You are on page 1of 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN ANEMIA


DI PKM DUPAK SURABAYA

Disusun oleh :

HANIFAH FITRI
011513243087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Anemia di Puskesmas


Dupak Surabaya yang disusun oleh :
Nama : Hanifah Fitri
NIM : 011513243087
Telah disetujui oleh pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa,

Hanifah Fitri
NIM. 0115132087

Pembimbing Pendidikan PSPB Pembimbing Klinik


FK UNAIR Surabaya Poli KIA Puskesmas Dupak

Miatuningsih, Dip.Mw., S.Pd. Siska Wulandari, SST


NIK. 1987003282016087201 NIP.198005062007012010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan
insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun
pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada di
negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5
% ibu hamil dengan anema (Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 % ibu hamil dengan
anemia (Ani dkk., 2007), dan di RSUD Wangaya Kota Denpasar 25, 6 % ibu
hamil aterm dengan anemia (CM RSUD Wangaya, 2010). Ibu hamil dengan
anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB)
(Wiknjosastro, 2005).
Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa tersebut
janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera
setelah lahir (Sin sin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan
penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang
mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis
puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005; Wiknjosastro,
2005), meningkatkan risiko berat badan lahir rendah (Karasahin et al, 2006;
Simanjuntak, 2008), asfiksia neonatorum (Budwiningtjastuti dkk., 2005),
prematuritas (Karasahin et al., 2006).
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu, janin, dan plasenta. Plasenta
berfungsi untuk nutritif, oksigenasi, ekskresi (Wiknjosastro, 2005; Rompas,
2008). Kapasitas pertumbuhan berat janin dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta,
dan terdapat korelasi kuat antara berat plasenta dengan berat badan lahir (Knare et
al., 2007).
Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu hamil juga
mengakibatkan terjadinya gangguan plasenta seperti hipertropi, kalsifikasi, dan
infark, sehingga terjadi gangguan fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan Agboola (1979)
melaporkan bahwa berat plasenta pada ibu hamil dengan anemia adalah lebih
tinggi tanpa tergantung dengan jenis anemianya. Selain itu, anemia pada ibu hamil
terdapat hipertrofi plasenta dan villi yang mempengaruhi berat plasenta (Robert et
al., 2008).
Dengan demikian, penelitian ini menjadi sangat penting karena akan
memberikan wawasan keilmuan yang lebih luas. Selain itu, hasil penelitian ini
dapat dipakai untuk masukan dalam menyusun program pencegahan dan
penaggulangan risiko anemia pada ibu hamil.

1. 1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar kehamilan
dengan anemia dan mampu membuat asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan anemia.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
- Menjelaskan konsep dasar kehamilan dengan anemia
- Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada kehamilan
dengan anemia
- Melakukan pengkajian pada kasus ibu kehamilan dengan anemia
- Memberikan analisa pada ibu kehamilan dengan anemia
- Melakukan asuhan kebidanan ibu kehamilan dengan anemia
- Melakukan pembahasan dengan membandingkan antara teori dan
yang ditemukan di lapangan

1. 2 Manfaat
a. Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada kehamilan dengan anemia. Serta sebagai
subjek dalam menilai bagaimana pemahaman dan keterampilan
penulis dalam menyikapi kasus.
b. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan anemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia Pada Ibu Hamil


2.1.1 Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada
trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah
menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen
untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50
sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi
menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh
kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses
metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu hamil
mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan
tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi
agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari hari ( Sin sin, 2010 ). Fungsi
Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang
merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan
satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari
suatusenyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh
logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan
hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin dengan heme ( Masrizal,
2007).
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah
berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala
fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup
untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar
hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut
anemia gizi besi ( Masrizal, 2007). Menurut Evatt dalam Masrizal ( 2007) anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi
tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya
kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan
ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan
kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama
anemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia, karena kehilangan darah
sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.
Anemia defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam
kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi.
Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam
makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%), dalam kehamilan adalah anemia yang
disebabkan karena defisiensi asam folat. Anemia Hipoplastik (kejadian 8, 0%)
pada wanita hamil adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui
dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan. Anemia
Hemolitik (kejadian 0,70%), yaitu anemia yang disebabkan karena penghancuran
sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria ( Wiknjosastro,
2005 ; Mochtar, 2004 ).

