Professional Documents
Culture Documents
240210120081
Kelompok 3
Prinsip dari metode ini adalah menguapkan air dari bahan pangan dengan cara
memberikan energi panas pada suhu tertentu. Kehilangan bobot selama penguapan
merupakan kadar air bahan tersebut. Kadar air juga dibagi menjadi dua macam, yaitu
kadar air basah (wet basis) dan kadar air kering (dry basis). Kadar air basah adalah
persen perbandingan antara air yang hilang dengan berat bahan sebelum dioven,
sedangkan kadar air kering adalah persen perbandingan antara air yang hilang dengan
berat bahan setelah dioven. Berikut adalah rumus perhitungannya :
W3 = W1 W2
wb = W3/W1 x 100%
db = W3/W2 x 100%
Ts = W2/W1 x 100%
Keterangan :
W1 = Berat sebelum di oven / berat basah
W2 = Berat setelah di oven / berat kering
Wb = wet basis (kadar air basah)
Db = dry basis (kadar air kering)
Ts = total solid (total padatan)
dapat lebih cepat namun dikhawatirkan akan terjadi case hardening. Kemudian
lakukan pendinginan dalam desikator selama 30 menit. Hal ini dilakukan agar cawan
berisi sampel tidak terlalu panas dan tidak bercampur dengan uap air yang ada di
udara ruang. Lalu timbang cawan dan sampel kembali. Kemudian dilakukan
pemanasan dalam oven kembali dengan suhu yang sama yaitu 105oC selama 1 jam.
Setelah itu dilakukan pendinginan kembali dalam desikator selama 15 menit serta
ditimbang kembali berat cawan dan sampel. Lakukan prosedur tersebut hingga
konstan. Bila sudah didapatkan W1 dan W2, dapat ditentukan berat basah dan berat
kering dengan menggunakan rumus yang telah disebutkan sebelumnya.
Berikut adalah hasil pengamatan analisis kadar air dengan menggunakan
metode thermogravimetri.
Tabel 5.1.1 Hasil Pengamatan Metode Thermogravimetri
BeratCawan+s
BeratCawan+sampel
ampel
(setelah BeratCawan
Berat Berat (setelah
pengeringan 5
Cawan Cawan pengering +sampel W2
Kel jam) (Penimba
kosong konstan an 1 Jam)
Penimbangan ngan ke-
(g) (g) Penimban
ke-1 3) (g)
gan ke-2
(g)
(g)
1 4,3468 4,3469 4,6979 4,697 4,695 0,3481
2 5,1357 5,137 7,9511 7,9526 7,949 2,812
3 4,1498 4,1497 6,7928 6,8037 6,8018 2,6521
4 3,7477 3,7462 3,9769 3,9765 3,9744 0,2282
5 4,5505 4,5531 6,25699 6,2625 6,2583 1,7052
6 5,7135 5,7158 6,0605 6,0568 6,0568 0,341
7 4,1453 4,1453 6,9548 6,9511 6,9527 2,8065
8 5,0768 5,0765 7,748 7,7532 7,7486 2,6721
9 3,7835 3,7835 4,0227 4,0216 4,022 0,2385
10 4,4938 4,4934 6,2291 6,0239 6,2217 1,7283
W2 = (Berat cawan+sampel penimbangan ke-3 berat cawan konstan)
Kel Sampel W1 W2 W3 %db %wb TS
1 Apel 3,0954 0,3481 2,7473 789,2272 88,75428 11,2457195
2 K.tanah 3,04 2,812 0,228 8,108108 7,5 92,5
3 T.tapioka 3,0425 2,6521 0,3904 14,72041 12,83155 87,168447
4 Sawi 3,0061 0,2282 2,7779 1217,309 92,40877 7,59123116
5 Ikan asin 3,0087 1,7052 1,3035 76,44265 43,32436 56,6756406
Rafiqa Hasna Nurhanifa
240210120081
Kelompok 3
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat terlihat bahwa sampel apel dan sawi
memiliki kadar air yang tinggi, baik basis basah atau basis kering. Sedangkan kacang
tanah adalah bahan yang memiliki kadar air terendah. Nilai kadar air pada dua
percobaan dengan sampel yang sama juga relatif sama, tidak memiliki perbedaan
yang signifikan. Hal tersebut sesuai dengan literatur karena buah dan sayur memiliki
kadar air >70%. Total padatan memiliki nilai yang berbanding terbalik dengan kadar
air. Bila kadar air tinggi maka bahan tersebut memiliki total padatan yang sedikit,
begitu pula sebaliknya.
