You are on page 1of 12

ASUHANKEPERAWATANPASIENPROLAPS

UTERI
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal yang
mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah melahirkan ( Bobak LM;
2002; 1270)
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis
yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot
dasar panggul yang menyokong uterus.
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum
tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus
uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik
pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.Persalinan
lama dan sulit,meneran sebelum pembukaan lengkap,laserasi dinding vagina bawah
pada kala II,penatalaksanaan pengeluaran plasenta,reparasi otot-otot dasar panggul
menjadi atrofi dan melemah.Oleh karena itu prolaps uteri tersebut akan terjadi
bertingkat-tingkat.
2. Klasifikasi
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan ini dibagi dalam
3 tingkat yaitu :
a. Tingkat I apabila serviks belum keluar dari vulva atau bagian prolapsus masih di atas
introitus vagina.
b. Tingkat II apabila serviks sudah keluar dari vulva, akan tetapi korpus uteri belum
c. Tingkat III apabila korpus uteri atau bagian prolapsus sudah berada diluar vulva atau
introitus vagina
3. Etiologi
a. Dasar panggul yang lemah, ok karena kerusakan dasar panggul pada persalinan yang
terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau ok usia lanjut.
b. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.
c. Ekspresi Crede yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.
d. Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan (obslipasi atau
striktura pada traktus urinarius).
e. Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa kelemahan
jaringan penyokong uterus yang sering pada nullipara.
4. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan pervagina yang
susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia
endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul.Juga dalam keadaan tekanan
intraabdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan
uterus,terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada penderita dalam
menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut.dan
lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus.Jika fasia di bagian
depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric,ia akan terdorong oleh kandung
kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang
dinamakan sistokel.Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,dapat menjadi besar
karena persalinan berikutnya yang kurang lancar,atau yang diselesaikan dalam
penurunan dan menyebabkan urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum
urethra.Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetric atau
sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan dan menyebabkan
dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang dinamakan retrokel.Enterokel
adalah hernia dari kavum Douglasi.Dinding vagina bagian belakang turun dan
menonjol ke depan.Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.
5. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun,sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.
b. Rasa sakit di pinggul dan pinggang(Backache).Biasanya jika penderita
berbaring,keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
1) Miksi sering dan sedikit-sedikit.Mula mula pada siang hari,kemudian lebih berat juga
pada malam hari
2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
3) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk,mengejan.Kadang-
kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang besar sekali.
d. Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
1) obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
2) baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
e. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
1) pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan dan
bekerja.Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus
pada portio uteri.
2) lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta luka
pada portio uteri.
f. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di
vagina.
6. Komplikasi
a. Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
b. Dekubitus
c. Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
d. Gangguan miksi dan stress inkontinensia
e. Infeksi saluran kencing
f. Infertilitas
g. Gangguan partus
h. Hemoroid
i. Inkarserasi usus
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan pemeriksaan
jari,apakah portio pada normal atau portio sampai introitus vagina atau apakah serviks
uteri sudah keluar dari vagina.
b. Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula panjangnya serviks
uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio kolli.
c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri
tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.Jika dimasukkan kedalam
kandung kencing kateter logam,kateter itu diarahkan kedalam sitokel,dapat diraba
kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina.Uretrokel letaknya lebih kebawah dari
sistokel,dekat pada oue.
Menegakkan diagnosis retrokel mudah,yaitu menonjolnya rectum kelumen vagina
1/3 bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang dari proksimal
kedistal,kistik dan tidak nyeri.
Untuk memastikan diagnosis,jari dimasukkan kedalam rectum,dan selanjutnya
dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina.Enterokel menonjol
kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.Pada pemeriksaan rectal,dinding rectum
lurus,ada benjolan ke vagina terdapat di atas rectum.
8. Penatalaksanaan Medis
Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum pasien, umur, masih
bersuami atau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan, keinginan punya anak lagi
dan ingin mempertahankan haid. Penanganan dibagi atas :
a. Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran:
1) Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup
2) Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan sebelum waktunya,
Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih kosongkan), episiotomi agar dijahit dengan
baik, Episiolomi jika ada indikasi, Bantu kala II dengan FE atau VE
b. Pengobatan
1) Pengobatan Tanpa Operasi
a) Tidak memuaskan dan hanya bersifat sementara pada prolapsus uteri ringan, ingin
punya anak lagi, menolak untuk dioperasi, Keadaan umum pasien tak mengizinkan
untuk dioperasi
b) Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul dengan alat listrik,
Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium dari cincin plastik.
Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga uterus tak
dapat turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya dipakai pada keadaan: Prolapsus
uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas, Prolapsus uteri dengan
dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin dioperasi: keadaan umum yang jelek
2) Pengobatan dengan Operasi
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina.Maka,jika dilakukan
pembedahan untuk prolapsus uteri,prolapsus vagina perlu ditangani juga.ada
kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan,padahal tidak
ada prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu dioperasi.Indikasi
untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina adalah adanya keluhan.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa
factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau untuk
mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan. Beberapa pembedahan
yang dilakukan antara lain:
a) Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
b) Histeraktomi vaginal
c) Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
d) Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi
Jika Prolaps uteri terjadi pada wanita muda yang masih ingin mempertahankan
fungsi reproduksinya cara yang terbaik adalah dengan :
a) Pemasangan pesarium
b) Ventrofiksasi (bila tak berhasil dengan pemasangan pesarium)

