You are on page 1of 235

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah

Berorientasi Pelayanan Publik


Seri Pembelajaran dari USAID -
KINERJA

2014
KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan
mandat yang diamanatkan dalam berberagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M. PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik.
Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan
(demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga
Program KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor
kesehatan.
Di bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) berorientasi pelayanan publik, Program KINERJA mendorong
sekolah-sekolah agar menyelenggarakan kegiatan sekolah berdasarkan pencapaian standar pelayanan publik
(SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional pendidikan (SNP), dan masukan-masukan
dan keluhan dari murid dan orangtua/wali murid. Keluhan-keluahan ini diperoleh melalui survei pengaduan
yang dilaksanakan setiap tahun. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota
agar program MBS berorientasi pelayanan publik dapat diadopsi dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah
lainnya. Beberapa daerah mitra telah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkannya di semua sekolah secara
bertahap. Dinas Pendidikan di daerah tersebut telah mulai menyebarluaskan praktik-praktik MBS berorientasi
pelayanan publik ke sekolah-sekolah lain dan merencanakan akan mencakup seluruh sekolah.

Mengingat praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah
daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna
layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah, sekolah, dan para pemangku
kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.

Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan
MBS dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis
penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA dan
kabupaten/kota mitra dalam penerapan MBS berorientasi pelayanan publik.

Jakarta, Januari 2014


Tata Kelola Manajemen Berbasis
www.kinerja.or.id
Sekolah
Berorientasi
Pelayanan Publik

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
RINGKASAN EKSEKUTIF 3
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 4
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 6
Rekomendasi kepada para Calon OMP 7
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan 7

Pendekatan Umum Proyek KINERJA 8


Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan 9
Prinsip Dalam Tata Kelola MBS 10

BAB 2 Bab 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA 11


Situasi yang dihadapi di daerah 11
Bagaimana kita memulai inisiatif 11
1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 11
2. Pengaturan Pekerjaan 12
3. Penyusunan rencana kerja 12
Proses kerja 13
1. Peran masing-masing stakeholder 13
2. Pelaksanaan rencana kerja 13
3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja 14

Tantangan 16
Keberhasilan Program 16
1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo 16
2. Pendekatan KINERJA 18

Manajemen Berbasis
2 Sekolah r.id
Berorientasi Pelayanan
Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain 21
Rekomendasi untuk OMP 22
Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 22
DAFTAR LAMPIRAN 23

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah


www.kinerja.o
r.id
3
Berorientasi Pelayanan Publik
RINGKASAN EKSEKUTIF

Tujuan dan Keberhasilan KINERJA

- Tujuan Umum Program KINERJA


KINERJA merupakan program yang bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam
penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari
lima ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan
dan disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para
pengambil keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan KINERJA di daerah
mereka. Buku Seri Pembelajaran USAID-KINERJA ini menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam
penerapan MBS
di mana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin
mengadopsi pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program MBS.

Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun
hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama
lima mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah
Mada, dan Kemitraan.

KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan
dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga
paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional
satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan
pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan
sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei
pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif,
dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan
aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup
perbaikan akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi pemangku kepentingan dalam
perencanaan dan penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan
pelayanan antara warga negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan
pelayanan publik yang diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola
penguatan sistem kesehatan untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


4 r.id r.id 4
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
Di sektor iklim usaha yang baik KINERJA fokus pada perbaikan perizinan usaha di bawah Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog
pemerintah dan swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan
iklim usaha yang
baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog pemerintah
dan swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.

- Lokasi Program KINERJA


KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:

1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue
2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung
3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar
4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau
5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika

- Keberhasilan Program MBS


Program KINERJA-USAID telah melaksanakan pendampingan teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra
yang tersebar di 9 kabupaten/kota di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan )
sebagai unit layanan pendidikan untuk menerapkan MBS Berorientasi Pelayanan Publik.Hingga akhir 2013 ini,
hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:

Bersama organisasi mitra pelaksana, KINERJA melaksanakan pendampingan pengembangan MBS


berorientasi pelayanan publik di 180 sekolah mitra di sembilan kabupaten/kota di empat provinsi (20
sekolah di masing-masing kabupaten/kota).
Pendekatan KINERJA telah menunjukkan manfaat yang cukup signifikan di hampir semua sekolah mitra,
baik dari aspek peningkatan partisipasi forum multi stakeholder sekolah, transparansi, akuntabilitas, dan
peningkatan kualitas pelayanan sekolah. Sekolah-sekolah menyusun RKS dan RKAS secara partisipatif
dan memasukkan program dan kegaiatan menuju pencapaian standar pelayanan serta berdasarkan data
yang valid, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan.
Sekolah-sekolah mitra KINERJA melaksanakan survei pengaduan, menganalisis hasilnya menjadi sebuah
indeks pengaduan masyarakat, membuat janji perbaikan layanan dan menindaklanjuti pengaduan yang
menjadi wewenang sekolah dan menyampaikan rekomendasi tindak lanjut kepada Dinas Pendidikan.
Di Kabupaten Barru, ada sekolah yang menyampaikan rekomendasi kepada instansi lain di luar Dinas
Pendidikan, yakni Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk memperbaiki layanan UKS.
Beberapa kepala sekolah menyatakan bahwa survei pengaduan sangat efektif untuk memperbaiki
pelayanan sekolah. Tanpa survei pengaduan, mereka tidak mengetahui apa yang menjadi keluhan
dan harapan pengguna layanan.
Di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, terlihat jelas perubahan pelayanan sekolah terhadap murid dan
siswa. Fasilitas dan kegiatan pembelajaran membaik sehingga murid belajar dengan nyaman. Lingkungan
sekolah juga menjadi lebih baik berkat peran serta pemerintah daerah, komite sekolah, dan masyarakat
yang tanggap terhadap pengaduan masyarakat.
Beberapa sekolah di Kabupaten Melawi telah berhasil meraih dukungan pendanaan dari orangtua/wali
murid, masyarakat, dan dunia industri setelah sekolah menerapkan perencaan yang transparan dan
partisipatif.
Pada tanggal 2 Mei 2012, Walikota Kota Probolinggo mengeluarkan Surat Keputusan untuk menerapkan
MBS di semua sekolah.

KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk mendiseminasi
praktik-praktik baik tata kelola manajemen sekolah yang berorientasi pelayanan publik ke semua sekolah-
sekolah di daerah masing-masing, termasuk melaksanakan survei pengaduan.

Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan pentingnya


keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka dan program-program
sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif.

Drs. Endro Suroso, M.Si., Kepala Dinas Pendidikan, Kota Probolinggo

Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah


Program MBS yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah dan Forum Multi Stakeholder
menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan
pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk pemerintah daerah, yakni (a) diperlukan komitmen
yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program MBS, (b) setiap
kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi
stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang
ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah
daerah terkait, (f) menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g)
mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.

Rekomendasi kepada para Calon OMP


Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum multi
stakeholder dalam melaksanakan program MBS. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa
dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata
kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau
forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan
jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai
pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA
untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan


Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Mereka mempunyai peran strategis
dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-
lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga pendidikan dan latihan mempunyai
modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA,
terutama dalam hal tata kelola dan governance.
BAB 1
PENDEKATAN KINERJA

Pendekatan Umum Proyek KINERJA

KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di
bidang kesehatan, pendidikan dan iklim usaha.

KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.

Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah
di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih
responsif terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.

Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil
(LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis
kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian
besar program Kinerja dilaksanakan melalui dana hibah bagi organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga
menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan
kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:

1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan;
2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan;
4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga
untuk menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap
penyediaan pelayanan publik yang lebih baik.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


8 r.id r.id 8
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
Intervensi program KINERJA berada di tiga tema pokok, yakni:

1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik;


2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji
dan mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan;
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah
daerah.

Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA
dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.

Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan

Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP,DGP (Distribusi Guru Proporsional),


dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
umum sebagai berikut:

Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata


dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah
lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan
Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,
keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat
sangat diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikutserta dalam penyelengaraan
pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat,
program- program sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara
berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat
dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah
tetapi juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
Prinsip dalam Tata Kelola MBS

Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola MBS dilaksanakan dengan
prinsip- prinsip sebagai berikut:

1. Berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta
menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat;
2. Perencanaan sekolah menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas
Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama;
3. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada
peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu
pendidikan yang lebih tinggi;
4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program
MBS dapat berlangsung terus secara berkesinambungan;
5. Monitoring dan pelaksanaan MBS di sekolah diperlukan agar pelaksanaan program MBS dapat
tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan;
6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai pelayanan sekolah;
7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang
berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.
BAB 2
PENGALAMAN KINERJA
DALAM TATA KELOLA
MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
Situasi yang dihadapi di daerah

Dalam konteks otonomi, sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya dan warga sekolah
menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundangan.
Sekolah diberi wewenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah semaksimal
mungkin untuk meningkatkan mutu proses dan output pembelajaran.

Pada praktiknya pelaksanan MBS perlu lebih ditingkatkan. Sebagian besar sekolah melaksanakan MBS apa
adanya, belum dilaksanakan secara maksimal, dan belum mengarah pada perbaikan mutu pelayanan. Di
sebagian besar sekolah, pengelolaan masih belum transparan dan akuntabel serta tidak partisipatif, apalagi
responsif.

Kepedulian orangtua murid dan masyarakat rendah dan menganggap bahwa urusan sekolah semata-mata
menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Hal ini sebagiannya disebabkan oleh ketertutupan
sekolah dalam penyelenggaraan sekolah dan tidak membuka peluang keterlibatan masyarakat.

Bagaimana kita memulai inisiatif

1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders

Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program MBS dengan diskusi intensif
dengan manajemen KINERJA dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan
(memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.

Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan
dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan
legislatif sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik.
Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,
khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan
masyarakat sehingga tata kelola MBS dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang
kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait
lainnya termasuk DPRD.

2 Pengaturan Pekerjaan

Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang
pelayanan public yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah
mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder, dan organisasi mitra pelaksana
(OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.

Program MBS dilaksanakan oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya
dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program MBS, KINERJA
bekerjasama dengan tiga OMP, yakni:

PKPM yang bekerja di Kabupaten Bener Meriah, Aceh


LPKIPI yang bekerja di Kota Singkawang, Kalimantan Barat
CORDIAL yang bekerja di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

OMP tidak bekerja sendirian, melainkan selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim
Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Pendidikan, dan lembaga-lembaga non pemerintah,
terutama Dewan Pendidikan. Di tingkat sekolah OMP bekerjasama dengan Komite Sekolah.

3 Penyusunan rencana kerja

Setelah Surat Keputusan Bupati/Walikota diterbitkan, maka Tim Teknis menyusun rencana kerja berikut
jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal
perencanaan dan penganggaran daerah.
Proses kerja

1 Peran masing-masing stakeholder

Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program MBS di semua tahapan,
namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan lokakarya-
lokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalamkaitannya dengan pencapaian tujuan MBS.
Dinas Pendidikan berperan dalam mengeluarkan petunjuk teknis dan monitoring pelaksanaan MBS serta
meyediakan bantuan teknis ke sekolah-sekolah jika diperlukan.

Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah berperan dalam melaksanakan MBS sesuai prinsip-prinsip di atas.
Di samping itu komite sekolah berperan dalam pengawasan pelaksanaan MBS dan memberi masukan
kepada kepala sekolah.