2.1.2 Penyebab anemia pada ibu hamil


a. Kehilangan Darah secara Kronis
Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan
darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit penyakit kronik (Mochtar,
2004).
b. Asupan Zat Besi tidak cukup dan Penyerapan tidak Adekuat
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat
mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi
minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu
Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu.( Bobak,
2005 ). Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium ( Kusumah,
2009 ). Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena
pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir ( Sin sin, 2008). Pada
penelitian Djamilus dan Herlina (2008) menunjukkan adanya kecendrungan
bahwa semakin kurang baik polamakan, maka akan semakin tinggi angka
kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan kebermaknaan (p >
0.05).
c. Peningkatan Kebutuhan akan Zat Besi
Dalam kehamilan penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama
kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat makanan
bertambah dan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah : penambahan
volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa
hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam
kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Namun
bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana
pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%,
dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri
secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut.
Pengenceran ini meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat
dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut, keluaran
jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan
apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga
tekanan darah tidak naik (Wiknjosastro, 2005 ).
Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L, volume plasma
meningkat sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai
hematokrit. Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi
zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
perfusi dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan antara kecepatan
penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu
biasanya memuncak pada trimester kedua ( Smith et al., 2010 ).
d. Faktor umur
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil.
Umur seorang ibu berkaitan dengan alat alat reproduksi wanita. Umur
reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan
diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan anemia karena
pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35
tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian
didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap
kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).
e. Ketidakpatuhan dalam Mengonsumsi tablet Fe
Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko
2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh
konsumsi tablet Fe (Jamilus dan Herlina 2008 ). Kepatuhan menkonsumsi
tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan
cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi
besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.
Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang
dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena
kekurangan asam folat (Depkes, 2009). Konsumsi tablet besi sangat
dipengaruhi oleh kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan
pendukung bagi ibu hamil untuk patuh mengkonsumsi tablet Fe dengan
baik. Tingkat kepatuhan yang kurang sangat dipengaruhi oleh rendahnya
kesadaran ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, inipun besar
kemungkinan mendapat pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan
kesehatan. Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet besi tidak hanya
dipengaruhi oleh kesadaran saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu
bentuk tablet, warna, rasa dan efek samping seperti mual, konstipasi
(Simanjuntak, 2004).
f. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup maupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan
mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila
tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat zat gizi
akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan
hasil analisisdidapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas
dengan kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding
yang paritas rendah ( Djamilus dan Herlina, 2008)
g. Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia.
Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan
kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi
janin yang dikandung ( Wiknjosastro, 2005; Mochtar, 2004). Jarak kelahiran
mempunyai risiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia
( Amirrudin dan Wahyuddin, 2004)

2.1.3 Gejala anemia pada ibu hamil


Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan
darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara
klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna
memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan
pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan
Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar ( Wiknjosastro, 2005).
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap:
awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk fertin di
hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, fertin inilah yang diambil.
Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi pada pangan hewan
lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 30 % sedangkan dari sumber nabati 1-6 %.
Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untukmemenuhi
kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan
jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang
kunang, mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).

2.1.4 Derajat anemia pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya
kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia pada
ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di
Indonesia sangat bervariasi, yaitu:
a. Tidak anemia : Hb >11 gr%
b. Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%
c. Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%
d. Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009 ).
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet,
namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara
cyanmet. Sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih
menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan darah dilakukan tiap trimester dan
minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan trimester III ( Depkes ,
2009; Kusumah, 2009 ).
Metoda Cyanmethemoglobin ini cukup teliti dan dianjurkan oleh
International Committee for Standardization in Hemathology (ICSH). Menurut
cara ini darah dicampurkan dengan larutan drapkin untuk memecah hemoglobin
menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian diukur pada 540 mm
dalam kalorimeter fotoelekrit atau spektrofotometer. Cara penentuan Hb yang
banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan
cukupsederhana tapi ketelitiannya perlu dibandingkan dengan cara standar yang
dianjurkan WHO (Masrizal, 2007).
2.1.5 Prevalensi anemia kehamilan
Diketahui bahwa 10% - 20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada
kehamilannya. Di dunia 34 % terjadi anemia pada ibu hamil dimana 75 % berada
di negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Prevalensi
anemia pada ibu hamil di Negara berkembang 43 % dan 12 % pada wanita hamil
di daerah kaya atau Negara maju ( Allen, 2007 ). Di Indonesia prevalensi anemia
kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% -71.5% dengan rata-rata 63,5%, sedangkan di
Amerika Serikat hanya 6% ( Syaifudin, 2006). Di Bali prevalensi anemia pada ibu
hamil tahun 2007 yaitu 46,2 % (Ani dkk, 2007) Di RSUD Wangaya Kota
Denpasar ibu hamil aterm dengan anemia 25,6 % ( CM. RSUD Wangaya, 2010).
Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil sebagian besar penyebabnya adalah
kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin (Saifudin,
2006 dan Saspriyana, 2010).
Kematian ibu akibat anemia di beberapa Negara berkembang berkisar 27
per kelahiran hidup ( KH ) di India, dan 194 per 100 000 kelahiran hidup di
Pakistan ( Allen, 2007 ). Menurut WHO 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. (Saifudin, 2006 dan Saspriyana,
2010). Sedangkan di Kota Denpasar tahun 2008 kematian ibu 42 per KH dan 20
% disebabkan oleh karena anemia (Profil Kesehatan Kota Denpasar , 2008 ).
Masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah masih tingginya prevalensi
anemia pada ibu hamil dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan
zatbesi untuk pembentukan haemoglobin. Keadaan kekurangan zat besi pada ibu
hamil akan menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel
tubuh maupun sel otak janin ( Depkes , 2009) .

