You are on page 1of 166

TEKNIK LABORATORIUM

DAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


Disusun Oleh Dr. Firdaus, M.S
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK JURUSAN KIMIA FMIPA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2
009 200
TIM PENGAJAR
Dr. Firdaus, M.S Prof. Dr. Nunuk Hariani S., M.S
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Allah S.W.T atas Rahmat dan Hidaya
hNya sehingga buku ini dapat terselesaikan. Buku ini disusun dengan tujuan untuk
membantu mahasiswa dalam memahami prinsip kerja dan cara mengoperasikan alat ya
ng kebanyakan ada dalam laboratorium kimia organik. Hal ini penyusun anggap pent
ing karena bekerja di dalam laboratorium kimia organik mengandung resiko, dan ap
abila seorang pengguna laboratorium tidak memahami teknik bekerja di dalam labor
atorium kimia organik akan dapat mendatangkan malapetaka baik bagi dirinya sendi
ri maupun orang lain yang ada di sekitarnya.. Kebanyakan pekerjaan di dalam labo
ratorium kimia organik adalah hal yang dapat menjemukan, karena reaksi senyawa-s
enyawa organik sering membutuhkan waktu yang lama, suatu hal yang berbeda dengan
reaksi senyawa anorganik. Meskipun demikian, pekerjaan tersebut tidak jarang me
ndatangkan keasyikan tersendiri bagi pekerjanya. Hal ini tergantung pada kemampu
an pekerja menjiwai pekerjaan tersebut. Perlu diketahui bahwa ilmu kimia organik
tumbuh dan berkembang dari hasil seni bekerja di dalam laboratorium. Jadi peker
jaan di dalam laboratorium kimia organik adalah suatu seni. Oleh itu, seorang pe
kerja seharusnya dapat menumbuhkan jiwa seni dalam dirinya agar pekerjaan terseb
ut tidak dianggap beban yang memberatkan. Penyusun menyadari bahwa bahwa buku in
i masih banyak mengandung kekurangan, olehnya itu penyusun sangat mengharapkan k
ritik dan saran dari pembaca demi perbaikan buku ini. Atas kritik dan saran yang
sifatnya membangun itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ....................................................................
........ ... 1.1. Keamanan dalam Laboratorium ....................................
............ ... 1.2. Alat-alat Penangas dan Pencegahan Kebakaran ................
...... ... 1.3. Pengaruh Zat-Zat Organik Terhadap Kesehatan.......................
. ... 1.4. Ekonomi Laboratorium ..................................................
............ 1.5. Catatan Laboratorium ...........................................
.................... 1.6. Hasil Laboratorium .....................................
................................... II. BEBERAPA PERANGKAT KERAS (HARDWARE) PENT
ING 2.1. Penangas ..............................................................
.......................... 2.2. Pengadukan .....................................
............................................... 2.3. Pompa vakum (vacuum pumps)
..................................................... 2.4. Manometer ...........
........................................................................... 2.5.
Evaporator rotary ...............................................................
.......... III. PENENTUAN SIFAT FISIK SENYAWA ORGANIK . 3.1. Penentuan Titik Leleh
Didih 3.3 . Pengukuran Indeks bias IV. PEMISAHAN DAN EKS
....... 4.1. Ekstraksi .........................................................
................................. 4.2. Ekstraksi Menggunakan Corong Pisah .. 4.3.
Asam-Basa-Netral ........................................................... 4.
4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Netral Organik ............................. 4.
5. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Asam Organik .............................. 4.6
. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Basa Organik .......................... . 4.7. Ekst
raksi Padatan ..................................................................
.......... . 4.8. Pengeringan Larutan ..........................................
............................. V. PENYARINGAN ...................................
................................................ 5.1. Penyaringan dengan Gaya Be
rat ..................................................... 5.2. Penyaringan Panas
.......................................................................... 5.3.
Penyaringan dengan Pengisapan .................................................
.... VI. KRISTALISASI ..........................................................
........................... 6.1. Kristalisasi Senyawa Organik ..................
....................................... 6.2. Pelarutan .........................
................................................... 6.3. Kristalisasi dan Apa yang
Dilakukan Jika Tidak Ada Kristal yang Terbentuk ...............................
............................................... 6.4. Pengeringan Kristal .......
................................................................. 6.5. Kristalis
asi untuk Kuantitas yang Sangat Kecil ............................... VII. DISTI
LASI DAN SUBLIMASI .............................................................
. 7.1. Distilasi Sederhana .....................................................
..................... 7.2. Distilasi Pelarut ...................................
............................................ 7.3. Distilasi Fraksional .........
................................................................. 7.4. Distilasi
Penurunan Tekanan .......................................................... 7.
5. Distilasi Uap ...............................................................
.................... 7.6. Sublimasi ............................................
............................................ VIII. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN
KOLOM ................................... 8.1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ..
................................................... 8.2. Adsorbent (Padatan Peny
erap) dan Pelarut Pengembang ................ 8.3. Prosedur Analisis dengan KLT
..................................................... 8.4. Analisis kualitatif d
engan klt .......................................................... 8.5. Kromat
ografi kolom ...................................................................
.... IX. TEKNIK PENYIAPAN CONTOK UNTUK ANALISIS SPEKTROSKOPI Lampiran Percobaan
Isolasi.......................................................
Daftar Isi
I.
1 1 3 5 5 6 7 8 8 14 15 20 22 25 25 29 32 36 36 40 46 48 49 51 52 53 55 55 56 57
60 60 61 64 65 66 68 68 70 70 72 74 77 79 80 81 82 87 89 94 107
iii
Lampiran Percobaan Sintesis ....................................................
.. Daftar Pustaka ..
137 158
Daftar Isi
iii
I. PENDAHULUAN
Kimia organik berkembang dari pengamatan eksperimental yang dilakukan dalam labo
ratorium. Pengamatan-pengamatan tersebut telah dirangkum, diuji, dan
dihubungkan dengan informasi eksperimental yang berkaitan dengannya untuk memben
tuk dasar teori dan prinsip-prinsip kimia. Senyawa organik mempunyai sifat-sifat
fisik yang karakteristik. Ada berwujud gas, cair, atau padat. Beberapa di antar
anya tergolong asam atau basa. Kebanyakan senyawa organik tidak larut air, meski
pun ada beberapa senyawa tertentu yang dapat larut. Karena luasnya spektrum sifa
t fisiknya, senyawa-senyawa organik memerlukan berbagai teknik untuk mengisolasi
dan memurnikannya, serta teknik untuk mengubahnya menjadi senyawa lain. Kesukse
san anda dalam laboratorium tergantung pada pengetahuan anda terhadap sifat-sifa
t fisik senyawa-senyawa yang anda tangani, terutama titik leleh dan titik didih,
kelarutan, kerapatan, warna, dan baunya. Teknik laboratorium kimia organik meli
puti ekstraksi, kristalisasi, distilasi, refluks, dan kromatografi berdasarkan p
ada sifat-sifat fisika senyawa organik dan hal-hal yang berkaitan dengan program
laboratorium ini. Anda akan dituntut untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yan
g anda telah isolasi atau buat. Sekarang ini jutaan senyawa organik telah diketa
hui. Indentifikasi pasti suatu senyawa dari senyawa-senyawa tersebut memerlukan
informasi spesifik mengenai sumber, sifat-sifat kimia, dan sifat-sifat fisikanya
. Dalam kursus laboratorium ini juga anda akan diperkenalkan dengan metodelogi m
engkarakterisasi senyawasenyawa organik dan mengidentifikasi strukturnya dengan
cara spektral. Kemampuan anda mengamati perubahan kimia dan pengetahuan anda ter
hadap perubahan yang terjadi akan teruji dalam laboratorium kimia organik. Sebag
ai konsekwensinya, anda harus membaca penunjuk laboratorium secara keseluruhan d
an mengerti sepenuhnya prosedur laboratorium sebelum masuk ke laboratorium. Kesu
ksesan dan keselamatan anda dalam laboratorium tergantung pada pengetahuan anda
terhadap prosedur dan bahan-bahan yang anda akan gunakan. 1.1. KEAMANAN DALAM LA
BORATORIUM Standar keamaan praktek adalah suatu bagian mutlak dari semua pekerja
an laboratorium. Bahan-bahan yang anda gunakan dalam laboratorium biasanya mudah
terbakar, ada yang dapat menyebabkan iritasi, dan bahkan ada yang bersifat racu
n.
I. Pendahuluan.docx
1
Meskipun beberapa penuntun praktikum telah dirancang untuk pekerjaan yang aman,
tapi anda dituntut agar tetap waspada terhadap berbagai macam kemungkinan yang d
apat membahayakan keselamatan. Kecelakan dalam laboratorium kimia organik dapat
dihindari jika anda memasuki laboratorium dengan penuh kesiapan. Berikut ini atu
ran-aturan dasar keamanan yang harus dipatuhi bagi pengguna laboratorium kimia o
rganik. 1. Selama dalam laboratorium, kenakan kaca mata pengaman atau alat pelin
dung mata yang lain. Secara normal kaca mata dengan lensa dapat digunakan, tetap
i lebih baik menggunakan gogles atau kaca mata pengaman yang mempunyai pelindung d
i sisi samping. 2. Jangan bekerja sendirian di dalam laboratorium. Dengan adanya
orang lain dalam laboratorium di mana anda bekerja akan memungkinkan anda dapat
terselamatkan bila terjadi kecelakaan yang serius. 3. Tindakan yang ceroboh ter
masuk bergurau akan dapat membahayakan pengguna laboratorium. Peringatilah orang
-orang yang ada di sekitar anda bekerja. Keselamatan anda juga tergantung pada k
ehati-hatian mereka bekerja. 4. Tidak diperkenankan makan, minum, dan merokok da
lam laboratorium. Bahanbahan dalam laboratorium yang mungkin saja bersifat racum
dapat masuk ke dalam makanan, sedang merokok dapat menyebabkan kebakaran yang s
erius. 5. Jagalah meja kerja anda tetap rapih dan bersih. Bersihkanlah segera tu
mpahan atau ceceran zat yang ada. Matikanlah peralatan listrik, aliran air, dan
gas jika anda sudah tidak menggunakan lagi. Jika ada ceceran zat kimia yang anda
belum mengetahui cara penangannya, segera hubungi instruktur anda. 6. Hindari k
ulit anda kontak dengan bahan-bahan kimia. Jika ceceran zat kimia mengenai kulit
anda, segeralah cuci dengan sabun dan air. Jangan memegang wajah anda setelah m
emegang zat kimia. Cucilah selalu tangan anda sebelum meninggalkan laboratorium.
7. Jangan gunakan nyala api dalam ruang laboratorium yang tidak berventilasi da
n jangan menimbulkan bungan api di dekat bahan-bahan yang mudah terbakar. 8. Usa
hakan mengetahui sifat-sifat fisika, sifat kemudahan terbakar, dan sifat racun s
emua bahan-bahan yang tersimpan dalam laboratorium. Hal-hal yang paling umum men
imbulkan luka dalam laboratorium adalah pecahanpecahan gelas, luka bakar oleh ge
las panas atau logam panas, dan bahan-bahan kimia
I. Pendahuluan.docx
2
yang dapat menyebabkan luka bakar pada kulit atau dalam mata. Untuk mencegah pat
ahnya pipa gelas atau termometer, anda seharusnya melumasi pipa atau termometer
dengan gliserin atau air sebelum memasukkan ke dalam karet atau gabus penutup, d
an lindungi tangan anda dengan kain lap. Dalam kejadian luka iris atau luka baka
r yang parah maka segeralah panggil instruktur anda dan lakukan perosedur-prosed
ur berikut ini: Luka iris. Jika tidak parah, cuci luka tersebut dengan air dan l
arutan sabun. Jika luka parah, langsung tekan dengan kain, balut dengan kain ste
ril, dan segera hubungi dokter. Luka bakar. Jika luka bakar kecil di mana jaring
an tidak terbakar, dapat disiram dengan air dingin. Jika luka parah, segera hubu
ngi dokter. Luka bakar karena zat kimia. Bahan-bahan kimia pada kulit atau di da
lam mata harus dicuci dengan air mengalir sebanyak mungkin. Segera hubungi dokte
r. Asam, basa, dan bahan-bahan kimia yang lain dapat merusak jaringan kulit bila
tidak segera dibersihkan. Bahan-bahan kimia semacam itu perlu ekstra hati-hati
bila ditangani, dan prosedur yang tepat bila a) dituang dari wadahnya ke gelas p
iala atau erlenmeyer untuk keperluan penimbangan, dan b) dalam pelarutan, asam y
ang dituangkan ke dalam air, bukan sebaliknya. Lachrymators adalah bahan-bahan k
imia yang menyebabkan iritasi pada mata dan umumnya menyebabkan air mata menetes
. Bahan-bahan ini harus ditangani dalam lemari asam. Meskipun tidak menyebabkan
kerusakan pada mata bila hanya kontak sesaat, tapi untuk mencegah terjadinya iri
tasi maka dianjurkan untuk mencuci mata dengan air sebanyak mungkin. 1.2. ALAT-A
LAT PENANGAS DAN PENCEGAHAN KEBAKARAN Pemanasan adalah keperluan dalam kebanyaka
n percobaan kimia organik, dan banyak macam alat yang dapat digunakan untuk kepe
rluan ini. Penangas uap (steam baths) rutin digunakan untuk keperluan pemanasan
setinggi kira-kira 85oC dan selalu merupakan pilihan pertama untuk keperluan ini
. Penangas uap ditempatkan di bawah labu yang akan dipanaskan dan uap air dibiar
kan meneyelimuti permukaan labu untuk mendapatkan panas yang diinginkan. Nyala a
pi gas dari bunsen digunakan dalam kebanyakan laboratorium untuk keperluan peman
asan lebih tinggi daripada 85oC. Karena kebanyakan senyawa organik bersifat muda
h terbakar, penggunaan bunsen sangat dibatasi dan bila terpaksa harus digunakan
maka hal-hal berikut harus diperhatikan:
I. Pendahuluan.docx
3
1. Nyala gas harus digunakan dalam ruang dengan ventilasi baik yang bebas dari s
emua cairan yang mudah terbakar. 2. Pastikan semua bahan mudah menguap yang ada
disekitar anda telah tertutup rapat sebelum anda menyalakan api. 3. Jangan meman
askan pelarut yang mempunyai titik didih lebih rendah daripada 85oC dengan nyala
api. Untuk keperluan ini, gunakanlah penangas uap atau penangas air. 4. Cairan
organik dapat dipanaskan di atas nyala api hanya jika labu yang mengandung caira
n tersebut telah dihubungkan dengan kondensor secara rapat. 5. Alat penangas dih
idupkan jika pemanasan telah siap dilakukan. Matikan segera jika proses pemanasa
n telah selesai. 6. Jangan gunakan baju yang berlengan lebar atau telah kehilang
an kancingnya. Rambut yang panjang harus digulung pada saat bekerja di laborator
ium, terutama jika menggunakan nyala api. Alat penangas listrik seperti mantel p
enangas (heating mantles), plat penangas (hot plates), atau penangas minyak (oil
baths) digunakan dalam kebanyakan laboratorium. Alat-alat penangas semacam ini
biasanya lebih aman daripada bunsen karena alat-alat tersebut tidak menggunakan
nyala api. Meskipun demikian, kita juga harus hati-hati jika bekerja dengan alat
-alat seperti itu karena kesalahan dalam menggunakan alat listrik dapat menimbul
kan bunga api dan menyebabkan kebakaran jika kontak dengan uap yang mudah terbak
ar. Penangas minyak tidak boleh digunakan di atas titik nyalanya atau di atas ti
tik dekomposisinya. Suatu cairan tidak boleh dipanaskan sampai kering jika mengg
unakan mantel penangas atau pelat penangas, dan jangan menggunakan penangas list
rik untuk cairan volatil yang titik didihnya di bawah 85oC. Tabel 1.1 Titik nyal
a (Flash point) beberapa pelarut organik umum Pelarut Etil eter Pentana Aseton H
eksana Etanol Bezena Toluena Rumus Struktur (CH3CH2)2O CH3(CH2)3CH3 CH3COCH3 CH3
(CH2)4CH3 CH3CH2OH C6H6 C6H5CH3 Titik Didih (oC) 35 36 56 68 78 80 111 Titik Nya
la (oC) -40 -49 -10 -23 12 -11 7
I. Pendahuluan.docx
4
Titik nyala (Flash point) suatu senyawa adalah temperatur dalam mana senyawa dap
at dibakar dan selanjutnya terbakar; titik nyala memberikan informasi ukuran kem
udahan terbakar suatu senyawa. Sebagaimana ditunjukkan dengan titik nyala bebera
pa pelarut organik dalam Tabel 1.1, senyawa-senyawa organik volatil mempunyai ke
mudahan terbakar yang tinggi. Umumnya titik nyala senyawa organik meningkat seba
gaimana menurunnya volalitas dan kandungan atom karbonhidrogennya. 1.3. PENGARUH
ZAT-ZAT ORGANIK TERHADAP KESEHATAN Semua zat dapat dipandang bersifat racun. Ak
an tetapi sifat racunnya bermacammacam. Sebagai contoh adalah etanol hanya bersi
fat racun jika terinjeksikan dalam jumlah yang banyak, sedangkan dengan menghiru
p uap brom dalam jumlah yang kecil saja dapat menyebabkan ganngguan kesehatan ya
ng sangat serius. Zat-zat kimia tertentu bersifat lachrymators atau iritasi kuli
t, dan zat-zat yang memberikan indikasi penyebab kanker pada binatang juga telah
didaftar. Kebanyakan senyawa organik belum mempunyai prosedur uji untuk menentu
kan pengaruhnya terhadap kesehatan. Karena itu anda harus memperlakukan semua za
t yang anda gunakan sebagai sesuatu yang dapat memberikan pengaruh terhadap kese
hatan, hindarilah selalu kulit anda kontak dengan zat kimia yang anda gunakan, j
angan menjilat suatu zat kimia, dan hindarilah menghirup uap zat. Jika anda ingi
n menentukan bau suatu zat maka terlebih dulu hiruplah udara sampai rongga dada
penuh dan tahan, angkat penutup botol bahan tersebut ke dekat hidung sambil meng
ipaskan tangan ke arah hidung, dan setelah mengenali bau zat tersebut, hembuskan
lah napas sebanyak mungkin. Cucilah kulit yang terkena zat dengan sabun dan air
sebanyak mungkin. 1.4. EKONOMI LABORATORIUM Percobaan yang Anda lakukan dalam la
boratorium kimia organik menggunakan sejumlah substansi dari banyak macam zat ki
mia sebagai reagent (pereaksi), katalis, dan pelarut. Idealnya, biaya zat untuk
setiap percobaan seharusnya hanya reagent yang habis berubah menjadi produk dan
zat-zat yang lain dapat diperoleh kembali atau diolah kembali. Pelarut-pelarut d
apat diperoleh kembali dengan cara distilasi atau disaring dan dipindahkan ke wa
dah yang telah dilabeli untuk selanjutnya dimurnikan atau digunakan ulang. Dalam
beberapa percobaan anda akan menggunakan produk dari suatu reaksi
I. Pendahuluan.docx
5
sebagai zat awal (starting material) untuk suatu reaksi selanjutnya. Produk akhi
r yang diperoleh ditempatkan dalam botol atau tabung, dilabeli, dan ditunjukkan
kepada instruktur Anda. Zat-zat tersebut dapat saudara atau orang lain gunakan u
ntuk percoabaan selanjutnya. Dengan penerapan ekonomi laboratorium yang baik, An
da tidak hanya menghemat zat-zat yang digunakan tetapi juga meningkatkan keamaan
an kesehatan dalam laboratorium dan menghindari kerusakan dalam lingkungan labor
atorium. Sebagai tambahan terhadap prosedur umum yang telah diberikan, berikut i
ni diberikan prosedur khusus laboratorium yang seharusnya diterapkan dalam kerja
anda: 1. Ambillah sejumlah zat sesuai dengan jumlah yang anda perlukan untuk su
atu percobaan. 2. Tutuplah segera wadah pereaksi atau pelarut setelah anda menim
bang atau mengukurnya. Wadah yang terbuka berbahaya terhadap kesehatan dan kebak
aran, bahkan pereaksi-pereaksi dan pelarut-pelarut tertentu akan terkontaminasi
bila dibiarkan di udara terbuka. 3. Jangan buang zat-zat organik ke dalam bak ai
r buangan. Larutan berair dapat dibuang ke dalam bak air buangan kemudian dicuci
dengan air yang banyak. Jika anda bingung mengenai seluk beluk suatu zat maka t
anyakan pada instruktur anda. 4. Dalam serangkaian percobaan, jika anda hanya me
mpunyai separuh jumlah zat awal, kurangilah juga jumlah pereaksi dan pelarut yan
g digunakan secara seimbang. 1.5. CACATAN LABORATORIUM Buku catatan ditulis deng
an tinta, bukan pensil. Perubahan penulisan laporan dilakukan dengan mencoret ka
ta yang salah dan kemudian diganti. Tiga halaman pertama buku laporan anda sebai
knya dikosongkan untuk persiapan daftar isi. Halaman kanan digunakan untuk lapor
an percobaan anda, halaman ini dinomori secara berturutan. Halaman kiri digunaka
n untuk laporan tak resmi, meliputi berat kasar dan berat netto zat-zat, skema p
rosedur, dan catatan insidentil atau ingatan. Item-item terpisah seperti spektra
atau garafik, jika ditambahkan ke dalam buku catatan harus ditempatkan pada hal
aman tersendiri. Catatan percobaan harus cukup jelas dan lengkap sehingga bila p
embaca ingin mengulang prosedur percobaan anda, dia dapat melakukannya persis sa
ma dengan yang anda telah lakukan dan memperoleh hasil yang sama pula. Tuliskan
nama anda dan tanggal pada bagian atas halaman sebelah kanan
I. Pendahuluan.docx
6
sebelum setiap percobaan dimulai. Berikut ini adalah garis besar tentang uraian
buku catatan percobaan anda. 1. Judul percobaan.
2. Tujuan percobaan. Mengapa percobaan ini dilakukan dan apa manfaatnya. 3. Pros
es kimia yang akan diteliti. Biasanya suatu persamaan seperti suatu reaksi kimia
setimbang yang dilukiskan dalam proses ini. 4. Sifat-sifat fisik zat-zat yang d
igunakan dalam percobaan. Meliputi berat molekul, titik leleh atau titik didih,
kerapatan, data fisik penting lainnya. 5. Daftar zat-zat kimia yang diperlukan u
ntuk percobaan. Tabel ini meliputi semua zat kimia yang digunakan dalam percobaa
n dan sumbernya (perusahan kimia, catatan referensi, atau dalam hal larutan stan
dar, gudang zat kimia). Jumlah berat atau volume zat-zat didaftar dalam besaran
mol senyawa-senyawa tersebut. 6. 7. Diagran alir untuk semua pekerjaan percobaan
. Uraian utama atau daftar alat yang digunakan. Jangan masukkan ke dalam daftar
alat seperti gelas piala, labu, atau tabung. 8. 9. Hasil teoritis (jika memang a
da). Prosedur percobaan. Referensi literatur untuk prosedur. Observasi percobaan
dengan uraian prosedur. Rendamen hasil analisis dan hasil isolasi (jika tersedi
a). Prosedur percobaan harus ditulis dengan rapih dan dalam kalimat yang jelas d
an menggambarkan apa yang telah anda lakukan, bagaimana percobaan dilakukan, dan
apa yang telah diamati. Uraian suatu catatan laboratorium menggunakan bahasa il
miah; penggunaan kata Saya (orang pertama) harus dihindari. Pengamatan percobaan
meliputi item-item seperti rangkaian alat, pembuatan larutan, penambahan pereak
si, manipulasi khusus, perubahan temperatur, warna, fase, dan waktu untuk reaksi
. Sifat-sifat fisik produk harus digambarkan dengan lengkap. 10. Kesimpulan data
percobaan dan evaluasi metode percobaan.
I. Pendahuluan.docx
7
Kesimpulan dan evaluasi data percobaan meliputi sifat-sifat fisik produk dengan
daftar sifat-sifat fisik yang sama untuk materi yang autentik. Referensi literat
ur untuk sifat-sifat harus diberikan. Jumlah produk dalam gram dan mol harus dib
erikan sebagai persentase perolehan (rendamen). Pembicaraan masalah yang ditemuk
an dalam percobaan sering berguna sebagai bahan pertimbangan dalam memperkirakan
metode untuk peyempurnaan eksperimen. 1.6. HASIL PERHITUNGAN Proses kimia organ
ik kadang rumit. Ada lebih dari satu jenis perubahan kimia yang dapat terjadi da
lam satu rangkaian kondisi reaksi dengan melibatkan banyak senyawa organik. Dala
m pembuatan senyawa organik, produk yang diinginkan harus dipisahkan dari pengot
or. Efisiensi proses kimia dalam memproduksi senyawa yang diinginkan dinyatakan
sebagai persen perolehan hasil. Sebagai contoh, jika suatu reaksi dikatakan mebe
rikan perolehan hasil 85% suatu senyawa, berarti bahwa berat produk hanya 85% da
ri jumlah teoritis dalam tidak adanya semua proses penyaing jika semua starting
material diubah ke dalam senyawa yang dinginkan. Meskipun persentase hasil dihit
ung untuk produk yang murni, akan tetapi bagian dari produk dapat hilang selama
pemurnian. Oleh karena itu, perolehan produk kotor sebaiknya dilaporkan pula. Di
dalam penimbangan, semua contoh harus dalam keadaan kering. Persentase peroleha
n hasil yang dilaporkan paling dekat dengan bilangan bulat. Karena operasi labor
atorium sebenarnya mengarah kepada produk akhir dan umumnya bukan kuantitatif se
hingga penggunaan lebih daripada dua angka-penting tidak pantas dilakukan.
I. Pendahuluan.docx
8
II. BEBERAPA PERANGKAT KERAS (HARDWARE) PENTING Banyak sekali peralatan yang ter
dapat dalam sebuah laboratorium, baik yang terbuat dari bahan logam maupun dari
gelas. Beberapa di antaranya sudah tidak asing lagi bagi seorang mahasiswa yang
duduk di tingkat akhir, seperti statip, klem, penahan klem (clamp holder), erlen
meyer, gelas piala, dan lain-lain. Dalam bagian ini akan dibicarakan beberapa pe
ralatan yang agak khas dan lazim digunakan dalam laboratorium kimia organik, dan
dikelompokkan berdasarkan penggunaannya.
2. 1. PENANGAS Ada beberapa metode penangasan yang biasa ditemukan dalam laborat
orium. Tapi dalam laboratorium kimia organik di mana banyak terdapat pelarut vol
atil dan mudah terbakar, perlu ekstra hati-hati memilih penangas. Penangasan den
gan menggunakan nyala api langsung seperti bunsen sebaiknya dihindari. Seandainy
a harus menggunakan maka pastikan bahwa zat/pelarut yang akan dipanaskan adalah
zat/pelarut yang tidak mudah terbakar (misalnya air), dan di sekitar tempat beke
rja tidak ada zat/pelarut yang mudah terbakar. Ada beberapa alat penangas yang r
elatif aman digunakan, tergantung pada derajat penangasan yang diinginkan.
Penangas Air dan Penangas Uap Penangas air dan uap adalah alat penangas yang pen
ting untuk penangasan sampai 100oC, meskipun penangas ini belum aman untuk karbo
n disulfida yang memiliki titik nyala di sekitar 100oC. Penangasan dengan penang
as uap dilakukan dengan meletakkan labu di atas permukaan air yang mendidih, sed
angkan penangasan dengan penangas air dilakukan dengan membenamkan labu ke dalam
air yang ditangaskan dengan alat penangas lain (misalnya hotplate atau kompor l
istrik). Penangas air dan uap adalah metode penangasan yang dipilih dalam melaku
kan rekristalisasi dengan pelarut-pelarut volatil. Rangkaian alat ini adalah sep
erti pada Gambar 2.1. Labu alas datar seharusnya didudukkan dengan tepat di atas
penangas tanpa goyangan (Gambar 2.1 (a)), sedangkan untuk labu alas bulat, seha
rusnya sekitar sepertiga sampai setengah bagian dicelupkan ke dalam penangas, da
n ruang antara labu dengan cincin penangas seminimal mungin (Gambar 2.1 (b)).
Perangkat Keras
9
Gambar 2.1 (a) Penangasan erlenmeyer di atas sebuah penangas uap. (b) seperangka
t alat refluks di atas sebuah penangas uap. Penangas Minyak dan Semacamnya Bejan
a penangas listrik sering digunakan di dalam laboratorium karena luasnya listrik
jangkauan temperatur yang dapat dicapai, tergantung pada media penghantar panas
digunakan (sebagai contoh, polietilen glikol, minyak silikon, logam Wood, lihat
Tabel 2.1 berikut). Bejana ini dapat pula ditangaskan di atas hotplate atau den
gan suatu element penangas. Bentuk dari elemen elemen penangas bervariasi, tetap
i seperti yang elemen-elemen terlihat dalam Gambar 2.2 berikut, yang perlu diper
hatikan adalah harus memudahkan untuk mengontrol temperatur dengan t termometer.
Tabel 2.1 Fluida Bejana Penangas Zat Air Etilen glikol Minyak parafin (minyak m
ineral) Polietilen glikol 400 Minyak silikon Gliserol Logam Wood (alloy Bi, Pb,
Sn, Cd) Temperatur maksimum (oC) 80 150 150 250 250 260 350 Keterangan Ideal dal
am jangkauan yang sempit. Murah tetapi mudah terbakar, tittik nyala rendah. Muda
h terbakar; pada suhu di atas 150oC, menimbulkan asap pedas. Larut dalam air. Ja
uh lebih baik daripada minyak parafin, tetapi mahal. Larut dalam air. Di bawah 7
0oC berbentuk padat, tetapi baik temperatur tinggi. Potensial beracun. 10
Sumber : Harwood, L. M. dan C. J. Moody, 1989. Perangkat Keras
Penangas harus diuji dulu sebelum dipakai dan cairannya diganti secara teratur.
Minyak yang diketahui telah bercampur dengan air, harus segera diganti karena da
pat membahayakan. Buanglah minyak bekas pada tempat yang telah disediakan.
Gambar 2.2. Salah satu jenis rangkaian listrik penangas. Mantel Listrik Penangas
Mantel penangas digunakan untuk menangaskan campuran di bawah kondisi refluks,
meskipun juga dapat digunakan untuk distilasi. Setiap mantel hanya didesain untu
k menangaskan labu bulat ukuran tertentu, dan harus tidak digunakan untuk menang
askan bejana selain bentuk tersebut.
Gambar 2.3. Rangkaian refluks dengan menggunakan sebuah mantel.
Perangkat Keras
11
Mantel harus dihubungkan ke suatu jenis pengontrol penangas dan jangan antel dih
ubungkan langsung ke power supply. Mantel memiliki kemampuan untuk . penangasan
temperatus tinggi, cenderung panas dengan cepat dan kadang melampaui panas yang
diinginkan. Bila terjadi keadaan di mana campuran reaksi keluar karena kelewat p
anas maka mantel harus dipindahkan secepat mungkin. Cara yang paling baik untuk
mengantipasi kejadian ini adalah dengan mengklem alat lebih tinggi, kemudian man
tel dipasang dari bawah (lihat Gambar 2.3 2.3). Plat Panas dengan Pengaduk ( (St
irrer Hotplates) Stirrer hotplates didesain untuk penangasan labu beralas datar
seperti erlenmeyer atau gelas piala, dan hal ini ideal sepanjang cairan yang dip
anaskan tidak mudah terbakar (Gambar 2.4). Adanya pengaduk magnetik di dalam ala
t ini memungkinkan magnetik melakukan pengadukan secara efisien pelarut yang tid
ak kental dengan memasukkan batang magnet yang ukurannya sesuai ke dalam labu.
Gambar 2.4. Skema sebuah stirrer hotplate Meskipun bentuknya tidak dapat digunak
an untuk menangasakan labu alas bulat karena untuk kontak antara labu dengan per
mukaan penangas sangat kecil, tetapi hal ini dapat ditanggulangi dengan mencelup
kan labu ke dalam penangas minyak. Stirrer hotplate berguna untuk refluks dan di
stilasi sambil dengan pengadu pengadukan. Pistol Udara Panas Pistol udara panas
digunakan sebagai suatu sumber panas yang dapat diarahkan langsung tepat ke bagi
an yang dipanaskan. Pistol dapat menghasilkan aliran udara panas, biasanya denga
n dua kecepatan, demikian juga penggunaan udara dingin. Setelah pistol digunakan
, tidak boleh langsung diletakkan di atas meja tapi harus menunggu Perangkat Ker
as 12
sampai dingin. Disarankan meletakkannya di atas cincin pendukung (holster) selam
a pistol masih panas. Pistol udara panas sangat berguna untuk menghilangkan air
dengan cepat dari alat alatalat untuk reaksi yang kering, tetapi tidak membutuhk
an kondisi yang benar benar-benar anhidrus. Kegunaan lain adalah untuk mengering
kan plat KLT dalam proses penampakkan noda dengan agen penampak noda yang membut
uhkan panas. kan
Gambar 2.5. (a) Sebuah pistol udara panas komersil. (b) setelah pistol udara pan
as digunakan harus diletakkan di atas cincin pendukung. Alat standar pengering r
ambut adalah sebuah alat alternatif yang dapat digunakan alternatif sebagai peng
ganti pistol udara panas, meskipun tidak serba guna tetapi jauh lebih murah. Ala
t pengering rambut mengalirkan udara panas tidak sebanyak dengan pistol udara pa
nas. 2.2. PENGADUKAN Ada tiga cara utama melakukan pengadukan campuran, yaitu de
ngan tangan, pengadukan dengan pengaduk magnet, dan dengan pengaduk mekanik. Han
ya dua cara yang terkhir ini yang memuaskan untuk digunakan dalam berbagai kondi
si. Pengaduk Magnetik Pengaduk magnetik adalah metode yang digunakan jika diperl
ukan p pengadukan kontinyu dan waktu yang cukup lama. Teknik ini tidak dapat dil
akukan untuk larutan atau campuran reaksi yang mengandung lebih banyak suspensi
padat. Demikian pula jika volume larutan sudah melebihi 1 liter, pengadukan deng
an cara ini sudah tidak efisien. Penganduk magnetik dapat pula dirangkai dengan
hotplate, dan gabungan alat
Perangkat Keras
13
ini merupakan alat yang serba guna. Umumnya, semakin banyak volume zat yang serb
a-guna. diaduk, semakin besar kekuatan motor yang diperlukan dan semakin panjang
batang magnet pengaduk yang diperlukan. Bentuk batang magnet pengaduk bermacam
macam, demikian pula dimensinya. bermacam-macam, Salah satu seri di antaranya ad
alah berukuran panjang 10, 20, dan 30 mm (atau dan 1 inci). Ada yang bentuknya b
ulat panjang dengan bentuk cincin ditengahnya (Gambar bulat-panjang 2.6 a) dan c
ocok untuk kebanyakan keperluan, ada pula yang berbentuk bola bola-ceper (Gambar
2.6 b) dan cocok untuk campuran reaksi yang volumenya besar.
Gambar 2.6. Macam macam bentuk batang magnet pengaduk Macam-macam Batang selalu
dilapisi dengan bahan pelapis, dan yang paling umum adalah yang dilapisi dengan
bahan teflon, meskipun teflon akan menjadi hitam bila digunakan untuk mengaduk c
ampuran reaksi yang melibatkan logam logam alkali dalam amoniak cair. logam-loga
