You are on page 1of 5

NAMA : NURMAULIAH.

NIM : O111 14 001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

Pengaruh Penggunaan Potasium Sianida Terhadap Ikan Hias


Toksikologi (berasal dari kata Yunani, toxicos dan logos) merupakan studi mengenai
perilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat terhadap organisme/mahluk hidup. Dalam
toksikologi, dipelajari mengenai gejala, mekanisme, cara detoksifikasi serta deteksi
keracunan pada sistim biologis makhluk hidup. Toksikologi sangat bermanfaat untuk
memprediksi atau mengkaji akibat yang berkaitan dengan bahaya toksik dari suatu zat
terhadap manusia dan lingkungannya (Budiawan, 2008).
Ikan hias merupakan satu komoditas ekonomi non migas yang potensial dengan
permintaan semakin meningkat baik di dalam maupun di luar negeri. Keindahan tubuh dan
ciri-ciri yang spesifik yang dimiliki oleh setiap ikan hias serta nilai ekonomis, adalah faktor
utamayang harus diperhatikan dalam budidaya ikan hias (Anonim, 2015).
Potasium Cianida merupakan jenis bahan kimia yang digunakan oleh para nelayan
untuk penangkapan ikan yang berdampak kerusakan ekosistem lautan. Potasium Cianida juga
disebut dengan KCN yang merupakan senyawa paling beracun. Potasium cianida merupakan
bahan beracun yang bisa menyebabkan kematian seperti yang dijelaskan di atas, apabila
masuk ke dalam tubuh dalam dosis berlebihan. Akibat racun cianida tergantung pada jumlah
paparan dan cara masuk tubuh, lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel
tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak.
Paparan dalam jumlah kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala,
mual dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan
kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru
serta gagal napas hingga korban meninggal (Khoiruddin, 2016).
Sodium Cianida ataupun Potasium Cianida, sama-sama mengandung racun yang
berbahaya bagi lingkungan maupun makhluk hidup termasuk manusia. Kedua racun ini akan
menyerang pembuluh darah jantung, kemudian menutup aliran darah yang mengakibatkan
korban kolaps hingga akhirnya mati. Masa reaksinya sangat cepat, hanya berkisar 3-4 jam
saja. Sodium cianida yang merupakan turunan potasium cianida bahkan diklaim lebih
berbahaya dengan masa reaksi yang lebih cepat (Khoiruddin, 2016).
Potasium adalah bahan kimia yang digunakan petani untuk membasmi hama
tanamannya. Bahan kimia berupa potasium tersebut untuk menangkap ikan yaitu bahan kimia
potasium yang berbentuk padat. Cianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok
siano CN, dengan atom karbon terikat tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat
ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair.
Beberapa seperti garam, beberapa kovalen. Beberapa molekular, beberapa ionik, dan banyak
juga polimerik. Senyawa yang dapat melepas ion cianida CN sangat beracun. Cianida telah
digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Efek dari cianida ini sangat cepat dan dapat
mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit (Khoiruddin, 2016).
Sianida (CN) merupakan senyawa kimia carbon-nitrogen yang terdiri dari sianida
sederhana dan sianida kompleks. Beberapa sianida sederhana yang larut dalam air seperti
natrium sianida (NaCl), potasium sianida (KAg(CN)2) dan kalsium sianida (KCN),
sedangkan yang memiliki tingkat kelarutan rendah dalam air yaitu kopper sianida (CuCN).
Menurut EPA (1978a), ada beberapa sianida yang berbentuk gas yang larut dalam air dan
sangat beracun antara lain hidrogen sianida (HCN), sianogen (CN)2 dan klorida sianogen
(CNCl). Sianida kompleks membentuk banyak ikatan dengan logam yang sangat beracun
bagi lingkungan. Sianida banyak digunakan dalam industri baja, industri kimia dan dalam
pertambangan (Curry, 1997). Dalam pertambangan, CN digunakan untuk ekstrasi biji emas
dan perak dari batuan yang dikenal dengan nama cyanida heap leaching. Pada kalangan
nelayan, CN dikenal sebagai potas dalam pemboman ikan (Simange, 2010).
Pelaku-pelaku pertambangan kerap mepromosikan CN sebagai bahan kimia yang
aman, sehingga warga sekitar tambang tidak perlu kuatir terhadap bahan kimia ini. Padahal
CN seukuran biji beras saja bisa berakibat fatal bagi manusia, sepersejuta gramnya dalam
seliter air dapat berakibat fatal bagi ikan. Banyak pengalaman menunjukan bahwa tak ada
perusahan yang berhasil menghindari kebocoran air dan limbah yang mengandung CN ke
