You are on page 1of 21

Case Report Session

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Oleh:

Havilah Zeki Rosa

1110312123

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tahun 2016
Case Report Session

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu, derajat kesehatan tidak

hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi

lingkungann dan perilaku masyarakat.


Upaya untuk mengubah perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat

kesehatan dilakukan melalui program pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Program ini telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (dahulu: Departemen

Kesehatan) sejak tahun 1996. Evaluasi keberhasilan pembinaan PHBS dilakukan dengan

melihat indikator PHBS di tatanan rumah tangga. Namun demikian, karena tatanan rumah

tangga saling berkait dengan tatanan-tatanan lain, maka pembinaan PHBS dilaksanakan

tidak hanya di tatanan rumah tangga, melainkan juga di tatanan institusi pendidikan, tatanan

tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan fasilitas kesehatan.


Walaupun program pembinaan PHBS ini sudah berjalan sekitar 20 tahun, tetapi

keberhasilannya masih jauh dari harapan. Berdasarkan Riskesdas 2013, analisis PHBS

meliputi 294.959 rumah tangga (RT) (220.895 RT tanpa balita dan 74.064 RT memiliki

balita). Proporsi nasional RT dengan PHBS baik adalah 32,3%, dengan proporsi tertinggi

DKI Jakarta 56,8% dan proporsi terendah Papua 16,4%. Terdapat 20 provinsi yang masih

memiliki RT dengan PHBS baik dibawah proporsi nasional. Proporsi nasional RT PHBS

baik pada tahun 2007 adalah sebesar 38,7%, ini menunjukkan bahwa terjadinya penurunan

di tahun 2013. Hal ini jelas menuntut peningkatan kinerja yang luar biasa dalam pembinaan

PHBS.
Case Report Session

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014 diperoleh gambaran rumah

tangga sehat di kota Padang hanya 67,5%. Tidak jauh berbeda dengan pencapaian kota

Padang, di wilayah kerja puskesmas Lubuk Kilangan hanya 64,71% rumah tangga yang ber-

PHBS. Padahal target Kementerian Kesehatan menetapkan rumah tangga di Indonesia yang

mempraktikkan PHBS pada tahun 2014 adalah 70%. Data diatas menunjukkan persentase

rumah tangga ber-PHBS belum mencapai target nasional yang telah ditetapkan. Berdasarkan

permasalahan tersebut, penulis perlu membahas pelaksanaan program PHBS di Puskesmas

Lubuk Kilangan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan program PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan?
2. Bagaimana pencapaian program PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan?
3. Apa saja permasalahan dalam pelaksanaan program PHBS di Puskesmas Lubuk

Kilangan?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk PHBS masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang pelaksanaan program PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan.
2. Mengetahui tentang pencapaian program PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan.
3. Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program PHBS di Puskesmas Lubuk

Kilangan.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada

berbagai literatur, pengamatan terhadap data, serta diskusi dengan kepala puskesmas, kepala

tata usaha, dan penanggungjawab program PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan.


Case Report Session

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi PHBS


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan

atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,

kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan

dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, PHBS

mencakup beratus-ratus bahkan beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.


2.1.1. Konsep Tatanan
Tatanan adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi

lingkungan, sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalah-

masalahnya di bidang kesehatan. Dengan demikian, pembinaan PHBS harus

disesuaikan untuk masing-masing tatanan.


Telah disepakati adanya lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan

institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas

kesehatan. Akan tetapi, untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS, praktik PHBS

yang diukur adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Telah ditetapkan 10

(sepuluh) indikator untuk menetapkan apakah rumah tangga telah mempraktikkan

PHBS.
Case Report Session

2.1.2. Masyarakat dalam tatanan


Perlu disadari bahwa PHBS di tatanan rumah tangga sangat dipengaruhi oleh

PHBS di tatanan-tatanan lain. Demikian sebaliknya, PHBS di tatanan lain juga

dipengaruhi oleh PHBS di tatanan rumah tangga.