m Warna batang magnet dapat kembali menjadi putih bila batang m magnet pengaduk
tersebut diregenerasi dengan larutan alkali 30 % (persen volume) dari hidrogen p
eroksida. Pengaduk Mekanik Reaksi berskala besar atau campuran kental memerlukan
tenaga yang besar pula dari sebuah motor eksternal untuk memutar pisau pengaduk
. Sebaiknya motor yang digunakan memiliki pengotrol kecepatan dengan beberapa ma
cam kecepatan, dan salah jenis daripada pengaduk tersebut diperlihatkan pada Gam
bar 2.7. gaduk Batang pengaduk dapat terbuat dari gelas, logam atau teflon, dan
susunan tangkai atau pisaunya bermacam macam pula. Teflon merupakan bahan yang d
igunakan oleh bermacam-macam hampir semua jenis pengaduk mekanik karena tidak mu
dah pecah jika ditempatkan mudah dibawah tekanan (misalnya jika jatuh ke lantai)
, dan tidak mudah pula memecahkan labu bila digunakan pada labu gelas.
Perangkat Keras
14
Gambar 2.7. Salah satu jeni pengaduk mekanik. 2.3. POMPA VAKUM (VACUUM PUMPS) Pr
osedur dalam laboratorium kimia organik yang umumnya memerlukan kimia penurunan
tekanan adalah penyaringan penyedot (filtration with suction) dan distilasi penu
runan tekanan. Untuk pemakuman dalam prosedur prosedur seperti itu digunakan pro
sedur-prosedur aspirator air (water aspirator). Meskipun alat ini cukup sederhan
a (dengan penurunan cukup tekanan mencapai 10-20 mmHg) tapi penurunan tekanan se
besar itu biasanya sudah -20 cukup untuk digunakan dalam distilasi penurunan tek
anan.
Gambar 2.8. Skema aspirator air.
Perangkat Keras
15
Akan tetapi, untuk bahan-bahan bertitik didih sangat tinggi, atau pemurnian deng
an metode sublimasi yang memerlukan penurunan tekanan hingga 0,1-1,0 mmHg, perlu
alat pompa vakum yang disebut oil immersion rotary vacuum pump. Penggunaan Aspi
rator Air (Water Aspirator) Meskipun aliran air yang melalui suatu kondensor tid
ak perlu kencang, namun untuk aspirator air tidak boleh digunakan aliran air yan
g kurang daripada aliran yang berupa hembusan kencang. Pada aliran air yang kenc
ang itu, kran aliran udara yang ada pada lengan samping pipa dibuka (dengan sedi
kit memutar kran, udara akan keluar dengan kencang) dan kemudian tekanan dalam a
lat segera diturunkan. Tutup aliran udara tersebut, kemudian amati besarnya penu
runan tekanannya dengan menggunakan manometer. Untuk penyaringan hisap, kualitas
kevakuman tidak terlalu penting; akan tetapi untuk distilasi dengan penurunan t
ekanan, pencatatan tekanan secara tetap (reguler) sangat perlu dilakukan. Tahap
genting dalam pekerjaan dengan aspirator air adalah ketika alat pemakum ini dile
paskan. Sangat dianjurkan untuk menjaga agar aliran air ke dalam aspirator tetap
berjalan sampai tekanan dalam sistem dibiarkan kembali ke tekanan atmosfir. Bil
a prosedur sederhana ini tidak dilakukan maka tak dapat dielakkan akan tersedotn
ya air kembali ke dalam labu atau alat. Untuk penyaringan hisap, kadang cukup se
derhana melepaskan tekanan tabung dari lengan samping sebelum menghentikan pengh
isapan, meskipun pekerjaan ini berisiko terjadinya tumpahan ketika tabung dilepa
skan secara tiba-tiba dan udara lari ke dalam penampung. Prosedur yang benar unt
uk kedua pekerjaan penyaringan dan distilasi penurunan tekanan adalah membuka pe
lan-pelan lengan samping aspirator hingga pembacaan manometer terhadap tekanan d
alam sistem meningkat pelan-pelan dan tetap. Dalam pekerjaan distilasi penurunan
tekanan sebaiknya residu distilasi dibiarkan dingin terlebih dulu hingga mendek
ati temperatur kamar sebelum udara dibiarkan masuk. Perangkap Air (The Water Tra
p) Bahaya tersedotnya air kembali ke dalam alat jika tekanan air turun secara ti
batiba tetap sebagai masalah jika bekerja dengan aspirator air. Untuk pengamanan
terhadap bahaya ini, sebuah perangkap air harus dipasang di antara alat dan asp
irator air. Dua contoh sederhana diperlihatkan dalam Gambar 2.9. Modifikasi pili
han meliputi
Perangkat Keras
16
hubungan manometer atau jalan masuk udara ke dalam sistem. Jalan masuk udara ini
sangat penting bilamana aspirator tidak memiliki lengan pelepasan tekanan (kran
jalan udara masuk). Perangkap air di sini berfungsi sebagai pemisah antara alat
dan aspirator, pemisah dan akan terisi dengan air jika terjadi peyedotan balik.
Gambar 2.9 Perangkap air Pompa Vakum Rotary (The Rotary Vacuum Pump) Seringkali di
stilasi penurunan tekan memerlukan kevakuman yang lebih baik daraipada kevakuman
yang dapat dicapai dengan menggunakan aspirator air; hal ini disebabkan lebih r
endahnya tekanan yang diperlukan, atau karena kevakuman yang dihasilkan dengan a
spirator sangat berubah ubah. Untuk keperluan ini maka lebih ideal berubah-ubah.
dengan menggunakan pompa vakum oil immersion rotary.
Gambar 2.10 Skema susunan pompa vakum rotary.
Perangkat Keras
17
Seperti halnya dengan pompanya sendiri, peralatan tambahan disusun secara seri g
una melindungi pompa, untuk mencapai pemakuman setinggi mungkin, dan untuk memud
ahkan pengukuran tekanan dalam sistem. Semua asesoris tersebut dihubungkan denga
n suatu alat gelas yang sedikit rumit atau dengan pipa yang fleksibel, tapi susu
nan yang umum akan tampak seperti dalam Gambar 2.10 Pengoperasian Pompa Vakum Rot
ary Prosedur-prosedur berikut berusaha meliputi semua hal umum dan potensil bahay
a yang menyertai bila menggunakan pompa vakum rotary. Meskipun demikian sangat dia
njurkan untuk berkonsultasi dengan instruktur pada saat akan menggunakan alat te
rsebut, terutama pada saat baru pertama kali menggunakannya. Pemakuman Sistem Se
belum menggunakan pompa rotary untuk menvakumkan alat distilasi, penting meyakini
bahwa zat-zat volatil yang ada dalam sistem hanya dalam jumlah yang kecil, lalu
dihubungkan dengan aspirator air untuk mengeluarkan zat-zat volatil tersebut. Pe
rangkap yang dingin dapat saja mengakumulasikan zat-zat volatil dalam jumlah yan
g kecil, tapi tidak aman untuk membiarkan zat-zat tersebut terakumulasi dalam pe
rangkap air karena berpotensi resiko peledakan pada saat pengisian udara kembali
di akhir distilasi. Setelah zat-zat volatil dikeluarkan dari sistem dengan meng
gunakan aspirator air, selanjutnya pemakuman dilakukan dengan pompa vakum rotary.
Perhatikan Gambar 2.10, isolasi pompa dari alat distilasi dengan metutup kran D,
dari udara luar dengan menutup kran C, dan dari manometer dengan menutup kran B
. Dengan posisi demikian itu dimaksudkan untuk pemakuman pada perangkap. Jangan
menambahkan zat pendingin ke dalam perangkap, tapi kalau menggunakan aseton-CO2
padat, perangkap boleh diisi sepertiga bagian dengan aseton (lihat Gambar 2.10(a
)). Nyalakan pompa dan segera tambahkan CO2 padat atau nitrogen cair ke dalam as
eton secara hati-hati untuk menghindari percikan pendingin ke tubuh sendiri. Set
elah kurang lebih 1 menit, periksa kualitas kevakuman dengan menggunakan manomet
er, kembalikan kran manometer ke posisi horizontal setelah memperoleh hasil pemb
acaan. Jika tarikan pompa sudah mencapai kevakuman yang memuaskan (paling kurang
1,0 mmHg), buka secara pelan-pelan kran D untuk memakumkan alat (gunakan pelind
ung!). Biarkan beberapa menit untuk menghilangkan zat-zat volatil yang tersisa d
alam contoh sampai tekanan dalam sistem menjadi stabil, kemudian periksa ulang
Perangkat Keras
18
kevakuman dengan menggunakan manometer. Jika tekanan sudah memuaskan maka distil
asi dapat dimulai. Jangan lupa memeriksa tekanan secara berkala selama berlangsu
ngnya distilasi, dan memastikan apakah perangkap tidak perlu penambahan pendingi
n lagi (umumnya tidak perlu kecuali jika distilasi pernah dihentikan). Mengakhir
i Kevakuman Pada akhir distilasi, tutuplah kran D untuk mengisolasi alat dari po
mpa dan tunggu hingga labu distilasi menjadi dingin. Pastikan manometer berada p
ada posisi horizontal dan putar kran C sedemikian sehingga perangkap (traps) ter
isolasi tetapi pompa terbuka ke udara luar. Anda akan mendengarkan desisan udara
yang melewati saluran keluar. Matikan pompa tanpa penangguhan. Jangan mematikan
pompa selagi saluran masih dalam keadaan vakum, karena hal itu dapat menyebabka
n minyak dari pompa akan tersedot ke dalam saluran. Akhirnya buka kran D pelan-p
elan. Untuk membiarkan udara masuk ke dalam alat. 2.4 Manometer Jenis manometer
yang digunakan tergantung pada derajat kevakuman yang diperlukan, apakah yang di
gunakan adalah aspirator air atau pompa minyak. Manometer untuk aspiartor air pe
rlu yang mampu mengukur tekanan dalam jangkauan 5-200 mmHg dengan ketepatan 1 mm
Hg, sedangkan manometer yang digunakan untuk pompa minyak normalnya mempunyai ja
ngkauan 0,01-10 mmHg. Manometer yang Digunakan untuk Aspirator Air Bentuk manome
ter yang paling sederhana terdiri atas sebuah pipa gelas U dengan satu lengan se
panjang 1 m dan satu lengan lebih pendek. Lengan panjang dipasang vertikal bersa
ma meteran 1 m dan ujungnya dibenamkan ke dalam penampung air raksa. Lengan yang
dihubungkan ke sebuah perangkap air (water trap) (Gambar 2.11 (a)). Tinggi air
raksa dalam pipa adalah pengurangan dari tekanan atmosfir. Skala
dimungkinkan berpindah-pindah sehingga nol dapat ditandai dengan garis pada ting
gi cairan dalam wadah penampung dan tinggi air raksa dalam pipa dapat diukur lan
gsung. Manometer jenis seperti ini mempunyai kecenderungan tak stabil dan mudah
pecah, dan karena itu perlu wadah air raksa yang lebih besar. Pecah dan percikan
air raksa yang beracun ini adalah peristiwa yang umum terjadi pada alat seperti
ini. Manometer yang lebih aman dan akurat yang bekerja atas prinsip pipa pendek
U tersegel pada satu ujungnya dan diisi dengan air raksa. Susunan ini mempunyai
Perangkat Keras
19
kelebihan yaitu hanya sedikit air raksa yang diperlukan dan lebih mudah pembacaa
n lebih penurunan tekanannya. Jangkauan kevakuman biasanya antara 0 100 mmHg den
gan 0-100 ketepatan 0,5 mm Hg, dan cukup memenuhi persyaratan dalam distilasi pen
urunan tekanan yang menggunakan aspirator air. Ada dua bentuk yang umum daripada
manometer yang menggunakan prinsip manometer seperti ini. Pipa U (Gambar 2.11 (
b)) mempunyai kecenderungan mengakumulasi udara dalam ujung yang tertutup dalam
satu periode waktu dan sedikit kurang kompak dibandingkan dengan bentuk manomete
r yang menggunakan pipa konsent (Gambar konsentris 2.11 (c)). Bentuk yang terakh
ir ini mempunyai lubang pada ujung yang bawah. Pipa luar bertindak sebagai penam
pung air raksa seperti lengan kedua daripada pipa U. Pembacaan penurunan tekanan
daripada masing masing alat ini dapat diperoleh dengan masing-masing membaca pe
rbedaan tinggi air raksa antara dua bagian manometer.
Gambar 2.11 Manometer sederhana yang digunakan dengan aspirator air. Kekurangan
yang paling serius dan umum daripada kedua bentuk ini adalah bahaya pemecahan pi
pa yang mungkin terjadi ketika udara dibiarkan masuk kembali ke sistem dengan sa
ngat cepat. Kembalinya udara ke dalam sistem dengan kecepat tinggi menyebabkan a
ir raksa juga kembali dengan cepat ke dalam pipa dan menghantam ujung pipa denga
n kuat sehingga memecahkan gelas tersebu tersebut. Manometer yang Digunakan untu
k Pompa Vakum Rotary Ada satu bentuk manometer yang paling cocok untuk pengukuran
tepat tekanan dalam jangkauan 0,1-10 mm Hg. Bentuk ini adalah meteran McLeod dan
dijual secara 10 komersial dengan nama Vacustat (Gambar 2.12). Jika alat tidak
digunakan maka alat Perangkat Keras 20
diposisikan datar dan air raksa tetap berada dalam wadah penampung (Gambar 2.12
(a)). Untuk membaca tekanan dalam sistem, meteran diputar ke posisi tegak dan ai
r raksa masuk ke dalam kedua lengan (Gambar 2.12 (b)).
Gambar 2.12. Manometer Vacustat. (a) alat pada posisi datar jika tidak digunakan
, (b) ambar . alat posisi tegak jika pembacaan tekanan dilakukan. Pembacaan ting
gi air raksa dalam lengan kanan menyatakan posisi nol, dan posisi tinggi air rak
sa dalam lengan kiri menyatakan tekanan dalam sistem. Jika tidak menyatakan digu
nakan, meteran harus selalu dikembalikan pada posisi datar dan air raksa dibiark
an mengalir kembali ke penampung. Kalau tidak dikembalikan ke posisi datar akan
berbahaya jika air raksa kembali menghantam dengan kuat ujung pipa gelas pada sa
at pelepasan kembali kevakuman sehingga pipa gelas pecah. 2.5. EVAPORATOR ROTARY A
lat ini dirancang untuk memindahkan pelarut mudah menguap (volatile solvent) dal
am jumlah yang besar dari larutan pada penurunan tekanan, men meninggalkan kompo
nen yang relatif tak mudah menguap. Evaporator Rotary paling sering digunakan untu
k memindahkan pelarut pada pekerjaan ekstraksi dan kromatografi yang biasa digun
akan dalam mengisolasi produk reaksi. Perbedaan utama pekerjaan ini dengan kerja
distilasi pengurangan tekanan adalah dilakukannya pemutaran labu rja distilasi
selama pemindahan pelarut. Pemutaran ini mempunyai dua fungsi penting yakni menc
egah resiko bumping dan meningkatkan kecepatan pemindahan pelarut.
Perangkat Keras
21
Gambar 2.13. Contoh jenis ev evaporator Rotary Cara Menggunakan Evaporator Rotary
Pastikan bahwa labu penampung pelarut kosong dan air mengalir melalui kondenser
spiral pada kecepatan lambat dan tetap. Hidupkan aspirator air sampai kecepatan
penuh dan kemudian pasang labu penguapan ke pipa penguapan, gunakan jepitan untu
k memastikan bahwa labu telah terpasangan dengan kuat pada pipa bahwa penguapan.
Topang labu dengan tangan secara pelan pelan, mulai pemutaran dan tutup pelan-p
elan, kran yang ada pada puncak kondenser. Jika manometer telah menunjukkan penu
runan tekanan dalam sistem sudah cukup berarti, maka tangan anda sudah aman dipi
ndahkan maka dari bawah labu (labu sudah tidak diragukan lagi untuk lepas). Jika
campuran sudah mulai mendidih dengan tidak terkontrol, bukalah kran di atas kon
denser dan biarkan udara masuk ke dalam sistem secara pelan pelan-pelan, kemudia
n tutup kran tersebut kembali. ian Hal ini boleh dilakukan secara berulang ulang
bila memang perlu. Apabila penguapan berulang-ulang telah stabil maka labu peng
uapan dapat dihangatkan dengan penangas air (bila dianggap perlu). Hati-hati mem
anaskan labu penguapan jika pelarut bersifat sangat volatil. hati pelarut Dengan
pelarut yang sangat volatil, pada permulaan disarankan menggunakan
Perangkat Keras
22
pendingin air dingin dan kemudian membiarkan pelan pelan menjadi hangat selama p
elan-pelan pemindahan pelarut berlangsung.
Gambar 2.14. Prosedur untuk melanjutkan pemindahan pelarut dengan menggunakan Ov
aporator Rotary. Jika volume pelarut yang akan dipindahkan sangat besar jumlahnya
dibanding dengan volume labu penguapan yang digunakan (seharusnya tidak mengisi
labu lebih dari seperempat bagian volume labu), dimungkinkan memasukkan larutan
tambahan dimungkinkan bila kran pada puncak kondenser dipasangi pipa panjang yan
g mencapai ke dalam labu penguapan. Sambung bagian luar kran tersebut dengan pip
a dan celupkan pipa ke dalam larutan tambahan (Gambar 2.14). Dengan membuka kra
pelan-pelan maka larutan akan kran pelan masuk ke dalam labu penguapan, dan pemi
ndahan pelarut dapat dilanjutkan lagi. Jika pelarut yang telah dipindahkan sudah
dianggap cukup, hentikan pemutaran labu dan angkat dari penangas. Buka kran unt
uk membiarkan udara masuk ke dalam sistem, topang labu penguapan dengan tangan,
lepaskan labu dan matikan aspirator dan kondenser air. Kosongkan labu penampung
pelarut dengan menuang ke dalam wadah yang telah tersedia (jangan buang langsung
ke bak pembuangan!) dan periksa apakah tidak ada lagi zat yang tertinggal menen
pel pada pipa penguapan karena hal ini bukan idak hanya mengurangi perolehan has
il, tetapi juga dapat mengotori contoh pengguna berikutnya.
Perangkat Keras
23
III. PENENTUAN SIFAT FISIK SENYAWA ORGANIK 3.1 PENENTUAN TITIK LELEH Titik leleh
suatu zat murni adalah temperatur di mana fase cair dan fase padat senyawa ters
ebut ada dalam keadaan berkesetimbangan pada 1 atm. Jika energi termal yang digu
nakan pada suatu padatan murni sama dengan energi kisi yang mengikat bersama sat
uan-satuan molekul kristal maka molekul-molekul kisi kristal lepas dari lingkung
an yang keteratuannya tinggi. Temperatur di sini diperlukan untuk perubahan dari
molekul-molekul yang susunannya teratur dalam kristal menjadi kondisi yang tida
k teratur.
temp. = t.l.
zat padat
zat cair
Titik leleh mencerminkan ukuran kekuatan tarikmenarik antara molekul-molekul. Sem
akin tinggi titik leleh, semakin kuat tarik-menarik tersebut. Untuk molekul-mole
kul yang berat molekulnya sama, semakin polar senyawa tersebut dan semakin simet
ris struktur molekulnya, semakin tinggi pula titik lelehnya. Jadi titik leleh su
atu senyawa memberikan informasi tentang satu dimensi fisik struktur molekul. Ti
tik leleh suatu senyawa murni ditentukan dengan mengamati temperatur pada mana t
erjadi perubahan : padat cair. Sejumlah kecil padatan kering yang telah digerus
ditempatkan pada gelas arloji, masukkan padatan tersebut ke mulut tabung kapiler
dengan cara menotol-notolkan tabung di atas padatan. Untuk memasukkan padatan k
e dalam ke dasar tabung kapiler, ambil pipa gelas sepanjang 50 cm dan letakkan d
i atas meja dengan posisi tegak, jatuhkan tabung kapiler berulang-ulang hingga p
adatan sampai ke dasar tabung. Ulangi sampai tinggi padatan dalam tabung kapiler
mencapai kurang lebih 3 mm. Tempatkan tabung kapiler pada alat penentu titik le
bur untuk memberikan panas secara merata pada pipa kapiler. Temperatur di mana c
airan mulai tampak dan temperatur di mana padatan tidak tampak lagi menyatakan j
arak titik titik leleh. Pelaratan yang umum digunakan untuk memperoleh titik lel
eh digambarkan dalam Gambar 3.1. Masing-masing sistem dirancang untuk memanaskan
contoh secara merata hingga meleleh dan memberikan jendela yang cukup untuk men
gamati contoh. Tabung Thiele adalah suatu penangas minyak yang memerlukan pemana
san luar seperti lampu Bunsen. Tabung ini mempunyai lengan untuk tempat sirkulas
i minyak
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
24
panas sehingga perubahan temperatur terjadi secara merata. Jika digunakan minyak
mineral, tempertur penangas minyak seharusnya tidak melampaui 180oC. Jika diper
lukan temperatur di atas 300 oC maka dapat digunakan cairan silikon sebagai pena
ngas. Peralatan titik leleh Thomas Hoover menggunakan penangas min Thomas-Hoover
minyak listrik dan terdapat sebuah jendela di mana contoh dalam kapiler dapat t
erlihat dengan jelas, tinggi air raksa dalam termometer diamati melalui periskop
. Peralatan titik leleh Fisher Fisher-Johns dan Mel-Temp mempunyai penangas list
rik pelat panas (blok peman Temp pemanas) yang memanaskan contoh dalam kapiler s
ecara merata (peratana Mel Temp), atau di antara Mel-Temp), slide mikroskop (per
alatan Fisher Johns). Sebuah transformer variasi voltase digunakan Fisher-Johns)
. dalam penganas listrik untuk mengubah kecepatan pemanasan. Pemanas harus selal
selalu dimatikan setelah titik leleh diperoleh.
Gambar 3.1 Peralatan titik leleh yang umum.
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
25
Tanda pertama bahwa contoh hampir meleleh adalah biasanya terjadi kontraksi pada
volume contoh, yang mana dapat menghasilkan terdorongnya contoh menjauh dari di
nding tabung, meskipun tidak ada cairan yang tampak pada saat itu. Fenomena ini
disebut sintering dan temperatur pada saat terjadinya seharusnya dicatat. Tetesa
n pertama cairan seharusnya terlihat pada beberapa derajat dalam sintering dan t
emperatur itu dipilih sebagai awal pelelehan. Temperatur di mana lengkapnya pele
lehan adalah pada saat padatan sudah mulai tidak terlihat. Kedua pembacaan itu d
inyatakan sebagai jarak titik leleh (Gambar 3.2)
Gambar 3.2. Jenis perubahan di sekitar titik leleh. Titik leleh dan jarak titik
leleh suatu padatan tergantung pada kecepatan pemanasan dan ketepatan termometer
yang digunakan, demikian juga dengan sifat contoh. Kecepatan pemanasan seharusn
ya dikontrol sedemikian sehingga kecepatan meningkatnya temperatur dalam daerah
sekitar 5o sebelum titik leleh adalah sekitar 2oC per menit. Kecepatan yang lebi
h tinggi akan membuat contoh dalam tabung kapiler tidak berkesetimbangan termal
dengan permukaan penangas. Termometer juga harus dikalibrasi dengan menggunakann
ya mengukur titik leleh dan jarak titik leleh suatu titik padatan murni yang tel
ah diketahui titik lelehnya.
Jarak Titik Leleh sebagai suatu Kriteria untuk Kemurnian Contoh padat suatu seny
awa murni biasanya hanya bentuk kristal dan meleleh dalam jarak yang tajam, bias
anya kur kurang daripada 1oC. Suatu jarak yang lebih besar daripada 2oC biasanya
menunjukkan adanya pengotor. Sebuah campuran padatan biasanya memperlihatkan ti
tik leleh yang berbeda jauh dengan titik leleh komponen komponen-
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
26
komponen murninya. Pengotor umumnya menyebabkan penurunan titik leleh dan penuru
nan melebarkan jarak titik leleh. Diagram fase cair padat (alur temperatur lawan
komposisi) yang ditunjukkan cair-padat dalam Gambar 3.3 menggambarkan prilaku f
ase campuran yang terdiri atas dua komponen padatan. Zat A dan B mempunyai titik
leleh yang tajam dan tidak berubah dengan rekristalisasi berulang ulang. Di sis
i lain, suatu campuran 95% A + 5% B berulang-ulang. mempunyai titik leleh berjar
ak lebar dan sebuah titik leleh yang lebih rendah daripada A murni, campuran pad
atan ini mulai meleleh pada T1 dan antara T1 dan T2 campuran padatan tersebut ad
a dalam kesetimbangan dengan fase cair. Rekristalisasi campuran 95% A/5% B yang
mengubah persentase komposisi B dalam A, juga mengubah titik leleh dan jarak tit
ik lelehnya. Hanya komposisi yang dinyatakan dengan tit E (eutectic titik compos
ition) akan mempunyai titik leleh tajam, akan tetapi perubahan komposisi oleh re
kristalisasi akan mengubah prilaku titik lelehnya.
Gambar 3.3. Giagram fase cairan padatan untuk sebuah campuran padatan dua cairan
-padatan komponen. Prilaku titik leleh suatu contoh dapat digunakan sebagai suat
u kriteria kemurnian suatu senyawa, jika suatu senyawa murni dikenal mempunyai t
itik leleh yang tajam yang tidak berubah oleh rekristalisasi berulang berulang-u
lang.
Penggunaan Titik Leleh dalam Mengidentifikasi Struktur Suatu Senyawa Struktur Ti
tik leleh suatu senyawa padat dapat memberikan petunjuk derajat kemurniannya dan
dapat juga membantu dalam mengidentifikasinya. Meskipun tidak selalu benar, tap
i dapat dipertimbangkan bahwa jarak titik leleh yang tajam (<2oC) yakni anta mul
ai antara
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
27
tampak titik-titik cairan dalam contoh sampai tidak tampak lagi padatan sedikitp
un memberikan petunjuk yang dapat dipercaya bahwa suatu senyawa adalah murni. Sa
ngat jarang suatu campuran dapat memberikan titik leleh yang tajam. Titik leleh
yang lebar memberikan gejala bahwa zat kurang murni. Suatu senyawa murni yang st
rukturnya tidak diketahui dapat diidentifikasi dengan cara membandingkan titik l
elehnya dengan senyawa yang telah diketahui strukturnya. Perlu diingat bahwa han
ya senyawa bertitik leleh sempitlah yang dapat diidentifikasi berdasarkan sifat
fisik tersebut. Meskipun banyak senyawa yang telah diketahui mempunyai titik lel
eh yang identik dengan titik leleh senyawa tak dikenal (senyawa anu), tapi jika
kedua senyawa tidak sama maka penambahan senyawa yang telah diketahui strukturny
a kepada senyawa tak diketahui akan memberikan penurunan titik leleh. Jika dua s
enyawa adalah identik, titik leleh campuran dua senyawa tersebut tidak akan lebi
h rendah daripada titik leleh komponen-komponen murninya. Jika dua senyawa tidak
identik, titik leleh campurannya akan turun dan jarak titik lelehnya akan menja
di lebar.
3.2 PENENTUAN TITIK DIDIH Jika suatu cairan diisikan tidak sampai penuh ke dalam
sebuah wadah, maka ada gas di atas cairan tersebut, molekul-molekul akan cender
ung lepas menuju keadaan uap. Dengan demikian, konsentrasi molekul uap di dalam
fase uap akan meningkat, katakanlah pada temperatur tetap, lama ke lamaan moleku
l-molekul akan kembali ke fase cair sampai kecepatan lepas dan kembalinya moleku
l menjadi sama, artinya suatu kesetimbangan telah tercapai. Tekanan molekul-mole
kul dalam keadaan uap ketika kesetimbangan telah tercapai disebut tekanan uap ca
iran pada temperatur percobaan. Titik didih adalah temperatur pada mana tekanan
uap cairan baru saja menjadi sama dengan tekanan atmosfir (760 mm Hg pada kondis
i standar). Ketika titik ini tercapai, perubahan dramatis terjadi: temperatur ti
dak akan lebih jauh naik dalam merespon panas yang terus menerus masuk; akhirnya
panas tersebut semata-mata digunakan untuk menguapkan cairan. Suatu fenomena ak
an jelas terjadi, yakni pembentukan gelembung (luapan) dalam cairan, tumbuh dan
naik ke atas permukaan. Gelembung adalah kantong-kantong gas dalam cairan yang d
apat ada karena tekanan uap cairan yang menyelimuti cairan lebih besar daripada
jumlah tekanan atmosfir dan tekanan hidrostatik cairan itu sendiri. Jadi saat te
kanan uap muncul dan tekanan
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
28
hidrostatik menurun, maka gelembung tumbuh. Gelembung seperti itu tidak akan mud
ah mulai kecuali mereka mempunyai inti atau titik tumpuan, biasanya yang menjadi
inti adalah kantong-kantong uap atau gas permanen pada suatu lubang atau permuk
aan wadah yang tak terbasahi cairan. Gerakan mengocok yang terjadi ketika suatu
cairan mendidih dengan baik akan menjamin cepatnya penyebaran panas dan cepatnya
uap masuk ke dalam cairan sebagai sumber inti penguapan selanjutnya. Jika titik
tumpuan tidak tersedia, seperti dalam bejana yang sangat halus dan bersih, cair
an cenderung menjadi kelewat panas (superheating) sampai suatu temperatur dicapa
i di mana sebuah inti pembentukan gelembung terbentuk secara spontan dalam caira
n. Proses pendidihan akan segera mulai, gelembung tumbuh menyerupai ledakan, mem
erciki cairan panas di sekitarnya, karena tekanan uap cairan kelewat panas sekar
ang lebih besar daripada tekanan atmosfir. Kekerasan ini adalah tanda bahaya dan
bahkan bersifat ledakan, disebut bumping. Cairan murni yang mendidih tanpa deko
mposisi akan memiliki titik didih yang tetap dan tajam, dan tidak akan meninggal
residu pada distilasi sampai kering. Akan tetapi sangat rentan terhadap fluktua
si tekana atmosfir dan berakibat titik didih yang ditentukan melalui percobaan a
kan berbeda beberapa derajad dengan yang ada dalam literatur. Ketika tekanan bar
ometrik agak berbeda dari 760 mm Hg, titik didh suatu cairan organik akan beruba
h dari yang ditentukan pada 760 mm Hg; sebaliknya, akan memungkinkan untuk mempe
rkirakan titik didih pada 760 mm Hg dari titik didih yang teramati pada tekanan
yang sedikit berbeda. Dalam hal ini, dapat digunakan hukum Craft, T = Tp 10 4 , de
ngan : T = (td. pada 760 mm Hg ) (td. Pada tekanan barometrik) p = (760) (tekanan
barometik dalam mm Hg) T = titik didh dalam oK
Cara Penentuan Titik Didih Jika volume senyawa cair cukup (> 5 mL), titik didih
cairan dapat ditentukan langsung dengan mendidihkan pelan-pelan dari tabung berb
entuk buah pear dalam alat distilasi biasa seperti yang digambarkan dalam Gambar
7.1 Bab VII, catat temperatur yang tetap di atas calisen selama senyawa mendidi
h. Untuk jumlah senyawa cair yang kecil (0,5-3,0 mL), zat harus didihkan dalam a
lat seperti Gambar 3.4.
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
29
Gambar 3.4 Penentuan titik didih skala mikro
Segel salah satu ujung pipa gelas yang panjangnya 5 cm dan berdiameter berdiamet
er-dalam 4 mm dan ikat bersama termometer dengan menggunakan karet. Segel salah
ujung pipa kapiler, potong sepanjang 2 cm masukkan dengan cara terbalik (ujung t
erbuka lebih dulu) ke dalam pipa pendidihan. Celupkan termometer dan tabung pend
idihan ke dalam penangas minyak untuk penanasan, pastikan bahwa karet pengikat t
idak tercelup ke dalam minyak. Panaskan penganas minyak dan diaduk dengan pengad
uk magnet, amati dengan hati hatihati ujung pipa yang ada di dalam.mula mula ter
lihat aliran udara dengan arah tidak dalam.mula-mula teratur meninggalkan pipa,
tetapi akhirnya diganti dengan aliran suatu aliran gelembung akhirnya yang cepat
dan tetap sebagaimana cairan tersebut mencapai titik didihnya. Pada titik ini,
hentikan pemanasan tetapi biarkan contoh masih dalam penangas minyak, saat itu t
emperatur akan terus naik selama beberapa waktu, tergantung pada kecepatan beber
apa pemansan dan temperatus sebenarnya di dalam penangas. Saat temperatur mulai
turun, amati tabung lebih dengan dan catat temperatur pada saat aliran gelembung
mulai berhenti dan cairan mulai naik di dalam pipa kapiler, titik ini adalah ti
tik didih cairan titik tersebut. Setelah temperatur penngas ada 20 oC di bawah t
itik didih, pipa kapiler 2 cm kedua dapat dimasukkan ke dalam cairan, dan ulangi
prosedur dengan menggunakan pipa kapiler baru tersebut untuk memperoleh harga t
itik didih yang lebih meyakinkan. Jangan lupa mencatat tekanan atmosfir ketika p
enentuan titih didih dilakukan.
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
30
3.3 PENGUKURAN INDEKS BIAS Indeks bias adalah ukuran perbandingan antara kecepat
an sinar dalam udara terhadap kecepatan sinar dalam zat yang dianalisis. Akibat
perubahan kecepatan sinar dianalisis. jika sinar dilewatkan dari satu medium ke
medium yang lain, seberkas sinar akan membelok jika sudut datang dibuat tidak 90
oC terhadap permukaan medium (Gambar 3.18). Hukum Snell menyatakan bahwa n sin =
n sin ; dengan dan berturutengan turut adalah sudut yang dibuat antara berkas sinar
dengan garis tegak lurus permukaan medium, dan n dan n adalah indeks bias di dala
m media. (Harga n dalam udara tentu saja = 1).
Gambar 3.18 Ilustrasi hukun Snell
bbe Refraktometer Abbe (Gambar 3.20) dalam mana temperatur dikontrol dengan sirk
ulasi air, menggunakan sinar putih yang dikoreksi dengan sistem optik menghasilk
an harga indeks bias yang ekuivalen dengan harga yang diperoleh dengan sinar mur
ni garis natrium D ( = 589 nm). Refraktometer dikalibrasi untuk ( fraktometer men
ghasi kan indeks bias yang va id da am menyatakan indeks bias antara 1,3 dan 1,7
, karena umumnya senyawa organik mempunyai indeks bias pada kisaran tersebut. Ha
rga indeks bias menurun dengan meningkatnya temperatur. Meskipun variasi indeks
bias Meskipun yang disebabkan perubahan temperatur sedikit berbeda untuk senyawa
organik yang berbeda. Karena itu harga indeks bias suatu senyawa sering ka i di
tu iskan bersama panjang ge ombang sinar dan temperatur pengukuran. Sebagai cont
oh: nD25 = 1,3524.
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
31
Gambar 3.20 Refraktometer 3L Abbe Indeks bias suatu senyawa sangat sensitif terh
adap adanya pengotor. Kecua i te ah dimurnikan dengan hati-hati, Indeks bias sua
tu senyawa anu (tak-diketahui) kotor akan diketahui) bersesuaian da am se isih 0,
001 dengan harga senyawa yang te ah diketahui. Ukuran indeks bias ada ah suatu t
eknik yang sangat penting terhadap ana isis cairan campuran biner. Meskipun akhi
r akhir ini banyak metode ana isis yang akhir-akhir diperkena kan te ah menguran
gi peranan metode refraktometri, akan tetapi metode ini peranan masih berharga d
a am mengidentifikasi sifat sifat senyawa. Harga indeks bias berbagai sifat-sifa
t macam cairan dapat ditemukan da am handbook kimia. Indeks bias berhubungan den
gan struktur mo eku , kadang kadang-kadang membantu da am menentukan sifat antu
sifat-sifat senyawa me a ui perhitungan pembiasan mo ar. Pembiasan mo ar dinyata
kan sebagai:
2 (n D 1)m RD = 2 ( n D + 2) d
indeks bias dalam literatur untuk
dengan m adalah berat molekul, dan d adalah kerapatan. Pembiasan molar (juga dis
ebut pembiasan molekul) adalah suatu sifat yang mendekati penjumlahan. Sebagai c
ontoh, harga untuk CH3, CH2, OH, dan I berturut berturutturut adalah 5,65; 4,65;
2,55; dan 13,95. Dari harga tersebut kita menghitung suatu perubahan pembiasan
molar +11,40 dari etanol ke iodoetana. Kenaikan kerapatan bersamasama yang terl
ibat dalam perubahan kimia tidak cukup untuk mengimbangi sama
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
32
kenaikan yang besar dalam pembiasan molar; jadi kita dapat mengantisipasi kenaik
an ukuran indeks bias.
Cara Kerja Refraktometer 3L Abbe Air pada 20 0C dibiarkan mengalir melalui jaket
(J) yang menyelimuti prisma (P1, P2). Jika contoh cair mudah mengalir dengan be
bas, contoh tersebut dimasukkan dengan . bantuan pipet melalui salah satu celah
di samping prisma (D). Jika contoh kental, . prisma atas di angkat dan beberapa
tetes contoh dioleskan di atas prisma ( 2 ) dengan (P pengoles yang terbuat dari