ekosistem (Walhi, 2007).
Hidrogen sianida (HCN) atau prussic acid adalah senyawa kimia yang bersifat toksik
dan merupakan jenis racun yang paling cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan
kematian dalam waktu beberapa menit (akut). Senyawa sianida yang ditemukan di alam
umumnya dalam bentuk sintetis, terutama dalam bentuk garam [NaCN, KCN, dan Ca(CN)2].
Umumnya kasus keracunan pada hewan di Indonesia disebabkan secara sengaja
menambahkan racun sianida ke dalam pakan (unsur kriminal) (Yuningsih, 2007).
Sianida sintetis jauh lebih cepat aktif dibandingkan dengan sianida alami (asal
tanaman). Ada tiga bentuk sianida sintetis. Pertama, senyawa sianida sederhana (simple
cyanide compounds), seperti natrium sianida (NaCN) dan kalium sianida (KCN) yang dikenal
dengan nama potas, berupa kristal putih dan sering digunakan sebagai racun ikan. Potas
mudah diperoleh di pasaran dan bersifat seribu kali lebih toksik pada hewan yang hidup di air
(sejenis ikan) dibandingkan pada manusia (William, 2008). Oleh karena itu, nelayan
menggunakannya untuk menangkap ikan di laut. Di perairan Filipina dan Indonesia, nelayan
sering menangkap ikan hias dengan cara menyemprotkan potas konsentrasi rendah untuk
membius ikan dan memudahkan penangkapan, kemudian dilakukan penggantian air
secepatnya agar ikan segar kembali. Keberadaan kontaminan potas di laut akan menyebabkan
kematian organisme yang diperlukan untuk pertumbuhan karang (US Fish and Wildlife
Service, 2008). Kalsium sianida Ca(CN)2 bersifat mudah larut dalam air dan digunakan
sebagai bahan pupuk, yaitu urea (Guthner dan Mentschenk, 2006).
Dalam penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia berupa potasium ciri-
cirinya adalah mata ikan rabun (kabur) dan kulit ikan berwarna kusam (pucat). Pengaruh
langsung terhadap ikan penggunaan bahan kimia berupa potasium terhadap ekosistem laut
menimbulkan kerusakan pada ekosistem perairan dimana ikan-ikan, terumbu karang sebagai
tempat berkembang biaknya ikan dan biota lainya akan mati/rusak serta lingkungan perairan
tercemar. Kerugian dari yang ditimbulkan dalam penangkapan ikan dengan menggunakan
bahan kimia berupa potasium yaitu kerugiannya sangat besar sekali meskipun secara nominal
belum dapat dihitung, namun secara fakta yang ada dampaknya sudah kelihatan yaitu
mengingat penggunaan bahan kimia yang berupa potasium yang berakibat akan matinya
ikan-ikan kecil maupun besar termasuk telur-telurnya dan hancurnya terumbu karang. Akibat
bahan kimia berupa potasium cianida tersebut menimbulkan pendapatan masyarakat yang
berprofesi sebagai nelayan juga ikut berkurang, sehingga berpengaruh juga terhadap
kesejahteraan dan perekonomian nasional bangsa yang semakin menambah kerawanan sosial
karena lahan mata pencaharian nelayan menjadi hilang dan yang lebih menghawatirkan lagi
daerah yang perairannya subur menjadi kritis dan pemulihanya butuh waktu yang sangat lama
dan biaya yang mahal (Khoiruddin, 2016).
Sianida (CN) yang kadarnya cukup tinggi pada tubuh biota perairan seperti ikan dapat
menyebabkan keracunan, dan kerusakan metabolisme dalam organ biota itu sendiri, bahkan
dapat menyebabkan kematian. Dampaknya selain pada biota air juga dapat berpengaruh pada
manusia yang mengkonsumsi biota yang mati seperti ikan, kerang dan udang, karena
senyawa racun dalam tubuh ikan akan terakumulasi dalam tubuh manusia. Hasil pengukuran
kandungan sianida pada ikan ditemukan bahwa, secara umum kandungan sianida (CN) pada
organ hati ikan relatif lebih tinggi dibandingkan pada dagingnya, sama dengan akumulasi
logam merkuri (Simange dkk, 2012).
Penggunaa potasium sianida oleh nelayan untuk menangkap ikan sangat
membahayakan untuk perairan di Indonesia karena bisa mengancam kelestarian terumbu
karang. Bahkan, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, penggunaan
sianida untuk menangkap ikan termasuk ke dalam illegal destructive fishing atau
penangkapan ikan yang merusak lingkungan. Dia mengatakan, banyak nelayan yang
memakai racun Potasium Sianida untuk meracuni ikan. Padahal, racun sianida sangat
berbahaya untuk perairan Indonesia terutama kelestarian terumbu karang. 1 gram sianida
mematikan ikan dalam 6 meter persegi. Nelayan kalau mau mematikan ikan, mereka
membawa 10 liter. Menteri Susi mencontohkan, ikan napoleon, kerapu, ikan sunu dan ikan
hias yang banyak ditangkap menggunakan Potasium Sianida. (KNM, 2016).

