Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 4
Marni (1620532020)
PADANG
2017
1
Dari pengertian tersebut dapat diketahui dan dipahami bahwa dalam
pemanfaatan Barang Milik Daerah mencakup beberapa hal yaitu:
1. pendayagunaan barang milik daerah;
2. barang milik daerah yang dimanfaatkan tidak dipergunakan untuk
melaksanakan tupoksi SKPD;
3. bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah yaitu sewa, pinjam
pakai, kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, dan bangun serah
guna;
4. pemanfaatan barang milik daerah tidak boleh mengubah status
kepemilikan.
Dalam istilah pendayagunaan barang milik daerah terkandung makna
bahwa tujuan pemanfaatan barang milik daerah adalah optimalisasi
pemanfaatan barang milik daerah guna mendorong peningkatan
penerimaan daerah. Pendayagunaan barang milik daerah dilakukan melalui
bentuk-bentuk pemanfaatan yaitu sewa, pinjam pakai, sewa, pinjam pakai,
kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, dan bangun serah guna.
Selain itu, dalam pengertian tersebut juga dinyatakan mengenai barang
milik daerah yang dapat dimanfaatkan. Barang milik daerah yang dapat
dimanfaatkan tersebut adalah barang milik daerah yang tidak
dipergunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang
bersangkutan. Hal ini secara tidak langsung memberikan penjelasan bahwa
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tidak boleh terganggu akibat
pemanfaatan barang milik daerah.
Selanjutnya, dalam pengertian tersebut juga diatur mengenai bentuk-
bentuk pemanfaatan barang milik daerah yaitu bentuk sewa, pinjam pakai,
kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, dan bangun serah guna.
Bentuk-bentuk pemanfaatan ini disebutkan dalam pasal 32 dan dijelaskan
lebih lanjut dalam pasal 33 sampai pasal 44 Permendagri No. 17 tahun
2007.
Yang terakhir yang perlu dicatat dan diberikan penekanan adalah bahwa
dalam pemanfaatan barang milik daerah tidak boleh mengubah status
kepemilikan. Hal ini memberikan arti bahwa pemanfaatan barang milik
daerah tersebut tidak boleh menyebabkan berpindahnya kepemilikan dari
pemerintah daerah kepada pihak lainnya. Artinya bahwa dalam surat
perjanjian pemanfaatan, harus betul-betul dimasukkan klausul mengenai
status kepemilikan setelah kontrak/perjanjian pemanfaatan barang milik
daerah selesai, yaitu masih menjadi milik pemerintah daerah.
2
untuk:
a) Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik
daerah
b) Meningkatkan penerimaan/pendapatan daerah
c) Mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
khususnya biaya pemeliharaan
d) Mencegah kemungkinan adanya penyerobotan dari pihak lain yang
tidak bertanggung jawab.
e) Membuka lapangan kerja
f) Meningkatkan pendapatan masyarakat
3
upaya pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
a) Sewa
Pengertian sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai. Dari
pengertian tentang sewa tersebut ada tiga kata kunci yang dapat digaris
bawahi yaitu:
pemanfaatan barang milik daerah;
dalam jangka waktu tertentu;
menerima imbalan uang tunai.
Dalam kata kunci pertama dan kata kunci kedua dapat disimpulkan adanya
jangka waktu yang ditetapkan dalam sewa ini. Jangka waktu ini dinyatakan
dalam perjanjian guna memberikan kesempatan bagi pemerintah daerah
terutama untuk mereview sekaligus mengevaluasi pelaksanaan sewa
menyewa ini. Dua hal yang harus dianalisis dan dievaluasi serta dijadikan
pertanyaan adalah:
apakah sewa menyewa ini dijalankan sebagaimana mestinya oleh
penyewa, dan
apakah sewa menyewa ini memberikan keuntungan bagi pemerintah
daerah.
