 2005) menyatakan bahwa intensitas yang
terdapat 5400 buah kendaraan, maka tinggi akan menyebabkan suhu lingkungan
dihasilkan emisi gas buangan sebesar 4.104 menjadi tinggi pula yang dapat menyebabkan
g/Nm3, walaupun jika dibandingkan dengan peningkatan proses transpirasi.
baku mutu udara dalam Peraturan Menteri Berdasarkan hasil dan pembahasan di
Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010 atas, maka dapat disimpulkan bahwa kerapatan
masih tergolong aman. dan kerusakan stomata daun mangga
Hasil pengukuran luas daun pada sampel (Mangifera indica) dapat dipengaruhi oleh
yang diambil dari kedua tempat tidak kondisi lingkungan, di mana kerapatan dan
menunjukkan perbedaan yang signifikan. kerusakan stomata daun mangga (Mangifera
Belum diketahui secara jelas pengaruh zat indica) yang tumbuh di pinggir Jalan Kidang
pencemar terhadap luas daun. Namu Gunarno Pananjung yang banyak dilalui kendaraan
(2014) menyatakan bahwa luas daun di daerah bermotor atau aktivitas manusia lainnya lebih
tidak tercemar lebih besar dibanding di daerah besar dibanding di Cagar Alam Pananjung.
tercemar. Lebih umum, Daniel, et al. (1992)
dalam Irwanto (2006) menyebutkan bahwa UCAPAN TERIMA KASIH
faktor lingkungan lain, yaitu cahaya dapat
mempengaruhi langsung pertumbuhan Hasil penelitian ini merupakan karya
tumbuhan. Selanjutnya Fitter dan Hay (1994) ilmiah yang tidak hanya melibatkan diri
menyebutkan bahwa luas daun dapat penulis secara personal. Dengan demikian
dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari. penulis mengucapkan banyak terima kasih
Lebih khusus, Abidin (1993) menyebutkan kepada semua pihak yang telah mendukung
bahwa intensitas cahaya yang terlalu besar penelitian ini, baik itu perseorangan ataupun
dapat menyebabkan jumlah hormon auksin di institusi.
daun menjadi lebih sedikit, sehingga
menyebabkan daun tumbuh menjadi kecil. DAFTAR PUSTAKA
Bahkan Ardhana (2012) menyebutkan bahwa
salah satu bentuk adaptasi tumbuhan untuk Abidin, Z., 1993. Dasar-dasar Pengetahuan
menghindari pelayuan daun akibat transpirasi tentang Zat Pengatur Tumbuh. Cetakan
yang dipicu karena paparan intensitas cahaya ke-3. Angkasa. Bandung.
yang tinggi adalah dengan ukuran daun yang Ardhana, I. P. G., 2012. Ekologi Tumbuhan.
kecil dan tebal. Sebaliknya, bentuk adaptasi Cetakan pertama. Udayana University
dari tumbuhan terhadap kondisi lingkungan Press. Denpasar.
dengan intensitas cahaya yang rendah, Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. Gajah
tumbuhan memiliki luas daun yang lebih lebar, Mada University Press. Yogyakarta.
pengurangan respirasi, dan peningkatan Fitter, A. H. & Hay, R. K. M., 1994. Fisiologi
kecepatan fotosintesis (Fitter dan Hay, 1994). Lingkungan Tanaman. Penerjemah Sri
Hal senada disebutkan oleh Ducrey (1992 Andani dan E. D. Purbayanti. Cetakan
dalam Marjenah, 2001) bahwa tumbuhan ketiga. Gadjah Mada University Press.
melakukan adaptasi morfologi sebagai respon Yogyakarta.
terhadap intensitas cahaya rendah dengan Gunarno. 2014. Pengaruh Pencemaran Udara
ditandai luas daun yang lebih lebar terhadap Luas Daun dan Stomata Daun
dibandingkan dengan yang tumbuh di daerah Rhoeo discolor. http: //sumut. kemenag.
dengan intensitas cahaya yang lebih besar. go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/
Hasil pengukuran suhu lingkungan di wdf1414044644.pdf. Diakses pada tanggal
tempat pengambilan sampel menunjukkan 25 Mei 2016.
hasil yang tidak terlalu jauh berbeda. Namun Irwanto. 2006. Pengaruh Perbedaan Naungan
Jumin (2002 dalam Ardhana, 2012) terhadap Pertumbuhan Semai Shorea sp.
menyebutkan bahwa suhu yang terlalu tinggi
Mutaqin, et.al., Vol 1, 2016 J Biodjati 18