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Sebelum Operasi
a) Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan.
b) Nyeri di daerah benjolan.
c) Mual, muntah, kembung.
d) Konstipasi.
e) Tidak nafsu makan.
f) Bayi menangis terns.
g) Pada saat bayi menangis/mengejan dan batukbatuk kuat timbul benjolan.
2) Sesudah Operasi
a) Nyeri di daerah operasi.
b) Lemas.
c) Pusing.
d) Mual, kembung.
b. Data Obyektif
1) Sebelum Operasi
a) Nyeri bila benjolan tersentuh.
b) Pucat, gelisah.
c) Spasme otot.
d) Demam.
e) Dehidrasi.
f) Terdengar bising usus pada benjolan.
2) Sesudah Operasi
a) Terdapat luka pada selangkangan.
b) Puasa.
c) Selaput mukosa mulut kering.
d) Anak / bayi rewel.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Sebelum Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin (kesulitan eliminasi)
2) Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inkontenensia urin
b. Setelah Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
2) Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.
3) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
4) Resiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.
5) Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang
informasi.
3. Intervensi dan Implementasi
a. Sebelum Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan eliminasi urin (kesulitan eliminasi)
Tujuan: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam.
Hasil yang diharapkan :
a) Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
b) Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya,
Rencana tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
c) Jelaskan penyebab rasa sakit, cars menguranginya.
d) Beri posisi senyaman mungkin bunt pasien.
e) Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi = tarik nafas dalam.
f) Bed obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
g) Ciptakan lingkungan yang tenang.
2) Cemas berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
Tujuan: Cemas berkurang
Hasil yang diharapkan : Ekspresi wajah tenang.
Rencana tindakan :
a) Kaji tingkat kecemasan pasien.
b) Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa, jam
operasi.
c) Dengarkan keluhan pasien
d) Beri kesempatan anak untuk bertanya.
e) Jelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar operasi dengan terlebih
dahulu dilakukan pembiusan.
f) Jelaskan tentang keadaan pasien setelah dioperasi.
3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan inkontenensia urin
Tujuan: Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Hasil yang diharapkan : Turgor kulit elastis.
Rencana tindakan
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b) Timbang berat baclan anak tiap hari.
c) Pasang infus clan NGT sesuai program dokter.
b. Sesudah Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam.
Hasil yang, diharapkan : Nyeri berkurang, secara bertahap.
Rencana tindakan :
a) Kaji intensitas nyeri pasien.
b) Observasi tanda-tanda vital dan keluhan pasien.
c) Letakkan anak pada tempat tidur dengan teknik yang tepat sesuai dengan pembedahan
yang dilakukan.
d) Berikan posisi tidur yang menyenangkan dan aman.
e) Anjurkan untuk sesegera mungkin anak beraktivitas secara bertahap.