Gambar 2.1. Saling-pengaruh antar-tatanan dalam PHBS

2.2. PHBS di Berbagai Tatanan


PHBS mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan dimana pun seseorang berada

baik itu di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan,

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan.
2.2.1. PHBS di Rumah Tangga
Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga adalah:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan/dokter) karena

menggunakan peratalatn yang aman, bersih dan steril sehingga dapat mencegah

infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

2. Memberi ASI eksklusif


ASI (air susu ibu) adalah makanan alamiah dengan kandungan gizi yang

cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi. Bayi yang diberi ASI eksklusif adalah
Case Report Session

bayi yang sejak lahir sampai enam bulan hanya diberi ASI saja, tanpa makanan

atau minuman tambahan apapun.


3. Menimbang bayi dan balita
Bayi dan balita perlu ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhan

dan perkembangannya. Penimbangan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1

bulan sampai 5 tahun di Posyandu.


4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman penyebab penyakit. Sabun

dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, tanpa sabun kotoran dan

kuman masih tertinggal di tangan.


5. Menggunakan air bersih
Air yang bersih secara fisik adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau,

tidak berasa, dan tidak keruh.


6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran

manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa

atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkannya.


7. Memberantas jentik di rumah
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan

jentik berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala (PJB)

adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam

rumah yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.


8. Makan sayur dan buah setiap hari
Anggota keluarga diharapkan mengkonsumsi 3 porsi buah dan 2 porsi sayur

atau sebaliknya setiap hari.


9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Setiap anggota keluarga diharapkan melakukan aktivitas fisik 30 menit dalam

sehari. Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan


Case Report Session

kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan

bugar sepanjang hari.


10. Tidak merokok di dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah.
2.2.2. PHBS di Institusi Pendidikan
Di institusi pendidikan harus mempraktikkan perilaku mencuci tangan

menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan

jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak

mengonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA),

tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain-lain.


2.2.3. PHBS di Tempat Kerja
Di tempat kerja sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat

menciptakan tempat kerja ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan dengan sabun,

mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang

sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak

meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.


2.2.4. PHBS di Tempat Umum
Di tempat umum mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunkan jamban

sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi

NAPZA, tidak meludah sembarangan tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-

lain.
2.2.5. PHBS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Di fasilitas pelayanan kesehatan sasaran primer harus mempraktikkan perilaku

yang dapat menciptakan fasilitas pelayanan kesehatan ber-PHBS, yang mencakup

mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di

tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi NAPZA, tidak meludah di

sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain.


2.3. Pembinaan PHBS
Case Report Session

Pada masing-masing tatanan dapat dijumpai tiga kelompok besar sasaran pembinaan

PHBS, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder, dan sasaran tersier. Sasaran primer berupa

sasaran langsung, yaitu individu anggota masyarakat, kelompok-kelompok dalam

masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan, yang diharapkan untuk mempraktikkan

PHBS.
Sasaran sekunder adalah mereka yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam

pengambilan keputusannya untuk mempraktikkan PHBS. Ia akan menjadi panutan bagi

kelompoknya atau bagi masyarakat, seperti misalnya tokoh dan pemuka adat, tokoh atau

pemuka agama, tokoh pemuda dan lain-lain. Sedangkan sasaran tersier adalah mereka yang

berada dalam posisi pengambilan keputusan formal, sehingga dapat memberikan dukungan,

baik berupa kebijakan/ pengaturan dan atau sumber daya dalam proses pembinaan PHBS

terhadap sasaran primer.


2.4. Peran Pemangku Kepentingan diberbagai Tingkat Pemerintahan dan Tatanan
Pembinaan PHBS dilakukan di semua tatanan, sehingga tidak hanya Kementerian

Kesehatan yang terlibat. Pembinaan PHBS merupakan kerja bersama yang melibatkan

Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama,

Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian

Lingkungan Hidup, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, organisasi kemasyarakatan,

tokoh masyarakat, swasta, dunia usaha dan lain-lain. Kerjasama dikoordinasikan dalam

bentuk Kelompok Kerja Operasinal (Pokjanal) dan Forum yang diintegrasikan dengan

Pokjanal dan Forum-forum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.


