You are on page 1of 20

Materi

SISTEM PERBENDAHARAAN NEGARA


Pemanfaatan Barang Milik Daerah

KELOMPOK 4

Marni (1620532020)

Irfani Lil Islami (1620532026)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2017

1) Dasar Hukum Pemanfaatan Barang Milik Daerah


Undang-undang sebagai payung hukum pengelolaan barang milik daerah
adalah Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Selanjutnya Undang-undang ini ditindaklanjuti dengan aturan turunannya
untuk mengatur lebih detil mengenai pengelolaan barang milik daerah yaitu
dalam Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya pemanfaatan Barang Milik Daerah diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 17 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah yaitu pada pasal
4 ayat (2) disebutkan bahwa pengelolaan Barang Milik Daerah meliputi juga
aspek pemanfaatan (point f). Dalam pasal 6 peraturan ini juga ditegaskan
kembali bahwa kewenangan kepala daerah juga mencakup pemanfaatan
barang milik daerah. Bab khusus yang mengatur mengenai pemanfaatan
barang milik daerah yaitu bab VIII mengenai pemanfaatan atau mulai pasal
31 sampai dengan pasal 44 Permendagri No. 17 tahun 2007.

2) Kebijakan Pemanfaatan Barang Milik Daerah


Kewenangan penetapan kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah
termasuk di dalamnya aspek pemanfaatan, berada ditangan Kepala Daerah.
Lebih lanjut dalam pasal 31 Permendagri No. 17 tahun 2007, diatur
mengenai kebijakan Pemanfaatan Barang Milik Daerah, yaitu:
a) yang dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi SKPD. Pemanfaatan dilaksanakan oleh Pengguna setelah
mendapat persetujuan Pengelola
b) sudah tidak digunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas
pokok dan fungsi SKPD. Pemanfaatannya dilaksanakan oleh Pengelola
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah
c) Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang tidak
dipergunakan untuk menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi SKPD. Pemanfaatannya dilaksanakan oleh Pengguna setelah
mendapat persetujuan Pengelola
d) Dalam pemanfaatan Barang Milik Daerah harus dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan
negara/daerah dan kepentingan umum.

3) Pengertian Pemanfaatan Barang Milik Daerah


Menurut Permendagri No 17 tahun 2007, yang dimaksud dengan istilah
pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Daerah yang tidak
dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah.

1
Dari pengertian tersebut dapat diketahui dan dipahami bahwa dalam
pemanfaatan Barang Milik Daerah mencakup beberapa hal yaitu:
1. pendayagunaan barang milik daerah;
2. barang milik daerah yang dimanfaatkan tidak dipergunakan untuk
melaksanakan tupoksi SKPD;
3. bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah yaitu sewa, pinjam
pakai, kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, dan bangun serah
guna;
4. pemanfaatan barang milik daerah tidak boleh mengubah status
kepemilikan.
Dalam istilah pendayagunaan barang milik daerah terkandung makna
bahwa tujuan pemanfaatan barang milik daerah adalah optimalisasi
pemanfaatan barang milik daerah guna mendorong peningkatan
penerimaan daerah. Pendayagunaan barang milik daerah dilakukan melalui
bentuk-bentuk pemanfaatan yaitu sewa, pinjam pakai, sewa, pinjam pakai,
kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, dan bangun serah guna.
Selain itu, dalam pengertian tersebut juga dinyatakan mengenai barang
milik daerah yang dapat dimanfaatkan. Barang milik daerah yang dapat
dimanfaatkan tersebut adalah barang milik daerah yang tidak
dipergunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang
bersangkutan. Hal ini secara tidak langsung memberikan penjelasan bahwa
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tidak boleh terganggu akibat
pemanfaatan barang milik daerah.
Selanjutnya, dalam pengertian tersebut juga diatur mengenai bentuk-
bentuk pemanfaatan barang milik daerah yaitu bentuk sewa, pinjam pakai,
kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, dan bangun serah guna.
Bentuk-bentuk pemanfaatan ini disebutkan dalam pasal 32 dan dijelaskan
lebih lanjut dalam pasal 33 sampai pasal 44 Permendagri No. 17 tahun
2007.
Yang terakhir yang perlu dicatat dan diberikan penekanan adalah bahwa
dalam pemanfaatan barang milik daerah tidak boleh mengubah status
kepemilikan. Hal ini memberikan arti bahwa pemanfaatan barang milik
daerah tersebut tidak boleh menyebabkan berpindahnya kepemilikan dari
pemerintah daerah kepada pihak lainnya. Artinya bahwa dalam surat
perjanjian pemanfaatan, harus betul-betul dimasukkan klausul mengenai
status kepemilikan setelah kontrak/perjanjian pemanfaatan barang milik
daerah selesai, yaitu masih menjadi milik pemerintah daerah.