di Persemaian. Tesis. Sekolah Biologi Fakultas Sains dan Teknologi


Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Syarif
Karyadi, H. 2005. Pengukuran Daya Serap Hidayatullah. Jakarta.
Karbondioksida Lima Jenis Tanaman Romadhoni, M. dan I. W. A. Ubudiyah. 2011.
Hutan Kota. Skripsi. Departemen Pengaruh Polusi Udara terhadap Stomata
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Daun Angsana (Pterocarpus indicus).
Ekowisata. Fakultas Kehutanan. IPB. http://muhammadromadhoni.blogspot.co.i
Bogor. d/2011/11/pengaruh-polusi-udara-
Kastiyowati, I. 2001. Dampak dan Upaya terhadap-stomata.html. Diakses pada 24
Penanggulangan Pencemaran Udara. Mei 2016.
Puslitbang Tek Balitbang Dephan. Jakarta. Satria, N. 2006. Pendugaan Konsentrasi
Lestari, E. G. 2006. Hubungan antara Stomata Karbon Monoksida (CO) dari Sumber
dengan Ketahanan Kekeringan pada Garis (Transportasi) Menggunakan Box-
Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, Model Street Canyon. Skirpsi.
dan IR 64. Biodiversitas 7(1): 44-48. Departemen Geofisika dan Meteorologi.
Marjenah. 2001. Pengaruh Perbedaan Naungan Fakustas Matematika dan Ilmu
di Persemaian terhadap Pertumbuhan dan Pengetahuan Alam. IPB. Bogor.
Respon Morfologi Dua Jenis Semai Satolom, A. W., N. Y. Kandowangko, dan A.
Meranti. Jurnal Ilmiah Kehutanan S. Katili. 2013. Analisis Kadar Klorofil,
Rimba Kalimantan 6 (2). Indeks Stomata dan Luas Daun Tumbuhan
Mcilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Mahoni (Swietenia macrophylla King.)
Padang Rumput Tropika. Pradnya pada Beberapa Jalan di Gorontalo.
Paramita. Jakarta. http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFMIP
Onrizal. 2005. Adaptasi Tumbuhan Mangrove A/article/view/3700. Diakses pada 25 Mei
pada Lingkungan Salin dan Jenuh Air. 2016.
Jurnal Penelitian USU Repository 2-13. Sitompul, S.M. dan Guritno, B. 1995. Analisa
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:
No. 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Gadjah Mada University Press.
Pengendalian Pencemaran Udara di Solihin, A. 2014. Morfologi Daun, Kadar
Daerah. Klorofil, dan Stomata Glodokan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. (Polyalthia longifolia) pada Daerah
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian dengan Tingkat Paparan Emisi Kendaraan
Pencemaran Udara. yang Berbeda di Yogyakarta. Skripsi.
Prawiranata, Said Harran, dan Pin Program Studi Biologi Fakultas Sains dan
Tjondronegoro. 1995. Fisiologi Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan
Tumbuhan. Jilid 2. IPB. Bogor. Kalijaga. Yogyakarta
Rachmawati. 2006. Uji Pencemaran Udara Sutiawan, A.,Yulisa F., Eti S. 2014. Hubungan
oleh Partikulat Debu di Sekitar Terminal Faktor Meteorologi terhadap Tingkat
Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di
Stomata pada Tanaman Glodogan Jalan Kota Pontianak. 1(1): 5-9.
(Polyalthia longifolia). Skripsi. Jurusan

You might also like