Daftar Pustaka
Anonim. 2015. Pengaruh Penyinaran Sinar Ultraviolet Terhadap Reproduksi Telur Ikan
Cupang (Betta splendens Regan). Departemen Biologi FMIPA Universitas
Sumatera Utara : Sumatera Utara.

Budiawan. 2008. Peran Toksikologi Forensik Dalam Mengungkap Kasus Keracunan Dan
Pencemaran Lingkungan. [Journal of Legal and Forensic Sciences]. Vol. 1(1):35-
39. Jakarta.

Curry SC., M.W. Carlton, & R.A. Raschke. 1997. Prevention of fetal and maternal cyanide
toxicity from nitroprusside with coinfusion of sodium thiosulfate in gravid ewes.
Anesth Analg 84:1121-1126.

Guthner, T. dan B. Mentschenk. 2006. Cyanamides. Ullmanns Encyclopedia of Industrial


Chemistry. http://dx.doi.org. Diakses tanggal 21 Februari 2017.

Kabar Nusa Media. 2016. Banyak Nelayan Gunakan Potasium Sianida. [Online]
kabarnusa.com/2016/02/banyak-nelayan-gunakan-potasium-sianida.html Diakses
pada tanggal 04 Mei 2017.

Khoiruddin, Ahmad. 2016. Penangkapan Ikan dengan Potasium Cianida Dalam Kajian
Hukum Pidana Islam. Universitas Islam Negeri Surabaya : Surabaya.

Simange, Silvanus Maxwel. 2010. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) dan Sianida (CN) Pada
Beberapa Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Di Teluk Kao, Halmahera Utara.
Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Simange, Silvanus Maxwel; Domu Simbolon; dan Dedi Jusadi. 2012. Content Analysis of
Mercury (Hg) and cyanide (CN) on Some Types of Fish Catch Fishermen in the
Gulf of Kao, North Halmahera. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

US Fish and Wildlife Service. 2008. Cyanide Fishing. http://www.petstoreabuse.com/


cyanide.html. Diakses tanggal 20 Februari 2017.

Walhi. 2007. Dua teluk di Maluku Utara tercemar tailing. Dalam: Antara New, 27/03/07.

William, L. 2008. Summary of Cyanide and Its Methods for Analysis. http://EzineArticles.
com/?expert=William. Diakses tanggal 04 Mei 2017.

Yuningsih. 2007. Kasus Keracunan Pada Hewan Di Indonesia Dari Tahun 19922005.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2122 Agustus 2007.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

You might also like