f) Berikan therapi analgetik sesuai program medis.
g) Lakukan tindakan keperawatan anak dengan hati-hati.
h) Ajarkan tehnik relaksasi.
2) Resiko Tinggi Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan muntah setelah
pembedahan.
Tujuan: Tidak terjadi kekurangan volume cairan
Hasil yang diharapkan: Turgor kulit elastis, tidak kering, Mual dan muntah ticlak ada.
Rencana tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b) Monitor pemberian infus.
c) Beri minum & makan secara bertahap.
d) Monitor tanda-tanda dehidrasi.
e) Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
f) Timbang berat badan tiap hari.
g) Catat dan informasikan ke dokter tentang muntahnya.
3) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan: Kerusakan integritas kulit teratasi
Hasil yang diharapkan: Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak. tidak ada
perdarahan.
Rencana tindakan :
a) Observasi keadaan luka operasi dari tandatanda peradangan : demam, merah, bengkak
dan keluar cairan.
b) Rawat luka dengan teknik steril.
c) Jaga kebersihan sekitar luka operasi.
d) Beri makanan yang bergizi dan dukung pasien untuk makan.
e) Libatkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka operasi clan lingkungannya.
f) Ajarkan keluarga dalam perawatan luka operasi.
4) Resiko Tinggi hypertermi berhubungan dengan infeksi pada luka operasi.
Tujuan: Hipertermi teratasi
Hasil yang diharapkan :
a) Luka operasi bersih, kering, ticlak bengkak. ticlak ada perdarahan.
b) Suhu dalam batas normal (36-37C)
Rencana tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b) Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
c) Beri kompres hangat.
d) Monitor pemberian infus.
e) Rawat luka operasi dengan tehnik steril.
f) Jaga kebersihan luka operasi.
g) Monitor clan catat cairan masuk clan keluar.
5) Kurang pengetahuan tentang perawatan luka operasi berhubungan dengan kurang
informasi.
Tujuan: Klien tahu bagaimana cara merawat luka operasi
Hasil yang diharapkan :
a) Orang tua mengerti tentang perawatan luka operasi.
b) Orang tua dapat memelihara kebersihan luka operasi clan perawatannya.
Rencana tindakan :
a) Ajarkan kepada orang tua cara merawat luka operasi & menjaga kebersihannya.
b) Diskusikan tentang keinginan keluarga yang ingin diketahuinya.
c) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.
d) Jelaskan tentang perawatan dirumah, balutan jangan basah & kotor.
e) Anjurkan untuk meneruskan pengobatan/ minum obat secara teratur di rumah, dan
kontrol kembali ke dokter.
4. Evaluasi
a. Sebelum Operasi
1) Mendapatkan peredaan nyeri.
2) Mengalami redanya nyeri saat beristirahat.
3) Mengalami ketidaknyamanan minimal sebelum operasi dan setelah operasi
4) Klien menyatakan kecemasan berkurang dan siap menjalani operasi
5) Klien mendapat asupan volume cairan yang adekuat
b. Setelah Operasi
1) Mendapatkan peredaan nyeri.
2) Klien mendapat asupan volume cairan yang adekuat
3) Integritas kulitklien baik.
4) Turgor kulit baik
5) Suhu tubuh klien dalam batas normal.
6) Mendapatkan pengetahuan mengenai prolaps uteri dan program penanganannya.
7) Menyebutkan bagaimana perawatan luka operasi yang baik dan benar