2 Pelaksanaan rencana kerja

Program MBS dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Penyediaan data sekolah. Data merupakan dasar utama dalam perencanaan sekolah. Setiap tahunnya
(biasanya pada awal tahun akademik) sekolah menyajikan data sekolah yang mencakup antara lain
mengenai murid, guru, sarana, prasarana, hasil pembelajaran. Data yang dapat digunakan adalah data
yang valid dan mutakhir. Oleh sebab itu sekolah perlu meneliti dan memvalidasi data dengan cermat
Penghitungan capaian SPM. Berdasarkan data yang tersedia, sekolah bersama komite sekolah
menghitung capaian SPM sekolah saat ini sehingga dapat diketahui pada aspek apa saja yang sudah
dan belum dicapai
Penyusunan EDS (evaluasi diri sekolah). Berdasarkan data yang tersedia dan hasil EDS, kemudian
sekolah membuat EDS yang tujuannya adalah untuk mengetahui capaian, kelemahan, kekuatan, dan apa
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah ke depan. Cakupan EDS cukup luas karena
menyangkut delapan sandar nasionmal pendidikan (SNP)
Pelaksanaan survei pengaduan. Oleh karena sekolah merupakan salah satu unit pelayanan publik,
maka dalam upaya meningkatkan mutu layanannya, sekolah melaksanakan survei pengaduan yang
tujuannnya untuk mengetahui keluhan apa saja dari pengguna layanan (terutama murid dan orangtua
murid)
Penyusunan RKS (rencana kerja sekolah). RKS biasanya menacakup rencana selama 4 tahun dan dibuat
berdasarkan data, EDS, dan hasil survei pengaduan. Dengan demikian rencana jangka menengah
sekolah ini menjadi dokumen yang sesuai dengan kondisi sekolah dan tujuan yang hendak dicapai serta
dapat dipertanngungjawabkan
Penyusunan RKT/RKAS (rencana kerja tahunan/ rencana kerja dan anggaran sekolah). Rencana sekolah
tahunan ini disusun secara lebih rinci dan merujuk pada RKS yang telah disiapkan sehingga pencapaian
sekolah setiap tahunnya menjadi terukur
Penyusunan janji perbaikan layanan. Untuk menjamin pengaduan masyarakat direspon dengan baik,
maka sekolah membuat janji perbaikan layanan yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan komite
sekolah serta diketahui oleh Dinas Pendidikan. Tentu saja janji tersebut menyangkut hal-hal yang
dapat ditindaklanjuti oleh sekolah sesuai kemampuan dan wewenangnya
Penyusunan rekomendasi teknis untuk Dinas Pendidikan. Hasil survei pengaduan yang tidak dapat
ditindaklanjuti oleh sekolah (karena di luar kemampaun dan wewenang sekolah) kemudian dimasukkan
ke dalam rekomendasi teknis yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti
Publikasi RKS, RKT/RKAS, dan LKT. Untuk menjamin transparansi dan akuntablitas publik, maka
sekolah diwajibkan untuk mempublikasi rencana jangka menengah, rencana dan anggaran tahunan,
dan laporan penggunaan (realisasi) anggaran. Publikasi bisa dalam berbagai bentuk, namun yang
paling
mudah dan umumnya dilakukan sekolah adalah dengan memajang dokumen-dokumen tersebut di
luar ruangan sekolah.

3 Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja

Sekurang-kurang nya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program MBS
dengan pendekatan KINERJA:

Peningkatan kapasitas sekolah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan murid dan orangtua murid untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu;
Peningkatan pemahaman penyelenggara pendidikan di sekolah tentang keluhan-keluhan murid, orangtua
murid, dan masyarakat yang selama ini tidak diketahui dan direspon;
Peningkatan keterlibatan dan dukungan komite sekolah, orangtua murid, dan masyarakat dalam
penyelenggaran sekolah;
Peningkatan suasana lingkungan sekolah yang lebih kondusif sehingga meningkatkan kenyamanan murid
dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Perubahan-perubahan tersebut nampak jelas di sekolah-sekolah mitra KINERJA antara lain di Bener Meriah,
Kota Probolinggo, Singkawang, dan Barru. Di sekolah-sekolah di daerah-daerah tersebut komite sekolah
aktif menghimpun dukungan orangtua dan masyarakat untuk membanbtu sekolah dalam memperbaiki
lingkungan sekolah.
BAB 3
MENGATASI
TANTANGAN DAN
MENCAPAI SUKSES
Tantangan

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program MBS, yakni antara lain:

Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan sekolah yang tidak mudah
dilakukan;
Keterbatasan anggaran sekolah yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sekolah;
Kapasitas kepala sekolah dan komite sekolah masih kurang sehingga pelaksanaan program MBS tidak
berjalan seperti yang diharapkan dan membutuhkan upaya yang lebih keras dan waktu yang lebih
lama. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui pendampingan yang intensif;
Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan
program proses pendampingan kepada sekolah dan komite sekolah belum seperti yang diharapkan.
Tantangan ini diatasi melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA;
Pergantian kepala sekolah yang menyebabkan perubahan komitmen dari kepala sekolah yang baru.
Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga kepala sekolah baru
dapat memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program;
Kepedulian orangtua murid dan masyarakat masih kurang. Mereka menganggap urusan sekolah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Tantangan ini direspon dengan
mengajak mereka berdiskusi tentang penyelenggaraan sekolah sebenarnya menjadi tanggung jawab
bersama dan peran apa yang dapat mereka laksanakan.

Keberhasilan Program

1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo

Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas
prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan
fasilitas pendidikan yang mereka miliki. Dalam acara pemberian penghargaan yang diadakan pada tanggal
21
November 2012 di Kota Probolinggo, Kepala Bagian Organisasi Drs. Sukam, memberikan penghargaan
kepada SDN Kebonsari Kulon 2, SDN Curah Grinting 1, SDN Wonoasih 2, dan SDN Sumber Taman 1
serta SMPN 8 dan MTs.N. di Kota Probolinggo atas peningkatan kualitas yang mereka capai.

Dengan dukungan teknis dari paket manajemen berbasis sekolah proyek KINERJA, sekolah-sekolah
tersebut mengundang partisipasi dari orang tua, guru, kepala sekolah dan berbagai pemangku kepentingan
lain, dan mencapai keberhasilan yang patut dicontoh dalam meningkatkan kerjasama dengan masyarakat
yang mereka layani.

Berdasarkan hasil survei terhadap 5.610 pemangku kepentingan, 20 sekolah mitra KINERJA segera
menanggapi ketidakpuasan masyarakat terhadap fasilitas sekolah dan kekurangan-kekurangan lain dalam
manajemen pendidikan mereka. Murid dan guru bekerjasama membersihkan fasilitas kamar mandi sekolah,
merapihkan halaman sekolah dan bahkan menanam kebun sekolah yang kemudian dimasukkan kedalam
pelajaran sains. Komite sekolah yang beranggotakan orang tua, guru dan penyelenggara sekolah menampung
masalah-masalah yang disampaikan selama survei dan bekerjasama untuk mencari jalan keluarnya.

Dewan juri di Kota Probolinggo mengikutsertakan wakil-wakil dari pemerintah daerah, dunia pendidikan
dan mitra KINERJA Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) yang menggunakan
20 butir kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan sekolah dalam melaksanakan transparansi anggaran, serta
menyusun dan mengumumkan rencana-rencana kerja tahunan untuk pemantauan masyarakat, dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan, menerbitkan laporan-laporan
tentang visi dan misi yang jelas dan mempertegas komitmen untuk melaksanakan program manajemen
berbasis sekolah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk
pelayanan publik.

Kepala SDN KebonsariKulon 2 menyatakan bahwa karena pendampingan KINERJA memberikan begitu
banyak manfaat maka ia berharap pendampingan dapat diteruskan karena kegiatan tersebut sejauh ini
sangat berguna dalam meningkatkan kualitas sekolahnya.

Kepala Dinas Pendidikan Drs. Endro Suroso, M.Si., juga sangat memuji keberhasilan paket manajemen
berbasis sekolah dari KINERJA. Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan
pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka, dan program-program
sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif, tuturnya.

Penghargaan seperti ini tidak hanya menghormati keberhasilan sekolah-sekolah mitra KINERJA melainkan
juga meningkatkan kesadaran sekolah-sekolah di daerah sekitarnya sehubungan dengan apa yang dapat
mereka capai melalui program manajemen berbasis sekolah. Motivasi sejawat ini merupakan bagian utama
dari fokus KINERJA untuk mereplikasi praktek yang baik dan melaksanakan reformasi yang
berkelanjutan.
Pendekatan KINERJA

Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas
prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan
fasilitas pendidikan yang mereka miliki.

Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan
(sekolah) dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini
bertujuan untuk memperkuat sekolahdalam hal:

Meningkatkan perhatian pada dampak kekurangan penyelenggaraan sekolah untuk peningkatan layanan
pendidikan berkualitas
Meningatkan kemampuan sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam rangka secara bertahap memenuhi
standar pelayan sekolah
Meningkatkan kepedulian pemerintah daerah secara efektif menerapkan kebijakan MBS di semua sekolah

Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga
mereka akan:

Memahami hak-hak mereka terhadap layanan pendidikan yang berkualitas


Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan sekolah yang
mempengaruhi masyarakat
Melakukan peran pengawasan dan tahan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan sekolah secara efektif dan secara berkesinambungan.

Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif
(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini
didorong atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang
menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, kegiatan-kegiatan sekolah hanya dilaksanakan
oleh kepala sekolah dan jajarannya.

a. Strategi Program

Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program MBS adalah
sebagai berikut :
1. Penguatan komite sekolah
Memperkuat orangtua murid dan masyarakat melalui komite sekolah dengan memberi pelatihan dan
melibatkan mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi.
2. Penguatan kepala sekolah
Memperkuat kepala sekolah dalam perencanaan sekolah dan pentingnya keterlibatan komite
sekolah dalam penylenggaraan sekolah. Untuk itu kepala sekolah diberi pelatihan dan
pendampingan yang intensif.
3. Advokasi kepada Dinas Pendidikan
Advokasi diarahkan pada penerbitan kebijakan pemerintah daerah (khususnya Dinas Pendidikan)
untuk mendorong penerapan MBS di sekolah-sekolah dan menyediakan dukungan yang diperlukan.
4. Pemantauan dan evaluasi oleh komite sekolah
Menyusul penerbitan perencanaan dan pelaksanaan janji perbaikan layanan sekolah, komite
sekolah dan jurnnalisme warga memantau pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.

b. Hasil-hasil Program MBS

Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :

Sekolah mempunyai manajemen data yang lebih baik;


Perencanaan sekolah didasarkan pada data yang valid dan mutakhir, evaluasi diri sekolah, dan hasil
survei pengaduan serta mengacu pada pencapaian SPM dan SNP;
Penyelenggaraan sekolah menjadi lebih transparan dan akuntabel;
Komite sekolah lebih aktif dalam penyelenggaran sekolah dan memberi dukungan kepada sekolah;
Pelayanan sekolah kepada murid dan orangtua menjadi lebih baik.

Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan manajemen berbasis
sekolah yang berorientasi pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh USAID-
KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan saya menjadi paham dan merasakan banyak
manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan
survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)
2. Program Pengungkit
Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur
Program MBS sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan. Jadi pengaduan itu
selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian
pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling mengadu bahwa ada guru
yang tidak disiplin menjalankan tugas. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak
sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan
dibiasakan karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.

Mansur, Ketua Komite SMP Negeri 20 Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami
sudah mulai jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua murid kita
akan susah membuat anak kita memperoleh pendidikan yang bermutu. Jadi harus
sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua murid, harus ada Komite Sekolah.
Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk Dinas Pendidikan,
kalau tidak, ya tidak tercapai.

Tri Menanti, Guru SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh

Program MBS yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh 180 sekolah telah menunjukkan
hasil-hasil yang baik. Walaupun intervensi program KINERJA lebih diarahkan pada proses tata kelola sekolah
dengan melibatkan komite sekolah, namun program ini menjadi pengungkit untuk program MBS yang lebih
luas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, seperti penyediaan
sarana dan prasarana sekolah, membaiknya kinerja guru, dan proses pembelajaran yang menjadi lebih baik.

Dampak positif lanjutannya adalah bahwa keterlibatan dan dukungan orangtua murid dan komite sekolah
meningkat, tidak hanya dalam bentuk tenaga dan waktu, bahkan dana yang disumbangkan untuk perbaikan
sebagian fasilitas sekolah. Dukungan seperti ini hanya dimungkinkan apabila sekolah melaksanakan
kegiatannya dengan transparan dan akuntabel.
BAB 4
REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

Program KINERJA untuk MBS hanya di 180 sekolah dari ribuan sekolah dan hanya di sembilan dari ratusan
daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat
diterapkan di sekolah-sekolah dan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar
daerah-daerah lain bersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam
melaksanakan program MBS. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-
lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.

