You are on page 1of 7

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PADI DENGAN METODE IPAT-BO

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini sektor pertanian adalah salah satu sektor kegiatan terpenting bagi Negara
Indonesia. Pertanian menyumbang besar bagi ekonomi bangsa Indonesia, selain itu sektor
pertnian di Indonesia juga berperan sebagai sumber pangan bangsa Indonesia. Sebagian besar
masyarakat Indonesia juga berprofesi sebagai petani, walaupun sebagian besar merupakan
petani tradisional. Salah satu komoditas yang paling banyak dibudidayakan adalah padi, padi
menjadi favorit karena pembudidayaannya yang relatif mudah dan padi merupakan makanan
pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Demi menunjang kebutuhan padi bagi Indonesia,
maka dibutuhkanlah teknologi yang mampu menunjang peningkatan hasil panen padi.

Salah satu teknologi yang dapat meningkatkan hasil panen padi adalah teknologi IPAT
BO (Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik). IPAT-BO adalah system produksi
holistik dan terencana dengan menitikberatkan pemanfaatan kekuatan biologis tanah (pabrik
pupuk alami), tanaman input lokal untuk memulihkan kesehatan lahan dan melipatgandakan
hasil padi. Karena dengan teknologi IPAT-BO petani akan hemat air, hemat bibit, hemat pupuk
anorganik, hemat pestisida dan pertumbuhan serta hasil panen berlipat ganda. Dengan
demikian maka teknologi ini diharapkan mampu mendongkrak hasil panen padi di Indonesia
sehingga nantinya kebutuhan pangan dan ekonomi Indonesia akan meningkat.

ISI

Pengelolaan budidaya tanaman padi saat ini sering mengalami kesulitan pada
penyediaan sarana produksi berupa pupuk. Masalah penyediaan pupuk dikarenakan oleh
keterbatasan modal usaha tani dan juga diakibatkan oleh seringnya terjadi kelangkaan pupuk
yang berdampak pada harga pupuk menjadi tidak stabil. Hal ini mengakibatkan petani dalam
usaha taninya hanya melakukan pemupukan seadanya saja tanpa memperhatikan seberapa
banyak jumlah pupuk/dosis pupuk yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman padi.

Tanah sebagai sistem hidup dihuni oleh berbagai organisme yang berperan sebagai
pupuk hayati, antar lain : penambat N, pelarut fosfat, penghasil fitohormon (Sharma, 2004).
Oleh karena itu, tanah tidak hanya berperan sebagai media tumbuh, tetapi juga merupakan
pabrik pupuk alami atau reaktor biologis (bioreaktor) untuk memasok nutrisi tanaman yang
diperlukan tanaman. Organisme tanah tersebut umumnya bersifat aerob (memerlukan oksigen
untuk respirasi). Penggenangan pada lahan sawah akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan mikroba tersebut (pabrik pupuk alami tidak/kurang berfungsi), akibatnya
kebutuhan hara bergantung penuh pada pasokan dari eksternal. Sebaliknya budidaya padi
dengan teknologi IPAT-BO dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan biota tanah
yang berperan sebagai pupuk hayati. Keberadaan dan kontribusi mikroba tersebut sangat
tergantung pada pasokan bahan organik dan tata air dalam ekosistem tanah. Keanekaragaman
hayati dari organisme menguntungkan dalam ekosistem tanah merupakan kekuatan biologis
untuk meningkatkan ketersediaan hara dan kesehatan ekosistem tanah.

Tanaman padi pada dasarnya bukan tanaman air, tetapi dapat tumbuh dalam kondisi
tergenang karena memiliki jaringan aerenchym untuk mensuplai oksigen ke sistem perakaran.
Dalam kondisi tergenang, tanaman memanfaatkan energinya untuk mensuplai oksigen ke
sistem perakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggenangan menyebabkan
kerusakan pada jaringan perakaran karena terbatasnya pasokan oksigen yang sangat
diperlukan dalam proses respirasi akar (Uphoff, 2004). Akibatnya hanya sekitar 30% akar yang
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, tingkat perolehan hasil padi
(produktivitas) yang diperoleh saat ini merupakan kontribusi dari sekitar 30% sistem perakaran.
Dengan IPAT-BO, sistem perakaran padi berkembang dengan baik dan potensi zona perakaran
dapat meningkat hingga 310 kali dibandingkan dengan sistem konvensional

