You are on page 1of 18

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

Modul Kardiovaskular 2011

SEKSI PENDIDIKAN 2009


Ade Ilyas Mukmin
Anggi Puspita Nalia Pohan
Dessy Framita
Dina Elita
Enninurmita Hazrudia
Fitria Chandra Nugraheni
Gusti Teguh Riyanto
Kabisat Febiachrulia
Karina Kalani Firdaus
Monika Besti Yolanda
Qam Qam Qurratul Aini
Riska Wahyuningtyas
Rizka Ramadhani
Tika Ayu Pratiwi
Wahyu Permata Sari
Zahra Suhardi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2011

1
PATOLOGI KLINIK

1. Pungsi Darah Vena (Flebotomi)


Untuk pemeriksaan hematologi biasanya pakai darah kapiler atau vena
Alat yang diperlukan:
- karet pembendung
- kapas alkohol
- jarum semprit (APAAN NIH?! HAHAHA)
- lancet
- tabung penampung / vacuette
Pada dewasa biasanya dipakai salah satu vena pada fossa cubiti, sedangkan pada bayi
biasanya dipakai vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior.
Langkah-langkah :
1. Bersihkan area yang akan diambil darah dengan menggunakan alkohol 70% dan
biarkan sampai kering.
2. Jika memakai vena pada fossa cubiti, pasanglah karet pembendung pada lengan atas
(3 jari dari fossa cubiti) dan pasien disuruh mengepal. Pembendungan vena dilakukan
dengan cukup erat untuk memperlihatkan/menonjolkan vena. Jangan lakukan
pembendungan vena dengan sangat erat karena akan menimbulkan pemekatan darah
(hemokonsentrasi)
3. Tusuklah kulit dengan jarum dan semprit sampai jarum masuk ke dalam lumen vena.
Isaplah darah perlahan-lahan kedalam semprit sampai jumlah darah yang dikehendaki
didapat.
4. Lepaskan pembendungan dan letakkan kapas diatas jarum sambil mencabut jarum
tersebut secara perlahan-lahan.
5. Mintalah pasien menekan tempat tusukan dengan menggunakan kapas tadi selama
beberapa menit.
6. Tusukkan jarum dan semprit ke tutup tabung penampung darah (vacuette) sehingga
darah mengalir kedalam tabung melalui dinding sampai berhenti sendiri (jangan
disemprotkan/ditekan).
7. Setelah darah berhenti mengalir, cabut jarum dengan semprit tersebut lalu buanglah
ke tempat khusus alat-alat infeksius.

Udah pada paham lah ya


gimana cara melakukan
flebotomi..

2
Nah, kalo darahnya udah diambil dimasukkin ke sini nih, namanya vaccuete..
Vaccuete ini tidak punya tekanan di dalamnya, jadi
pada saat kita menusukkan spuit ke dalamnya, darah
akan terisap secara otomatis akibat perbedaan tekanan.
Ada metode flebotomi yang langsung pake
vaccuete ini. Jadi ga spuit lagi. Jarum ditusukkin ke
vena, kemudian dihubungkan dengan vaccuete, yang
ngambil darah mah ga perlu repot-repot narik-narik
darah lagi, karena disebabkan oleh perbedaan tekanan,
darah terisap sendiri ke dalam vaccuete.. canggih dan
mengurangi rasa sakit..