Rekomendasi untuk Replikasi di Daerah Lain

Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang
akan mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program MBS.

a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk
melaksanakan program MBS. Komitmen ini ditunjukkan dengan kebijakan formal dan pasti melalui
penerbitan peraturan, petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus
perencanaan dan penganggaran daerah.
b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama
pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan
c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS. Oleh
karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan
masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,
dan pelaksanaannya.
d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.
Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,
melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
e. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
f. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan,
dan acuan pelaksanaan program.

Rekomendasi untuk OMP

Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program MBS adalah:

a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder;
b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta;
c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program;
d. Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.

Rekomendasi untuk Penyedia Latihan

Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan
latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam
pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-
lembaga Diklat:

a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga-lembaga pendidikan and latihan
mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul
KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan governance.
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN

Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang ingin melihat
komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran
A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih dalam
tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang ingin mempelajari cara KINERJA
melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca
di CD terlampir.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi 25

LAMPIRAN B Uraian Substansi 28

Pendahuluan 28

MODUL I MBS Berorientasi Pelayanan Publik 32


BAHAN BACAAN MBS YANG BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK 24

MODUL 2 Standar Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah 52


BAHAN BACAAN STANDAR PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN 52
SEKOLAH

MODUL 3 Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran Sekolah 80


BAHAN BACAAN: TATA KELOLA PERENCANAAN 80
DAN PENGANGGARAN SEKOLAH

MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di Sekolah 100


BAHAN BACAAN PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK 100
DI SEKOLAH
MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan 118
Publik di Sekolah
BAHAN BACAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN 118
STAKEHOLDER DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK DI
SEKOLAH
MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah 138
BAHAN BACAAN: SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN 138
SEKOLAH

MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah 172


BAHAN BACAAN: TRANSPARANSI & AKUNTABILITAS DALAM 172
MANAJEMEN SEKOLAH

MODUL 8 Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan 184
Publik Sekolah
BAHAN BACAAN: PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICES) PENERAPAN 184
MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

LAMPIRAN C Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 199

Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Training 199


Uraian lampiran ini 202
MODUL 1 MBS Berorientasi Pelayanan Publik 203
MODUL 2 Standard Pelayanan dalam Pengelolaan Sekolah 206
MODUL 3 Tata Kelola Perencanaan dan Penganggaran 209
Sekolah MODUL 4 Penerapan Manajemen Pelayanan Publik di 212
Sekolah 215
MODUL 5 Peran Serta Masyarakat dan Stakeholder dalam Pelayanan
Publik di Sekolah 218
MODUL 6 Survei Pengaduan untuk Perbaikan Layanan di Sekolah 221
MODUL 7 Transparansi dan Akuntabilitas dalam Manajemen Sekolah

LAMPIRAN D Bahan di CD 224

LAMPIRAN E Daftar Singkatan/Istilah 225

DAFTAR PUSTAKA 227


Lampiran A
Testimoni, Laporan
Media dan Bahan
Promosi

Testimoni

1. Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo,


Jawa Timur

Manfaat MBS banyak sekali. Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan
manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pada pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh
USAID-KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan dengan USAID saya menjadi paham dan
merasakan banyak manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah
melaksanakan survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat). Dari IPM tersebut
diketahui, salah satu contohnya, kurangnya toilet untuk murid. Pengaduan ini kemudian kita respon
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Dengan bantuan Pemrintah Kota jumlah toilet berkembang dari
hanya satu menjadi tujuh yang bisa dipakai untuk 253 murid.

Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah terus meningkat dalam hal membantu sekolah menyediakan
fasilitas lingkungan sekolah dan pembelajaran. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan manajamen
sekolah yang transparan dan secara intens melibatkan masyarakat dan komite sekolah. Komite sekolah
ikut dalam proses penyusunan RKS dan RKAS yang bersama dengan laporan penggunaan dana sekolah
dipublikasikan dengan menempelnya di papan pengumuman sehingga dapat dilihat oleh siapa saja yang
datang ke sekolah. Dengan keterbukaan dan pelibatan tersebut masyarakat menjadi paham tentang
masalah yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mecapai SPM. Orangtua
murid memahami hal itu dan bersama Komite Sekolah mendiskusikan tentang apa yang bisa dilakukan
untuk membantu sekolah. Tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi oleh dana dari BOS . Semua partispasi
dan bantuanmasyarakat dikelola sepenuhnya oleh Komite Sekolah.

ww
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
25 w.kinerja.or r.id 25
Sekolah Sekolah
.id
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN A - TESTIMONI, LAPORAN
MEDIA DAN BAHAN PROMOSI

2. Mansur, Ketua Komite Sekolah, SMP Negeri 20


Kota Singkawang, Kalimantan Barat

Program MBS yang didampingi USAID-KINERJA sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan.
Jadi pengaduan itu selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah,
kemudian pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling memonitor bahwa ada guru yang
tidak disiplin menjalankan tugas, mereka mengadu ke komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah,
pihak sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan dibiasakan
karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.

Partisipasi masyarakat dalam program MBS ini sangat besar artinya. Itu yang kita rasakan besar manfaatnya
buat kepentingan proses belajar mengajar di sekolah ini. Kita dari perwakilan orangtua siswa yang
terbentuk dalam komite sekolah merasa bersyukur sekali. Artinya dengan sarana dan prasarana yang telah
ada ini
lebih memotivasi pengajar, kepala sekolah dan jajarannya ke bawah untuk lebih meningkatkan proses
belajar mengajar. Dan kita dari komite juga tidak merasa segan-segan, tidak merasa malu-malu untuk
memberikan suatu masukan kepada pihak sekolah bahwa bersyukurlah bahwa kalian sudah dibantu dengan
program ini. Dan jangan sia-siakan kepercayaan ini. Benar-benar dimanfaatkan buat dunia pendidikan
sehingga tidak mengecewakan orang yang benar-benar membantu untuk kemajuan sekolah kita. Itu yang
kita harapkan. Artinya prestasi ini meningkat. Kalau bisa kelulusan SMP ini selalu dipertahankan seratus
persen karena sekolahnya sudah memadai.

Dengan adanya bantuan semacam ini kami berharap lebih menggiatkan dan meningkatkan semangat para
pengajar untuk lebih menampakkan hasilnya ke depan. Yang kedua bahwa jangan sampai mengecewakan
pihak pemberi bantuan dengan adanya sarana dan prasarana ini. Dan kalau memang masih ada dukungan
yang diperlukan, artinya dapat kita rumuskan bersama dan kalau memang ada salurannya, kita minta
bantuan yang lebih canggih lah istilahnya. Yang bisa membuat sekolah ini lebih profesional sehingga mampu
bersaing di tingkat regional maupun nasional dan bahkan bisa dikenal di mata internasional. Dengan bantuan
ini kita patut bangga bahwa ada bantuan yang mampu mengangkat, mendongkrak sekolah ini sehingga ke
taraf nasional dan internasional.

Dinas Pendidikan tidak lepas dari upaya ini. Artinya keterkaitan Dinas Pendidikan dalam proses belajar
mengajar, ketersediaan tenaga guru, kemudian manajemen sekolah dan sebagainya itu adalah satu
kesatuan yang memang secara undang-undang itu sudah diatur dan dimandatkan.
3. Tri Menanti, Guru di SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh

Hal baru dalam program MBS yang didampingi USAID-KINERJA adalah survei pengaduan, janji perbaikan
layanan, dan rekomendasi teknis. Survei pengaduan di SD Negeri Baliatu Simpang Tiga Kabupaten Bener
Meriah itu diadakan pada tanggal 8 Februari 2013. Dari hasil survei pengaduan, yang banyak dikeluhkan
adalah tentang keberadaan kantin sekolah yang sehat karena memang kantin kami betul-betul tidak layak
pakai waktu itu. Kemudian kami diskusikan dengan kepala sekolah, komite sekolah, dewan guru, dan
stakeholder sekolah untuk memindahkan kantin sehat ke rumah guru yang ada di sekolah yang kebetulan
kosong. Kantinnya masih belum terlalu layak tetapi alhamdulilah sudah mulai bisa dipakai. Banyak sekali, itu
di antaranya yang pertama itu sekolah SD Negeri Baliatu itu tidak ada ruang kepala sama ruang guru.

Kemudian ruang kelas dan laboratorium masih kurang. Untuk sementara ruang guru dan ruang kepala
sekolah itu memakai kelas murid. Kemudian untuk ruang kelas kami gunakan kelas paralel. Itu sudah kami
buat dalam rekomendasi ke Dinas Pendidikan. Insyaallah Pemerintah Daerah dapat segera
menindaklanjuti rekomendasi tersebut.

RKS dan RAKS disusun bersama dengan Komite Sekolah dan dipublikasikan. Kalau selama ini kami
buat cuma apa adanya.. Tapi alhamdulilah berkat adanya bimbingan dari USAID-KINERJA, kami sudah
bisa membuat RKS dan RAKS walaupun masih belum maksimal.

Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami sudah mulai
jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua muridkita akan susah membuat anak kita
memperoleh pendidikan yangbermutu. Jadi harus sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua
murid, harus ada Komite Sekolah. Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk pihak Dinas
Pendidikan, kalau tidak, ya tidak tercapai.

Tantangan paling berat yang kita hadapi dalam melaksanakan program MBS itu adalah pendanaan. Karena
yang selama ini kami kerjakan yang masih bisa bisa kami lakukan terutama seperti pembuatan pos
pelayanan terpadu itu belum ada bantuan dari Dinas atau dari manapun, itu masih memakai dana BOS.
Namun kami bekerjasama dengan orangtua dan Komite Sekolah untuk melaksanakan janji perbaikan
layanan sesuai pengaduan yang disamapikan orangtua dan murid. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh
sekolah langsung datang bantuan dari masyarakat dan orangtua.

Laporan Media dan Bahan Promosi


Disediakan dalam bentuk file di CD terlampir.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


27 r.id r.id 27
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Lampiran B
Uraian Substansi

Pendahuluan

1. Uraian lampiran ini

Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan
berikut ini:

1. MODUL 1. MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK. Membahas tentang Sejarah MBS, Pengertian
MBS, Dasar Hukum MBS, Tujuan MBS, Prinsip-prinsip MBS, Ciri-ciri/ karakteristik MBS , Aspek Proses
dan Substansi MBS.
2. MODUL II. STANDARD PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH. Membahas tentang
Standard Pelayanan Publik, Standar Proses (Standard Operasional Prosedur), Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan, Standar Nasional Pendidikan, Standar lainnya, Upaya Pemenuhan Standar
Pelayanan (Tanggungjawab Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan).
3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Membahas tentang jenis-jenis
perencanaan sekolah, posisi perencanaan sekolah dalam kerangka perencanaan SKPD, Tahapan-
tahapan perencanaan sekolah.
4. MODUL IV. PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH. Membahas tentang
Dasar Hukum Manajemen Pelayanan Publik, Kondisi Ideal Pelayanan Publik, Kondisi Riil Pelayanan
Publik, Pergeseran Paradigma Pelayanan Publik, Posisi Strategis SDM Pendidikan Dalam Pelayanan
Publik, Perilaku SDM Pendidikan Dalam Pelayanan Publik, Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di
Sekolah.
5. MODUL V. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PELAYANAN PUBLIK
DI SEKOLAH. Membahas tentang Makna Peran Serta (Partisipasi) Masyarakat Dalam
Peningkatan, Pelayanan Publik di Sekolah, Stakeholder Sekolah, Jenis-Jenis Partisipasi
Masyarakat dan Stakeholder Terhadap Program Pendidikan di Sekolah.
6. MODUL VI. SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH. Membahas tentang:
Pentingnya Survei Pengaduan, Proses Survei Pengaduan, Janji Perbaikan Layanan dan Rekomendasi
Perbaikan Layanan, Pemantauan dan Evaluasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Layanan, Survei Ulang.
7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH. Membahas
Tentang Kaitan Antara Good Governance Dengan Transparansi dan Akuntabilitas, Makna Transparansi
dan Akuntabilitas, Jenis-Jenis Akuntabilitas, Contoh Penerapan Transparansi dan Akuntabilitas di
Sekolah.
8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE) PENERAPAN MBS BERORIENTASI
PELAYANAN PUBLIK. Membahas Tentang Praktik-Praktik Baik Manajemen Kurikulum dan
Pembelajaran Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Kelas Berbasis Sekolah, Praktik-
Praktik Baik Manajemen SDM, Praktik-Praktik Baik Manajemen Peserta Didik, Praktik-Praktik Baik
Manajemen Sarana Prasarana Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Keuangan
Berbasis Sekolah, Praktik- Praktik Baik Manajemen Partisipasi Masyarakat Berbasis Sekolah, Contoh
Penerapan Praktik MBS di Kabupaten/Kota Mitra KINERJA.

