You are on page 1of 19

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh terletak pada bagian teratas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hati secara luas
dilindungi oleh iga-iga.

Hati terbagi dalam dua belahan utama (lobus), yaitu lobus kanan (lobus
dextra hepatic) yang besar dan lobus kiri. (lobus sinistra hepatic) yang kecil.
Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma;
permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fisura
transverses. Permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang
masuk keluar hati. Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri di
permukaan bawah, sedangkan ligamen falsiformis melakukan hal-hal yang
sama di permukaan atas hati.

Fungsi hati untuk memelihara kadar gula yang normal dengan kombinasi
glikogenesis, glikogenolisis, glikolisis, dan glukoneogenesis diatur oleh
sejumlah hormon termasuk insulin, glukagon, hormon pertumbuhan dan
katekolamin tertentu.

Penyakit jantung sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu
memang penyakit tersebut diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60
tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena
penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga
diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Dengan Makalah ini dibuat dengan tujuan agar siswa /siswi memiliki
kemampuan konsep pemahaman sebagai tenaga perawat professional di
bidang Keperawatan Dasar, sehingga mampu menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang komprehensif yang mencakup bio, psiko, sosio,
dan spiritual.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui dan memahami gangguan fungsi hati dan patofisiologinya serta


tindakan perawatan yang berhubungan denagn gangguan fungsi hati

C. RUMUSAN MASALAH

a. Pengertian hati dan jantung

b. Fungsi hati dan jantung

c. Macam-macam gangguan pada hati dan jantung

D. MANFAAT

Untuk mengetahui hati dan jantungi,fungsi dan gangguan yang terdapat


pada keduany

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI

Hati (liver) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia.Di dalam hati
terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita,yaitu proses penyimpanan
energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan metabolisme
kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita.
Sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi
kerusakan pada hati.

Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan Jantung tidak


dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain Otot
jantung yang lemah (kelainan bawaan sejak lahir) dan atau adanya celah
antara serambi kanan dan serambi kiri, oleh karena tidak

B. FUNGSI HATI dan jantung

Secara fisiologis, fungsi utama dari hati adalah:

1. Fungsi Metabolik Hati

a. Membantu dalam metabolisme karbohidrat

b. Membantu metabolisme lemak

c. Membantu metabolisme Protein

d. Menetralisir obat-obatan dan hormon

Hati dapat berfungsi sebagai penetralisir racun, yakni pada obat-obatan


seperti penisilin, ampisilin, erythromisin, dan sulfonamide juga dapat
mengubah sifat-sifat kimia atau mengeluarkan hormon steroid, seperti
aldosteron dan estrogen serta tiroksin.

2. Mensekresikan cairan empedu

3. Mensintesis garam-garam empedu

4. Sebagai tempat penyimpanan

C. GANGGUAN PADA HATI

Disfungsi hati disebabkan akibat kerusakan pada sel-sel parenkim hati yang
bisa secara lansung disebabkan oleh penyakit primer atau secara tidak
lansung disebabkan oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi
hepatik.

Penyebab. Proses perjalanan penyakit yang berkembang menjadi disfungsi


hepatoseluler dapat disebabkan oleh penyebab menular (infectious agent),
seperti bakteria serta virus, dan oleh keadaan anoksida, kelainan metabolik,
toksin serta obat-obatan, defiensi nutrisi, dan keadaan hipersensitifitas.

Beberapa gangguan pada hati yang sering ditenui antara lain :

1. Penyakit hati karena infeksi (misalnya hepatitis virus) Yaitu ditularkan


melalui makanan & minuman yang terkontaminasi, suntikan, tato, tusukan
jarum yang terkontaminasi, kegiatan seksual, dll.

2. Penyakit hati karena racun (misalnya karena alkohol atau obat


tertentu)

Alkohol bersifat toksik terhadap hati. Adanya penimbunan obat dalam hati
(seperti acetaminophen) maupun gangguan pada metabolisme obat dapat
menyebabkan penyakit pada hati.