pada kayu. Prisma ditutup pelan pelan, cairan lebih di lap. pelanpelan, Lampu (
L) dihidupkan. Sambil menggamati lewat jendela (E), pengatur (A) diputar dan , p
osisi lampu (L) juga di atur sehingga diperoleh bidang sinar yang merata. Jendel
a (E) a difokuskan pada garis hitam melintang (H) dan putar (A) ke suatu arah se
hingga garis pembagi ada di antara terang dan gelap dengan berpusat garis pembag
i.
Gambar 3.21 Diagram skema sistem optik refraktometer 3L Abbe sistem
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
33
Bisanya garis batas berwarna, dan ini dihilangkan dengan memutar (Z) hingga gari
s pembatas hitam putih menjadi tegas. Setelah diperoleh garis batas yang tegas,
pengatur (B) diputar sehingga garis pembagi benarbenar ada pada pusat seperti t
erlihat pada (F). Kemudian saklar pada sisi kiri alat ditekan hingga menimbulkan
penyinaran pada skala (S). Indeks bias untuk garis natrium D dibaca hingga tiga
desimal dalam jemdela (ES) dan angka keempat diperikirakan. Hasilnya dicatat da
lam bentuk seperti berikut :
20 nD = 1,4357
Pada waktu yang sama indeks terbaca, pembacaan di dalam tabung (Z) harus di cata
t. Prisma selanjutnya dibersihkan dengan dengan lap kain yang telah dicelupka da
lam toluena atau petroleum eter untuk senyawasenyawa yang tidaklarut dalam air.
Air distilat digunakan untuk menghilangkan senyawasenyawa yang larut dalam air
. Sangat hatihatilah agar prisma tidak tergores. Pengoles logam atau gelas seba
iknya dihindari untuk digunakan.
Penetuan Sifat Fisik Senyawa Organik
34
IV. PEMISAHAN DAN EKSTRAKSI Perkembangan kimia organik menjadi sebuah ilmu penge
tahuan eksperimental moderen telah terjadi dengan pesat, karena senyawa organik
dapat diisolasi dari sumber yang kaya senyawa organik yang ditemukan di alam. Su
mber di alam seperti tumbuhtumbuhan, batu bara, dan minyak bumi mengandung campu
ran senyawa organik yang kompleks. Pemisahan campuran senyawa kompleks ini ke da
lam komponenkomponennya dilakukan melalui penggunaan teknik yang berdasarkan ata
s perbedaan sifat fisik senyawa organik. Sifat fisik seperti kelarutan dan titik
didih diubah menjadi prosedur yang dapat dijalankan untuk isolasi selektif baha
nbahan utama dari lingkungannya. Metode pemisahan yang sangat penting dalam kim
ia organik adalah ekstraksi, kristalisasi (penyaringan), distilasi, dan kromatog
rafi. Teknik ekstraksi dan kristalisasi bergantung atas sifat kelarutan senyawa
senyawa organik. Pemisahan dengan distilasi mengandalkan pada perbedaan titik di
dh antara komponenkomponen suatu campuran. Perbedaan kemampuan zatzat kimia un
tuk tertarik ke permukaan (adsorpsi) adalah dasar pemisahan kromatografi. Tiapt
iap metode tersebut terbangun atas suatu perbedaan sifat fisik yang dapat dibeda
kan antara komponenkomponen suatu campuran. Kita dapat memisahkan senyawasenya
wa yang berbeda sifat kelarutan, titk didih, atau keterserapannya dengan menggun
akan teknik pemisahan yang berdasarkan perbedaan sifat fisiknya.
METODE PEMISAHAN
Ekstraksi
Kromatografi
Kristalisasi (filtrasi)
Distilasi
Gambar 4.1. Pembagian metode pemisahan Metodemetode pemisahan yang paling penti
ng dalam kimia organik adalah ekstraksi, kristalisasi (filtrasi), distilasi, dan
kromatografi. Pemisahan dengan metode ekstraksi dan kristalisasi tergantung pad
a sifat kelarutan masingmasing komponen
Ekstraksi
35
dalam pelarutpelarut tertentu. Pemisahan dengan distilasi tergantung pada perbe
daan titik didih antara komponenkomponen yang ada dalam suatu campuran, sedangk
an perbedaan dalam kemampuan zatzat untuk terikat pada permukaan (adsorpsi) ada
lah dasar untuk pemisahan kromatografi. Sering pula reaksi kimia terutama reaksi
asambasa digunakan untuk menghasilkan perbedaan yang nyata sifatsifat fisik an
tara komponenkomponen dalam suatu campuran. 4.1. EKSTRAKSI Ekstraksi adalah sua
tu metode pemisahan yang melibatkan perpindahan suatu zat dari lapisan zat yang
satu ke lapisan zat yang kedua. Jika kedua lapisan adalah cairan yang tidak sali
ng bercampur, metode ini dikenal sebagai ekstraksi caircair. Dalam ekstraksi ca
ircair, suatu senyawa terpartisi di antara dua pelarut. Keberhasilan pemisahan
tergantung pada perbedaan kelarutan senyawa dalam kedua pelarut. Umumnya senyawa
yang diekstraksi tidak larut atau sedikit larut dalam pelarut yang satu tetapi
sangat larut dalam pelarut yang lain. Ekstraksi berlangsung dalam corong pisah,
dan dilakukan beberapa kali. Tabel 4.1. Sifatsifat fisik pelarutpelarut ektrak
si biasa Pelarut Berat Molekul (g/mol)
74
Titik Didih (oC)
35
Densitas Pada 20oC (g/cm3)
0,714
Kementar
Dietil eter
Pentana
72
36
0,626
Metilen klorida
85
41
1,335
Kloroform
119
61
1,492
Heksana Karbon tetraklorida
86 154
68 77
0,659 1,594
Benzena
78
80
0,879
Toluena
92
111
0,867
Pelarut yang paling luas penggunaannya dalam ekstraksi. Lapisan atas dalam ekstr
aksi dengan air. Digunakan untuk mengekstraksi senyawa nonpolar. Lapisan atas da
lam ekstraksi dengan air. cairan mudah terbakar. Digunakan untuk mengekstrasi se
nyawa polar. Biasanya lapisan bawah dalam ekstraksi dengan air. Digunakan untuk
mengekstraksi senyawa polar. Lapisan bawah dalam ekstraksi dengan air. Sama dala
m ekstraksi dengan pentana. Cairan mudah terbakar. Digunakan untuk mengekstraksi
senyawa non polar. Lapisan bawah dalam ekstraksi dengan air. Digunakan untuk me
ngekstraksi senyawa aromatik. Lapisan atas dalam ekstraksi dengan air. cairan mu
dah terbakar. Sama dalam ekstraksi dengan benzena. Cairan mudah terbakar.
Sumber: Doyle, M. P. dan W. S. Mungall, 1980. Ekstraksi
36
Biasanya air digunakan sebagai salah satu pelarut dari dua pelarut dalam ekstrak
si caircair karena kebanyakan pelarut organik tidak bercampur dengan air, dan a
ir melarutkan senyawa ionik dan senyawa yang sangat polar. Pelarutpelarut yang
cocok dengan air untuk mengekstraksi senyawa organik umumnya dipilih dari daftar
dalam Tabel 4.1. Pada tiaptiap pelarut ini ditemui kriteria penting, yaitu kel
arutan relatif dalam air; air dan satu dari pelarutpelarut ini membentuk dua la
pisan yang terpisah. Dalam ekstraksi air dengan senyawa organik, lapisan air din
yatakan sebagai lapisan berair dan pelarut organik disebut lapisan organik. Seba
gai kelanjutan untuk kritaria tidak saling bercampur terhadap lapisan berair den
gan lapisan organik, senyawasenyawa yang akan diekstraksi harus dipisahkan dari
lapisan dalam mana dia terkonsentrasi. Pelarut organik yang umum dipilih adalah
mempunyai titik didih yang jauh lebih rendah daripada titik didih senyawa yang
diekstraksi, biasanya dipilih pelarut yang harganya murah dan senyawa yang tidak
beracun dan titik didihnya lebih rendah daripada 100oC. Metode ekstraksi didasa
rkan atas distribusi senyawa di antara dua fase daripada dua lapisan cair pada k
esetimbangan. Kesetimbangan distribusi ini (atau partisi) tergantung pada kelaru
tan senyawa dalam tiaptiap pelarut. Sebagai contoh, distribusi asam benzoat dal
am toluena dan air. Pada temperatur 25oC kelarutan asam benzoat dalam air adalah
0,34 g/100 mL dan dalam toluena adalah 11 g/100 mL. Jika 5,0 g asam benzoat yan
g terlarut dalam 50 mL toluena ditambahkan 100 mL air dan dihasilkan dua lapisan
, asam benzoat akan terpartisi di antara kedua lapisan menurut pernyataan keseti
mbangan berikut:
(Asam benzoat) C6H5CH3 K (Asam benzoat)
H2O
Di mana K adalah koefisien partisi kesetimbangan. Koefisien partisi (perbandinga
n kelarutan) asam benzoat dalam toluena dan air adalah:
K= 0,34 g/100 mL H2O = 0,031 11 g/100 mL C6H5CH3
Dengan menggunakan koefisien partisi maka dapat dihitung jumlah asam benzoat yan
g terpartisi ke dalam 100 mL air (X/100 mL) dari 5,0 g yang terlarut dalam 50 mL
toluena [(5,0 g X)/50 mL]:
Ekstraksi
37
K=
[Asam benzoat ]H O
2
[Asam benzoat ]C H CH
6 5
3
K = 0,031 =
X/100 mL (5,0 g  X )/50 mL X = 0,29 g
Jadi asam benzoat yang masih tersisa dalam lapisan toluena adalah 5,0 g 0,29 g =
4,7 g. Contoh ini menunjukkan bahwa senyawa organik seperti asam benzoat akan l
ebih efektif bila diekstraksi dari air dengan toluena (K = 32) daripada dari tol
uena dengan air (K = 0,031). Tentu saja metode ekstraksi umumnya digunakan untuk
memisahkan senyawasenyawa organik dari air dan dari senyawasenyawa yang larut
dalam air. Suatu hal yang perlu dicatat dalam teori ekstraksi bahwa ekstraksi y
ang dilakukan berulang kali dengan volume pelarut organik yang kecil jauh lebih
efisien daripada bila dilakukan satu kali saja dengan volume pelarut organik yan
g besar. Hal ini digambarkan secara matematis dengan persamaan berikut:
Kv Wn = W0 K v+s
n
dengan Wn adalah gram zat yang tersisa dalam lapisan air setelah ekstrasi ke n k
ali, v adalah volume (mL) larutan berair yang mengandung W0 gram zat yang akan d
iekstraksi dengan s (mL) pelarut organik. Untuk membuat harga Wn sekecil mungkin
, n harus besar dan s kecil. Dengan kata lain, hasil ekstraksi yang baik diperol
eh dengan cara membagi pelarut pengekstraksi menjadi beberapa bagian, daripada j
ika ekstraksi tunggal dilakukan dengan menggunakan keseluruhan pelarut tersebut.
Untuk lebih jelasnya kita tinjau sebuah contoh ekstraksi larutan 4.0 g asam but
irat dalam 100 mL air pada 15 oC dengan menggunakan 100 mL pelarut benzena. Koef
isien partisi asam butirat antara benzena dan air adalah 3 (atau 1/3 antara air
dengan benzena) pada 15 oC. Untuk ekstraksi tunggal diperoleh:
Ekstraksi
38
1 100 = 1,0 g W n = 4 3 100 + 100 3 Untuk ekstraksi tiga kali dengan
unakan 33,3 mL benzena diperoleh:
1 100 = 0,5 g W n = 4 3 100 + 33,3 3 ekstraksi satu kali dengan 100
mindahkan 3,0 g (atau 75%) asam butirat, sedangkan ekstraksi tiga kali dengan ma
singmasing menggunakan 33,3 mL benzena memindahkan 3,5 g (atau 87,5%) asam buti
rat. Jadi ekstraksi dua kali atau tiga kali akan memindahkan lebih banyak senyaw
a organik dari air daripada bila hanya dilakukan satu kali dengan volume yang be
sar. Jika senyawa organik lebih larut dalam air daripada dalam pelarut organik,
koefisien partisi kurang daripada satu, dan sangat sedikit senyawa organik yang
akan terekstraksi. Akan tetapi kofisien partisi senyawa organik dapat diubah mel
alui penambahan suatu garam anorganik, misalnya garam klorida ke dalam lapisan a
ir. Hal ini didasarkan teori bahwa senyawa organik kurang larut dalam larutan ga
ram klorida daripada dalam air, dengan demikian kofisien partisi antara pelarut
organik dengan lapisan air akan menjadi lebih tinggi sehingga ektraksi ke dalam
pelarut organik menjadi lebih efisien. Teknik ini dikenal dengan salting out. Ti
dak jarang kita menemukan keadaan di mana ekstraksi dengan menggunakan pelarut o
rganik tidak efisien meskipun telah dilakukan metode salting out (katakanlah han
ya 25% zat yang terekstraksi setiap kali ektraksi). Jalan keluar dari hal semac
am ini adalah dengan melakukan ekstraksi kontinyu. Adapun cara ekstraksi tersebu
t dapat dilihat dalam buku Vogels Text Book of Practical in Organic Chemistry.
3
4.2. Cara Menggunakan Corong Pisah
Corong pisah adalah alat yang paling umum digunakan dalam pekerjaan ekstraksi ru
tin dalam kimia organik. Akan tetapi alat ini juga paling sering ditangani secar
a salah dalam laboratorium kimia organik. Untuk penanganan yang benar, harus
memperhatikan secara seksama semua fase proses ekstraksi dan pemisahan. Ada atur
anaturan dasar yang seharusnya diikuti dalam melakukan ekstraksi.
Ekstraksi
39
Penyiapan Corong Pisah Corong pisah biasanya terbuat dari gelas tipis dan karena
nya seharusnya di tangani secara hatihati. Bagian terpenting daripada alat ini
adalah kran yang terbuat dari gelas hati. atau teplon. Kran gelas sebaiknya diol
esi dengan vaselin sebelum corong digunakan. Gunakan vaselin secukupnya agar kra
n mudah diputar, penggunaan vaselin yang banyak akan dapat menyumbat lubang kran
atau mengotori larutan organik. Kran teflon lebih baik daripada gelas karena me
mpunyai koefisien gesekan yang rendah, dan tidak a perlu vaselin. Akan tetapi te
flon sangat lembut dan rusak oleh pemanasan atau tekanan. Corong pisah dengan kr
an pada posisi tertutup, ditempatkan di atas klem cincin besi. Idealnya cincin h
arus dibalut dengan plastik untuk mencegah kontak langsung arus dengan gelas dan
mengurangi bahaya keretakan corong. Letakkan erlenmeyer atau gelas piala di baw
ah corong. Hal ini sangat berguna ketika corong diisi cairan dan terjadi kebocor
an. Rangkaian lengkap alat ini dapat dilihat dalam Gambar 4.2. Pastikan bahwa pe
nutup benar benar cocok dengan leher corong pisah. benarbenar Pertimbangkan apa
kah perlu atau tidak perlu menggunakan vaselin penutup. Penggunaan vaselin akan
memudahkan pelepasan penutup, akan tetapi mengand mengandung resiko kontaminasi
vaselin terhadap larutan organik, terutama pelarut yang dapat merembes masuk ke
celah penutup. Basahi dengan air penutup yang tidak bervaselin untuk mencegah pe
rembesan pelarut ke dalam celah penutup.
Gambar 4.2 Sebuah corong pisah yang siap digunakan pisah
Ekstraksi
40
Memindahkan Cairan ke dalam Corong Pisah Ke dalam corong pisah dengan kran tertu
tup (uji !) seperti pada Gambar 4.2 di atas, tuang campuran yang akan diekstraks
i dan pelarut pengekstraksi, gunakan corong bertangkai panjang untuk meminimalka
n percikan. Ingatlah untuk menyisahkan ruang meminimalkan yang cukup dalam coron
g pisah untuk tempat pencampuran cairan. Aturan umum: jangan mengisi corong pisa
h melebihi dua per tiga volumenya. Jika volume yang akan diekstraksi cukup besar
, ekstraksi harus dila dilakukan secara bertahap. Pengocokan Untuk mengefisienka
n ekstraksi, fase air dan fase organik harus bercampur secara keseluruhan. Tujua
n ini dicapai dengan cara penggoyangan memutar (swirling) dan pengocokan (shakin
g) corong pisah. Setelah memasukkan cairan ke dalam corong pisah dan sebelum mem
asang penutup, sebaiknya corong digoyang memutar (swirl) pelan pelanpelan terleb
ih dahulu. Pegang bagian atas corong, angkat dan goyang memutar pelan pelanpelan
. Hal ini sangat penting jika ekstraksi melepaskan gas karbondioksida seperti ka
rbondioksida, ekstrasi yang melibatkan larutan karbonat atau bikarbonat, atau ne
tralisasi asam. setelah pemutaran, letakkan corong di atas klem cincin dan tutup
rapat rapat. rapatrapat.
Gambar 4.3. (a) Cara memegang corong pisah selama pengocokan; (b) Cara memegang
coro pisah selama pengeluaran gas. corong Selanjutnya perlu penggoyangan memutar
atau pengocokan yang lebih keras untuk membuat kedua fase saling bercampur selu
ruhnya. Setiap orang mempunyai metode tersendiri memegang corong, salah satu car
a memegang corong diperl diperlihatkan dalam Gambar 4.3. Kapan saja melakukan ek
straksi maka perlu mengingat hal halhal sebagai berikut. 1. Pegang corong denga
n kedua tangan. 2. Dengan tangan yang satu, pegang corong dengan satu jari tetap
di atas penutup.
Ekstraksi
41
3. Pengan corong disekitar kran dengan tangan yang satu untuk menjaga agar kran
tangan tetap berada pada posisinya, yang lebih penting lagi agar anda dapat memb
uka membukatutup kran dengan cepat. 4. Jika Anda masih ragu, lakukan hal ini den
gan corong yang masing kosong. Pemisahan Lapisan Pekerjaan ekstraksi akan berjal
an dengan baik jika fase organik dengan fase air berjalan terpisah dengan jelas
dalam corong pisah. Lepaskan penutup, dan jika zat organik menenpel pada penutup
tersebut maka bilaslah dengan beberapa tetes pelarut pengekstraksi ke dalam cor
ong pisah dengan menggunakan pipet tetes. Jangan lakukan menggunakan hal ini ter
hadap penutup yang mengandung vaselin! Sebelum memisahkan kedua lapisan, Anda ha
rus mengetahui lapisan lapisan tersebut. Seringkali lapisan lapisanlapisan lapi
sanlapisan tersebut dapat diperkirakan dengan melihat volume relatif antara ked
ua lapisan, atau antara menggunakan kenyataan bahwa kebanyakan palarut organik m
empunyai densitas yang lebih rendah daripada air. Akan tetapi dengan adanya zat
terlarut anorganik atau organik, densitas fase air atau fase organik dapat menin
gkat dramatis. Untuk lebih meyakini fasefase tersebut, tambahkan beberapa tetes
air ke dalam corong (sebaiknya fase alirkan ke bawah lewat dinding bagian dalam
corong) dan amati di lapisan mana tetesan tersebut bercampur. Setelah mengetahu
i lapisan mana yang akan diambil, al alirkan lapisan bawah melalui kran. Pegan c
orong seperti dalam Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Memegang corong pisah sambil mengalirkan lapisan bawah
Jangan membiarkan cairan mengalir cepat, dan usahakan agar tangkai corong menemp
el pada dinding erlenmeyer, hal ini mengurangi percikan. Ketika lapisan bawah ha
mpir
Ekstraksi
42
habis, tutuplah kran, dan goyang memutar (swirl) corong pelanpelan hingga caira
n yang menempel pada dinding corong jatuh ke dalam cairan yang masih ada. Buka k
ran pelanpelan dan alirkan lapisan bawah yang masih tersisa dengan hatihati. T
utup kran dan ketuk pelanpelan tangkai corong untuk menjatuhkan tetesan terakhi
r ke dalam erlenmeyer. Segeralah tandai dengan label erlenmeyer tersebut. Lapisa
n atas yang tersisa dalam corong sebaiknya dituang ke dalam erlenmeyer bersih me
lalui leher corong pisah, hal ini untuk mencegah kontaminasi lapisan atas dengan
lapisan bawah yang mungkin masih tersisa dalam kran atau tangkai corong. Jagala
h selalu kedua larutan tersebut hingga Anda benarbenar telah mengisolasi produk
organik yang Anda inginkan. Hal ini perlu dilakukan karena kadangkadang Prakti
kan salah membuang lapisan. Lebih baik tidak membuang sesuatu sampai benarbenar
yakin bahwa bagian tersebut sudah tidak diperlukan lagi. Akhirnya cucilah corong
pisah dengan segera. Sangat penting melepaskan kran untuk membersihkannya, hal
ini mencegah macetnya kran selama penyimpanan. Sebaiknya corong disimpan dalam k
eadaan terpisah dengan kran. Masalah dalam Pemisahan Kadang terjadi sesuatu hal
yang di luar rencana ketika menggunakan corong pisah. Beberapa kejadian yang pal
ing umum akan dibicarakan sebagai berikut, dan dapat digunakan sebagai jalan kel
uar: Campuran sedemikian gelap sehingga batas lapisan tidak tampak, Kadang camp
uran dalam corong pisah berwarna gelap sehingga batas kedua lapisan tidak dapat
dilihat. Jika hal demikian itu terjadi, pegang corong pisah ke arah lampu, atau
tempatkan lampu meja di balik corong pisah tersebut. Dengan cahaya yang terang,
akan dapat dilihat batas antar muka kedua lapisan. Kalau masih gagal, mulailah m
engalirkan cairan pelanpelan dari kran, dan amati aliran cairan dengan hatihati
. Biasanya dimungkinkan mendeteksi perubahan aliran dari air ke pelarut organik
atau sebaliknya dengan mengamati perubahan sifat tegangan muka dan viskositas. C
ampuran jelas tetapi batas antara muka tidak tampak, Hal ini terjadi jika kedua
lapisan mempunyai indeks bias yang hampir sama, sehingga tampak sama. Cara untu
k keluar dari masaalah ini adalah dengan menambahkan sedikit tepung karbon ke da
lam corong pisah. Tepung ini akan mengapung di atas permukaan cairan yang lebih
yang densitasnya tinggi, dan karenanya batas antara muka akan menjadi jelas.
Ekstraksi
43
Hanya lapisan tunggal yang tampak, Hal ini biasa terjadi sebelum campuran asli
reaksi dikerjakan, yakni bilamana campuran mengandung sejumlah besar pelarut yan
g dapat bercampur dengan air, seperti etanol atau tetrahidrofuran. Pelarutpelar
ut seperti ini larut dalam air, dan pelarutpelarut pengkstraksi tersebut bercam
pur baik dengan air, dan karenanya lapisan homogen tunggal terbentuk dalam coron
g pisah. Meskipun hal ini dapat diupayakan untuk membentuk dua lapisan melalui p
enambahan air atau pelarut pengekstraksi lagi, atau dengan penambahan larutan na
trium klorida jenuh, masaalah ini lebih mudah dihindari dengan cara pemekatan ca
mpuran asli reaksi melalui penguapan pelarut penggangunnya. Zat taklarut tampak
pada antarmuka, Masalah ini adalah yang paling umum, dan paling banyak ekstrak
si di mana terjadi beberapa zat taklarut berkumpul di batas antarmuka kedua lap
isan. Tidak mungkin memisahkan lapisanlapisan tanpa ikut sertanya padatan takl
arut tersebut ke dalam satu atau kedua lapisan. Namun jangan khawatir, karena ca
iran yang diperoleh dapat diproses lebih lanjut dengan penyaringan. Emulsi, Emu
lsi terbentuk jika tetesan satu larutan menjadi tersuspensi dalam larutan yang l
ain, dan suspensi tidak akan terpisah oleh gravitasi. Jika hal ini terjadi dalam
corong pisah, maka akan menyebabkan masaalah besar. Kadangkadang emulsi menjad
i jernih jika dibiarkan selama beberapa menit, dan kemudian dua lapisan yang ber
beda akan terpisah. Sayangnya kebanyakan emulsi lebih bertahan lama. Karena keta
hanannya maka lebih baik mencegah munculnya emulsi daripada menghilangkan setela
h terjadi.emulsi yang biasanya terbentuk dalam ekstraksi yang melibatkan larutan
basa seperti natrium hidroksida atau natrium karbonat. Di dalam ekstraksi ini,
runutan asam lemak rantai panjang berubah menjadi garam natriumnya, dan sabun ya
ng dihasilkan adalah sangat efektif sebagai agent pengemulsi. Pengocokan yang ku
at juga akan mendorong proses emulsifikasi, sehingga dalam ekstraksi yang meliba
tkan komponenkomponen basa, corong pisah sebaiknya digoyang memutar (be swirled)
daripada dikocok, meskipun kesetimbangan cairancairan akan jauh lebih lambat d
icapai. Selanjutnya, jika memang memungkinkan maka lebih baik menggunakan basa l
emah seperti natrium bikarbonat untuk mencegah pembentukan emulsi. Kecenderungan
terbentuknya emulsi juga meningkat oleh pengurangan elektrolit dari campuran, s
ehingga penambahan natrium klorida ke dalam lapisan air akan dapat mencegah terb
entuknya emulsi. Penambahan natrium klorida juga berpengaruh terhadap
Ekstraksi
44
menurunnya kelarutan zatzat organik dalam air, dan meningkatkan densitas lapisa
n air. Pengaruh yang terakhir ini dapat menjadi lebih penting jika emulsi diseba
bkan oleh larutan berair dan larutan organik yang densitasnya hampir sama. Berda
sarkan hal itu juga, densitas lapisan organik dapat pula diatur dengan menambahk
an pentana untuk menurunkannya, atau dengan menambahkan karbon tetraklorida (hat
ihati, beracun!) untuk meningkatkannya. Penggunaan pelarut benzena dalam ekstra
ksi cenderung menimbulkan emulsi, karenanya lebih baik dihindari menggunakan ben
zena, apalagi dia juga bersifat racun. Pelarutpelarut berklor (kloroform dan di
korometana) juga cenderung membentuk emulsi. Jika emulsi masih saja terbentuk me
skipun telah dicegah, emulsi tersebut harus dipecah sebelum ekstraksi yang efisi
en dapat dicapai. Adapun tindakan yang dapat diambil untuk memecah emulsi adalah
sebagai berikut : 1. Biarkan corong pisah di atas pendukung sambil di goyang me
mutar (swirl) secara berkala. 2. Tambahkan beberapa larutan natrium klorida jenu
h ke emulsi. 3. Tambahkan beberapa tetes etanol ke emulsi. 4. Saring keseluruhan
campuran dengan penyaringan isap, emulsi distabilkan oleh suspensi padat, penya
ringan memindahkan padatan. Efek yang sama dapat dicapai dengan sentrifius. 5. P
indahkan campuran ke labu erlenmeyer, dan biarkan selma semalam tau lebih lama l
agi. Satu di antara caracara di atas biasanya berhasil, namun anda perlu bersab
ar. Tidak ada produk isolat setelah evaporasi lapisan organik, Setelah lapisan
organik dipsahkan, lapisan tersebut harus dikeringkan dan dievaporasi pelarutnya
dengan evaporator rotary untuk mengisolasi produk. Kadang residu yang ditinggal
kan hanya sedikit atau tidak ada sama sekali. Hal ini bukanlah malapetaka jika a
nda tetap menyimpan lapisan air yang telah dipisahkan dari larutan asli, karena
tidak diperolehnya produk berarti produk yang ada dalam larutan asli adalah seny
awa polar, dan tentunya masih tertinggal dalam lapisan air. Karena itu anda haru
s kembali ke lapisan air dan mengekstraksi ulang dengan pelarut yang lebih polar
. Urutan peningkatan kepolaran pelarut pengekstraksi umum adalah : hidrokarbon (
petroleum eter, heksana), toluena, eter, diklorometana, etil asetat. Pelarut yan
g lebih polar seperti aseton dan etanol dapat saling melarutkan dengan air; akan
tetapi nbutanol sangat tidak bercampur (immiscible) dengan air sehingga dapat
digunakan sebagai pelarut pengekstrasi polar.
Ekstraksi
45
Meskipun demikian, nbutanol masih sedikit larut dalam air dan mempunyai titik d
idih yang tinggi sehingga sulit dipindahkan dari produk yang diekstraksi. Cara s
ederhana untuk menurunkan kelarutan suatu senyawa organik dalam air adalah menam
bahkan padatan natrium klorida ke dalam lapisan air. Cara ini dikenal sebagai sa
lting out senyawa organik. 4.3. Ekstraksi AsamBasaNetral Ekstraksi aktif secar
a kimia (chemically active extraction) dapat digunakan dalam pemurnian senyawas
enyawa organik melalui pemisahan komponenkomponen asam, basa, dan netral. Senya
wasenyawa asam seperti asamasam sulfonat dan asamasam karboksilat dengan muda
h diubah menjadi garamgaram natriumnya yang biasanya larut dalam air dengan car
a mereaksikannya dengan natrium bikarbonat.
Larutan senyawasenyawa asam organik (AH), basa (B:), dan netral (N)
Ekstraksi dengan asam encer
Larutan organik AH dan N
Larutan asamair BHBasakan, Ekstraksi dengan pelarut organik
Ekstraksi dengan larutan basaair Larutan organik Lapisan air Sisihkan Isolat B:
Sisihan Isolat N Asamkan, Ekstraksi dengan pelarut organik
Larutan organik N
Larutan basaair A
Larutan organik AH
Lapisan air Sisihkan
Isolat AH
Sisihan
Gambar 4.5. Skema umum untuk pemisahan komponenkomponen suatu campuran asam (AH
), basa (B:), dan netral (N)
Ekstraksi
46
Asamasam organik yang lebih lemah seperti fenolfenol perlu basa yang lebih kua
t seperti natrium hidrokisida. Sebaliknya, basabasa organik seperti aminaamina
diubah menjadi garamgaram hidroklorida yang larut dalam air dengan mereaksikan
nya dengan asam hidroklorida. Skema keseluruhan pemisahan suatu campuran organik
ke dalam komponenkomponen asam, basa, dan netral diperlihatkan dalam Gambar 4.
5. Sebelum melakukan prosedur ekstraksi di atas, harus telah disediakan sendiri
larutan sebagai berikut: Larutan natrium bikarbonat 1 M (mengandung 96 g L1); L
arutan natrium hidroksida 2 M (mengandung 80 g L1); Asam hidroklorida 2 M ( men
gandung 200 mL asam pekat L1); Larutan jenuh natrium klorida (mengandung 360 g
L1). Ekstraksi berlangsung dalam corong pisah dengan menggunakan teknik yang te
lah diketahui. Sebaiknya mengetahui sifatsifat produk organik yang akan dipisah
kan, apakah asam, basa, atau netral. Ingat! Jangan membuang suatu lapisan air at
au organik dari ekstraksi sampai diyakini bahwa lapisan tersebut tidak mengandun
g produk organik yang diinginkan. 4.4. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Netral orga
nik Skema umum untuk isolasi dan pemurnian senyawa netral organik diberikan pada
Gambar 4.6. Skema dimulai dengan larutan organik yang mengandung produk netral
yang diinginkan bersama dengan beberapa pengotor. Larutan ini mungkin telah dipe
roleh melalui pelarutan secara sederhana zatzat dengan pengotornya yang merupak
an campuran hasil daripada suatu reaksi. Sebagaimana akan terlihat bahwa untuk p
engekstrasi awal lebih baik digunakan pelarut seperti eter yang kurang rapat dar
ipada air. Skema ekstraksi sendiri melibatkan ekstraksi yang sesuai untuk memind
ahkan asam dan basa pengotor. Pada setiap ekstraksi, senyawa netral organik akan
tersisa dalam lapisan organik, dan karena itu jauh lebih penting jika larutan a
ir dialirkan dan akhirnya yang disisihkan adalah lapisan bawah dalam corong pisa
h. Karena pelarut yang digunakan adalah pelarut yang kurang rapat daripada air,
maka larutan air dapat langsung ditambahakan ke lapisan organik yang tersisa dal
am corong pisah. Pada akhir prosedur ekstraksi akan tertinggal larutan organik y
ang mengandung komponen netral. Lapisan air yang terkumpul sebaiknya ditambahkan
larutan jenuh natrium klorida untuk mengeluarkan eter yang terlarut di dalamnya
. Demikian pula
Ekstraksi
47
lapisan eter yang terkumpul sebaiknya dicuci dengan larutan jenuh natrium klorid
a untuk menarik air yang terlarut dalam lapisan eter tersebut. Selanjutnya lapis
an eter tersebut dikeringkan dengan agent pengering yang sesuai. Setelah penyari
ngan agent pengering yang digunakan, pelarut eter dapat dipindahkan dengan metod
e evapotaror Rotary.
Campuran reaksi
atau
Senyawa kotor
Larutan organik mengandung senyawa netral Ekstraksi dengan NaOH 2M (2X)
Larutan organik mengandung senyawa netral
Lapisan air (mengandung asam pengotor)
Sisihkan
Ekstraksi dengan HCl 2M (2X) Sisihan
Larutan organik mengandung senyawa netral
Lapisan air (mengandung basa pengotor)
Sisihkan Sisihan
1. 2.
Ekstraksi dengan air (1X) Ekstraksi dengan larutan jenuh NaCl (2X)
Larutan organik mengandung senyawa netral
Lapisan air
Sisihkan Sisihan
1. 2.
Keringkan dengan agent penegering Evaporasi pelarut
Isolat senyawa netral
Gambar 4.6 Jalur ektraksi untuk isolasi dan pemurnian senyawa netral organik
Ekstraksi
48
4.5. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Asam Organik Jalur ekstraksi untuk isolasi da
n pemurnian senyawa asam organik diperlihatkan dalam Gambar 4.7.
Campuran reaksi Senyawa kotor
atau
Larutan organik mengandung senyawa asam Ekstraksi dengan larutan basa (2X)
Gabungan lapisan air, larutan basa yang mengandung senyawa asam (sebagai garam)
1. 2.
Lspisan organik (mengandung senyawa basa dan netral pengotor)
Sisihkan sisihan
Asamkan Eskstraksi dengan pelarut organik (2X)
Larutan organik mengandung senyawa asam 1. 2.
Lapisan air Sisihkan Sisihan
Ekstraksi dengan air (1X) Ekstraksi dengan larutan jenuh natrium klorida (2X)
Larutan organik mengandung senyawa asam 1. 2.
Lapisan air
Sisihkan Sisihan
Keringan dengan agent pengering Evaporasi pelarut
Isolat senyawa asam
Gambar 4.7. Jalur ekstraksi untuk isolasi dan pemurnian senyawa asam organik Asa
m organik kuat seperti asam karboksilat dan asam sulfonat biasanya dapat diekstr
aksi dengan menggunakan larutan jenuh natrium karbonat, tetapi asam lemah sepert
i fenol hanya dapat diekstraksi dengan basa kuat seperti natrium karbonat atau n
atrium hidroksida. Jika keasaman senyawa belum diketahui dengan pasti, untuk
Ekstraksi
49
amannya gunakan larutan natrium hidroksida untuk mengekstraksinya. Senyawasenyaw
a asam didapatkan kembali dari lapisan airbasa dengan membuat larutan menjadi s
angat asam, dan kemudian mengekstrasinya dengan pelarut organik. Pengasaman bias
anya dilakukan dengan menambahkan asam hidroklorida 2M hinggga tercapai pH 12,
dan sebaiknya penambahan dilakukan dengan tetestetes. Sebaiknya larutan didingi
nkan dalam pendingin es sebelum diekstraksi, karena reaksi mengeluarkan panas. P
ada akhir ekstraksi, larutan organik akhir perlu dikeringkan dengan agent penger
ing yang sesuai. 4.6. Isolasi dan Pemurnian Senyawa Basa Organik Senyawa basa or
ganik dapat diisolasi dan dimurnikan dengan menggunakan jalur ekstraksi dalam Ga
mbar 4.8.
Campuran reaksi Penyiapan atau Senyawa kotor Larutkan dalam pelarut organik
Larutan organik mengandung senyawa basa Ekstraksi dengan HCl 2M (2X)
Kumpulan larutan asamair mengandung senyawa basa (sebagai garam HClnya)
Lapisan organik
Sisihkan
Sisihan
1. Basakan 2. Ekstraksi dengan pelarut organik (2X)
Larutan organik mengandung senyawa basa
Lapisan air Sisihkan Sisihan
1. Diekstraksi dengan air (1X) 2. Diekstraksi dengan larutan jenuh NaCl (2X) Lar
utan organik mengandung senyawa basa 1. 2. Keringkan dengan agent pengering Evap
orasi pelarutnya
Lapisan air Sisihkan Sisihan
Isolat senyawa basa
Gambar 4.8. Jalur ekstraksi untuk isolasi dan pemurnian senyawa basa organik
Ekstraksi
50
Prosedur tersebut sangat mirip dengan prosedur isolasi dan pemurnian senyawa asa
m organik di atas, tetapi masih ada perubahan yang perlu untuk mengisolasi senya
wa basa. Senyawa basa diperoleh ulang dari lapisan air asam dengan pembasaan dan
airasam mengekestrasinya. Pada proses akhir, pemilihan agent pengering untuk l
arutan organik adalah sangat penting. Untuk pengeringan senyawa senyawa basa ter
utama amina, ada senyawasenyawa agent pengering yang tidak dapat digunakan untu
k mengeringkannya.
4.7. Ekstraksi Padatan Padatan dapat pula diekstraksi dengan pelarut pelarut org
anik. Cara yang paling pelarutpelarut sederhana adalah dengan menempatkan padat
an dalam erlenmeyer, rendam padatan menempatkan tersebut dengan pelarut organik
dan biarkan labu tersebut, dan sesekali diaduk. Senyawa organik yang diingikan a
kan terlepas pelan pelan dari padatan. Padatan yang tidak pelanpelan diinginkan
kemudian dapat dipindahkan dari larutan organik yang mengandung dipindahkan sen
yawa yang diinginkan dengan cara penyaringan. Akan tetapi cara ini adalah teknik
yang tidak efesien, meskipun efiensi ektraksi dapat ditingkatkan dengan menggun