2. Bahan pendukung

Lihat juga:

Panduan fasilitasi lokakarya Tim Penyusun MBS. Proses penerapan MBS oleh Tim Penyusun MBS
diatur dengan seri lokakarya. Panduan fasilitasi lokakarya tersebut disampaikan pada Lampiran D
Bahan di CD. Lihat Lampiran C untuk daftar file-file yang ada di CD yang dilampirkan, termasuk contoh
bahan presentasi dan juga beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai referensi.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

MBS Berorientasi
Pelayanan Publik

1
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
31 r.id r.id 31
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
MODUL 1 BAHAN BACAAN
MBS YANG
BERORIENTASI
PELAYANAN PUBLIK
MBS
Berorientasi 1. PENDAHULUAN
Pelayanan Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya

Publik telah diperkenalkan sejak lama di Indonesia, ialah


sejak tahun 1997/1998. Namun penerapan model
tersebut baru menonjol setelah pada tahun 1998,
ialah setelah adanya program uji coba model yang
dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Menengah
......... peserta Umum (sekarang menjadi Direktorat SLTP dan
menguasai MBS yang Direktorat Sekolah Menengah Umum), sejak tahun
berorientasi pelajaran 1999/2000 dengan mengikutsertakan
pelayanan publik 140 SMUN dan 248 SLTP yang tersebar di
........ seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun pelajaran
2000, jumlah sekolah peserta bertambah
sebanyak 486
SMUN dan 158 SLTP (Depdiknas, 2003).

Pada tahun 1999, Depdiknas bekerja sama dengan


Unesco dan Unicef melakukan rintisan pelaksanaan
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS) di SD dengan mengambil 'setting'
Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan dan NTT. Pada tahun 2001 diperluas ke
Provinsi Jawa Barat, Papua dan NTB dan Sumatra
Selatan. Berdasarkan hasil evaluasi ternyata
didapati,
bahwa sekolah rintisan MBS tersebut lebih unggul
prestasi belajarnya dibandingkan dengan SD-SD
konvensional yang tidak menerapkan MPMBS
(Depdiknas, 2004). Dan, sekolah-sekolah yang
menerapkan MPMBS, baik sekolah
rintisan MPMBS
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

pemerataan serta akses pendidikan), maka


maupun bukan, mendapatkan label dari masyarakat
MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu.
sebagai sekolah berprestasi.
Oleh karena itu, MPMBS saat ini lebih
ditekankan dibandingkan dengan MBS
MPMBS adalah model manajemen yang
(Depdiknas, 2003).
memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah,
memberikan fleksibelitas/keluwesan kepada
Sejak diluncurkan sampai dengan sekarang, MBS
sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung
yang secara konseptual diturunkan dari teori-teori
warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
desentralisasi publik, manajemen pelayanan public
karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh
di bidang pendidikan, tidak banyak mendapatkan
masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk
pengawalan khususnya yang terkait dengan good
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan
governance yang mengerucut ke arah pelayanan
pendidikan nasional serta perundang-undangan
publik yang lebih baik. Oleh karena itu, sudah
yang berlaku (Depdiknas, 2003).
waktunya ada perintisan yang mengarahkan MBS
agar tidak keluar dari koridor pelayanan publik
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/
yang lebih baik. Berbagai wacana pelayanan prima
kemandirian dalam mengatur dan mengurus
yang juga dicoba praktikkan dalam kepemrintahan,
dirinya sendiri, dan merdeka atau tidak bergantung.
sepertinya berada dalam kutub yang berbeda
Dalam konteks sekolah, otonomi diartikan sebagai
dengan MBS. Oleh karena itu, diperlukan penyatuan
kewenangan sekolah untuk mengatur dirinya
di antara keduanya sebagaimana pada akar konsep
dan warga sekolah menurut prakarsa sendiri,
dan teori good governance yang kini diterapkan di
berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan
berbagai bidang, termasuk di bidang pendidikan.
peraturan perundang-undangan (Depdiknas, 2003).
Fleksibelitas diartikan sebagai keluwesan yang
Program USAID-KINERJA yang merupakan program
diberikan kepada sekolah untuk mengelola,
bantuan teknis yang dimaksudkan untuk
memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya
meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik, dari
sekolah seoptimal mungkin untuk meningkatkan
sisi penyedia layanan dan sisi pengguna layanan,
mutu. Dengan keluwesan tersebut, sekolah juga
melalui pendekatan tata kelola yang baik (good
akan lincah dan cerdas, tidak menggantungkan
governance) telah melaksanakan pendampingan
arahan dari atas ketika mengoptimalkan
teknis kepada 180 sekolah-sekolah mitra yang
penggunaan sumber daya. Dengan demikian,
tersebar di 4 Provinsi (Jawa Timur, Aceh,
sekolah lebih responsif dan cepat dalam
Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan )sebagai
menghadapi tantangan (Depdiknas, 2003).
unit layanan pendidikan untuk menerapkan MBS
Berorientasi Pelayanan Publik.
MPMBS dipandang sebagai bagian dari manajemen
berbasis sekolah (MBS). Jika MBS bertujuan
Pendekatan ini telah menunjukkan manfaat yang
meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas,
cukup signifikan di berbagai sekolah mitra, baik dari
kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi dan
aspek peningkatan partisipasi multi stakeholder pengoperasion sekolah. Selama ini, sekolah
sekolah, peningkatan kualitas pelayanan sekolah hanyalah kepanjangan tangan birokrasi pemerintah
dan juga semakin transpan dan akuntabilitasnya pusat untuk menyelenggarakan urusan politik
sekolah dalam perencanaan, pengganggaran serta pendidikan. Para pengelola sekolah sama
pelaporan keuangan sekolah. sekali tidak memiliki banyak kelonggaran untuk
mengoperasikan sekolahnya secara mandiri.
Semua kebijakan tentang penyelenggaraan
PENGERTIAN MBS pendidikan di sekolah umumnya diadakan di
BERORIENTASI tingkat pemerintah pusat atau sebagian di instansi
PELAYANAN PUBLIK vertikal dan sekolah hanya menerima apa
adanya. Apa saja muatan kurikulum pendidikan di
Model pendekatan dalam manajemen sekolah sekolah adalah urusan pusat, kepala sekolah dan
yang mengacu pada manajemen berbasis guru harus melaksanakannya sesuai dengan
sekolah (school based management) atau petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.
disingkat
MBS. Di mancanegara, seperti Amerika Serikat, Anggaran pendidikan mengalir dari pusat ke
pendekatan ini sebenarnya telah berkembang daerah menelusuri saluran birokrasi dengan begitu
cukup lama. Pada 1988 American Association of banyak simpul yang masing-masing menginginkan
School Administrators, National Association of bagian. Tidak heran jika nilai akhir yang diterima
Elementary School Principals, and National di tingkat paling operasional telah menyusut lebih
Association dari separuhnya. Jangan-jangan selama ini lebih
of Secodnary School Principals, menerbitkan dari separuh dana pendidikan sebenarnya
dokumen berjudul school based managementt, a dipakai untuk hal-hal yang sama sekali tidak atau
strategy for better learning. Munculnya gagasan kurang berurusan dengan proses pembelajaran di
ini dipicu oleh ketidakpuasan atau kegerahan para level yang paling operasional, yakni sekolah.
pengelola pendidikan pada level operasional atas
keterbatasan kewenangan yang mereka miliki untuk MBS yang berorientasi pelayanan publik
dapat mengelola sekolah secara mandiri. Umumnya memusatkan perhatian pada peningkatan mutu dan
dipandang bahwa para kepala sekolah merasa kualitas layanan pendidikan melalui peningkatan
nirdaya karena terperangkap dalam ketergantungan mutu komponen terkait. Komponen-komponen
berlebihan terhadap konteks pendidikan. Akibatnya, tersebut adalah:
peran utama mereka sebagai pemimpin pendidikan
a. Siswa, yang menyangkut kesiapan dan
semakin dikerdilkan dengan rutinitas urusan
motivasi belajarnya.
birokrasi yang menumpulkan kreativitas berinovasi.
b. Guru, menyangkut kemampuan profesional,
moral kerjanya,dan kerjasamanya.
Di Indonesia, gagasan penerapan pendekatna ini
muncul belakangan sejalan dengan
pelaksanaan otonomi daerah sebagai
paradigma baru dalam
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

c. Kurikulum, meliputi relevansi konten dan antar guru/karyawa/pimpinan, gaji/honorarium,


operasionalisasi proses pembelajarannya dan sebagainya.
d. Dana, sarana dan prasarana, menyangkut
kecukupan dan keefektifannya. Ada lima sifat layanan yang harus diwujudkan
e. Masyarakat, terutama tingkat partisipasinya agar pelanggan puas, yaitu:
dalam pengembangan program program di
sekolah. a. Kepercayaan (reliability). Artinya layanan sesuai
dengan yang dijanjikan, misalnya dalam rapat,
MBS berorientasi pelayanan public memandang
brosur, dan sebagainya. Layanan semacam itu
bahwa public adalah sebagai pelanggan. Oleh
dapat berlangsung terus menerus dan bukan
karena itu, keberhasilan MBS yang berorientasi
hanya pada waktu-waktu tertentu. Beberapa
pelayanan public lebih banyak dilihat dari aspek
aspek dalam keterpercayaan antara lain:
tingkat kepuasan pelanggan, baik internal
kejujuran, aman, tepat waktu, dan ketersediaan.
maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika
b. Keterjaminan (assurance). Artinya, sekolah
mampu memberikan layanan sama atau melebihi
mampu menjamin kualitas layanan yang
harapan pelanggan.
diberikan. Beberapa aspek dalam keterjaminan,
misalnya kompetensi guru/staf, dan
Dilihat dari jenis pelanggannya, maka MBS
keobyektifan.
berorientasi pelayanan publikdikatakan berhasil jika:
c. Penampilan (tangible). Artinya, bagaimana
a. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara situasi sekolah tampak baik. Beberapa
lain puas dengan pelajaran yang diterima, aspek dalam penampilan, misalnya kerapian,
puas dengan diperlakukan oleh guru kebersihan, ketera-turan, dan keindahan.
maupun d. Perhatian (empathy). Artinya, sekolah
pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan memberikan perhatian penuh kepada
sekolah dan sebagainya. Pendek kata, siswa pelanggan. Beberapa aspek dalam keperhatian,
menikmati situasi sekolah misalnya melayani pelanggan dengan ramah,
b. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap memahami aspirasi mereka, dan berkomunikasi
anaknya maupun layanan kepada orang tua, dengan baik.
misalnya puas karena mendapat laporan e. Ketanggapan (responsiveness). Artinya, sekolah
periodik tentang perkembangan siswa maupun harus cepat tanggap terhadap kebutuhan
program-program sekolah. pelanggan. Beberapa aspek dari tanggapan,
c. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan misalnya tanggap terhadap kebutuhan
tinggi, industri, masyarakat) puas karena pelanggan dan cepat memperhatikan dan
menerima lulusan dengan kualitas yang sesuai mengatasi keluhan-keluhan yang muncul.
dengan harapan.
d. Guru dan karyawan puas dengan palayanan
sekolah, misalnya pembagian kerja, hubungan
Secara umum prinsip Manajemen Berbasis Sekolah Memberikan informasi yang memadai bagi multi
(MBS) Berorientasi Pelayanan Publik yang difasilitasi stakeholder sekolah tentang perencanaan,
oleh USAID-KINERJA, adalah sebagai berikut: penganggaran, dan pendanaan sekolah,

