Professional Documents
Culture Documents
240210130070
Wc Ws + Wc Kadar
Ws Awal
Kel Sampel Konstan Akhir Wabu (g) Abu
(g)
(g) (g) (%)
7 Ikan segar 14,0777 1,0234 14,0959 0,0183 1,79%
1 Ikan segar 8,9007 1,0472 8,9153 0,0146 1,39%
5 Biskuit susu 9,4269 1,0055 9,4398 0,0129 1,28%
9 Biskuit susu 11,0394 1,0005 11,054 0,0146 1,46%
2 Biskuit gandum 9,3897 1,0011 9,4209 0,0313 3,13%
10 Biskuit gandum 9,7086 1,0083 9,7304 0,0218 2,16%
6 Susu low fat 12,1239 1,0089 12,2023 0,0784 7,77%
4 Susu low fat 8,7054 1,0008 8,7836 0,0782 7,81%
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015.
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Pengabuan merupakan suatu proses pemanasan bahan dengan suhu sangat tinggi
selama beberapa waktu sehingga bahan akan habis terbakar dan hanya tersisa zat
anorganik berwarna putih keabu-abuan yang disebut abu. Kandungan abu dan
komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara pengabuan yang
digunakan. Kandungan abu dari suatu bahan menunjukkan kadar mineral dalam
bahan tersebut (Muchtadi, 1989).
Faktor yang memengaruhi kadar abu pada pengabuan kering yaitu suhu,
waktu, dan agen. Suhu, semakin tinggi suhu yang digunakan maka pengabuan
akan semakin cepat; Waktu, semakin lama waktu yang digunakan maka
pengabuan akan semakin sempurna; Zat/agen pengoksidasi, mempercepat proses
oksidasi, dalam hal ini pengabuan kering zat perngoksidasinya ialah oksigen
karena didalam posesnya tidak disertai dengan penambahan reagen.
Menurut Irawati (2008), manfaat menganalisa kadar abu adalah untuk
menentukan baik tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang
digunakan, penentuan parameter nilai gizi pada bahan makanan, dan mengetahui
kandungan mineral yang terkandung dalam suatu bahan pangan. Kadar abu dalam
sampel dapat dihitung menggunakan rumus:
w residu(abu)
% kadar abu = w sampel x 100%
w 1w 2
% kadar abu = w x 100%
Dimana:
Nurul Annazhifah
240210130070
5.2. Saran
1. Praktikan sebaiknya lebih memerhatikan kekonstanan cawan, suhu tanur, dan
waktu pengabuan.
2. Sebaiknya pemindahan cawan dari tanur ke desikator tidak terlalu lama karena
dapat memengaruhi hasil pengamatan.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Standar Mutu Susu Segar. Buku Panduan Teknologi Pangan LIPI.
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Mutu Ikan Asin. Standar Nasional
Indonesia 2354.1
Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Mutu Ikan Segar. SNI 01-2354.1-
2006.
Faridi, H. 1994. The Science of Cookie and Cracker Production. Capman and
Hall. New York.
Krisno, dkk. 2001. Dasar Dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadiyah Malang
Press. Malang.