You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

STERILISASI

Disusun oleh:

Leti Siana (G1B012016)

Amidiana Araminta Aisyah (G1B012019)

Kurnia Dini Cahyanti (G1B012034)

Putri Puspitasari (G1B012037)

Drestanta Deviananda (G1B012068)

Adhika Pramastya (G1B012071)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan yang bersinggungan
dengan aktivitas mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Tujuan utama
dengan adanya sterilisasi adalah untuk meminimalisir atau meniadakan
potensi kontaminasi dari mikroba yang tidak diinginkan. Kontaminasi
yang timbul dari mikroba yang tidak diharapkan dikhawatirkan dapat
menghambat aktivitas dari mikroba yang ditumbuhkan atau dapat
membahayakan keselamatan dari pelaksana kegiatan tersebut. Metoda
sterilisasi yang dilakukan diupayakan berlangsung secara cepat dan dapat
meminimalkan atau menghilangkan potensi kontaminasi mikroba
seefektif mungkin. Proses sterilisasi yang tidak sempurna dapat
menyebabkan munculnya kontaminasi mikroba baik yang berasal dari
peralatan tersebut atau kontaminasi mikroba dari lingkungan.
Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-
bahan dari segala bentuk kehidupan, terutama mikroba. Sterilisasi pada
medium pertumbuhan dimaksudkan untuk membunuh mikroba yang tidak
diinginkan agar tidak berada pada suatu media (Stainer, 1982).
Sterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu fisik, mekanik,
dan kimiawi. Secara fisik, proses sterilisasi yang sering digunakn dalam
laboratorium adalah pemanasan. Daya kerja panas terhadap
mikroorganisme akan membunuh beberapa mikroorganisme dengan
mekanisme denaturasi protein pada enzim dan membran sel. Sterilisasi
dengan panas kering dapat menyebabkan oksidasi dari komponen sel. Alat
yang digunakan pada sterilisasi panas kering yaitu oven. Sterilisasi
dengan penyaringan digunakan untuk bahan kimia yang peka terhadap
panas, misalnya serum dan enzim (Smith, 1986). Bahan kimia yang dapat
digunakan untuk proses sterilisasi, contohnya adalah alkohol. Proses
sterilisasi yang menggunakan bahan kimia disebut dengan sterilisasi
secara kimiawi (Tortora et al, 2001).
Berdasarkan pemaparan diatas sterilisasi sangat penting dalam
melakukan suatu percobaan, sehingga melatar belakangi praktikan dalam
membuat laporan ini agar pengerjaan praktikan mikrobiologi selanjutnya
dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan percobaan.
B. Tujuan
Mengenal dan mengetahui spesifikasi dan prinsip kerja alat-alat
sterilisasi dan mampu menguasai teknik kerja aseptis.

BAB II
MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah saringan Zeitz,
erlenmeyer yang dapat dipasang vakum, pompa vakum, pembakar
bunsen, lampu spirtus, oven, arnold steam sterilizer, autoklaf, kompor gas,
autoklaf listrik, BSC (Biological Safety Cabinet)/LAF (Laminar Air
Flow).
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bahan-
bahan cair (ekstrak buah atau sayur), minyak, dan serbuk, media
pertumbuhan (MSA), dan alkohol 70%.

B. Metode

STERILISASI SECARA FISIK (PEMANASAN ATAU PENYINARAN)

2.1. Sterilisasi dengan pemijaran

Jarum Osche/jarum inokulasi

-dipanaskan pada lidah api pembakar


spirtus hingga memerah

-ditarik dari lidah api

-ditunggu sementara waktu hingga jarum


mencapai suhu sekitar 45oC

Hasil : jarum osche sterill

Skema kerja sterilisasi pinset dan skalpel

skalpel pinset
- dilakukan pemanasan dengan
dibakar tidak sampai membara

- ditarik dari lidah api

- ditunggu sementara waktu hingga jarum


mencapai suhu sekitar 45oC

Hasil : skalpel dan pinset steril dan siap


digunakan

2.2. Sterilisasi dengan panas kering

Sterilisasi dengan Panas Kering

Alat - alat yang akan disterilkan oleh

- dibungkus
aluminium foil .