Hal ini penting mengingat tujuan awal dari pemanfaatan barang milik daerah
secara umum yang harus dipenuhi salah satunya adalah adanya
peningkatan penerimaan daerah. Sejalan dengan upaya peningkatan
penerimaan/ pendapatan daerah, maka pemanfaatan bentuk penyewaan ini
akan memberikan hasil/ imbalan berupa uang tunai bagi daerah. Hal ini
berarti penyewaan merupakan upaya membuka kran atau sumber-sumber
penerimaan dalam APBD yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam
membiayai pengeluaran/belanja daerah.
Kebijakan
4
Pertimbangan melaksanakan penyewaan barang milik daerah adalah untuk
optimalisasi pendayaagunaan serta optimalisasi hasil guna barang milik
daerah yang belum dimanfaatkan oleh SKPD alias menganggur.
Barang Milik Daerah yang dapat disewakan meliputi:
Barang Milik Daerah yang bergerak maupun yang
tidak bergerak
Untuk barang tidak bergerak dapat berupa Tanah dan/atau
bangunan selain tanah dan/atau bangunan yang masih
dipergunakan oleh pengguna
Contoh Barang Milik Daerah yang dapat disewakan adalah:
Mess/Wisma/Bioskop dan sejenisnya
Gudang/Gedung
Toko/Kios
Tanah
Kendaraan dan Alat-alat besar.
Jenis-jenis barang ini untuk dapat disewakan kepada pihak ketiga harus
ditetapkan oleh kepala daerah. Jangka waktu penyewaan maksimal 5(lima)
tahun dan dapat diperpanjang sepanjang menguntungkan bagi daerah.
Prosedur Penyewaan
Dalam menyewakan Barang Milik Daerah, prosedur yang harus
dilaksanakan adalah:
(1). Pengusulan penyewaan.
Proses awal yang harus dilakukan dalam menyewakan barang milik daerah
dimulai dari usulan Kepala SKPD kepada Kepala Daerah melalui pengelola
atas Barang Milik Daerah yang akan disewakan.Usulan yang diajukan oleh
Kepala SKPD harus diserta dengan data barang milik daerah yang
d iusulkan untuk disewakan.
5
Milik Daerah yaitu:
Data Barang Milik Daerah yang disewakan
Pelaksanaan penyewaan yang akan diatur lebih lanjut dalam Surat
Perjanjian Sewa Menyewa
Pokok-pokok isi Surat Perjanjian Sewa Menyewa
Jangka waktu perjanjian sewa menyewa (maksimal lima tahun dan
dapat diperpanjang)
Adanya pengenaan retribusi untuk selain penyewaan terhadap
pemanfaatan barang milik daerah, sebagaimana dinyatakan dalam
peraturan daerah.
b) Pinjam Pakai
Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah
dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka
6
waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pengelola. Salah satu
tujuan dari pemanfaatan barang milik daerah adalah optimalisasi
pendayagunaan barang milik daerah yang menganggur (idle). Bentuk
pemanfaatan pinjam pakai merupakan salah satu upaya guna
memanfaatkan barang milik daerah sehubungan dengan atau untuk
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam bentuk pemanfaatan pinjam pakai, tidak ada imbalan baik
berupa uang maupun barang dari pihak yang dipinjami. Setelah masa
pinjam pakai itu selesai (paling lama dua tahun dan dapat diperpanjang)
maka barang milik daerah tersebut harus sudah dikembalikan ke pengelola
barang. Hal ini harus dituangkan dalam surat perjanjian pinjam pakai barang
milik daerah.
kebijakan
Kebijakan terkait pinjam pakai antara lain sebagai
berikut:
Barang Milik Daerah yang dapat dipinjampakaikan bukan
merupakan barang habis pakai
Pinjam pakai Barang Milik Daerah hanya dapat dilakukan antar
7
pemerintah
Pengelola harus mendapat persetujuan dari Kepala Daerah dalam
melaksanakan Pinjam pakai.