Menempatkan sekolah sebagai unit layanan, termasuk pelaporan keuangannya dan informasi

dimana sekolah sebagai penyedia layanan penting lainnya sebagai upaya transparansi dan

diwajibkan untuk memberikan pelayanan sesuai akuntabilitas sekolah.

standard yang berlaku (Standard Pelayanan Pemerintah Daerah SKPD terkait lebih

Publik SPP, Standard Pelayanan Minimum aktif dalam mendukung upaya peningkatan

- SPM Pendidikan danStandard Nasional pelayanan di sekolah

Pendidikan SNP) Adanya mekanisme monitoring implementasi


Memberikan ruang partisipasi yang memadai MBS Berorientasi pelayanan public oleh multi
bagi pengguna pelayanan (siswa, orang tua stakeholder forum (MSF)
dan masyarakat sekitar) untuk menyampaikan Adanya jurnalis warga yang aktif dalam mempu-
masukan, keluhan dan saran guna peningkatan blikasikan praktek baik, keluhan dan saran untuk
pelayanan sekolah, melalui survey pengaduan mendukung peningkatan pelayanan public.
ataupun kotak saran yang tersedia
Proses penyusunan dokumen perencanaan Flowchart berikut menunjukkan proses MBS
sekolah secara partisipatif, antara pihak Berorientasi Pelayanan Publik yang melibatkan sisi
sekolah bersama multi stakeholder sekolah penyedia dan pengguna pelayanan.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor


DASAR HUKUM MBS 23 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan
BERORIENTASI Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
PELAYANAN PUBLIK Tahun 2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan
Sistem Pendidikan Nasional;
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
Guru dan Dosen; untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintahan Daerah; Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang 2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri
Perlindungan Anak; Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006;
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang 15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Pelayanan Publik 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala
6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Sekolah/Madrasah;
Keterbukaan Informasi Publik 16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualitas
Tentang Standar Nasional Pendidikan; Akademik Guru;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, Pendidikan;


9. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Tentang Guru; 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian
10. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Pendidikan;
Tentang Pendanaan Pendidikan; 19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan
jo. Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTS dan SMA/
Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan MA;
dan
20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Penyelenggaraan Pendidikan;
41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses;
12. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
44/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan
63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan
Komite Sekolah;
Mutu Pendidikan;
13. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pendidikan;
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah
15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan dan masyarakat dalam
Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota; menyelenggarakan pendidikan melalui
23. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor pengambilan keputusan bersama;
48 Tahun 2010 Tentang Rencana Strategis c. Meningkatkan kapasitas sekolah dan multi
Kementerian Pendidikan Nasional Tahun stakeholder sekolah dalam menyusun
2010 s.d. 2014; perencanaan dan penganggaran sekolah yang
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan lebih baik sesuai dengan kondisi sekolah saat
Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Pungutan dan ini, hasil survei pengaduan serta target
Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan capaian yang diharapkan;
Pendidikan Dasar. d. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada
25. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur orangtua, masyarakat dan pemerintah tentang
Negara Nomor 13 Tahun 2008 Tentang mutu sekolahnya; dan
Pedoman Peningkatan Pelayanan Publik e. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar
Dengan Partisipasi Masyarakat sekolah tentang mutu pendidikan dan
kualitas pelayanan pendidikan yang akan
dicapai.
2. TUJUAN MBS
BERORIENTASI
PELAYANAN PUBLIK 3. PRINSIP MBS
BERORIENTASI
MBS bertujuan untuk memandirikan atau PELAYANAN PUBLIK
memberdayakan sekolah melalui pemberian
kewenangan (otonomi) kepada sekolah, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
pemberian fleksibelitas yang lebih besar kepada Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 48 Ayat (1)
sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, menyatakan bahwa, Pengelolaan dana pendidikan
dan mendorong partisipasi warga sekolah dan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi,
masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. dan akuntabilitas publik. Sejalan dengan amanat
Lebih rinci, MBS Berorientasi Pelayanan Publik ini tersebut, Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun
bertujuan untuk: 2005Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
49 Ayat (1) menyatakan: Pengelolaan satuan
a. Meningkatkan mutu dan kualitas layanan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan melalui peningkatan kemandirian,
menengah menerapkan manajemen berbasis
fleksibilitas partisipasi, keterbukaan, kerjasama,
sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
sekolah dalam mengelola, memanfaatkan dan
akuntabilitas.
memberdayakan sumberdaya yang tersedia;
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

substansi manajemen sekolah dilakukan


Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut,
secara bijaksana untuk mempercepat dan
prinsip MBS meliputi: (1) kemandirian, (2)
keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah.
keadilan, (3) keterbukaan, (4) kemitraan, (5)
Dengan diperlakukan secara adil, maka semua
partisipatif, (6) efisiensi, dan (7) akuntabilitas.
pemangku kepentingan akan memberikan
Ketujuh prinsip tersebut disingkat dengan K4
dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.
PEA.
3. Keterbukaan
1. Kemandirian
Manajemen dalam konteks MBS dilakukan
Kemandirian berarti kewenangan sekolah secara terbuka atau transparan, sehingga
untuk mengelola sumberdaya dan mengatur seluruh warga sekolah dan pemangku
kepentingan warga sekolah menurut prakarsa kepentingan dapat mengetahui mekanisme
sendiri berdasarkan aspirasi seluruh warga pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya
sekolah sesuai peraturan perundangan. sekolah memperoleh kepercayaan dan
Kemandirian sekolah hendaknya didukung dukungan dari pemangku kepentingan.
oleh kemampuan sekolah dalam mengambil Keterbukaan dapat dilakukan melalui
keputusan terbaik, demokratis, mobilisasi penyebarluasan informasi di sekolah dan
sumberdaya, berkomunikasi yang efektif, pemberian informasi kepada masyarakat
memecahkan masalah, antisipatif dan adaptif tentang pengelolaan sumber daya sekolah,
terhadap inovasi pendidikan, bersinergi, untuk memperoleh kepercayaan publik terhadap
kolaborasi, dan memenuhi kebutuhan sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik
sekolah sendiri. merupakan langkah awal dalam meningkatkan
peran serta masyarakat terhadap sekolah.
2. Keadilan
Keadilan berarti sekolah tidak memihak 4. Kemitraan
terhadap salah satu sumber daya manusia Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara
yang terlibat dalam pengelolaan sumber sekolah dengan masyarakat, baik individu,
daya sekolah, dan dalam pembagian sumber kelompok/organisasi, maupun Dunia Usaha dan
daya untuk kepentingan peningkatan mutu Dunia Industri (DUDI). Dalam prinsip kemitraan
sekolah. Sumber daya manusia yang terlibat, antara sekolah dengan masyarakat dalam
baik warga sekolah maupun pemangku posisi sejajar, yang melaksanakan kerjasama
kepentingan lainnya diberikan kesempatan saling menguntungkan untuk meningkatkan
yang sama untuk ikut serta memberikan kualitas pendidikan di sekolah. Keuntungan
dukungan guna peningkatan mutu sekolah yang diterima sekolah antara lain meningkatnya
sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian
sumber daya untuk pengelolaan semua

diperolehnya sumbangan ide untuk


kemampuan dan ketrampilan peserta didik,
pengembangan
meningkatnya kualitas dan kuantitas
sekolah, diperolehnya sumbangan dana untuk
sarana dan prasarana sekolah,
peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan tenaga) sesedikit mungkin dengan harapan
bagi masyarakat biasanya dirasakan secara memperoleh hasil seoptimal mungkin. Efisiensi
tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga juga berarti hemat terhadap pemakaian
kerja terdidik, terbinanya anggota masyarakat sumberdaya namun tetap dapat mencapai
yang berakhlakul karimah, dan terciptanya tertib sasaran peningkatan mutu sekolah.
sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara
lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
7. Akuntabilitas
tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga Akuntabilitas menekankan pada
pemerintah, organisasi profesi, organisasi pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemuda, dan organisasi wanita. pendidikan di sekolah utamanya pencapaian
sasaran peningkatan mutu sekolah. Sekolah
5. Partisipatif dalam mengelola sumberdaya berdasar
Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan pada peraturan perundangan dan dapat
semua pemangku kepentingan yang terkait mempertangungjawabkan kepada pemerintah,
dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan seluruh warga sekolah dan pemangku
pembuatan keputusan. Keikutsertaan mereka kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban
dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu meliputi implementasi proses dan komponen
komite sekolah, atau keterlibatan pada manajemen sekolah.
kegiatan sekolah secara insidental, seperti
peringatan hari besar nasional, mendukung Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara
keberhasilan lomba antar sekolah, atau tertulis dan tidak tertulis disertai bukti-bukti
pengembangan pembelajaran. Bentuk administratif yang sah dan/atau bukti fisik
partisipasi dapat (seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-
berupa sumbangan tenaga, dana, dan alat laboratorium).
sarana prasarana, serta bantuan teknis
antara lain gagasan tentang pengembangan Sejalan dengan adanya pemberian otonomi yang
sekolah. lebih besar terhadap sekolah untuk mengambil
keputusan, maka implementasi ketujuh prinsip
6. Efisiensi MBS di sekolah pada dasarnya menyesuaikan
Efisiensi dapat diartikan sebagai penggunaan dengan situasi dan kondisi sekolah. Sekolah
sumberdaya (dana, sarana prasarana dan boleh menambah prinsip implementasi MBS
yang sesuai dengan karakteristik sekolah, guna
mempercepat upaya peningkatan mutu sekolah
baik secara akademis maupun non akademis.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Pengarusutamaan gender akan menjadi


Beberapa hal yang menjadi prinsip MBS Berorientasi
pertimbangan dalam seluruh aspek,
Pelayanan Publik yang difasilitasi oleh Program
perencanaan, implementasi serta evaluasi
KINERJA antara lain adalah:
sekolah;

MBS yang bernuansa kepemerintahan yang baik Sekolah Mitra MBS dapat berpartisipasi dalam
(goodgovernance); Musrenbang Tingkat Desa/Kelurahan dan

Berfokus kepada peningkatan tata kelola Kecamatan.

pelayanan pendidikan dan mutu pendidikan;

Perencanaan sekolah didasarkan kondisi


eksisting dan kondisi yang diharapkan 4. KARAKTERISTIK MBS
oleh sekolah sesuai dengan standar BERORIENTASI
pelayanan PELAYANAN PUBLIK
yang ditetapkan (SPM, SNP, SPP), dan
MBS tidak dapat dipisahkan dengan sekolah
disusun secara partisipatif;
efektif. Karakteristik MBS tidak dapat
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) akan bersandingan dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif.
dengan hasil survei pengaduan yang diperoleh Karakteristik MBS/sekolah efektif, harus dilihat
dari pihak pengguna layanan (komite sekolah, dari tiga aspek yang menyatu, yakni output,
orangtua, siswa dan masyarakat sekitar proses dan input.
sekolah);

Adanya maklumat layanan/janji layanan 4.1. Output Sekolah


yang merupakan respon atas hasil survei Dilihat dari sesi output, sekolah yang efektif
pengaduan yang disepakati antara pihak ditandai oleh dua hal, yakni tingginya
penyedia layanan dan pengguna layanan; prestasi akademik dan pretasi non
Maklumat/janji layanan harus sejalan dengan akademik.
perencanaan sekolah; Prestasi akademik (academic achievement)
meliputi NEM, lomba karya ilmiah, lomba
Transparansi dan akuntabilitas sekolah, baik
mata pelajaran (IPA, matematika, bahasa
perencanaan sekolah, laporan keuangan
Inggeris, fisika) cara-cara berpikir (deduktif,
sekolah maupun informasi penting lainnya akan
induktif, nalar, divergen, dsb). Sedangkan
dipublikasikan dengan model yang menarik dan
prestasi non akademik (non academic
mudah dipahami;
achievement) meliputi keingintahuan yang
Adanya Jurnalis Warga sebagai stakeholder tinggi, kerja sama yang baik, rasa kasih
pendidikan yang berperan aktif;
sayang yang tinggi terhadap sesama, Belajar mengetahui (learning to know), belajar
toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi bekerja (learning to do), belajar hidup bersama
olah raga dan kesenian, kepramukaan (learning to live together), belajar menjadi diri
dsb. sendiri (learning to be).

