Professional Documents
Culture Documents
NPM : 240210120124
aerator
5
J
1 2 3 4
J
J J J J
Gambar 1. Bagan rangkaian alat dan proses pengamatan pola respirasi
J J J J
Keterangan :
1. Ca(OH)2 jenuh
2. NaOH 0,1 N
3. NaOH 0,1 N
4. NaOH 0,1 N
5. Buah
Prinsip dari rangkaian alat ini adalah udara berasal dari aerator dimana udara
tersebut mengandung oksigen dan karbondioksida, karbondioksida dari udara
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
Tujuan dari pengukuran kadar CO2 karena pengukuran respirasi pada buah-
buahan diukur berdasarkan jumlah CO2 yang diproduksi. Pola respirasi buah-
buahan ada yang menunjukkan kenaikan secara tiba-tiba selama percobaan
(klimakterik) dan ada juga yang menunjukkan penurunan secara lambat selama
percobaan (non klimakterik).
Praktikum kali ini diberikan beberapa kondisi yang akan mempengaruhi laju
respirasi, diantaranya adalah suhu, etilen serta luka/memar yang terdapat pada
buah. Kondisi pertumbuhan dan perkembangan yang dianggap baik atau optimal
merupakan tahapan yang dianggap oleh manusia sebagai keadaan yang masih
layak untuk dikonsumsi. Perubahan tersebut menentukan tingkat kualitas bagi
konsumen. Perubahan ada yang dikehendaki namun ada pula yang tidak
dikehendaki. Perubahan fisiologi yang terjadi pada komoditi panenan meliputi
perubahan kimia yang akhirnya juga mempengaruhi terjadinya perubahan fisik.
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
Setelah lima hari pengamatan, didapatkan suatu pola laju respirasi buah jeruk
pada awalnya rendah kemudian laju respirasi menjadi sangat tinggi pada hari
kedua dan ketiga, kemudian menurun hingga akhirnya pada hari kelima
mengalami kenaikan. Berikut adalah hasil pengamatan terhadap laju respirasi
buah jeruk :
Tabel 1. Laju Respirasi pada Buah Jeruk
Har Samp Warna Aroma Tekstu Volum Volum Laju
i el r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam
)
1 Jeruk Hijau Khas Keras 22,8 22,4 0,88
kekuninga
jeruk (++++
n (++++ +)
+)
2 Kuning Khas Keras 20,19 46,64
(+) jeruk (++++)
(++++)
3 Kuning (+ Khas Keras 19,8 52,8
+) jeruk (+++)
(+++)
4 Kuning (+ Khas Keras 22 14,08
++) jeruk (++)
(++)
5 Kuning (+ Khas Keras 21 31,68
+++) jeruk (+)
(+)
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Buah jeruk tersebut mengalami perubahan-perubahan diantaranya, yaitu
perubahan warna, perubahan tekstur, serta perubahan aroma yang mulai konstan.
Tekstur jeruk yang semula memiliki tingkat kekerasan (+++++) semakin melunak
menjadi tingkat kekerasan (+) karena jeruk mengalami fase senesensi atau
kelayuan yang diikuti oleh pembusukan. Kehilangan air yang tinggi akan
menyebabkan terjadinya pelayuan dan pengeriputan bahan. Berubahnya warna
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
pada jeruk dapat disebabkan oleh proses degradasi maupun proses sintesis dari
pigmen-pigmen yang terdapat dalam jeruk. Selama proses pematangan, akan
terjadi degradasi klorofil yang terjadi karena adanya perubahan pH (disebabkan
karena asam organik dalam vakuola bocor), proses oksidasi, dan aktivitas enzim-
enzim khlorofilase. Sehingga warna kuning pada jeruk semakin lama semakin
dominan dibandingkan warna hijaunya. Selain itu, aroma jeruk yang semula
sangat khas jeruk segar berkurang kesegarannya sehingga aromanya tidak terlalu
terasa. Berubahnya aroma jeruk dari yang khas jeruk (+++++) menjadi khas jeruk
(+) dapat disebabkan oleh zat volatil sudah banyak yang menguap ke lingkungan.