Metode thermogravimetri ini memiliki beberapa kelemahan yaitu sebagai
berikut :
a. Bahan lain selain air ikut menguap misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri
dll.
b. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap (zat volatil), misalnya gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi,
lemak mengalami oksidasi.
c. Adanya bahan yang dapat mengikat air secara kuat, sehingga sulit melepaskan
airnya meskipun sudah dipanaskan.
Karena beberapa kelemahan tersebut, metode thermogravimetri ini lebih
cocok untuk bahan pangan yang memiliki air yang terikat bebas. Kadar air basis
basah (wet basis) adalah kadar air yang biasanya dicantumkan dalam label nutrisi
(nutrition facts) pada kemasan bahan pangan. Sedangkan, kadar air basis kering (dry
basis) biasanya hanya dilakukan untuk penelitian.
Distilasi yang digunakan dalam hal ini adalah distilasi jenis azeotropik.
Prinsipnya distilasi akan menguapkan air dengan pembawa cairan kimia yang
mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan air
serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air.
Cairan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah senyawa toluen yang
merupakan larutan azeotropik atau digunakan pelarut yang bersifat immicible. Toluen
memiliki titik didih lebih tinggi dari air yaitu 111 oC, dan memiliki densitas
(kerapatan, berat jenis) yang lebh rendah daripada air, yaitu 0,4 (Mulyono, 1997).
Prosedur yang dilakukan adalah menyiapkan 5 gram sampel kemudian ditimbang di
beaker untuk sampel padat dan di labu didih untuk sampel semi padat dan sampel
cair. Sampel yang digunakan untuk metode ini adalah margarin, kemiri, tepung
tapioka, susu kental manis, dan bawang. Kemudian mencampur sampel dengan toluen
80 ml ke dalam tabung penampung. Sampel yang telah diberi toluen dalam labu
disambungkan dengan sterling dan dipanaskan dengan mantel heater.
Alat destilasi mempunyai bagian-bagian tertentu yaitu (Winarno, 1979)
1. Mantle heater yang berfungsi sebagai pemanas yang dapat diatur suhunya dan
kecepatan panasnya
2. Labu didih yang digunakan sebagai tempat untuk menampung sampel dan toluene
serta dimasukkan pula porselen untuk mencegah letupan/ledakan
3. Labu destilasi yang berguna sebagai penampung volume air yang dihasilkan dari
sampel dan menampung toluene
4. Kondensor yang berfungsi untuk mendinginkan uap air sehingga mengembun dan
tida keluar dari alat destilasi.
Rafiqa Hasna Nurhanifa
240210120081
Kelompok 3
a. Labu didih
b. Stark dean
c. Kondensor
d. Pipa tempat cairan
mengalir
e. Skala
Pemanasan labu didih dilakukan hingga tinggi air yang terbaca konstan dan
tidak bertambah. Pada praktikum, pendidihan dilakukan selama 2 jam. Terdapat tiga
fase yang terbaca pada pipa skala, yaitu fase air, campuran antara air dan toluen
(abu), dan fase toluen yang dikembalikan kedalam labu untuk dipanaskan kembali
(Sudarmadji, 2007). Penghitungan kadar air pada metode ini adalah sebagai berikut.
Berikut adalah hasil pengamatan dari penentuan kadar air dengan metode
thermovolumetri.