Keberhasilan untuk membangun ketahanan dan kemandirian pangan di Indonesia


berkaitan erat dengan pertambahan jumlah penduduk, peningkatan produksi padi dan
degradasi kualitas dan kesehatan lahan sawah. Fokus permasalahannya adalah harus mampu
meningkatkan produksi padi untuk memenuhi kenaikan kentuihan akibat pertambahan jumlah
penduduk dan berkurangnya areal lahan sawah. Untuk mengimbangi kenaikan jumlah
penduduk, diperlukan setidak-tidaknya diperlukan peningkatan produksi padi sekitar 5% setiap
per tahunnya.

Keberhasilan peningkatan produktivitas tanaman padi tersebut dicapai dengan program


intensifikasi (panca usaha tani) dengan bertumpu pada penggunaan input eksternal secara
intensif (pupuk anorganik dan pestisida), yaitu dengan konsep HEIA (high external input
agriculture) untuk mencapai produktivitas yang besar, dengan penggunaan pestisida yang
sangat intensif dan air irigasi yang sangat boros. Penggunaan pupuk anorganik yang intensif ini,
walaupun mampu meningkatkan produksi padi dengan signifikan, ternyata juga memberikan
dampak yang signifikan terhadap penurunan (degradasi) kesehatan dan kualitas tanah
(Simarmata, 2008)

Penggunaan pupuk N secara intensif akan memacu mineralisasi bahan organik tanah
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kadar C-organik dalam tanah. Hasil berbagai
kajian menunjukkan bahwa kadar C-organik pada lahan-lahan sawah di sentra produksi padi
umumnya sudah rendah (< 2%). Diperkirakan lahan sawah dengan kandungan bahan organik
=1,5 2% sekitar 73% dan yang memiliki kandungan C-organik > 2% hanya sekitar 4%,
sisanya memiliki kandungan C-organik kurang dari 1,5% (Irsal Las, 2010 dan Simarmata,
2010). Berdasarkan indikator kesehatan tanah, maka lahan sawah dengan kadar C-organik <
1,5 % termasuk kategori sakit berat (degradasi berat), 1,5 2% (sakit) dan lahan sawah sehat
memiliki kandungan C-organik 3 5 %. Berdasarkan penilaian tersebut, maka banyak sawah
yang terdapat di indonesia kemungkinan tanahnya sudah tidak sehat. Indikasi bahwa lahan
sawah tidak sehat dapat di picu dari banaknya pemberian pupuk anorganik dan pestisida yang
sudah mencapai ttik jenuh, sehingga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan
kesehatan tanah sawah. Hal lain dapat mempengaruhi tanaman Padi itu sendiri yang
diantaranya meningkatnya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti penyakit
dan serangan hama wereng, perakaran padi dangkal, lapisan bajak semakin dangkal dan
tanaman padi mudah rebah.

Upaya pemulihan kesehatan lahan sawah dan peningkatan produktivitas padi dapat
dilakukan dengan pengelolaan lahan sawah terpadu secara. Salah satu diantaranya adalah
Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT BO).

Paparan di atas memperlihatkan bahwa penyebab utama sakitnya lahan sawah di


Indonesia adalah akibat tidak seimbangnya input dan ouput dari ekosistem lahan sawah dan
pengelolaan yang bertumpu pada penggunaan pupuk anorganik. Aplikasi pupuk N secara
langsung akan memacu dekomposisi bahan organik sehingga kandungan bahan organik tanah
dapat menurun dengan signifikan. Degradasi kesehatan tanah juga berkaitan erat dengan
terjadinya pengurasan dan pemiskinan hara dari lahan sawah secara berkelanjutan (over
exploitation). Pemupukan hanya mengganti unsur hara NPK saja, sedangkan yang keluar dari
lahan meliputi semua hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S dan Si) dan mikro (B, Cu, Fe, Mn, Zn).
Potensi kehilangan hara dan pemiskinan lahan sawah akibat pembakaran jerami yang
dilakukan. Pembakaran jerami dapat mengakibatkan hilangnya kandungan hara yang terdapat
dalam jerami.