akan pelarut panas. Cara yang lebih efisien untuk mengekstraksi padatan adalah d
engan mengekstraksi menggunakan alat yang disebut Soxhlet (Gambar 4.9).
Gambar 4.9. Alat Soxhlet untuk mengekstraksi padatan
Ekstraksi
51
Di dalam cara ini, padatan yang akan diekstraksi dibungkus dalam suatu wadah khu
sus yang disebut thimble yang terbuat dari kertas saring tebal. Thimble ditempat
kan dalam alat sebagaimana diperlihatkan, dan soxhlet ekstraktor ditempatkan di
atas labu bulat yang berisi pelarut organik. Sebuah kondenser refluks ditempatka
n pada puncak atas ekstraktor Soxhlet. Labu dipanaskan dengan penangas air atau
penangas uap atau dengan beberapa bentuk pemanas listrik, sehingga pelarut mendi
dih. Uap pelarut naik ke atas melewati pipa luar berdiameter besar, dan pelarut
yang terkondensasi kemudian jatuh ke bawah memenuhi thimble yang berisi padatan.
Zatzat akan terekstraksi keluar dari padatan ke dalam pelarut panas. Jika ting
gi larutan telah mencapai puncak pipa siphon, larutan mengalir secara otomatis t
urun ke bawah labu di mana zatzat yang terekstraksi terakumulasi. Proses ini ef
isien karena sekumpulan pelarut yang sama berulangulang melalui padatan tersebu
t.kalau ekstraksi dilakukan dalam waktu yang panjang maka sangat memungkinkan me
ngekstraksi zatzat sampai sangat sedikit zatzat lagi yang larut dalam pelarut o
rganik. Teknik ini sering kali digunakan untuk mengekstraksi bahan alam dari bah
anbahan hidup seperti dedaunan atau kecambah. 4.8. Pengeringan Larutan Larutan
organik yang telah diekstraksi atau dicuci dengan larutan air, tidak diragukan l
agi mengandung air. Meskipun kadar air larutan tersebut sudah dikurangi dengan p
encucian dengan larutan jenuh NaCl, air yang tersisa umumnya dipindahkan dengan
agent pengering. Agent pengering yang umum digunakan adalah garamgaram anorgani
k anhidrus dan siap mengikat ait menjadi garamgaram hidrat pada akhir proses pe
ngeringan, garamgaram hidrat dipindahkan dari larutan organik dengan cara penya
ringan. Prosedur lengkapnya adalah sebagai berikut. Pada akhir ekstraksi, tuang
larutan organik akhir ke dalam sebuah erlenmeyer. Tambahkan agent pengering dan
goyang secara memutar (swirl) erlenmeyer tersebut. Jika agent pengering yang dit
ambahkan tersebut langsung menggumpal, tambahkan lagi. Biarkan erlenmeyer dengan
sesekali digoyang secara memutar selama 520 menit. Waktu ini tergantung pada k
ecepatan agent pengering mengikat air, tetapi biasanya cepat bila penambahan age
nt pengering berlebih, seperti magnesium sulfat (agent pengering yang paling umu
m), dan hal ini diketahui melalui penggoyangan secara memutar erlenmeyer. Garam
anhidrus membentuk suspensi kabut yang mengendap dengan lambat, pengaruh ini ser
ing
Ekstraksi
52
digambarkan seperti badai salju. Jika hanya agentagent hidrat yang ada maka sus
pensi akan mengendap secara cepat, karena garam hidrat biasanya lebih rapat. Dal
am hal seperti ini, diperlukan penambahan agent pengering lagi. Jika larutan sud
ah dianggap kering, pindahkan agent pengering dengan cara penyaringan, dan temuk
an kembali senyawa organik dari filtrat dengan cara mengevaporasi pelarut pada a
lat evaporator Rotary. Faktor yang paling penting dalam pengeringan larutan organi
k adalah pemilihan agent pengering. Idealnya, padatan agent pengering seharusnya
tidak larut sama sekali dalam pelarut organik, inert terhadap senyawasenyawa o
rganik (termasuk pelarut) dan mampu mengikat air dengan cepat dan efisien memben
tuk hidrat sehingga memudahkan dalam penyaringan. Agent pengering yang paling um
um digunakan terdapat dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2. Beberapa agent pengering umum
untuk larutan organik
Agent pengering Kalsium klorida Kapasitas Tinggi (90%) Kecepatan Lambat Efisiens
i Rendah Penerapannya Digunakan hanya untuk hidrokarbon atau halidahalida; bere
aksi dengan kebanyakan senyawa yang mengandung oksigen dan nitrogen; kemungkinan
mengandung CaO (basa). Digunakan secara umum; netral. Agent pengering umum yang
paling baik; asam Lewis lemah dan seharusnya tidak digunakan untuk senyawaseny
awa yang sangat sensitif terhadap asam. Jika baru diaktifkan paling baik untuk m
emindahkan air, tapi larutan seharusnya terlebih dahulu dikeringkan dengan agent
pengering berkapasitas tinggi. Basa; bereaksi dengan senyawasenyawa asam; baik
untuk senyawasenyawa yang mengandung oksigen dan nitrogen. Lembut, berguna sec
ara umum, tetapi kurang seefisien dengan MgSO4.
Kalsium sulfat (Drierite) Magnesium sulfat
Rendah (7%) Tinggi (100%)
Sangat cepat Cepat
Sangat baik Baik
Molekuler sieves
Sedang (20%)
Cepat
Baik
Kalium karbonat
Cukup tinggi
Cukup cepat
Cukup baik
Natrium sulfat
Tinggi (75%)
Lambat
Rendah
Sumber: Harwood, L. M. dan C. J. Moody , 1989, hal. 126.
Ekstraksi
53
V. PENYARINGAN Penyaringan adalah pekerjaan di laboratorium yang menghasilkan pe
misahan zat padat dari cairan. Percobaan di laboratorium dapat menggunakan tiga
metode penyaringan dasar, yaitu penyaringan dengan gaya berat (gravity filtratio
n), penyaringan panas (hot filtration), dan penyaringan dengan pengisapan (sucti
on filtration). Meskipun ketiga metode menggunakan alat yang berbeda, tapi semua
nya . melibatkan pemisahan padatan dari cairan. Pemilihan teknik penyaringan yan
g digunakan tergantung pada apa yang akan dicapai, tetapi umumnya digunakan atur
an sebagai berikut: Jika yang diinginkan adalah cairannya (filtrate) maka diguna
kan penyaringan dengan gaya berat. Jika yang diinginkan adalah padatannya maka g
unakan penyaringan dengan pengisapan. Jadi jika akan memindahkan sejumlah kecil
pengotor tak larut yang tak inginkan dari suatu larutan, lebih baik menggunakan
penyaringan dengan gaya berat yang memakai kertas saring lipat. Kertas saring li
pat digunakan terutama untuk penyaringan panas. Dalam hal di mana akan mengumpul
kan padatan seperti hasil pengendapan atau rekristalisasi maka lebih baik menggu
nakan penyaringan isap. 5.1 Penyaringan dengan Gaya Berat Penyaringan secara gar
avitas umumnya digunakan untuk mengumpulkan padatan yang tidak larut dari cairan
dalam mana dia berada. Alat yang digunakan dalam prosedur penyaringan ini terdi
ri atas erlenmeyer, corong tak bertangkai, dan kertas saring. Gelas erlenmeyer m
endukung corong tak bertangkai, dan kertas saring dimasukkan ke dalam corong sep
erti pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Peralatan penyaringan gravitasi
Penyaringan
55
Penggunaan corong tak bertangkai di sini dimaksudkan untuk mencegah penyumbatan
oleh padatan yang mungkin terbentuk pada saat penyaringan berlangsung. Kertas sa
ring lipat seperti itu digunakan dengan maksud untuk mengefisienkan fungsi kerta
s saring sebagai sebuah membran untuk pemisahan padatan dari cairan. Untuk membu
at kertas saring seperti itu dapat dilakukan dengan mengikuti Gambar 5.2 seperti
berikut.
Gambar 5.2. Skema cara melipat kerta saring kertas 5.2. Penyaringan Panas Satu m
acam penyaringan dengan gaya berat adalah penyaringan panas. Metode ini digunaka
n untuk memindahkan zat yang tidak larut dalam suatu pelarut yang panas. Penyari
ngan dilakukan selagi larutan masih dalam keadaan panas, s sebelum zat mengkrist
al dari larutan dingin. Menyaring larutan dalam keadaan panas dengan menggunakan
penyaringan suction dan penurunan tekanan memungkinkan hilangnya zat karena ter
hisap. Maksud dari penyaringan panas adalah meyempurnakan penyaringan sebelum za
t mulai mengkristal. Karena alasan itu sehingga corong yang m selalu digunakan a
dalah corong tanpa tangkai untuk mencegah terbentuknya kristal di dalam tangkai
yang dapat menyumbat aliran filtrat. Satu teknik yang membantu dalam mencapai ma
ksud penyaring panas adalah penyaringan dengan memanaskan corong yang digunakan
seperti pada Gambar 5.3 berikut. Sebelum penyaringan, tambahkan sedikit pelarut
yang sama ke dalam erlenmeyer dan panaskan erlenmeyer tersebut dengan hotplate a
tau steam bath. Steam bath harus digunak jika digunakan pelarut bersifat mudah t
erbakar. Biarkan pelarut mendidih pelanpelan. Uap pelarut pelanmenjaga corong t
etap panas dan mencegah pengkristalan selama penyaringan. Teknik
Penyaringan
56
penyaringan seperti ini menimbulkan uap pelarut yang kadang mudah terbakar atau
bersifat racun. Karena itu penyaringan sebaiknya dilakukan dalam lemari asam. if
at
Gambar 5.3. Penyaringan larutan panas 5.3 Penyaringan dengan Pengisapan (Suction
Filtration) Penyaringan dengan suction jauh lebih cepat daripada penyaringan de
ngan gaya berat, tetapi membutuhkan tambahan alat. Karena penyaringan ini dilaku
kan dengan penurunan tekanan maka erlenmeyer yang digunakan adalah erlenmeyer ya
ng bertangkai samping yang disebut labu Buchner. Bila jumlah sampel kecil maka d
apat disebut digunakan tabung Hirsch. Sumber pemakuman dalam laboratorium hampir
semuanya Hirsch. adalah pemakuman air ( (water aspirator) dan labu penyaringan
diproteksi dari arus balik ) air dengan trap (perangkap) yang sesuai (lihat Gamb
ar 5.4).
Gambar 5.4. Penyaringan Buchner yang menggunakan (a) corong Buchner atau (b) cor
ong Hirsch untuk kuantitas yang kecil.
Penyaringan
57
Ada beberapa jenis corong yang dapat digunakan, jenis yang umum adalah corong Bu
chner dan corong Hirsch. Corong ini digunakan dengan kertas saring yang ukuran C
orong diameternya tepat dengan diameter dalam corong. Jangan berusaha menggunaka
n kertas saring yang ukurannya lebih besar dengan melipat ujungnya ke atas; jika
kertas saring cukup besar maka guntinglah pinggirnya sampai sesuai dengan ukura
n yang diperlukan. Sebelum melakukan penyaringan, basahi kertas saring dengan se
dikit pelarut yang sama dengan pelarut yang digunakan dalam larutan yang akan di
saring. Hidupkan aspirator air dengan pelan, dan pastikan kertas saring melekat
rapat pada pelat corong. saring Tuang campuran yang akan disaring ke tengah teng
ah kertas saring, dan tambahkan tengahtengah pelanpelan. Pemakuman parsil dala
m labu saringan mempercepat penyaringan. Bila pelan. pelarut sangat volatil, jan
gan menggunakan pemakuman yang sa sangat kuat, karena pengurangan tekanan yang k
uat dapat menyebabkan filtrat mendidih. Jika semua cairan sudah melewati saringa
n, lepaskan pemakuman. Cuci padatan yang terkumpul dengan sedikit pelarut bersih
dan dingin, dan dijalankan aspirator air lagi. Jangan melakukan pencucian di ba
wah kondisi penyedotan sebab pelarut melewati an padatan dengan sangat cepat. Pe
rpanjanglah waktu penyedotan selama beberapa menit agar padatan benarbenar lebi
h kering. Untuk lebih mengefektifkan pengeringan, benar tekanlah padatan di atas
pelat penyaring dengan menggunakan penutup gelas yang tas bersih, sambil penyed
otan terhadap pelarut yang tersisa dijalankan terus. Alternatif lain sebagai pen
gganti kertas saring adalah sintered glass Sudah banyak glass. tersedia di pasar
an jenis corong penyaring yang terdiri atas piringan sintered glass penyaring de
ngan ukuran besar dan ukuran pori pori yang bervariasi (Gambar 5.5). poripori
Gambar 5.5 Beberapa jenis corong saringan sintered glass
Penyaringan
58
Corong ini sangat baik meskipun mahal. Versi yang lebih memuaskan adalah yang me
mpunyai asah sambungan dengan ukuran standar dan lengan samping untuk disambungk
an ke aspirator. Corong ini dapat langsung digunakan untuk penyaringan ke dalam
labubulat yang mempunyai asah sambungan ukuran standar.
Penyaringan
59
VI. KRISTALISASI Teknik yang paling sederhana dan efektif untuk pemurnian padata
n senyawa organik adalah kristalisasi. Senyawa yang berbentuk kristal mudah dita
ngani, kemurniannya mudah diperkirakan dan sering kali lebih mudah diidentidikas
i daripada cairan atau minyak. Kristal dapat diperoleh melalui satu dari tiga ca
ra, yakni dari pendinginan lelehan sesuatu padatan, dari sublimasi, atau dari se
buah larutan superjenuh. Metode terakhir ini adalah metode yang paling umum dila
kukan dalam laboratorium kimia organik. 6.1. Kristalisasi Senyawa Organik Skema
umum untuk pemurnian suatu senyawa organik dengan kristalisasi diperlihatkan dal
am Gambar 6.1. Proses tersebut melibatkan lima langkah: pelarutan, penyaringan,
kristalisasi, pengumpulan kristal, dan pengeringan kristal. Kemurnian kristal da
pat ditentukan, dan jika perlu pemurnian lagi maka dapat dilakukan dengan rekris
talisasi. Teknik ini melibatkan pelarutan padatan kotor (impure) dalam volume mi
nimum pelarut panas dan penyaringan untuk memindahkan pengotor yang tidak larut.
Hasil larutan jenuh panas daripada senyawa, bersama dengan suatu pengotor larut
, diatur sedemikian sehingga dingin pelanpelan, di mana kristal senyawa murni y
ang terbentuk akan terpisah dari larutan. Larutan yang tersisa setelah kristalis
asi biasanya disebut mother liquor. Kenapa kristal tersebut murni? Proses krista
lisasi adalah suatu proses kesetimbangan: molekul dalam larutan ada dalam keseti
mbangan dengan kisikisi kristalnya. Karena kisikisi kristal lebih teratur, ber
beda dengan molekulnya; dan seperti halnya pengotor, akan dikeluarkan dari kisi
kisi kristal sehingga kembali ke larutan. Dengan demikian hanya molekul senyawa
senyawa yang diinginkan tetap dalam kisikisi kristal dan pengotornya akan kembal
i ke larutan. Untuk berhasilnya kristalisasi, larutan harus dibiarkan dingin den
gan pelanpelan, dan proses kesetimbangan di mana pengeluaran pengotor dibiarkan
terjadi. Jika larutan didinginkan dengan cepat, molekulmolekul pengotor akan te
rperangkap atau terliputi di dalam pertumbuhan kisikisi kristal yang cepat. Pem
bentukan padatan yang cepat dari larutan adalah pengendapan, dan tidak sama deng
an kristalisasi.
Kristalisasi
60
SENYAWA KOTOR Pengotor tak larut Pengotor larut 1. 2. Pelarutan dalam pelarut pa
nas Penyaringan larutan panas penyaringan gravitasi dengan
FILTRAT Senyawa yang diingikan Pengotor larut 1. 2.
PENGOTOR TAK LARUT Sisihkan
Sisihan Kristalisasi Penyaringan; pengumpulan kristal dengan penyaringan suction
KRISTAL SENYAWA YANG DIINGINKAN (lembab dengan pelarut) Pengeringan KRISTAL KERI
NG SENYAWA YANG DIINGINKAN
FILTRAT (MOTHER LIQUOR) Pengotor larut
Sisihkan
Sisihan
Uji kemurniannya HASIL
Gambar 6.1. Skema pemurnian senyawa organik dengan kristalisasi 6.2. Pelarutan M
asalah utama dalam kristalisasi adalah pemilihan pelarut yang sesuai untuk melar
utkan zatzat pengotor. Pelarut ideal untuk kristalisasi adalah harus tidak bere
aksi dengan senyawa yang akan dikristalkan, seharusnya volatil sehingga mudah di
pindahkan dari kristal, harus mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada t
itik leleh senyawa yang dikristalkan, seharusnya tidak beracun dan tidak mudah t
erbakar, dan paling penting daripada semua itu adalah senyawa yang dikristalkan
sangat larut dalam pelarut panas dan tidak larut pelarut dingin. Dalam banyak ha
l, terutama jika senyawa yang akan dikristalkan telah diketahui, maka pelarut ya
ng dapat digunakan dengan cepat dapat diketahui dari literatur yang ada. Hal yan
g berbeda jika senyawa yang akan dikristalkan belum diketahui, pelarut yang dapa
t digunakan harus ditentukan sendiri. Pemilihan pelarut dalam kristalisasi tidak
lah selalu mudah, tapi kimiawan
Kristalisasi
61
organik selalu memilih aturan like dissolves like. Dengan demikian, untuk kristali
sasi senyawa nonpolar seperti hidrokarbon, gunakan pelarut nonpolar seperti heks
ana atau petroleum eter. Senyawa yang mengandung gugus polar seperti OH, paling
baik dikristalkan dari pelarut polar yeng mengandung OH seperti etanol. Beberapa
pelarut kristalisasi untuk kelompok senyawa yang paling umum,dan disusun berdas
arkan kenaikan kepolarannya diberikan dalam Tabel 6.1. Tabel 6.1 Pelarutpelarut
untuk kristalisasi
Kelopok senyawa Hidrokarbon Pelarutpelarut yang disarankan Petroleum eter, heka
sana, siklohekasana, toluena Eter, diklorometana Diklorometana, kloroform Etil a
setat, aseton Etanol
Eter Halida Senyawa karbonil Alkohol, asam
Garam organik Air Sumber: Harwood, L. M. dan C. J. Moody, 1989, hal. 129.
Jika pelarut kristalisasi belum diketahui dengan pasti, lakukanlah uji kelarutan
pendahuluan. Untuk itu tempatkan sejumlah kecil padatan (kirakira 20 mg atau j
umlah yang sesuai di atas ujung mikrospatula) dalam tabung reaksi kecil (ukuran
10 x 75 mm) dan tambahkan beberapa tetes pelarut ke dalam tabung. Jika senyawa d
engan mudah larut dalam pelarut dingin maka cobalah lagi dengan pelarut yang ber
beda. Jika senyawa tidak larut pelarut dingin, panaskan tabung di atas penangas
uap atau air, dan jika senyawa masih belum larut, tambahkan pelarut lagi sambil
dipanaskan. Jika senyawa masih tidak mau larut, coba dengan pelarut yang berbeda
. Jika telah ditemukan suatu pelarut di mana senyawa larut jika panas, cobalah u
ji apakah padatan akan terpisah lagi pada pendinginan. Tempatkan tabung dalam ge
las piala yang berisi aires, dan biarkan selama satu atau dua menit. Jika padat
an terbentuk pada pendinginan, pelarut tersebut mungkin sudah cocok untuk krista
lisasi zat yang diinginkan. Sebelum melakukan kristalisasi sebaiknya padatan yan
g akan dikristalkan ditimbang, dengan demikian perolehen kembali (recovery) zat
dari proses kristalisasi dapat ditentukan. Jika zat sudah dikristalkan, jangan m
elarutkan semuanya lagi. Simpanlah selalu sedikit kristal untuk keperluan pancin
gan pembentukan kristal. Kristal
Kristalisasi
62
yang dalam jumlah banyak kadang sulit dilarutkan, dan karenanya seharusnya diger
us lebih dulu sebelum ditambahkan ke pelarut kristalisasi. Jika pelarut kristali
sasi tidak dapat ditemukan, mungkin perlu menggunakan sistem campuran pelarut. S
uatu sistem campuran pelarut adalah suatu pasangan pelarut yang saling melarutka
n, satu dari pelarut tersebut melarutkan senyawa dengan cepat (pelarut baik), da
n pelarut yang lain tidak melarutkan senyawa (pelarut jelek). Sebagai contoh, ke
banyakan senyawa semi polar larut dalam eter tetapi tidak larut dalam petroleum
eter, dan karenanya campuran kedua pelarut tersebut merupakan pelarut yang cocok
untuk kristalisasi senyawa tersebut. Ada dua cara bagaimana melakukan kristalis
asi dengan menggunakan campuran pelarut. Satu metode melarutkan padatan dalam vo
lume minimum pelarut baik panas, tambahkan pelarut jelek secara tetestetes samp
ai larutan mulai keruh atau berupa kabut, dan kemudian diamkan larutan tersebut
untuk pembentukan kristal. Metode yang kedua adalah memsuspensikan padatan dalam
pelarut jelek panas, dan kemudian menambahkan pelarut baik secara tetestetes s
ambil dipanaskan sampai padatan mulai larut, kemudian diamkan larutan tersebut u
ntuk pembentukan kristal. Jenis campuran pelarut yang kerap kali memberikan hasi
l yang baik adalah: eterpetrpleum eter, diklorometanapetroleum eter, eteraset
on, dan etanolair. Perhatian: penggunaan campuran pelarut kerap kali mendorong p
embentukan minyak (oiling out), dan karenanya kristalisasi dari pelarut tunggal
lebih disukai. Satu hal yang mungkin dijumpai dalam kristalisasi adalah diperole
hnya kristal yang berwarna karena pengotor. Hal ini terjadi karena pengotor ters
ebut terserap oleh kristal selama kristal terbentuk. Untuk memindahkan pengotor
berwarna seperti itu biasanya digunakan penyerap yang dapat meyerap pengotor dar
i larutan. Proses ini biasanya dikenal sebagai dekolorisasi, dan melibatkan peng
olahan larutan panas dengan karbon aktif yang dikenal pula dengan karbon pengdek
olorisasi atau dengan merek perdagangan Norit. Untuk dekolorisasi, suatu larutan
ditambahkan sejumlah kecil karbon aktif (biasanya kirakira 2 % berat contoh) k
e dalam larutan contoh panas (tapi tidak mendidih). Panaskan larutan yang mengan
dung karbon aktif selama 510 menit dan sesekali diaduk atau digoyang memutar, k
emudian saring panaspanas campuran tersebut, filtrat yang diperoleh seharusnya
suatu larutan jernih yang mengandung senyawa organik. Kalau larutan masih member
ikan warna karbon, larutan perlu disaring ulang sampai larutan bebas dari partik
elpartikel karbon.
Kristalisasi
63
6.3 Kristalisasi dan Apa yang Dilakukan Jika Tidak Ada Kristal yang Terbentuk Se
telah penyaringan larutan panas ke dalam erlenmeyer, tutup erlenmeyer dengan gel
as arloji untuk mencegah kontaminasi debu dari atmosfir, dan kemudian biarkan la
rutan pelanpelan menjadi dingin. Kecepatan pendinginan menentukan ukuran krista
l yang terbentuk, pendinginan yang cepat mendorong pembentukan lebih banyak kris
tal kecil, dan pendinginan yang lambat mendorong pembentukan lebih sedikit krist
al tapi ukurannya lebih besar. Kecepatan pembentukan kristal biasanya paling tin
ggi pada suhu kirakira 50 oC di bawah titik leleh zat, dan pembentukan maksimum
kristal terjadi pada kirakira 100 oC di bawah titik leleh. Bila kristal telah
terbentuk maka sebaiknya larutan didinginkan dari temperatur kamar ke sekitar 0
oC dengan menempatkan erlenmeyer dalam pendingin es. Apa yang dilakukan jika kri
stalisasi tidak terjadi setelah pendinginan larutan pada temperatur kamar? Harus
diusahakan membangkitkan kristalisasi dengan salah satu metode berikut. Tambahk
an kristal pemancing yang berasal dari zat semula sebelum dilarutkan. Kristal in
i menjadi inti pertumbuhan kristal yang lain. Jika cara ini gagal, goreslah dind
ing sebelah dalam erlenmeyer dengan batang pengaduk. Cara ini menghasilkan pecah
anpecahan renik kaca yang berfungsi sebagai inti pembangkit kristalisasi. Jika
cara ini masih gagal, dinginkan erlenmeyer dalam pendingin asetonCO2 padat, dan
kemudian goreslah bagian dalam erlenmeyer selama temperatur larutan berubah menu
ju ke temperatur kamar. Jika zat belum juga mengkristal, ini berarti bahwa larut
an terlalu encer sehingga kelebihan pelarut harus diuapkan dari larutan. Pengura
ngan volume pelarut seharusnya akan menyebabkan terjadinya kristalisasi. Masalah
terakhir yang mungkin ditemukan dalam proses kristalisasi adalah pemisahan zat
sebagai minyak, bukannya serbagai kristal. Peristiwa ini dikenal sebagai oiling
out, dan biasanya terjadi jika senyawa sangat kotor atau titik lelehnya lebih re
ndah daripada titik didih pelarut. Meskipun minyak tersebut pada akhirnya dapat
dipadatkan, senyawa tersebut tidak akan murni, dan harus dilarutkan ulang dengan
memanaskan larutan tersebut. Mungkin perlu menambahkan sedikit pelarut dalam la
ngkah ini, atau menambahkan pelarut baik jika digunakan campuran pelarut. Tentu
saja kristalisasi dari larutan yang sedikit lebih encer dapat mencegah oiling ou
t. Pendinginan yang lambat lebih suka mengarah pada pembentukan kristal daripada
pembentukan minyak. Jika senyawa sama sekali tidak mau mengkristal maka ini ber
arti
Kristalisasi
64
senyawa sangat kotor dan sebaiknya dimurnikan dengan metode lain, misalnya denga
n metode kromatografi.
6.4. Pengeringan Kristal Jika suatu padatan organik telah diperoleh dengan cara
penyaringan campuran hasil reaksi, atau jika kristal diperoleh dari kristalisasi
, senyawa organik tersebut harus dikeringkan sebelum ditimbangan atau dianalisis
atau digunakan dalam reaksi berikutnya. Pengeringan awal dapat dilakukan pada c
ontoh masih di atas penyaringan Buchner, yaitu dengan menekan padatan di atas ke
rtas saring, dan kemudian melanjutkan pengisapan selama kurang lebih 5 menit. Te
knik sederhana lain untuk pengeringan padatan adalah pengeringan dengan udara (a
ir drying). Tebarkan kristal atau padatan di atas gelas arloji atau kertas sarin
g, dan biarkan kering di dalam udara terbuka. Akan tetapi pengeringan dengan uda
ra adalah lambat, terutama jika pelarut yang telah digunakan adalah air atau pel
arut lain yang mempunyai titik didih tinggi. Kecepatan pengeringan dapat ditingk
atkan dengan meningkat kecepatan penguapan pelarut dari padatan. Cara yang palin
g sederhana adalah menenmpatkan contoh dalam oven di mana contoh dapat dipanaska
n. Sebelum melakukan pengeringan dengan cara ini, perlu pengetahuan tentang titi
k leleh senyawa yang akan dipanaskan. Senyawa organik tidak boleh dipanaskan sam
pai pada titik lelehnya. Untuk lebih amannya, oven temperatur harus diatur pada
temperatur kirakira 3050 oC di bawah titik lebur senyawa. Senyawasenyawa yang
tidak stabil terhadap panas harus tidak dikeringkan dengan cara pemanasan. Cara
lain untuk meningkatkan kecepatan penguapan pelarut dari padatan adalah menempa
tkan contoh di dalam alat yang dapat divakumkan dengan aspirator air atau pompa
vakum. Pelarut bertitik didih rendah akan dipindahkan lebih cepat di bawah penur
unan tekanan, dan proses pengeringan menjadi lebih efisien. Proses pengeringan l
ebih efisien lagi bila contoh dipanaskan di bawah penurunan tekanan, tetapi haru
s hatihati karena senyawa dapat menyublim pada kondisi tersebut. Oven vakum berg
una untuk pengeringan zat padat dalam jumlah yang besar, tetapi untuk skala labo
ratorium (200 mg sampai 5g), untuk keperluan tersebut cukup dengan menggunakan p
istol pengering.
Kristalisasi
65
Desiccants atau agent pengering secara normal tidak diperlukan jika padatan akan
dikeringkan dari pelarut organik, tetapi sangat berguna jika untuk memindahkan
air dari padatan organik. Pemindahan air pada temperatur kamar dilakukan dalam s
ebuah desiccator (Gambar 6.2), dan agent pengering ditempatkan pada dasar desicc
ator. Contoh yang akan dikeringkan ditempatkan pada gelas arloji dan diletakkan
di atas rak yang ada di atas agent pengering. Proses pengeringan dapat dipercepa
t dengan memakumkan desiccator Ada beberapa desiccator yang telah dilengkapi den
gan kran desiccator. pemakuman.
Gambar 6.2 Desiccator vakum
Agent pengering yang umum digunakan dalam desiccator (lihat Tabel 6.2) adalah ka
lsium klorida, kalsium sulfat (drierite), kalium hidroksida, pospor pentoksida,
dan asam sulfat pekat. Penggunaan asam sulfat pekat sebaiknya dihindari karena s
angat korosif. Tabel 6.2 Agen pengering umum untuk digunakan dalam desiccator
Pelarut yang akan dipindahkan H 2O MeOH, EtOH Hidrokarbon, pelarut berhalogen CH
3CO2H, HClair NH3air Disiccant (agent pengering) CaCl2, CaSO4, silika gel, KOH
padat, P2O5, H2SO4 pekat CaCl2 Lilin parafin KOH padat + silika gel (jaga tetap
terpisah) H2SO4 pekat
Kristalisasi
66
6.5. Kristlisasi untuk Kuantitas yang Sangat Kecil Jika jumlah zat yang akan dik
ristalkan kurang daripada 100 mg, teknik kristalisasi secara normal tidak dapat
diterapkan di sini sebab dapat terjadi hilangnya zat, terutama selama penyaringa
n. Untuk kristalisasi kuantitas yang sangat kecil (10 (10100 mg) senyawa organi
k, tempatkan padatan dalam tabung reaksi yang sangat kecil, dan wa larutkan pada
tan tersebut ke dalam volume minimum pelarut panas seperti cara biasa. Terhadap
jumlah volume yang sangat kecil, tidak mungkin dilakukan penyaringan dengan meng
gunakan teknik normal, sehingga perlu teknik lain. Salah satu caranya teknik ada
lah memasukkan kapas wool ke dalam ujung pipet Pasteur dan kemudian pelan pelanp
elan masukkan larutan panas tersebut ke dalam pipet (Gambar 6.3 (a)). Kapas wool
akan menahan butiran halus pengotor yang tak larut. Cepat lepaskan kapas wool d
ari yang ujung pipet dengan menggunakan pinset, dan pindahkan larutan panas ke d
alam wadah pengkristalan. Jika kristalisasi dibiarkan terjadi dalam sebuah tabun
g sentrifuse, mother liquor harus dipindahkan dengan menggu menggunakan pipet Pa
steur, hatihati agar kristal tidak hati tersedot (Gambar 6.3 (b)). Dapat pula d
ilakukan pencucian ulang dengan menambahkan sedikit pelarut, kemudian pelarut te
rsebut dipindahkan lagi dengan pipet. Kristal yang terjadi sebaiknya dikeringkan
dalam tabung yang sama (tabung pengkristalan) dengan menempatkannya dalam alat
pengering yang cocok.
Gambar 6.3. (a) Penggunaan pipet Pasteur dan kapas wool untuk penyaringan; (b) m
emindahkan mother liquor dengan pipet Pasteur.
Kristalisasi
67
VII. DISTILASI DAN SUBLIMASI Di dalam laboratorium kimia organik, distilasi adal
ah satu dari beberapa teknik utama untuk pemurnian cairan mudah menguap (volatil
e). Proses ini melibatkan penguapan zat dengan cara memanaskan, diikuti dengan k
ondensasi uap kembali menjadi cairan. Ada beberapa teknik pelaksanaan didistilas
i yang umum, di antaranya: distilasi sederhana (simple distillation), distilasi
fraksionasi (fractional distillation), distilasi penurunan tekanan (distillation
under reduced perssure), dan distilasi uap (steam distillation). Dalam praktekn
ya, distilasi yang dipilih tergantung pada sifat cairan yang akan dimurnikan dan
pada sifat pengotor yang akan dipisahkan. Metode pemurnian lain yang dekat hubu
ngannya dengan distilasi adalah sublimasi. Di dalam metode ini, suatu padatan di
ubah menjadi uap dan terkondensasi kembali tanpa melalui fase cair. Pemisahan te
rjadi berdasarkan sifat perbedaan kemampuan senyawasenyawa untuk menyublim. 7.1
. Distilasi Sederhana Untuk melakukan distilasi sederhana, rangkailah alat seper
ti pada Gambar 7.1. Alat terdiri atas labu distilasi alasbulat, still head, dan
kondenser dengan satu adapter yang menghubungkan ujung kondenser dengan labu pe
nampung distilat. Pastikan bahwa alat sudah terpasang baik pada statip dengan kl
em. Ukuran alat gelas yang digunakan ditentukan oleh ukuran volume cairan yang a
kan distilasi. Pindahkan cairan yang akan didistilasi ke dalam labu distilasi de
ngan menggunakan corong melalui leher still head, dan tambahkan batu didih (buti
ran anti bumping) ke dalam labu agar pendidihan lebih lembut tanpa bumping. Pasa
ng adapter termometer dan atur termometer pada ketinggian di mana temperatur yan
g terukur adalah temperatur uap. Untuk cairan dengan titik didih rendah (kurang
daripada 85 oC), gunakanlah penangas uap atau penangas air. Untuk cairan bertiti
k didih lebih tinggi, gunakan penangas minyak. Penangas mantel adalah kurang ter
kontrol, dan seharusnya hanya untuk distilasi pelarut. Paling baik menghindari s
umber panas yang menggunakan nyala api. Jika cairan sudah mendidih, kumpulkan ko
ndensasi uap dalam satu atau lebih penampung, atau dibagi menjadi beberapa fraks
i.
Distilasi
68
Gambar 7.1. Peralatan distilasi sederhana Distilasi sederhana hanya dapat diguna
kan untuk memisahkan komponen yang perbedaan titik didihnya paling kurang 6070o
C. Umumnya distilasi ini digunakan untuk mumnya pemurnian komponenkomponen vola
til yang sudah hampir murni. Jika cairan relatif komponen murni, sejumlah kecil
distilat mengandung pengotor bertitik didih rendah akan keluar ke penampungan di
stilat pada waktu temperatur di still head masih meningkat; fraksi ini disebut s
ebagai forerun Segera setelah temperatur still head mencapai harga konstan, run
. fraksi utama dapat dikumpulkan, dan distilasi dapat dilanjutkan sampai sejumla
h distilat diperoleh. Pengotor bertitik didih tinggi akan tinggal sebagai residu
dalam labu distilasi. akan Jangan melakukan distilasi sampai labu distilasi men
jadi kering., hendaknya selalu menyisahkan residu dalam labu distilasi. Distilas
i sampai kering potensil menimbulkan bahaya karena melibatkan pemanasan yang tin
ggi. Jika distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan dua komponen dengan per
bedaan titik didih yang lebar, seharusnya temperatur pada still head diamati sec
ara ketat. Sesaat setelah senyawa volatil terkumpul, temperatur akan mulai menin
gkat, dan labu penampung harus diganti dengan labu kosong. Kumpulkan distilat te
rsebut pada u labu kedua selama temperatur masih meningkat. Distilat akan mengan
dung kedua komponen (fraksi campuran), tetapi seharusnya hanya merupakan fraksi
dengan volume yang kecil. Ketika temperatur still head menjadi konstan lagi, gan
tilah labu penampung a dengan labu kosong dan kumpulkan komponen kedua. Akhirnya
timbanglah semua labu
Distilasi
69
distilat untuk menentukan berat masingmasing fraksi. Hasil distilasi sederhana
seharusnya dicatat dalam tabel seperti diperlihatkan dalam Tabel 7.1. Tabel 7.1.
Laporan hasil suatu distilasi
Jumlah contoh distilasi: 12,5 g Td (oC) Forerun Komponen A Fraksi campuran Komp
onen B residu 4588 8890 90180 180183 Berat (g) 0,5 4,8 0,9 4,2 Kirakira 2
7.2. Distilasi Pelarut Teknik distilasi yang paling umum adalah distilasi dalam
pemurnian pelarut organik. Meskipun pelarut tersebut sudah relatif murni, tapi k
adang perlu dimurnikan lagi dengan cara distilasi. Beberapa reaksi tertentu meli
batkan subtrat yang peka terhadap kelembaban, karena itu perlu pemurian pelarut
sebelum digunakan. Tujuan dilakukannya distilasi di sini adalah untuk memindahka
n sejumlah kecil pengotor bertitik didih rendah dan bertitik didih tinggi, dan m
emindahkan air dari pelarut. Dalam proses pemindahan air dari pelarut, biasanya
perlu agent pengering yang ditambahkan ke dalam labu distilasi, pelarut didistil