4) Tujuan Pemanfaatan Barang Milik Daerah


Pemanfaatan Barang Milik Daerah bertujuan

2
untuk:
a) Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik
daerah
b) Meningkatkan penerimaan/pendapatan daerah
c) Mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
khususnya biaya pemeliharaan
d) Mencegah kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak lain yang
tidak bertanggung jawab.
e) Membuka lapangan kerja
f) Meningkatkan pendapatan masyarakat

Selain itu, melalui pemanfaatan barang milik daerah dapat


mengurangi beban APBD yaitu terkait dengan berkurangnya atau hilangnya
biaya pemeliharaan karena ditanggung oleh penyewa misalnya. Apabila
barang milik daerah tidak dimanfaatkan dan dibiarkan menganggur dan
tidak terurus, maka dimungkinkan terjadi penyerobotan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab dan mengaku-aku menjadi miliknya. Hal ini
menjadi permasalahan serius karena mau tidak mau pemerintah daerah
akan mengeluarkan sejumlah biaya apabila melakukan usaha melalui
pengadilan.

Banyak kasus sudah kita dengar bahwa tanah pemerintah daerah


ditempati oleh pihak lain baik warga masyarakat atau perusahaan hanya
gara-gara diterlantarkan oleh pemerintah daerah. Setelah beberapa lama
ketika tanah tersebut dibutuhkan untuk digunakan pemerintah daerah
ternyata tanah tersebut sudah diperjualbelikan kepada warga
masyarakat/perusahaan dengan bukti pemilikan yang terlihat sah bahkan
sampai ada yang memiliki sertifikat. Dengan pemanfaatan barang milik
daerah atas barang yang menganggur, maka hal ini kemungkinan besar
tidak akan terjadi dan tidak akan merepotkan pemerintah daerah itu sendiri
dikemudian hari.

Bagi masyarakat, pemanfaatan barang milik daerah ini dapat


membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Melalui penggunaan oleh pihak ketiga yang berupa perusahaan, maka akan
terserap lapangan kerja baru karena usaha yang dibuka dengan
memanfaatkan barang milik pemerintah daerah akan dapat menciptakan
kebutuhan karyawan/ pekerjanya. Efek ikutan yang terjadi jika masyarakat
memperoleh pekerjaan adalah perolehan pendapatan dan hal ini mendorong

3
upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

5) Bentuk-bentuk Pemanfaatan Barang Milik Daerah


Bentuk-bentuk pemanfaatan sebagaimana disebutkan dalam pasal 32
Permendagri No 17 tahun 2007 ada 5 yaitu:
sewa;
pinjam pakai;
kerja sama pemanfaatan;
bangun guna serah, serta
bangun serah guna

a) Sewa
Pengertian sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai. Dari
pengertian tentang sewa tersebut ada tiga kata kunci yang dapat digaris
bawahi yaitu:
pemanfaatan barang milik daerah;
dalam jangka waktu tertentu;
menerima imbalan uang tunai.
Dalam kata kunci pertama dan kata kunci kedua dapat disimpulkan adanya
jangka waktu yang ditetapkan dalam sewa ini. Jangka waktu ini dinyatakan
dalam perjanjian guna memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah
terutama untuk mereview sekaligus mengevaluasi pelaksanaan sewa
menyewa ini. Dua hal yang harus dianalisis dan dievaluasi serta dijadikan
pertanyaan adalah:
apakah sewa menyewa ini dijalankan sebagaimana mestinya oleh
penyewa, dan
apakah sewa menyewa ini memberikan keuntungan bagi pemerintah
daerah.
Hal ini penting mengingat tujuan awal dari pemanfaatan barang milik daerah
secara umum yang harus dipenuhi salah satunya adalah adanya
peningkatan penerimaan daerah. Sejalan dengan upaya peningkatan
penerimaan/ pendapatan daerah, maka pemanfaatan bentuk penyewaan ini
akan memberikan hasil/ imbalan berupa uang tunai bagi daerah. Hal ini
berarti penyewaan merupakan upaya membuka kran atau sumber-sumber
penerimaan dalam APBD yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam
membiayai pengeluaran/belanja daerah.

Kebijakan

4
Pertimbangan melaksanakan penyewaan barang milik daerah adalah untuk
optimalisasi pendayaagunaan serta optimalisasi hasil guna barang milik
daerah yang belum dimanfaatkan oleh SKPD alias menganggur.
Barang Milik Daerah yang dapat disewakan meliputi:
Barang Milik Daerah yang bergerak maupun yang
tidak bergerak
Untuk barang tidak bergerak dapat berupa Tanah dan/atau
bangunan selain tanah dan/atau bangunan yang masih
dipergunakan oleh pengguna
Contoh Barang Milik Daerah yang dapat disewakan adalah:
Mess/Wisma/Bioskop dan sejenisnya
Gudang/Gedung
Toko/Kios
Tanah
Kendaraan dan Alat-alat besar.
Jenis-jenis barang ini untuk dapat disewakan kepada pihak ketiga harus
ditetapkan oleh kepala daerah. Jangka waktu penyewaan maksimal 5(lima)
tahun dan dapat diperpanjang sepanjang menguntungkan bagi daerah.

