Professional Documents
Culture Documents
NPM : 240210120124
Sampel yang digunakan pada praktikum kali ini adalah berbagai jenis sayuran,
diantaranya kubis dan tomat. Sayuran yang akan diawetkan harus diberi perlakuan
blansing terlebih dahulu untuk menonaktifkan enzimnya. Blansing yang
dilakukan pada sayuran harus tepat dan efektif, terutama dengan lamanya waktu
blansing. Jika waktu perlakuan panas pada blansing tidak cukup maka tidak
efektif untuk menonaktifkan enzim, sedangkan jika diberi pemanasan berlebihan
maka sayuran tersebut menjadi terlalu lunak karena overcooked. Metode blansing
yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah metode blansing kukus (steam
blansing) dan blansing rebus (water blansing). Perbedaan dari kedua metode
tersebut terdapat pada interaksi bahan olahan dengan media air, yaitu pada
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
blansing kukus, bahan pangan dimasak pada uap air mendidih bersuhu 100 o C,
sedangkan pada water blanching, bahan pangan dimasak pada rendaman air pada
kisaran suhu 70oC hingga 100oC. Blansing kukus digunakan sebagai metode
Blansing yang lebih menguntungkan dibanding blansing rebus, karena pada
proses ini kehilangan komponen larut air akan berkurang dibanding dengan
metode blansing rebus. Selain itu, blansing kukus lebih efisien terhadap energi.
Terakhir adalah perlakuan blansing rebus dan kukus pada sampel tomat.
Tomat tidak dipotong kecil-kecil karena sifat tomat yang juicy atau mengandung
air. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, dapat dilihat warna tomat semakin lama
blansing semakin hilang warna merahnya. Perbedaan indeks skala warna tersebut
menunjukkan adanya perbedaan tingkat kematangan pada masing-masing sample
buah tomat. Warna buah tomat disebabkan oleh pigmen yang
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
VI. KESIMPULAN
blansing kukus yang sebentar yaitu hanya 1,5 menit sehingga hasil yang
didapatkan kurang maksimal.
4. Proses blansing rebus yang dilakukan pada tomat kurang efektif karena
kandungan enzim peroksida semakin bertambah, hal ini mungkin
disebabkan karena sifat peroksida yang dapat melakukan reaktivasi
kembali selama pemanasan. Untuk itu lamanya waktu blansing perlu
diperhatikan untuk meningkatkan keefektifannya.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., R.K. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan,
Penerjemah : Adi Purnomo dan Hartono. Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press), Jakarta.
Tjahjadi C., H. Marta. 2008. Pengantar Teknologi Pangan (Volume II). Universitas
Padjadjaran, Jatinangor.
Nama : Putri Nabila A.A.
NPM : 240210120124
JAWABAN PERTANYAAN