Tabel 5.2.1 Hasil Pengamatan Kadar Air Metode Thermovolumetri
Kel Sampel Volume air (ml) W sampel (g) Kadar (%)
1&6 Margarin 0,775 5,1862 14,94322
2&7 Kemiri 0,24 5,0036 4,796546
3&8 Tepung Tapioka 0,857 5,0733 16,89236
4&9 Susu Kental Manis 0,7 5,1645 13,55407
5&10 Bawang 4 5,0125 79,8005
(Sumber: Dokumentasi Pribadi,2014)
Berikut adalah perhitungan kadar air metode thermovolumetri
a. Kelompok 1 & 6 :
%Ka = (0,775 / 5,1862) x 100%
= 14,94322
b. Kelompok 2 & 7:
%Ka = (0,24/ 5,0036) x 100%
Rafiqa Hasna Nurhanifa
240210120081
Kelompok 3
= 4,796546
c. Kelompok 3 & 8:
%Ka = (0,857/ 5,0733) x 100%
= 16,89236
d. Kelompok 4 & 9:
%Ka = (0,7 / 5,1645) x 100%
= 13,55407
e. Kelompok 5 & 10:
%Ka = (4/ 5,0125) x 100%
= 79,8005
Berdasarkan hasil pengamatan, kemiri memiliki kadar air paling sedikit dan
bawang memiliki kadar air terbanyak. Hal tersebut sesuai dengan literatur bahwa
bawang memiliki kadar air sekitar 80%. Tepung-tepungan merupakan bahan pangan
yang mempunyai kadar air rendah, sedangkan metode ini lebih cocok digunakan
untuk bahan pangan yang mempunyai kadar air tinggi dan diutamakan bahan pangan
yang mempunyai zat volatile seperti bawang merah dan wortel. Pada penentuan kadar
air dengan cara distilasi mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan
metode oven biasa. Waktu untuk melakukan proses penentuan kadar air pada metode
distilasi lebih cepat karena proses dan alatnya sederhana. Bahan yang akan diukur
kadar airnya tidak dikeluar-masukkan dari alat destilasi sehingga terhindar dari
kontak langsung dengan udara. Penentuan kadar air pada cara destilasi dapat
dilakukan langsung tidak seperti pada cara pengeringan dimana suhu yang dipakai
pada destilasi sekitar 80C sehingga mengurangi terjadinya perubahan pada sampel.
Dengan cara ini terjadinya oksidasi senyawa lipid maupun dekomposisi senyawaan
gula dapat dihindari sehingga penentuannya lebih tepat.
Selain memiliki kelebihan, metode destilasi ini pun memiliki kekurangan-
kekurangan diantaranya emulsi yang sukar memisah dimana hal ini pada percobaan
yang dilakukan tidak terjadi. Kemungkinan kesalahan yang lain adalah adanya tetes
air yang menempel pada alat yang kotor.
Rafiqa Hasna Nurhanifa
240210120081
Kelompok 3
6.2 Saran
1. Praktikan selalu berhati-hati menggunakan alat-alat praktikum karena bila
tidak berhati-hati dapat terjadi kecelakaan.
2. Dalam memasukkan sampel ke dalam labu didih jangan sampai mengenai
leher labu karena dapat mengalami karamelisasi (untuk sampel yang
mengandung glukosa) sehingga saat sterling akan dilepas menjadi sulit.
3. Menganalisis kadar air dengan metode yang cocok dengan sampel.
4. Menggunakan masker saat praktikum agar terhindar dari zat-zat berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, Anton., dkk. 1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Rafiqa Hasna Nurhanifa
240210120081
Kelompok 3
Pomeranz, Yeshajahu. dan Clifton E. Meloan. 1971. Food Analysis Theory and
Practice. The Avi Publishing Company,Inc. Westport, Connecticut.
Sudarmadji et.al,,S., dkk. 2007. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. PAU Pangan
dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1991. Kimia pangan dan gizi. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.