Prosedur
Prosedur yang harus diikuti dalam pelaksanaan pinjam pakai barang milik
daerah yaitu:
(1) Persetujuan Pinjam Pakai
Sebagaimana halnya dengan penyewaan barang milik daerah, Pengelola
untuk dapat meminjampakaikan barang milik daerah ini harus mendapat
persetujuan dari Kepala Daerah (untuk barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan). Selain tanah dan/atau bangunan, dilaksanakan oleh
Pengguna setelah mendapat persetujuan dari Pengelola.
8
Pendayagunaan barang milik daerah
Dalam jangka waktu tertentu
Dalam rangka peningkatan penerimaan daerah/pendapatan daerah
Kata kunci yang pertama yaitu pendayagunaan barang milik daerah.
Hal ini menjelaskan bahya bentuk pemanfaatan ini merupakan salah satu
upaya mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik daerah.
Upaya ini juga sekaligus dapat mendongkrak penerimaan d aerah bukan
pajak/pendapatan daerah, sehingga dapat ikut mendorong kemandirian
daerah (kata kunci ketiga). Kerja sama pemanfaatan dilakukan melalui
proses tender (lelang) kecuali untuk keperluan pelaksanaan kegiatan
khusus seperti penggunaan tanah milik daerah untuk kebun binatang
(pengembangbiakan dan pelestarian satwa langka).
Dalam kata kunci kedua disebutkan adanya jangka waktu
pelaksanaan kerja sama pemanfaatan. Jangka waktu yang diperkenankan
sebagaimana dinyatakan dalam Permendagri No. 17 tahun 2007 adalah
paling lama 30 tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat
diperpanjang. Ketentuan jangka waktu kerja sama pemanfaatan ini
memberikan kepastian bahwa setelah perjanjian kerja sama ini berakhir
maka barang milik daerah tersebut harus dikembalikan kepada pemerintah
daerah. Selain itu, guna menjamin barang milik daerah dikembalikan tepat
waktu dan menghindari pemindahan kepemilikan maka dibuat ketentuan
pula bahwa barang milik daerah ini tidak boleh dijaminkan oleh mitra
kerja sama kepada pihak ketiga dan hal ini harus dinyatakan secara
eksplisit dalam surat perjanjian kerja sama pemanfaatan.
kebijakan
Ketentuan mengenai bentuk pemanfaatan berupa kerja sama pemanfaatan
sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 17 tahun 2007 antara lain:
Bahwa kerja sama pemanfaatan dengan pihak lain harus bertujuan
dalam rangka optimalisasi pendayagunaan Barang Milik Daerah
guna memberikan tambahan pendapatan daerah
Barang Milik Daerah yang dapat dimanfaatkan dalam kerangka kerja
sama pemanfaatan adalah :tanah dan/atau bangunan yang telah
diserahkan oleh Pengguna kepada Kepala Daerah, dan sebagian
tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna
dan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.
Kewenangan atas penetapan kerja sama pemanfaatan Barang Milik
Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan
oleh Pengguna kepada Kepala Daerah, berada pada Pengelola
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah.
9
Sedangkan kewenangan atas penetapan sebagian Barang
Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang masih
digunakan oleh Pengguna dan Barang Milik Daerah selain tanah
dan/atau bangunan, dilaksanakan oleh Pengguna setelah
mendapat persetujuan Pengelola.
Prosedur/Tata Cara
Prosedur/tata cara kerja sama pemanfaatan adalah
sebagai berikut:
(1). Pengajuan permohonan kerja sama pemanfaatan
Langkah pertama pelaksanaan kerja sama pemanfaatan adalah pengajuan
permohonan kerja sama pemanfaatan dari pihak ketiga ke panitia
tender/lelang disertai dengan dilengkapi data berikut:
Akte pendirian
SIUP sesuai bidangnya
Melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya
Proposal
Memiliki keahlian di
bidangnya
Memiliki modal kerja yang cukup
Data teknis:
Tanah: lokasi/alamat, luas, status, penggunaan
saat ini
Bangunan: lokasi/alamat, luas, status/IMB, kondisi
Rencana penambahan bangunan gedung dan fasilitas lainnya
dengan memperhatikan
o KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
o KLB (Koefisien Luas Bangunan)
10
Setelah dilakukan penelitian maka langkah selanjutnya adalah
memberikan dan menyampaikan saran pertimbangan kepada Kepala daerah
mengenai hasil penelitian serta menyiapkan surat jawaban penolakan atau
persetujuan pemanfaatan dari Kepala Daerah tentang persetujuan
pemanfaatan. Persetujuan pemanfaatan selanjutnya dilanjutkan dengan
penerbitan Keputusan Kepala Daerah tentang persetujuan pemanfaatan.
