You are on page 1of 5

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil

4.1.1. pengenalan bahan baku, penyusunan komposisi dan pembuatan pakan

Hasil formulasi pakan ikan :

Tabel 3. Bahan-bahan yang digunakan

N Bahan - bahan Nutrien Protein Jumlah bahan Protein


o (bahnxP/100)
1. Tepung bekicot 55 % 13.07 % 7,18%
2. Tepung Ikan 62,99% 13.07 % 8,23%
3. Ampas tahu 23% 13.07 % 3,00%
4. Dedak 8,5% 27.38 % 2,33%
5. Tepung terigu 10% 27.38 % 2,74%
6. Vitamin 2% 2% 0
7. Mineral 2% 2% 0
8. Minyak ikan 2% 2% 0

4.1.2. Analisis kualitas fisik pellet

Berdasarkan pakan yang telah dibuat dengan kandungan masing-masing

komposisi pakan dapat dijuga diamati daya apung pakan setelah pakan tersebut kering

baik itu dari mulai yang utuh, pecah, hancur, terapung dan tenggelam dapat dihitung

menggunakan stopwatch dan dapat diketahui waktu yang dibutuhkan seperti tabel

dibawah ini:

Tabel 4. Pengamatan kualitas fisik pellet.

Pengamatan Pengamatan 1 Pengamatan 2 Pengamatan 3


Keadaan utuh 13 menit, 20 detik 11 menit, 54 detik 9 menit, 58 detik
Mulai pecah 14 menit, 42 detik 12 menit, 10 detik 10 menit, 18 detik
Mulai hancur 30 menit, 16 detik 25 menit, 49 detik 25 menit, 43 detik
Terapung 2 detik 3 detik 2 detik
Tenggelam 2 detik 10 detik 3 detik
4.1.3. Alisis kualitas kimia pellet

Dari praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil:\

Tabel 5. Hasil analisis kimia

Analisis kimia Persentase


Protein 0,2 %
Abu 12 %
Air 9,1 %
Lemak 232,8 %

4.1.4. Pengamatan pertumbuhan ikan

Adapun hasil yang diperoleh selama pengamatan pertumbuhan ikan nila tersebut

adalah.

Tabel 6. Bobot ikan, jumlah pakan ikan yang hidup.

No. pengamatan Hari ke-


7 14 21 28
1. Bobot ikan (g) 16,4 gr 20,6 gr 26,2 gr 34 gr
2. Jumlah ikan yang hidup 20 12 12 12
( ekor )
3. Jumlah ikan yang mati 0 8 0 0
4. Jumlah pakan yang 11,48 gr 14,42 gr 18,34 23,8 gr
dikonsumsi (gr)

Tabel 7. Pengamatan pertumbuhan ikan


No. Pengamatan pertumbuhan Hasil
1. Laju pertumbuhan harian 2,6 %
2. Efesiensi pakan 30,68%
3. Tibgkat kelangsungan hidup ( SR) 60%

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pngenalan bahan baku, penyusunan komposisi dan pembuatan pakan

Bahan -bahan dalam pembuatan pakan dapat bersumber dari bahan hewani dan

dapat pula bersumber dari bahan nabati. Dalam pembuatan pakan ikan ini, bahan yang

bersumber dari nabati sebaiknya dikombinasikan dengan bahan hewani. Hal ini

disebabkan karena bahan hewani mempunyai kualitas yang lebih baik dari pada nabati

seperti kandungan proteinya relatif lebih tinggi, mempunyai kandungan asam amino

yang lengkap dari pada bahan nabati dan lebih mudah dicerna karena tidak

mempunyai dinding sel.


Dalam menghitungan formulasi pakan ini yang digunakan metode bujur sangkar (

square method ), dimana terlebih dahulu kita harus memisahkan bahan-bahan pakan

berdasarkan kadar proteinya. Hal ini disebabkan karena protein merupakan nutrien

yang paling menentukan dalam pertumbuhan ikan.

Setelah komposisi bahan pakan disusun, langkah selanjutnya adalah melakukan

pembuatan pakan ikan berupa pellet. Sedangkan pelet dibuat sesuai dengan kebutuhan

ikan, kebiasaan ikan, bukaan mulut ikan dan ukuran ikan itu sendiri.