3. Gangguan imun (misalnya hepatitis autoimun) Penyakit autoimun


merupakan penyakit yang ditimbulkan karena adanya perlawanan terhadap
jaringan tubuh sendiri. Pada hepatitis autoimun umumnya yang dilawan
adalah sel-sel hati, sehingga terjadi peradangan yang kronis.

4. Kanker (misalnya Hepatocellular Carcinoma) Kanker hati dapat


disebabkan oleh senyawa karsinogenik diantaranya aflatoxin, polyvinyl
chloride (bahan pembuatan plastik), virus, dll. Aflatoxin merupakan racun
yang diproduksi oleh Aspergillus flavus dan dapat mengkontamisani
makanan selama penyimpanan, seperti kacang-kacangan, padi & singkong
terutama pada daerah tropis. Hepatitis B dan C maupun sirosis hati dapat
berkembang menjadi kanker hati.

Adapun beberapa penyakit liver/hati yang umum terjadi dan pemeriksaan


laboratorium untuk mendeteksi :

1. Hepatitis (Radang Hati)

Hepatitis adalah peradangan pada sel-sel hati. Virus merupakan penyebab


hepatitis yang paling sering, terutama virus hepatitis A, B, C, D dan E, namun
ada juga yang menyebutkan adanya hepatitis F dan G (merupakan virus
baru). Pada umumnya penderita hepatitis A & E dapat sembuh, sebaliknya
hepatitis B & C dapat menjadi kronis. Virus hepatitis D hanya dapat
menyerang penderita yang telah terinfeksi virus hepatitis B dan dapat
memperparah keadaan penderita.

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk memastikan diagnosis hepatitis


karena penderita hepatitis sering tidak bergejala atau gejala tidak khas.

Pemeriksaan untuk hepatitis akut :

- Enzim GOT, GPT

- Penanda hepatitis A (Anti HAV IgM

- Penanda hepatitis B (HBsAg, Anti HBc IgM)

- Penanda hepatitis C (Anti HCV, HCV RNA)

- Penanda hepatitis E (Anti HEV IgM)

Pemeriksaan untuk hepatitis kronis :

- Enzim GOT, GPT

- Penanda hepatitis B (HBsAg, HBe, Anti HBc, Anti HBe, HBV DNA

- Penanda hepatitis C (Anti HCV, HCV RNA)

- Penanda imunitas :

Anti HAV

Anti HbsAg

Tips mencegah hepatitis adalah :

1. Senantiasa menjaga kebersihan diri dan lingkungan

2. Menghindari penularan melalui makanan & minuman yang


terkontaminasi, suntikan, tato, tusukan jarum yang terkontaminasi, kegiatan
seksual, dll.

2. Kanker Hati

Kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan hati. Kanker
hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma (HCC). HCC
merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis, terutama
sirosis yang terjadi karena virus hepatitis B, C dan hemochromatosis.
Pemeriksaan untuk mendeteksi kanker hati : AFP, PIVKA II

3. Perlemakan Hati

Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 % dari berat hati
atau mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan hati ini
sering berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati. Kelainan
ini dapat timbul karena mengkonsumsi alkohol berlebih disebut ASH
(Alcoholic Steatohepatitis), maupun bukan karena alkohol disebut NASH
(Nonalcoholic Steatohepatitis).

Pemeriksaan pada perlemakan hati : Enzim GOT, GPT, Fosfatase Alkali

4. Hemochromatosis

Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme besi yang ditandai


dengan adanya pengendapan besi secara berlebihan di dalam jaringan.
Penyakit ini bersifat genetik/keturunan. Pemeriksaan laboratorium untuk
hemochromatosis : Transferin, Ferritin.