Oven

- Alat alat disterilkan pada


suhu 160 - 180C.
- tunggu 2 3 jam

Hasil : alat alat sudah steril.

2.3. Sterilisasi dengan uap air panas

Alat sterilisasi
-bahan yang akan distelisasi
(dalam botol) diletakkan
didalamnya
- di panaskan sampai
termometer
menunjukkan 100 , biarkan selama
30 menit

Bahan yang disterilisasikan


-di ambil dari
alat sterilisasi dan
disimpan selama 24 jam
pada suhu kamar

Bahan yang di simpan di sterilisasi


lagi
- disimpan selama 24 jam

Bahan disterilisasi lagi

Bahan sudah steril

2.4. Sterilisasi dengan Uap Air Panas Bertekanan

Akuades

-diisikan dalam tangki autoklaf

Media yang akan disterilisasi

-Dimasukkan pada botol sterilisasi


hingga maksimum 2/3 volume total
dari botol
-Botol ditutup rapat

Autoklaf

-Tangki ditutup

-Sekrup pengaman katup


dipasang
-Perapian/power dihidupkan

Terjadi pemanasan

-Dibiarkan sementara waktu


hingga uap air yang terbentuk
cukup banyak
Autoklaf

-sekrup penguat & pengaman


dikencangkan
-katup 1 dibiarkan terbuka
otomatis
-katup 2 dibiarkan terbuka sampai
sementara waktu

-setelah 10 menit katup uap ditutup

Jarum tekanan

-ditunggu hingga menunjukkan 15 lbs


atau 2 atm dan suhu mencapai 121oC

-dihitung 15 menit

Power/api dimatikan

Gas dikeluarkan semua hingga jarum


penunjuk tekanan mencapai 0 kembali

Katup penguat dan pengaman dibuka

Bahan yang disterilisasikan dikeluarkan

2.5. Sterilisasi dengan Penyinaran Ultraviolet

Lampu UV dihidupkan selama 2 jam


dan dimatikan sebelum kerja dimulai.

Kaca penutup dipastikan terkunci dan


pada posisi rendah.

Lampu neon dan blower dinyalakan


selam 5 menit.

Cuci tangan dan lengan denagn sabun


germisidal/alkohol 70%.

Permukaan interior bsc diusap dengan


alkohol 7% dan biarkan menguap.

Alat dan Bahan dimasukan dan jangan


terlalu penuh untuk mengurangi resiko
kontaminan.

Biarkan 2 3 menit agar kontaminan


tidak keluar dari bsc.

Permukaan interior bsc diusap lagi


dengan alakohol 70% dan biarkan
menguap lalu tangan dibasuh dengan
desinfektan.

Lampu Neon dan Blower dimatikan.

STERILISASI SECARA MEKANIK

filter

-dipasang pada mulut atas erlenmeyer


-dipasang pada mulut atas
erlenmeyer
Mulut tambahan erlenmeyer

-dihubungkan dengan selang ke pompa


vakum
-dilakukan secara aseptis

Erlenmeyer

-dilewati cairan sampai selesai

-ditutup dengan aluminium foil steril

-disimpan pada suhu dingin hingga siap


digunakan

Hasil

Skema kerja sterilisasi secara kimiawi

a) Untuk sterilisasi alat

Alkohol 70%

-disemprotkan pada alat yang akan


disterilkan
Alat yang akan disterilkan

-Difiksasikan pada api bunsen

Hasil : alat sudah steril


b) Untuk sterilisasi meja praktikum

Alkohol 70%

-Disemprotkan pada meja praktikum

-diusap dengan kapas dengan arah


vertikal
Hasil : meja praktikum sudah steril

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun data hasil pengamatan adalah sebagai berikut:

No Alat Sterilisasi Prinsip Kerja Spesifikasi Alat


1 Panas kering, suhu Untuk sterilisasi alat
1600-1800 C, yang terbuat dari
memerlukan waktu gelas dan bahan
Oven 2-3 jam. berupa serbuk dan
minyak. Tidak
terjadi kondensasi
atau pengembunan.
2 Uap air panas Digunakan untuk
bertekanan, Suhu sterilisasi alat dan
1210 C, tekanan 2 bahan. Mengalami
atm, 15 menit untuk kondensasi atau
bahan dan 20 menit pengembunan. Bisa
Autoklaf untuk alat. membunuh hingga
ke tingkat spora.
3 Uap air panas, suhu Untuk sterilisasi
1000 C selama 30 bahan-bahan berair.
menit dan diulang 3 Dapat mematikan
kali dengan interval mikroorganisme
waktu 24 jam. sampai tingkat spora
Arnold Steam Sterilizer
namun harus
melakukan 3 kali
ulangan.
4 Kisaran untuk Untuk menginkubasi
inkubator produksi atau mengeram
Heraeus B5042 mikroba pada suhu
misalnya 100-700 C. yang terkontrol.
Incubator

5 Penyaringan, terdiri Hanya untuk


dari pompa vakum sterilisasi bahan
untuk menyedot, yang tidak tahan
fanel sebagai tempat dengan panas dan
larutan yang belum uap, tidak bisa untuk
sartor steril, fluks sebagai menyaring virus.
ius membrane filter
penampung larutan Untuk menyaring
yang sudah steril. bakteri
menggunakan
saringan 0,22
mikron dan untuk
yeast 0,45 mikron.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang digunakan untuk mensterilisasi
adalah oven dalam mensterilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
fisik, mekanik, dan kimiawi.. Sterilisasi fisik terdiri dari pemanasan,
filtrasi atau penyaringan, dan radiasi. Tujuan dari sterilisasi adalah usaha
untuk membebaskan alat dari kontaminasi mikroba. Pada percobaan ini
alat yang digunakan untuk mensterilkan alat yaitu oven, oven merupakan
alat sterilisasi dengan cara fisik yaitu panas kering.
Oven (Hot Air Sterilizer), digunakan untuk mensterilisasi alat yang
terbuat dari kaca dan kertas yang tahan terhadap suhu tinggi. Oven terbuat
dari kotak logam, udara yang didalamnya mandapat udara yang panas
melalui panas daya listrik. Sebelum dimasukkan alat-alat seperti
erlenmeyer, cawan petri, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, gelas
ukur, tabung reaksi atau alat yang terbuat dari kaca dibungkus dengan
kertas terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya keretakan dan
kontaminasi pada saat alat dikeluarkan dari dalam oven. Alat-alat yang
akan disterilisasi dicuci dan dikeringkan, alat yang mempunyai mulut
ditutup dengan kapas seperti pipet tetes, tabung reaksi, Erlenmeyer, gelas
ukur, cawan petri dan labu ukur setelah ditutup dengan kapas, dibungkus
lagi dengan kertas sedangkan untuk batang pengaduk dibungkus seperti
biasa. Tujuan dari pembungkusan yaitu agar alat-alat tidak terkontaminasi
dengan bakteri luar dan alat tidak pecah karena pada umumnya alat
terbuat dari kaca. Alat-alat yang sudah dibungkus dimasukkan kedalam
oven dengan temperature 170-180 oC selama 1-2 jam. Setelah pemanasan
slesai oven dimatikan sampai mencapai suhu kamar. Hal ini bertujuan
untuk menghindari keretakan alat atau masuknya udara yang mengandung
partikel debu. Setelah dilakukan sterilisasi alat siap digunakan untuk
melakukan percobaan. Suhu yang digunakan 170 oC-180 oC Karena panas
kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan
uap air panas maka metode ini memerlukan temperature yang lebih tinggi
dan waktu yang lebih panjang.
Alat lain yang digunakan dalam sterilisasi adalah autoklaf yang
berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Autoklaf
digunakan untuk mensterilisasi alat-alat gelas, kayu, plastik, larutan dan
medium yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Autoklaf juga dapat
digunakan untk melisiskan mikroba. Adapun bagian-bagian dari autoklaf
adalah panic luar, panic dalam untuk meletakkan alat dan saluran uap,
bagian penutup terdiri dari penunjuk tekanan dan saluran uap, terdapat
katup dan pengunci. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah
selama 15 menit pada suhu 121oC.
Ketika ingin menggunakan autoklaf, harus diisi dengan air sampai
batas rang atau dasar yang berlubang-lubang tempat meletakkan alat.
Alat-alat yang ingin disterilkan harus terlebih dahulu dibungkus dengan
alumunium foil dan bagian mulutnya ditutup dengan kapas. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terbentuknya uap air didinding dan didalam