Jeruk merupakan buah-buahan non klimaterik dimana terjadi penurunan
laju respirasi secara lambat. Data hasil pengataman menunjukkan bahwa
perubahan laju respirasi jeruk seperti laju respirasi buah klimaterik dimana terjadi
kenaikan secara mendadak kemudian turun dan naik lagi. Penyimpangan ini
terjadi akibat perubahan suhu ruangan yang berbeda setiap harinya sehingga
memengaruhi laju respirasi atau terjadi karena titrasi yang dilakukan tidak tepat.
Selanjutnya adalah pengamatan laju respirasi pada buah klimakterik yaitu
adalah apel. Berikut adalah tabel hasil pengamatan terhadap laju respirasi pada
buah apel :
Tabel 2. Laju Respirasi pada Buah Apel
Har Sampe Warna Aroma Tekstu Volum Volum Laju
i l r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam)
1 Apel Hijau Khas Keras 22,8 22,7 0,8
kemeraha apel (++++
n (+) +)
2 Hijau Khas Keras 22,5 26,4
kemeraha apel (++++
n (+) +)
3 Hijau Khas Keras 21,3 13,2
kemeraha apel (++++
n (+) +)
4 Hijau Khas Keras 20,19 16,72
kemeraha apel (++++
n (+) +)
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
g +)
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, warna kentang yang semula berwarna
coklat kekuningan, semakin lama menjadi coklat. Hal ini disebabkan terbentuknya
pigmen pada kentang yang menyebabkan perubahan menjadi berwarna coklat.
Laju respirasi kentang berlangsung lambat pada awalnya kemudian pada hari
keempat menurun dan pada hari kelima mengalami peningkatan. Hal ini
bertentangan dengan literatur yang menyatakan bahwa kentang merupakan
sayuran umbi-umbi-an yang memiliki laju respirasi rendah. Hal ini bisa
disebabkan karena keadaan lingkungan yang setiap hari berbeda sehingga
mempengaruhi laju respirasi pada kentang.
Selanjutnya adalah sampel kol. Kol merupakan jenis sayuran daun yang
memiliki laju respirasi sedang. Berikut adalah hasil pengamatan laju respirasi kol :
Tabel 4. Laju Respirasi Kol
Har Sampe Warna Aroma Tekstu Volum Volum Laju
i l r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam)
1 Kol Hijau Khas Keras, 22,8 18 42,24
muda kol (+ renyah
keputihan +) (+++)
2 Hijau Khas Renyah 22 7,04
muda kol (+ (++)
keputihan +)
3 Hijau Khas Renyah 15,2 66,88
muda kol (+ (++)
keputihan +)
4 Hijau Khas Layu 22,8 0
muda kol (++ (++)
coklat +)
5 Hijau Khas Lunak 20,8 17,6
muda kol (++ (+++)
coklat +)
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat kol mengalami perubahan warna
dari semula hijau muda keputihan menjadi hijau muda kecoklatan akibat
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
degradasi klorofil. Perubahan tekstur pada kol setiap hari juga terus bertambah
lunak akibat kol mengalami fase senesensi dan pelayuan dan terjadi degradasi sel.
Perubahan aroma menjadi lebih menyengat akibat kol menguapkan zat volatilnya,
sehingga aroma khas kol lebih menyengat. Kol merupakan jenis sayuran
berbentuk daun yang memiliki laju respirasi sedang. Namun pada tabel
menunjukan laju respirasi yang sedang pada awalnya dan terjadi peningkatan
yang pesat pada hari kedua yang turun drastis pada hari keempat dan kembali
normal pada hari kelima. Hal ini dapat disebabkan karena faktor lingkungan yang
menyebabkan kenaikan laju respirasi yang sangat pesat.