5. Asites

Adalah pengumpulan cairan di dalam rongga perut.Asites cenderung terjadi


pada penyakit menahun (kronik). Paling sering terjadi pada sirosis, terutama
yang diisebabkan oleh alkoholisme Asites juga bisa terjadi pada penyakit
non-hati, seperti kanker, gagal jantung, gagal ginjal dan tuberkulosis. Pada
penderita penyakit hati, cairan merembes dari permukaan hati dan usus. Hal
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1) hipertensi portal ;

2) menurunnya kemampuan pembuluh darah untuk menahan cairan;

3) tertahannya cairan oleh ginjal ;

4) perubahan dalam berbagai hormon dan bahan kimia yang mengatur


cairan tubuh.

Gejala klinis

1. Jika jumlah cairan yang terkumpul tidak terlalu banyak, biasanya tidak
menunjukkan gejala.
2. Jumlah cairan yang sangat banyak bisa menyebabkan: 1)
pembengkakan perut dan 2) rasa tidak nyaman, 3) juga sesak nafas.

3. Jumlah cairan yang sangat banyak, menyebabkan 1) perut tegang dan


2) pusar menjadi datar, bahkan terdorong keluar.

4. Pada beberapa penderita, pergelangan kaki juga membengkak


(edema).

5. Pasien dengan asites harus ditanyakan tentang factor resiko: 1)


pemakaian alcohol dan lamanya, 2) hepatitis virus kronik atau ikterik, 3)
pemakaian obat intravena, 4) pasangan seksual, 5) perilakuk seksual, 6)
pemanakaian transfusi: Hepatitis C ada kaitannya dengan pemakaian
transfusi tahun 1980, 7) tato, 8) penduduk, atau pelancong di/ke daerah
endemis hepatitis.

6. Sirosis Hati

Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati
sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati. Sirosis
hati dapat terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang berkelanjutan, karena
alkohol, salah gizi, atau karena penyakit lain yang menyebabkan sumbatan
saluran empedu. Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan dilakukan
untuk mengobati komplikasi yang terjadi (seperti muntah dan berak darah,
asites/perut membesar, mata kuning serta koma hepatikum).

1. Gejala klinis

- Hilangnya massa hepatoseluler yang masih berfungsi menimbulkan:


1) ikterik, 2) edema, 3) koagulopati 4) dan berbagai kelainan metabolic.

- Fibrosis dan gangguan vaskuler menimbulkan: 1) hipertensi portal dan


sekuelnya termasuk varises gastroesefagus dan splenomegali.

- Insifisiensi hepatoseluler dan hipertensi portal menyebakab


ensefalopati hepatic.

2. Pembagian

Berdasarkan etiologi dan morfologinya, sirosis dibagi menjadi:


Sirosis alkoholik atau Sirosis portal laenneck (alkoholik nutrisional), dimana
jaringan parut secara khas mengelilingi daerah porta. Paling sering
disebabkan oleh alkoholisme kronis dan paling sering ditemukan di daerah
barat. Lesi hati yang ditimbulkan akibat alcohol, yaitu: 1) perlemakan hati
alkoholik, 2) hepatitis alkoholik, 3) sirosis alkoholik.

Sirosis kriptogenik dan pascavirus./ Sirosis pasca nekrotik, dimana terdapat


pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut
yang terjadi sebelumnya. Ditandai dengan: 1) hilangnya sel-sel hati, 2)
dalam jumlah besar, 2) kolaps dan fibrosis stoma yang mengandung sisa
triad portal. Disebabkan oleh Hepatitis B da C sebagai faktor pendahulu, 2)
penyakit alkoholik lanjut, 3) sirosis biliar. Ditanmdai dengan: 1) asites, 2)
splenomegali, 3) hipersplenisme, 4) encepalopati, 4) perdarahan varises
usovagus.

Sirosis biliaris, dimana terjadi pembentukan jaringan parut dalam hati di


sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat cidera pada
obstruksi system bilier intra hati atau ekstrahepatik yang kronis dan infeksi
(kolangitis); insidensinya lebih rendah daripada insiden sirosis Laennec dan
pascanecrotik. Kelainan ini berkaitan dengan gangguan ekskresi empedu,
destruksi parenkim hati, dan fibrosis progresif.