2.1.6 Pengaruh anemia terhadap kehamilan


2.1.6.1 Pengaruh Terhadap Ibu
a. Ketuban pecah dini
b. Inertia Uteri Atonia Uteri
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan
his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-
tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008). Adanya gangguan his
menyebabkan partus lama, kala II memanjang, retensio plasenta, dan
perdarahan postpartum.
c. Infeksi Puerperalis
Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post
partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang,
dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas,
mudah terjadi infeksi mammae ( Shafa, 2010 ; Saifudin, 2006)

2.1.6.2 Pengaruh Terhadap Bayi


a. Abortus
b. IUGR
Kurangnya hantaran nutrisi karena tidak adekuatnya sirkulasi uteroplasenta
menyebabkan pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin,
kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar
38,85%, merupakan penyebab kematian bayi.
c. Kelahiran Prematur
d. Asfiksia Intrapartum
Kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan
kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir).
e. Rendahnya Skor APGAR
Budwiningtjastuti dkk. ( 2005) melakukan penelitian anemia pada ibu hamil
tri wulan III dan pengaruhnya terhadap kejadian rendahnya Scor Apgar,
didapatkan hasil bahwa ibu hamil dengan anemia < 11 gr % meningkatkan
risiko rendahnya scor Apgar.

2.1.7 Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil


Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan
cara:
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan,
b. Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup, namun karena harganya
cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan
alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka
ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin
yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C.
c. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat
meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan
segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80
% vitamin C akan rusak.
d. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi
seperti : fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah preparat besi yang diminum
(oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan
pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%
perbulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 210 ml secara intramuskulus, dapat
meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral
ini hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada
daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat
pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah
diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama
masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak
protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin
(Sasparyana, 2010 ; Wiknjosastro 2005).
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan
Fe atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah
yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah
adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang
lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu
sendiri. Kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan
Masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg
(zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet
besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu
penyarapannya (Depkes RI, 2009). Menurut Shafa (2010) kebutuhan Fe
selamaibu hamil dapat diperhitungkan untuk peningkatan jumlah darah ibu 500
mgr, pembentukan plasenta 300 mgr, pertumbuhan darah janin 100 mgr.

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan pada Kehamilan dengan Anemia


ANAMNESA

Tanggal : (mengetahui tanggal pelaksanaan pengkajian)


Jam : (mengetahui waktu pelaksanaan pengkajian)
Oleh : (mengetahui orang yang melakukan pengkajian)
Tempat : (mengetahui tempat dilakukannya pengkajian)

I. DATA SUBYEKTIF

a. Biodata / identitas
Nama ibu dan nama suami
Nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil
penderita supaya tidak keliru dengan penderita yang lain. (Christina, 1993: 4)
Umur ibu dan umur suami
Kehamilan yang pertama kali dengan baik antara 19-35 tahun, dengan otot
masih bersifat sangat elastis dan mudah diregang. Tetapi menurut
pengalaman, penderita umur 25-35 tahun masih mudah untuk melahirkan jadi
melahirkan tidak saja umur 19-25 tahun, primitua dikatakan mulai 35 tahun.
(Christina, 1993: 84)
Agama
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
klien. Dengan diketahui agama pasien akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan. (Depkes RI, 1995: 14)
Suku/bangsa
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi
kesehatan klien.
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu atau taraf kemampuan berpikir
ibu, sehingga bidan bisa menyampaikan penyuluhan KIE pada pasien dengan
lebih mudah. (Depkes RI, 1995: 14)
Pekerjaan
Ditanyakan pekerjaan suami dan ibu sendiri untuk mengetahui bagaimana
taraf hidup dan sosial ekonomi penderita agar nasehat yang diberikan sesuai.
(Christina, 1993: 85)
Penghasilan
Untuk mengetahui keadaan ekonomi, status ekonomi yang mempengaruhi
perilaku kesehatan klien.
Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan
kunjungan rumah (home care/home visit) ke ibu. (Christina, 1993: 84)
Nomor Telepon
Untuk memudahkan dalam berkomunikasi

b. Keluhan Utama
Untuk mengkaji kondisi ibu pada kehamilan ini. Perubahan Pada Kehamilan
TM I, II, III yang seringkali menjadi keluhan pada ibu hamil.
Trimester III
Payudara terasa penuh, nyeri tekan dan kadang keluar kolostrum.
Sering BAK.
Kemungkinan sulit tidur.
Sakit pada perut bagian bawah.
Konstipasi/sembelit.
Leucorrhoe.
Kejang pada tungkai kaki.
Kontraksi braxton hicks menetap, tidak nyeri.
c. Alasan Kunjungan
Untuk mengetahui alasan pasien datang ke tempat pelayanan ANC dan untuk
mengetahui apakah kunjungan ini merupakan kunjungan yang pertama atau
kunjungan ulang.

d. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan. Hal ini memungkinkan
bidan untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan setelah itu, memperkirakan
usia kehamilan saat itu. (Fraser,2009: 251)
Menarche
Menarche terjadi pada usia pubertas yaitu 12-16 tahun. (Diane.M.Fraser,
2009: 133)
Siklus haid
Panjang siklus haid yang biasa pada wanita ialah 28 hari ditambah atau
dikurangi 3 hari. (Sarwono, 2007: 46)
Lama haid
Lama haid biasanya berlangsung selama 3-5 hari. (Salmah, 2006: 19)
Teratur/tidak
Sifat darah
Darah haid berwarna merah, encer, tidak membeku, terkadang membeku jika
banyak. (FK UNPAD, 1983: 78)
Dismenorhoe
Fluor albus
Sedikit/sedang/banyak, tidak gatal, tidak bau, warna (putih, keruh, bening),
kekentalan (kental, encer).
HPHT
Tafsiran Persalinan dihitung dengan menambahkan 9 bulan dan 7 hari pada
tanggal hari pertama haid terakhir yang dialami ibu. (Diana. M. Fraser dan
Margaret A. Cooper, 2009: 251)
Metode ini mengasumsikan bahwa : ibu memiliki menstruasi dan jarak antara
menstruasi teratur, konsepsi terjadi 14 hari setelah HPHT, hal ini dianggap
benar hanya jika ibu memiliki siklus menstruasi 28 hari, periode perdarahan
yang terakhir merupakan menstruasi yang sebenarnya, implantasi ovum dapat
menyebabkan sedikit perdarahan

e. Riwayat Obstetri yang Lalu


K
Kehamilan Persalinan Bayi/Anak Nifas Ket
B
No
Sua Anak BB Hidup
UK Pnylt Penol. Jenis TmptPnylt Seks Pnylt ASI
mi ke PB Mati

Pertanyaan ini sangat mempengaruhi prognosa persalinan dan pimpinan


persalinan, karena jalannya persalinan yang lampau adalah hasil ujian-ujian
dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan.

f. Riwayat Kehamilan Ini


Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan yg ke... dan
UK mg
Keluhan pada Trimester III :
Sering kencing, obstipasi, sesak napas (bila tidur terlentang), sakit punggung,
oedema, varises.
Komplikasi atau kelainan yang mungkin dapat ditemukan pada trimester ini
adalah perdarahan yang berwarna merah segar (plasenta previa), nyeri perut
yang berlebihan tanpa perdarahan atau perdarahan yang berwarna kehitam-
hitaman (solusio plasenta), pusing yang berlebihan, penglihatan mata kabur,
oedema pada tangan dan wajah (preeklampsia), sedangkan pada eklampsia
terdapat tanda-tanda preeklampsia dan disertai dengan kejang, gerakan janin
berkurang (IUFD)
Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
Bila sudah dirasakan gerak anak, tanyakan gerakan terakhir kapan dan berapa
kali dalam 24 jam terakhir.
- Pada primigravida gerakan anak mulai dirasakan
pada minggu ke 18, sedangkan pada multigravida gerakan anak mulai
dirasakan pada minggu ke 16 (Wendy Rose-Neil, 1995 : 70).
- Pada primigravida gerakan janin mulai dirasakan
pada minggu ke 20 sedangkan pada multigravida mulai dirasakan
pada minggu ke 18 (Sarwono,1999)

Gerakan anak normalnya rata-rata 34 kali perhari, apabila kurang dari 15 kali
per hari maka dikatakan gerakan rendah. (Sarwono,1999)
Imunisasi TT
Imunisasi yang dianjurkan adalah imunisasi TT, imunisasi ini diberikan untuk
mencegah tetanus pada bayi baru lahir dan pada ibu bersalin.
Interval
Antige % Dosis
Selang waktu Lama perlindungan
n perlindungan Pemberian
minimal
TT1 - - 0 0,5 cc
TT2 4 mg stl TT1 3 th 80 0,5 cc
TT3 6 bl stl TT2 5 th 95 0,5 cc
TT4 1 th stl TT3 10 th 99 0,5 cc
TT5 1 th stl TT4 25 th/ seumur hidup 99 0,5 cc

Penyuluhan yang sudah didapat:


Bila di cek kembali, seharusnya ibu telah mendapatkan:
- Persiapan persalinan
- Enam Tanda bahaya/ kegawat daruratan obstetri dan cara
mengatasinya
- Persiapan komplikasi
- Personal hygine, termasuk kebersihan payudara dan vulva hygine
- Istirahat
- Senam hamil
- Aktivitas
- Kebutuhan seksual
- Gerakan Janin
- Pentingnya Imunisasi TT
- Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
- Pemberian tablet Fe