Case Report Session

Gambar 2.4. Keterlibatan pemangku kepentingan dalam pembinaan PHBS


2.5. Pemantauan dan Evaluasi
Untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS yang diukur atau dievaluasi adalah PHBS

di tatanan rumah tangga. Pemantauan pembinaan PHBS di tatanan lain dilakukan oleh

Kementerian Kesehatan dengan memanfaatkan data dari system informasi PHBS yang

terintegrasi dalam system Informasi Kementerian terkait. Hasil pengolahan data diumpan-

balikkan untuk tujuan perbaikan.


Evaluasi dilakukan terhadap dampak pembinaan PHBS, yaitu yang berupa perubahan

perilaku masyarakat di tatanan rumah tangga. Evaluasi dilakukan beberapa tahun sekali

dengan menyelenggarakan survai secara nasional terhadap masyarakat. Oleh karena survai

secara nasional memerlukan biaya yang cukup besar, maka evaluasi terhadap keberhasilan

pembinaan PHBS diintegrasikan dengan survai-survai yang diselenggarakan oleh

Kementerian Kesehatan yaitu Riset Kesehatan Dasar dan oleh Badan Pusat Statistik seperti :

Susenas, SDKI dan lain-lain.


Case Report Session

BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1. Sejarah Puskesmas

Puskesmas Lubuk Kilangan didirikan diatas tanah wakaf yang diberi oleh Kerapatan

Adat Nagari (KAN) pada tahun 1981 dengan luas tanah 270 m 2 dan gedung puskesmas

didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 m2, pada tahun itu juga puskesmas

mempunyai satu buah Puskesmas Pembantu (Pustu) di kelurahan Baringin. Pembangunan

puskesmas ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pelayanan

yang diberikan saat itu meliputi Balai Pengobatan (BP), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan

apotik. Jumlah pegawai yang ada pada saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah

mengalami beberapa kali pergantian Pimpinan Puskesmas.

Pada tahun 1997 telah dilakukan renovasi puskesmas secara maksimal, karena adanya

keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat itu dijadikan kantor dan juga
Case Report Session

ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya. Pada tahun awal 2012 dan 2013 ada

renovasi kembali pada gedung utama kantor dan pada ruang pelayanan sehingga pada saat

sekarang ruang pelayanan sudah semakin baik.

Saat sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri dari

beberapa ruangan kantor, seperti: P3K, Rekam Medis (RM), BP Umum, BP Lansia, BP

Gigi, KIA, KB, Laboratorium, Apotik, Pojok Konsultasi, Imunisasi, dan gudang dengan

jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang termasuk pustu. Walaupun demikian bangunan

Puskesmas Lubuk Kilangan saat sekarang masih belum mempunyai gudang gizi (PMT).

Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6 Upaya

Kesehatan Wajib, yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program Kesehatan Lingkungan

(Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan Keluarga Berancana (KB), Program

Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan Pemberantasan Menular (P2M) dan

Pengobatan (BP) juga ada Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu: Upaya Kesehatan

Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut, Upaya

Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia).

3.2. Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan terletak di Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota

Padang yang terdiri dari tujuh kelurahan dengan luas wilayah +85,99 km2 terdiri dari 7

kelurahan dengan luas sebagai berikut:

a Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2

b Kelurahan Indarung : 52.1 Km2

c Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2

d Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2


Case Report Session

e Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2

f K

el

ur

Baringin : 1.65 Km2

g Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2

Dengan kondisi 40% dataran rendah dan 60 % dataran tinggi Curah hujan 471 mm /

bulan, temperatur antara 28 0 310C adapun batas wilayah sebagai berikut:

a Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh

b Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok

c Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung

d Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung


Case Report Session

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2015
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015

3.3. Kondisi Demografis

Tabel 3.1 Jumlah penduduk kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2015


No Kelurahan Jumlah KK Jumlah Jiwa RT RW
1 Bandar Buat 2.743 14.359 43 11
2 Padang Besi 1.610 6.797 20 4
3 Indarung 2.632 11.069 44 12
4 Koto Lalang 1.550 6.563 31 8
5 Batu Gadang 1.489 6.480 21 5
6 Baringin 244 2.277 5 2
7 Tarantang 439 2.460 7 2
Jumlah 10.707 50.032 171 44
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015

Berdasarkan data di atas jumlah penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah sebanyak

50.032 jiwa dengan jumlah KK 10.707, RT sebanyak 171 dan RW sebanyak 44 dengan rata-

rata anggota keluarga 4 orang serta kepadatan penduduk 489/km.