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
1. INFORMASI DATA PASIEN
1.1.Nama Pasien : Ny. Fredika LE
1.2.Nama Suami : Tn. Budi
1.3.Usia : 50 thn
1.4.Alamat : Gg. Edy VIII no. 10, Halimun, Jakarta Selatan
1.5.Pekerjaan : IRT
1.6.Agama : Kristen Protestan
1.7.Pendidikan : SMP
1.8.No. MRS : 330 21 06
1.9.Masuk RS : 24-04-2009 Pk. 10:24

2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 April 2009 WIB dan data
sekunder

3. KELUHAN UTAMA
Seluruh peranakan turun sejak 8 tahun SMRS

4. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sejak 12 tahun sebelum masuk RS (SMRS), pasien merasa peranakan turun
setelah melahirkan anak ke empat. Awalnya hanya turun sedikit, bisa masuk sendiri bila
pasien berbaring, namun lama kelamaan peranakan turun seluruhnya. Peranakan
dirasakan turun bila pasien batuk atau BAB. Tidak ada nyeri perut maupun perdarahan.
Sejak 8 tahun SMRS peranakan turun seluruhnya, tidak dapat masuk sendiri,
namun pasien masih bisa memasukkan peranakan seluruhnya. Peranakan turun bila
pasien sedang batuk, BAB, beraktivitas, berjalan atau berdiri dan dapat dimasukkan
seluruhnya bila pasien berbaring. Terdapat keluhan nyeri perut, nyeri punggung bawah
dan perdarahan, namun tidak ada keluhan nyeri pada peranakan yang turun.
Pasien kemudian berobat ke PKM, diberi obat (pasien tidak ingat namanya),
keluhan nyeri dan perdarahan hilang namun keluhan peranakan turun masih ada. Pada
pasien terdapat keluhan BAK sering, namun tidak ada keluhan BAK nyeri. Tidak ada
keluhan demam sebelumnya. Hingga saat ini pasien sering mengeluh keluar flek-flek
dari kemaluan. Pasien berobat ke RS atas anjuran dari anaknya.
Pasien merasa bahwa dirinya seorang dokter, seorang artis dan merupakan salah
satu utusan yesus kristus.

5. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, batuk lama disangkal
Alergi (+) kacang dan ikan
Asma (+), minum obat napasin setiap hari, beli sendiri
6. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, Asma disangkal
Riwayat Obstetri, Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan.

7. RIWAYAT SOSIAL
Pasien seorang ibu rumah tangga, sehari sering melakukan aktivitas berat, seperti
memompa air dan menggendong cucu. Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak
ada riwayat berbaganti-ganti pasangan.

8. RIWAYAT MENSTRUASI
Menstruasi pertama saat usia 14 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama lupa, ganti
pembalut lupa, tidak nyeri. Pasien sudah menopause sejak 10 tahun yang lalu.

9. RIWAYAT MENIKAH
Pasien menikah 1x

10. RIWAYAT KEHAMILAN: P4A0


Anak pertama : wanita, 27 tahun, lahir spontan di Sp.OG, BL 3400 gram
Anak kedua : wanita, 26 tahun, lahir spontan di Sp.OG, BL 2700 gram
Anak ketiga : wanita, 20 tahun, lahir spontan di Sp.OG, BL > 3000 gram
Anak keempat : wanita, 12 tahun, lahir spontan di bidan, BL > 300 gram

11. RIWAYAT KB
KB (+) spiral 26 tahun yang lalu, selama 5 tahun.

12. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan tanggal 27 April 2009 di PW Lt.2 RSCM
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : lebih
Status gizi : BB 70 kg TB 160 cm IMT 27.34
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36.8 0C
Pernafasan : 20 x/menit
12.1. Status Generalis
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Paru : vesikuler +/+, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing
Jantung : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Abdomen : Buncit, lemas, hati limpa tidak teraba, bunyi usus (+) normal, massa (-), nyeri tekan (-)
Ektremitas : akral hangat, edema (-), capillary refill time < 2

12.2. Status Ginekologi


Inspeksi : tampak massa uterus keluar sebagian dari introitus vagina, bentuk
bulat, warna merah muda, discharge (-), erosif (+)
Palpasi : teraba massa ukuran 2 cmx2cmx3cm, konsistensi kenyal, nyeri
tekan (-).
Inspekulo : tidak dilakukan
Vaginal touch : massa dapat dimasukkan, kesan uteri atrofi, nyeri goyang(-),
massa adneksa(-), nyeri(-).
Aa +3 Ba +6 C +7 POPQ (Pelvic Organ Proplapse
gh 7 pb 2 tvl 8 Quantification)
Ap +2 Bp +5 D +5

Sondase uterus : tertahan


Residu urine : 0 cc
Kesan : prolapsus uteri derajat IV, sistokel derajat IV, rektokel derajat III

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium (24 Maret 2009)
13.1. Hematologi rutin
Hb 12.2 13 16 g/dl
Ht 36.6 40 48 %
MCV 77.2 82 93 fl
MCH 25.7 27 31 pg
MCHC 33.3 32 36 g/dl
Leukosit 6.9 5 10 10^3/ l
Trombosit 291 150 400 10^3/ l
13.2. Hemostasis
BT 02:00 < 02:00 Menit
CT 13:00 < 12:00 Menit
13.3. Kimia darah
SGOT 15
SGPT 14
Albumin 4.3
Natrium 139
Kalium 4.25
Klorida 113
Ureum 24
Kreatinin 0.8
Glukosa Puasa 96
Glukosa 2 jam PP 118
HbsAg -
13.4. Urinalisis lengkap
Sedimen
Sel epitel + +
Leukosit penuh 0-1 /LPB
Eritrosit 2-3 2-6 /LPB
Silinder - - /LPK
Kristal - -
Bakteri + -
Berat jenis 1,025 1,003 1,030
pH 6,5 4,5 8
Protein 2+ -
Glukosa - -
Keton - -
Darah/Hb + -
Bilirubin - -
Urobilinogen 3.2 0.1-1.00 mol/l
Nitrit + -
Esterase leukosit 3+ -