Prosedur Penyewaan
Dalam menyewakan Barang Milik Daerah, prosedur yang harus
dilaksanakan adalah:
(1). Pengusulan penyewaan.
Proses awal yang harus dilakukan dalam menyewakan barang milik daerah
dimulai dari usulan Kepala SKPD kepada Kepala Daerah melalui pengelola
atas Barang Milik Daerah yang akan disewakan.Usulan yang diajukan oleh
Kepala SKPD harus diserta dengan data barang milik daerah yang
d iusulkan untuk disewakan.

(2). Persetujuan dan keputusan penyewaan.


Ada tiga jenis barang milik daerah, yaitu:
Tanah dan/atau bangunan
Tanah dan bangunan yang masih digunakan oleh pengguna
Selain tanah dan atau bangunan
Untuk barang milik daerah berupa tanah dan atau bangunan, penyewaan
dilakukan oleh pengelola setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah.
Sedangkan untuk tanah dan bangunan yang masih dipergunakan oleh
pengguna dan selain tanah dan/atau bangunan, dilakukan oleh pengguna
setelah mendapat persetujuan Kepala Daerah.
Hal-hal yang harus dimuat dalam keputusan tentang penyewaan Barang

5
Milik Daerah yaitu:
Data Barang Milik Daerah yang disewakan
Pelaksanaan penyewaan yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat
Perjanjian Sewa Menyewa
Pokok-pokok isi Surat Perjanjian Sewa Menyewa
Jangka waktu perjanjian sewa menyewa (maksimal lima tahun dan
dapat diperpanjang)
Adanya pengenaan retribusi untuk selain penyewaan terhadap
pemanfaatan barang milik daerah, sebagaimana dinyatakan dalam
peraturan daerah.

(3). Penandatanganan Surat Perjanjian Sewa Menyewa


Setelah terbit keputusan tentang persetujuan penyewaan barang
milik daerah, maka langkah berikutnya adalah melakukan
penandatanganan Surat Perjanjian Sewa Menyewa. Adapun isi yang harus
dimuat dalam surat perjanjian sewa menyewa ini dapat dilihat dalam
penjelasan secara khusus tentang surat perjanjian ini. Surat perjanjian sewa
menyewa ini ditandatangani oleh pengelola atas nama kepala daerah
dengan pihak penyewa.

Surat Perjanjian Sewa Menyewa


Guna tertib administrasi sesuai ketentuan dalam Permendagri 17
tahun 2007, maka dalam penyewaan Barang Milik Daerah harus dibuat
surat perjanjian sewa menyewa yang didalamnya harus memuat:
Data Barang Milik Daerah yang disewakan
Hak dan kewajiban kedua belah pihak
Jumlah/besarnya uang sewa yang harus dibayar penyewa
Jangka waktu sewa menyewa
Sanksi
Ketentuan lain yang dipandang perlu terutama mengenai batasan-
batasan penggunaan Barang Milik Daerah yang disewakan kepada
pihak penyewa.
Hasil penyewaan barang milik daerah harus disetorkan ke kas
daerah
Segala biaya yang diperlukan dalam rangka persiapan pelaksanaan
penyewaan barang milik daerah ditanggung oleh pihak penyewa

b) Pinjam Pakai
Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah
dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka

6
waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pengelola. Salah satu
tujuan dari pemanfaatan barang milik daerah adalah optimalisasi
pendayagunaan barang milik daerah yang menganggur (idle). Bentuk
pemanfaatan pinjam pakai merupakan salah satu upaya guna
memanfaatkan barang milik daerah sehubungan dengan atau untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam bentuk pemanfaatan pinjam pakai, tidak ada imbalan baik
berupa uang maupun barang dari pihak yang dipinjami. Setelah masa
pinjam pakai itu selesai (paling lama dua tahun dan dapat diperpanjang)
maka barang milik daerah tersebut harus sudah dikembalikan ke pengelola
barang. Hal ini harus dituangkan dalam surat perjanjian pinjam pakai barang
milik daerah.