11
pemerintah daerah untuk keperluan kebun binatang (pengembangbiakan
satwa langka), pelabuhan laut, pelabuhan udara, pengelolaan limbah,
pendidikan dan sarana olah raga, dapat dilakukan penunjukan langsung
dan dilakukan negosiasi baik teknis maupun harga.
Mitra kerja sama harus membayar kontribusi tetap ke rekening kas
daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah
ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil kerja sama
pemanfaatan
Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil kerja
sama pemanfaatan ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim
yang dibentuk dengan Keputusan Kepala Daerah dengan
memperhatikan:
Nilai tanah dan/atau bangunan sebagai obyek kerjasama
ditetapkan sesuai NJOP dan/atau harga pasaran umum, apabila
dalam satu lokasi terdapat nilai NJOP dan/atau pasaran
umum yang berbeda dilakukan penjumlahan dan dibagi sesuai
jumlah yang ada
Kegiatan kerjasama pemanfaatan untuk kepentingan umum
dan/atau kegiatan perdagangan
Besaran investasi dari mitra kerja
Penyerapan tenaga kerja dan peningkatan PAD.
jangka waktu pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak
perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang
mitra kerjasama pemanfaatan dilarang menjaminkan obyek
kerjasama pemanfaatan yaitu tanah dan/atau bangunan
biaya pengkajian, penelitian, penaksir dan pengumuman lelang,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas, tidak
dapat dibebankan pada Pihak Ketiga.
12
Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain
dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya
Didayagunakan oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
Diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut
fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu
Kata kunci pertama menyebutkan jenis barang milik daerah yang
dimanfaatkan yaitu tanah. Di atas tanah milik pemerintah daerah tersebut
kemudian dibangun bangunan siap pakai oleh pihak ketiga. Selain itu pihak
ketiga tersebut juga dapat menyediakan/ menambah sarana lain berikut
fasilitas di atas tanah dan atau bangunan yang telah dibangun. Setelah
bangunan dan sarana lain telah siap digunakan, kemudian pihak ketiga
mendayagunakannya selama jangka waktu tertentu yaitu paling lama tiga
puluh tahun sejak dimulai masa pengoperasian (kata kunci kedua).
Dalam kata kunci ketiga ditegaskan adanya kewajiban pihak ketiga
yang memanfaatkan barang milik daerah tersebut untuk menyerahkan
kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya
setelah berakhirnya jangka waktu. Untuk menjamin hal ini, dibuatlah
ketentuan bahwa tanah yang dimanfaatkan tidak boleh dijaminkan
kepada pihak lain misalnya bank, akan tetapi bangunannya boleh
dijaminkan namun maksimal sampai dengan berakhirnya jangka waktu
pemanfaatan. Perlu diketahui bahwa pihak ketiga memperoleh hak guna
bangunan atas bangunan yang dibangun di atas tanah milik
pemerintah daerah.
Kebijakan
Barang Milik Daerah yang akan dimanfaatkan dalam bentuk Bangun Guna
Serah (BGS) harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Barang Milik Daerah tersebut belum dimanfaatkan
Harus bertujuan dalam rangka mengoptimalisasikan Barang
Milik Daerah
Mempertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas dalam
pemanfaatan Barang Milik Daerah tersebut.
Dapat menambah/meningkatkan pendapatan daerah
Menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan
pemerintah daerah.