Sampel yang terakhir adalah tauge. Tauge merupakan sayuran yang dalam
proses pertumbuhan sehingga mempunyai laju respirasi yang tinggi. Berikut
merupakan hasil pengamatan laju respirasi pada tauge :
Tabel 5. Laju Respirasi pada Tauge
Har Sampe Warna Aroma Tekstu Volum Volum Laju
i l r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam)
1 Taoge Putih Khas Keras 22,8 15,8 61,6
gading (+ taoge (++++
++++) (++++ +)
+)
2 Putih Khas Keras 17 51,04
gading (+ taoge (++++)
+++) (++++)
3 Putih Khas Keras 14,4 73,92
gading (+ taoge (+++)
++) (+++)
4 Putih Khas Keras 9,9 113,92
gading (+ taoge (++)
+) (++)
5 Putih Khas Keras 17,7 44,88
gading taoge (+)
(+) (+)
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Berdasarkan tabel diatas terjadi perubahan warna pada tauge yang
sebelumnya berwarna putih gading (+++++) menjadi lebih keruh. Hal ini dapat
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
Gambar 2. Grafik Pola Laju Respirasi Jeruk, Apel, Kentang, Kol dan Tauge
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
(dalam bentuk panas). Energi yang dihasilkan dikenal sebagai panas vital, sangat
penting dalam pengelolaan atau penanganan pasca panen untuk memperkirakan
perlakuan pendinginan dan kebutuhan ventilasi dalam pengepakan. Mutu simpan
buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat
dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif serta menurunkan suhu udara.
Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai
laju respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah. Pertumbuhan organisme
perusak juga dapat diperlambat pada suhu penyimpanan rendah, namun komuditas
segar berangsur-angsur kehilangan resistensi alaminya terhadap pertumbuhan
organisme perusak.
Proses laju respirasi sangat tergantung pada suhu. Awal peningkatan respirasi
sejalan dengan peningkatan suhu dari 0oC. Hardenburg et al. (1986) mengatakan
bahwa setiap peningkatan suhu 10oC, laju respirasi secara kasar meningkat 2 3
kali. Jika suhu meningkat di atas 30 oC, grafik menjadi mendatar, yang berarti
memperlihatkan peningkatan laju respirasi yang kecil. Jika produk di berikan
perlakuan pada suhu sekitar 45oC atau lebih tinggi, produk mulai mati dan
respirasi mulai terhenti atau menurun cepat menuju kematian. Hal ini
menunjukkan, semakin tinggi suhu buah-buahan, kecepatan respirasi dipercepat
dan kemunduran dipercepat pula. Sebaliknya, semakin rendah suhu buah-buahan,
semakin rendah pula laju respirasi.
Sampel buah yang digunakan adalah jeruk, apel, kentang, kol serta tauge yang
masing-masing dikondisikan pada suhu dingin. Pada buah-buah yang akan
dilakukan proses laju respirasi dengan suhu dingin, langkah yang dilakukan sama
seperti biasanya yaitu memasang rangkaian alat menggunakan 4 buah toples
ukuran kecil dan satu buah toples ukuran besar. Tiga dari empat toples kecil diisi
larutan NaOH 0,1 N sebanyak 25 ml, dan toples terakhir diisi larutan Ca(OH) 2
atau larutan kapur jenuh sebanyak 25 ml. Fungsi larutan kapur jenuh ini adalah
untuk mengikat CO2 yang keluar dari aerator agar O2 disalurkan ke toples
berukuran besar yang berisi buah. Sedangkan fungsi larutan NaOH pada toples 2
adalah untuk mengikat CO2 yang masih tidak terikat di dalam toples 1, sedangkan
NaOH pada toples 3 dan 4 berfungsi untuk mengikat CO 2 yang dihasilkan dari
respirasi agar laju respirasinya dapat dihitung. Respirasi dilakukan setiap hari
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
Maka laju respirasi pada suhu rendah dapat dihitung. Berikut adalah tabel hasil
pengamatan terhadap laju respirasi jeruk pada suhu rendah/refrigerasi :
Tabel 6. Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi Jeruk