g. Riwayat Kesehatan Ibu


Jantung
Tanda dan gejala adanya penyakit jantung yang berat (Dekompensasi kordis)
yaitu bising diastalik, peristaltik, bising jantung terus-menerus, kordiomegali,
aritmia berat, bising jantung nyaring terutama bisa disertai thrill. (Sarwono,
2005: 431-432)
Hypertensi
Hypertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi essensial dan hipertensi ganas.
Hipertensi essensial jika tekanan darah 140/90-160/100. Hipertensi TD
systole > 200 mmHg. (Manuaba, 1998: 273-274)
Asma
Gejala asma biasanya penderita mengeluh nafas pendek, berbunyi, sesak dan
batuk-batuk. (Sarwono, 2005: 490)
Diabetes Melitus (DM)
Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah 3P yaitu polydipsia,
polyphagia dan polyuria.
Ginjal
Ditandai dengan fatigue, gagal tumbuh, pucat, lidah kering, plyun, hipertensi,
proteinun, nokturia. (Rostam Mochtar, 1998: 164-169)
Hepatitis
Hepatitis venis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai pengaruh
buruk bagi janin dan ibu. (Sarwono, 2005: 503)
TBC
Tanda dan gejala penyakit TBC adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa
lemah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, kadang-kadang batuk
darah dan sakit di dada. (Sarwono, 2005: 491)
Thypoid
Dapat menyebabkan BBLR.

h. Riwayat Kesehatan Keluarga (Ayah/Ibu)


Jantung
Hipertensi
Asma
Diabetes Melitus (DM)
Penyakit Kelainan Darah
Hepatitis
TBC
Riwayat Gemeli
Gemeli juga dipengaruhi faktor keturunan selain bangsa, umur dan
paritas. (Manuaba, 1998: 72)

i. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


Pola Nutrisi
Normalnya makan 3x sehari dengan menu yang seimbang seperti nasi, lauk,
sayur, buah, dan susu (cukup mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, air). Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu
hamil adalah 300 kalori per hari.
Minum : normalnya 6-8 gelas/hari (UNPAD, 1983)
Pada umumnya kebutuhan makanan bagi ibu hamil untuk setiap trimester
berbeda-beda, hal ini berhubungan dengan kondisi ibu pada setiap trimester
tersebut. Pada trimester ketiga (sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat
baik, tetapi tidak boleh berlebihan, mengurangi karbohidrat, meningkatkan
konsumsi protein, sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap
dikonsumsi. Selain itu mengurangi makanan terlalu manis (seperti gula) dan
terlalu asin (seperti garam, ikan asin, telur asin, tauco, dan kecap asin) karena
makanan tersebut akan memberikan kecenderungan janin tumbuh besar dan
merangsang timbulnya keracunan saat kehamilan.
Pola Eliminasi
Normalnya BAK 6-8 kali per hari dan BAB 1 kali per hari.
Pada trimester ketiga ibu kembali mengalami perubahan pola BAK dan BAB
karena pada trimester ketiga ini kepala bayi turun ke rongga panggul yang
akan menekan kandung kencing dan tekanan rahim yang membesar ke daerah
usus.
Pola Istirahat
Menguraikan tentang berapa lama ibu beristirahat, khususnya tidur dalam
sehari. Tidur dibagi menjadi tidur siang dan tidur malam. Normalnya, tidur
siang 1-2 jam dan malam 6-8 jam.
Pola Aktivitas
Menguraikan aktivitas yang dilakukan sehari-hari (berat ringannya aktivitas)
dan macam-macam aktivitas yang dilakukan. Umumnya, ibu hamil dapat
melakukan aktivitas ringan sampai sedang seperti sebelum hamil, hanya saja
waktunya dikurangi dan ibu menjaga agar tidak melakukan aktivitas yang
terlalu berat.
Pola Aktivitas Seksual Selama Hamil
Hubungan seksual masih tetap diperbolehkan kecuali pada ibu yang pernah
mengalami keguguran, namun beberapa wanita kehilangan gairah seksualnya
ketika hamil. (Wendy Rose-Neil, 1995:49).
Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat
keguguran berulang atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi,
pendarahan, mengeluarkan air. Pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang
persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapat membahayakan.
Bisa terjadi bila kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa
terangsang karena, sperma mengandung prostaglandin. Perlu diketahui
keinginan seksual ibu hamil tua sudah berkurang karena berat perut yang
makin membesar dan tekniknya pun sudah sulit dilakukan. Posisi diatur untuk
menyesuaikan pembesaran perut.
Pola Kebiasaan
Alkohol : Binatang Peliharaan :
Jamu-jamuan : Merokok :
Obat-obatan : Narkoba :
Pantangan makanan :
Hal tersebut di atas dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim ibu terutama jika dilakukan atau dikonsumsi secara rutin
dan saat kehamilan trimester I.

j. Riwayat Sosial
Perkawinan : Kawin: ... Umur: .... th Lama: ... th
Kehamilan ini : diinginkan / tidak diinginkan
Hal ini dapat dilihat dari ekspresi ibu pada saat hamil. Oleh karena itu,
pemberi ANC harus selalu memberi semangat dan dukungan pada ibu yang
sedang hamil.
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan:
Perlu ditanyakan tradisi apa saja yang dilakukan ibu dan keluarga yang dapat
mempengaruhi kehamilan dan persalinannya. Hal tersebut perlu dikaji apakah
menguntungkan, merugikan, atau tidak berdampak apa-apa terhadap ibu dan
janin dalam hal fisiologis. Namun perlu dipertimbangkan manfaat tradisi-
tradisi dalam hal psikologis seperti ibadah dapat menentramkan ibu serta
memberi ketenangan.

k. Status Emosional
Ibu ditanya bagaimana perasaannya terhadap kehamilan yang ia jalani, selain
itu bagaimana dengan kesiapan ibu menghadapi persalinan yang kelak akan
dijalaninya.