By: Zahra Suhardi


2. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)
Pengendapan sel darah merah terjadi ketika darah yang telah diberi antikoagulan
mengendap (astaga, ya iya lah). Kecepatan sel darah merah turun ke bawah untuk mengendap
inilah yang dinamakan Laju Endap Darah (LED).
Mengendapnya sel darah merah ini dapat terjadi dengan adanya perbedaan berat jenis
(densitas) sel darah merah dengan mediumnya. Seperti yang disebutkan di penuntun
praktikum, densitas eritrosit itu 6-7% lebih tinggi dari plasma.
Pengendapan sel darah merah dapat dicapai karena pembentukan Roleau (jamak:
roleaux). Roleaux artinya penimbunan sel darah merah, bayangin aja kayak koin-koin yang
numpuk gitu. Nah, kalo para eritrosit ini membentuk roleau, maka sel-sel ini bersama-sama
bakal jadi lebih berat dan saling nindih satu sama lain gitu (koin yang numpuk jadi satu trus
jatuh bareng-bareng tu lebih berat kan ya jadinya). Pengendapan akan lebih cepat ketika
ukuran dan jumlah roleau semakin besar. Karena itu, faktor yang mendukung pembentukan
roleau meningkatkan LED dan faktor yang menghambat pembentukan roleau menurunkan
LED. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Ukuran roleau
seperti yang udah disebut sebelumnya, semakin besar roleau yang terbentuk, semakin
cepat mereka jatuhnya.
2. Faktor plasma
a. protein plasma (peningkatan protein plasma  peningkatan pembentukan
roleaux)
Normalnya sel darah merah cenderung terpisah satu sama lain karena masing-
masing memiliki muatan negatif (jadi mereka saling menolak gitu). Protein plasma,
seperti fibrinogen dan globulin menetralisasi muatan tersebut sehingga membuat
sel darah merah lengket. Karena ini, kalo konsentrasi fibrinogennya meningkat
di dalam plasma, gaya saling tolak sel darah merah menghilang sehingga
terbentuklah roleaux. Nah, di beberapa keadaan patologis, selain fibrinogen,
faktor plasma lainnya (namanya acute phase-reactants) juga meningkat di dalam
darah. Fasa reaktan ini juga menetralkan muatan pada permukaan sel darah merah
dan menyebabkan terjadinya pembentukan roleaux. Salah satu contoh dari acute

3
phase-reactant ini yaitu peningkatan CRP (C reactive protein) dalam plasma pada
demam rematik akut.
b. Viskositas
Kalo mediumnya lebih kental (viskositas tinggi), tentu aja eritrosit jadi lambat
pengendapannya. Begitu juga kalo plasmanya lebih encer (viskositas rendah), si eritrosit
bakal lebih cepet meluncur ke bawah. Dengan demikian, dalam kondisi ketika viskositas
darah meningkat (misalnya pada polisitemia), LED turun, dan ketika viskositasnya turun
(misalnya anemia), LED nya meningkat.
3. Jumlah dan Ukuran Sel Darah Merah
Seperti yang kita tahu, sel darah merah kan bentuknya cakram bikonkav.
Bentuk ini ternyata berpengaruh terhadap pembentukan roleau. Perubahan bentuk sel
darah merah menghambat pembentukan roleau. Karenanya, pada sickle cell disease
(anemia bulan sabit) LED nya rendah, meskipun si pasien mengalami anemia (tadi
kalo anemia harusnya LED nya jadi gimana hayooo).
4. Faktor Teknis dan Mekanis
a. Suhu
LED meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Kenapa bisa gitu?
Ternyata si suhu ini meningkatkan LED dengan cara mengurangi viskositas darah
(jadi suhu ngencerin darah sehingga LEDnya meningkat)
b. Posisi Pipet
Kan si pipet ini harus tetep tegak vertical, kalo berubah posisi, miring gitu,
tentu aja LEDnya berubah.

Yang perlu diinget, pembentukan roleaux menjadi agregat adalah fase pertama
pengendapan darah, yang diikuti dengan pengendapan agregat pada fase kedua dan
terbentuknya agregat padat di dasar pipet sebagai fase ketiga.

PRINSIP
Darah yang sudah dicampur dengan antikoagulan diambil sebanyak satu pipet dan
dibiarkan dalam posisi vertikal. kolom darah merah akan terlihat pada awal (0 jam) dan
setelah 1 jam dan 2 jam. Jarak perpindahan kolom (mm) dicatat sebagai Laju Endap Darah
(mm/hr).

ALAT, BAHAN, CARA KERJA, KESALAHAN PADA UJI LED


Liat penuntun praktikum yaaa
Ni gambar yang didapat dari praktikum. Cara ngebaca hasilnya adalah dengan ngeliat
seberapa dalam plasma darah dari permukaan.