Har Samp Warna Aroma Tekstu Volum Volum Laju
i el r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam
)
1 Jeruk Hijau Khas Keras 20,6 21 -1,76
kekuninga jeruk (++++
n (+++++) (++++ +)
+)
2 Hijau Khas Keras 22,7 -9,24
kekuninga jeruk (++++)
n (++++) (++++)
3 Hijau Khas Keras 23,2 -11,44
kekuninga jeruk (+++)
n (+++) (+++)
4 Hijau Khas Keras 24 -14,06
kekuninga jeruk (++)
n (++) (++)
5 Hijau Khas Keras 25 -19,36
kekuninga jeruk (+)
n (+) (+)
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas, laju respirasi jeruk sangat rendah
pada penyimpanan di suhu refrigerasi. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa suhu rendah dapat mengurangi laju respirasi, aktivitas
mikroorganisme serta enzim. Laju respirasi pada jeruk juga semakin lama
semakin rendah, karena jeruk merupakan buah non klimaterik yang laju
respirasinya berangsur-angsur turun. Warna jeruk mengalami perubahan dari
warna hijau kekuningan (+++++) menjadi warna hijau kekuningan (+). Hal ini
menunjukkan walaupun perubahan warna dihambat oleh keadaan lingkungan suhu
refrigerasi, jeruk tetap mengalami penguapan zat pigmen. Tekstur jeruk pada suhu
refrigerasi lebih menunjukkan perubahan menjadi lunak. Hal ini dapat disebabkan
karena jeruk sudah mulai mengalami pembusukan atau karena lingkungan yang
tidak sesuai.
Sampel selanjutnya adalah buah apel. Volume HCl yang digunakan untuk
mentitrasi blanko adlaah 20,2 ml. Berikut adalah hasil pengamatan terhadap apel:
Tabel 7. Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi Apel
Har Samp Warna Arom Tekstur Volum Volum Laju
i el a e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam
)
1 Apel Hijau Khas Keras 20,2 19,8 1,76
sedikit apel (++),ada
merah (+) yang
bonyok
2 Hijau Bau Keras 22,4 -9,68
sedikit kulkas (++)
merah (+)
3 Hijau Bau Keras 22,6 -10,56
sedikit kulkas (+)
merah (++)
4 Hijau Tidak Agak 21,8 -7,04
sedikit berbau lunak
merah diatasny
a
5 Hijau Tidak Agak 18,2 8,8
sedikit berbau lunak
merah
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
dingin
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa laju respirasi pada kentang dengan
suhu refrigerasi ini mengalami penurunan yang stabil. Hal ini sesuai dengan
literatur bahwa suhu refrigerasi memperlamnat laju respirasi. Kentang juga
merupakan sayur umbi-umbian yang memiliki laju respirasi yang rendah.
Perubahan tekstur yang terjadi pada kentang yaitu dari keras menjadi agak keras
dan akibat terjadinya proses kelayuan pada kentang oleh traspirasi dan respirasi
juga yang berperan penting dalam kualitas jaringan tanaman adalah enzim
pektolitik. Aroma pada kentang mengalami perubahan menjadi khas kentang
dingin karena refrigerasi mengeluarkan bau yang khas sehingga bau khas kentang
menjadi menghilang
Sampel selanjutnya adalah kol. Dengan perlakuan yang sama, sampel timun
dikondisikan pada suhu refrigerasi, dengan volume HCl blanko = 21,4 ml. Untuk
pengamatan laju respirasi pada suhu refrigerasi berikut adalah hasil
pengamatannya :
Tabel 9. Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi Kol
Har Samp Warna Arom Tekstu Volum Volum Laju
i el a r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam
)
1 Kol Putih Khas Keras 21,4 20,4 4,4
kehijauan kol (++++
+)
2 Putih Khas Keras 22,9 -6,6
kehijauan kol (++++)
3 Putih Khas Keras 24,3 -12,76
kehijauan kol (+++)
4 Putih Khas Keras 25 -15,84
kekuninga kol (++)
n
5 Putih Khas Keras 27,2 -25,52
kekuninga kol (+)
n
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
bahwa kecepatan laju respirasi pada jeruk yang mengalami luka menaikkan
kecepatan respirasi jeruk. Hal ini dapat disebabkan luka apda jeruk akan
memproduksi etilen yang akan menaikkan laju respirasi.