Ditandai oleh: 1) peradangan kronik 2) obliterasi fibrosa duktus empedu


intrahati. Sirosis hepatic biliaris terdiri atas primer dan sekunder. Sirosis
hepatic biliaris sekunder terjadi akibat sumbatan jangka panjang duktus
ekstrahepatik yang lebih besar. Sirosis hepatic biliaris primer sering
berkaitan dengan berbagai penyakit autoimun Misalnya sindrom CRST
(calsinosis, fenomena rayauilt, sklerodaktili, telangiektasis); sindrom sika
(mata dan mulut kering), tiroiditis autoimun, dan asidosis tubuler renalis.

Gambaran klinis pada pemeriksaan penapisan terjadi peningkatan kadar


fosfatase alkali serum, lelah, pruritis mungkin terbatas pada tangan dan kaki
atau generalisata (gejala awal), ikterik dan kulit yang terpajan menjadi
gelap (melanosis) setelah beberapa bulan tahun, gangguan sekresi
empedu. ditandai dengan steatore, malabsorbsi vitamin larut lemak, pasien
mudah memar (tersering), nyeri tulang akibat osteomalisia (defisiensi
vitamin d) biasanya terdapat bersama osteoporosis, kadang buta senja, dan
dermatitis. peningkatan lipid serum terutama kolesterol. akibat lanjut
hipertensi portal, asites. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan antibody
autoimun (+) dan biopsi hati, dan evaluasi saluran empedu.
Sirosis kardiak. Terjadi akibat gagal jantung kongestif sisi kiri-kanan yang
berat dan memanjang. etiologi gagal jantung kongestif sisi kiri-kanan,
transmisi retrograte dari peningkatan tekanan vena melalui vena kava
inferior dan vena hepatica, menyebabkan kongesti hati. sinusoid hati
menjadi berdilatasi dan berkongesti dengan darah, dan hati menjadi bengkak
secara tegang. akibat kongesti dan iskemik pasif yang memanjang dari
perfusi yang buruk sekunder terhadap penurunan curah jantung, sirosis
sentrilobulus terjadi dan menyebabkan fibrosis pada area sentral ini; fibrosis
sentrilobulus berkembang dengan perluasan kolagen ke;luar dalam pola
bintang (cirri khas vena sentralis hepatic).

Gambaran klinis: pada kongesti hati, hati menjadi besar dan lunak, pasien
mungkin mengeluh nyeri kuadran kana atas yang parah karena peregangan
kapsul blisson; bilirubin serum sedikit meningkat (baik terkunjugasi dan
tidak terkonjugasi) kadar AST sedikit meningkat. dan protrombin serum
biasanya normal, tetapi dapat abnormal pada syok hati. Pada kasus
insufisiensi tricuspid hati dapat berdenyut, tetapi menghilang ketika sirosis
berkembang. Pada gagal jantung perdarahan usofagus jarang, yang
menonjol adalah encefalopati kronik, asites dan edema perifer.

Diagnosis ditegakkan bila terdapat pembesaran dan pengerasan hati pada


pasien kronik dengan gagal jantung vasvuller, perikarditis konstriktif, kor
pulmonal (> 10 tahun) memberikan kesan sirosis jantung. Biopsi hati.
terdapat sindrom budd-chiari (obstruksi atau oklusi simptomatik vena hati
menyebabkan cidera hati, nyeri dan lembek pada abdomen, asites yang
keras, ikterus ringan, akhirnya terjadi hipertensi portal dan kegagalan hati)
akibat oklusi vena hepatika atau vena kava inferior. Hipertensi portal adalah
peningkatan abnormal pada tekanan dalam sirkulasi paru.

Sirosis metabolic, keturunan, dan terkait obat. Terjadi akibat kelainan


metabolit dan pemakaian obat-obtan.