4
NILAI NORMAL (http://www.phclab.com/News/Newexamplesop.htm)
Laki-laki : 1-10 mm/jam
Perempuan : 3-14 mm/jam
Versi praktikum
Laki-laki 10 mm/jam
Perempuan 15 mm/jam
FYI, uji LED ini satu-satunya uji laboratorium yang menunjukkan nilai normal lebih
tinggi pada perempuan daripada laki-laki (biasanya kan kalo uji apa2 cowok lebih tinggi
hasilnya).

INTERPRETASI
Kondisi yang menurunkan LED:
Polisitemia vera, CHF, anemia sel sabit, mononucleosis infeksius, defisiensi faktor V, artritis
degeneratif, angina pektoris, pengaruh obat (ethambutol, kinin, salisilat, kortison, prednison)
Kondisi yang meningkatkan LED:
AR, demam reumatik, MCI akut, kanker, penyakit Hodgkin, myeloma multipel,
limfosarkoma, penyakit-penyakit inflamasi, kehamilan (trimester kedua dan ketiga), obat-
obatan (metildopa, metilsergid, penisilamin, prokainamid, teofilin, vitamin A)

5
Ini gambar pas proses penghitungan Laju Endap Darah. Pipet harus dihindarkan dari
getaran..
Ayo tebaakk,,siapakah orang yang ada di foto..?? (Hahaha,, ga penting)
By: Kabisat Febiachrulia
Sumber:
1. penuntun praktikum PK
2. Pal GK. Textbook of practical physiology. Orient Blackswan. 2001.p.102-6.
3. Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Ed 6. Jakarta: EGC;
2008.p.175-7
4. http://www.rosalindfranklin.edu/DNN/Portals/24/documents/microbiology/ClinicalIm
munology/Hematology/Erythrocyte_Sedimentation_Rate.pdf diakses pada 8 Juni
2011

6
3. Penetapan Kadar Hemoglobin
Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah merupakan salah satu metode paling
sederhana untuk mendiagnosis anemia polisitemia. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
cepat dan dengan jumlah darah yang sedikit. Keakuratan hasil akan bergantung pada metode
yang digunakan.

Kadar hemoglobin dinyatakan dalam gram tiap 100 ml total darah. (g/dl)
Berikut ini merupakan kadar hemoglobin normal pada kelompok populasi yang berbeda
Kelompok Populasi Kadar normal (gram tiap 100 ml total
darah)
Bayi pada saat lahir 18-27 gram
Anak-anak 10-15 gram
Laki-laki (dewasa) 14-17 gram
Wanita (dewasa) 12-16 gram

Terdapat beberapa metode dalam menentukan hemoglobin:


1. Metode Spektrofotometer (cyanmethemoglobin dan oxyhemoglobin)
Pada intinya prinsip metode cyanmethemoglobin ini adalah dengan
melarutkan darah pada larutan Drabkin, sehingga dapat mengubah hemoglobin
menjadi cyanmethemoglobin. Kemudian kandungan hemoglobin ini ditentukan
dengan pengukuran pada spektrofotometer.
Sedangkan untuk metode oxyhemoglobin ini, prisipnya dengan melarutkan
darah dengan larutan ammonium hidroksida, yang mana kemudian dapat mengubah
hemoglobin menjadi oxyhemoglobin. Kemudian, kandungan hemoglobin ini akan
diukur dengan spektrofotometer.
2. Metode Visualisasi
Metode visual ini menggunakan asam untuk mengubah hemoglobin dalam
darah menjadi hematin asam. Produk konversi ini menjadi campuran warna yang
dapat dilihat secara visual dan kemudian dibandingkan dengan warna standar. Metode
ini terdiri dari Sahli-Hellinge dan Haden-Hausser.
Beda dengan metode spektrofotometer adalah pada metode ini lebih
membutuhkan ketelitian dari pengamat, sehingga lebih subjektif, beda dengan
spektrofotometer, ia bisa mendeteksi serapan cahaya dengan baik (asal alatnya gak
rusak).