4.2.2. Analisis kualitas fisik pellet

Dalam melakukan pengamatan kualitas fisik pellet yang telah dibuat menyatakan

bahwa pellet tersebut membutuhkan wakyu yang cukup lama untuk hancur di dalam

air. Sedangkan pakan yang diberikan terhadap ikan peliharaan haruslah mempunyai

kualitas yang baik sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang maksimal.

Kualitas pakan dapat diketahui dengan cara mengukur kandungan nutrien-nutrien dan

melihat pertumbuhan ikan yang diberi pakan teersebut. Disamping itu melihat

ketahanan menggumpal pellet tersebut di dalam air. Kemampuan menggumpal ini

danggat dipengaruhi oleh kandungan air pellet tersebut.

Faktor - faktor yang mempengaruhi pecah atau hancurnya yaitu kandungan air

pada pakan/pelet kurang, kehalusan bahan baku dan proses pencampuran bahan

kurang merata, banyaknya bahan perekat pada pelet, proses pembuatan, dan proses

pengeringan pelet.

Untuk meningkatkan kualitas fisik pelet yaitu dengan mengunakan bahan baku

yang sudah dihaluskan, binder / perekat yang cukup, dalam proses pengeringan harus

merata , kandungan air pada saat pengolahan pakan usahakan secukupnya, hindari

kekurangan air karena dapat mengakibatkan pakan kurang merata / berlubang

sehingga memudahkan air untuk masuk, dan juga jangan terlalu banyak memberikan
air karena pelet akan mudah lembab dan berjamur sehingga dapat mengakibatkan

keracunan pada ikan.

4.2.3. Analisis kualitas kimiawi pellet.

Pakan yang diberikan terhadap ikan peliharaan haruslah mempunyai kualitas

yang baik sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang maksimal. Metode

untuk mengetahui kualitas pakan secara kimia dapat dilakukan dengan mengukur

kandungan - kandungan nutrienya yang terdiri dari kadar air, protein, lemak, serat

kasar, abu dan BETN.

Jumlah nutrien yang didapat dalam analisis kualitas kimia pelet adalah protein 1,2

%, abu 12 %, air 9,1 %, lemak . Protein yang terkandung dalam pakan yang dibuat

sangat kecil hal ini dapat menyebabkan memperlambat pertumbuhan ikan terutam

abenih karena ikan yang berukuran benih harus banyak membutuhkan protein untuk

pertumbuhan, protein merupakan nutrien yang penting diperlukan oleh ikan untuk

pemeliharaan tubuh, pembentukan / penggantian jaringan tubuh, penambahan atau

sintesa protein tubuh, pembentukan hormon, enzim dan antibodi serta sebagai sumber

energi. Air yang terkandung dalam pakan kurang sedikit karena apabila pakan tersebut

kekurangan air maka akan berdampak pada ikan karena iakan akan sulit untuk

mencerna pakan yang dimakan, sedangkan apabila pakan terlalu banyak mengandung

air pu sangat tidak baik karena pakan akan cepat rusak berjamur, sebaiknya kadar

airnya kisaran 10 - 12 %. Abu yang terdapat dalam pakan 12 % ini rendah ini berati

kadar tidak banyak mengandung senyawa non organik pada mineral berupa kalsium

pada pakan tersebut. Sedangkan untuk karbohidrat dibutuhkan sebagai sumber energi

tubuh, sumber gula darah khususnya saraf dan sumber lemak tubuh ( kelebihan

karbohidrat diubah atau dikonversi pada siklus krebs menjadi lemak disimpan sebagai

sumber energi potensial ).


4.2.4. Pengamatan pertumbuhan ikan

Dari praktikum yang dilakukan maka dipraktikumkan diperoleh pengamatan

pertumbuhan yaitu laju pertumbuhan harian 2,6 %, efesiensi pakan 30,68%, dan

tingkat kelangsungan hidup ikan adalah 60%. Ikan mengalami pertambahan bobot

yang cukup banyak dimana bobot awal ikan 16,4 gr dan bobot akhirnya adalah 23,8

gram.

Ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu, dan berkualitas baik

merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya ikan.

Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan jumlah ikan yang dipelihara

menyebabkan laju pertumbuhan ikan lambat.

You might also like