Professional Documents
Culture Documents
BRONKITIS AKUT
Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. M. Fachrul Udin, SpA, M.Kes
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Referat ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan tentang bronkitis
akut bagi tenaga kesehatan
2. Sebagai bahan masukan/informasi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan/melanjutkan penelitian tentang penderita bronkitis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3. Laring
Tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Trakea berawal dari
kartilago krikoid yang berbentuk cincin stempel dan meluas ke anterior pada
esofagus, turun kedalam thoraks di mana membelah menjadi dua bronkus utama pada
karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah
lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak diatas trakea
disebelah depan dan lateral. Isthmus melintasi trakea di sebelah anterior, biasanya
setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada
sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian
depan adalah otot-otot suprasternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid
(Davies, 1997)
5. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus ada 2 yaitu: bronkus kanan dan
bronkus kiri. Bronkus kanan lebih pendek, lebih besar, dan mempunyai 3 cabang.
Bronkus kiri lebih panjang, lebih ramping, dan mempunyai 2 cabang (Pearce, 2002)
6. Bronkiolus
Merupakan cabang yang lebih kecil dari bronkus. Pada ujung bronkiolus
terdapat gelembung atau alveoli (Pearce, 2002).
7. Alveoli
Paru-paru mengisi rongga dada, terletak di sebelah kanan - kiri dan di tengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang
terletak di dalam mediastinum. Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian
besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembung-gelembung
ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara.
Hilus paru-paru dibentuk oleh beberapa struktur yaitu arteri pulmonalis yang
mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi oksigen. Vena
pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru-paru ke jantung.
Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial merupakan jalan
utama. Arteri bronkialis keluar dari aorta dan mengantarkan darah ke arteri ke
jaringan paru-paru. Vena bronkialis mengembalikan sebagaian darah dari paru-paru ke
vena kava superior, dan pembuluh limfe. Fungsi utama paru-paru adalah untuk
pertukaran udara dari atmosfir ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya, untuk
pertukaran udara dalam paru-paru ini harus melalui alveoli. Dalam alveoli ini terjadi
pertukaran gas oksigen dari atmosfer dengan CO2 dibawa ke seluruh tubuh (Alsagaff,
1989).
Ventilasi pulmoner :
Saat bernafas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga
terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu jalan nafas yang bersih, sistem saraf pusat dan
sistem pernafasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan berkontraksi
dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
Tahap ke tiga pada proses pernafasan adalah transpor gas-gas pernafasan. Pada
proses ini, oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan karbon dioksida
diangkut dari jaringan kembali menuju paru (Pearce, 2002).
2.3 Definisi
Bronkitis merupakan peradangan pada saluran bronkus atau saluran
pernafasan bawah yang terjadi secara mendadak selama 3 sampai 10 hari (ALA,
2016), seringnya diikuti oleh infeksi saluran pernafasan atas tanpa disertai tanda tanda
gangguan paru kronis. Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu
trakea dan bronkus) karena infeksi virus atau bakteri. Gejala yang muncul biasanya
ditandai dengan Flu-like syndrome seperti coryza. Batuk demam yang tidak terlalu
tinggi, lemas, nyeri otot. Batuk biasanya disertai dengan keluarnya sekret dari hidung,
baik yang berair maupun sekret kental. Saat Penyakit bronkitis akut sudah
berlangsung dalam 7-10 hari, mukosa hidung menjadi bengkak dan sekret menjadi
lebih tebal. Bronkitis akut yang berlangsung lebih dari 10 hari, sekret menjadi bening
dan konsistensinya seperti air (Neal R, 2014). Batas nafas cepat adalah frekuensi
pernafasan sebanyak 60 kali permenit pada anak usia < 2 bulan, 50 kali per menit atau
lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau
lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun (Depkes RI, 2002).
2.4 Epidemiologi
Bronkitis akut adalah Penyakit inflamasi pada saluran nafas bawah yang
bersifat kronis. Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang
diperoleh untuk usia penderita ( 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia ( 30-
40 tahun) sekitar 5,7% dan untuk yang berusia ( 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain
itu, penderita bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan aktivitas merokok yang lebih
cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki (McKay, 2012).
2.5 Etiologi
Bronkitis akut dapat disebabkan bakteri dan virus. Namun, Virus merupakan
penyebab tersering bronkitis akut. Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :
- Infeksi virus 90% : adenovirus, influenza virus, parainfluenza virus, rhinovirus, dan
lain-lain.
- Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella parapertussis, Haemophilus
influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma pneumonia,
Chlamydia pneumonia, Legionella)
- Noninfeksi : polusi udara dan rokok.
2.6 Patofisiologi
Patofisiologi bronkitis akut bermula akibat cedera pada mukosa bronkus. Pada
keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence,
yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Silia epitel
respiratorius, kelenjar penghasil mukus dan palut lendir membentuk sistem
mekanisme pertahanan penting dalan sistem respiratorius yang kemudian dikenal
sebagai mucocilliary defence. Silia yang terdapat pada permukaan epitel memiliki
gerakan-gerakan teratur, bersama dengan palut lendir akan mendorong partikel-
partikel asing dan bakteri yang terhirup ke rongga hidung menuju nasofaring,
orofaring dan selanjutnya akan ditelan dan dihancurkan di lambung (Heilger,2005).
Mucocilliary defence yang baik akan mencegah terjadinya infeksi. Pada pasien
dengan bronkitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan
sehingga silia tidak berfungsi dengan baik sehingga lebih mudah terserang infeksi.
Kotoran yang seharusnya disaring lalu di dorong ke proksimal oleh silia jadi
tertumpuk di bronkus atau bronkiolus. Ketika infeksi timbul, akan terjadi pengeluaran
mediator inflamasi yang mengakibatkan kelenjar mukus menjadi hipertropi dan
hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan
meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronkial meradang, menebal (sering
kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya
mukus kental dari dinding bronkial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam
jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit
saluran udara besar. Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi
jalan nafas terutama selama ekspirasi. Jalan nafas selanjutnya mengalami kolaps dan
udara terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Pasien mengalami kekurangan
02, jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi penurunan
PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO, sehingga pasien
terlihat sianosis (Melbye H, 2009).
Diambil dari El-Naggar, M. 2008.Pediatric Clinical Diagnosis 6th Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) LTD
2.10 Tatalaksana
Pemberian obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan bronkitis akut
dibagi menjadi dua yaitu pemberian terapi suportif dan definitif. Pada literatur di
Amerika menyebutkan bahwa pemberian terapi definitif seperti antibiotik tidak
disarankan karena sering disebabkan oleh virus. Tetapi bila dicurigai adanya infeksi
dapat diberikan antibiotik broad spektrum seperti amoxicillin dengan dosis 20-40
mg/kgBB/hari (Nelson, 2014). Pemberian terapi suportif seperti analgesik dan
antipiretik (contoh: paracetamol) cukup membantu dalam menangani gejala yang
dialami pasien sedangkan pemberian antitusif dan ekspetoran tidak disarankan untuk
diberikan pada anak kurang dari 2 tahun dan dari hasil studi tidak didapatkan hasil
yang efektif (Carolan, 2016).
2.11Prognosis
Prognosis dalam bronkitis akut bisa dikatakan baik. Bronkitis akut berakhir
dalam beberapa hari sampai satu minggu. Bronkitis akut sering disertai dengan gejala
Flu-like syndrome seperti demam, batuk, lemas, dan sakit kepala. Perlu diperhatikan
bahwa bronkitis akut juga harus ditangani dengan benar karena salah satu komplikasi
tersering bronkitis akut menjadi bronkitis kronis.(Mayo, 2008). Komplikasi selain
bronkitis kronis bisa didapatkan aspirasi trankeobronkial, bronkopneuomnia, sampai
gagal nafas (Carolan, 2012).
BAB 3
KESIMPULAN
Bronkitis akut merupakan inflamasi saluran bronkus dan trakea yang terjadi selama 3
sampai 10 hari bisa disebabkan oleh virus atau bakteri atau inhalasi iritan dengan tanda nafas
cepat. Gejala yang umum terjadi berupa batuk kering lalu menjadi berdahak setelah 2 atau 3
hari. Gejala penyerta yang dapat terjadi berupa sakit tenggorakan atau hidung tersumbat dan
adanya demam bisa menjadi indikasi infeksi pada paru-paru. Anamnesa dan pemeriksaan
fisik yang cermat menjadi kunci utama dalam penegakan diagnosis pada bronkitis akut.
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap dapat membantu dalam
memperkirakan penyebab dari bronkitis. Sedangkan pemeriksaan sputum seperti pewarnaan
gram dan kultur masih kurang efektif. Penanganan pada bronkitis akut dapat diberikan obat
analgesik dan antipiretik sebagai terapi suportif. Sedangkan pemberian antibiotik sebagai
terapi definitif masih kurang efektif karena penyebab umum bronkitis akut adalah virus.
DAFTAR PUSTAKA