alat-alat yang dipanaskan. Alat-alat yang ingin dipanaskan kemudian
dimasukkan kedalam autoklaf, selanjutnya tutup dipasang hingga pas.
Kran pengatur tempat keluar air dibiarkan terbuka sampai uap air saja dan
semua udara terdesak keluar dengan demikian didalam bejana hanya
terdapat tekanan uap air saja. Besarnya tekanan yang digunakan
tergantung pada jenis bahan atau alat yang disterilisasi.
Sterilisasi dengan metode pemijaran, dilakukan untuk alat-alat yang
tahan panas, sehingga mikroba yang terdapat pada alat-alat tersebut dapat
dimatikan. Sterilisasi ini dilakukan dengan menggukan pembakar spirtus.
Nyala pembakar spirtus merupakan media sterilisasi atau pembunuh
mikroorganisme yang tidak kita inginkan. Alat yang disterilkan dengan
nyala pembakar spirtus adalah jarum osche dan batang L. Pemijaran
jarum osche dimulai dari pangkal jarum sampai rata menuju ke bagian
ujung. Setelah itu jarum didinginkan terlebih dahulu agar jasad renik yang
dipindah tidak mati. Kelebihan dari metode ini adalah proses
sterilisasinya berlangsung cepat dan sangat cocok untuk alat-alat yang
terbuat dari logam. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa tercipta
suasana yang benar-benar steril karena pada saat jarum osche
didinginkan, maka dimungkinkan tumbuhnya lagi mikroorganisme baru
(Lay, 1992).
Metode sterilisasi yang berikutnya adalah sterilisasi cara kimia.
Bahan kimia yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol 70%.
Kelebihan dari bahan ini adalah tidak mudah menguap, sehingga
diperoleh kondisi aseptis yang tahan lama. Selain itu alkohol 70%
harganya juga relatif terjangkau. Pemberian alkohol yang disemprotkan
ke tangan, meja dan udara, bertujuan untuk mendapatkan kondisi aseptis.
Beberapa kekurangan dari metode ini antara lain, masih ada beberapa
mikroorganisme yang masih hidup, karena penyemprotannya tidak
merata. Contoh lalat-alat yang disterilkan dengan metode ini antara lain :
Drugal, sky, dan pipet ukur (Stainer, 1982).
Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu
saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau
tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka
sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan
saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak
digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalnya filter
berkefeld, filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai
tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring
(Hadioetomo, 1993).
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan
melalui suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk
menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan
tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat
saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi
mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan
virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi
dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang
peka tehadap panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel, dan
sebagainya (Hadioetomo, 1993).
Sterilisasi yang dilakukan pada praktikum, ternyata tidak benar-
benar tercipta kondisi aseptis (Stainer, 1982). Dari melihat hasil
praktikum yang didapatkan, maka dapat dibedakan antara medium steril
dan non steril. Pada medium steril, tidak ada mikroorganisme, warna, gas,
dan kekeruhan tidak terbentuk. Hal ini berbeda dengan medium non steril
banyak mikroorganisme yang terbentuk, warna, gas, dan kekeruhannya
pun banyak yang terbentuk.
Sterilisasi dalam orthodonsi telah mengalami banyak perundingan
dan tekanan dalam literatur-literatur kesehatan gigi dan mulut. Sterilisasi,
kerja aseptis dan pencegahan penyakit universal untuk mencegah
munculnya infeksi terhadap penyebaran penyakit justru sering diabaikan
dalam praktik kesehatan gigi dan mulut. Kedua faktor yakni pasien dan
praktisi memproduksi risiko besar terhadap penyebaran infeksi seperti
hepatitis B, pneumonia dan HIV karena lingkungan menjadikan mulut
kaya akan macam-macam bakteri aerob dan anaerob. Menurut survei
yang dilakukan berdasarkan berbagai bidang atau keahlian khusus di
praktisi kesehatan gigi dan mulut, berdasarkan risiko kontrak hepatitis,
orthodonsi menjadi nomor dua terbesar diantara kelompok kontrak
hepatitis (Vinay P, 2011).

