Professional Documents
Culture Documents
STERILISASI
Disusun oleh:
BAB II
MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah saringan Zeitz,
erlenmeyer yang dapat dipasang vakum, pompa vakum, pembakar
bunsen, lampu spirtus, oven, arnold steam sterilizer, autoklaf, kompor gas,
autoklaf listrik, BSC (Biological Safety Cabinet)/LAF (Laminar Air
Flow).
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah ekstrak
enzim, bahan medium tertentu dengan senyawa gula, garam fisiologis,
natrium bikarbonat, jarum ose, jarum inokulasi, jarum spatula, pinset,
skapel, tabung reaksi, cawan petri, gelas piala, pipet, medium cair, ekstrak
buah atau sayur, medium agar, medium cair.
B. Metode
skalpel pinset
- dilakukan pemanasan dengan
dibakar tidak sampai membara
- dibungkus
aluminium foil .
Oven
Alat sterilisasi
-bahan yang akan distelisasi
(dalam botol) diletakkan
didalamnya
- di panaskan sampai
termometer
menunjukkan 100 , biarkan selama
30 menit
Akuades
Autoklaf
-Tangki ditutup
Terjadi pemanasan
Jarum tekanan
-dihitung 15 menit
Power/api dimatikan
filter
Erlenmeyer
Hasil
Alkohol 70%
Alkohol 70%
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun data hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang digunakan untuk mensterilisasi
adalah oven dalam mensterilisasi dapat dilakukan dengan dua jenis cara
yaitu sterilisasi fisik dan kimia. Sterilisasi fisik terdiri dari pemanasan,
filtrasi atau penyaringan, dan radiasi. Tujuan dari sterilisasi adalah usaha
untuk membebaskan alat dari kontaminasi mikroba. Pada percobaan ini
alat yang digunakan untuk mensterilkan alat yaitu oven, oven merupakan
alat sterilisasi dengan cara fisik yaitu panas kering.
Oven (Hot Air Sterilizer), digunakan untuk mensterilisasi alat yang
terbuat dari kaca dan kertas yang tahan terhadap suhu tinggi. Oven terbuat
dari kotak logam, udara yang didalamnya mandapat udara yang panas
melalui panas daya listrik. Sebelum dimasukkan alat-alat seperti
erlenmeyer, cawan petri, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, gelas
ukur, tabung reaksi atau alat yang terbuat dari kaca dibungkus dengan
kertas terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya keretakan dan
kontaminasi pada saat alat dikeluarkan dari dalam oven. Alat-alat yang
akan disterilisasi dicuci dan dikeringkan, alat yang mempunyai mulut
ditutup dengan kapas seperti pipet tetes, tabung reaksi, Erlenmeyer, gelas
ukur, cawan petri dan labu ukur setelah ditutup dengan kapas, dibungkus
lagi dengan kertas sedangkan untuk batang pengaduk dibungkus seperti
biasa. Tujuan dari pembungkusan yaitu agar alat-alat tidak terkontaminasi
dengan bakteri luar dan alat tidak pecah karena pada umumnya alat
terbuat dari kaca. Alat-alat yang sudah dibungkus dimasukkan kedalam
oven dengan temperature 170-180 oC selama 1-2 jam. Setelah pemanasan
slesai oven dimatikan sampai mencapai suhu kamar. Hal ini bertujuan
untuk menghindari keretakan alat atau masuknya udara yang mengandung
partikel debu. Setelah dilakukan sterilisasi alat siap digunakan untuk
melakukan percobaan. Suhu yang digunakan 170 oC-180 oC Karena panas
kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan
uap air panas maka metode ini memerlukan temperature yang lebih tinggi
dan waktu yang lebih panjang.
Alat lain yang digunakan dalam sterilisasi adalah autoklaf yang
berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Autoklaf
digunakan untuk mensterilisasi alat-alat gelas, kayu, plastik, larutan dan
medium yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Autoklaf juga dapat
digunakan untk melisiskan mikroba. Adapun bagian-bagian dari autoklaf
adalah panic luar, panic dalam untuk meletakkan alat dan saluran uap,
bagian penutup terdiri dari penunjuk tekanan dan saluran uap, terdapat
katup dan pengunci. Untuk mematikan spora diperlukan panas basah
selama 15 menit pada suhu 121oC.
Ketika ingin menggunakan autoklaf, harus diisi dengan air sampai
batas rang atau dasar yang berlubang-lubang tempat meletakkan alat.