3.4. Sarana dan Prasarana

3.4.1 Sarana di Kecamatan Lubuk Kilangan Tahun 2015

Tabel 3.2 Jumlah sarana pendidikan di kecamatan Lubuk Kilangan tahun 2015
No Kelurahan TK SD SMP SMA
1 Bandar Buat 10 6 3 0
2 Padang Besi 2 4 0 0
3 Indarung 3 6 1 2
4 Koto Lalang 3 3 0 0
5 Batu Gadang 1 2 0 1
6 Baringin 1 1 0 0
7 Tarantang 1 1 0 0
Jumlah 18 23 4 3
Case Report Session

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015

Berdasarkan data di atas sarana pendidikan di Kecamatan Lubuk Kilangan tahun

2013 adalah sebanyak 48 yang terdiri dari 18 TK, 23 SD, 4 SMP dan 3 SMA.

Sarana kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan adalah sebanyak 39 yang terdiri

dari 34 sarana dalam kondisi baik dan 5 sarana dalam kondisi rusak, termasuk sarana

penunjang dan sarana prasarana lain dalam Puskesmas. Data kondisi sarana kesehatan

di Puskesmas Lubuk Kilangan ditampilkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kondisi sarana kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015
Kondisi
Jenis Sarana dan
No Jumlah Rusak Rusak Rusak
Prasarana Baik
Ringan Sedang Berat
I Sarana Kesehatan
1 Puskesmas Induk 1 1 0 0 0
2 Puskesmas Pembantu 3 2 0 1 0
3 Rumah Dinas Dokter 1 0 1 0 0
Rumah Dinas
1 0 1 0 0
4 Paramedis
5 Poskeskel 7 7 0 0 0
Puskesmas Keliling
1 1 0 0 0
6 roda 4
7 Ambulance 1 1 0 0 0
9 Sepeda Motor 4 4 0 0 0
II Sarana Penunjang
1 Komputer 10 10 0 0 0
2 Laptop 4 4 0 0 0
3 Mesin Tik 2 1 0 0 1
4 Telepon 1 - 0 0 1
5 Listrik 1 1 0 0 0
6 Sarana Air Bersih 1 1 0 0 0
III Sarana dan Prasarana
lain dalam Puskesmas
1 Laboratorium 1 1 0 0 0
Jumlah 39 34 2 1 2
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015

Sarana dan prasarana yang ada di puskesmas Lubuk Kilangan terdiri dari sarana

kesehatan, sarana penunjang, dan sarana dan prasarana lain dalam puskesmas yaitu
Case Report Session

laboratorium dengan total berjumlah 39 unit. Terdapat 34 unit dalam kondisi baik, 2

unit dalam kondisi rusak ringan, 1 unit rusak sedang, dan 2 unit rusak berat.

3.4.2 Prasarana di Kecamatan Lubuk Kilangan Tahun 2015

Prasarana yang terdapat di Kecamatan Lubuk Kilangan antara lain:

1. Posyandu Balita : 43 Pos

2. Posyandu Lansia : 14 Pos

3. Kader Kesehatan : 164 Orang

4. Praktek Swasta Dokter Umum : 5 orang

5. Prakter Swasta Dokter Gigi : 2 Orang

6. Praktek Bidan Swasta : 21 orang

7. Klinik Bersalin : 5 Buah

8. Rumah Obat : 5 Buah

9. Rumah Sakit Swasta : 1 Unit

10. Pengobatan Tradisional : 109 Buah

11. Toga : 162 Buah

3.5. Sasaran Puskesmas

1. Jumlah penduduk : 50.032 Jiwa

2. Bayi : 1.638

3. Batita : 2.080

4. Baduta : 2.048

5. Anak Pra-Sekolah : 1.953

6. Ibu Hamil (Bumil) : 1.146

7. Ibu Nifas (Bufas) : 1.091


Case Report Session

8. Ibu Bersalin : 1.091

9. Ibu meneteki (Buteki) : 2.048

10. Lansia : 4.853

11. PUS (Pasangan Usia Subur) : 14.129

Idealnya, jumlah masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan untuk satu puskesmas

adalah 30.000 penduduk. Berdasarkan data di atas juga dapat dilihat bahwa jumlah

penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah 50.032 penduduk. Hal ini

tentunya menunjukkan bahwa rasio puskesmas terhadap jumlah penduduk belum mencapai

standar ideal.