Selanjutnya adalah pengamatan laju respirasi terhadap apel, apel diberikan
luka atau memar kemudian dihitung laju respirasinya, berikut adalah tabel hasil
pengamatannya :
Tabel 12. Pengaruh Luka Terhadap Respirasi Apel
Har Sampe Warna Aroma Tekstu Volum Volum Laju
i l r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam
)
1 Apel Merah, Khas Keras + 24 21,5 24
ada apel + ++
kuning ++
2 Merah Khas Lunak 21,8 19,36
kuning apel + +
kecoklata +
n
3 Merah Khas Lunak 21,6 21,12
kuning apel + +
kecoklata +
n
4 Merah Khas Lunak 21,3 23,76
kecoklata apel + ++
n +
5 Merah Khas Lunak 20,2 33,44
kuning apel + ++
kecoklata
n
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Berdasarkan hasil pengamatan, apel mengalami perubahan warna menjadi
merah kuning kecoklatan. Apel juga mengalami perubahan tekstur yang semula
keras (+++) menjadi lunak (++) hal ini mungkin disebbakan karena apel yang
aktif melakukan respirasi dan menuju kebusukan. Laju respirasi apel semakin
lama semakin naik. Hal ini berarti sudah sesuai dengan literatur dimana adanya
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
buah/jam
)
1 Taoge Putih Khas Hancur, 22,8 16,6 27,28
kekuninga taoge lunak +
n +++++ ++
2 Putih Khas Lunak 18 42,24
kecoklata taoge +++
n ++++
3 Kecoklata Busuk Basah, 20,8 17,6
n +++ lembek
+++
4 Hijau Busuk Hancur, 16,8 52,8
kecoklata +++ lunak +
n +++
5 Kecoklata Busuk Lunak 18,7 36,08
n ++++ ++++
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Nilai laju respirasi pada tauge mengalami kenaikan dan penurunan yang
bergantian hingga pada akhirnya mengalami penurunan. Pernyataan ini sudah
sesuai dengan literatur dimana luka atau memar pada sayuran akan mempengaruhi
kecepatan laju respirasi yaitu akan semakin cepat. Hal ini disebabkan karena luka
dapat merangsang produksi gas etilen yang mempercepat respirasi dengan
menaikkan angka laju respirasi, namun setelah itu terjadi penurunan karena tauge
mengalami pembusukan dan layu sehingga laju respirasi menjadi turun. Warna
dan aroma pada tauge juga mengalami perubahan karena zat pigmen dan zat
volatil yang banyak menguap karena terdapat luka pada tauge.
Berikut adalah grafik antara laju respirasi buah dan sayuran dan diberi
perlakuan luka/memar :
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
4. Adanya O2 dan CO2. Bila O2 diturunkan dan CO2 dinaikkan maka proses
pematangan terhambat. Dan bila keadaan anaerob tidak terjadi
pembentukan etilen
5. Interaksi dengan hormon auxin. Apabila konsentrasi auxin meningkat
maka etilen juga akan meningkat
6. Tingkat kematangan,
Gas etilen adalah hormon yang membuat buah menjadi matang. Sedangkan
etilen adalah suatu senyawa yang mudah menguap yang dihasilkan oleh buah dan
sayuran, dan diidentifikasi sebagai komponen aktif untuk memacu pematangan.