Metode Sahli-Hellige
Prinsip Sahli-Hellige adalah hemoglobin dikonversi menjadi hematin asam oleh
larutan HCl (asam hidroklorida). Hematin asam ini kemudian dilarutkan pada tabung
kalibrasi sampai warnanya sama dengan standar warna pada alat hemometer. Konsentrasi
hemoglobin pada gram/100 ml dibaca setinggi meniskus pada tabung kalibrasi.

Plus n Minus:
Plus: Kehebatan metode ini adalah sederhana langkah kerjanya sehingga mudah sekali
dilakukan oleh siapapun yang ingin melalukan pemeriksaan kadar hemoglobin.

7
Minus: Wah klo kekurangan metode ini lumayan banyak juga sih, ini ni penjabarannya:

 Ternyata warna hematin asam akan secara bertahap meningkat intensitasnya,


dan mencapai intesitas maksimum pada menit ke-30. Oleh karena itu, jangan
lama-lama membaca hasilnya, biasanya tes ini dibaca paling akhir pada menit ke-
10, dimana pada menit ini 95% warna telah tampak bercampur. Oleh karenanya
penting sekali mempertimbangkan interval waktu mencampur dan membaca untuk
menghindari hasil pembacaan yang lebih besar.
 Hematin asam ini sebenarnya bukan merupakan larutan sejati, namun ia
merupakan suatu suspensi. Sehingga preparatnya bisa menjadi tidak jelas dan
akan terbentuk sedimentasi yang mengakibatkan kesalahan serius. Hal ini akan
sangat berbahaya dalam menegakkan penyakit leukimia.
 Jika sel darah putih lebih dari 100.000 akan menghasilkan larutan yang kaya akan
hematin asam yang mana kemudian akan meningkatkan pengukuran hasil
hemoglobin sebesar 5-10 persen.
 Gak bisa dipake buat anak bayi karena hemoglobin fetal tidak dikonversi menjadi
hematin asam.
 Teknik visual ternyata memiliki kesalahan yang sudah jadi sifatnya yaitu sebesar
15-30%. Oleh karenanya, kadar Hb yang didapat melalui metode Sahli hendaknya
tidak digunakan untuk mengukur indeks darah.
 Sekitar 2-12% total Hb darah bersirkulasi sebagai methemoglobin,
carboxyhemoglobin, dan sulfhemoglobin yang mana ketiganya tidak dapat
dikonversi pada larutan asam menjadi hematin asam.

Alat dan Bahan:


Darah dengan antikoagulan K3DTA atau Na2EDTA
Reagen HCl 0,1 N
Alat hemoglobinometer (hemometer) Sahli
Pipet Sahli 20 L
Batang gelas pengaduk
Pipet tetes

8
warnanya
disamakan
dengan kanan-
kirinya (larutan
standar), abis itu
dibaca Hb pada
skalanya.

Cara Kerja:
(Sama kayak yang di penuntun praktikum, udah lengkap banget)
Tambahannya:
Kalau dari sumber lain, waktu pencampuran seharusnya 10 menit (waktu untuk
pembentukan warna- pembentukan hematin asam).

Hasil Laporan
Kadar Hb dilaporkan dalam satuan gram per 100 ml, atau g/dL, sesuai pembacaan
akhir pengenceran. Berdasarkan ketelitian cara ini maka hasil dibaca sampai nilai 0,5 g/dL.
Misal, klo ada hasil Hb= 11,3 g/dL, kita ambilnya yang kelipatan 0,5 atau dalam kasus ini
kita buletin jadi 11,5 g/dl. Misal lagi ada Hb= 11,8 g/dl, maka kita ambil yang mendekati ke
bulat, yaitu 12 g/dl.
Sumber Kesalahan (udah lengkap yang di penuntun praktikum, hua bingung mau nambahin
apa lagi)

Tambahan:
Untuk Metode Haden-Hauser
Pada metode ini, kita harus mengukur kuantitas darah setelah dicampur
dengan larutan HCl selama 30 menit baru kemudian dibaca dan dibandingkan dengan
skala standar warna. Alatnya pun juga berbeda dengan metode Sahli, dimana Haden-
Hausser hemoglobinometer ini memilki ruang bagian setengah bawah dari tabung
merupakan warna standar, sedangkan ruang setengah yang atas untuk diisi dengan
campuran darah dan larutan hematin asam. Hematin asamnya ini kemudian akan
meluas dari bagian setengah atas menuju setengah bawah melalui kapilaritas. Hal ini
yang kemudian akan memunculkan transmisi cahaya permukaan pada jalur campuran