Sirosis Hepatis. Sirosis hepatis adalah sirosis hati yang ditandai dengan
adanya skar. Ia merupakan penyakit kronis yang telah menyebabkan
destruksi difusi dan generasi fibrotik dari sel hepar. Jaringan nekrotik diganti
dengan jaringan fibrotik, struktur normal dari hati dan vaskularisasi
terganggu, gangguan aliran darah dan limfe, mengakibatkan insufisiensi
hati dan hipertensi portal.

3. Patofisiologi
Faktor penyebab terjadinya sirosis, terutama adalah konsumsi alcohol,
defisiensi gizi (asupan protein yang kurang), terpapar zat kimia seperti
karbon tetraklorida, naftalen, terklorinisasi, arsen atau fosfor), infeksi
skistosomiasis yang menular. Insidensi tertinggi pada pria dengan usia
antara 40-60 tahun.

Sirosis Laennec merupakan sirosis hepatic yang ditandai dengan episode


nekrosis yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang
sepanjang perjalanan penyakit. Sel-sel hati yang hancur secara berangsur-
angsur menjadi jaringan parut, yang jumlahnya melebihi jaringan hati yang
masih berfungsi.

Pulau-pulau jaringan normal hati yang masih tersisa dan jaringan hati hasil
regenrasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang berkonstriksi sehingga
hati yang sirotik menunjukkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala
besar (hobnail appearance) yang khas. Sirosis hepatic biasanya memiliki
awitan yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga
kadang-kadang melebihi rentang waktu 30 tahun atau lebih.

Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi
skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien
sirosis berusia 40 60 tahun.

Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang


melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan
penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur
digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati yang
masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan
jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip
paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas.

4. Tanda dan Gejala

Penyakit sirosis hepatis mempunyai gejala seperti ikterus dan febris yang
intermiten. Adanya pembesaran pada hati. Pada awal perjalanan sirosis
hepatis ini, hati cenderung membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak.
Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui
melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga mengakibatkan
regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada perjalanan
penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut
menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan
hati akan teraba benjol-benjol (noduler). Obstruksi Portal dan Asites. Semua
darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal
dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan
darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa
dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini
menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ
tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat bekerja
dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita
dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur
mengalami penurunan.

Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan


menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting
dullness atau gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring
telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna
biru kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah
dan keseluruhan tubuh. Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat
hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga mengakibatkan
pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan
pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam pernbuluh
darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita
sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang
mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan
distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus,
lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah yang sering
mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral.

Karena fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang
tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan
menimbulkan perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi
untuk mengetahui perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus
gastrointestinal. Edema. Gejala lanjut lainnya pada sirosis hepatis
ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis. Konsentrasi albumin plasma
menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya edema. Produksi
aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta air dan
ekskresi kalium.

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

1. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom


mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat hipersplemisme
dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol darah yang selalu rendah
mempunyai prognosis yang kurang baik.

2. Kenaikan kadar enzim transaminase - SGOT, SGPT bukan merupakan


petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini timbul
dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan bilirubin,
transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis inaktif.

3. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan
juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang
kurang dan menghadapi stress.

4. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun akan
menunjukan prognasis jelek.

5. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan


garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L
menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.

6. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan


fungsi hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan perdarahan
baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis.

7. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk glikogen,


bila terus meninggi prognosis jelek.

8. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/ HbcAb,


HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan
AFP (alfa feto protein) penting dalam menentukan apakah telah terjadi
transpormasi kearah keganasan.