3.6. Ketenagaan

Sumber daya manusia dalam sistem kesehatan terdiri atas tenaga kesehatan dan non

kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan. Tenaga kesehatan dan non kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada

pasien yang berobat di Puskesmas Lubuk Kilangan berjumlah 58 orang dan terdiri dari:

Tabel 3.4 Data ketenagakerjaan di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2015


No Jenis Ketenagaan Jumlah Status Kepegawaian
1 Dokter 2 PNS
2 Dokter Gigi 2 PNS
3 Sarjana Kesmas 3 PNS
4 Sarjana Keperawatan 2 PNS
5 Rekam Medik 1 PNS
6 AKL 1 PNS
7 D3 Keperawatan 3 PNS
8 D3 Kebidanan 15 14 PNS, 1 PTT
9 D3 Gizi 1 PNS
10 Perawat Gigi 3 PNS
11 Perawat (SPK) 6 5 PNS, 1 honor
12 Bidan (D1) 10 8 PNS, 2, 2 PTT
13 Ass. Apoteker 2 PNS
14 Pekarya Kesehatan 3 PNS
15 SMA 3 PNS
Case Report Session

16 AAK 1 PNS
JUMLAH 58
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015

Secara kuantitatif, sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Lubuk

Kilangan sudah memenuhi standar rata-rata, dimana berdasarkan lampiran Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 dijelaskan bahwa jumlah minimal tenaga

kesehatan untuk puskesmas non rawat inap kawasan perkotaan adalah 22 orang. Meskipun

demikian, secara kualitatif tetap diperlukan upaya peningkatan kualitas SDM di Puskesmas

Lubuk Kilangan melalui pendidikan dan pelatihan, demi terwujudnya pengembangan upaya

kesehatan yang lebih baik.

Jumlah Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan: Jumlah kader

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan berjumlah 172 orang, namun yang

aktif hanya berjumlah 163 orang. Jumlah kader yang terbanyak terdapat di Kelurahan

Indarung, sedangkan jumlah kader yang paling sedikit terletak di Kelurahan Tarantang dan
Case Report Session

Beringin.

Gambar 3.2 Grafik Kader Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk


Kilangan Tahun 2015
Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015
Case Report Session

Berdasarkan grafik diatas, jumlah posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan sebanyak 43 Posyandu dengan jumlah total kader sebanyak 172 kader.

Masing-masing posyandu di 7 kelurahan di Kecamatan Lubuk Kilangan mempunyai jumlah

kader yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan jumlah posyandu yang ada di Kelurahan

tersebut.

3.7. Data Program PHBS Puskesmas Lubuk Kilangan


3.7.1 Program PHBS
3.7.2 Pencapaian program PHBS
Menurut data PHBS per kelurahan di Kecamatan Lubuk Kilangan pada tahun 2015

didapat kelurahan Indarung memiliki persentase paling tinggi sebesar 75,5% diikuti

Kelurahan Bandar Buat sebesar 75%. Sedangkan kelurahan dengan PHBS terendah

yaitu Kelurahan Koto Lalang 52% dan diikuti Kelurahan Baringin 55%. Adapun

rinciannya dapat dilihat pada grafik berikut.

Gambar 3.1 Data PHBS Lubuk Kilangan Tahun 2015

Program PHBS yang dilakukan di Puskesmas Lubuk Kilangan mengacu pada


Case Report Session

ketetapan Menteri Kesahatan yang meliputi 10 indikator PHBS. Adapun pencapaian

per indikator di Wilayah Lubuk Kilangan dapat dilihat pada grafik berikut.

Linakes
ASI Eksklusif
Menimbang Balita
Air Bersih
CTPS
Jamban Bersih
Memberantas Jentik
Makan Buah dan Sayur
Aktifitas Fisik
Tidak Merokok

Gambar 3.2 10 Indikator PHBS di Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2015

BAB IV
PEMBAHASAN
Case Report Session

BAB V
PENUTUP

You might also like