9
maupun standar. Kedalaman larutan bervariasi karena bentuk saluran yang
mendesaknya. Skalanya dibaca setelah proses pencampuran dan dibaca menutupi
ruang setengah atas alat.

skala
pengukuran

Interpretasi Hasil

Daftar Pustaka:
Laboratory Procedures in Clinical Hematology. Department of the Army,
Washington.
Penuntun Praktikum Patologi Klinik.
Hemoglobin estimation, clinical Pathology. Diunduh dari
http://dvm5.blogspot.com/2010/10/hemoglobin-estimationpath-504.html

By: Riska Wahyuningtyas

10
4. Pemeriksaan Kadar Hematokrit
Nilai hematokrit/Packed Cell Volume (PCV) adalah volume eritrosit dalam 100 ml darah
utuh yang dinyatakan dalam %. Nilai hematokrit digunakan untuk diagnosis dan memantau :
- anemia
- polisitemia
- hemodilusi
- hemokonsentrasi,
- dan menghitung nilai eritrosit rerata.
Terdapat 2 cara dalam memeriksa kadar hematokrit, yaitu metode
MAKROHEMATOKRIT (WINTROBE) & MIKROHEMATOKRIT (Kapiler).
Kelebihan dari metode mikrohematokrit adalah membutuhkan waktu, tenaga, dan darah yang
lebih sedikit.
1. METODE MAKROHEMATOKRIT : CARA WINTROBE
A. Alat dan Bahan
- Darah vena dengan antikoagulan K3EDTA/Na2EDTA
- Tabung Wintrobe
o Menampung sekitar 1 ml darah
o Berskala 0-10cm/ 100 mm dari bawah ke atas dan sebaliknya
 0-10 dari bawah ke atas  untuk determinasi hematokrit
 0-10 dari atas ke bawah  determinasi LED
- Pipet Wintrobe
- Makrosentrifuge dengan kecepatan 3000 putaran permenit
- Tabel indeks ikterus

B. Cara Kerja
1. Campurkan darah K3EDTA/Na2EDTA dengan tabung penampung agar merata
(homogen)
2. Isikan darah pada tabung wintrobe sampai tanda garis 100 mm/10 cm diatas
3. Masukkan tabung wintrobe ke dalam sentrifuge dengan kecepatan 3000 putaran
permenit, dipusingkan selama 30 menit.
4. Bacalah hasil penetapan dengan memperhatikan :
a. Warna plasma (indeks ikterus)
b. Tebal buffy coat (lapisan putih atas eritrosit yang tersusun dari leukosit dan
trombosit)
c. Volume eritrosit

11
C. Cara Baca
Contoh Tabung Wintrobe + Darah Hasil Sentrifugasi

BUFFY COAT

1. Warna Plasma dengan INDEKS IKTERUS

12
Bandingkan warna plasma (bagian diatas buffy coat) dengan tabung-tabung pada indeks
ikterus dan cari yang warna tabung yang paling serupa warnanya. Apabila intensitas warna yg
paling mendekati tabung ke-5, pelaporannya 10 Satuan (S) (1 satuan sesuai dengan warna
kaliumbichromat 1:10.000).

2. Tebal Buffy Coat


Hitunglah tebal buffy coat dengan melihat pada skala yang tertera di tabung wintrobe
dan dinyatakan dalam mm. Setiap 1 mm buffy coat secara kasar sama dengan 10.000 leukosit
permikroL darah.
3. Volume eritrosit
Hitung volume eritrosit dengan melihat pada skala dari tabung paling bawah sampai
batas antara buffy coat dengan eritosit (buffy coat jangan masuk hitungan). Nilainya
dilaporkan dalam % dengan normal pria 40-48% dan wanita 37-43%.