D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS

1. Pengkajian

n Riwayat Kesehatan Sekarang


Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien,
sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.

n Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit
lain yang berhubungan dengan penyakit hati, sehingga menyebabkan
penyakit Sirosis hepatis. Apakah pernah sebagai pengguna alkohol dalam
jangka waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam
status jasmani serta rohani pasien.

n Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga membawa dampak


berat pada keadaan atau yang menyebabkan Sirosis hepatis, seperti
keadaan sakit DM, hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting
dilakukan bila ada gejala-gejala yang memang bawaan dari keluarga pasien.

n Riwayat Tumbuh Kembang

Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan


pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit,
seperti ada riwayat pernah icterus saat lahir yang lama, atau lahir
premature, kelengkapan imunisasi, pada form yang tersedia tidak terdapat
isian yang berkaitan dengan riwayat tumbuh kembang.

n Riwayat Sosial Ekonomi

Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang sekitar yang pernah


mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang
dampaknya mempengaruhi perilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena
keadaan lingkungan sekitar yang tidak sehat.

n Riwayat Psikologi

Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat


menerima, ada tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji
tingkah laku dan kepribadian, karena pada pasien dengan sirosis hepatis
dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi labil,
menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat perasaan
pasien akan sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari
edema, gangguan integument, dan terpasangnya alat-alat invasive (seperti
infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya hidup, perubaha peran dan
tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper,
& Dirksen, 2000).

n Pemeriksaan Fisik

Kesadaran dan keadaan umum pasien

Perlu dikaji tingkat kesadaran pasien dari sadar - tidak sadar (composmentis
- coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien,
kekacuan fungsi dari hepar salah satunya membawa dampak yang tidak
langsung terhadap penurunan kesadaran, salah satunya dengan adanya
anemia menyebabkan pasokan O2 ke jaringan kurang termasuk pada otak.

Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki TD, Nadi, Respirasi,
Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi
pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan lebih focus
pada pemeriksaan organ seperti hati, abdomen, limpa dengan menggunakan
prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga
penimbangan BB dan pengukuran tinggi badan dan LLA untuk mengetahui
adanya penambahan BB karena retreksi cairan dalam tubuh disamping juga
untuk menentukan tingakat gangguan nutrisi yanag terjadi, sehingga dapat
dihitung kebutuhan Nutrisi yang dibutuhkan.

1. Hati : perkiraan besar hati, bila ditemukan hati membesar tanda awal
adanya cirosis hepatis, tapi bila hati mengecil prognosis kurang baik,
konsistensi biasanya kenyal / firm, pinggir hati tumpul dan ada nyeri tekan
pada perabaan hati. Sedangkan pada pasien Tn.MS ditemukan adanya
pembesaran walaupun minimal (USG hepar). Dan menunjukkan sirosis hati
dengan hipertensi portal.

2. Limpa: ada pembesaran limpa, dapat diukur dengan 2 cara :

- Schuffner, hati membesar ke medial dan ke bawah menuju umbilicus


(S-I-IV) dan dari umbilicus ke SIAS kanan (S V-VIII)

- Hacket, bila limpa membesar ke arah bawah saja.

3. Pada abdomen dan ekstra abdomen dapat diperhatikan adanya vena


kolateral dan acites, manifestasi diluar perut: perhatikan adanya spinder nevi
pada tubuh bagian atas, bahu, leher, dada, pinggang, caput medussae dan
tubuh bagian bawah, perlunya diperhatikan adanya eritema palmaris,
ginekomastia dan atropi testis pada pria, bias juga ditemukan hemoroid.

2. Masalah Keperawatan yang Muncul

1. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan


berat badan.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.

3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1. :

Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang tidak adekuat (anoreksia, nausea, vomitus)

Tujuan : Status nutrisi baik

Intervensi :

- Kaji intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang BB tiap minggu.

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet.


Kondisi fisik umum, gejala uremik (mual, muntah, anoreksia, dan ganggguan
rasa) dan pembatasan diet dapat mempengaruhi intake makanan, setiap
kebutuhan nutrisi diperhitungan dengan tepat agar kebutuhan sesuai dengan
kondisi pasien, BB ditimbang untuk mengetahui penambahan dan
penuruanan BB secara periodik.

- Berikan makanan sedikit dan sering sesuai dengan diet.