Syarat-Syarat Pinjam Pakai


Dalam Lampiran Permendagri 17 Tahun 2007 mengenai Pedoman
Teknis Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Daerah, disebutkan adanya
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pinjam pakai, yaitu:
Barang Milik Daerah tersebut sementara waktu belum dimanfaatkan
oleh SKPD
Barang Milik Daerah yang dipinjampakaikan tersebut hanya boleh
digunakan oleh peminjam sesuai dengan peruntukannya
Pinjam pakai tersebut tidak mengganggu kelancaran tugas pokok
instansi atau SKPD
Barang Milik Daerah yang dipinjampakaikan harus merupakan
barang yang tidak habis pakai
Peminjam wajib memelihara dan menanggung biaya- biaya yang
diperlukan selama peminjaman
Peminjam bertanggung jawab atas keutuhan dan keselamatan
barang
Jangka waktu pinjam pakai maksimal selama dua tahun dan
apabila diperlukan dapat diperpanjang kembali
Pengembalian Barang Milik Daerah yang dipinjampakaikan harus
dalam keadaan baik dan lengkap

kebijakan
Kebijakan terkait pinjam pakai antara lain sebagai
berikut:
Barang Milik Daerah yang dapat dipinjampakaikan bukan
merupakan barang habis pakai
Pinjam pakai Barang Milik Daerah hanya dapat dilakukan antar

7
pemerintah
Pengelola harus mendapat persetujuan dari Kepala Daerah dalam
melaksanakan Pinjam pakai.

Prosedur
Prosedur yang harus diikuti dalam pelaksanaan pinjam pakai barang milik
daerah yaitu:
(1) Persetujuan Pinjam Pakai
Sebagaimana halnya dengan penyewaan barang milik daerah, Pengelola
untuk dapat meminjampakaikan barang milik daerah ini harus mendapat
persetujuan dari Kepala Daerah (untuk barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan). Selain tanah dan/atau bangunan, dilaksanakan oleh
Pengguna setelah mendapat persetujuan dari Pengelola.

(2) Penandatanganan Surat Perjanjian Pinjam Pakai


Setelah diperoleh persetujuan dari Kepala Daerah atau Pengelola, maka
dibuatlah Surat Perjanjian Pinjam Pakai Barang Milik Daerah.

(3). Penyerahan barang milik daerah


Tindak lanjut dari surat perjanjian pinjam pakai adalah diserahkannya
barang milik daerah. Penyerahan barang milik daerah untuk
dipinjampakaikan ini harus dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima.

Surat Perjanjian Pinjam Pakai


Surat Perjanjian Pinjam Pakai memuat sekurang- kurangnya
hal/ketentuan sebagai berikut:
Pihak-pihak yang terkait dengan perjanjian
Jenis, luas dan jumlah barang yang dipinjamkan
Jangka waktu pinjam pakai
Tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan
pemeliharaan selama jangka waktu peminjaman
Persyaratan lain yang dianggap perlu

c) Kerja sama Pemanfaatan


Kerja sama pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik
Daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan daerah bukan pajak/ pendapatan daerah dan
sumber pembiayaan lainnya.
Ada tiga kata kunci dalam pengertian bentuk pemanfaatan kerja sama
pemanfaatan ini, yaitu

8
Pendayagunaan barang milik daerah
Dalam jangka waktu tertentu
Dalam rangka peningkatan penerimaan daerah/pendapatan daerah
Kata kunci yang pertama yaitu pendayagunaan barang milik daerah.
Hal ini menjelaskan bahya bentuk pemanfaatan ini merupakan salah satu
upaya mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah.
Upaya ini juga sekaligus dapat mendongkrak penerimaan d aerah bukan
pajak/pendapatan daerah, sehingga dapat ikut mendorong kemandirian
daerah (kata kunci ketiga). Kerja sama pemanfaatan dilakukan melalui
proses tender (lelang) kecuali untuk keperluan pelaksanaan kegiatan
khusus seperti penggunaan tanah milik daerah untuk kebun binatang
(pengembangbiakan dan pelestarian satwa langka).
Dalam kata kunci kedua disebutkan adanya jangka waktu
pelaksanaan kerja sama pemanfaatan. Jangka waktu yang diperkenankan
sebagaimana dinyatakan dalam Permendagri No. 17 tahun 2007 adalah
paling lama 30 tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat
diperpanjang. Ketentuan jangka waktu kerja sama pemanfaatan ini
memberikan kepastian bahwa setelah perjanjian kerja sama ini berakhir
maka barang milik daerah tersebut harus dikembalikan kepada pemerintah
daerah. Selain itu, guna menjamin barang milik daerah dikembalikan tepat
waktu dan menghindari pemindahan kepemilikan maka dibuat ketentuan
pula bahwa barang milik daerah ini tidak boleh dijaminkan oleh mitra
kerja sama kepada pihak ketiga dan hal ini harus dinyatakan secara
eksplisit dalam surat perjanjian kerja sama pemanfaatan.