asi dari agent pengering. 7.3. Distilasi Fraksionasi Distilasi fraksionasi berbe
da dengan distilasi sederhana oleh adanya kolom fraksionasi yang dipasang di ant
ara labu distilasi dengan still head (Gambar 7.2). Kolom fraksionasi harus betul
betul tegak, dan perlu dibalut dengan kertas aluminium untuk mencegah hilangnya
panas dari kolom. Karena distilasi ini menghasilkan lebih banyak fraksi maka di
gunakan adapter yang termodifikasi pada ujung kondenser. Adapter ini memungkinka
n untuk menampung fraksi yang berikutnya tanpa melepaskan fraksi yang telah tert
ampung sebelumnya dengan hanya memutar adapter tersebut. Ada beberapa bentuk kol
om fraksinasi yang digunakan dalam laboratorium kimia organik; beberapa di antar
anya diperlihatkan dalam Gambar 7.3. Semua kolom mempunyai permukaan di mana pro
ses kondensasi dan penguapan ulang dapat terjadi. Permukaan ini bervariasi dari
gelas yang menonjol dari dinding kolom Vigreux, spiral kolom Widner, dan isi kol
om manikmanik gelas atau potonganpotongan logam. Efisiensi kolom fraksionasi t
ergantung pada panjang kolom dan isinya. Untuk kolom
Distilasi
70
yang sama panjangnya, efisiensi meningkat dengan meningkatnya luas permukaan dan
hantaran panas isi kolom.
Gambar 7.2. Alat distilasi fraksionasi
Parameter yang lebih tepat untuk menyatakan efisiensi kolom adalah dengan menyat
akan dalam pelat teoritis (theoritical plates), di mana satu pelat teoritis adal
ah am kolom yang ekuivalen dengan satu kali distilasi sederhana. Pada prakteknya
, kolom fraksionasi yang dimiliki kebanyakan laboratorium bervariasi dari 2 samp
ai 15 pelat teoritis. Sebagai contoh, kolom yang berisi manik manik gelas dan pa
njangnya 25 ai manikmanik 2530 cm mempunyai efisien sekitar 8 10 teoritis, dan
pantas untuk memisahkan senyawa 810 senyawasenyawa dengan perbedaan titik didi
h sekitar 20 oC. Ada dua faktor yang harus dipertimbangan daripada kolom, yakni
througthput dan holdup. Througthput adalah volume maksimum cairan yang dapat di
didihkan melalui kolom per menit sambil semua proses penting kesetimbangan konde
nsasi kondensasipenguapan ulang dalam kolom tetap dipertahankan. Untuk pekerjaa
n yang cepat, diingi diinginkan througthput yang tinggi. Holdup column adalah j
umlah cairan yang tertahan dalam kolom ketika distilasi dihentikan. Kolom yang l
uasan permukaan isinya sangat tinggi mempunyai holdup tinggi dan menahan lebih
banyak volume cairan. Karena itu, up
Distilasi
71
meskipun mempunyai efisiensi yang tinggi, tapi kolom seperti itu tidak cocok unt
uk menfraksionasi cairan yang jumlahnya kecil.
Gambar 7.3. Beberapa jenis kolom fraksionasi: (a) Vigreux; (b) Widner; (c) kolom
berisi manik manikmanik gelas. Bentuk kolom yang terakhir a adalah spinning ba
nd column yang akan memisahkan senyawasenyawa yang mempunyai perbedaan titik di
dih sekecil 0,5 oC. Akan tetapi senyawa kolom ini cukup mahal dan tidak digunaka
n untuk pekerjaan rutin. 7.4. Distilasi Penurunan Tekanan Titik didih cairan dap
at diturunkan dengan menurunkan tekanan dalam sistem. diturunkan Teknik distilas
i seperti ini dikenal sebagai distilasi penurunan tekanan (distillation under re
duced pressure) atau lebih sederhana dikenal sebagai distilasi vakum (vacuum dis
tillation). Distilasi penurunan tekanan menjadi penting jika cairan mempunyai ti
tik . tekanan didih yang sangat tinggi, atau jika senyawa terdekomposisi bila te
mperatur dinaikkan. Kebanyakan senyawa organik terdekomposisi pada temperatur ti
nggi, dan karena itu disarankan distilasi dilakukan pada penurunan tekanan jika
titik didih normalnya lebih penurunan besar daripada 150 oC. Hal yang pertama di
tentukan sebelum melakukan distilasi penurunan tekanan adalah berapa penurunan t
ekanan yang diperlukan. Penggunaan aspirator air akan membuat kevakuman sampai 1
0 1020 mmHg, dan akan menurunkan titik didih sebesar 100 oC. Dengan menggunakan
pompa vakum akan membuat kevakuman menjadi sekitar 0,1 mmHg, dan akan menurunkan
titik didih sebesar 150 oC. Perkiraan yang
Distilasi
72
sedikit lebih tepat akan titik didih pada penurunan tekanan dapat diperoleh dari
monograf seperti diperlihatkan dalam Gambar 7.4.
Gambar 7.4. Monograf untuk memperkirakan titik didih cairan pada tekanan tertent
u. Ada dua rangkaian alat untuk distilasi penuruanan tekanan diperlihatkan dalam
Gambar 7.5. Peralatan dirangkai dengan menggunakan gemuk khusus pemakuman (spec
ial vacuum grease) pada setiap sambungan. Sebelum memasukkan contoh ke dalam ala
t, sistem harus dicoba terlebih dulu apakah tidak ada kebocoran. Seperti halnya
dengan distilasi sederhana, harus dipastikan apakah cairan mendidih dengan harus
lembut tanpa bumping. Batu didih tidak berfungsi pada pemakuman, dan karenanya
. perlu metode lain. Cara yang paling beralasan untuk membuat pendidihan berjala
n lembut pada distilasi pengurangan tekanan adalah dengan memasukkan aliran udar
a ke dengan dalam cairan melalui pipa kapiler yang sangat halus sehingga muncul
gelembung udara seperti diperlihatkan dalam Gambar 7.5 (b). Cara yang lebih sede
rhana lagi adalah dengan memasukkan batang pengaduk magnet ke dalam labu dis dis
tilasi, dan cairan diaduk selama pemanasan pada penurunan tekanan (Gambar 7.5 (a
)).
Distilasi
73
Fraksifraksi distilat dikumpulkan dengan cara seperti telah dijelaskan di depan
; fraksi jangan lupa mencatat titik didih dan tekanan setiap fraksi. Seperti hal
dengan distilasi sederhana, jangan melakukan distilasi sampai labu distilasi me
njadi kering. Pada akhir distilasi, pindahkan penangas, dan biarkan alat dingin
sampai temperatur kamar sebelum melepaskan kevakuman. Jika menggunakan aspirator
air, ingatlah cara bagaimana supaya tidak terjadi arus balik air ke dalam siste
m distilasi. ya Distilasi fraksionasi dapat pula dilakukan dengan penurunan teka
nan dengan cara memodifikasi alat pada Gambar 7.5 menjadi alat yang mempunyai ko
lom fraksionasi. Selanjutnya mengikuti cara caracara seperti yang telah dijelas
kan di atas. rti
Gambar 7.5. Peralatan distilasi penurunan tekanan. 7.5. Distilasi Uap Distilasi
uap adalah suatu teknik yang digunakan mendistilasi campuran saling tak melarutk
an senyawa organik dengan air (uap). Campuran saling tak melarutkan tidak terdis
tilasi dengan cara yang sama dengan cairan yang saling melarutkan, karena masing
masing menimbulkan tekanan uap secara terpisah satu sama lain. Tekanan uap g to
tal adalah jumlah tekanan uap daripada individu komponen komponen murni. Jika ko
mponenkomponen jumlah tekanan uap daripada individu individu sama dengan tekana
n udara luar individuindividu (atmorfir) maka campuran akan mendidih pada tempe
ratur yang lebih rendah daripada titih didih tiaptiap cairan murni. Karena itu
kodistilasi suatu campuran tak saling tiap melarutkan daripada suatu senyawa org
anik dengan air akan menghasilkan terdistilasinya senyawa organik di bawah 100 o
C, meskipun titik didihnya dapat ,
Distilasi
74
melampaui 100 oC. Sebagai contoh, suatu campuran tak saling melarutkan daripada
air dan oktana (titik didih) = 126 oC) mendidih pada 90 oC dan tekanan atmosfir
(760 mmHg). Jumlah relatif air terhadap oktana dalam fase uap dapat dihitung. Da
ri tabel dapat dipastikan bahwa tekanan uap air pada 90 oC adalah 525 mmHg. Sesu
ai dengan definisi untuk cairan tak saling melarutkan : (Tekanan uap)total = (te
kanan uap)air + (tekanan uap)oktana Kita dapatkan 760 = 525 + (tekanan uap)oktan
a Dengan demikian, tekanan uap oktana adalah 235 mmHg. Untuk cairan yang tak sal
ing an melarutkan, jumlah mol masing masing komponen dalam fase uap berbanding l
angsung masingmasing dengan tekanan uap individunya, sehingga
235 banyaknya mol oktana = 525 banyaknya mol air
dan karenanya, yang terdistilasi adalah uap yang mengandung 235/525=0,448 mol ok
tana per mol air, atau mengandung 51 g oktana per 18 g air, atau  75 % berat okta
na. Ada dua cara untuk melakukan distilasi uap. Metode yang tepat adalah melewat
kan uap ke dalam cairan yang ada dalam labu distilasi yang juga dipanaskan. dist
ilasi Air dan senyawa kodistilasi terkondensasi dalam kondenser, dan terkumpul
secara distilasi normal.
Gambar 7.6. (a) Peralatan untuk distilasi uap, (b) Sebuah still head, splash hea
d atau swan neck
Distilasi
75
Sebuah still head biasa dan adapter Claisen dapat digunakan sebagaimana diperlih
atkan pada Gambar 7.6, tetapi lebih baik menggunakan still head yang dibentuk kh
usus untuk keperluan ini, disebut splash head atau swan neck (Gambar 7.6 (b)). S
elama air dan senyawa organik yang cukup ada dalam labu, temperatur still head y
ang akan tetap konstan selama distilasi. Jika distilat dalam kondenser sudah tam
pak jernih dan tidak ada lagi minyak yang menetes maka dapat dikatakan bahwa sen
yawa organik sudah habis terdistilasi. Setelah distilasi selesai, distilat ditua
ng ke dalam corong pisah, distilasi dan selanjutnya lapisannya dipisahkan dengan
cara biasa. Jika volume senyawa organik sangat sedikit bila dibanding dengan vo
lume air, senyawa organik dapat diekstraksi dengan eter atau pelarut yang cocok.
Senyawa organik yang telah dipisahkan cocok. selanjutnya dikeringkan dengan age
nt pengering yang cocok. Laboratorium yang baik selalu menyediakan sumber uap ai
r; dengan demikian alat distilasi uap dapat langsung dihubungkan dengan pipa gel
as ke sumber uap air t tersebut. Akan tetapi jika tidak ada sumber uap air yang
tersedia, sebuah sumber uap dapat dirangkai seperti diperlihatkan pada Gambar 7.
7. Sumber uap ini dapat dipanaskan dengan mantel penangas, atau dengan penangas
lain. Hal yang perlu pula diperhatikan di sini adalah kecepatan aliran uap masuk
ke dalam labu distilasi seharusnya i disesuaikan dengan kecepatan cairan terdis
tilasi dari labu distilasi, jika tidak maka dapat terjadi penumpukan uap dalam l
abu distilasi.
Gambar 7.7. Peralatan generator uap
Cara mudah untuk melakukan distilasi uap adalah menempatkan campuran senyawa a o
rganik dan air dalam labu distilasi, dan melakukan distilasi sebagaimana lazimny
a. Air dan senyawa organik akan terdistilasi dengan cara yang sama jika uap dile
watkan ke
Distilasi
76
dalam labu. Jelas prosedur ini jauh lebih mudah dilakukan, dan memerlukan alat d
istilasi sederhana seperti pada Gambar 7.8. Karena air dalam labu distilasi tida
k rutin tergantikan di setiap uap air keluar meninggalkan labu, maka sebuah coro
ng tetes yang berisi air ditempatkan di atas still head sehingga air dapat ditam
bahkan sewaktu tempatkan sewaktusewaktu.
Gambar 7.8. Peralatan alternatif untuk distilasi uap
7.6. Sublimasi Sublimasi mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan distilasi. D
alam sublimasi, suatu padatan diubah menjadi uap tanpa melalui fase cair, yang k
emudian terkondensasi pada permukaan dingin dalam keadaan murni. Tidak banyak pa
datan yang dapat menyublim dengan mudah, karena mereka biasanya mepunyai tekanan
uap yang rendah. Akan tetapi, beberapa padatan mempunyai tekanan uap yang tingg
i karena mempunyai struktur molekulnya dalam keadaan padat menghasilkan gaya int
ermolekul yang lemah. Senyawasenyawa seperti itu dapat dimurnikan dengan cara s
ublimasi, dan senyawa meninggalkan pengotor yang tekanan uapnya jauh lebih renda
h. Sepe halnya dengan Seperti distilasi, kecepatan sublimasi dapat ditingkatkan
dengan cara memanaskan contoh pada kondisi penurunan tekanan, tapi jangan memana
skan senyawa hingga pada titik lelehnya. Sebuah rangkaian alat untuk sublimasi y
ang dikenal dengan sublimato sublimator diperlihatkan dalam Gambar 7.9. Alat ini
terdiri atas tabung bermulut lebar yang dapat
Distilasi
77
dihubungkan ke pemakuman; ke dalam tabung tersebut dipasang tabung berdiameter l
ebih kecil dengan aliran air masuk dan keluar. Contoh yang akan disublimasi dite
mpatkan dalam dasar tabung luar dan dipanaskan, jika perlu di bawah kondisi vaku
m. Uap akan terkondensasi ulang pada permukaan dingin yang dikenal sebagai cold
finger. Alat dirancang sedemikian rupa sehingga ruang antara contoh dengan cold
. finger kecil. Ketika sublimasi selesai (biasanya prosesnya sangat lambat), col
d finger blimasi dapat dilepaskan dengan hati hati, dan padatan murni yang diper
oleh dikeruk. hatihati,
Gambar 7.9. Alat untuk sublimasi
Jika alat sublimator khusus tidak tersedia, alat yang sama fungsinya dapat diran
gkai dari peralatan gelas standar laboratorium, misalnya dari labu Buchner seper
ti ngkai yang diperlihatkan pada Gambar 7.9 (b). Variasi rangkaian dimungkinkan
perlakuannya, yang penting adalah permukaan di atas contoh perlu pendinginan, ta
bung/labu luar dapat dipanaskan, jika perlu divakumkan.
Distilasi
78
VIII. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM Istilah kromatografi diturunkan dari fa
kta bahwa teknik ini mulamula digunakan untuk memisahkan pigmenpigmen (Greek,
chroma = warna, graphein = menggambar), tetapi dengan berbagai modifikasi maka t
eknik ini digunakan dalam pemisahan zatzat kimia, dan tidak lagi selalu dihubun
gkan dengan senyawasenyawa berwarna. Ketepatan dalam memilih prosedur semuanya
tergantung pada perbendaan distribusi berbagai komponenkomponen campuran di ant
ara dua fasa, yakni fasa bergerak dan fasa diam. Fasa bergerak dapat berupa cair
an atau gas, dan fasa diam dapat berupa padatan atau cairan. Melalui kombinasi k
omponenkomponen tersebut maka diperoleh beberapa macam teknik kromatografi sepe
rti pada Tabel 8.1. Tabel 8.1. Teknik kromatografi Fasa diam Padat Fasa bergerak
Cairan Teknik (pemisahan zatzat) Kromatografi serapan (meliputi molekulmoleku
l alifatik dan aromatik) Kromatografi fasa terbalik (molekul organik polar) Korm
atografi penyerapan gel (makromolekul) Kromatografi pernukaran ion (molekulmolek
ul bermuatan, asamasam amino) Cair Cair Kromtografi partisi (molekulmolekul or
ganik yang labil terhadap panas dan asam) Kromatografi fasa uap atau gascair (m
olekulmolekul organik volatil)
Cair
Gas
Dalam tulisan ini akan dibicarakan jenis kromatografi yang sering digunakan dala
m percobaan kimia organik, dan dapat digolongkan ke dalam kromatografi lapis tip
is atau KLT (thin layer chromatography, TLC) dan kormatografi kolom (column chro
matography). Di dalam golongan kedua kita akan meninjau tiga teknik yang umum di
gunakan dalam laboratprium, yakni kromatografi kolom perkolasi (percolation), kr
omatografi kolom flash dan kromatografi kolom dry flash. 79
8.1. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik
pemisahan komponen apis komponenkomponen campuran senyawasenyawa yang melibat
kan partisi suatu senyawa di antara padatan senyawa penyerap (adsorbent, fasa di
am) yang dilapiskan pada pelat kaca atau plastik kaku , dengan suatu pelarut (fa
sa gerak) yang mengalir melewati adsorbent (padatan penyerap). Pengaliran pelaru
t dikenal sebagai proses pengembangan oleh pelarut (elusi). Karena kesederhaan d
an kecepatan analisisnya, KLT mempunyai peranan penting dalam pemisahan senyawa
senyawasenyawa yang volatilitasnya relatif rendah, baik senyawa a organik maupu
n senyawa anorganik. Di dalam analisis dengan KLT, sutu contoh dalam jumlah yang
sangat kecil ditempatkan (sebagai titik noda) di atas permukaan pelat tipis fas
a diam ( (adsorbent), kemudian pelat diletakkan dengan tegak dalam bejana pengem
bang yang berisi sedikit dengan pelarut pengembang (lihat Gambar 8.1). Oleh aksi
kapiler, pelarut mengembang naik sepanjang permukaan lapisan pelat dan membawa
komponen komponenkomponen contoh. Komponenkomponen contoh memanjat komponen pe
lat KLT dengan kecepatan yang berbeda beda, tergantung pada kelarutan komponen b
erbedabeda, dalam pelarut dan derajat kekutan komponen teradsorbsi pada fasa di
am. Hasilnya adalah sederetan bercak bercakbecak (nodanoda) yang tegak lurus t
erhadap permukaan noda) pelarut dalam bejana.
(a)
(b)
Gambar 8.1. Prosedur analisis KLT, (a) Proses penempatan noda; (b) Proses pengem
bangan noda Kecepatan senyawa senyawasenyawa sebagai komponenkomponen contoh m
emanjat komponen pelat dibandingkan dengan kecepatan pelarut yang mendahuluinya.
Harg perbandingan Harga ini dikenal sebagai harga Rf, dan didefisikan sebagai:
80
Rf =
Jarak yang ditempuh oleh senyawa Jarak yang ditempuh oleh pelarut
dengan titk asal adalah titik tengah noda contoh yang terdapat pada pelat KLT (G
ambar 8.2).
(a)
(b)
Gambar 8.2. Pelat KLT: (a) pelat sebelum dikembangkan, (b) pelat setelah dikemba
ngankan Pada kondisi tertentu (adsorbent, pelarut, ketebalan lapisan, temperatur
, dan ( , kelembaban tertentu), harga Rf merupakan sifat karakteristik dari suat
u senyawa. 8.2. Adsorbent (Padatan Penyerap) dan Pelarut Pengembang sorbent Adso
rbent yang paling sering digunakan untuk KLT adalah alumina (Al2O3) dan silika g
el (SiO2). Alumina lebih polar daripada silika gel, dan senyawa ini sering dinya
takan lebih aktif daripada silika gel. Alumina lebih cocok untuk analisis senyaw
a Alumina senyawasenyawa yang nonpolar atau kurang polar (seperti hidrokarbon, e
ter, aldehida, keton, dan alkil halida) karena senyawasenyawa polar sangat kuat
teradsorbsi pada adsorbent senyawa senyawa ini. Analisis KLT senyawasenyawa po
lar pada alumina umumnya menghasilkan harga senyawa Rf yang rendah dan pemisahan
yang minimal. Sebaiknya silika gel dipilih sebagai adsorbent untuk senyawaseny
awa polar (asam karbokislat, alkohol, amina) karena senyawa senyawa senyawaseny
awa non polar teradsorbsi lemah pada silika gel. Analisis KLT senyawa senyawa se
nyawasenyawa nonpolar pada silika gel umumnya memberikan harga Rf yang tinggi da
n pemisahan yang minimal. Sifatsifat pelarut pengembang juga merupakan faktor d
ominan dalam penentukan sifat mobilitas komponenkomponen campuran. Jika pelarut
lebih polar daripada suatu komponen komponen campuran, molekulmolekul pelarut
akan menggantikan molekul molekul molekul molekulmolekul
81
komponen pada padatan adsorbent, dan komponenkomponen menggunakan hampir seluru
h waktunya berada dalam fasa bergerak (harga Rf tinggi). Sebaliknya jika pelarut
kurang polar daripada suatu komponen campuran, komponen akan tetap pada adsorbe
nt dan tidak digerakkan oleh pelarut (Rf = 0). Umumnya kemampuan suatu pelarut p
engembang untuk menggerakkan senyawa pada suatu adsorbent berhubungan dengan pol
aritas pelarut. Kemampuan ini disebut kekuatan elusi, dan urutan kekuatan elusi
beberapa pelarut tergambar dalam Tabel 8.2. Tabel 8.2 Beberapa pelarut pengelusi
untuk KLT Pelarut Metanol Etanol Aseton Etil asetat Kloroform Dietil eter Metil
en diklorida Benzena Toluena Karbon tetraklorida Heksana Titik didih (oC) 65 78
56 77 61 35 41 80 111 77 68
K e k u a t a n e l u s i
P o l a r i t a s
Sumber: Doyle, M. P. dan Mungall, W. L., 1980
8.3. Prosedur Analisis dengan KLT Keberhasilan analisi dengan KLT sangat ditentu
kan oleh kemampuan dalam menerapkan prosedur. Adapun langkahlangkah penting dal
am prosedur analisis ini adalah: penempatan noda (spotting), pengembangan noda (
elusi), penampakan noda. Meskpiun pelat KLT telah tersedia secara komersial, nam
un dalam keadaan tertentu kadang kita dituntut untuk membuatnya sendiri. Penempa
tan noda (spotting) Dalam analisis dengan KLT, contoh yang akan dianalisis dilar
utkan dalam pelarut volatil yang sesuai (konsentrasi 5 10%). Kemudian disiapkan
pipa kapiler yang telah diruncingkan ujungnya (lubang pada ujung pipa kapiler sa
ngat sempit) dengan cara melelehkan pipa kapiler tersebut di atas nyala api keci
l (Gambar 8.3). Selanjutnya dibuat garis lurus (gunakan pinsil tumpul) yang memo
tong pelat KLT pada jarak  1 cm dari ujung pelat. Sekarang dengan menggunakan pip
a kapiler, larutan contoh ditotolkan pada garis lurus yang telah dibuat. Untuk m
aksud ini, pipa kapiler dicelupkan ke larutan contoh, kemudian disentuhkan ujung
nya pada pelat (diameter noda < 2 mm). Pelarut 82
contoh dibiarkan menguap hingga noda pada pelat menjadi kering, selanjutnya dike
mbangkan dalam wadah pengembang.
Gambar 8.3 Pemotongan pipa kapiler Cacatan: contoh 5 10% sebanyak 0,02 ml sudah
cukup untuk digunakan mengidentifikasi komponenkomponennya Prosedur pengembanga
n noda Untuk keperluan pengembangan noda, dapat digunakan botol bermulut lebar a
tau erlenmeyer dengan penutup karet. Masukkan pelarut pengembang ke dalam bejana
pengembang dengan kedalaman 0,5 cm. Pasang sepotong kertas saring di dalam beja
na kertas pengembang untuk mengetahui terjadinya kesetimbangan antara cairan dan
uap di dalam bejana. Setelah kertas saring jenuh dengan uap pelarut pengembang,
masukkan pelat KLT ke dalam bejana pengembang (ujung yang telah dinodai berad d
i sebelah berada bawah, dan noda tidak boleh terbenam dalam pelarut), kemudian t
utup bejana tersebut (lihat Gambar 8.1b). Biarkan pelarut memanjat pelat KLT sam
pai mencapai ketinggian kurang lebih 1 cm dari puncak pelat, dan kemudian keluar
kan pelat dari bejan bejana. Segeralah memberi tanda tinggi pelarut pada pelat,
dan biarkan pelarut menguap dari pelat KLT. Prosedur penampakan noda Jika senyaw
a yang dianalisis dengan KLT adalah senyawa yang tidak berwarna, maka diperlukan
suatu prosedur untuk mendeteksi noda yang diamati. Senyawasenyawa yang dapat me
nyerap sinar (fluoresce) dapat ditampakkan melalui penyinaran pelat dengan sinar
ultraviolet (lampu ultraviolet) di dalam tempat yang gelap. Senyawa seperti itu
akan memancarkan sinar yang diserap sehingga tampak seba sebagai noda yang tera
ng pada pelat. 83
Jika padatan penyerap (adsorbent) pada pelarut KLT telah mengandung indikator flu
oresent, maka seluruh pelat akan menjadi terang bila disinari dengan lampu ultrav
iolet kecuali daerah di mana senyawa berada. Keberadaan sen senyawa ditandai den
gan noda hitam pada saat penyinaran. Metode lain yang umum digunakan untuk menam
pakkan senyawa senyawasenyawa organik adalah metode yang melibatkan pembentukan
molekulmolekul kompleks molekuldengan iod (kecuali alkana dan alkil halida) (G
ambar 8.4).
Gambar 8.4. Penampakan noda dengan kristal iod Beberapa kristal iodium dimasukka
n ke dalam bejana yang sama dengan yang digunakan dalam prosedur pengembangan no
da. Pelat KLT yang telah dikembangkan dimasukkan ke dalam bejana dan kemudian di
tutup rapat. Biarkan pelat KLT di dalam Biarkan bejana sampai timbul noda yang b
erwarna coklat tua. Bila noda sudah cukup jelas untuk diidentifikasi, keluarkan
pelat KLT dari bejana dan segera lingkari noda dengan pinsil. Untuk menghilangka
n warna noda kembali, letakkan pelat di dalam open sehingga iod menyublim dari p
elat dan noda segera memudar. Masih banyak alternatif prosedur secara kimia yang
bisa digunakan untuk mendeteksi senyawa senyawa organik tertentu, senyawasenya
wa diantaranya tertera dalam Tabel 8.3. Kadangkadang noda tampak seperti tercor
eng atau bulan sabit terbalik disebabkan kadang seperti muatan pelat berlebih at
au masalah kelarutan. Senyawa senyawa seperti amina dan Senyawasenyawa asam kar
boksilat yang mana terikat sangat kuat pada sisi aktif padatan penyerap (Gambar
8.5a) kadang menyebabkan noda tampak seperti bulan sabit terbalik. Hal yang sepe
rti kebanyakan terjadi adalah yang disebabkan ketidak ketidakhatihatian dalam
penotolan, hatian sehingga padatan permukaan penyerap rusak oleh penotol, akibat
nya komponen komponenkomponen memanjat ke atas pada permukaan yang cacat dan men
ghasil menghasilkan noda tampak seperti Gambar 8.5b. Noda yang tampak seperti ga
ris atau ganda (Gambar 8.5c) adalah akibat penggunaan pelarut polar dalam pengem
bangan. 84
Tabel 8.3. Zat zat penampak noda dan metodenya Zatzat
Sistem penampak noda Uap amoniak Senyawasenyawa yang diperlihatkan Fenol Pengam
atan Bermacammacam warna noda macam (beberapa senyawasenyawa senyawa berwarna
dapat berubah warna). Noda biru tua, sering kali berguna jika pereaksi lain gaga
l.
5% (NH4)6Mo7O24 + 0,2% Ce(SO4)2 dalam H2SO4 2%, diikuti dengan pemanasan hingga
150oC. H2SO4 50%, diikuti dengan pemnasan hingga 150oC. Larutan berair FeCl3 1%
Uap HCl
Digunakan umum
Digunakan umum
Noda hitam, sering kali berguna jika pereaksi lain gagal. macan Macammacan warn
a noda.
Fenolfenol dan senyawa yang berenolisasi. Amina aromatik.
Bermacam warna noda (beberapa senyawa berwana dapat berubah warna). Noda biru.
0,3% ninhidrin dalam nBuOH BuOH dengan 3% AcOH, diikuti dengan pemnasan hingga
125oC selama 10 menit. 0,5 % 2,4dinitrofenilhidrazina dinitrofenilhidrazina dal
am HCl 2 M. 0,5 g vanilin, 0,5 mL H2SO4, 9 mL EtOH.
Asam amino dan amina.
Aldehida dan keton.
Noda merah dan kuning.
Digunakan umum.
Berbagai warna noda.
Senyawa yang mengandung 0,5% PdCl2 dengan bebrapa sulfur dan selenium. tetes HCl
pekat Sumber : Harwoods, Moody C. J., tahun 1989.
Warnan noda, noda merah dan kuning.
Gambar 8.5 Bentuk noda aneh KLT dari senyawa senyawa senyawa murni: (a) senyawa
senyawasenyawa yang mempunyai gugus asam atau basa kuat; (b) permukaan penyerap
rusak pada penotolan; (c) senyawa dikembangkan dengan pelarut yang senyawa sang
at polar. 85
Pembuatan pelat KLT Pelat KLT (20cm x 20 cm) dengan suatu lapisan alumina atau s
ilika gel yang rata di atas kaca atau plastik telah tersedia segara komersial. P
elat KLT yang pendukungnya adalah plastik yang merupakan polimer organik yang be
rfungsi untuk mengikat padatan penyerap (adsorbent) pada pendukung. Pelat ini da
pat tahan lama dapat dipotong dengan gunting menjadi pelatpelat berukuran kecil
. Pelat KLT yang telah diimpregnasi dengan indikator fluorescent juga telah ters
edia secara komersial. Pelat KLT dapat dibuat di laboratorium dengan biaya yang
rendah, dengan menggunakan pelat kaca berukuran 20 cm x 20 cm. Dalam prosedur pe
mbuatannya, umumnya adsorbent dibuat seperti bubur (slurry) dalam air (perbandin
gan 1:2) dan ditebarkan di atas pendukung, sedapat mungkin menggunakan spreader. J
ika menggunakan kalsium sulfat sebagai perekat, bubur harus ditebar sesegera mun
gkin setelah pencampuran. Lapisan didiamkan selama 2030 menit. Pelat yang telah
terlapisi dipanaskan dalam oven untuk menghilangkan air dan mengaktifkan adsorb
ent. Semakin tinggi temperatur semakin tinggi pula aktivitasnya. Tapi perlu dipe
rtimbangkan bahwa kalsium sulfat mengikat padatan penyerap melalui pembentukan d
ihidratnya, dan akan terdehidrasi kembali oleh pemanasan yang tinggi dan lama. U
ntuk jenis pelat silika gel, pemanasan cukup pada 1100C selama jam; atau untuk s
ellulosa, pemanasan cukup 500C selama jam. Untuk mengaktifkan alumina secara pen
uh, diperlukan pemanasan pada temperatur tinggi, yaitu 2500 C selama 4 jam. Dala
m hal ini alumina harus bebas dari perekat. Derajat pemanasan adsorbent tergantu
ng pada contoh yang akan dipisahkan. Cara yang sederhana untuk membuat pelat KLT
adalah dengan mencelupkan pelat pendukung ke dalam bubur (slurry) 25 g silika g
el dalam 100 mL kloroform. Oleh karena hanya satu sisi dari pendukung (misalnya
slide mikroskop) yang akan dilapisi maka digunakan dengan dua slide mikroskop ya
ng didempetkan, kemudian dicelupkan ke dalam bubur (slurry), diangkat dan dikeri
ngkan dengan udara terbuka/udara kering. Jika adsorbent mengandung kalsium sulfa
t, pengikatan dapat diefektifkan melalui pemanasan pelat. Walaupun pelat KLT ini
tidak serata dengan pelat yang dibuat dengan menggunakan spreader, tetapi sudah
dapat digunakan, misalnya dalam uji pendahuluan.
86
8.4. Analisis Kualitatif dengan KLT Meskipun metode KLT tidak memberikan informa
si secara langsung tentang struktur suatu senyawa, tetapi harga Rf yang identik
dari suatu senyawa yang strukturnya belum diketahui (unknown) dengan senyawa yan
g telah diketahui strukturnya (senyawa standar) dalam beberapa pelarut pengemban
g yang berbeda berbedabeda menunjukkan bahwa kedua senyawa adalah identik. Untu
k membandingkan senyawa yang tak diketahui dengan senyawa yang diketahui struktu
rnya, masing masing senyawa ditempatkan (sebagai noda) pada pelat etahui masing
masing KLT yang sama, dan pelat KLT dikembangkan dalam pelarut yang sesuai (Gamb
ar 8.6).
Gambar 8.6. Penerapan KLT: (a) Identifikasi senyawa, (b) Monitoring reaksi kimia
Monitoring Identitas senyawa yang tidak diketahui strukturnya dapat disimpulkan
dengan membandingkan hargaharga Rf harga Rfnya dengan senyawa standar.
Gambar 8.7 Double spotting memperlihatkan harga Rf yang hampir sama dari senyawa
yang berbeda.
87
Teknik yang paling baik untuk mengidentifikasi suatu senyawa bila tersedia k sen
yawa standar adalah dengan melakukan teknik double spotting Dengan spotting. men
ggunakan kapiler yang berbeda, senyawa tak diketahui dan senyawa standar takdik
etahui ditotolkan bersamasama di atas pelat KLT pada titik yang sama (gunakan k
apiler yang sama KLT berlainan). Totolkan pula senyawa tak diketahui dan senyawa
standar pada titik yang takdiketahui berbeda di atas pelat yang sama. Kemudian
kembangkan dengan pelarut yang sesuai. Perbedaan sedikit harga Rf menyebabkan n
oda campuran tampak seperti pada Gambar campuran 8.7. Jika noda campuran tampak
tidak memanjang, ulangi teknik double spotting ini dengan menggunakan pelarut pe
ngembang yang lain. Analisis seperti ini dapat dibuat lebih sensitif dengan mela
kukan kromatografi dua dimensi. Teknik ini melibatkan penotolan noda pada titik
di atas sudut pelat yang . berjarak masingmasing 1 cm dari tepi pelat (Gambar 8
.8). masing
Gambar 8.8. Tahap pengembangan kromatogram dua dimensi.
Setelah pengembangan pertama, pelat diputar 90o, dan kemudian di dikembangkan la
gi dengan pelarut kedua ke arah yang tegak lurus dengan arah pengembangan pertam
a. Dengan menggunakan pelarut yang berbeda dalam masing masing pengembangan akan
masingmasing meningkatkan kepekaan analisis. Kegunanaan tambahan daripada anal
isis KLT dua dimensi adalah untuk melihat dimensi apakah beberapa noda yang tamp
ak adalah benar benar hasil dari suatu merupakan benarbenar campuran, atau akib
at dekomposisi komponen tunggal di atas pelat KLT silika sebagaimana sering terj
adi jika senyawa yang dianalisis peka terhadap asam. Untuk keperluan ini, totolk
anlah contoh pada sudut pelat dan kembangkan sebagaimana biasa dalam suatu siste
m pelarut, putar pelat 90o dan ulangi proses pengembangan dalam sistem pelarut y
ang sama (Gambar 8.9). Jika pada penampakkan noda pada pelat, 88
beberapa noda (biasanya rusak) tidak tampak pada diagonal dari noda asal ke a pe
rsimpangan garis batas jangkauan pelarut, komponen komponen contoh tersebut tida
k komponenkomponen stabil terhadap kondisi pelat KLT.
Gambar 8.9. (a) Kromatogram dua dimensi suatu camputan komponen komponenkompone
n stabil; (b) Kromatogram dua dimensil di mana dekomposisi terjadi.
8.5. KROMATOGRAFI KOLOM Seperti halnya KLT, kromatografi kolom adalah suatu bent
uk kromatografi (serapan) adsorption. Kromatografi kolom juga disebut kromatogra
fi elusi (elution chromatography) karena senyawa senyawa yang terpisah dielusika
n dari dalam kolom. omatography) senyawasenyawa Prinsip kromatografi kolom sama
dengan prinsip dalam KLT, yakni senyawa senyawasenyawa dalam campuran terpisah
kan oleh partisi antara padatan penyerap sebagai fasa diam dan pelarut sebagai f
asa bergerak yang mengalir melewati padatan penyerap. Semakin kuat agai keterser
apannya suatu zat pada fasa diam dan semakin menurun kelarutannya zat tersebut d
alam fasa bergerak, maka semakin lambat zat tersebut bermigrasi sepanjang fasa d
iam dengan arah yang searah dengan aliran pelarut. Dalam kromatografi kolom, pen
yerap dikemas dalam kolom gelas dan pelarut mengalir melewati partikel partikel
penyerap. Karena kolom gelas dapat menampung partikelpartikel lebih banyak peny
erap maka dibanding dengan KLT, kromatografi kolo dapat kolom digunakan untuk me
misahkan materi dalam jumlah yang lebih banyak, biasanya dalam skala gram. Beber
apa jenis kolom dilaboratorium diperlihatkan dalam Gambar 8.10. Beberapa kolom m
empunyai pelat kaca yang berlubang lubang kecil atau berpori berlubanglubang be
rporipori pada 89
dasarnya yang berfungsi untuk menahan penyerap dalam kolom, dan keran untuk meng
ontrol aliran fasa cair yang melalui kolom. Perbandingan panjang kolom dengan di
ameter kolom paling sedikit 10:1.
Gambar 8.10. Kolom kromatografi Padatan Penyerap (adsorbent) Ada dua penyerap ya
ng paling umum digunakan untuk kromatografi kolom adalah alumina (Al2O3) dan sil
ika gel (SiO2). Alumina digunakan untuk pemisahan senyawasenyawa organik nonpol
ar dan semi polar, sedangkan silika gel adalah senyawa adsorbent yang umum digun
akan untuk pemisahan senyawa senyawa organik polar. senyawasenyawa Aktivitas al
umina dan silika gel keduanya bermacam macam, sangat tergantung pada bermacamma
cam, banyaknya air yang ada dalam adsorbent. Adsorbent yang paling aktif adalah