2. Kepemimpinan sekolah yang kuat, ialah yang


4.2. Proses mampu:
Dilihat dari segi proses, sekolah yang
Mengkoordinasikan, menggerakkan dan
efektif ditandai oleh: (1) proses belajar
menyerasikan sumber daya pendidikan.
mengajar (PBM) yang efektif, (2)
Mendorong sekolah untuk mewujudkan
kepemimpinan sekolah yang kuat, (3)
visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah
lingkungan sekolah yang aman dan
melalui program yang dilaksanakan secara
tertib, (4) pengelolaan tenaga
terencana dan bertahap.
kependidikan
Menampilkan manajemen dan
yang efektif, (5) memiliki budaya mutu, (6)
kepemimpinan yang tangguh untuk
memiliki team work kompak, cerdas dan
meningkatkan mutu.
dinamis, (7) memiliki kemandirian, (8)
Memobilisasi sumber sekolah, terutama
partisipasi yang tinggi dari masyarakat, (9)
SDM untuk mencapai tujuan sekolah.
punya keterbukaan, (10) punya kemauan
3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
untuk berubah (psikologis dan fisik), (11)
dengan penjelasan sebagai berikut:
melakukan evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan, (12) responsif dan antisipatif Lingkungan sekolah secara keseluruhan:
terhadap kebutuhan, (13) punya komunikasi Memberikan dukungan penuh terhadap
yang baik, (14) mempunyai akuntabilitas, peningkatan mutu.
dan (15) memiliki serta menjaga Lingkungan kelas: Menimbulkan fun belajar,
sustainabilitas. joy full learning, friendly.
Suasana sekolah yang menimbulkan desire
Secara rinci, aspek proses ini dapat dijelaskan of knowing, desire of learning dan desire of
sebagai berikut: achievement.

1. Proses belajar pembelajaran efektif, ialah proses


belajar yang:

Menekankan pada Tidak sekadar


Pemberdayaan siswa Memorisasi/recall
Internalisasi tentang apa yang diajarkan Penekanan pada pengiasaan pengetahuan
sehingga berfungsi sebagai muatan nurani tentang apa yang diajarkan (logos)
yang dihayati (ethos) dan dipraktikkan
(pathos)
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif,


Kerja sama antar fungsi dan individu harus
yang ditandai dengan:
menjadi kebiasaan hidup sehari-hari di
sekolah.
Punya kapabilitas yang tinggi.
Punya motivasi yang tinggi.
7. Sekolah memiliki kemandirian
Punya komitmen tinggi.
Memberikan layanan yang andal dan prima. Punya kewenangan untuk melakukan yang
Antara tenaga satu dengan yang lain terbaik bagi sekolahnya.
bersinergi secara positif untuk meningkatkan Dituntut punya kesanggupan untuk tidak
mutu. bergantung kepada atasan.
Senantiasa memutakhirkan kemampuan dan Harus punya sumber daya yang cukup
keahliannya. dalam menjalankan tugasnya.
Berani berimprovisasi dan mencobakan hal-
hal baru (senang berinovasi). 8. Partisipasi yang tinggi dari masyarakat.
Makin tinggi partisipasi, makin besar rasa
5. Memiliki Budaya Mutu, dengan indikator: memilikinya.
Makin besar rasa memilikinya, makin besar
Informasi kualitas dipergunakan untuk
tanggungjawabnya.
perbaikan, bukan mengadili/mengontrol
Makin besar rasa tanggungjawabnya, makin
orang.
besar dedikasinya.
Hasil harus diikuti dengan penghargaan.
Kolaborasi dan sinergi, bukan sekadar
9. Punya keterbukaan.
kompetisi, harus menjadi basis kerja sama.
Warga sekolah merasa aman dengan Dalam pengambilan keputusan.
pekerjaannya. Dalam perencanaan dan pelaksanaan
Atmosfir keadilan harus ditanamkan. kegiatan.
Imbal jasa harus sepadan dengan nilai Dalam penggunaan uang.
pekerjaannya. Melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat
Warga sekolah merasa memiliki sekolah. kontrol.

6. Sekolah memiliki team workkompak, cerdas dan 10. Punya kemauan untuk berubah (psikologis dan
dinamis. fisik).

Team work merupakan karaktersitik MBS, Perubahan dipandang menyenangkan.


Kemapanan dipandang sebagai ancaman.
karena output pendidikan merupakan kerja
Tapi, perubahan yang mengarah ke
kolektif; bukan individual.
peningkatan.
11. Melakukan evaluasi dan perbaikan 16. Sekolah memiliki dan menjaga sustainabilitas.
secara berkelanjutan.
Sustainabilitas dalam program dan
Aksentuasi evaluasi tidak sekedar untuk pendanaan.
mengetahui seberapa kemampuan peserta Sustainabilitas program: keberlanjutan
didik, tetapi lebih pada pemanfaatan hasil program yang dirintis sebelumnya, dan
evaluasi untuk perbaikan terus menerus. bahkan berkembang menjadi program-
Perbaikan secara terus menerus harus program baru yang sebelumnya belum ada.
menjadi kebiasaan. Sustainabilitas pendanaan: kemampuan
mempertahankan besarnya dana yang
12. Responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan. dimiliki dan bahkan makin besar jumlahnya.

Sekolah harus responsif terhadap aspirasi Sekolah mampu menggali sumber dana dari

yang muncul guna peningkatan mutu. masyarakat, tidak sekadar menggantungkan

Sekolah harus mampu membaca lingkungan dari pemerintah.


dan menanggapinya secara cepat dan tepat.
Sekolah harus pro-aktif atau menjemput bola
4.3. Input
dan mampu mengantisipasi hal-hal
yang akan terjadi. Sekolah-sekolah yang efektif, lazimnya
mempunyai input sebagai berikut:
13. Sekolah punya komunikasi yang baik. 1. Sekolah memiliki kebijakan, tujuan dan
Komunikasi yang baik antar warga sekolah sasaran mutu yang jelas. Kebijakan, tujuan
dan masyarakat. dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh
Komunikasi yang baik akan membentuk kepala sekolah dan disosialisasikan
team work yang baik, kompak dan kepada warga sekolah.
cerdas; sehingga berbagai kegiatan bisa 2. Sekolah mempunyai sumberdaya tersedia
dilaksanakan secara merata antar warga dan siap. Sumber daya tersebut, berupa
sekolah. SDM dan sumber daya selebihnya (uang,
peralatan, perlengkapan, bahan).
15. Sekolah mempunyai akuntabilitas. 3. Sekolah mempumnyai staf yang kompeten
dan berdedikasi tinggi.
Akuntabilitas adalah bentuk
4. Memiliki harapan prestasi tinggi. Kepala
pertanggungjawaban terhadap apa
Sekolah, guru dan siswa punya komitmen
yang sudah dilaksanakan.
dan motivasi kuat untuk meraih prestasi
Bentuk akuntabilitas: laporan prestasi
di berbagai bidang.
kepada pemerintah, orangtua dan
5. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa).
masyarakat.
Pelanggan (terutama siswa) harus menjadi
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

suatu pekerjaan yang proses penyelesaiannya


fokus dari semua kegiatan sekolah, baik
menggunakan tangan orang lain; sedangkan
input maupun proses diarahkan ke
pekerjaan teknis adalah suatu pekerjaan yang
siswa.
proses penyelesaiannya dengan menggunakan
6. Sekolah mempunyai input manajemen
tangan sendiri. Mengingat para manajer ketika
yang baik, yaitu adanya tugas yang jelas,
bekerja masih juga mau melibatkan orang
rencana rinci dan sistematis, program
lain dan bahkan lebih banyak membagi-bagi
yang mendukung pelaksanaan rencana,
pekerjaan kepada mereka, maka dari sudut
sistem pengendali mutu yang efektif.
kemauan untuk berbagi dengan orang lain ini ia
boleh disebut sebagai: sangat dermawan.

ASPEK PROSES Setelah menelaah berbagai jenis pengertian

DAN SUBSTANSI manajemen, penulis sampai pada suatu

MBS kesimpulan, bahwa yang dimasud dengan


manajemen adalah suatu proses penataan
Secara etimologis, manajemen berasal dari dengan melibatkan sumber-sumber potensial
kata: management (Bahasa Inggeris). Kata baik yang bersifat manusia manupun yang
management berasal dari kata manage, atau bersifat non manusia dalam rangka mencapai
managiare, yang berarti: melatih kuda dalam tujuan secara efektif dan efisien. Beberapa
melangkahkan kakinya (Echols, 1985). Dalam unsur yang terdapat dalam pengertian ini
manajemen, terkandung dua makna, yakni adalah:
mind (pikir) dan action (tindakan) (Sahertian,
1988). Secara terminologis, manajemen berarti: 1. Adanya suatu proses, yang menunjukkan
bahwa ada tahapan-tahapan tertentu yang
1. Kemampuan atau ketrampilan untuk
harus dilakukan jika seseorang melakukan
memperoleh suatu hasil dalam rangka
kegiatan manajemen.
mencapai tujuan.
2. Adanya penataan, yang berarti bahwa
2. Segenap perbuatan menggerakkan
makna dari manajemen sesungguhnya
sekelompok orang atau mengarahkan
adalah penataan, pengaturan atau
segala fasilitas dalam suatu usaha kerja
pengelolaan.
sama untuk mencapai tujuan.
3. Terdapatnya sumber-sumber potensial yang
3. Bekerja dengan menggunakan/meminjam
harus dilibatkan, baik sumber potensial yang
tangan orang lain.
bersifat manusiawi maupun yang bersifat
non manusiawi. Tetapi, titik tekan
Tiga pengertian ini memberikan isyarat adanya
pelibatan tersebut lebih banyak ke sumber
dua jenis pekerjaan, ialah pekerjaan manajerial
potensial
di satu pihak dan pekerjaan teknis di sisi lain.
Yang dimaksud pekerjaan manajerial adalah

sendirinya menjadikan tertatanya sumber


yang bersifat manusiawinya. Sebab, terlibat
potensial yang bersifat non manusiawi.
dan tertatanya sumber-sumber potensial
yang bersifat manusiawi, akan dengan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, karena Dari segi proses, manajemen di bidang apapun,
pelibatan sumber potensial yang bersifat hampir tidak berbeda, karena senantiasa dimulai
manusiawi dan non manusiawi tersebut dengan perencanaan dan diakhiri dengan
bukan merupakan tujuan; melainkan pengawasan. Yang senantiasa membedakan
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan antara manajemen bidang satu dengan bidang
atau misi tertentu. yang lain adalah aspek substansinya, atau bidang
5. Pencapaian tujuan tersebut diupayakan agar garapannya. Berarti, yang membedakan antara
secara efektif (sankil) dan efisien (mankus). manajemen pendidikan dengan manajemen
ekonomi atau layanan publik yang lain, bukan
Proses MBS terdiri atas 4 hal, yang juga dikenal pada aspek prosesnya melainkan pada aspek
sebagai fungsi MBS, ialah planning, organizing, substansinya. Aspek substansi ini lazim juga
actuating, dan controlling. Empat proses ini lazim mendapatkan sebutan ruang lingkup, bidang
juga digambarkan dalam bentuk siklus, karena garapan, cakupan dan isi. Bahkan menurut
setelah langkah controlling, lazimnya dilanjutkan Nawawi, substansi manajemen pendidikan dapat
dengan membuat planning baru. Siklus proses disebut manajemen operatif.
manajemen tersebut sebagaimana pada Diagram
1.1. Yang menjadi substansi manajemen pendidikan
adalah:

1. Manajemen kurikulum dan pembelajaran.


2. Manajemen peserta didik.
3. Manajemen sumber daya manusia.

Diagram 1.1. Siklus Proses Manajemen


LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

4. Manajemen prasarana dan sarana.


5. Manajemen keuangan.
6. Manajemen partisipasi masyarakat.

Jika proses manajemen pendidikan beserta


substansi intinya tersebut diskemakan, sebagaimana
pada Table 1.3.