kebijakan
Ketentuan mengenai bentuk pemanfaatan berupa kerja sama pemanfaatan
sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 17 tahun 2007 antara lain:
Bahwa kerja sama pemanfaatan dengan pihak lain harus bertujuan
dalam rangka optimalisasi pendayagunaan Barang Milik Daerah
guna memberikan tambahan pendapatan daerah
Barang Milik Daerah yang dapat dimanfaatkan dalam kerangka kerja
sama pemanfaatan adalah :tanah dan/atau bangunan yang telah
diserahkan oleh Pengguna kepada Kepala Daerah, dan sebagian
tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna
dan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.
Kewenangan atas penetapan kerja sama pemanfaatan Barang Milik
Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan
oleh Pengguna kepada Kepala Daerah, berada pada Pengelola
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah.

9
Sedangkan kewenangan atas penetapan sebagian Barang
Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang masih
digunakan oleh Pengguna dan Barang Milik Daerah selain tanah
dan/atau bangunan, dilaksanakan oleh Pengguna setelah
mendapat persetujuan Pengelola.

Prosedur/Tata Cara
Prosedur/tata cara kerja sama pemanfaatan adalah
sebagai berikut:
(1). Pengajuan permohonan kerja sama pemanfaatan
Langkah pertama pelaksanaan kerja sama pemanfaatan adalah pengajuan
permohonan kerja sama pemanfaatan dari pihak ketiga ke panitia
tender/lelang disertai dengan dilengkapi data berikut:
Akte pendirian
SIUP sesuai bidangnya
Melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya
Proposal
Memiliki keahlian di
bidangnya
Memiliki modal kerja yang cukup
Data teknis:
Tanah: lokasi/alamat, luas, status, penggunaan
saat ini
Bangunan: lokasi/alamat, luas, status/IMB, kondisi
Rencana penambahan bangunan gedung dan fasilitas lainnya
dengan memperhatikan
o KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
o KLB (Koefisien Luas Bangunan)

(2). Penelitian oleh Panitia


Setelah data diterima oleh Panitia, maka selanjutnya dilakukan
penelitian:
data administrative
proposal/surat permohonan terkait informasi mengenai jenis
usaha, masa pengelolaan, besarnya kontribusi, dan lain-lain
penelitian lapangan
Hasil penelitian, oleh panitia dimasukkan dalam berita cara hasil
penelitian

(3). Persetujuan dan Keputusan dari Kepala Daerah

10
Setelah dilakukan penelitian maka langkah selanjutnya adalah
memberikan dan menyampaikan saran pertimbangan kepada Kepala daerah
mengenai hasil penelitian serta menyiapkan surat jawaban penolakan atau
persetujuan pemanfaatan dari Kepala Daerah tentang persetujuan
pemanfaatan. Persetujuan pemanfaatan selanjutnya dilanjutkan dengan
penerbitan Keputusan Kepala Daerah tentang persetujuan pemanfaatan.

(4). Penandatanganan Surat Perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan


Surat Perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan ditandatangani oleh
pengelola atas nama Kepala Daerah dan mitra kerjasama. Adapun Isi dari
Surat Perjanjian Kerja Sama Pemanfaatan paling memuat hal-hal berikut:
pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
obyek kerjasama pemanfaatan;
jangka waktu kerjasama pemanfaatan;
pokok- pokok mengenai kerjasama pemanfaatan;
data barang milik daerah yang menjadi objek kerjasama
pemanfaatan;
hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian;
besarnya kontribusi tetap dan pembagian hasil keuntungan (yang
ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah);
Sanksi;
Persyaratan lain yang dianggap perlu

(5). Serah Terima Barang Milik daerah

Setelah penandatanganan perjanjian kerja sama pemanfaatan


barang milik daerah, selanjutnya dilakukan serah terima barang milik
daerah. Dalam serah terima barang ini harus didokumentasikan dalam
berita acara terima barang milik daerah sebagai bukti bahwa pihak ketiga
sudah menerima barang untuk dimanfaatkan.

Ketentuan Kerja Sama Pemanfaatan


Penetapan dan Kewajiban mitra kerja sama:
Penetapan mitra kerja sama pemanfaatan Barang Milik Daerah ditetapkan
melalui tender/lelang dengan sekurang-kurangnya 5 peserta/peminat,
apabila s etelah 2 kali berturut-turut diumumkan, peminatnya kurang d ari
5, dapat dilakukan proses pemilihan langsung melalui negosiasi baik teknis
maupun harga.
Untuk kegiatan yang bersifat khusus seperti penggunaan tanah milik