Salah satu unsur yang sangat terkuras dari lahan sawah dan berperan penting untuk tanaman
padi adalah silika (Si). Defisiensi Si menghambat pertumbuhan tanaman padi, meningkatkan
jumlah gabah hampa, meningkatkan kepekaan terhadap serangan hama dan penyakit,
khususnya tanaman padi yang dipupuk nitrogen takaran tinggi akan menghasilkan daun yang
lebih lunak, rentan terhadap penyakit dan mudah rebah. Oleh karena itu, Si sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan tanaman dan mengurangi risiko kehilangan hasil akibat
serangan hama dan penyakit (Fairhurst et.al, 2007)

Dari perspektif tanaman, tanah merupakan tempat terjadinya proses konversi hara yang
terikat dalam senyawa organik maupun anorganik menjadi hara tersedia atau yang dapat
diserap oleh tanaman. Hal ini berarti bahwa tanah merupakan bagian pencernaan eksternal dari
tanaman. Konsenkuensinya, kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman
sangat tergantung pada kualitas, kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati. Penggunaan
berbagai bahan kimia (pestisida) menyebabkan terputusnya aliran energi dan keseimbangan
ekosistem alami yang menguntungkan tanaman. Oleh karena itu, managemen input dalam
pertanian diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan biodiversitas yang
menguntungkan tanaman. Kunci utamanya terletak pada pasokan bahan organik tanah sebagai
titik awal aliran ke dalam tanah dan konservasi tanah dan air.

Budidaya tanaman padi dengan sistem intensifikasi padi aerob terkendali dengan
menerapkan sistem produksi yang menyatukan pemanfaatan potensi biologis tanah,
managemen tanaman, pemupukan dan tata air secara terpadu yang mendukung pertumbuhan
dan perakaran tanaman padi (Simarmata. 2008). Pemanfaatan limbah jerami padi sebagai
pupuk dapat mengurangi biaya usaha tani dan memperbaiki kesuburan tanah yang dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi.

Budidaya tanaman padi dengan sistem intensifikasi padi aerob terkendali dengan
memanfaatkan jerami padi sebagai pupuk hayati dan pupuk organik dapat memberikan manfaat
dalam budidaya tanaman padi. Pada budidaya tanaman padi dengan sistem intensifikasi padi
aerob terkendali tidak tergantung pada jenis pupuk anorganik seperti urea, ZA, SP 36 dan KCl,
dapat menghemat biaya usaha tani. Pemakaian pupuk organik mampu memperbaiki kesuburan
tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan sistem biologis tanah (Simarmata, 2008).

Teknik budidaya tanaman padi sistem intensifikasi padi aerob terkendali berbasis
organik yaitu memadukan pengelolaan kebutuhan jumlah air lebih sedikit dengan tataudara
tanah yang terkendali dan pemenuhan kebutuhan pupuk anorganik sebagian dipenuhi dari
pupuk organik. Penerapan teknologi budidayai intensifikasi padi aerob terkendali berbasis
organik di kelurahan Tunggulwulung dengan tujuan untuk mengurangi penggunaan pupuk
anorganik dan memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah.

IPAT-BO adalah sistem produksi holistik terpadu berbasis input lokal (kompos jerami,
pupuk hayati, dan input lainnya) dengan konsep LEISA (low external input sustaibale agriculture)
dan managemen tata air, tanaman dan pemupukan untuk memanfaatkan kekuatan biologis
tanaman (potensi sistem perakaran dan jumlah anakan produktif) maupun kekuatan biologis
tanah atau soil biological power (kelimpahan organisme tanah menguntungkan) berdasarkan
rancang bangun teknologi dan managenen input untuk mencapai target produksi (output
oriented managemen) secara terencana (Simarmata, 2008).