Tabel 1.3. Dimensi Proses dan Substansi MBS


Substansi

Proses Sumber
Kurikulum dan Peserta Sarana dan
Daya Keuangan Humas
Pembelajaran Didik Prasarana
Manusia
Perencanaan
Pengorganisasian
Penggerakan
Pengawasan
BAHAN PRESENTASI

Konsep Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS)
Model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada
sekolah, memberikan fleksibelitas/ keluwesan kepada sekolah,
dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orangtua,
tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta
perundang-undangan yang berlaku (Depdiknas. 2003).
INDIKATOR KEBERHASILAN MBS
1. Siswa puas dengan layanan sekolah.
2. Orangtua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya
maupun layanan kepada orang tua.
3. Pihak pemakai /penerima lulusan (perguruan tinggi,
industri, masyarakat) puas karena menerima lulusan
dengan kualitas yang sesuai dengan harapan.
4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Standar Pelayanan
dalam Pengelolaan Sekolah

2
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
51 r.id r.id 51
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
MODUL 2 BAHAN BACAAN
STANDAR
PELAYANAN DALAM
Standar PENGELOLAAN
SEKOLAH
Pelayanan
dalam A. PENDAHULUAN
Pengelolaan Upaya mewujudkan visi dan misi pendidikan,

Sekolah diperlukan suatu acuan dasar oleh setiap


penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara
lain meliputi kriteria dan kriteria minimal berbagai
aspek yang terkait dengan penyelenggaraan
pendidikan. Standar pelayanan dalam pendidikan
........ peserta tersebut, meliputi standar pelayanan minimal (SPM),

memahami jenis- yang diperuntukkan bagi sekolah-sekolah potensial,


pinggiran, sekolah-sekolah populistik atau belum
jenis standar
memenuhi SPM; dan standar nasioal pendidikan
pengelolaan sekolah
yang diperuntukkan bagi sekolah-sekolah yang
dengan penjelasan
sudah memenuhi SPM.
rincinya.
SPM Pendidikan Ditetapkan Berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 129a /U/2004 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pendidikan. Dalam Keputusan
ini yang dimaksud dengan Standar Pelayanan
Minimal bidang pendidikan adalah tolok ukur
kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
Daerah. Pelayanan dasar kepada masyarakat adalah
fungsi Pemerintah dalam memenuhi dan mengurus
kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan
taraf kesejahteraan rakyat.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Manajemen pelayanan adalah penataan


Sementara itu, Standar Nasional Pendidikan (SNP)
penyelenggaraan pelayanan secara efektif dan
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
efisien guna mencapai kinerja pelayanan yang
Tahun 2005, dijadikan sebagai acuan setiap
optimal.
satuan pendidikan dan diharapkan dapat
mengembangkan pendidikannya secara optimal
Penyelenggaraan pelayanan adalah:
sesuai dengan karakteristik programnya. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang 1. Penyelenggaraan negara;
perlunya dilaksanakan delapan Standar Nasional 2. Penyelenggaraan ekonomi negara;
Pendidikan (SNP) yang meliputi : (1) standar isi, 3. Korporasi penyelenggara pelayanan publik;
(2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, 4. Lembaga independen yang dibentuk oleh
(4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan
standar sarana dan prasarana, (6) kepada masyarakat.
standarpengelolaan, (7) standar pembiayaan, (8)
standar penilaian pendidikan. Dalam rangka mencapai kualitas pelayanan,
diperlukan penyusunan standar pelayanan publik,
yang menjadi tolak ukur pelayanan yang berkualitas,
B. STANDAR
prima dan memuaskan. Penetapan standar
PELAYANAN PUBLIK
pelayanan publik semua merupakan praktik bagus

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian yang terjadi di negara maju, dan secara lambat

kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tetapi pasti sampai juga negara berkembang.

dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga


negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa Di Amerika Serikat misalnya, ditandai dengan

atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan dikeluarkannya executive order 12863 pada era

oleh penyelenggara pelayanan publik. Standar pemerintahan Clinton, yang mengharuskan semua

pelayanan publik adalah suatu tolak ukur yang instansi pemerintah untuk menetapkan standar

dipergunakan sebagai pedoman pelayanan konsumen. Isi dari executive order

penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian tersebut adalah:

kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji


Identify customer who are, or should be served
dari penyelenggara pelayanan kepada
by the agency, survey the customer to determine
masyarakat untuk memberikan pelayanan yang
the kind and quality of service they want and their
berkualitas.
level of statisfaction with existing service, post
service standards and measure result against the
Sekolah sebagai salah satu unit pelayanan
best
diwajibkan untuk memberikan pelayanan
bussiness, provide the customers with choice in
yang berkualitas kepada siswa dan orangtua
both sources of services, and complaint system
sesuai dengan standar pelayanan publik yang
easily
disyaratkan.
accesible, and provide means to adress Namun sejauh ini standar pelayanan publik
customer complaint. sebagaimana yang dimaksud masih lebih banyak
berada pada tingkat konseptual, sedangkan
Inti dari executive order tersebut adalah adanya implementasinya masih jauh dari harapan. Hal
upaya pengenalan terhadap pengguna pelayanan ini terbukti dari masih buruknya kualitas
publik, survei pengaduan para pengguna untuk pelayanan yang diberikan oleh berbagai instansi
menentukan jenis dan kualitas pelayanan yang pemerintah sebagai penyelenggara layanan
mereka inginkan dan untuk menetukan tingkat publik.
kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang
sedang berjalan, menyediakan berbagai pilihan Adapun manfaat standar pelayanan publik adalah:
sumber-sumber pelayanan kepada pengguna,
dan sistem pengaduan yang mudah diakses, 1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa

serta menyediakan sarana untuk menampung dan mereka mendapat pelayanan dalam kualitas

menyelesaikan keluhan/pengaduan. yang dapat dipertanggung jawabkan.


2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/

Di Inggris juga diperkenalkan Service First the masyarakat.

New Character Programme, yang berisi 9 prinsip 3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan

penyediaan pelayanan publik yang merupakan dengan penyedia pelayanan dalam upaya

wujud dari visi pemerintah yang dilaksanakan meningkatakan pelayanan.

oleh setiap pegawai negeri. Prinsip-prinsip 4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan

tersebut adalah: serta menjadi alat monitoring dan evaluasi


kinerja pelayanan.
1. Menentukan standar pelayanan;
2. Bersikap terbuka dan menyediakan informasi Agar pelayanan publik dapat dilakukan dengan
selengkap-lengkapnya; memenuhi standar, maka birokrasi pemerintahan
3. Berkonsultasi dan terlibat; haruslah melakukan perbaikan kinerja pelayanan
4. Mendorong akses dan pilihan; publik. Perbaikan kinerja pelayanan publik mutlak
5. Memperlakukan semua secara adil; harus dilakukan, dikarenakan dalam kehidupan
6. Mengembalikan kejalan yang benar ketika bernegara pelayanan publik menyangkut aspek
terjadi kesalahan; kehidupan yang sangat luas. Selain itu, aparat
7. Memanfaatkan sumber daya secara efektif birokrasi juga harus meningkatkan mutu pelayanan.
8. Inovatif dan memperbaiki; Adanya standar pelayanan dapat membantu
9. Bekerjasama dengan penyedia layana lainnya. unit-unit penyedia jasa pelayanan untuk dapat
memberikan pelayanan yang terbaik bagi
masyarakat pelanggannya.

Dalam standar pelayanan ini dapat terlihat dengan


jelas dasar hukum, persyaratan pelayanan,
prosedur pelayanan, waktu pelayanan, biaya serta pelayanan dan pelanggan. Keramahan hanya
proses pengaduan, sehingga petugas pelayanan diperlukan jika pelanggan termasuk dalam
memahami apa yang seharusnya mereka lakukan konsumen konkret.
dalam memberikan pelayanan. 7. Keterbukaan, yaitu bahwa pelanggan bisa
mengetahui seluruh informasi yang mereka
Upaya penyediaan pelayanan yang berkualitas butuhkan secara mudah dan gambling,
antara lain dapat dilakukan dengan memperhatikan meliputi informasi mengenai tata cara,
ukuran-ukuran apa saja yang menjadi kriteria persyaratan, waktu penyelesaian, biaya dan
kinerja pelayanan. Menurut LAN (2003), kritera- lain-lain.
kriteria pelayanan tersebut antara lain: 8. Komunikasi antara petugas dan pelanggan
9. Kredibilitas, meliputi adanya saling percaya
1. Kesederhanaan, yaitu bahwa tata cara
antara pelanggan dengan penyedia pelayanan.
pelayanan dapat diselenggarakan secara
10. Kejelasan dan kepastian yaitu mengenai tata
mudah, lancar, cepat, tidak berbelit-belit,
cara, rincian biaya layanan dan tata cara
mudah dipahami dan dilaksanakan oleh
pembayarannya, jadwal waktu penyelesaian
pelanggan.
layanan tersebut.
2. Reliabilitas, meliputi konsistensi dari kinerja
11. Keamanan, yaitu memberikan rasa aman dan
yang tetap dipertahankan dan menjaga saling
bebas kepada pelanggan dari adanya
ketergantungan antara pelanggan dengan
bahaya, resiko dan keragu-raguan.
pihak penyedia pelayanan, seperti menjaga
12. Mengerti apa yang diharapkan pelanggan
keakuratan perhitungan keuangan, teliti
13. Kenyataan, meliputi bukti-bukti atau wujud nyata
dalam pencatatan data dan tepat waktu.
dari pelayanan, beruapa fasilitas fisik.
3. Tanggung jawab dari para petugas pelayanan,
14. Efisien yaitu bahwa persyaratan pelayanan
yang meliputi pelayanan sesuai dengan urutan
hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
waktunya, menghubungi secepatnya apabila
langsung dengan pencapai sasaran pelayanan
terjadi sesuatu yang perlu segera diberitahukan.
dengan tetap memperhatikan keterpaduan
4. Kecakapan para petugas pelayanan,
antara persyaratan dengan produk pelayanan.
bahwa para petugas pelayanan menguasai
15. Ekonomis yaitu agra pengenaan biaya
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan.
peleyanan harus ditetapkan secara wajar
5. Pendekatan kepada pelanggan dan kemudahan
dengan memperhatikan nilai barang/jasa dan
kontak pelanggan dengan petugas. Petugas
kemampuan pelanggan untuk membayar.
pelayanan harus mudah dihubungi oleh
pelanggan, tidak hanya denga pertemuan
secara langsung, tetapi juga melalui telepon
atau internet. Oleh karena itu, lokasi dari
fasilitas dan operasi pelayanan juga harus
diperhatikan.
6. Keramahan, meliputi kesabaran, perhatian, dan
persahabatan dalam kontak antara petugas