Agar buah dapat matang lebih cepat dapat ditambahkan karbit. Penggunaan karbit
tidak terlalu berpengaruh terhadap kadar mineral dan vitamin pada buah. Jadi,
karbit adalah zat kimia yang hanya merangsang pembentukan gas etilen sehingga
dapat mempercepat pematangan buah. Praktikum kali ini dibuat dua keadaan per
buah yaitu tanpa karbit dan dengan karbit. Pertama adalah pengamatan terhadap
jeruk yang disimpan dengan penambahan karbit :
Tabel 16. Pengaruh Etilen Terhadap Respirasi Jeruk
Har Samp Warna Arom Tekstu Volum Volum Laju
i el a r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam
)
1 Jeruk Hijau Karbit Keras 24 22,7 11,44
kecoklatan +++ +
bereaksi satu dengan lainnya. Perubahan warna dapat terjadi pada apel menjadi
hijau (+), hal ini terjadi baik oleh proses-proses perombakan maupun proses
sintetik, atau keduanya. Pada apel juga terjadi perubahan kesegaran dan tekstur
yang semakin melunak. Perubahan komponen-komponen buah ini diatur oleh
enzim-enzim antara lain enzym hidroltik, poligalakturokinase, metil asetate,
selullose.
Selanjutnya adalah pengamatan terhadap pengaruh etilen pada kentang.
Berikut adalah hasil pengamatannya:
Tabel 18. Pengaruh Etilen Terhadap Respirasi Kentang
Har Sampe Warna Arom Tekstu Volum Volum Laju
i l a r e e HCl Respirasi
Ke- Blank (mL) (mgCO2/k
o (mL) g
buah/jam
)
1 Kentan Coklat Karbit Keras 21 23,3 -20,24
g Kekuninga ++ ++++
n
2 Coklat Karbit Keras 23 -17,6
Kekuninga +++
n
3 Coklat Karbit Keras 23,1 -18,48
Kekuninga +++ +++
n
4 Coklat Karbit Keras 23,9 -25,52
Kekuninga ++++ +++
n
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan laju respirasi mengalami
peningkatan pada hari kedua dan selanjutnya mengalami penurunan. Hal ini
bertentangan dengan literatur yang menyebutkan bahwa penambahan karbit
efektif meningkatkan laju respirasi sayuran. Perubahan tekstur yang dialami oleh
kentang dengan penyimpanan karbit lebih cepat terjadi sehingga menandakan
kematangannya lebih cepat.
Selanjutnya adalah laju respirasi kol yang diberikan karbit, berikut adalah
hasil pengamatan terhadap kol yang diberikan karbit :
Tabel 19. Pengaruh Etilen Terhadap Respirasi Kol
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
taoge +++
+++
4 Putih ++ Khas Keras 17 47,52
taoge ++
++
(sumber : dokumentasi pribadi, 2013)
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa penambahan karbit
dapat meningkatkan kecepatan laju respirasi pada tauge. C 2H2 meningkatkan
kegiatan enzim-enzim dalam tauge yang masih dalam proses pertumbuhan.
Tekstur yang semakin melunak menandakan bahwa tauge sudah mengalami
maturasi hingga mencapai kelayuan.
Berikut merupakan grafik efek penambahan etilen pada laju respirasi sayuran
dan buah-buahan :
VI. KESIMPULAN
5. Luka atau memar pada buah akan mempengaruhi laju respirasi buah
klimakterik dan non klimakterik serta sayuran karena dapat merangsang
pembentukan etilen yang menaikkan laju respirasi
6. Penambahan karbit memberikan efek meningkatkan kecepatan laju
respirasi pada buah-buahan klimakterik dan non klimakterik dan sayuran,
karena dapat merangsang produksi gas etilen pada buah dan sayuran yang
mempercepat kematangan buah dan sayuran
DAFTAR PUSTAKA
Winarno FG, Aman M.1979. Fisiologi Lepas Panen. Bogor : Sastra Hudaya.