11
pemerintah daerah untuk keperluan kebun binatang (pengembangbiakan
satwa langka), pelabuhan laut, pelabuhan udara, pengelolaan limbah,
pendidikan dan sarana olah raga, dapat dilakukan penunjukan langsung
dan dilakukan negosiasi baik teknis maupun harga.
Mitra kerja sama harus membayar kontribusi tetap ke rekening kas
daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah
ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil kerja sama
pemanfaatan
Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerja
sama pemanfaatan ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim
yang dibentuk dengan Keputusan Kepala Daerah dengan
memperhatikan:
Nilai tanah dan/atau bangunan sebagai obyek kerjasama
ditetapkan sesuai NJOP dan/atau harga pasaran umum, apabila
dalam satu lokasi terdapat nilai NJOP dan/atau pasaran
umum yang berbeda dilakukan penjumlahan dan dibagi sesuai
jumlah yang ada
Kegiatan kerjasama pemanfaatan untuk kepentingan umum
dan/atau kegiatan perdagangan
Besaran investasi dari mitra kerja
Penyerapan tenaga kerja dan peningkatan PAD.
jangka waktu pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak
perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang
mitra kerjasama pemanfaatan dilarang menjaminkan obyek
kerjasama pemanfaatan yaitu tanah dan/atau bangunan
biaya pengkajian, penelitian, penaksir dan pengumuman lelang,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas, tidak
dapat dibebankan pada Pihak Ketiga.

d) Bangun Guna Serah


Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau
sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain
tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk
selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
Ada tiga kata kunci dalam pengertian pemanfaatan barang milik
daerah bentuk Bangun Guna Serah, yaitu:

12
Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain
dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya
Didayagunakan oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
Diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu
Kata kunci pertama menyebutkan jenis barang milik daerah yang
dimanfaatkan yaitu tanah. Di atas tanah milik pemerintah daerah tersebut
kemudian dibangun bangunan siap pakai oleh pihak ketiga. Selain itu pihak
ketiga tersebut juga dapat menyediakan/ menambah sarana lain berikut
fasilitas di atas tanah dan atau bangunan yang telah dibangun. Setelah
bangunan dan sarana lain telah siap digunakan, kemudian pihak ketiga
mendayagunakannya selama jangka waktu tertentu yaitu paling lama tiga
puluh tahun sejak dimulai masa pengoperasian (kata kunci kedua).
Dalam kata kunci ketiga ditegaskan adanya kewajiban pihak ketiga
yang memanfaatkan barang milik daerah tersebut untuk menyerahkan
kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya
setelah berakhirnya jangka waktu. Untuk menjamin hal ini, dibuatlah
ketentuan bahwa tanah yang dimanfaatkan tidak boleh dijaminkan
kepada pihak lain misalnya bank, akan tetapi bangunannya boleh
dijaminkan namun maksimal sampai dengan berakhirnya jangka waktu
pemanfaatan. Perlu diketahui bahwa pihak ketiga memperoleh hak guna
bangunan atas bangunan yang dibangun di atas tanah milik
pemerintah daerah.

Kebijakan
Barang Milik Daerah yang akan dimanfaatkan dalam bentuk Bangun Guna
Serah (BGS) harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Barang Milik Daerah tersebut belum dimanfaatkan
Harus bertujuan dalam rangka mengoptimalisasikan Barang
Milik Daerah
Mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas dalam
pemanfaatan Barang Milik Daerah tersebut.
Dapat menambah/meningkatkan pendapatan daerah
Menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan
pemerintah daerah.
Jangka waktu pengguna-usahaan paling lama 30 tahun sejak
dimulai masa pengoperasian
Selama masa pengoperasian, tanah dan/atau bangunan tetap milik
Pemerintah Daerah

13
Biaya penelitian, pengkajian, penaksir dan pengumuman lelang,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas,
dibebankan pada pihak ketiga.

Persyaratan Pelaksanaan Bangun Guna Serah


Gedung yang dibangun berikut fasilitas harus sesuai dengan
kebutuhan Pemerintah Daerah terkait pelaksanaan tugas dan fungsi
Pemerintah Daerah memiliki tanah yang belum dimanfaatkan
Dana untuk pembangunan berikut penyelesaian fasilitasnya tidak
membebani APBD
Bangunan hasil guna serah harus dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh pihak ketiga
Mitra Bangun Guna Serah harus mempunyai kemampuan dan
keahlian
Objek Bangun Guna Serah berupa sertifikat hak atas pengelolaan
(HPL) tidak boleh dijaminkan, digadaikan atau dipindahtangankan
Pihak ketiga akan memperoleh Hak Guna Bangunan diatas HPL
milik Pemerintah Daerah
Hak Guna Bangunan diatas HPL milik Pemerintah Daerah dapat
dijadikan jaminan, diagunkan dengan dibebani hak tanggungan dan
hak tanggungan dimaksud akan hapus dengan habisnya Hak Guna
Bangunan.
Izin Mendirikan Bangunan atas nama Pemerintah Daerah
Mitra Kerja Bangun Guna Serah membayar kontribusi ke kas daerah
setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian.