Cara kerja transfer biakan dan pipetting

1. Cara kerja pipetting


Pipetting adalah pemindahan bahan menggunakan pipet. Cara
kerja dari pipetting yaitu lepaskan bungkus pipet. Usahakan daerah ujung
pipet berdekatan dengan api. Buka tutup tabung dan lewatkan mulut
tabung pembakar spirtus. Sedot cairan dengan menekan tombol S pada
filler. Pindahkan cairan ke dalam tabung lain dengan enekan tombol E
pada filler. Lewatkan lagi mulut tabung ke dalam pembakar spirtus lalu
tutup.

2. Cara kerja trasfer biakan tabung ke tabung


Transfer biakan dari tabung ke tabung digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme dari satu media ke dalam meia lain.
Penumbuhan pada media tabung lebih digunakan untuk melihat aktivitas
dari mikroorganisme tersebut. Cara kerjanya yaitu bakar ujung sampai
pangkal jarum osche sampai memijar kmudian dinginkan. Bekerjalah
selalu dekat dengan api. Buka tutup kedua tabung kemudian lewatkan
mulut tabung pada pembakar spirtus agar kontaminan mati. Ambil satu
ulasan kemudian streak zig-zag pada tabung lainnya. Bakar lagi mulut
tabung agar kontaminan dari proses transfer hilang lalu tutup tabung.
Bakar jarum osche hingga memijar untuk membunuh bakteri sisa
transfer.

3. Cara kerja transfer biakan cawan ke cawan


Transfer biakan dari cawan ke cawan sama penggunaannya yaitu
untuk menumbuhkan mikroorganisme dari satu media ke media lain
namun ditempatkan dalam cawan. Penumbuhan mikroorganisme dalam
cawan lebih digunakan untuk melihat morfologi dari mikroorganisme
tersebut. Cara kerjanya yaitu bakar ujung hingga pangkal jarum osche
hingga membara lalu dinginkan. Bakar mulut cawan bagian tepi dengan
memutarnya di atas api. Buka mulut cawan, ambil koloni tunggal dengan
menempalkan jarum osche. Tanamkan ke media baru dengan streak
kontinyu. Panaskan mulut cawan lagi. Bakar ujung jarum osche sampai
membara.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan :
1. Sterilisasi sangat di perlukan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti tumbuhnya mikroba diluar yang dipraktekkan
2. Sterilisasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu sterilisasi mekanik,
sterilisasi kimia dan sterilisasi fisik.
3. Terdapat 5 metode umum sterilisasi yaitu pemijaran, sterilisasi uap air
panas, sterilisasi panas kering, sterilisasi uap panas kering bertekanan,
dan penyinaran sinar ultraviolet.
4. Media steril dan nonsteril dapat dibedakan dari warna medium yang
berubah dan timbul koloni bakteri.
5. Transfer biakan dapat dilakukan dengan cara pipetting, transfer biakan
dari cawan ke cawan, dan dari tabung ke tabung yang harus dilakukan
dengan cara atau kondisi aseptis.

B. Saran

Adapun beberapa saran antara lain :

1. Pada sterilisasi dengan alkohol, hendaknya penyemprotan dilakukan

dengan merata.

2. Untuk sterilisasi dengan autoklaf, hendaknya waktu sterilisasi dan

penghilangan uap air dihentikan dengan tepat, hingga tercipta kondisi

yang benar-benar aseptis.

DAFTAR REFERENSI

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia, Jakarta.


Lay, B. W. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Rajawali Press.

P, Vinay, Reddy Y, Griridar, dkk. International Journal of Dental Clinics Volume 3


Issue 1 January-March 2011.

Rao, A.S. 2006. Introduction to Microbiology. New Delhi: PHI learning.

Smith, A. L. 1986. Principle of Microbiology. London : CV Monby Company.

Stainer, R. Y. 1982. The Microbial World I. New Jersey: Prentase Hill.


Tortora, G. J. B. R. Funke and C. I. Care. 2001. Microbiology and Introduction.
California : The Benjamin Publishing Company.

You might also like