Jangka waktu pengguna-usahaan paling lama 30 tahun sejak
dimulai masa pengoperasian
Selama masa pengoperasian, tanah dan/atau bangunan tetap milik
Pemerintah Daerah
13
Biaya penelitian, pengkajian, penaksir dan pengumuman lelang,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas,
dibebankan pada pihak ketiga.
Prosedur/Tata Cara
(1). Pengajuan Permohonan
Langkah pertama dari pelaksanaan pemanfaatan barang milik daerah
bentuk bangun guna serah adalah pengajuan permohonan
penggunausahaan kepada panitia tender/lelang dengan melampirkan
data yang dipersyaratkan sebagai berikut:
Akte pendirian
Memiliki SIUP sesuai bidangnya
Telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya
Mengajukan proposal
Memiliki keahlian di bidangnya
Memiliki modal kerja yang cukup
14
Data teknis:
Tanah : Lokasi/alamat, luas, status, penggunaan
saat ini
Bangunan : Lokasi/alamat, luas, status
kepemilikan
Rencana pembangunan gedung dengan
memperhatikan
KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
KLB (Koefisien Luas Bangunan)
Rencana Pembangunan, dlsb.
15
Surat perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Kepala Daerah
dan mitra kerja sama. Setelah penandatangan surat perjanjian ini, maka
mitra kerja sama dapat mendayagunakan barang milik daerah tersebut.
16
fasilitasnya
setelah selesai pembangunannya diserahkan
didayagunakan oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
bentuk pemanfaatan bangun serah guna pada dasarnya mirip
dengan bentuk pemanfaatan bangun guna serah. Hal yang membedakan
adalah ada proses penyerahan bangunan yang siap pakai beserta
sarana/fasilitasnya kepada pemerintah daerah terlebih dahulu.
Selanjutnya oleh pemerintah daerah, tanah dan atau bangunan tersebut
diserahkan kembali kepada pihak lain untuk didayagunakan selama jangka
waktu tertentu yaitu paling lama 30 tahun sejak dimulainya masa
pengoperasian.
Kebijakan
Beberapa kebijakan terkait pemanfaatan aset bentuk Bangun Serah Guna
(BSG) adalah:
Penetapan untuk Bangun Serah Guna dilaksanakan melalui
tender yang mengikut sertakan sekurang kurangnya 5
peserta/peminat, apabila diumumkan 2 kali berturut turut
peminatnya kurang dari 5, dapat dilakukan proses pemilihan
langsung atau penunjukan langsung melalui negoisasi baik teknis
maupun harga.
Dasar pertimbangan Bangus Serah Guna atas Barang Milik Daerah
adalah
Barang Milik Daerah belum dimanfaatkan
Mengoptimalisasikan Barang Milik Daerah
Dalam rangka efisiensi dan efektifitas
Menambah/meningkatkan pendapatan daerah
Menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan
Pemerintah Daerah
Prosedur/Tata Cara
17
(1). Pengajuan Permohonan
Langkah pertama adalah pengajuan permohonan penggunausahaan kepada
panitia tender/lelang dengan dilengkapi dengan data sebagai berikut:
Akte pendirian
Memiliki SIUP sesuai bidangnya
Telah melakukan kegiatan usaha sesuai bidangnya
Mengajukan proposal
Memiliki keahlian di bidangnya
Memiliki modal kerja yang cukup
Data teknis:
Tanah : Lokasi/alamat, luas, status, penggunaan
saat ini
Bangunan : Lokasi/alamat, luas, status kepemilikan
Rencana pembangunan gedung dengan memperhatikan:
KDB (Koefisien Dasar Bangunan)
KLB (Koefisien Luas Bangunan)
Rencana Pembangunan, dlsb.
18
serah guna, langkah berikutnya adalah penyiapan dan penandatanganan
Surat Perjanjian Bangun Serah Guna. Adapun hal-hal yang harus dimuat
dalam Surat Perjanjian diterangkan dalam bahasan selanjutnya. Surat
Perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Kepala Daerah dan
mira kerjasama;
19