Prosedur/Tata Cara
(1). Pengajuan Permohonan
Langkah pertama dari pelaksanaan pemanfaatan barang milik daerah
bentuk bangun guna serah adalah pengajuan permohonan
penggunausahaan kepada panitia tender/lelang dengan melampirkan
data yang dipersyaratkan sebagai berikut:
Akte pendirian
Memiliki SIUP sesuai bidangnya
Telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya
Mengajukan proposal
Memiliki keahlian di bidangnya
Memiliki modal kerja yang cukup

14
Data teknis:
Tanah : Lokasi/alamat, luas, status, penggunaan
saat ini
Bangunan : Lokasi/alamat, luas, status
kepemilikan
Rencana pembangunan gedung dengan
memperhatikan
KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
KLB (Koefisien Luas Bangunan)
Rencana Pembangunan, dlsb.

(2). Penelitian data oleh Panitia


Setelah Panitia menerima permohonan beserta datanya, kemudian Panitia
melakukan penelitian meliputi:
kelengkapan dan validitas data administratif dalam permohonan
yang diajukan
Isi data dalam permohonan mencakup: jenis usaha, masa
pengelolaan, besarnya kontribusi, dan hal-hal lain yang dianggap
perlu sesuai bentuk pemanfaatan
penelitian lapangan dan membuat berita acara hasil
penelitian

(3). Persetujuan Pemanfaatan oleh Kepala Daerah


Berdasarkan hasil penelitian yang dituangkan dalam berita acara hasil
penelitian, Panitia memberikan/ menyampaikan hasil pertimbangan
kepada Kepala Daerah.Selanjutnya Panita menyiapkan keputusan Kepala
Daerah tentang persetujuan pemanfaatan.

(4). Penandatanganan Surat Perjanjian Bangun Guna Serah


Sebelum pelaksanaan pemanfaatan Barang Milik Daerah melalui bangun
guna serah, maka dibuatlah surat perjanjian bangun guna serah. Hal-hal
yang harus dimuat dalam Surat Perjanjian ini adalah:
Pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian
Objek Bangun Guna Serah
Jangka Waktu Bangun Guna Serah
Pokok-pokok mengenai Bangun Guna Serah
Data Barang Milik Daerah yang menjadi objek Bangun Guna Serah
Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian
Jumlah/besarnya kontribusi yang harus dibayar oleh pihak ketiga
Sanksi
Persyaratan lain yang dianggap perlu.

15
Surat perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Kepala Daerah
dan mitra kerja sama. Setelah penandatangan surat perjanjian ini, maka
mitra kerja sama dapat mendayagunakan barang milik daerah tersebut.

(5). Serah Terima Barang saat perjanjian berakhir


Setelah masa pengoperasian berakhir sebagaimana dinyatakan dalam
perjanjian, maka dilakukan penyerahan kembali bangunan/gedung beserta
fasilitas kepada Pemerintah Daerah.

Penetapan Mitra Bangun Guna Serah


Penetapan mitra kerja sama Bangun Guna Serah dilaksanakan melalui
tender/lelang dengan d engikut sertakan sekurang-kurangnya 5
peserta/peminat, apabila diumumkan 2 kali berturut-turut peminatnya
kurang dari 5, dapat dilakukan proses pemilihan langsung atau
penunjukan langsung melalui negosiasi baik teknis maupun harga.

Surat Perjanjian Bangun Guna Serah


Surat Perjanjian Bangun Guna Serah paling tidak memuat:
Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian
Obyek Bangun Guna Serah
Jangka waktu Bangun Guna Serah
Pokok-pokok mengenai Bangun Guna Serah
Data Barang Milik Daerah yang menjadi Bangun Guna Serah
Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian
Jumlah/besarnya kontribusi yang harus dibayar oleh pihak ketiga
Sanksi
Persyaratan lain yang dianggap perlu.
Surat perjanjian ditandatangani oleh Pengelola atas nama Kepala Daerah
dan mitra kerja sama

e) Bangun Serah Guna


Bangun Serah Guna adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau
sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya
diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang disepakati.
Dalam pengertian pemanfaatan barang milik daerah bentuk Bangun Serah
Guna, terdapat tiga kata kunci yang dapat digaris bawahi, yaitu:
pemanfaatan Barang Milik Daerah berupa tanah oleh pihak lain
dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut

16
fasilitasnya
setelah selesai pembangunannya diserahkan
didayagunakan oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
bentuk pemanfaatan bangun serah guna pada dasarnya mirip
dengan bentuk pemanfaatan bangun guna serah. Hal yang membedakan
adalah ada proses penyerahan bangunan yang siap pakai beserta
sarana/fasilitasnya kepada pemerintah daerah terlebih dahulu.
Selanjutnya oleh pemerintah daerah, tanah dan atau bangunan tersebut
diserahkan kembali kepada pihak lain untuk didayagunakan selama jangka
waktu tertentu yaitu paling lama 30 tahun sejak dimulainya masa
pengoperasian.