Fokus utama dalam pemulihan kesehatan lahan sawah adalah memanfaatkan kompos
jerami dan mengembalikan jerami ke lahan sebagai bahan pemulih kesehatan tanah dan
sumber hara untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Bahan organik (kompos jerami)
merupakan titik awal energi ke dalam ekosistem tanah untuk mendukung kelimpahan
organisme tanah dan sebagai aktivator dan regenerator pabrik pupuk alami di rhizosfir dalam
ekosistem lahan sawah yang sehat (Simarmata, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos jerami selama 46 musim, mampu
meningkatkan kesehatan tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman padi sekitar 25 %.
Perbaikan terhadapa Indikator fisik, kimia dan biologi dapat terlihat di lapangan, antara lain;
perbaikan pada lapisan bajak, peningkatan kandungan C-organik, peningkatan pada
kelimpahan biota tanah dan tampilan pertumbuhan tanaman maupun perkembangan tanaman
(Simarmata, 2008).

Budidaya padi dengan sistem IPAT-BO yang perlu dilakukan diantaranya (Anonim, 2014) :

Pengolahan dan Penataan Lahan

Pengolahan tanah dilakukan dengan membajak lahan seperti biasa, setelah pengoalah
dan perataan dilakukan, buat parit dengan kedalaman 30 cm setiap 3-4 m (seperti membuat
bedengan). Penataan lahan sangat penting untuk memudahkan pengaturan irigasi. Tinggi
permukaan air yang ideal adalah sekitar 10 -20 cm dibawah permukaan tanah bedengan.
Seleksi Benih dan Persemaian

Seleksi benih penting dilakukan agar proses budidaya dapat optimal. Dengan menanam
benih yang bermutu dan baik, diharapkan dapat menhasilkan panen yang baik pula.
Persemaian benih dilakukan di lapang. Untung meningkatkan kualitas dan pertumbuhan bibit,
tambahkan kompos yang dengan inolulan pupuk bio pada persemaian sebelum penebaran
benih.

Pengaturan Jarak Tanam

Penanaman dilakukan dengan jarak tanam (3030, 3535, atau 4040). Jarak tanam yang
dianjurkan adalah 3030.

Pemberian Pupuk Dasar

Pupuk dasar yang digunakan adalan 1000 kg pupuk organik (tricokompos, vermikompos, pupuk
hasil vermentasi) + pupuk hayati + 50 kg urea + 25 kg SP-36 dan 25 kg KCL. Pupuk disebar
merata pada petakan 1-2 hari sebelum tanam.

Penanaman

Bibit tanaman padi yang ditanam pada umur 7-15 hari. Kelebihan menanam benih muda adalah
tingkat pertumbuhannya yang tinggi, sehingga jumlah anakan yang dihasilkan lebih banyak.

Pemupukan

Pemupukan IPAT_BO merupakan pemupukan terpadu, yaitu terpaduan pupuk organic,


pupuk hayati, bio stimulant, dan pupuk anorganik. Pupuk yang digunakan adalah kompos kering
dan pupuk kandang dengan dosis 500-1000 kg/ha. Dosis pupuk anorganik adalah 50 100 kg
urea + 25 kg SP-36 dan 25 kg KCl sebagai pupuk dasar dan pupuk susulan dengan dosis 50
75 kg urea + 25 kg SP-36 dan 25 50 kg KCl. Pemupukan dilakukan pada 35 42 HST,
setelah penyiangan gulma

Pengendalian Gulma

Penyiangan gulma sekitar 2 3 kali secara manual atau dengan menggunakan alat
sederhana (caplak) atau Rotary weeder. Untuk memperlambat pertumbuhan gulma pada awal
pertumbuhan dapat dilakukan dengan memberikan herbisida pratumbuh sebelum tanam (dosis
dan teknik aplikasi disesuaikan dengan jenis herbisida yang digunakan). Khsusus untuk
pertanian padi organik penyiangan hanya dilakukan secara manual atau mekanis. Untuk
mempermudah penyiangan, lakukan terlebih dahulu penggenangan sawah dengan air irigasi
hingga 1- 2 cm. Penyiangan sangat penting karena pada awal penanaman pertumbuhan gulma
relatif cepat, biasanya peniyangan dilakukan 10 HST, 20 HST dan 35 HST (dan seterusnya bila
diperlukan).

Pengelolaan Tata Air


Pengaturan air dilakukan selain untuk memenuhi kebutuhan tanaman, untuk memacu
pertumbuhan dan perkembangan perakaran padi serta meningkatkan populasi dan
keanekaragaman hayati.