II. DATA OBYEKTIF


a. Pemeriksaan Umum
Bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi, tingkat kesadaran,
serta ada tidaknya kelainan bentuk badan. (Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Untuk kebidanan, 2008:142)
1. Keadaan Umum
Menilai keadaan umum ibu baik atau jelek.
2. Kesadaran
Pada kehamilan fisiologis, seharusnya kesadaran ibu dalam keadaan
Compos mentis, yaitu dengan sadar dapat menjawab semua pertanyaan
petugas.
3. Tanda-Tanda Vital
TD : Normal antara 100/60-140/90 mmHg (Chapman, 2006:
39)
Suhu : Normal antara 360C 370C
Nadi : Nadi normal antara 80-110 x/menit (Depkes RI, 1994 : 11)
RR : Pernafasan normal antara 18-24 x/menit (Robert Priharjo,
1996: 76)
4. Berat Badan Sebelum dan Saat Hamil
Berat badan ibu sebelum hamil ditanyakan untuk mengetahui tingkat gizi
ibu dan seberapa besar kenaikan berat badan ibu saat hamil.
Penimbangan berat badan dilakukan setiap kali kunjungan untuk
mengetahui pertambahan berat badan ibu. Normalnya kenaikan BB pada
TM 1 adalah 1-2 kg, pada TM II adalah 5 kg, sedangkan pada TM III
tidak boleh naik 0.5 kg tiap minggu. Normalnya BB selama kehamilan
meningkat 10-12 kg. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia,
abortus, partus prematurus, insersia uteri. Kelebihan berat badan dapat
meningkatkan resiko preeklampsi dan bayi yang terlalu besar.
5. Tinggi Badan
Pengukuran tinggi badan dilakukan sekali pada kunjungan pertama.
Normalnya, tinggi badan > 145 cm. Jika diketahui Bumil dengan TB <
145cm maka tergolong low high yang kemungkinan resiko panggul
sempitnya lebih tinggi.
6. Lingkar Lengan Atas
Normalnya lingkar lengan atas > 23,5 cm. Jika < 23,5 cm merupakan
indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR.
Cara pengukuran LILA
Tentukan posisi pangkal bahu pada bahu kiri
Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak
tangan ke arah perut.
Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
menggunakan pita LILA atau meteran. Beri tanda dengan spidol.
Lingkarkan pita LILA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan Ibu
sesuai tanda (pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA.
Tarik pita perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA.
(Depkes RI, 2007)

b. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil
pemeriksaan fisik dan anamnesis diolah untuk membuat keputusan klinik,
menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan
yang paling sesuai dengan kondisi ibu. Langkah-langkah dalam melakukan
pemeriksaan fisik:
Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik.
Tunjukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan bantu ibu agar
merasa nyaman.
Minta ibu menarik napas perlahan dan dalam jika ia merasa
tegang/gelisah.
Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya. (Jika perlu periksa
jumlah urin dan adanya protein serta aseton dalam urin).
Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat
kegelisahan atau nyeri, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan
kecukupan air tubuh.
Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan).
Lakukan pemeriksaan abdomen.
(Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, 2007: 40)
1. Inspeksi
a. Muka
Pucat/Tidak : Tidak
Cloasma Gravidarum : Tidak ada
Conjunctiva : Merah muda
Sclera : Putih
Oedem : Tidak ada
Gigi : Tidak ada caries
Mulut/bibir : Tidak pucat dan tidak kering
(Depkes RI, 2009: 12)
b. Leher
Bendungan vena jugularis : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada
(Manuaba, 1998: 140)
c. Dada
Payudara normal, saat hamil areola hiperpigmentasi, bentuk simetris,
colostrums ada/tidak. (Manuaba, 1998: 103)
Hamil 12 minggu ke atas keluar colostrums yang berasal dari kelenjar
sinus yang mulai berekskresi. (Sarwono, 2005: 95)
d. Abdomen
Linea alba : ada / tidak ada
Striae livide : ada / tidak ada
Striae albican : ada / tidak ada
Bekas SC : tidak ada
Gerakan anak : ada / tidak ada
(Sarwono 2005 : 97-98)

Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang
ada dalam fundus. Pada kehamilan/persalinan normal, bagian yang
terdapat dalam fundus adalah bokong dengan ciri lunak, kurang
bundar, kurang melenting. (Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk
Kebidanan, 2008: 142)
Dalam pengukuran tinggi fundus uteri dapat menggunakan metode
MC dalam cm. Pengukuran tinggi fundus ini dilakukan menggunakan
pita ukur dengan cara meletakkan ujung pita ukur (nilai 0) pada
simpisis pubis dan menarik pita ukur tersebut hingga mencapai fundus
uteri ibu secara lurus mengikuti bentuk perut ibu. Angka yang terdapat
pada fundus tersebut merupakan ukuran tinggi fundus ibu.