Rasional : Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status


uremik.

- Tawarkan perawatan mulut (berkumur/gosok gigi) dengan larutan


asetat 25 % sebelum makan. Berikan permen karet, penyegar mulut diantara
makan.
Rasional: Membran mukosa menjadi kering dan pecah. Perawatan mulut
menyejukkan, dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tidak
nyaman pada uremia dan pembatasan oral. Pencucian dengan asam asetat
membantu menetralkan ammonia yang dibentuk oleh perubahan urea
(Black, & Hawk, 2005).

- Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam


perencanaan makan, maka dapat meningkatkan nafsu makan pasien.

- Motivasi pasien untuk menghabiskan diet, anjurkan makan-makanan


lunak.

Rasional : Membantu proses pencernaan dan mudah dalam penyerapan


makanan, karena pasien mengalami gangguan sistem pencernaan.

- Berikan bahan penganti garam pengganti garam yang tidak


mengandung amonium

Rasional : Garam dapat meningkatkan tingkat absorsi dan retensi cairan,


sehingga perlu mencari alternatif penganti garam yang tepat.

- Berikan diet 1700 kkal (sesuai terapi) dengan tinggi serat dan tinggi
karbohidrat.

Rasiona l: Pengendalian asupan kalori total untuk mencapai dan


mempertahankan berat badan sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah

- Berikan obat sesuai dengan indikasi : Tambahan vitamin, thiamin,


besi, asam folat dan Enzim pencernaan.

Rasional: Hati yang rusak tidak dapat menyimpan Vitamin A, B kompleks, D


dan K, juga terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan
anemia. Dan Meningkatkan pencernaan lemak dan dapat menurunkan diare.

- Kolaborasi pemberian antiemetik

Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah dan dapat meningkatkan


pemasukan oral.

Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat
badan.

Tujuan : Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitas.

Intervensi :

- Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).

Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses


penyembuhan.

- Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)

Rasional : Memberikan nutrien tambahan.

- Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat

Rasional : Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk


melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.

- Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode


waktu yang ditingkatkan secara bertahap.

Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri.

Diagnosa Keperawatan 3. :

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pembentukan edema.

Tujuan : Integritas kulit baik

Intervensi :

- Batasi natrium seperti yang diresepkan.

Rasional : Meminimalkan pembentukan edema.

- Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.

Rasional : Jaringan dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan
sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.

- Ubah posisi tidur pasien dengan sering.


Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi
edema

- Timbang berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap
hari.

Rasional : Memungkinkan perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap


adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.

- latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus.

Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema.

- Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan


tonjolan tulang lainnya.

Rasional : Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika


dilakukan dengan benar.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh terletak pada bagian teratas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan bawah diafragma. Hati secara luas
dilindungi oleh iga-iga. Kerusakan fungsi hati yang biasa terjadi seperti
perlemakan hati, kegagalan hati, abses hati, sirosis.

Fungsi hati untuk memelihara kadar gula yang normal dengan kombinasi
glikogenesis, glikogenolisis, glikolisis, dan glukoneogenesis diatur oleh
sejumlah hormon termasuk insulin, glukagon, hormon pertumbuhan dan
katekolamin tertentu.

Gangguan umum yang terjadi pada hati adalah :

Hepatitis ( radang hati)


Kanker hati

Perlemakan hati

Hemochromatosis

Asites

Sirosis hati

TIPS BAGI PENDERITA PENYAKIT LIVER/HATI :

1. Diet seimbang. Jumlah kalori yang dibutuhkan disesuaikan dengan


tinggi badan, berat badan, dan aktivitas. Pada keadaan tertentu diperlukan
diet rendah protein

2. Banyak makan sayur dan buah serta melakukan aktivitas sesuai


kemampuan untuk mencegah sembelit

3. Menjalankan pola hidup yang teratur

B. SARAN

Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal,


sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan
kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak
referensi untuk menunjang proses pembe

You might also like