Sebagaimana halnya dengan bentuk pemanfaatan bangun guna


serah, mitra kerja bangun serah guna tidak boleh
menjaminkan/menggadaikan/memindahtangankan tanah milik pemerintah
daerah tersebut. Untuk hak guna bangunan diatas tanah milik
pemerintah daerah boleh dijaminkan oleh mitra kerja sama, namun harus
berakhir maksimal ketika tanah dan atau bangunan tersebut diserahkan
kembali kepada pemerintah daerah pada akhir masa perjanjian bangun
serah guna.

Kebijakan
Beberapa kebijakan terkait pemanfaatan aset bentuk Bangun Serah Guna
(BSG) adalah:
Penetapan untuk Bangun Serah Guna dilaksanakan melalui
tender yang mengikut sertakan sekurang kurangnya 5
peserta/peminat, apabila diumumkan 2 kali berturut turut
peminatnya kurang dari 5, dapat dilakukan proses pemilihan
langsung atau penunjukan langsung melalui negoisasi baik teknis
maupun harga.
Dasar pertimbangan Bangus Serah Guna atas Barang Milik Daerah
adalah
Barang Milik Daerah belum dimanfaatkan
Mengoptimalisasikan Barang Milik Daerah
Dalam rangka efisiensi dan efektifitas
Menambah/meningkatkan pendapatan daerah
Menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan
Pemerintah Daerah

Prosedur/Tata Cara

17
(1). Pengajuan Permohonan
Langkah pertama adalah pengajuan permohonan penggunausahaan kepada
panitia tender/lelang dengan dilengkapi dengan data sebagai berikut:
Akte pendirian
Memiliki SIUP sesuai bidangnya
Telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya
Mengajukan proposal
Memiliki keahlian di bidangnya
Memiliki modal kerja yang cukup
Data teknis:
Tanah : Lokasi/alamat, luas, status, penggunaan
saat ini
Bangunan : Lokasi/alamat, luas, status kepemilikan
Rencana pembangunan gedung dengan memperhatikan:
KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
KLB (Koefisien Luas Bangunan)
Rencana Pembangunan, dlsb.

(2). Penelitian data oleh Panitia


Selanjutnya setelah permohonan pemanfaatan barang milik daerah yang
dilengkapi dengan data sudah diterima, Panitia melakukan:
Penelitian/pengecekan kelengkapan dan validitas data administratif
dalam permohonan yang diajukan
Pembahasan mengenai isi data dalam permohonan mencakup: jenis
usaha, masa pengelolaan, besarnya kontribusi, dan hal-hal lain yang
dianggap perlu sesuai bentuk pemanfaatan
Penelitian lapangan dan
pembuatan berita acara hasil penelitian

(3) Persetujuan dan Keputusan kepala Daerah


Berdasarkan Berita acara hasil penelitian maka Penitia memberikan
masukan /pertimbangan kepada Kepala Daerah. Apabila Kepala Daerah
menerima pertimbangan Panitia dan memutuskan untuk memberikan
persetujuan maka selanjutnya Kepala Daerah membuat menandatangani
keputusan tentang persetujuan pemanfaatan yang telah disiapkan oleh
Panitia.

(4) penandatanganan surat perjanjian bangun serah guna


Setelah terbit keputusan tentang persetujuan Kepala Daerah tentang
pemanfaatan barang milik daerah melalui bentuk pemanfaatan bangun

18
serah guna, langkah berikutnya adalah penyiapan dan penandatanganan
Surat Perjanjian Bangun Serah Guna. Adapun hal-hal yang harus dimuat
dalam Surat Perjanjian diterangkan dalam bahasan selanjutnya. Surat
Perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Kepala Daerah dan
mira kerjasama;

(5) penyerahan barang milik daerah


Setelah masa pengoperasian berakhir, sesuai dengan perjanjian maka
dilakukan penyerahan kembali bangunan/gedung beserta fasilitas kepada
Pemerintah Daerah dan atas penyerahan ini dituangkan dalam berita acara
serah terima barang milik daerah.

Penetapan Mitra Bangun Serah Guna


Penetapan mitra kerja sama Bangun Serah Guna dilaksanakan melalui
tender/lelang dengan mengikut sertakan sekurang-kurangnya 5
peserta/peminat, apabila diumumkan 2 kali berturut- turut peminatnya
kurang dari 5, dapat dilakukan proses pemilihan langsung atau penunjukan
langsung melalui negosiasi baik teknis maupun harga.

19

You might also like