Sistem pemberian airnya adalah sebagai berikut.

Pada fase vegetatif awal pertahankan tanah dalam kondisi lembab. Pada umur 1-8 HST, keadaan
tanah lembab supaya tata udara tanah baik, kemudian menjelang penyiangan pertama (hari ke 9 10
setelah tanam) digenang 1-2 cm untuk mempermudah penyiangan (pemberian air dilakukan setelah
tanah retak-retak sekitar 1 2 cm ), penggenangan sekitar 1 2 jam.

Pada umur 19 -20 HST tanaman lahan digenangi, ini untuk memudahkan penyiangan ke II. Pengaturan
pemberian air dilakukan untuk mempertahankan tanah tetap lembab. Untuk merangsang pertumbuhan
akar biarkan tanah sampai retak (tapi tanaman tetap segar, lihat gambar).

Selanjutnya, kondisi aerob dipertahankan hingga padi masak susu dengan mengatur atau
mengendalikan sistem pemberian air (sekitar 25 hari menjelang panen). Dari fase pemasakan hingga
panen, sistem pemberian air dihentikan dan biarkan lahan kering.

Paparan di atas memperlihatkan bahwa aplikasi IPAT-BO mampu berperan ganda yaitu
berperan dalam pemulihan kesehatan lahan sawah (remediation of paddy soil health) dan
meningkatkan produktivitas padi secara berkelanjutan. Bagaimanakah teknologi IPAT-BO
mampu memulihkan kesehatan lahan sawah dan meningkatkan kelimpahan biota tanah dan
produksi padi.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

IPAT-BO adalah sistem peningkatan produksi dan pemulihan kesehatan lahan sawah holistik
berbasis input lokal yang hemat bibit, air dan pupuk anorganik dengan menitikberatkan pada
managemen kekuatan biologis tanah (soil biological power) tanaman, tata air dan pemupukan secara
terpadu (by design).

IPAT-BO merupakan teknologi yang mampu memulihakan kesehatan (remediation of paddy soils
health) dan meningkatkan produktivitas tanaman padi dengan signifikan. Kompos jerami merupakan
input lokal multi manfaat yang murah dan mudah diperoleh sebagai bahan pemulih kesehatan tanah,
sebagai sumber hara lengkap dan sebagai pupuk organik dan sumber energi maupun nutrisi bagi
organisme tanah menguntungkan.

Kompos jerami merupakan sumber pupuk utama untuk pupuk K dan Si untuk meningkatkan
ketahanan terhadap serangan OPT dan kualitas pertumbuhan dan hasil tanaman. Aplikasi kompos
jerami dengan dosis 2 6 ton/ha tanpa disertai pupuk K mampu menghasilkan 6 8 ton GKG/ha
sedangkan tanpa kompos jerami dan dipupuk dengan KCl hingga 150 kg/ha hasil tertingginya adalah
sekitar 6 ton/ha

Teknologi pemulihan kesehatan dan peningkatan produksi padi dengan teknologi IPAT-BO
berbasis kompos jerami dan input lokal lainnya merupakan solusi cepat dan murah dalam merevitalisasi
ekosistem sawah dan meningkatkan produksi padi secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Budidaya Padi dengan IPAT-BO.

Fairhurst T., A. Dobermaan, C. Quijono-Guerta and V. Balasubramanian. 2007. Kahat dan


Keracunan Mineral. Dalam Fairhurst, et.al. (Eds). Padi. Panduan Praktis Pengelolaan Hara.
(Edisi Bahasa ndonesia).

Simarmata, T. 2008. Teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik untuk
Melipatgandakan Produksi Padi dan Mempercepat Pencapaian Kedaulatan Pangan di
Indonesia. Universitas Pajajaran, Bandung.

Sharma H.C., K.K. Sharma, and J.H Crouch. 2004. Genetic transformation of crops for insect
resistance: Potential and limitations. Critical Reviews in Plant Sciences, 23 : 47-72.

Uphoff, N. 2004. The system of Rice intensification : makin land, labor, water, and capita more
productive for meeting food and needs. Presentation Material on One Day Seminar of The
Syistem of Rice Instensification. Fakultas Pertanian, Institut Teknologi Bogor, Bogor.

You might also like