Alat-alat yang ingin disterilkan harus terlebih dahulu dibungkus dengan
alumunium foil dan bagian mulutnya ditutup dengan kapas. Hal ini
dilakukan untuk menghindari terbentuknya uap air didinding dan didalam
alat-alat yang dipanaskan. Alat-alat yang ingin dipanaskan kemudian
dimasukkan kedalam autoklaf, selanjutnya tutup dipasang hingga pas.
Kran pengatur tempat keluar air dibiarkan terbuka sampai uap air saja dan
semua udara terdesak keluar dengan demikian didalam bejana hanya
terdapat tekanan uap air saja. Besarnya tekanan yang digunakan
tergantung pada jenis bahan atau alat yang disterilisasi.
Sterilisasi dengan metode pemijaran, dilakukan untuk alat-alat yang
tahan panas, sehingga mikroba yang terdapat pada alat-alat tersebut dapat
dimatikan. Sterilisasi ini dilakukan dengan menggukan pembakar spirtus.
Nyala pembakar spirtus merupakan media sterilisasi atau pembunuh
mikroorganisme yang tidak kita inginkan. Alat yang disterilkan dengan
nyala pembakar spirtus adalah jarum osche dan batang L. Pemijaran
jarum osche dimulai dari pangkal jarum sampai rata menuju ke bagian
ujung. Setelah itu jarum didinginkan terlebih dahulu agar jasad renik yang
dipindah tidak mati. Kelebihan dari metode ini adalah proses
sterilisasinya berlangsung cepat dan sangat cocok untuk alat-alat yang
terbuat dari logam. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa tercipta
suasana yang benar-benar steril karena pada saat jarum osche
didinginkan, maka dimungkinkan tumbuhnya lagi mikroorganisme baru
(Lay, 1992).
Metode sterilisasi yang berikutnya adalah sterilisasi cara kimia.
Bahan kimia yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol 70%.
Kelebihan dari bahan ini adalah tidak mudah menguap, sehingga
diperoleh kondisi aseptis yang tahan lama. Selain itu alkohol 70%
harganya juga relatif terjangkau. Pemberian alkohol yang disemprotkan
ke tangan, meja dan udara, bertujuan untuk mendapatkan kondisi aseptis.
Beberapa kekurangan dari metode ini antara lain, masih ada beberapa
mikroorganisme yang masih hidup, karena penyemprotannya tidak
merata. Contoh lalat-alat yang disterilkan dengan metode ini antara lain :
Drugal, sky, dan pipet ukur (Stainer, 1982).
Sterilisasi yang dilakukan pada praktikum, ternyata tidak benar-
benar tercipta kondisi aseptis (Stainer, 1982). Dari melihat hasil
praktikum yang didapatkan, maka dapat dibedakan antara medium steril
dan non steril. Pada medium steril, tidak ada mikroorganisme, warna, gas,
dan kekeruhan tidak terbentuk. Hal ini berbeda dengan medium non steril
banyak mikroorganisme yang terbentuk, warna, gas, dan kekeruhannya
pun banyak yang terbentuk.
Sterilisasi dalam orthodonsi telah mengalami banyak perundingan
dan tekanan dalam literatur-literatur kesehatan gigi dan mulut. Sterilisasi,
kerja aseptis dan pencegahan penyakit universal untuk mencegah
munculnya infeksi terhadap penyebaran penyakit justru sering diabaikan
dalam praktik kesehatan gigi dan mulut. Kedua faktor yakni pasien dan
praktisi memproduksi risiko besar terhadap penyebaran infeksi seperti
hepatitis B, pneumonia dan HIV karena lingkungan menjadikan mulut
kaya akan macam-macam bakteri aerob dan anaerob. Menurut survei
yang dilakukan berdasarkan berbagai bidang atau keahlian khusus di
praktisi kesehatan gigi dan mulut, berdasarkan risiko kontrak hepatitis,
orthodonsi menjadi nomor dua terbesar diantara kelompok kontrak
hepatitis (Vinay P, 2011).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan :
1. Sterilisasi sangat di perlukan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan seperti tumbuhnya mikroba diluar yang dipraktekkan
2. Sterilisasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu sterilisasi mekanik,
sterilisasi kimia dan sterilisasi fisik.
3. Terdapat 5 metode umum sterilisasi yaitu pemijaran, sterilisasi uap air
panas, sterilisasi panas kering, sterilisasi uap panas kering bertekanan,
dan penyinaran sinar ultraviolet.
4. Media steril dan nonsteril dapat dibedakan dari warna medium yang
berubah dan timbul koloni bakteri.
B. Saran
dengan merata.
DAFTAR REFERENSI