adsorbent yang paling sedikit mengandu air. mengandung Alumina perdagangan terse
dia dalam kondisi asam, netral, atau basa. Secara normal, silika gel sedikit ber
sifat asam. Senyawa senyawa basa teradsorbsi paling kuat Senyawasenyawa pada ad
sorbent asam, dan senyawa senyawa asam paling kuat teradsorbsi pada senyawaseny
awa adsorbent basa. Jika suatu senyawa adalah asam kuat atau basa kuat maka pemi
sahan asa. yang paling baik terjadi pada adsorbent yang sifat asamnya atau basan
ya hampir sama. Adsorbent yang sifatnya berlawanan dengan senyawa, dapat mengabs
orbsi senyawa dengan cukup kuat. Asam atau basa dapat mengkatalis reaksi reaksi
kimia seperti hidrolisis ester, m reaksireaksi isomerisasi ofelin, dan reaksi k
ondensasi aldehida dan keton. Oleh karena itu, senyawa yang rentan terhadap reak
si ini harus dikromatografi pada suatu adsorbent yang tidak akan menimbulkan rea
ksi imbulkan reaksireaksi tersebut. 90
Pelarut Pengelusi Pelarut pengelusi yang digunakan untuk kromatografi kolom adal
ah sama dengan yang digunakan untuk KLT (lihat Tabel 8.2). Semakin polar pelarut
yang digunakan semakin cepat pula semua komponenkomponen dalam campuran dalam
campuran bermigrasi melalui kolom. Rendah atau tidak adanya pemisahan komponenk
omponen nonpolar dari suatu campuran dapat terjadi bila digunakan pelarut polar.
Pada sisi lain, bila pelarut nonpolar digunakan untuk mendapatkan pemisahan opt
ium senyawasenyawa nonpolar maka komponenkomponen polar dalam campuran tidak ak
an terelusikan. Untuk menyelesaikan masalah semacam itu dan untuk mencapai pemis
ahan yang optimum senyawa polar dan senyawa nonpolar dalam suatu campuran, kompo
sisi pelarut yang melewati kolom dapat diubah secara bertingkat ke pelarut yang
lebih polar dengan cara menaikkan komposisi pelarut yang lebih polar dalam suatu
campuran dua pelarut (gradient elution). Sebagai alternatif, dibuat langkahlan
gkah perubahan komposisi pelarut untuk memperoleh pemisahan yang optimum. Tabel
8.4. Urutan Kenaikan Kekuatan Elusi Pelarut Murni dan Campuran Pelarut Metanol E
tanol 1Propanol Tetrahidrofuran Etil asetat Etil etermetanol (99:1) Etil eter
Sikloheksanaetil asetat (20:80) Dikorometanaetil eter (60:40) Sikloheksanaeti
l asetat (80:20) Kloroform Dikorometana Benzena Toluena Sikloheksana
Heksana Sumber: Doyle, M. P. dan Mungall, W. L., 1980
Pemilihan sistem pelarut untuk pemisahan suatu campuran dengan kromatografi kolo
m didasarkan atas studi sistematis analisis pelarut pemisahan campuran dengan KL
T. Meskipun demikian, hasil yang diperoleh dari KLT dimungkinkan tidak langsung
diterapkan dalam kromatografi kolom. Hal ini karena kromatografi kolom umumnya m
emberikan pemisahan yang rendah daripada yang dilakukan dengan KLT. Suatu 91
Kekuatan elusi meningkat
langkah atau gradient elution paling berguna bila kromatogram lapis tipis dari c
ampuran yang telah dikembangkan dalam suatu pelarut berpolarisasi rendah, memper
lihatkan pemisahan yang baik untuk senyawasenyawa nonpolar, sedangkan komponen
komponen polar ada pada titik asal. Kolom Kromatografi Kemasan penyerap dalam ko
lom gelas harus merata, tanpa ada rongga udara atau retakan. Penyerap yang tidak
merata dalam kolom dapat mengganggu jalannya eluen dan mencegah pemisahan yang
optimum. Metode pengemasan padatan penyerap dalam kolom yang umumnya cukup berha
sil adalah teknik pengemasan bubur (slurry packing technique). Di dalam metode i
ni, kolom dijepit erat dengan posisi tegak dan kran tertutup. Jika kolom dilengk
api dengan pelat gelas berlubang, pasang kertas saring di atas pelat gelas terse
but. Akan tetapi jika kolom tidak dilengkapi dengan pelat gelas, masukkan glass
wool. Kemudian masukkan pasir bersih ke dalam kolom sampai ketebalan 1 cm, lalu
kolom diisi dengan pelarut hingga volume kolom. Pelarut dan adsorbent dicampur d
alam gelas piala sampai membentuk bubur (slurry). Kran kolom dibuka hingga pelar
ut menetes ke dalam erlenmeyer. Kemudian bubur penyerap dan pelarut dituang ke d
alam kolom pada kecepatan tertentu, penuangan dan kecepatannya dipertahankan sam
pai mencapai tinggi yang diinginkan. Dalam pengemasan kolom, tinggi pelarut haru
s dijaga agar tetap diatas permukaan adsorbent. Seperempat bagian kolom pada bag
ian atas (puncak) biasanya tidak diisi dengan adsorbent. Hal ini dimaksudkan unt
uk dijadikan penampung pelarut. Pada saat kolom sudah terisi dengan adsorbent de
ngan ketinggian yang diinginkan, pelarut dialirkan dari kolom hingga tinggi cair
an hanya mencapai permukaan adsorbent. Sekarang kemasan kolom sudah siap digunak
an. Penempatan Contoh ke Dalam Kolom Di dalam prosedur yang digunakan untuk krom
atografi kolom, campuran yang akan dipisahkan dilarutkan ke dalam sedikit mungki
n pelarut yang sesuai (maksimum volume pelarut yang digunakan untuk melarutkan c
ontoh harus tidak lebih dari 1/20 volume kemasan kolom). Jika total campuran tid
ak larut dalam pelarut sejumlah itu, maka dapat ditambahkan sedikit pelarut pola
r. Dengan bantuan pipet, larutan campuran dipindahkan ke atas puncak padatan pen
yerap dalam kolom (Gambar 8.11). 92
Kran pada dasar kolom dibuka dan pelarut mengalir keluar sampai ting larutan tin
ggi contoh dalam kolom hanya mencapai puncak padatan penyerap. Dengan sangat hat
i hatihati, cuci sisa contoh yang menempel pada puncak kolom dengan menggunakan
pelarut segar sesedikit mungkin. Tambahkan pasir bersih pada puncak kolom sampai
mencapai ketebalan 1 cm, untuk mencegah rusaknya adsorbent di dalam proses pena
mbahan ebalan pelarut pengelusi. Bagian kolom yang kosong diisi dengan pelarut.
Pelarut yang
mengalir dari kolom di kumpulkan dalam fraksi fraksi yang terpisah. kecepatan al
iran fraksifraksi dan ukuran fraksi tergantung pada diameter kolom. Umumnya, 10
mL fraksi terkumpul pada kecepatan 12 mL/ menit dari kolom berdiameter dalam 1
cm, 50 mL fraksi 2 berdiameterdalam terkumpul pada kecepatan 4 5 mL/ menit dar
i kolom yang berdiameter 45 berdiameterdalam 2 cm, dan bahkan fraksi yang lebi
h besar dapat terkumpul pada kecepatan alir yang lebih cepat dari kolom yang ber
diameter berdiameterdalam lebih besar.
Gambar 8.11. Prosedur untuk kromatografi kolom Karena perbedaan kepolaran maka k
omponen komponen contoh berimigrasi komponenkomponen melalui kolom dengan kecep
atan yang be berbedabeda, sehingga komponen beda, komponenkomponen contoh terp
isah dan terkumpul pada fraksi eluat yang berbeda. Masing Masingmasing fraksi d
ipekatkan dengan evaporasi. Larutan pekat yang dihasilkan dianalisis dengan KLT
untuk menentukan komposisi materi dalam fraksi. Selanjutnya fraksi yang mengandu
ng Selanjutnya komponen murni yang sama digabung, dan komponen tersebut telah te
risolasi. 93
IX. TEKNIK PENYIAPAN CONTOH UNTUK ANALISIS SPEKTROSKOPI
Spektroskopi adalah metode elusidasi struktur yang sering digunakan setelah mela
kukan sintesis atau isolasi suatu senyawa komponen bahan alam. Metode ini melipu
ti spektroskopi Ultraviolet dan Tampak (dalam bahasa Inggeris disingkat UVVis s
pectroscopy), spektroskopi InfraMerah (Infrared spectroscopy, IR), spektroskopi
Resonansi Magnet Inti Proton Hidrogen (proton nuclear magnetic resonance spectr
oscopy, 1HNMR), dan Spektroskopi Massa (mass spectroscopy, MS). Cara penyiapan
contoh untuk keperluan analisis dengan metodemetode tersebut adalah berbedabed
a.
9.1 Analisis Spektroskopi Ultraviolet dan Tampak (UVVis)
Meskipun spektrometer dapat mengukur spektra UV contoh padatan dengan memantulka
n sinar di atas permukaan padatan tersebut, akan tetapi kimiawan organik secara
rutin mengukur spektra UV senyawa organik dalam bentuk larutan di dalam suatu se
l khusus. Ada tiga faktor yang harus diperhatikan di dalam menyiapkan contoh unt
uk analisis UV, yaitu jenis sel, konsentrasi larutan, dan pelarut yang digunakan
.
Sel
Sel untuk spektroskopi UV terbuat dari kuarsa, gelas atau plastik. Meskipun kuar
sa transparan pada seluruh daerah antara 200700 nm, akan tetapi gelas dan plast
ik terpotong di daerah antara 350 dan 300 nm, tidak tempus sinar pada daerah pan
jang gelombang yang lebih pendek dari itu, dan hanya digunakan dalam daerah spek
trum sinar tampak. Oleh karena itu, untuk analisis pada daerah ultraviolet maka
spektrsokopi harus menggunakan sel kuarsa. Ada beberapa kekurangan sel kuarsa, y
aitu mudah pecah dan sangat mahal daripada gelas dan plastik, dan harus ditangan
i dengan sangat hatihati. Meskipun sel plastik lebih murah, akan tetapi sel pla
stik hanya dapat digunakan dengan pelarut tertentu, biasanya air atau alkohol. A
papun bahannya, sel UV yang baku berbentuk kubus dengan ketebalan 1 cm dan tingg
i 3 cm (Gambar 9.1). Permukaan yang dihadapkan kepada berkas sinar, dan sel dibu
at sedemikian rupa sehingga panjang lintasan yang dilalui oleh sinar tepat 1 cm.
Permukaan lain dibuat kasar untuk membedakan dengan permukaan yang halus, dan p
ermukaan kasar tersebut yang pegang bila memegang sel. Untuk mengurangi volume d
an panjang sel tersebut 94
dapat dilakukan dengan memasang filler plugs. Selsel bervolume kecil dengan pan
jang 1 cm juga telah tersedia. Jika volume larutan yang ada sangat sedikit maka
dapat digunakan mikrosel. Mikrosel adalah suatu sel dengan luas penampang intern
al 2 mm dan panjang sependek 0,1 mm.
Gambar 9.1 Sel UV baku 1 cm Berbagai macam sel kuarsa yang dapat digunakan untuk
menentukan spektra senyawa dalam fase gas juga telah tersedia. Selsel tersebut
dilengkapi dengan pipa aliran gas masuk dan keluar, serta mempunyai panjang ant
ara 1,0 sampai 100 mm. Telah tersedia pula sel berjaket yang dapat dilalui caira
n bersiskulasi untuk mengontrol temperatur.
Konsentrasi larutan
Di dalam menyiapkan larutan, contoh harus ditimbang dengan teliti dan volumenya
harus diukur dengan labu ukur. Pengenceran dapat dilakukan sampai konsentrasi ya
ng dikehendaki tercapai. Kebersihan sel adalah suatu hal yang sangat penting. Se
l harus dibilas beberapa kali dengan pelarut dan diperiksa absorpsinya. Pembilas
an sel dapat dilakukan pula dengan menggunakan deterjen atau asam nitrat panas u
ntuk menghilangkan sisasisa contoh sebelumnya. Absorbansi suatu contoh adalah s
ebanding dengan konsentrasi dan panjang sel yang dilalui sinar, sesuai dengan pe
rnyataan A=Cl Jika mnggunakan sl UV standar, l = 1, maka 95
A=C Olh karna harga maksimum A yang biasa dapat dijangkau olh spktromtr ada
lah 2 maka prlu mmilih suatu konsntrasi yang akan mmbrikan harga A ttap b
rada dalam cakupan trsbut. Mskipun harga kofisin kstinsi rlatif sulit dik
tahui, tapi hal ini dapat diakali karna tidaklah lazim bagi snyawa organik m
mpunyai dngan nilai 10.000 atau lbih. Untuk mnrapkan harga l = 1 dan = 10.00
0 k dalam hukum Br-Lambrt agar mnghasilkan harga A = 1 maka prlu suatu lar
utan yang konsntrasinya 10-4 M (0,0001 M). Jadi apabila di dalam suatu analisis
dngan spktroskopi UV mmbrikan harga A yang sangat bsar maka jalan kluarny
a adalah mlakukan pngncran trhadap contoh yang dianalisis. Masalah lain yan
g mungkin ditmui dalam spktra UV adalah snyawa yang dianalisis mmpunyai dua
kromofor dngan kofisin kstinsi lbar. Sbagai contoh, snyawa mungkin mmpun
yai sbuah kromofor dngan kofisin kstinsi 10.000 pada pnyrapan 250 nm, dan
snyawa ini mungkin pula mmiliki pnyrapan dngan intnsitas yang lbih lmah
( = 100) yang disbabkan olh kromofor lain, katakanlah pada 350 nm. Jika spktr
omtr dijalankan pada konsntrasi 0,0001 M maka mungkin kita dapat mlihat punc
ak yang lbar (A = 1) pada 250 nm, tapi kromofor kdua akan mmpunyai srapan 0,
01; yakni sbuah puncak yang sangat kcil dan mungkin saja hilang. Masalah ini d
apat disiasati dngan mlakukan analisis pada dua konsntrasi yang brbda dnga
n faktor prbdaan 100. Prtama buatlah konsntrasi yang lbih pkat dan jalanka
n spktrumnya, kmudian ncrkan contoh trsbut dan jalankan spktrumnya.
Plarut
Prsyaratan utama trhadap suatu plarut untuk spktroskopi UV adalah plarut t
rsbut harus transparan trhadap sinar UV dngan ksluruhan panjang
glombangnya. Banyak jnis plarut yang mmnuhi syarat trsbut (Tabl 9.1). Ti
ga plarut yang umum adalah siklohksana, tanol 95 %, dan 1,4-dioksana. Sikohk
sana transparan pada darah di bawah 210 nm. Snyawa aromatik trutama aromatik
poli-inti biasanya larut dan spktranya sangat ssuai dngan struktur stabilnya
bila ditntukan dalam siklohksana. Struktur yang stabil suatu snyawa sring ka
li tidak tampak bila ditntukan dalam plarut polar.
96
Etanol 95% adalah pilihan yang baik bila diprlukan plarut yang polar. Jika ta
nol absolut yang mngandung bnzna digunakan dalam pnyiapan contoh, maka bnz
na trsbut dapat dihilangkan dngan cara fraksionasi. Batas trndah transparan
si tanol adalah dkat 210 nm. Plarut 1,4-doioksana dapat dimurnikan dngan car
a mndistilasi plarut trsbut dari natrium. Bnzna pngotor dalam plarut tr
sbut dapat dihilangkan mnambahkan mtanol dilanjutkan dngan distilasi untuk m
nghilangkan azotrop bnzna-mtanol. Plarut 1,4-dioksana transparan di bawah
darah skitar 220 nm. Di dalam analisis UV dngan mnggunakan spktromtr yang
bkrja atas prinsip doubl bam, adanya pnyrapan yang disbabkan olh plaru
t akan trhapus pada dtktor. Mskipun plarut tidak mngandung kromofor, dia a
kan mnyrap 100% sfktif dngan contoh pada panjang glombang trtntu, dan u
mumnya pada darah ujung bawah UV. Titik pmotongan panjang glombang srapan brb
agai plarut dibrikan dalam Tabl 9.1. Tabl 9.1 Titik pmotongan untuk plarut d
alam spktroskopi UV Plarut Air n-Hksana Etanol Dikloromtana Kloroform
Sumbr : Harwood dan Moody, 1989
Kisaran Titik pmotongan 190 200 205 220 240
9.2 Analisis Spktroskopi Inframrah
Spktra inframrah dapat dirkan dari contoh yang brupa cairan, padatan, atau g
as. Untuk mrkam spktra, contoh ditmpatkan pada sl ssuai dalam ruang spktr
omtr IR. Umumnya sl contoh trbuat dari natrium klorida. Tknik pnangan cont
oh-contoh trsbut adalah brbda-bda.
Cara pnanganan contoh cairan dan larutan
Cairan dapat dianalisis sbagai mull (lumatan) atau larutan. Cairan lumatan dit
mpatkan di antara plat garam NaCl tanpa pngukuran jarak. Pnkanan trhadap ca
iran lumatan trsbut akan mnghasilkan film dngan ktbalan 0,01 mm atau lbih
tipis lagi. Untuk pmbuatan film smacam itu diprlukan contoh sbanyak 1-10 mg
.
97
Film tbal dari contoh cairan biasanya mnyrap kuat dan mnghasilkan spktrum y
ang baik.
Gambar 9.2 Prolhan spktra IR pada cairan : (a) 1 atau 2 tts cairan ditmpat
kan pada pusat plat natrium klorida; (b) plat kdua diltakkan di atas, dan k
dua plat dirapatkan plan-plan; (c) kdua plat dipasang pada pndukung contoh
.
Larutan ditmpatkan dalam sl yang mpunyai ktbalan 0,1-1,0 mm. Volum 0,1-1,0
mL dari larutan 0,05-10,00 % biasanya sudah cukup untuk dianalisis dngan sl y
ang lazim trsdia (Gambar 9.3).
Gambar 9.3 Cara pngisian yang bnar sbuah sl brptutup Sbuah sl pnyimban
g yang brisi plarut murni ditmpatkan dalam ruang brkas sinar pmbanding. Dn
gan dmikian spktrum yang diprolh adalah smata-mata brasal dari zat trlaru
t karna srapan dari plarut tlah dicgah olh alat untuk mncapai dtktor. 9
8
Plarut yang dipilih harus kring dan transparan trhadap sinar yang digunakan.
Apabila ksluruhan spktrum mnjadi mnarik prhatian (spktrum zat trlarut da
n plarut kduanya muncul) maka analisis harus dilakukan dngan bbrapa plarut
. Pasangan plarut yang umum adalah karbon ttraklorida (CCl4) dan karbon disuld
ida (CS2). Karbon ttraklorida bbas dari absorpsi pada frkunsi di atas 1333 c
m-1, sdangkan CS2 mmprlihatkan sdikit absorpsi di bawah 1333 cm-1. Kombinasi
plarut dan zat trlarut yang braksi harus dihindari. Sbagai contoh, CS2 tid
ak dapat digunakan sbagai plarut untuk amina primr dan skundr. Alkohol-alko
hol amino braksi lambat CS2 dan CCl4.
Cara pnanganan contoh padatan
Padatan biasanya dianalisis sbagai mull (lumatan dalam cairan yang kntal), pl
t dngan halida anorganik, atau suatu dposit brbntuk film kaca. Lumatan dibu
at dngan cara mngrus 2-5 mg padatan trsbut dngan mortar sampai halus. Png
grusan dilanjutkan lagi stlah padatan dittsi dngan 1-2 tts minyak pmbua
t lumatan (umumnya nujol atau fluorolub). Ukuran partikl trsuspnsi harus lb
ih kcil dari 2 m untuk mnghindari pnghamburan radisasi yang brlbihan. Lumata
n trsbut dianalisis sbagai film di antara plat garam. Plt dibuat dngan ca
ra mncampur 0,5 1,0 mg contoh dngan kurang lbih 100 mg tpung KBr. Campuran t
rsbut ditkan dngan pralatan khusus pada tkanan 10.000-15.000 psi shingga
mnjadi cakram yang transparan. Kualitas spktrum trgantung pada kkompakan cam
puran dan kcilnya ukuran partikl yang ada di skitar 2 m atau lbih kcil lagi.
Mikrocakram dngan diamtr 0,5-1,5 mm dapat digunakan dngan sbuah kondnsr
brkas sinar. Dngan tknik mikrocakram ini mmungkinkan kita untuk mnganalisis
contoh skcil 1 g. Pita dkat 3448 dan 1639 cm-1 yang disbabkan olh klmbaba
n sringkali tampak dalam spktra yang diprolh dngan tknik prssd-disk. Pn
ggunaan cakram atau plt KBr sringkali dihindari karna mnuntut cara pmbuata
n plt yang bagus. Tknik KBr sprti itu dapat diprmudah mlalui MiniPrss (G
ambar 9.4b) yang mampu mnydrhanakan prosdur; yakni contoh-KBr ditmpatkan da
lam lubang yang dilngkapi dngan satu baut pada sisinya. Baut yang kdua dimasu
kkan dan dikncangkan dngan kunci. Plpasan baut-baut trsbut kmbali akan m
ninggalkan plt dalam lubang. 99
Tknik film dposit hanya brguna jika bahan dapat didposit dari larutan atau l
lhan dingin sbagai mikrokristal atau film brupa kaca. Film-film kristal umum
nya mnybabkan hamburan sinar. Orintasi kristal trtntu dapat mnghasilkan sp
ktra yang brbda dngan spktra hasil analisis partikl yang orintasinya acak
sbagaimana yang ada dalam lumatan atau cakram halida. Tknik film dposit sang
at brguna untuk mmprolh spktra rsin atau plastik. Hati-hatilah jika akan m
mbbaskan contoh dari plarut mlalui vakum atau pmanasan yang ringan.
Gambar 9.4 (a) Salah satu jnis pnkan hidraulik dan mata untuk pmbuatan cakram
KBr; (b) Mini-Prss Umumnya suatu larutan ncr dalam plarut nonpolar mmbrika
n spktrum trbaik (paling kurang mnyimpang). Snyawa nonpolar mnghasilkan sp
ktra yang sama dalam fas trkondsasi (yakni cairan kntal, mull, cakram KBr, a
tau film tipis) sbagaimana yang dihasilkan dalam plarut nonpolar. Akan ttapi
snyawa polar krap kali mmprlihatkan fk ikatan hidrogn dalam fas trkond
nsasi. Sayangnya snyawa polar sring tidak larut dalam plarut nonpolar, dan ji
ka spktrum harus diprolh dari masing-masing fas trkondnsasi dan plarut po
lar; maka mtod yang trakhir trsbut akan mmprlihatkan fk ikatan hidrogn
yang mungkin ada antara zat trlarut dngan plarut. Brhati-hatilah jika mnan
gani sl garam. Contoh yang digunakan harus bbas air. Tangan tidak bolh brsn
tuhan dngan prmukaan optik. Jaga agar jangan sampai trkontaminasi dngan sili
kon karna sangat sulit dihilangkan dan mmpunyai pola absorpsi yang kuat.
100
Cara pnanganan contoh gas dan cairan atsiri
Spktra gas atau cairan atsiri dapat diprolh dngan cara mngmbangkan contoh
trsbut dalam sl. Mskipun sl-sl gas yang trsdia mmpunyai panjang bbrap
a sntimtr sampai 40 mtr, akan ttapi ruang contoh dalam spktrofotomtr in
framrah standar tidak akan mmuat sl yang panjangnya mlbihi 10 cm. Dalam pra
ktknya, spktrum inframrah fas gas jarang diprlukan karna biasanya snyawa
smacam itu akan lbih mudah dianalisis dngan kromatografi cair gas. Cairan ats
iri dapat dianalisis dalam sl trtutup dngan ruang yang sangat tipis. Contoh y
ang dapat mlarutkan plat natrium klorida dapat dianalisis mnggunakan plat p
rak klorida.
9.3 Analisis Spktroskopi 1H-NMR
Spktra NMR rsolusi-tinggi diprolh pada contoh dalam bntuk larutan. Pnyiapa
n contoh untuk spktroskopi NMR mmrlukan pmilihan plarut, pngaturan konsnt
rasi zat trlarut agar dapat trukur, pnurunan konsntrasi sdmikian rupa shi
ngga kbradaan pngotor dalam contoh tidak mngganggu homognitas mdan dalam p
ngukuran contoh. Kbradaan partikl padat dalam larutan sdapat mungkin dipind
ahkan karna dapat mnimbulkan gangguan mdan magnt statis dan mnybabkan mnu
runannya rrsolusi spktromtr. Tabl 9.2 Sifat-sifat bbrapa plarut NMR brd
utrium Plarut Aston-d6 Astonitril-d3 Bnzna-d6 Kloroform Dikloromtana-d2
Dimtilsulfoksida-d6 Mtanol-d4 Piridina-d5 Ttrahidrofuran-d8 Toluna-d8 Harga
rlatif 10 15 10 1 20 10 20 20 150 20 t.l. (C) -93 -48 7 -64 -97 18 -98 -42 -106
-93 t.d. (C) 55 81 79 61 40 190 65 114 65 110 1H 2,05 1,95 7,16 7,27 5,32 2,50 3,
31 8,71; 7,55; 7,19 3,58; 1,73 7,1-6,9; 2,09
*Harga relatif aalah prakiraan harga per satuan berat, relatif terhaap klorofo
rm- Sumber : Harwoo an Mooy, 1989
Banyak pelarut yang cocok igunakan alam spektroskopi NMR, tetapi pelarut terse
but harus iganti hirogennya engan euterium. Semua pelarut organik telah ters
eia alam bentuk tereuteium meskipun beberapa i antaranya relatif mahal (Tabe
l 9.2). Untuk analisis 1H-NMR rutin, kloroform- (CDCl3) aalah pelarut yang pal
ing 101
serba guna an ekonomis. Puncak kecil an tajam ari proton pengotor CDCl3 yang
biasa muncul paa 7,27 jarang menimbulkan gangguan yang serius. Untuk contoh yan
g sangat encer, harus menggunakan CDCl3 engan kemurnian 100%. Contoh untuk 1H-N
MR biasanya isiapkan alam tabung gelas beriameter luar 5 mm an panjang 15-25
cm yang khusus ibuat untuk spektroskopi NMR (Gambar 9.5a). Volume pelarut yang
itempatkan alam tabung aalah bervariasi, tergantung paa moel spektrometer
yang igunakan; akan tetapi biasanya antara 0,4-0,7 mL. Jangan salah alam pengi
sian tabung! Hanya sebagian kecil ari total panjang tabung (sekitar 3-5 cm) yan
g berisi larutan. Paa peralatan 60 MHz iperlukan paling seikit 25 mg zat untu
k menapat spektra yang baik. Paa peralatan yang lebih moeren (peralatan mean
-tinggi), jumlah zat yang iperlukan turun menjai lebig kecil aripaa 1 mg. Pa
a konisi yang sesuai, imungkinkan pula untuk memperoleh spektrum ari senyawa
yang jumlahnya kurang ari 1 g engan menggunakan tabung mikro an peralatan ber
frekuensi 500 MHz. Untuk menghinari maslah penggumpalam partikel alam contoh,
maka penyiapan contoh ilakukan alam sebuah botol kecil, kemuian isaring lang
sung ke alam tabung NMR. Hal ini apat ilakukan engan pipet pasteur yang tela
h iisi engan wool kapas (Gambar 9.5b). Wool kapas apat iganti engan wool ge
las, meskipun penyaringan menjai tiak seefektif engan bila menggunakan wool k
apas.
102
Gambar 9.5 (a) Tabung contoh NMR, (b) Susunan alat penyaringan contoh NMR Contoh
untuk
13
C-NMR secara traisional isiapkan alam tabung beriameter
luar 10 atau 15 mm an memerlukan pelarut 1-3 mL. Cara ini memerlukan jumlah zat
yang banyak (sekitar 150-200 mg) untuk memperoleh spektra yang baik. Akan tetap
i engan perkembangan teknologi telah itemukan peralatan spektrometer yang apa
t igunakan untuk analisis 1H-NMR an 13C-NMR terhaap contoh yang sama.
9.4 Analisis Spektrometer Massa Cara menghinari kontaminan
Di alam menyiapkan contoh, kebanyakan kimiawan organik hanya memperhatikan tent
ang penempatan contoh secara seerhana i alam sebuah tabung berlebel an menga
jukannya untuk ianalisis. Akan tetapi spektrometer yang mempunyai kepekaan ting
gi perlu contoh yang terhinar ari kontaminan. Banyak contoh murni yang telah m
enghasilkan spektra massa yang tak apat iterima atau salah arah karena suatu h
al yang tak terpikirkan i alam penyiapan contoh yang akan 103
ianalisis. Sumber masalah kebanyakan berasal ari penggunaan penutup tabung/bot
ol moel sumbatan yang berbahan plastik. Bahan plastik yang terlepas masuk ke a
lam contoh akan memberikan puncak palsu i alam spektra massa. Perhatian! Janga
n menggunakan penutup tabung moel sumbatan menutup contoh yang akan ianalisis
engan spektrometer massa. Jenis plastisizer yang igunakan plastik (Tabel 9.3)
mempunyai berta molekul alam kisaran 200-300. Tabung/botoh yang paling baik gun
akan untuk penyimpanan contoh yang akan ianalisis engan spektrometer massa aa
lah yang bersekrup an berlapis aluminium paa penutupnya. Meskipun emikian, pe
nyumbat plastik bukanlah satu-satunya sumber kontaminan plastisizer. Karet pipet
atau bahkan lapisan belakang pelat KLT juga apat menjai sumber kontaminan pla
stizer. Jenis kontaminan lain yang sering itemukan alam spektra massa aalah g
emuk silikon an polimer hirokarbon. Sumber bahan-bahan kontaminan tersebut pen
golesan yang berlebih paa kran kolom kromatografi atau corong pisah. Oleh karen
a itu, hati-hatilah ketika mengoles asa gelas engan film parafin. Hirokarbon s
ering muncul sebagai eretan puncak terpisah engan satuan massa 14 yang intensi
tasnya menurun engan meningkatnya berat molekul. Bahan kontaminan ini cenerung
tiak menghasilkan ion molekular tertentu sehingga keberaaannya lebih menyebab
kan kenampakan puncak menjai tiak memuaskan aripaa menyebabkan kesalahan ara
h alam interpretasi. Meskipun emikian, contoh yang menghasilkan puncak ion mol
ekular yang lemah apat itimpa oleh puncak kontaminan. Gemuk silikon aalah sua
tu kasus yang berbea yang menghasilkan puncak yang sangat berbea alam spektra
massa.
Kepatutan Contoh
Meskipun teknik analisis spektroskopi massa hanya memerlukan contoh alam jumlah
yang kecil, akan tetapi jumlah contoh yang kurang aripaa cukup akan membuat o
perator menjai kesulitan. Di samping itu, jumlah contoh yang besar akan menurun
kan pengaruh kontaminan paa kenampakan spektra. Meskipun emikian, tiak aa pe
rlunya untuk menyeiakan bahan alam jumlah graman, biasanya akan cukup engan h
anya beberapa mg untuk kristal atau lebih seikit lagi untuk minyak kental. Bila
memungkinkan, sebaiknya contoh cair iseiakan alam waah yang asarnya lancip
i mana contoh terakumulasi sehingga muah ipinahkan. Jangan lupa memberi lab
el yang jelas paa tabung ana engan nama ana, alamat i mana ana 104
bisa ihubungi, struktur yang mungkin contoh ana, an sifat bahaya yang imilik
inya. Normalnya ata-ata tersebut itulis alam sebuah lembaran khusus an ala
m buku pesanan. Rasa saling percaya an menghormati antara ana engan operator
seharusnya selalu ijunjung tinggi; sekali kepercayaan itu hilang maka sulit unt
uk ipulihkan kembali. Jangan memberikan bahan berbahaya atau beracun untuk ian
alisis sebelum menbicarakannya terlebih ulu engan operator.
Derivatisasi contoh
Proseur umum erivatisasi contoh untuk analisis GC-MS (Gas ChromatographyMass S
pectroscopy) melibatkan konversi gugus polar seperti alkohol, amina, an asam ka
rboksilat menjai turunan sililat, asetilat atau metilat, an beberapa proseur
lainnya. Derivatisasi iperlukan alam pengukuran spektrometer massa bukan hanya
untuk membuat bahan tersebut menjai lebih atsiri tetapi juga untuk membuat pun
cak ion molekulnya lebih melimpah atau pola fragmentasinya menjai lebih jelas.
Pemasukan contoh
Pemilihan metoe memasukkan contoh ke alam spektrometer massa biasanya itentuk
an oleh sifat fisik bahan yang ianalisis. Sistem keseluruan irancang agar apap
un wuju bahannya apat masuk secara terkontrol an terukur tampak merusak siste
m pemakuman alam alat. Contoh beratsiri seang apat imasukkan melalui pintu m
asuk yang ipanaskan (heate inlet) alam mana bahan terifusi ke alam penampun
g yang bertekanan 10-2 mmHg an temperatur sampai 350oC. Penampung tersebut ihu
bungkan ke bagian alat yang bertekanan sangat renah engan cakram berpori sehin
gga contoh apat mengalir ke alam bilik pengionan.
Gambar 9.6 Sistem pemasukan contoh engan sebuah pintu masuk yang panas 105
Kekurangan susunan alat ini aalah senyawa yang tiak stabil terhaap panas akan
terurai paa iining penampung sebelum masuk ke alam bilik pengionan. Suatu s
ekat pintu masuk apat igunakan untuk contoh yang berupa cairan, tetapi bahan y
ang kestabilan termalnya renah biasanya imasukkan ke alam spektrometer engan
menggunakan sebuah alat penyisip langsung (irect insertion probe). Contoh imu
atkan paa ujung kramik peralatan yang terpasang paa sebuah gelas kapiler, an
alat tersebut imasukkan melewati kunci pemakum ke alam bilik pengionan i mana
contoh itembak engan berkas elektron (Gambar 9.7). Ujung alat tersebut apat
pula ipanaskan engan elemen platina sampai temperatur i mana contoh apat ia
nalisis.
Gambar 9.7 Alat penyisipm langsung untuk bahan yang tiak stabil terhaap panas
106
PERCOBAAN ISOLASI : PERCOBAAN 1 ISOLASI KAFEIN DARI DAUN TEH DAN BUBUK KOPI
O H3C N O N CH3 kafein
A. PENDAHULUAN
CH3 N N
Kepopuleran minuman teh an kopi sebagai stimulan lembut terutama karena aanya
kafein yang terkanung i alamnya. Kafein bertinak sebagai stimulan sistem sar
af pusat, merelaksasi otot halus tenggorokan, an bersifat iuretik. Kafein terk
onsentrasi alam berbagai varitas teh, meliputi teh hitam an teh hijau, an ka
arnya tergantung paa konisi iklim, topografi aerah tumbuhnya, an cara pengol
ahannya. Teh hitam cina menganung kafein antara 2,6 3,6%, teh Brazil antara 2,2
2,9%, an teh Turki antara 2,1 4,6%. Selain kafein, i alam teh itemukan furi
n lain alam jumlah yang kecil. Michl an Haberler (1954) memisahkan senyawa-sen
yawa berikut ari teh hitam: kafein 2,5%, teobromin 0,17%, teofilin 0,013%, aen
in 0,014%, an runutan guanin, santin, an hiposantin. Kafein juga telah iisola
si oleh Friese (1935) ari biji Genipa americana (2,25%) an oleh Stenhouse (185
4) ari biji kopi. B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN 1. Maksu percobaan ini aalah
untuk meperkenalkan salah satu metoe isolasi senyawa golongan alkaloi. 2. Tuj
uan percobaan ini aalah untuk mengisolasi senyawa kafein ari serbuk aun teh 
an bubuk kopi. C. PRINSIP PERCOBAAN Percobaan ini melibatkan isolasi kafein ari
aun teh/bubuk kopi engan etil alkohol, absorspsi ekstrak paa magnesium oksi
a, an eabsorpsi kafein kasar engan menggunakan air panas.
Praktikum Isolasi
107
D. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan-bahan: Teh (serbut teh halus) Magnesium oksia Etanol
95% Kloroform Asam sulfat 10% Larutan natrium hiroksia 1% 50 g 25 g
2. Alat-alat Ekstraktor Soxhlet Rotary evaporator Alat-alat yang lazim igunakan
alam Laboratorium Kimia organik.
E. CARA KERJA Rangkai alat ekstraktor Soxhlet lalu tempatkan 50 g serbuk aun te
h (atau bubuk kopi) alam tabungnya (thimble), selanjutnya lakukan soxhletasi se
lama 3 jam engan 200 mL pelarut etanol. Pinahkan ekstrak ke alam labu alas bu
lat yang telah berisi 25 g magnesium okisia alam 150 mL air, an evaporasi sam
pai hampir kering i atas penangas uap. Diihkan resiunya engan 250 mL air (sa
tu kali) an saring alam keaaan panas engan penyaring Buchner, proses iulang
engan 125 mL air (ua kali). Tambahkan 25 mL asam sulfat 10% ke alam filtratn
ya,kemuian pekatkan alam evaporator paa tekanan renah sampai volume menjai
1/3 ari volume semula engan menggunakan penangas air. Larutan isaring alam k
eaaan panas untuk meminahkan enapan yang terbentuk selama evaporasi, an kemu
ian filtratnya iekstraksi engan 15 mL kloroform lima kali. Ekstrak organik wa
rna kuning apat ihilangkan warnanya engan cara menambahkan beberapa mL laruta
n NaOH 1%, iikuti pencucian engan air (volume sama). Evaporasi sampai kering,
lalu rekristalisasi resiu ari air meniih (volume air kuranglebih 1 mL). Keri
ngkan kristal yang iperoleh alam esikator, timbang, an tentukan titik lelehn
ya. Titik leleh : 235oC.
Praktikum Isolasi
108
Uji Kafein: Seikit kafeina an 3 tetes asam nitrat itempatkan alam gelas arlo
ji an uapkan sampai kering. Penambahan 2 tetes amonium hiroksia menimbulkan s
uatu warna lembayung. Spektra IR Kafein (film paatan) 3134 cm-1 2850 cm-1 1705
cm-1 1660 cm-1 1604, 1548, 1440 cm 1470, 1358 cm 740 cm-1
-1 -1
: rentangan C-H : gugus N-CH3 : rentangan C=O : rentangan C=C tetrasubtitusi : s
istem pirimiina : bengkokan asimetris an simetris CH3 : rentangan C-N : eform
asi C-H
1230, 1197, 1020 cm-1
Spektra UV kafein :
air 278 m ( og 4,03) maks
=====
Praktikum Isolasi
109
PERCOBAAN 2 ISOLASI PIPERIN DARI MERICA HITAM DAN PUTIH
N CO CH O HC CH HC Piprin CH2 O
A. PENDAHULUAN
Piprin trbntuk dalam buah mntah (mrica hitam) dan dalam buah matang amrica
putih) dari Pipr nigrum dan Pipr clusii. Snyawa ini juga ditmukan dalam mr
ica panjang (Pipr longum) dan dalam kcamba Cubba cnsii. Piprin juga tlah d
iisolasi dari Pipr famchoni dan Pipr chaba. Kandungan piprin mrica hitam b
rvariasi dari 6 9%. Olh karna piprin hambar, bbrapa pnliti mnyangka bahw
a stroisomr chavicin yang mnyrtai piprin dalam mrica brtanggung jawab u
ntuk rasa utama dari mrica.
B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
1. Maksud prcobaan ini adalah untuk mprknalkan salah satu mtod isolasi sn
yawa golongan alkaloid. 2. Tujuan prcobaan ini adalah untuk mngisolasi snyawa
piprin dari bubuk mrica hitam dan mrica putih.
C. PRINSIP PERCOBAAN
Dalam prosdur brikut, piprin dikstraksi dari bubuk mrica hitan dan putih d
ngan tanol dan dapat diubah mnjadi komplks TNB (1,3,5-trinitrobnzna).
D. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan-bahan:

Bubuk mrica hitam Bubuk mrica putih Etanol 95%
Praktikum Isolasi
110

Kalium hidroksida 1,3,5-Trinitrobnzna
2. Alat-alat Ekstraktor Soxhlt Distilasi vakum
D. CARA KERJA Bubuk mrica 10 g dihaluskan sampai halus dan kstraksi dngan 150
mL 95% tanol dalam kstraktor Soxhlt slama 2 jam. Larutan disaring dan dipk
atkan dalam vaporaotor di atas pmanas air pada 60oC. Larutan ditambahkan 10 mL
larutan alkoholik kalium hidroksida 10% dan kmudian didkantasi dari rsidu ya
ng tidak larut. Larutan alkoholik di dibiarkan slama smalam, muncul kristal b
rbntuk jarum brwarna kuning. Campuran disaring dan kristal dikringkan di dala
m dksikator. Kristal hasil (kira-kira 0,3 g) ditntukan titik llhnya. Titik l
lh 125 126oC. Piprin mmbntuk padatan komplks dngan 1,3,5-trinitrobnzna
(campuran 1:1), brbntuk kristal jarum warna mrah, titik llh 130oC. Spktra
IR piprin (dalam KBr) 3000 cm-1 : rntanga C-H aromatik 1635, 1608 : rntanga s
imtris dan asimtris C=C (dina) 1608, 1580, 1495 : rntangan C=C aromatis (cin
cin fnil) 1635 : rntangan -CO-NGugus mtilndioksi: 2925, 2840 : rntangan asi
mtris dan simtris C-H alifatik 1450 : bnkokan CH2 1250, 1190 : rntangan asim
tris =C-O-C 1030 : rntangan asimtris =C-O-C 930 : paling khas untuk rntangan
C-O 1132 : bnkokan k dalam bidang C-H fnil 995 : bngkokan C-H untuk CH=CH- t
rans 850, 830, 805 : bngkokan kluar bidang C-H, 1,2,4-trisubstitusi fnil, dua
atom hidrogn brdkatan. Spktra UV piprin
EtOH 245m ( og 4,47) , 1-fnilbutadina brkonjugasi dngan CO-R dan kromofor mtil
ndioksi. maks
Praktikum Isolasi
111
PERCOBAAN 3 ISOLASI HESPERIDIN DARI KULIT JERUK MANIS
HO H O CH3 H H O H H OH HO H CH2 O H H OH OH Hspridin O O O OCH3 H OH
H
HO
OH
A. PENDAHULUAN Hspridin prtama-tama diisolasi olh Lbrton pada tahun 1828 d
ari albdo (spong bagian dalam kulit) jruk famili Hsprids, dan dibri nama h
spridin. Snyawa ini juga didtksi ada dalam jruk limun olh Phffr pada aw
al tahun 1874. Nohspridin adalah suatu snyawa isomr hspridin tlah diisol
asi brsama-sama dngan hspridin dari jruk asam muda olh Karrr pada tahun 1
949. Horowitz dan Gntili (1960) tlah mngisolasi snyawa trsbut dari Limun P
ondrosa. Hspridin tlah diisolasi pula dari Citrus mitis olh Sastry dan Row
pada tahun 1960. Nohspridin adalah suatu snyawa rasa pahit, trbntuk dalam
orang pahit (Citrus aurantium), sdangkan hspridin adalah suatu snyawa yang
tidak pahit, flavonoid yang dominan dalam jruk limun dan jruk manis biasa (Cit
rus sinsis). Hspirin tlah diktahui dapat mningkatkan klmasan pmbulu kapi
lr darah. B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN 1. Maksud prcobaan ini adalah untuk m
prknalkan salah satu mtod isolasi snyawa golongan flavonoid. 2. Tujuan pr
cobaan ini adalah untuk mngisolasi snyawa hspridin dari kulit jruk manis. C
. PRINSIP PERCOBAAN Hspiridin dapat diisolasi dngan dua mtod : (a) kulit kr
ing dikstraksi brturut-turut dngan ptrolun tr dan mtanol, plarut prtam
a mmindahkan minyak atsiri dan plarut kdua mmindahkan glikosida; (b) kstrak
si alkalin potongan kulit
Praktikum Isolasi
112
jruk dan pngasaman kstrak. Snyawa ini dapat dimurnikan scara fktif mlalu
i pngolahan dngan formamida-karbon aktif. Hal ini mnybabkan ktidak-larutnya
mnjadi tinggi, kristal trbntuk, hspridin adalah suatu flavonoid yang palin
g mudah diisolasi. D. ALAT DAN BAHAN 1. Alat-alat Blndr Labu alas bulat Kondn
sor Pnyaring Buchnr Dan alat-alat yang lazim digunakan dalam Laboratorium Kimi
a Organik.
2. Bahan-bahan Asam astat Kalsium hidroksida Clit Fri klorida E. CARA KERJA
Cara a: Kulit jruk kring sbanyak 100 g dihaluskan dalam blndr. Tpung ditm
patkan dalam labu alas bulat yang dirangkai dngan kondnsor rfluks. Stngah l
itr ptrolum tr (td. 40-60o) ditambahkan dan dipanaskan di atas pnangas air
slama satu jam. Isi labu disaring panas-panas dngan pnyaring Buchnr dan tp
ung dibiarkan kring pada tmpratur kamar. Tpung kring dimasukkan kmbali k
dalam labu dan ditambahkan 500 mL mtanol. Isi labu dirfluks slama 3 jam, sari
ng panas-panas dan dicuci dngan 100 mL mtanol panas. Filtrat dipkatkan dngan
vaporator, rsidu yang brbntuk sirup akan dikristalkan dari asam astat nc
r, hasilnya adalah kristal putih brbntuk jarum; titik llh 252-254oC. Pmurni
an hspridin dngan formamida Larutan 10% hspridin dalam formamida yang tlah
dibuat dngan cara mmanaskan hingga kira-kira 60oC, diolah slama 30 mnit dn
gan karbon aktif yang I Formamida Asam hidroklorida isopropanol Magnsium Mtano
l Kulit jruk Ptrolum tr Natrium borohidrida
Praktikum Isolasi
113
sblumnya dididihkan dngan asam hidroklorida ncr. (Catatan : formamida jika
diuji dalam suatu larutan brair 50% sharusnya sdikit brsifat asam. Jika tida
k, maka harus ditambahkan sdikit asam astat glasial atau asam format). Larutan
disaring mlalui Clit, dincrkan dngan air pada volum yang sama, dan dibia
rkan slama bbrapa jam sampai trbntuk kristal. Kristal hspridin disaring d
an dicuci, prtama dngan air panas dan kmudian dngan isopropanol. Kristal yan
g dihasilkan mmpunyai titik llh 261-163oC. Cara b: Sratus gram potongan-poto
ngan kulit jruk dan 350 mL larutan 10% kalsium hidroksida ditmpatkan dalam rl
nmyr dan diaduk sampai mrata, kmudian dibiarkan slama smalam pada tmpra
tur kamar. Campuran disaring mlalui corong Buchnr yang brisi lapisan tipis C
lit diatas krtas saring. Filtrat warna kuning diasamkan scara hati-hati dnga
n asam hidroklorida pkat hingga pH 4-5 shingga hspridin trpisah sbagai tp
ung amorp. Tpung trsbut dikumpulkan di atas corong Buchnr, dicuci dngan air
, dan dirkristalisasi dari formamida brair. Jika pngndapan hspridin pada p
nambahan asam hidroklorida brlangsung lambat, disarankan untuk mmkatkan laru
tan dngan vaporator. Uji frri klorida Pnambahan larutan frri klorida k dal
am hspridin mngahasilkan
mnghasilkan suatu warna mrah anggur. Uji rduksi magnsium-asam hidroklorida P
ada pnambahan scara brtts-tts asam hidroklorida pkat k dalam larutan b
rtanol hspridin yang mngandung magnsium mnimbulkan warna violt trang.
=========
Praktikum Isolasi
114
PERCOBAAN 4 ISOLASI TRIMIRISTIN DAN MIRISTISIN DARI BUAH PALA
CH2OCOC13H27 KOH CHOCOC13H27 CH2OCOC13H27 Trimiristin CHOH C2H5OH CH2OH Glisrol
+ CH2OH 3C13H27COOH Asam miristat
CH2-CH=CH2 CH3O
O O Miristisin
A. PENDAHULUAN
Smmlr (1890) tlah mngisolasi miristisin dari kcamba Myristica fragrans (pal
a). Snyawa ini juga tlah ditmukan dalam ptrsli Prancis (Thoma, 1903), dal
am minyak brtr tanaman Cinnamomum glanulifrum (Pickls, 1912), dalam minyak
orthodon (Huzita, 1940), dan dalam Ridolfia sgtum (Gattfoss, t al)1946). Ba
nyak pnlitian yang tlah brhasil mngisolasi str trimiristin dari buah pala
dngan kstraksi tr (Powr t al, 1908; Vrkad t al, 1927). Miristisin adal
ah snyawa bracun dan brsifat aktif narkotik.
B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN
1. Maksud prcobaan ini adalah untuk mprknalkan salah satu mtod isolasi sn
yawa golongan lipida. 2. Tujuan prcobaan ini adalah untuk mngisolasi snyawa s
nyawa trimiristin dan miristisn dari buah pala.
Praktikum Isolasi
115
C. PRINSIP PERCOBAAN Isolasi trimiristin (str) dan miristisin (turunan fnilpr
opan), mnghasilkan dua produk yang dominan, pkrjaan ini dislsaikan mlalui
kstraksi dngan kloroform. Snyawa-snyawa dipisahkan dngan mmindahkan plaru
t dan kmudian pnyaringan. Padatan trimiristin diolah dngan alkali, mnghaislk
an asan miristat. Miristisin dimurnikan dngan kromatografi kolom dan distilasi
fraksionasi. Mlalui brominasi mmbntuk suatu padatan turunan dibromo. D. BAHAN
DAN ALAT 1. Bahan-bahan Alumina Bromina Buah pala Etanol 2. Alat-alat Alat-alat
yang lazim digunakan dalam dalam laboratorium Kimia Organik D. CARA KERJA 1. Is
olasi trimiristin Tiga puluh gram potongan-potongan buah pala dan 200 mL klorofo
rm dirfluks slama 90 mnit di atas pnangas air, disaring mlalui krtas sarin
g lipat, dan dikringkan pada kalsium klorida. Larutan kloroformnya di saring, p
larutnya vaporasi pngurangan tkanan mninggalkan rsidu smi padat yang kmu
dian dilarutkan dalam 200 mL tanol (95%). Pada pndinginan, kristal trimiristin
mngndap dan disaring mlalui pnyaringan Buchnr, dan dicuci dngan tanol (9
5%) dingin. Kristal tak brwarna dan tak brbau yang diprolh akan mllh pada
54-55oC. Hasilnya skitar 6 g. Filtrat (mothr liquor) dan tanol pncuciannya
disimpan untuk isolasi miristisin. 2. Pnyabunan trimiristin Lima gram trimirist
in dan 100 mL kalium hidroksida 3,5% dalam tanol dirfluks slama 1 jam di atas
pnangas air, ditambahkan 150 mL air, dan tanolnya dipindahkan mlalui vapora
si pngurangan tkanan. Stlah pnyaringan, larutan diasamkan dngan asam hidro
klorida dan dibiarkan pada tmpratur kamar sampai asam miristat mmadat. Asan h
idroklorida Kalium hidroksida Ptrolum tr Etr
Praktikum Isolasi
116
Asam disaring dngan pnyaringan Buchnr dan dicuci dngan air. Rkristalisasi d
ari tanol ncr mnghasilkan 1 g asam, titik llh 51 52oC. 3. Isolasi miristis
in Cairan yang diprolh dari pmisahan trimiristin dipkatkan, rsidu yang dip
rolh dilarutkan dalam 20 mL ptrolum tr dan dikolomisasi dngan kolom pndk
yang mngandung 10 g alumina aktif. Elusi dngan 150 mL ptrolum tr dan vap
orasi shingga tinggal suatu minyak yang didistilasi farksinasi. Titik didih 150
oC/15 mm. Hasilnya kira-kira 2,5 g. 4. Pmbuatan dibromo miristisin Bromin 0,4 m
L ditambahkan brtts-tts k dalam 5 mL tr dingin (pndingin s). Larutan y
ang dihasilkan slanjutnya ditambahkan 1 g miristisin dalam 25 mL ptrolum tr
scara plan-plan sampai tidak ada lagi prubahan warna bromin yang ditramati
. Turunan dibromo trpisah sbagai kristal jarum yang disaring dan dicuci dngan
ptrolum tr, t.l. 124oC. Spktra IR trimiristin (dalam CS2) 2700 cm-1 : vibr
asi rntangan C-H 1748 : rntangan C=O str jnuh 1363 : vibrasi dformasi sim
tri gugus CH3 1231, 1154, 1106 : rntangan asimtri C-O-C str (umum untuk smu
a triglisrida asam lmak rantai panjang) 1035 : rntangan asimtri C-O-C str
710 : kibasan CH2 Spktra IR asam miristat (dalam CS2) 3500-3000 cm-1 : OH dari
COOH 2650 : vibrasi rntangan C-H 1760 : sbuah pita lmah yang mnyatakan gugus
karbonil monomr 1708 : sbuah pita kuat karbonil yang mnyrtai gugus asam kar
boksilat dimrik 1290 : kopling antara bngkokan O-H dalam bidang dan rntangan
C-O dimr 940 : bngkokan O-H dimr kluar bidang 720 : goyangan CH2
Praktikum Isolasi
117
PERCOBAAN 5 ISOLASI KAPSANTIN DARI LOMBOK
OH H3C CH3 CH3 HO CH3 CH3 Kapsantin CH3 CH3 CH3 H3C O
H 3C
A. PENDAHULUAN Pnnlitian prtama kali tntang pigmn lombok dilakukan olh Bra
connot dalam tahun 1817. dalam tahun 1927, Zchmistr dan von Cholnoky mmprol
h pigmn trsbut dari Capsium annuum (papprika) dalam bntuk kristal dan mngu
sulkan nama kapsantin. Kapsantin adalah sbuah kartonoid langka. Snyawa ini di
tmukan dalam bntuk str dalam buah matang Capsicum annuum dan Capsium frutsc
ns japonicum olh Zchmistr dan von Cholnoky pada tahun 1931. Karrr dan Oswa
ld (1935) mngamati bahwa Lilium tigrinum mngandung kapsantin. Kapsantin trads
orpsi dngan baik pada kalsium karbonat atau sng karbonat dari larutan karbon d
isulfida atau dari suatu campuran bnzna tr. B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN 1
. Maksud prcobaan ini adalah untuk mprknalkan salah satu mtod isolasi sny
awa golongan karotn. 2. Tujuan prcobaan ini adalah untuk mngisolasi snyawa k
apsantin dari lombok. C. PRINSIP PERCOBAAN Kapsantin adalah karotnoid utama dal
am lombok, mula-mula dikstraksi dari lombok dngan ptrolum tr pada tmprat
ur kamar. Olh karna kapsantin sprti juga karotnoid yang lain trjadi di ala
m dalam bntuk str, dia akan trsabunkan olh
Praktikum Isolasi
118
larutan mtanol kalium hidroksida pada tmpratur kamar. Untuk pmurnian, kapsan
tin kasar dikolonisasi dngan adsorbn yang ssuai. D. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan-b
ahan Bnzna Etr Ptrolum tr 2. Alat-alat Alat-alat glas yang lazim digunak
an dalam laboratorium Kimia Organik. E. CARA KERJA Lombok dipotong-potong dan di
kringkan pada suhu 35-40oC. Srbut halus sbanyak 100 g diaduk dngan 200 mL p
trolum tr (t.d. 40-60o) slama 4 jam pada tmpratur kamar dan kmudian disar
ing dngan corong Buchnr; ampasnya dicuci dngan 25 mL ptrolum tr. Larutan
warna mrah ptrolum tr dincrkan dngan tiga kali volum tr, ditambahkan
dngan 100 mL larutan 30 % kalium hidroksida dalam mtanol, dan campuran diaduk
slama 8 jam, dan fitosantin yang trbbaskan larut dalam tr. Lapisan tr dic
uci dngan air, dikringkan dngan natrium sulfat, dipkatkan dngan vaporator
vakum hingga mnjadi 80 mL, lalu dibiarkan dalam tmpat dingin slama 24 jam. Ka
psantin mrah disaring dan dikristalkan dari karbon disulfida dngan volum ss
dikit mungkin. Pmisahan kapsantin dari karotnid yang mnyrtainya, sprti za
santin dan kapsorubin difktifkan dngan kromatografi trhadap kalsium karbonat
atau sng karbonat. Karbon disulfida atau suatu campuran bnzna dan tr (1:1)
digunakan sbagai plarut untuk pngmbang kromatogram. Kristalisasi dari karbo
n disulfida mnghasilkan kristal bulat mrah tua yang titik llhnya 176oC. Pigm
n yang dikristalkan dari ptrolm tr sprti jarum, dan yang dari mtanol sp
rti prisma. Hati-hati jika bkrja dngan karbon disulfida, karna sangat mudah
trbakar. Raksi warna 1. Larutan kapsantin dalam kloroform jika diolah dngan
asam sulfat pkat mngahsilkan warna biru tua. Kalsium karbonat Mtanol Kalium h
idroksida Karbon disulfida Lombok Natrium hidroksida anhidrus
Praktikum Isolasi
119
2. kapsantin mmbrikan warna biru tua dngan SbCl3 dalam kloroform. Spktra UV
kapsantin
benzena 486,520 m maks
Kapsantin ada ah suatu po iena dengan 9 ikatan rangkap C=C terkonjugasi. Puncak
yang tampak pada 520 m (sebagai perbandingan dengan 504 m untuk ikopen) disebabka
n o eh masuknya gugus karboni da am konjuasi dengan sistem ikatan rangkap C=C.
Satu gugus karboni memberikan efek batokrom ebih besar daripada efek dua gugus
ikatan rangkap C=C.
===afz===
Praktikum Iso asi
120
PERCOBAAN 6 ISOLASI SENYAWA VOLATIL DARI KULIT JERUK A. PENDAHULUAN Komponen-kom
ponen vo ati tumbuh-tumbuhan terdiri dari senyawa-senyawa organik mempunyai per
anan sebagai bahan obat-obatan, bahan parfum, bahan pengawet, dan bahan bau peny
edap. Komponen-komponen vo ati umumnya didios asi dari suatu tumbuahan dengan m
etode disti asi uap pada tekanan udara uar. Tumbuhantumbuahan biasanya diha usk
an atau dib ender untuk menge uarkan komponenkomponen vo ati dari struktur jari
ngan dan kemudian uap dia irkan ke da am campuran untuk mengkodisti asi senyawa-
senyawa organik vo ati dengan air. Campuran senyawa organik vo ati yang dipero
eh dari tumbuhan dan tidak bercampur dengan air dikena sebagai minyak atsiri.
Bau dari tumbuhan disebabkan o eh minyak atsiri. Penyusun utama minyak atsiri ad
a ah terpen dan turunan oksigennya. Terpen mempunyai struktur yang tersusun dari
satuan isoprema yang bergabung secara kepa a ke kepa a. Limonen ada ah senyawa
terpen sik ik yang tersebar uas da am tumbuhan, merupakan bahan utama minyak je
ruk manis (90 sampai 95%), minyak jeruk imun, dan banyak agi minyak atsiri ai
nnya.
CH3 H H2C H2C H H3C Limonen H3C C CH2
CH3 C CH CH C CH2 Dua satuan isoprena tersusun da am cara kepa a ke kepa a CH2
B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN 1. Maksud dari percobaan ini ada ah untuk memperk
ena kan sa ad satu metode iso asi minyak atsiri dari jaringan tumbuhan. 2. Mengi
so asi minyak atsiri dari ku it jeruk dengan metode disti asi uap.
Praktikum Iso asi
121
C. PRINSIP PERCOBAAN Komponen-komponen vo ati da am ku it jeruk dipisahkan dari
ku it jeruk dengan metode disti asi uap, kemudian komponen-komponennya dipisahk
an dengan
menggunakan disti asi fraksionasi pengurangan tekanan. Jum ah komponen da am mas
ing fraksi ditentukan dengan metode kromatografi gas. D. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan
-bahan Ku it jeruk Na2SO4 anhidrus Akuades
2. A at-a at Seperangkat a t disti asi uap Kromatogafi gas A at-a at yang azim
digunakan da am Lab. Kimia Organik
E. CARA KERJA 1. Disti asi uap Ku it jeruk dipotong-potong dan dib ender, kemudi
an ditimbang sebanyak 100 g dan dimasukkan ke da am abu disti asi eher dua ber
kapasitas 5 iter. Pada abu ditambah 500 mL air yang te ah mendidih. Labu dihub
ungkan dengan generator uap sampai disti asi se esai. Disti at yang mengandung m
inyak dan air terbentuk dua apisan. Minyak dan air dipisahkan dengan corong pis
ah. Disti asi dihentikan bi a disti at tidak agi mengandung minyak. Minyak yang
dipero eh ditambah dengan Na2SO4 anhidrat secukupnya untuk mengikat air yang si
sa, kemudian didekantir untuk mepero eh minyaknya. Minyak ku it jeruk yang diper
o eh ditimbang, ditentukan indeks bias, berat jenis, putaran optis, diidentifika
si dengan kromatografi gas, dan persentasi komponen atsiri da am ku it jeruk kem
udian dihitung.
Praktikum Iso asi
122
2. Disti asi fraksionasi pengurangan tekanan Minyak ku it jeruk yang dipero eh d
ari distia si uap sebanyak 100 g dimasukkan ke da am abu didih berkapasitas 250
mL. Labu didih di engkapi dengan ko om vigreux panjang 50 cm, termometer, pendi
ngin air, dan tiga abu penampung. Sistem dihubungkan dengan pompa vakum. Campur
an dididihkan dan masingmasing fraksi 85-86oC/39 mmHg, 8688oC/39 mmHg, an 8889oC/
40 mmHg itampung, an ientifikasi engan kromatografi gas.
Praktikum Isolasi
123
PERCOBAAN 7 ISOLASI STIGMASTEROL DARI MINYAK KEDELAI
H3C H3C C2H5 H3C
CH3 CH3
HO Stigmasterol
A. PENDAHULUAN Stigmasterol pertama kali iisolasi oleh Winaus an Hauth (1906)
ari kecamba Physostigma venenosum, kacang Calabar. Sumber-sumber lain aalah:
kulit beras, kacang keelai, minyak teh, minyak aun tembakau, kentang kering, m
inyak kopi, miyank kelapa, an masih banyak tumbuhan lain. Penelitian baru tenta
ng stereoi penyusun minyak kacang keelai ilakukan engan kromatografi gas-cai
r telah ilakukan, memperlihatkan bahwa selain stigmasterol yang aa alam minya
k keelai juga campesterol an -sitosterol. B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN 1. Mak
sud dari percoaan ini adalah untuk memperkenalkan salah satu metode isolasi sen
yawa golongan sterol minyak naati. 2. Mengisolasi minyak stigmasterol dari miny
ak kacang kedelai. C. PRINSIP PERCOBAAN Prosedur erikut meliputi penyaunan min
yak kedelai kasar. Eter digunakan untukmengekstrak zat yang tak-tersaunkan. Ete
r kemudian disuling dan dipindahkan dengan petroleum eter yang dijenuhkan dengan
uap air, di mana fraksi sterol kasar diendapkan. Sterol kemudian diasetilasi da
n dirominasi. Hasil stigmasteril asetat tetraromida kurang larut dalam asam as
etat, aseton, dan eter, dan dapat dipisahkan dari sitosteril asetat diromida ya
ng jauh leih larut. Bromin kemudian dipindahkan melalui pengolahan dengan seru
k seng, dan senyawa asetat terseut dihidrolisis dengan larutan
Praktikum Isolasi
124
alkohol kalium didroksida. Stimasterol diperoleh melalui kristalisasi dari larut
an etanol 95%. D. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan-ahan Asam asetat Anhidrida asetat Bro
min Kloroform Etanol 95% 2. Alat-alat Alat yang lazim digunakan dalam La. Kimia
Organik E. CARA KERJA 1. Isolasi Ke dalam 50 g minyak kedelai ditamah ditamah
kan 250 mL etanol asolut dan 150 g kalium hidroksida dalam dalam dengan volume
seminimal mungkin. Campuran terseut ditempatkan dalam lau ulat yang telah dih
uungakn dengan kondensor dan direfluks selama dua jam di atas penangas uap. Set
elah penyaunan, ditamahkan 250 mL air, dan larutan diekstraksi dengan etil ete
r (3 x 100 mL). Ekstraksi zat yang tak-tersaunkan dari saun disempurnakan deng
an menganduk (memutar) campuran selama satu jam, iarkan lapisan eter terpisah,
dan tuang eter terseut. Ekstrak dipekatkan menjadi setengah dari volume semula,
dan dicuci dengan dengan akuades untuk memeaskan asa. Pelarut eter dihilangk
an dengan cara distilasi pengurangan tekanan pada suhu sekitar 40oC. Residu (zat
tak-tersaunkan) dilarutkan dalam 30 mL petroleum eter (t.d. 40-60oC), uap dial
irkan ke dalam larutan sampai titik jenuh hampir tercapai. Larutan diiarkan sem
alam, diperoleh endapan ening dengan titik leleh 138-144oC seanyak 300 mg. Eta
nol asolut Eter Metanol Petroleum eter Kalium hidroksida Natrium karonat Natri
um sulfit Minyak kedelai Seruk seng
2. Asetilasi Zat mentah diasetilasi dengan 7 mL anhidrida asetat dengan merefluk
s selama satu setengah jam. Campuran didinginkan pada 20oC selama satu jam, dan
asetat kasar di saring.
Praktikum Isolasi
125
3. Brominasi Setengan gram asetat dilarutkan dalam dalam 5 mL etil asetat, dan k
e dalam larutan ini ditamahkan 6 mL larutan romin-asam asetat (5 g romin dala
m 100 mL asam asetat glasial). Setelah pendinginan, tetraromin tak-larut disari
ng dan dicuci dengan etil eter dingin. Sekitar 100 mg kristal dengan t.l. 190-19
4oC diperoleh. Senyawa romida direkristalisasi dari kloroform metanol, diperole
h kristal dengan t.l. 194-196oC.
4. Derominasi Ke dalam larutan 150 mg romida dalam 2 mL asam asetat glasial di
tamahkan seruk seng. Campuran direfluks selama satu setengah jam, saring panas
-panas, encerkan dengan 5 mL air, dan diekstraksi dengan etil eter. Larutan eter
dicuci dengan larutan natrium sulfit encer, kemudian dengan air, dan eter dipin
dahkan dengan cara evaporasi. Produk yang diperoleh seanyak 75 mg. Produk ini d
irekristalisasi dari etanol dan kemudian dengan metanol-kloroform (2:1) diperole
h kristal dengan t.l. 139-140oC. 5. Stigamsterol Lima puluh miligram stigmasteri
l asetat dihidrolisis selama satu jam dengan 5 mL larutan 10 % kalium hidroksida
dalam alkohol. Ditamahkan 5 mL air, dan campuran diekstraksi dengan etil eter.
Larutan dalam eter dicuci dengan larutan natrium karonat dan kemudian dengan a
ir. Setelah eternya dipindahkan, residu direkristalisasi tiga dari etanol 90%. D
iperoleh kristal sekitar 15 mg, t.l. 168169oC.
=====
Praktikum Isolasi
126
PERCOBAAN 8 ISOLASI KURKUMIN DARI TEPUNG KUNIR (RIMPANG Curcuma longa L.) A. PEN
DAHULUAN Rimpang Curcuma longa L. (kunir) secara tradisional mempunyai peranan p
enting di dalam pewarnaan makanan, kosmetik dan tekstil. Kandungan utama dari ta
rung tumuhan terseut adalah senyawa kurkumin atau [1,7-is(4-hidroksi-3-metoks
ifenil)1,6-hepadien-3,5-dion] (Tonnesen dan Karlsen, 1983).
H3CO HO CH O CH2 C CH CH OCH3 OH
O CH C
Kurkumin Senyawa kurkumin erhasil diisolasi pada tahun 1815, dan dikristalkan o
leh Daue; sedangkan struktur molekulnya telah dijelaskan oleh Lampe dkk pada ta
hun 1910 (Roughley dan Whiting, 1973). Pada tahun 1982, Tonnesen dkk mempelajari
kemali struktur kristal dan molekul senyawa terseut dengan menggunakan metode
kristalografik sinar-X; dan mereka menegemukakan ahwa molekul senyawa terseut
erada dalam entuk enolnya.
H 3C O HO CH CH OH CH C CH CH O C H3 OH
O C
Kurkumin dalam entuk enol B. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN 1. Percoaan ini erma
ksud untuk meperkenalkan salah satu metode isolasi senyawa ahan alam. 2. Tujuan
percoaan adalah mengisolasi kurkumin dari tepung kunir dengan metode kromatogr
afi, mengidentifikasi dengan metode pereaksi warna, dan elusidasi struktur denga
n metode spektroskopi.
Praktikum Isolasi
127
C. DASAR TEORI 1. Kandungan Kimia Kunir Kunir (Rimpang Curcuma longan L.) merupa
kan tanaman temu-temuan yang anyak digunakan di indonesia aik seagai rempah,
pewarna makanan, kosmetika maupuin seagai oat-oatan tradisonal. Kunir mengand
ung minyak atsiri sekitar 1,3 5,5 %, 60 % dari minyak atsiri ini erupa keton se
skuiterpen, yaitu turmeron, arturmeron dan kira-kira 25 % zingierena (Hegnaur,
1963). Kurkuminoid yang dikenal seagai zat pewarna kunir merupakan kandungan ut
ama kunir yang terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin dan isdemetoksikurkumin
(Tonnesen, H. H. dan Karlsen, J., 1983). Menurut Ciamician dan Siler, rumus mo
lekul kurkumin adalah C21H20O6 atau C19H14O4(OCH3)2 dan lampe menyeutnya seaga
i senyawa diferuloyl-metana (Srinivasan, 1953). Struktur molekul kurkumin telah
dikemukakan di atas, sedang struktur demetoksikurkumin dan is-demetoksikurkumin
adalah seagai erikut:
H3 CO HO CH CH O C CH OH C CH CH OH
demetoksikurkumin
O HO CH CH C CH OH C CH CH OH

is-demetoksikurkumin Kurkumin tidak larut air, petroleum eter, dan heksana, cuk
up larut dalam enzena, klororform dan eter, dan larut aik dalam etanol dan ase
ton. Untuk mengekstraksi kurkuminoid dari tepung kunir, pelarut enzena mempunya
i keleihan sea dia hanya memawa sedikit pengotor dari kunir. Oleh karenanya,
pelarut ini digunakan untuk mengeakstraksi kurkumin dari pigmen-pigmen, dan jug
a dalam kromatografi (Srinivasan, 1953). 2. Adsoren Srinivasan (1953) telah men
coa eerapa jenis adsoren dalam prosedur kromatografi isolasi senyawa-senyawa
kurkuminoid, dengan memandingkan kekuatan adsorsinya, kecepatan pengemangann
ya, pemisahan dan kenampakan pita-pita pada
Praktikum Isolasi
128
kolom. Alumina dan magnesia cukup aktif, akan tetapi pita-pita tidak jelas dan 
eerapa zat yang terserap tidak dapat dikeluarkan dari kolom dengan pelarut-pela
rut sederhana. Kalsium karonat, magnesium karonat, sodium karonat, tepung kan
ji dll mempunyai kekuatan adsorsi yang sangat rendah terhadap kurkumin. Silika
kering juga tidak memerikan hasil yang memuaskan, adsoren ini temus pandang 
ila sudah kontak dengan pelarut sehingga kenampakan dan pemisahan pita kurang je
las. Akan tetapi ila silika dicampur dengan air seanyak 50 % erat maka dipero
leh hasil yang cukup memuaskan. 3. Reaksi dan Spektra Serapan UV-Vis. Reaksi sen
yawa kurkuminoid dengan eerapa pereaksi disimpulkan dalam Tael 1, dan data se
rapan UV-Vis.-nya dieerikan dalam Tael 2. Tael 1. Reaksi-reaksi Senyawa FeCl3
Asam orat Orange Kuning terang erfluoros ensi Asam oratoksalat Pink Orange d
an merah Pink dengan fluorosensi orange Natrium hidroksida 1% Merah Orange Asam
sulfat pekat Merah tua Merah orange
Kurkumin Demetoksi kurkumin Bisdemetoksi kurkumin
Coklat tua kemerah an -
Sumer: Srinivasan (1953)
Pereaksi-pereaksi: 1. Feri klorida larutan 1 % FeCl3 anhidrus dalam asam asetat
glasial. 2. Asam orat larutan 0,5 % dalam asam asetat glasial. 3. Asam orat-oks
alat 1 g asam oksalat, dan 0,5 g asam orat dilarutkan dalam 100 mL asam asetat
glasial. 4. Natrium hidroksida larutan erair 1 %. 5. Asam sulfat pekat.
Praktikum Isolasi
129
Tael 2. Data asorpsi Senyawa Kurkumin Demetoksikurkumin Bisdemetoksikurkumin S
umer: Srinivasan (1953) D. PROSEDUR 1. Penyiapan contoh Tepung kunir kering 25
g diayak dengan ayakan 80 mesh, disokletasi dengan petroleum eter (t.d. 40 sampa
i 60o) selama 3 jam. Residu di keringkan, dan selanjutnya disokletasi dengan 200
mL pelarut enzena selama 6 jam. Ekstrak yang diperoleh didiamkan selama satu m
alam disaring, dan dievaporasi sampai volume menjadi kurang leih 10 mL. 2. Pem
uatan Kolom Alat kromatografi yang digunakan adalah kolom kromatografi yang ter
uat dari gelas pyrex (2,2 cm x 120 cm). Kolom diisi dengan enzena dan disumat
dengan gelas wool, kemudian sumat terseut ditekan ke awah sampai ujung. Buur
silika gel yang diuat dalam pelarut enzena dituang ke dalam kolom dan iarkan
mengendap. Ketinggian silika gel dalam kolom diuat hingga 45 cm. Kira-kira 80
g silika gel yang diperlukan untuk memuat kolom setinggi ini. Untuk menghomogen
kan paking, maka pada ujung atas kolom dieri tekanan 20 sampai 30 cm Hg. Keting
gian pelarut di atas permukaan paking adalah sekitar 2-4 mm. 3. Pengisian kolom
dan elusi Ekstrak kunir dimasukkan ke dalam kolom (gunakan pipet) samil keran k
olom diuka pelan-pelan, dan ketika semua ekstrak sudah masuk, enzena yang erk
esetimangan dengan air ditamahkan ke dalam kolom untuk mengemangkan kromatogr
am. Pada ujung atas kolom dierikan tekanan sehingga kecepatan alir eluent sekit
ar 3 mL/menit. Di sini terjadi pemisahan pita-pita dalam kolom. maks 430 425 420
Etano 1560 1580 1640 Bnsna maks 420 415 410 1225 1350 1640
Praktikum Isolasi
130
4. Pmisahan Fraksi-fraksi Pngmbangan dilanjutkan dngan plarut bnzna. Elua
t yang yang kluar dari kolom ditampung sbagai pial-pial (10 mL). Stiap pial d
iuji dngan KLT, dan pial-pial yang nilai Rf-nya sama disatukan, dipkatkan, did
inginkan dalam lmari s, disaring, dicuci dngan bnzna dingin, dan dikringka
n. Stlah dirkristalisasi dari tanol maka diprolh kristal murni. 5. Idntif
ikasi fraksi-fraksi Komponn yang prtama kluar dari kolom adalah minyak volati
l kunir yang masih trsisa dari kstraksi dngan ptrolum tr, dan trkumpul s
bagai suatu fraksi kuning pucat. Jika plarut diuapkan maka akan trtinggal rs
idu munyak yang brwarna kuning dan brbau khas kunir. Fraksi ini tidak mmpunya
i batas darah yang jlas. Fraksi-fraksi slanjutnya adalah kurkumin, disusul d
ngan dmtoksi kurkumin dan bisdmtoksi kurkumin. Ujilah smua fraksi dngan d
ngan praksi-praksi warna sprti dalam Tabl 1. Slanjutnya lakukan analisis
spktroskopi. =====
Praktikum Isolasi
131
PERCOBAAN 9 ISOLASI STRYCHNINE AND BRUCINE DARI KECAMBA Strychnos nux vonica
N N O O
CH3O CH3O
N N O O
Strychnin
Brucin
A. PENDAHULUAN Strychinin, C21H22O2N2, dan brucin, C23H26O4N2, prtama-tama di
isolasi olh Plltir dan Cavntou pada tahun 1819 dari kcamba dan kulit Stryc
hnous nux vonica. Kcamba Strychnous nux vonica mngandung 3% alkaloid, lbih dar
i sparuhnya mrupakan strychnin, alkaloid yang lain brupa brucin, colubrin,
vomicin, dan psudostrychnin. Bbrapa tahun kmudian snyawa-snyawa trsbu
t brsama alkaloid lain ditmukan dalam spsis Strychnos Australia dan Kongo. S
trychnin sangat pahit; satu bagian strychnin mampu mmbrikan rasa pahit 500.0
00 bagian air. Snyawa ini sangat bracun dan digunakan sbagai obat kuat dan p
rangsang. Brucin lbih pahit daripada strychnin, digunakan sprti strychnin
ttapi aksinya lbih lmbut shingga digunakan scara luas untuk dnaturasi tan
ol. B. MAKSUD PERCOBAAN 1. Mmprknalkan salah satu cara mngisolasi snyawa go
longan alkaloid. 2. Mngisolasi strychnin dan brucin dari kcambah kacang, dan
mngubahnya mnjadi snyawa-snyawa sulfatnya. C. PRINSIP PERCOBAAN Di dalam pr
osdur brikut, suatu campuran strychnin dan brucin dikstraksi dngan klorofo
rm dari bubuk kacang-kacangan yang tlah diolah dngan kalsium hidroksida slama
smalam. Kristalisasi campuran dari tanol 50% mnghasilkan kristal strychnin,
yang slanjutnya diubah mnjadi snyawa sulfatnya. Brucin yang lbih larut dal
am alkohol di prolh dari mothr liquor, juga sbagai sbagai sulfatnya.
Praktikum Isolasi
132
D. BAHAN DAN ALAT 1. Alat-Alat : Ekstraktor Soxhlt Prangkat alat distilasi vak
um
2. Bahan-Bahan : aston asam astat glasial kalsium hidroksida kloroform tanol
95% asam nitrat kcamba Nux vomica kalium dikromat natrium karbonat natrium hidr
oksida asam sulfat
D. CARA KERJA Sbanyak 200 g kacang tanah dicampur dngan 200 mL suspnsi kalsiu
m hidroksida 10% dalam air, dan dibiarkan slama smalam pada tmpratur kamar.
Stlah pngringan dngan udara, bubur trsbut dikstraksi dngan kloroform da
lam sbuah kstraktor Soxhlt slama 3 jam. Larutan kloroform kmudian dikstrak
siu bbrapa kali dngan larutan 5% asam sulfat, dan slanjutnya dibasakan dnga
n larutan 10% natrium hidroksida. Stlah pndinginan, kristal disaring, ditamba
hkan 1,5 volum tanol 50%, dan campuran dirfluks sampai hampir smua padatan t
lah larut. Stlah pnambahan sdikit karbon aktif, laruatn disaring panas-pana
s dan dibiarkan slma smalam. Kristal strychnin disaring dan dicuci dngan sd
ikit tanol 50%. Filtrat dan cairan cuciannya disimpan untuk isolasi brucin.
Pmbuatan Strychnin Sulfat Strychnin kotor dilarutkan dalam 9 volum air mndi
dih, dan ditambahkan planplan dngan larutan 15% asam sulfat, diaduk hingga s
dikit asam trhadap mrah Congo. Ditambahkan karbon aktif, larutan dirfluks sl
ama 1 jam, kmudian disaring
Praktikum Isolasi
133
panas-panas. Snyawa sulfat yang mngkristal pada pndinginan disaring dan dicuc
i dngan air dingin. Pmurnian Strychnin Strychnin sulfat dilarutkan dalam 15
volum air pada 80oC dan dintralkan dngan larutan 10% natrium karbonat; stla
h pnambahan karbon aktif, larutan disaring panas-panas. Strychnin mngndap pa
da pnambahan larutan natrium karbonat dan pndinginan. Endapan disaring dngan
corong Buchnr dan dicuci dngan air dingin. Rkristalisasi dari tanol mmbrik
an hasil yang mmpunyai titik llh 286288oC. Spktra UV strychnin
EtOH 240m ( og 4,15); 270(3,92); 294(3,72) maks
Spktra srapan UV strychnin sangat mirip spktra hksahidrokarbazol. Brucin S
ulfat Filtrat yang trsisa stlah pmisahan strychnin, dipkatkan dalam vapor
ator di atas pnangas air hingga hampir smua alkohol tlah dipindahkan. Rsidu
diasamkan dngan asam sulfat ncr hingga pH 6 dan kmudian dipkatkan mnjadi 3
-4 mL. Stlah disimpan dalam lmari pndingin slama smalam, hasilnya disaring
dan dicuci dngan air dingin. Bucin sulfat dimurnikan dngan cara mlarutkan d
alam 4.5 volum akuads panas dan didihkan dngan sdikit karbon aktif slama sa
tu jam. Disaring panas-panas dan disimpan dalam lmari pndingin slama bbrapa
hari. Brucin yang ditmukan dari sulfatnya dngan cara yang sama dngan strych
nin.; rkristalisasi dari larutan aston-air mngasilkan kristal yang titik ll
hnya 178oC. Catatan : harus hati-hati slama mngrjakan prcobaan ini. Tangan
harus dicuci brsih karna sifat racun yang kuat snyawa alkaloid ini.
======
Praktikum Isolasi
134
PERCOBAAN 10 ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH
CH2CH=CH2
CH=CHCH3
OCH3 OH OH
OCH3