2. METODE MIKROHEMATOKRIT : CARA KAPILER


A. Alat dan Bahan
1. Darah vena dengan antikoagulan K3EDTA/Na2EDTA atau darah kapiler
2. Pipa kapiler (tabung mikrokapiler) dengan panjang 75 mm dan diameter dalamnya
1,2-1,5 mm.
3. Mikrosentrifuge dengan kecepatan 16.000 putaran permenit
4. Bahan penutup pipa kapiler (malam)
5. Grafik mikrohematokrit
B. Cara Kerja
1. Campurkan darah K3EDTA/Na2EDTA dalam tabung penampung agar merata
(homogen).
2. Isikan darah pada pipa kapiler (mikrokapiler) sebanyak 2/3 panjang pipa.

13
3. Sumbatlah salah satu ujung pipa dengan menggunakan bahan penutup pipa kapiler
(malam). Dapat juga ditutup dengan cara membakar salah satu ujung tapi harus dijaga
agar darah tidak ikut terbakar.
4. Letakkan pipa kapiler ke dalam mikrosentrifuge dengan kecepatan 16.000 putaran
permenit dan dipusingkan selama 3-5 menit. Bagian ujung pipa kapiler yang
tersumbat menghadap keluar.
5. Setelah dipusingkan, bacalah hasil dengan menggunakan alat baca skala (grafik
mikrohematokrit). Nilai hematokrit sesuai panjang kolom eritrosit dengan
panjang kolom farah pada garis 100.
6. Jika nilai hematokrit diatas 50%, maka pipa kapiler harus dipusingkan lagi selama 3-5
menit untuk meyakinkan bahwa pemusingan telah cukup dan mencapai keadaan yang
sebenarnya.

D. Cara Baca
Tabung mikrokapiler

Grafik Mikrohematokrit

Cara pengukuran adalah dengan menaruh pipa kapiler di daerah tengah grafik secara
vertical (seperti garis putus-putus warna merah) lalu ukurlah sepanjang eritrosit dari bawah

14
ke atas. Tentukan batas atas eritrosit di garis mana, lalu telusuri kearah angka untuk mendapat
angka hematokrit. Nilai hematokrit dilaporkan dalam %.
*Pada mikrohematokrit buffy coat sukar dilihat dan intensitas warna kuning plasma
juga kurang nyata.*

3. Arti dari Hasil


Peningkatan Hematokrit
Fisiologis
- Ketinggian tinggi (hipoksia)
- Bayi baru lahir
- Keringat berlebihan (hemokonsentrasi)
Patologis
- Hipoksia (pada keadaan penyakit jantung bawaan dan emfisema)
- Dehidrasi
- Polisetemia (bisa akibat gangguan pada sumsum tulang atau kompensasi penurunan
fungsi paru-paru)
Penurunan Hematokrit
Fisiologis
- Kehamilan (akibat hemodilusi)
- Konsumsi air yang berlebihan
Patologis
- Anemia
- Defisiensi vitamin atau mineral
- Perdarahan
- Sirosis Hati
- Malignancy
- Hiperaldosteron

4. What could go wrong?


1. Cara wintrobe
- Pencampuran darah dengan antikoagulan K3EDTA/Na2EDTA kurang tepat
perbandingannya  bekuan atau perubahan eritrosit.
- Saat pengambilan darah vena (pungsi vena) dilakukan pembendungan lengan yang
terlalu kuat atau terlalu lama sehingga terjadi pemekatan darah (hemokonsentrasi)
 nilai hematokrit yang didapat lebih tinggi dari sebenarnya.
- Tidak melakukan pencampuran darah agar homogen sebelum dilakukan
pemeriksaan.
- Tabung wintrobe tidak diisi dengan benar
- Kecepatan dan lama pemusingan tidak sesuai
- Pemeriksaan dilakukan setelah lebih dari 6 jam setelah pengambilan darah vena
- Pembacaan dilakukan dengan tidak benar.