Leopold II
Digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan letak bagian
kecil pada anak. Pada letak membujur dapat ditetapkan punggung
anak yang teraba bagian keras, memanjang seperti papan dan sisi yang
berlawanan teraba bagian kecil janin. Dan banyak lagi kemungkinan
perabaan pada letak yang lain. (Keterampilan Dasar Praktek Klinik
Untuk Kebidanan, 2008).
Jika Leopold II masih belum jelas bisa menggunakan perasat Budin
dan Ahfeld.
Budin yaitu pada letak membujur untuk lebih menentukan dimana
punggung janin berada. Teknik : TFU didorong ke bawah, badan janin
akan melengkung sehingga punggung mudah ditetapkan. (Manuaba,
2008)
Ahfeld yaitu tekniknya pinggir tangan kiri tegak di tengah perut, kira-
kir di daerah pusat menekan ke bawah (arah punggung ibu), anak akan
terdorong ke samping punggung hingga punggung lebih jelas.
Bedakan rasa tahanan bila keras dan memanjang itu adalah punggung
anak. (Christina S. 1993:134)

Leopold III
Digunakan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di bagian
bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang
oleh pintu atas panggul (posisi tangan petugas konvergen, divergen
atau sejajar). Pada kehamilan/persalinan normal, bagian terbawah
janin adalah kepala dengan ciri keras, bundar, dan melenting.
(Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan, 2008)
Leopold III dpat dibantu dengan menggunakan perasat Knebel yaitu
menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus
dan tangan lain di atas simpisis.
Leopold IV
Digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan
seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul.
Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan bila kepala masih tinggi.
(Keterampilan Dasar Praktek Klinik Untuk Kebidanan, 2008)
Leopold IV dapat dibantu dengan perasat Osborn yaitu menentukan
adanya indikasi kesempitan panggul.
Mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak,
bising rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak/DJJ
(Denyut Jantung Janin) dapat didengarkan pada akhir bulan ke-5,
walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-
3. DJJ anak dapat terdengar di kiri dan kanan di bawah tali pusat bila
presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di
daerah bokong. Bila terdengar pada pihak berlawanan dengan bagian
kecil maka anak fleksi dan bila sepihak maka anak defleksi.
Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit.
Bunyi jantung dihitung dengan mendengarkan selama 1 menit penuh.
Bila kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 140 kali per menit,
kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin.
Denyut jantung janin harus diantara 110-160 x/menit (Salmah dkk,
2006). Sedangkan menurut www.Portalkalbefiles-cdk, normal denyut
jantung janin adalah 120-180 x/menit.

e. Genetalia
Vulva dan Vagina
Keluaran : Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak
berwarna, tidak berbau, tidak gatal)
Varices : tidak ada
Oedema : tidak ada
Kondiloma lata : tidak ada
Kondiloma akuminata : tidak ada
Kebersihan : Bersih
Inf. Kelenjar Bartholini : tidak ada
Inf. Kelenjar Skene : tidak ada
Adanya hipervaskulonisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak
lebih merah dan agak kebiruan, tanda Chadwick. (Sarwono, 1999: 24-
25)
Perineum
Ada atau tidaknya bekas luka episiotomy/robekan/sikatrik
f. Anus
Wasir (haemorroid) dalam kehamilan terjadi pelebaran vena
haemorroidalis interna dan pleksus hommorroidalis eksternal karena
terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus. (Sarwono, 2005: 502)
g. Ekstrimitas
Dilihat ada atau tidaknya pembengkakan (oedema) atau varises pada
ekstrimitas atas maupun bawah.
Atas : Normal simetris, tidak ada oedema, tidak ada varices
Bawah : Normal simetris, tidak ada oedema, tidak ada varices
Varices merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah yang
sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva, vaina, paha, tungkai
bawah. (Manuaba, 1998: 208)
Oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena terganggu akibat terkena
uterus yang membesar pada vena-vena panggul. (Pusdiknas, 2000: 3738)
Pemeriksaan refleks patella normalnya (+)/(+). Tangkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila gerakannya berlebihan dan
cepat maka hal ini mungkin pertanda adanya preeklampsia.
h. Punggung
Dilihat ada atau tidaknya skoliosis, lordosis, atau kifosis.
Kebanyakan ibu hamil cenderung mempunyai tulang belakang yang
bersifat Lordosis karena mengimbangi perbesaran perut.

c. Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Dari pemeriksaan darah perlu ditentukan Hb, golongan darah, serta kadar
gula darah.
Golongan darah ditentukan agar mudah dan lebih cepat mencarikan darah
yang cocok jika ibu memerlukannya. Jika ibu golongan darah O maka
mungkin timbul ABO antagonisme. (Obstetri Fisiologi, UNPAD, 1983)
Batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan adalah 10 gr/100 ml. Jika
Hb < 10gr% maka Ibu disebut anemia. Hb 10 12 gr/% pada ibu hamil
bukan anemia patologis tetapi masih fisiologis karena terjadi hemodelusi
(kadar Hb tetap namun ada peningkatan jumlah plasma pada darah).
Urin
Dalam urin terutama diperiksa glukosa, zat putih telur (albumin), dan
sedimen. Pada kehamilan/persalinan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat
menjadi positif oleh adanya lactose dalam urin. Albumin positif dalam air
kencing pada nefritis, toxemia gravidarum, dan radang dari saluran kencing.
(Obstetri Fisiologi, UNPAD, 1983: 158)
Pada kehamilan normal, seharusnya hasil dari reduksi urin dan pemeriksaan
albumin urin adalah negative.
2. Pemeriksaan Panggul Luar (jika perlu)
Distancia Spinarum : nilai normal 23-26 cm
Jarak antara spina iliaca superior kanan dan kiri.
Distancia Cristarum : nilai normal 26-29 cm
Jarak yang terpanjang antara krista iliaca kanan dan kiri. Jika < 2-3cm dari
ukuran normal maka ada kemungkinan panggul pathologis.
Conjugata Eksterna : nilai normal 18-20 cm
Disebut juga Boudeloque yaitu jarak antara bagian atas simpisis dengan
lumbal V (kelima).
Lingkar Panggul : nilai normal 80-90 cm
Dari pinggir atas symphisis ke pertengahan antara spina iliaca anterior
superior dan trokantor mayor dan kembali melalui tempat-tempat yang sama
di bagian lain.
3. Pemeriksaan Lain
USG : oleh SPOG untuk mengetahui kondisi janin.
NST : oleh SPOG ( jika diperlukan )

III.PERUMUSAN DIAGNOSA DAN MASALAH


Dalam diagnose actual harus mencakup G PAPAH yaitu menjelaskan
mengenai riwayat kehamilan dan persalinan (kehamilan yang ke berapa,
jumlah partus/persalinan, kehamilan aterm/cukup bulan, kelahiran
premature, kelahiran imatur, riwayat abortus, serta jumlah anak hidup), usia
kehamilan, janin hidup, tunggal, letak janin/presentasi, intrauterine, keadaan
jalan lahir kesan baik, keadaan ibu dan janin baik.
Masalah merupakan satu atau beberapa keluhan ibu yang di luar diagnose
medis namun dapat berpengaruh bagi persalin baik melalui fisiologis
maupun psikologis. Contoh masalah pada ibu hamil yang umum terjadi
adalah ketidaksiapan memiliki ataupun mengasuh bayi yang akan dilahirkan
kelak.

IV. Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Pada persalinan normal, seharusnya tidak terdapat diagnose potensial.

V. Identifikasi Kebutuhan Segera


Merupakan pengidentifikasian rencana tindakan yang harus segera
dilakukan kepada ibu dan atau janin berkaitan dengan diagnose potensial.
Pada persalinan normal seharusnya tidak terdapat kebutuhan segera.
VI. PERENCANAAN KOMPREHENSIF
6.1.Mandiri
1. Tetap jalin komunikasi dan pertahankan rasa kepercayaan ibu kepada
bidan dengan 5 S (senyum, sapa, sala, sopan, santun). Kepercayaan dapat
membantu pemeriksaan sehingga berjalan lebih lancar dan mudah
2. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu. Bila mengetahui hasil
pemeriksaan selain ibu dapat mengetahui perkembangan kehamilannya
juga dapat melegakan perasaan ibu
3. Health Education kepada ibu (Nutrisi selama kehamilan, istirahat, tanda
bahaya kehamilan, persiapan persalinan, dan tanda persalinan).
Pemberian HE kepada ibu dapat menambah pengetahuan ibu serta
kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan dan persalinannya, serta
dapat mengevaluasi sejauh mana pengetahuan ibu tentang kehamilannya.
4. Merencanakan kunjungan ulang berikutnya.
6.2.Kolaborasi
Planning yang dilakukan dengan cara kolaborasi dengan dokter yang lebih
berkompeten terhadap kasus kesehatan ibu, untuk selanjutnya kasus
mungkin masih bisa dikerjakan sendiri oleh bidan atau dirujuk ke
pelayanan kesehatan yang lebih berwenang.
6.3.Rujukan
Dilakukan bila kasus merupakan kasus patologis dan harus dikerjakan oleh
petugas kesehatan terutama dokter yang lebih berwenang dan
berkompeten.

VII. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan perencanaan secara komprehensif. Pelaksanaan tindakan
dalam asuhan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan yang
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan ini bidan melakukan secara
mandiri dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
VIII. EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
- Kesadaran ibu untuk memperbaiki kualitas nutrisinya meningkat
- Kepatuhan mengkonsumsi vitamin yang diberikan meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPS

Prawirohardjo, Sarwono, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPS

Manuaba, Ida Bagus, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC

Ibrahim, Cristina, 1996. Perawatan Kebidanan. Jakarta : Bharata

Obstetri dan Ginekologi, FKPB.

Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : YBPS

You might also like