14. DIAGNOSIS KEPERAWATAN :


14.1. Perdarahan b.d. gesekan porio uteri oleh celana.
14.2. Nyeri b.d. tekanan intraabdominal meningkat.
14.3. Resiko infeksi b.d. adanya luka akibat gesekan massa uterus yang keluar dengan celana.
14.4. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d. keterbatasan dalam aktivitas seksualitas.
14.5. Harga diri rendah kronik b.d. rasa bersalah, malu dan kurangnya kasih saying.
14.6. Ansietas b.d. perubahan harga diri kronik.
14.7. Gangguan rasa nyaman b.d. rasa takut dan ketidak nyamanan dalam beraktivitas.

15. RENCANA TERAPI


15.1. Rencana TVH+ KA + KP
15.2. Persiapan Kolon

16. RENCANA EDUKASI : Menjelaskan rencana untuk edukasi.

17. LAPORAN PEMBEDAHAN


17.1. Operator : dr. Darto SpOG
17.2. Asisten : dr. Tyas, SpOG, dr Rahmedi
17.3. Konsulen : Prof.dr. Yunizaf, SpOG (K)
17.4. Tanggal pembedahan : 28 April 2009, lama: 08.30-10.00
17.5. Diagnosis pra bedah : prolap utero derajat IV sistokel derajat IV, rektokel derajat III
17.6. Diagnosis pasca bedah : prolap utero derajat IV sistokel derajat IV, rektokel derajat III
17.7. Tindakan pembedahan : TVH, kolporafi anterior, kolpoperineorafi
17.8. Jenis pembedahan : elektif, mayor
17.9. Uraian pembedahan :
Pasien posisi litotomi di atas meja operasi dalam anestesi spinal. Asepsis dan
antisepsis daerah genitalia dan sekitarnya. Porsio dijepit dengan tenakulum, ditarik
keluar dari introitus. Dibuat insisi segitiga di mukosa vagina anterior, dilanjutkan sirkuler
pada mukosa vagina mengelilingi serviks. Mukosa vagina dibebaskan secara tumpul,
dengan jari yang dibungkus kassa. Vesika dan rektum didorong ke atas. Ligamentum
kardinale dan sakrouterina kanan dan kiri dijepit, dipotong, dan diikat vasa uterina kanan
dan kiri dikenali, dijepit, dipotong dan diikat. Cavum Douglasi dikenali, dibuka, dan
dilebarkan tajam. Plika vesiko uterina dikenali dan dibuka tajam.
Pangkal tuba dan ligamentum ovarii propium dan ligamentum rotundum kanan dan
kiri dijepit. Ligamentum kanan dan kiri dikenali, dijepit, dipotong, dan diikat. Pangkal
tuba dan ligamentum ovarii propium dipotong dan diikat. Uterus dikeluarkan. Diyakini
tidak ada perdarahan pada pedikel, dilakukan reperitonisasi dengan jahitan Tabac sach.
Dilakukan kolporafi anterior. Puncak vagina dijahit dengan vicryl no.1 dan digantung
pada kompleks ligamentum kardinale-sakrouterina dan rotundum. Dilakukan
kolpoperineorafi. Perdarahan selama operasi 100 cc. Dilakukan PA jaringan uterus.

18. EVALUASI POST OPERASI


18.1. Observasi tanda vital
18.2. Obserasi tanda akut abdomen dan perdarahan
18.3. Imobilisasi 24 jam
18.4. Realimentasi dini
18.5. FC 24 jam
18.6. Ceftriaxone 1x2 g IV
18.7. Profenid supp 3x1
18.8. Hematinik 1x1
18.9. Rawat ruangan

You might also like