15
2. Cara Kapiler
- Saat pengambilan darah kapiler terjadi pencampuran darah dengan cairan
jaringan  hasilnya menjadi lebih rendah daripada sebenarnya. Oleh karena itu,
tetes pertama harus dibuang dan ambil tetes berikutnya untuk diperiksa.
- Antikoagulan heparin dalam pipa kapiler telah rusak akibat tidak disimpan
dengan benar (dalam lemari es).
- Pipa kapiler tidak diisi dengan benar (2/3 panjang pipa kapiler)
- Pipa kapiler tidak ditutup/disumbat dengan benar.
- Pemeriksaan dilakukan menjadi setelah 6 jam setelah pengambilan darah vena 
lebih tinggi dari sebenarnya.

6. RINGKASAN
Pengukuran Hematokrit ada 2 macam, metode makrohematokrit dan metode
mikrohematokrit. Perbedaan antara Wintrobe & Kapiler pada teknis:
Wintrobe
- Tabung diisi sampai 100 mm
- Sentrifuge 3000 ppm selama 30 menit
- Cek : warna plasma (Satuan/S) + tebal buffy coat (mm) + PCV (%)
Kapiler
- Tabung diisi darah sampai 2/3
- Sentrifuge 16.000 ppm selama 3-5 menit.
- Cek : PCV (warna plasma + buffy coat sulit terlihat)

Sumber : Penuntun Praktikum Patologi Klinik & Textbook Of Practical Physiology 2nd Ed
(G.K. & Pal, Pal, Pravati)
By : Karina Kalani F

5. Pengukuran Titer ASTO


Uji ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi dari antigen streptolysin O yang
dihasilkan oleh Streptococcus -haemolyticus group A dalam serum pasien. Antibodi dapat
terdeteksi pada minggu kedua sampai ketiga setelah fase akut demam reumatik atau 4-5
minggu setelah infeksi kuman SGA di tenggorokan (Whitnack F dkk 1985). Puncak titer
antibodi terjadi pada saat minggu ke 4-6 dan akan tetap tinggi hingga 6-12 bulan.
Prinsip kerja:
Dasar dari tes ini adalah proses netralisasi aktivitas hemolitik racun streptolysin O oleh
antistreptolysin O antibodi di dalam serum.

Sampel pemeriksaan:
Serum pasien, BUKAN plasma pasien!
(jangan pake plasma! karena plasma mengandung fibrinogen yang dapat mengacaukan hasil
pemeriksaan)

Alat:
1. Kaca pemeriksaan ASTO

16
2. Pipet tetes
3. Reagan ASTO
4. Kontrol Positif dan Negatif

Cara:
1. Teteskan sampel pada salah satu lingkaran kaca pemeriksaan ASTO
2. Teteskan pula kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing pada lingkaran
lainnya.
3. Teteskan Reagan ASTO pada tiap lingkaran.
4. Ratakanlah tetesan2 tersebut dengan menggunakan ujung rata pipet plastik, hingga
seluruh daerah dalam lingkaran terisi.
5. Goyangkan kaca pemeriksaan secara perlahan, selama 2 menit.
6. Lihat dan tentukan apakah sampel mengalami aglutinasi atau tidak (dibawah
penerangan yang baik, biar ngeliatnya jelas).

Pelaporan:
Hasil positif (>200 /mL) jika terdapat aglutinasi.
(Bandingkan dengan kontrol negatif!)

Keterangan:
1. Kontrol Positif (Ada aglutinasi)
2. Kontrol Negatif (Tidak ada aglutinasi)

17
Sumber Ketidakakuratan:
 Nilai titer rendah palsu dapat muncul ketika subjek sedang dalam terapi antibiotik atau
konsumsi kortikosteroid.
 Nilai -lipoproteins dapat memberikan hasil yang meningkat palsu.

Sumber: Penuntun praktikum PK


Special thanks to: Nadra dan Nanda atas LTM-nya yang luar biasa
By: Zahra Suhardi

Semoga membantu ya teman-teman.. Jangan lupa baca Penuntun Praktikum.. Mohon maaf apabila
banyak kekurangan..

Salam,

Zahra, Riska W, Kabisat, dan KarKal..

Dokumentasi: Karkal..

18

You might also like