ugnol
isougnol
A. PENDAHULUAN
Fnilpropanid adalah snyawa fnol alam yang mmpunyai cincin aromatik dngan ra
ntai samping yang trdiri atas tiga atom karbon. Salah jnis golongan snyawa in
i mmpunyai pranan pnting dalam bau dan cita rasa atsiri tumbuhan. Biasanya f
nilpropna trdapat dalam fraksi minyak atsiri jaringan tumbuhan, brsama-sama t
rpna atsiri. Kduanya larut dalam lmak, jadi brbda dngan kbanyakan snyaw
a fnol. Bbrapa snyawa trsbut trsbar luas, sprti ugnol, yaitu kandung
an utama minyak cngkh, antol trdapat dalam anis dan adas (kduanya umbllif
ra), miristisin yang prtama kali diprknalkan sbagai kandungan pala, Myristi
ca fragnans dijumpai pula dalam tumbuhan umbllifra. Eugnol dan isougnol ad
alah pasangan isomr alil dan propnil. Pnggisomran bntuk alil k bntuk prop
nil dapat dilakukan di laboratorium, ttapi hanya trjadi pada kondisi drastis
(misalnya dngan basa kuat). Pngisomran dmikian itu kcil skali kmungkinann
ya trjadi pada kondisi normal swaktu isolasi (kstraksi dngan tr, dan sbag
ainya).
B. MAKSUD PERCOBAAN
1. Mmpknalkan salah satu mtod isolasi snyawa pnydap rasa (flavor). 2. M
ngisolasi ugnol dari bunga cngkh.
C. PRINSIP PERCOBAAN
Di dalam prcobaan ini, ugnol dngan snyawa-snyawa volatil lainnya dikstrak
si dari jaringan bunga cngkh dngan mtod distilasi uap. Campuran
Praktikum Isolasi
135
Eugnol dipisahkan dari fas air dngan mnggunakan plarut dikloromtana, yang
slanjutnya dikstraksi dngan larutan basa. Mlalui pngaturan pH campuran dng
an pnambahan larutan asam, ugnol dapat diisolasi dngan mnggunakan plarut d
ikloromtana kmbali sbagai pngkstraksi.
D. CARA KERJA Masukkan bungan cngkh k dalam labu alat bulat 500 mL yang bris
i 300 mL air, campuran didistilasi hingga diprolh distilat sbanyak 200 mL (ha
ti-hati, jangan mndidihkan labu sampai kring). Pindahkan distilat brminyak t
rsbut k dalam corong pisah,kstraksi dngan 2 x 30 mL dikloromtana dan cuci l
apisan organik dngan dngan 100 mL. Ekstraksi dikloromtana trsbut dngan 2 x
50 mL larutan natrium hidroksida 3 M, dan tambahkan asam pkat dngan cara tt
s-tts k dalam kstrak larutan basa hingga pH lbih rndah daripada 9, dan ks
traksi campuran sprti trsbut dngan 2 x 30 mL dikloromtana. Kringkan kstr
ak organik dngan MgSO4, saring k dalam labu vaporator dan pindahkan plarutny
a dngan vaporator rotary. Tntukan rkaman spktra produk yang diprolh dnga
n UV (dalam tanol 95%), IR (film), dan NMR (dalam CDCl3). Uji kmurnia produk d
ngan KLT (tr-ptrolum tr = 2 : 1 di atas plat silika), tampakkan noda dn
gan iodin. Uji kasaman produk trsbut dngan mngamati klarutan satu atau dua
tts dalam larutan natrium hidroksida dan larutan natrium bikarbonat. Uji kti
dak-jnuhan dngan larutan Br2. Anda dapat pula mmbandingkan bau khas produk d
ngan bahan obat-obatan gigi, tnggorokan, dan batuk yang brmrk dari pasaran.
====
Praktikum Isolasi
136
PERCOBAAN SINTESIS : PERCOBAAN 1 SINTESIS NITROBENZENA (NITROBENZOL)
+
HNO3
H2SO4
NO2
Praksi
: - bnzna - H2SO4 pkat . 60 mL . 80 mL
- HNO3 (b.j. 1,4) . 70 mL - Na2CO3, CaCl2 anhidrous
Pralatan
: - labu alas bulat 500 m - rlnmyr 1 L - rlnmyr kcil - corong pisah 1 L
- trmomtr 250 oC - pnangas air (watr bath) - pndingin udara .............
.................... 2 buah
............................................. 1 buah ..... 1 buah ....................
............ 1 buah . 1 buah
Prosdur
:
K dalam rlnmyr 500 mL dimasukkan 100 g (70 mL) HNO3 pkat lalu dngan hati-
hati ditambahkan 148 g (80 mL) H2SO4 pkat sdikit dmi sdikit sambil dikocok u
ntuk mmbntuk campuran asam. Pada raksi ini dilpaskan panas shingga dibutuhk
an pndinginan hingga 10 15oC sblum pnambahan dilakukan, dan campuran dijaga
ttap dingin slama pnambahan. K dalam labu alas bulat 500 mL diisi dngan 52
g (60 mL) bnzna, dinginkan dngan air, lalu campuran asam ditambahkan sdikit
dmi sdikit sambil digoyang-goyang agar brcampur dngan baik (suhu campuran ti
dak bolh mlbih 55oC, kalau prlu dinginkan dngan air-s).
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
137
Stlah campuran asam slsai ditambahkan, campuran dirfluks raksi di atas pn
angas air (60 oC) sambil diaduk dngan pngaduk magntik slama 40 45 mnit, km
udian didinginkan dan dituang k dalam glas piala 1 litr yang brisi air dingi
n sbanyak 500 mL sambil diaduk dngan baik untuk mncuci sisa asam. Slanjutnya
didiamkan. Pada lapisan bawah trbntuk nitrobnzna, dan lapisan atas yang mn
gandung campuran asam pisahkan dan disisihkan. Dngan cara yang sama, pncucian
dilakukan kmbali dngan larutan 3 % Na2CO3 sbanyak dua kali, lalu dngan air s
atu kali lagi. Kringkan dngan CaCl2 (granular). Jika masih kruh (karna trja
di mulsi), campuran dipanaskan di atas pnangas air sambil dikocok, maka kkru
hannya akan hilang. Campuran disaring dngan mnggunakan krtas saring, dan filt
rat nitrobnzna dipindahkan k dalam labu distilasi, ditambahkan bbrapa biji
batu didih lalu didistilasi. Gunakan kondnsr udara dan rlnmyr kcil untuk
pnadah distilat. Bagian yang trsuling pada suhu 206-211oC ditampung. Nitrobnz
na adalah cairan bracun brwarna kuning pucat, dan mmiliki bau khas snyawa a
romatik.
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
138
PERCOBAAN 2 SINTESIS ANILIN
NO2 + F + HCl
NH2
Praksi : - nitrobnzna 1 cc 2g 3 cc 1 cc 3g
- tpung bsi (rduktor) - HCl pkat - mtanol - NaOH - ditil tr - NaCl - KOH

Pralatan : - tabung raksi ukuran sdang - ktl dstilasi uap - kondnsor Lib
ig ukuran kcil - corong pisah ukuran kcil - rlnmyr brkapasitas 50 cc .. 2 bua
h 1 buah 1 buah 1 buah 2 - 3 buah . 1 buah
- labu brcabang brkapasitas 50 cc .. - trmomtr 250 oC .. - tabung raksi b
sdang ..
- tabung raksi ukuran kcil .. - pnangas air Prosdur :
K dalam tabung raksi ukuran sdang dimasukkan 1 cc bnzna, 1 cc mtanol, 2 g
tpung bsi, dan 3 cc HCl lalu dilngkapi dngan kondnsor kcil. Raksi sgra
brlangsung dngan kras, ttapi brakhir dalam bbrapa mnit. Jika tidak trja
di raksi, dngan hati-hati tabung dipanaskan di atas asbs, dan jika raksi mul
ai
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
139
brlangsung, tabung dijauhkan dari api. Jika raksi sudah mulai mrda, tabung d
ipanaskan di atas asbs dan campuran raksi dididihkan scara tnang. Jika bau n
itrobnzna hampir tidak trcium lagi (stlah 30 - 40 mnit) maka tabung diding
inkan, sifat campuran raksi dijadikan basa dngan pnambahan 3 g NaOH yang dila
rutkan dalam sdikit air lalu isi tabung dipindahkan k dalam labu brcabang. Ba
gian dalam tabung raksi dicuci bbrapa kali dngan air dan air cucian trsbut
dimasukkan pula k dalam labu brcabang. Kondnsor Libig dipasangkan pada caba
ng labu dan isi labu didstilasi uap. Karna adanya anilin, distilat mula-mula t
ampak kruh, ttapi stlah mnjadi bning dstilasi ditruskan slama 5 - 10 m
nit. Dstilat dipindahkan k dalam corong pisah yang brisi larutan jnuh NaCl,
ditambahkan 5 cc ditil tr dan dikstraksi. Lapisan atas (lapisan ditil tr)
dipisahkan, ditambahkan KOH dan dibiarkan bbrapa saat (pross pngringan). L
arutan ditil tr dipindahkan k dalam tabung raksi ukuran sdang brcabang, k
ondnsor Libig dipasangkan pada cabang dan tr idstilasi k luar. Kmudian ko
ndnsor dilpas dan pmanasan srta dstilasi dilaksanakan di atas asbs. Fraksi
dngan titik didih 180 186 oC ditampung. Prolhan hasilnya (yild) adalah 0,5
g; waktu yang dibutuhkan kira-kira 1,5 jam. Anilin adalah cairan dngan titik di
dih 184oC; kontak dngan udara mngalami oksidasi dan lambat laun warnanya mnja
di coklat.
======
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
140
PERCOBAAN 3 SINTESIS DIFENILUREA
NH2 2 + H2NCONH2 NH CO NH
Praksi : - anilin (yang baru didstilasi) . 2 cc - ura - tanol Pralatan : - tabu
ng raksi ukuran sdang . 1 buah - rlnmyr brkapasitas 50 cc - filtr dngan png
isap - pnangas air; pnangas minyak - trmomtr 200 oC . 1 buah . 3 buah
Prosdur : K dalam tabung raksi (mnngah) dimasukkan 2 cc anilin dan 0,5 g ur
a lalu campuran dipanaskan di dalam pnangas minyak pada suhu 1400-1500 C slam
a 1,5 jam. Stlah didinginkan ditambahkan 5 cc air dan campuran raksi dididihk
an di atas asbs. Bbrapa mnit kmudian zat-zat yang larut dalam air panas dib
uang dngan cara dkantasi. K dalam tabung raksi dimasukkan lagi 5 cc air, did
ihkan, dan bbrapa mnit kmudian didkantasi lagi untuk mmbuang zat-zat yang
larut dalam air panas. Rsidu dipisahkan k dalam rlnmyr, ditambahkan ssdi
kit mungkin tanol dan dilarutkan dngan pmanasan dalam pnangas air, lalu disa
ring dalam kadaan panas. Filtrat didinginkan dan mngndaplah kristal-kristal.
Kristal-kristal disaring dan dicuci dngan sdikit tanol. Prolhan hasilnya (y
ild) adalah 0,5-0,7 g, waktu yang dibutuhkan kira-kira 2,5 jam. Difnilura ada
lah kristal dngan titik llh 237 oC. ======
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
141
PERCOBAAN 4 SINTESIS IODOBENZENA
NH2 + NaNO2 + H2SO4
N2HSO4 KI
I
Praksi : Pralatan: - glas piala brkapasitas 50 cc - labu brcabang brkapas
itas 50 cc - corong pisah ukuran kcil - tabung raksi brcabang ukuran kcil . 1
buah - tabung raksi kcil - trmomtr 2 3 buah 1 buah 2 3 buah 1 buah a
3,0 g 2 cc
asam sulfat pkat .. NaNO2 KI NaOH CaCl2 anhidrous s krtas tampung KI ..
..

- prlngkapan dstilasi uap - rlnmyr brkapasitas 50 cc 1 buah 1 buah


- kondnsor Libig Prosdur : 1. Snyawa fnil diazonium

K dalam glas piala dimasukkan 10 cc air, 2 cc H2SO4 pkat, dan 2 cc anilin. La


rutan yang trbntuk didinginkan dngan s (ic bath) dan 15 g s hancur (s rm
uk) dimasukkan k dalam glas piala.
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
142
Smntara larutan anilin-H2SO4 ini diaduk dngan trmomtr, diazotasi dilaksana
kan dngan mntskan larutan NaNO2 (1,5 g NaNO2 dalam 6 cc H2O) yang ditmpatka
n dalam corong pisah yang ujung kaki (lubang kluar)nya dimasukkan k dalam laru
tan substart (untuk mngurangi pnguraian srta larinya HNO2 k udara). Suhu ra
ksi dijaga skitar 5 oC. Jika suhu trlalu rndah raksi diazotasi mmrlukan wa
ktu yang panjang. Kira-kira stlah 2/3 volum larutan NaNO2 ditambahkan maka s
dikit (aliquot) campuran raksi diltakkan di atas krtas tpung KI untuk mngt
s klbihan HNO2. Jika warna krtas tidak brubah mnjadi biru maka pngtsan
larutan NaNO2 dilanjutkan. Skali-skali uji HNO2 dilaksanakan, dan jika warna k
rtas mnjadi biru pntsan larutan NaNO2 dihntikan bbrapa mnit, lalu dits
kmbali. Prubahan warna krtas mnjadi biru mnunjukkan slsainya raksi diaz
otasi. Larutan snyawa diazonium ini langsung digunakan dalam raksi slanjutnya
. 2. Iodobnzna Sambil diaduk, 3 g KI yang dilarutkan dalam 4 cc H2O ditambahka
n k dalam larutan snyawa diazonium, didinginkan dngan air, dan dibiarkan sla
ma 1 jam. Kmudian suhu campuran raksi dinaikkan plan-plan di atas pnangas a
ir sampai tidak ada lagi gas N2 yang kluar. Isi glas piala dipindahkan k dala
m labu brcabang. Glas piala dicuci dngan larutan 20 % NaOH dan larutan cucian
ini pun dimasukkan k dalam labu brcabang yang sama. Sifat isi tabung dijadika
n basa kuat (untuk mnikat fnol), kondnsor Libig dipasangkan pada cabang labu
dan didistilasi uap sampai dstilat yang kluar jrnih. Dstilat dipindahkan k
dalam corong pisah dan iodobnzna dipisahkan dari air lalu dikringkan dngan
CaCl2 anhidrous. Dngan cara dkantasi iodobnzna dimasukkan k dalam tabung ta
bung raksi brcabang dan didstilasi. Fraksi brtitik didih 185 190oC ditampung
. Prolhan (yild) raksi adalah 1,8 g; waktu yang dibutuhkan kira-kira 2,5 jam
. Iodobnzna adalah cairan brbau aromatik dngan titik didih 189 190oC.
===aku===
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
143
PERCOBAAN 5 SINTESIS ASETANILIDA
NH2 + CH3COOH NHCOCH3
Praksi : - anilin 20,5 mL 21,5 mL 21 g
- anhidrida astat
- asam astat glasial .................... - karbon aktif - abu sng Pralatan :
- labu bulat 250 mL ........................ Prosdur :
1 buah
kondnsor udara (pipa glas skitar 50 cm) 1 buah pnyaringan vakum glas piala
brkapasitas 1000 mL . 1 buah rlnmyr brkapasitas 250 mL . 3 buah
K dalam labu bulat dimasukkan 20,5 mL anilin sgar, 21,5 mL anhidrida astat, 2
1 g asam astat glasial, 0,1 g abu sng, dan bbrapa biji batu didih. Stlah k
ondnsor udara dipasang, campuran didihkan dan dibiarkan rfluks slama 2 jam. J
ika pmanasan tlah slsai, isi labu dituangkan k dalam glas piala yang bris
i 500 mL air s (jika kurang dingin, tambahkan potongan-potongan s). Karna mn
gndap, kristal astanilida dipisahkan dngan pnyaringan vakum dan dicuci dnga
n sdikit air. Kristal dipindahkan k dalam rlnmyr, sdikit mungkin air dita
mbahkan, dipanaskan dngan hati-hati di atas asbs sampai mlbur, ditambahkan s
dikit karbon aktif dan dipanaskan lagi bbrapa mnit, lalu disaring (pnyaring
an vakum) dngan cpat dalam kadaan panas. Karna kristal mngndap jika filtra
t didinginkan, maka pnyaringan vakum dilaksanakan stlah tidak ada lagi pngn
dapan kristal dalam pndinginan. Stlah pnyaringan, kristal dicuci dngan sdi
kit air lalu dikringkan. Prolhan (yild) 30 g; waktu yang diprlukan kira-kir
a 2,5. Astanilida adalah kristal dngan titik llh 115 oC, sukar larut dalam a
ir dingin, dan mudah larut dalam air panas.
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
144
PERCOBAAN 6 SINTESIS p-NITROASETANILIDA
NHCOCH3 + HNO3
H2SO4 O2N
NHCOCH3
Praksi : - astanilida . . . 1g 1 cc 2 cc 4 cc 20 cc
- asam astat glasial - asam sulfat pkat
- asam nitrat pkat (B.J. 1,5) . - mtanol - s .
Pralatan : - tabung raksi ukuran sdang . - glas piala brkapasitas 50 cc .. - pny
ringan vakum - rlnmyr brkapasitas 50 cc - trmomtr 100 C Prosdur : K da
lam tabung raksi dimasukkan 1 g astanilida kmudian 1 cc asam astat glasial d
an tabung dipanaskan untuk mlarutkan astanilida. Stlah astatanilida larut,
tabung didinginkan sampai 40oC. Stlah 2 cc asam sulfat pkat ditambahkan, tabu
ng didinginkan dalam s. Dngan hati-hati isi tabung diaduk dngan batang pngad
uk, dan 4 cc asam nitrat pkat ditambahkan stts dmi stts. Stlah slsai
pnambahan, waktu raksi ditambah 20 mnit, dan dalam waktu itu skali-skali i
si tabung diaduk agar raksi mnjadi smpurna. Isi tabung dipindahkan k dalam g
las piala yang brisi 10 g s rmuk dan air s yang dipakai untuk mncuci tabun
g juga dimasukkan k dalam glas piala. Kristal brwarna kuning-muda mngndap,
kmudian dipisahkan dngan pnyaringan vakum,
o
1 buah 1 buah
.
3 buah 1 buah

Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik


145
dan dicuci dngan air s. Kristal dipindahkan k dalam rlnmyr, ssdikit mun
gkin (15 cc) mtanol ditambahkan dan rlnmyr dipanaskan di atas pnangas air
sampai kristal larut. Dalam kadaan panas larutan disaring dngan pnyaringan va
kum. K dalam filtrat yang dipanaskan di atas pnangas air ini air dittskan. J
ika mulai mngruh sdikit mtanol ditambahkan untuk mnghilangkan kkruhan dan
larutan dibiarkan sampai dingin. Kristal yang mngndap disaring dngan pnyari
ngan vakum, dicuci dngan sdikit mtanol, dan dikringkan. Prolhan =1,2 g; wa
ktu yang dibutuhkan kira-kira 1 jam. p-Nitroastanilida adalah kristal brwarna
kuning muda dngan titik llh 215 216oC.
===aku===
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
146
PERCOBAAN 7 SINTETSIS p-NITROANILIN
CH3 CO NH
Praksi : - p-nitroastanilida
NO2 + H2O
HCl
H2N
NO2
. .
1g 2,5 cc
- asam klorida pkat - mtanol Pralatan :
- tabung raksi ukuran sdang .. - kondnsor kcil - rlnmyr brkapasitas 50 cc -
pnyaringan vakum - pnangas air Prosdur : ..
1 buah
3 buah
K dalam tabung raksi dimasukkan 1 g p-nitroastanilida, 2,5 cc asam klorida p
kat, dan 2,5 cc air. Kondnsor kcil dipasang dan isi tabung dididihkan slama 2
0 mnit di tas asbs. Slagi masih panas, k dalam campuran raksi ini ditambahk
an 2,5 cc air dan dibiarkan mnjadi dingin. Kristal yang mngndap disaring dng
an pnyaringan vakum, dicuci dngan sdikit air, dipindahkan k dalam rlnmyr
, ssdikit mungkin mtanol ditambahkan dan dilarutkan olh pmanasan di atas p
nangas air. Dalam kadaan panas larutan disaring dngan pnyaringan vakum. Filtr
at dipanaskan di atas pnangas air dan sdikit dmi sdikit air mndidih ditamba
hkan sampai larutan mnjadi kruh, lalu mtanol ditambahkan untuk mnghilangkan
kkruhan. Larutan dibiarkan mnjadi dingin dan kristal yang mngndap disaring
dngan pnyaringan vakum, dicuci dngan air, dan dikringkan. Prolhan : 0,6 g
; waktu yang dibutuhkan skitar 1 jam. p-Nitroanilin adalah kristal brwarna kun
ing dngan titik llh 147oC, sulit larut dalam air dingin ttapi mudah larut da
lam mtanol dan tanol. ======
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
147
PERCOBAAN 8 SINTESIS ASPIRIN
O C OH + OH Asam salisilat CH3 O C O Anhidrida astat O C CH3 O H+ O C OH O C +
CH3COOH CH3 asam astat
asam astilsalisilat (aspirin)
Praksi : Asam salisilat .. Anhidrida astat . Larutan asam posfat pkat . Larut
g 15 g (14 mL) 1 mL
Pralatan : Labu pnangas kapasitas 100 mL Batang pngaduk Corong Buchnr Glas
piala 100 mL Trmomtr 200o Alat glas yang lasim digunakan dalam lab. Kimia Or
ganik.
Prosdur krja : Pmbuatan asam astilsalisilat K dalam labu kapasitas 100 mL d
imasukkan 10 g asam salisilat kring dan 15 g anhidrida astat dan 10 tts asam
posfat pkat. Campuran dikocok sampai trjadi pncampuran smpurna, kmudian di
panaskan di atas pnangas air pada suhu 50-60oC sambil diaduk slama 15 mnit. Di
nginkan sambil diaduk dan ditambah 150 mL air, kmudian disarinmg dngan pnyari
ngan pngisap. Pmurnian dilakukan dngan rkristalisasi dari 30 mL alkohol 96%
dan 75 mL akuads dngan cara mmasukan kristal k dalam plarut trsbut dan di
panaskan hingga kristal smuanya larut, kmudian disaring panas-panas dan diding
inkan
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
148
prlahan-lahan. Kristal brbntuk jarum yang diprolh slanjutnya disaring, dan
dikringkan dalam ksikator. Kristal kring dits dngan larutan fri klorida.
Jika masih mmbrikan warna ungu, ulangi rkristalisasi hingga diprolh kristal
yang tidak mmbrikan warna biru dngan larutan fri klorida.
Pngujian kmurnian Aspirin: 1. Ambil tiga buah tabung raksi. K dalam masing-m
asing tabung raksi ditambahkan 0,5 mL akuads. Larutkan sjumlah kcil asam sal
isilat dalam tabung raksi prtama. Dngan cara yang sama tambahkan sjumlah kc
il aspirin-hasil k dalam tabung raksi kdua. Tabung raksi ktiga hanya mngan
dung plarut untuk diguanakan sbagai control. Tambahkan satu tts larutan 15%
fri klorida k dalamk masing-masing tabung dan catat warna yang trjadi stlah
pngocokan. Pmbntukan kompolks bsi F3+-fnol
mngahsilkan warna dari mrah hingga ungu, trgantung pada jumlah fnol yang ada
. 2. Titik llh aspirin (asam astil salisilat) harus diprolh dari kristal ya
ng kring. Aspirin murni mmpunyai titik llh 135-136oC.
====
Praktikum Sintsis.docx Kimia Organik
149
PERCOBAAN 9 SINTESIS ASAM ARILOKSIASETAT
ArONa + ClCH2CO2Na ArOCH2CO2Na + H ArOCH2CO2H
Praksi :
- Fnol - Asam kloroastat - Natrium hidrokisida - Ditil tr - Etanol
20 g 25 g 25 g
- Larutan 5% asam hidroklorida - Larutan 5% natrium karbonat Pralatan : Labu bu
lat Pnangas air Pnyaring Buchnr Alat glas yang lasim digunakan dalam Laborat
orium Kimia Organik
Prosdur : K dalam glas piala brkapasitas 250 mL dimasukkan 8,093 g (0,086 mo
l) fnol kristal dan 8,127 g (0,2 mol) natrium hidroksida, kmudian 10 mL air da
n 8,127 g (0,086) asam -klorosett. Cmpurn reksi dipnskn di ts penngs
up dn ditmbhkn ir secukupny untuk menghomogenkn cmpurn. Pemnsn dil
kukn selm stu jm, kemudin didimkn hingg suhu kmr dn dismkn dengn
penmbhn sm klorid encer (5%) tetes demi tetes. Pdtn yng terbentuk dip
idshkn dengn mellui penyringn Buchner dn direkristlissi dri etnol ber
ir smpi titik lelehny konstn.
Uji kemurnin: Uji kemurnin hsil dpt dilkukn dengn prosedur KLT dengn me
nggunkn eluen CCl4, benzenm kloroform, eter, etil sett dn eluen cmpurn b
enzen-kloroform 1:1.
Prktikum Sintesis.docx Kimi Orgnik
150
PERCOBAAN 10 SINTESIS ASETAMIDA
CH3CO2NH4
pns CH3CONH2 + H2O
Pereksi : - Amonium sett 30,8 g
- Asm sett glsil 33,6g (32 mL) - Btu didih - Lrutn 10% etnol dlm eter
- Cmpuren benzen-etil sett 3:1 - Pechn es - Minyk prfin
Perltn : - Lbu bult . - Kolom frksionsi . - Termometer . - Pendingin Leibig
gin udr - Gels ukur 250 mL 20 cm 360oC
Prosedur Kerj : Msukkn 30,8 g monium sett dn 33,6 g (32 mL) sm sett g
lsil ke dlm lbu bult 250 mL, dn tmbhkn btu didih. Cmpurn didistils
i dengn menggunkn kolom frksinsi pendek. Gunkn penngs minyk prfin. S
esudh sekitr 1 jm, tempertur dinikkn sedikit. Air yng terbentuk dn sebg
in sm sett kn terdistilsi dengn lmbt dn keceptn yng konstn. Kump
ulkn distilt dengn menggunkn dels ukur 100 mL. Tempertur kn nik menjd
i 110oC dn kn konstn pd 110-112oC. Selm 2,5 jm kn dikumpulkn distil
t sebnyk 35 mL. Pd khir distilsi tempertur kn nik menjdi 115oC, kemud
in dengn cept turunmenjdi di bwh 100oC. Ini menunjukkn bhw semu sm 
sertt telh hbis.
Prktikum Sintesis.docx Kimi Orgnik
151
Residu dio dlm lbu kn mengkristl bil didinginkn. Kristl ini dlh set
mid kotor. Lkukn distilsi terhdp setmid kotor dengn menggunkn pendi
ngin udr. Mk setmid dengn kemurnin tinggi kn kelur pd tempertur 1
95 230oC. Titik lelehny 81oC. Untuk menghilngkn bu kren msih d sedikit
kotorn, kerjkn rekristlissi dengn menggunkn pelrut cmpurn 10% etil l
kohol dlm eter. Hsilny berup kristl yng bgus dengn titik leleh 81oC.
Prktikum Sintesis.docx Kimi Orgnik
152
PERCOBAAN 11 SINTESIS KUINOLIN
NH2 2 +
NO2
H 2C + 3 HC H2C
OH OH OH FeSO4 H2SO4 N + 11H2O
Pereksi : - Gliserol nhidrus - Anilin - Nitrobenzen - H2SO4 pekt - FeSO4.7H2
O - Lrutn NNO2 25% - CCl4 - NOH - NSO4 nhidrus - Kerts KI - Kerts sring
- Akudes - Pechn es 40 mL 12 mL 8 mL 25 mL 5g 4 mL 30 mL 40 g
Perltn:
- Lbu bult 500 mL
- Kondenser bol - Kompor listrik - Erlenmeyer - Corong - Seperngkt lt disti
lsi dengn pendingin udr - Sepernkt lt distilsi up - Termometer 300oC -
Corong pish
Prktikum Sintesis.docx Kimi Orgnik
153
Prosedur Kerj Tmbhkn 5 g tepung FeSO4.7H2O, 40 mL gliserol nhidrus, 12 mL 
nilin, dn 8 mL nitrobenzen ke dlm lbu bult 500-mL dn duk smpi mert.
Sipkn pendingin ir-es, kren reksi dlm lngkh berikutny cukup kers. T
mbhkn 25 mL H2SO4 pekt peln-peln. Aduk memutr lrutn (swirling) terus men
erus. Dlm lngkh ini kn kelur pns; mul-mul nilin sulft mungkin menge
ndp, tpi kn lrut kembli pd khir penmbhn. Klem lbu reksi pd stn
cincin, psng kondenser pendingin ir, dn pnskn lbu dengn kut. St lru
tn terliht mendidih, seger mtikn pemnsny. Reksi tersebut kn menyedik
n pns yng cukup untuk memperthnkn pendidihn selm beberp menit, dn b
hkn mungkin memerlukn pendingin dengn pendingin ir-es. Jik reksi telh mu
li surut, didihkn cmpurn pd refluks selm 2-3 jm. Dinginkn cmpurn re
ksi smpi 80oC tu lebih rendh lgi, tmbhkn 50 mL ir, dn pindhkn nitro
benzen yng tidk bereksi dengn distilsi up tk lngsung, sisihkn distilt
ny. Dinginkn cmpurn dlm lbu reksi smpi tempertur kmr dn tmbhkn
4 mL lrutn ntrium nitrit 25 % untuk dizotsi nilin yng sis, duk dengn b
ik selm 5 menit dn uji dengn kerts KI-tepung knji setip setelh penmbh
n, smpi diperoleh uji positif terhdp sm nitrit yng berlebih. Didihkn l
rutn selm setengh jm untuk mengubh ion dizonium menjdi fenol dn dingink
n lgi smpi tempertur kmr. Tmbhkn lrutn dingin 40 g NOH dlm 100 mL
ir dengn hti-hti, duk dengn bik dn dinginkn seperluny. Sekrng lrut
n sehrusny bersift bs (uji dengn kerts lkmus); jik belum, tmbhkn N
OH dn uji lgi. Distilsi up cmpurn reksi dri lbu bult 1000-mL smpi di
stiltny jernih (kir-kir 500 mL distilt). Pishkn lpisn rpt kuinolin d
ri lpisn ir distilt, ekstrksi 2 kli lpisn ir dengn 15-mL krbon tetrk
lorid, kumpulkn kuinolin dengn ekstrk krbon tetrklorid; keringkn cmpur
n dengn sedikit N2SO4 nhidrus, sring dengn penyringn grvitsi dn distil
si dengn kondenser udr. Jik tempertur distilsi telh mencpi 100oC, gnt
i penmpung distilt dn kumpulkn kuinolin tk berwrn smpi kuning, mendidih
di ts 229oC. Hsilny kir-kir 12 g. (Cttn: wrn kuinolin pd penyimpn
n dlh merh gelp smpi kemerhmerhn. Spektrum IR kuinolin memperlihtk
n serpn yng mirip romtik (pit di ts 3000 cm-1, pd 1600 dn 1500 cm-1,
dn dlm derh 1000-700 cm-1).
Prktikum Sintesis.docx Kimi Orgnik
154
PERCOBAAN 12 SINTESIS SULFANILAMIDA DARI ANILIN
Pereksi : - Anilin 10 g - Asm sett glsil 20 mL - Anhidrid sett 15 mL - As
m klorosulfont 20 mL - Amonium hidroksid pekt 30 mL - Lrutn HCl 6N - Lrutn
HCl 3N . - Ntrium bikrbont - Kerts lkmus - Btu didih - Akudes 25 mL 25 mL 10
g
Perltn : - Lbu bult 100-mL - Kondenser bol - Kompor listrik - Gels pil
250-mL - Gels pil 400-mL - Erlenmeyer 125-mL - Timbngn - Pengduk - Pending
in ir-es - Penentu titik leleh
Prosedur Kerj Lrutkn nilin 10 g dlm 20 mL sm sett glsil di dlm lb
u bult 100-mL dn tungi 15 mL nhidrid sett dengn hti-hti smbil di duk
; cirn kn menjdi hngt. Tmbhkn btu didih dn psng kondenser ir ding
in dn pnskn pelnpeln hingg refluks selm 15 menit. Dinginkn dlm pendi
ngin ir-es hingg
Prktikum Sintesis.docx Kimi Orgnik
155
tempertur kmr (20-25oC) dn tung isi lbu smbil diduk ke dlm gels pil
250mL yng mengndung cmpurn 50 mL ir dingin dn 70 g es. Lnjutkn pengduk
n selm beberp menit smpi nhidrid sett yng tersis terhidrolisis dn
setnilid mengkristl secr sempurn. Kumpulkn produkny dn rekristlissi
dri ir, tmbhkn krbon ktif jik perlu (untuk menyerp wrn); hsilny 10
g dengn titik leleh 114-116oC. Untuk proses selnjutny, produk di ts hrus b
enr-benr nhidrus. Klu perlu, produk tersebut dimsukkn ke dlm lbu sedot
n (suction) dn pnskn di ts penngs ir smbil disedot dengn pomp vkum
smpi bertny konstn. Pindhkn 9 g setnilid ke dlm gels erlenmeyer 12
5-mL dn pnskn lbu tersebut smpi senyw meleleh, putr-putr gels erlenm
eyer hingg lelehn senyw menyelimuti dsrny. Kemudin dinginkn dlm pendi
ngin ir-es smpi senyw memdt. Tmbhkn 20 mL sm klorosulfont (tngni
dengn sngt hti-hti sehingg zt yng sngt korosif ini tidk kontk kulit
tu ir), dn hubungkn ke penngkl up. Hidrogen klorid kn dikelurkn; ji
k lbu cukup pns untuk disentuh, tu reksi tmpk sngt kers, dinginkn d
lm pendingin ir-es seperluny. Ketik hmpir semu setnilid d dlm lru
tn dn reksi sudh muli mered, pnskn lbu di ts pengns up selm 15
menit untuk memberikn kesemptn klorosulfonsi menjdi sempurn dn dinginkn
cmpurn hingg tempertur kmr. Lepskn hubungn penngkl up, dn tung isi
lbu dengn sngt peln dn duk kers-kers ke dlm gels pil 400-mL yng
berisi 100 g es dn 50 mL ir dingin; bils lbu dengn ir dingin dn tmbhkn
ir bilsnny ke dlm gels pil. Jik memungkinkn, pekerjn ini sebikny
dilkukn di dlm lemri sm, kren sis sm sulfont bereksi dengn ir m
elepskn gs HCl, reksi diserti dengn desis dn percikn, krenny mt hr
us dilindungi dengn bik. Endpn p-

setmidobenzensulfonil klorid mul-mul bergeth, tetpi secr berlhn-lh


n memdt dn sebikny di pech-pech, isolsi dengn penyringn, dn cuci beb
erp kli dengn ir dingin. Tekn produk bsh ini hingg sekering mungkin. B
hn menth bsh p-setmidobenzensulfonil klorid sehrusny diubh sekligus
menjdi p-setmidobenzensulfonmid sebgi berikut: msukkn kembli zt ters
ebut ke dlm gels erlenmeyer 125-mL, kemudin tmbhkn cmpurn 30 mL monium
hidroksid pekt dn 30 mL ir, dn duk menjdi pst.setelh reksi pertm s
elesi, pnskn cmpurn selm 15 menit di ts penngs up dn menggunkn p
enngkl up, kli ini isi dengn ir untuk menngkp up monik.
Prktikum Sintesis.docx Kimi Orgnik
156
Dinginkn cmpurn reksi dn tmbhkn lrutn HCl 6 N secr hti-hti, dengn
pendinginn, smpi pH netrl (uji dengn kerts lkmus). Isolsi produk pdt
tersebut dengn cr penyringn, cuci dengn sedikit ir dingin, dn tekn smp
i gk kering di ts penyring. Temptkn p-setmidobenzensulfonmid bsh
ke dlm lbu bult 100 mL dn lengkpi dengn kondenser refluks, selnjutny de
ngn 25 mL lrutn HCl 3N, dn pnskn pd kondisi refluks selm setengh jm
di ts pi kecil. Untuk menghindri kehngusn, nd mul-mul menggoyng memu
tr isi gels terus menerus, smpi hmpir semu pdtn lrut ke dlm lrutn.
Dinginkn cmpurn dn tmbhkn 10 g pdtn ntrium bikrbont sedikit demi s
edikit untuk membebskn p-

minobenzensulfonmid (sulfnilmid) tk terprotonsi. Uji pkh semu sm


hidroklorid telh ternetrlkn (uji dengn kerts lkmus), dn tmbhkn lgi n
trium bikrbont jik msih perlu. Isolsi produk menth, cuci dengn sedikit 
ir dingin dn isp smpi kering. Rekristlissi dri ir mendidih (10-15 mL/g,
tmbhkn rng ktif jik wrnny gelp), sulfnilmid meleleh pd 163-165oC
dn tmpk seperti kristl hlus pnjng, berbentuk jrum, dn berwn putih.
Prktikum Sintesis.docx Kimi Orgnik
157
DAFTAR PUSTAKA Den, J. A. , 1969, Chemicl Seprtion Methode, D. Vn Nostrnd
Compny, New York. Doyle, M. P. , 1980, Experimentl Orgnic Chemistry, John Wil
ey & Sons, New York. Furniss, B. S., V. Rogers, A. J. Hnnford, P. W. G. Smith,
nd A. R. Ttchell, 1986, Vogels Textbook of Prcticl Orgnic Chemistry, 4th Ed
ition, ELBS/Longmn Group Ltd., London. Hrwood, M. H. nd C. J. Moody, 1989, Ex
perimentl Orgnic Chemistry, Blckwell Scientific Publictions, Oxford London.
Ikn, R., 1969, Nturl Products-  Lbortory Guide, Isrel Iniversits Press,
Jeruslem. Mohrig, j. R., Hmmond, C. N., nd Schtz, P. F., 2006, Techniques in
Orgnic Chemistry, 2nd Edition, W. H. Freemn nd Compny, New York. Pvi, D.
L., et l, 1995, Orgnic Lbortory Techniques, 2nd Edition, Sunders College Pu
blishing, Tokyo. Rosenbltt, D.H. nd G.T. Dvis, 1973, Lbortory Course in Org
nik Chemistry, Allyn nd Bcon, Inc. , Boston. Roughley, P. J., dn D. A. Whiti
ng, Experiments in Biosynthesis of Curcumin, J. Chem. Soc. Perkin I, 2379-2388,
1973. Shriner, R. L., Fuson, R. C., Curtin, D. Y., nd Morrill, T. C., 1980, The
Systemtic Identifiction of Orgnic Compounds, 6th Edition, John Wiley & Sons,
New York. Srinivsn, K. R., A Chromtogrphic Study of the Curcuminoid in Curc
um long L., J. Phr. Phrmcol, 5, 448-457, 1953. Tonnesen, H. H. dn J. Krls
en, High-Performnce Liquid Chromtogrphy of Curcumin nd Relted Compounds, J.
Chromtogrphy, 259, 367, 1983.
Dftr Pustk
158

You might also like