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


55 r.id r.id 55
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

C. DASAR HUKUM No. 145/MK. Waspan/3/1999; hingga Surat


STANDAR PELAYANAN Edaran Mendagri No. 503/125/PUOD/1999,
PUBLIK yang kesemuanya itu bermuara pada
peningkatan kualitas pelayanan.
Di Indonesia, upaya untuk menetapkan standar 9. Kep. Menpan No: 63/KEP/M.PAN/7/2003
pelayanan publik dalam kerangka peningkatan tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
kualitas pelayanan publik sebenarnya telah lama Pelayanan Publik.
dilakukan. Upaya tersebut antara lain ditunjukkan 10. Kep. Menpan No. 81/1993 tentang Pedoman
dengan terbitnya berbagai kebijakan seperti: Tatalaksana Pelayanan Umum
11. Surat Edaran Depdagri No. 100/757/OTDA
1. Undang-undang No 20 Tahun 2009 tentang tentang Pelaksanaan Kewenangan Wajib dan
Pelayanan Publik Standar Pelayanan Minimum, pada tahun 2002.
2. Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman
Penyederhanaan dan Pengendalian Perijinan di
Bidang Usaha, (dihapus??) D. STANDAR PROSES
3. Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan (STANDAR
Aparatur Negara No. 81 Tahun 993 OPERASIONAL DAN
tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan PROSEDUR) BIDANG
Umum, PENDIDIKAN
4. Inpres No.1 Tahun 1995 tentang Perbaikan
dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Standar proses adalah standar nasional pendidikan
Pemerintah Kepada Masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran
5. Peraturan Kementrian Pendayagunaan pada satuan pendidikan untuk mencapai standar
Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2008 kompetensi lulusan (PPRI No. 19 Tahun 2005
Tentang tentang Standan Nasional Pendidikan, Pasal 1
Pedoman Peningkatan Pelayanan Publik ayat 6). Adapun PP RI No. 19 Tahun 2005
dengan Partisipasi Masyarakat tentang Standar Proses dituangkan dalam Bab
6. Peraturan Kementrian Pendayagunaan IV, yaitu mencakup aspek:
Aparatur Negara Nomor 36 Tahun 2012
Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, a. Perencanaan proses pembelajaran,
Penetapan dan Penerapan Standard b. Pelaksanaan proses pembelajaran,
Pelayanan c. Penilaian hasil pembelajaran. dan
7. Surat Edaran Menko Wasbangpan No. 56/ d. Pengawasan proses pembelajaran.
Wasbangpan/6/98 tentang Langkah-langkah
Nyata Memperbaiki Pelayanan Masyarakat. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
Instruksi Mendagri No. 20/1996; diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
8. Surat Edaran Menkowasbangpan No. 56/MK. menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
Wasbangpan/6/98; Surat Menkowasbangpan didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, tes praktek, dan penugasan perseorangan
minat, atau kelompok. Untuk mata pelajaran selain
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
didik. proses pembelajaran pendidik memberikan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan
keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan menengah, teknik penilaian observasi secara
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan individual sekurang-kurangnya dilaksanakan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, satu kali dalam satu semester.
dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan d. Pengawasan Proses
efisien. Pembelajaran
Pengawasan proses pembelajaran meliputi
a. Perencanaan Proses pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan,
Pembelajaran dan pengambilan langkah tindak lanjut yang
Perencanaan proses pembelajaran meliputi diperlukan.
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, E. STANDAR
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. PELAYANAN
MINIMAL BIDANG
b. Pelaksanaan Proses PENDIDIKAN
Pembelajaran
Standar Pelayanan Minimal diataur dalam bab-
Pelaksanaan proses pembelajaran harus
bab dan pasal sebagai berikut:
memperhatikan jumlah maksimal peserta didik
per kelas dan beban mengajar maksimal per 1. Kewenangan Penyelenggaraan
pendidik, rasio maksimal buku teks pelajaran Pendidikan
setiap peserta didik, dan rasio maksimal
jumlah peserta didik setiap pendidik. (1) Penyelenggaraan satuan pendidikan
Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan luar biasa (Pendidikan Khusus)
dengan mengembangkan budaya membaca menjadi wewenang Pemerintah
dan menulis. Provinsi;
(2) Penyelenggaraan satuan pendidikan
c. Penilaian Hasil dasar dan menengah termasuk
Pembelajaran Penilaian hasil Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar menjadi wewenang Pemerintah
dan menengah menggunakan berbagai teknik Kabupaten/Kota;
penilaian sesuai dengan kompetensi dasar (3) Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/
yang harus dikuasai. Teknik Kota menyelenggarakan pendidikan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

berdasarkan standar pelayanan standar nasional mencapai nilai


minimal pendidikan; memuaskan. dalam mata pelajaran
(4) Standar pelayanan minimal pendidikan membaca, menulis dan berhitung
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk kelas III dan mata pelajaran
meliputi pelayanan pendidikan, bahasa, matematika, IPA dan IPS
pemuda dan olahraga yang mencakup untuk kelas V.
semua jenis pelayanan hingga i. 95 persen dari lulusan SD
mencapai indikator kinerja minimal. melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama (SMP)/Madrasah
2. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
Tsanawiyah (MTs).
Dasar
(2) SPM Pendidikan Sekolah Menengah
(1) Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah
Pendidikan Sekolah Dasar (SD)/
(MTs) terdiri atas :
Madrasah lbtidaiyah (MI) terdiri
atas: a. 90 persen anak dalam kelompok usia
13 -15 tahun bersekolah di
a. 95 persen anak dalam kelompok usia
SMP/ MTs.
7-12 tahun bersekolah di SD/MI.
b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak
b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak
melebihi 1 persen dari jumlah
melebihi 1 persen dari jumlah
siswa yang bersekolah.
siswa yang bersekolah.
c. 90 persen sekolah memiliki sarana
c. 90 persen sekolah memiliki
dan prasarana minimal sesuai
sarana dan prasarana minimal
dengan standar teknis yang
sesuai dengan standar teknis
ditetapkan secara nasional.
yang ditetapkan secara nasional.
d. 80 persen sekolah memiliki tenaga
d. 90 persen dari jumlah guru SD
kependidikan non guru untuk
yang diperlukan terpenuhi.
melaksanakan tugas administrasi
e. 90 persen guru SD/MI memiliki
dan kegiatan non mengajar
kualifikasi sesuai dengan kompetensi
lainnya.
yang ditetapkan secara nasional .
e. 90 persen dari jumlah guru SMP
f. 95 persen siswa memiliki buku
yang diperlukan terpenuhi.
pelajaran yang lengkap setiap mata
f. 90 persen guru SMP/MTs memiliki
pelajaran.
kualifikasi, sesuai dengan
g. Jumlah siswa SD/MI per kelas antara
kompetensi yang ditetapkan secara
30 - 40 siswa.
nasional.
h. 90 persen dari siswa yang
mengikuti uji sampel mutu
pendidikan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


58 www.kinerja.o www.kinerja.o 58
Sekolah Sekolah
r.id r.id
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

g. 100 persen siswa memiliki buku melaksanakan tugas administrasi dan


pelajaran yang lengkap setiap mata kegiatan non mengajar lainnya.
pelajaran. e. 90 persen dari jumlah guru SMA/MA
h. Jumlah siswa SMP/MTs per yang diperlukan terpenuhi.
kelas antara 30 - 40 siswa. f. 90 persen guru SMA/MA memiliki
i. 90 persen dari siswa yang kualifikasi sesuai dengan kompetensi
mengikuti uji sampel mutu yang ditetapkan secara nasional.
pendidikan g. 100 persen siswa memiliki buku
standar nasional mencapai nilai pelajaran yang lengkap setiap mata
memuaskan dalam mata pelajaran pelajaran.
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, h. Jumlah siswa SMA/MA per kelas antara
matematika, IPA, dan IPS di kelas I 30 - 40
siswa.
dan II.
i. 90 persen dari siswa yang mengikuti uji
j. 70 persen dari lulusan SMP/MTs
sampel mutu standar nasional mencapai
melanjutkan ke Sekolah Menengah
nilai memuaskan dalam mata pelajaran
Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) /
bahasa Inggris, Geografi, Matematika
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Dasar untuk kelas I dan II
j. 25 persen dari lulusan SMA/MA
3. Standar pelayanan minimal pendidikan
melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang
menengah
terakreditasi.
SPM Pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) terdiri atas: 4. SPM Pendidikan SMK

a. 60 persen anak dalam kelompok usia 16 a. Angka Putus Sekolah (APS) tidak
-18 tahun bersekolah di SMA/MA melebihi 1 persen dari jumlah
dan
siswa yang bersekolah.
SMK.
b. 90 persen sekolah memiliki sarana
b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak
dan prasarana minimal sesuai
melebihi 1 persen dari jumlah
dengan standar teknis yang
siswa yang bersekolah.
ditetapkan secara nasional.
c. 90 persen sekolah memiliki sarana
c. 80 persen sekolah memiliki tenaga
dan prasarana minimal sesuai
kependidikan non guru untuk
dengan standar teknis yang
melaksanakan tugas administrasi dan
ditetapkan secara nasional.
kegiatan non mengajar lainnya.
d. 80 persen sekolah memiliki
d. 90 persen dari jumlah guru SMK
tenaga kependidikan non guru
yang diperlukan terpenuhi.
untuk

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


59 r.id r.id 59
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
e. 90 persen guru SMK memiliki kualifikasi Standar Nasional Pendidikan mencakup:
sesuai dengan kompetensi yang
ditetapkan secara nasional. 1. Standar Isi
f. 00 persen siswa memiliki buku Standar Nasional pendidikan yang mencakuyp
pelajaran yang lengkap setiap mata ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
pelajaran. yang dituangkan dalam kriteria tentang
g. Jumlah siswa SMK perkelas antara 30 - kompetensi tamatan, kompetensi mata
40 siswa. pelajaran, kerangka dasar dan struktur
h. 20 persen dari lulusan SMK kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
melanjutkan ke Perguruan Tinggi yang satuan pendidikan, kalender pendidikan/
terakreditasi. akademik, dan silabus pembelajaran yang harus
i. 20 persen dari lulusan SMK diterima di dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
dunia kerja sesuai dengan keahliannya jenis pendidikan tertentu.

2. Standar Proses
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan
F. STANDAR
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
NASIONAL
satuan pendidikan untuk mencapai standar
PENDIDIKAN
kompetensi lulusan.

Standar Nasional Pendidikan sebagaimana 3 Standar Kompetensi Lulusan


dikemukakan dalam ketentuan umum PP
Standar Nasional Pendidikan tentang kualifikasi
Nomor
kemampuan lulusan yang berkaitan dengan
19 Tahun 2005 adalah kriteria minimal tentang
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
negara kesatuan Republik Indonesia. Kriteria 4 Standar Pendidik dan Tenaga
minimal itu dijadikan parameter dalam evaluasi Kependidikan
kinerja sekolah pada setiap jenis dan jenjangnya
Standar Nasional Pendidikan tentang kriteria
serta menjadi kriteria tambahan dalam penilaian
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik
kinerja pemerintah dan pemerintah daerah yang
maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
bertugas memfasilitasi, mengkoordinasi, dan
mengembangkan sistem pendidikan. Standar 5. Standar Sarana dan
Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam Prasarana
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
Standar Nasional Pendidikan yang mencakup
pendidikan, dalam rangka mewujudkan pendidikan
kriteria minimal tentang ruang belajar,
nasionalyang bermutu. Sedangkan, tujuan Standar
Nasional Pendidikan, yaitu untuk menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

perpustakaan, tempat berolahraga, beribadah, (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22


bermain dan berkreasi, serta labolatorium, Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
bengkel kerja, dan sumber belajar lain satuan pendidikan dasar dan menengah.
yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran termasuk penggunaan teknologi a. Pengertian Standar Isi
informasi dan komunikasi. Standar isi menurut Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 19 Tahun 2005 adalah cakupan materi
6. Standar Pengelolaan dan tingkat kompetensi untuk mencapai
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pendidikan tertentu. Secara keseluruhan standar
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat isi memuat:
satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,
1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang
atau nasional agar tercapai efisiensi dan
merupakan pedoman dalam penyususnan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
kurikulum pada tingkat satuan pendidikan;

7. Standar Pembiayaan 2) beban belajar bagi peserta didik pada


satuan pendidikan dasar dan menengah;
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan
3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
komponen dan besarnya biaya investasi,
akan dikembangkan oleh satuan pendidikan
operasi dan personal satuan pendidikan
berdasarkan panduan penyususnan
yang berlaku selama satu tahun.
kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan

8. Standar Penilaian dari standar isi; dan


4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan
Pendidikan. Standar Nasional
pendidikan pada satuan pendidikan jenjang
Penilaian Pendidikan tentang mekanisme, pendidikan dasar dan menengah.
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik untuk lima kelompok b Fungsi Standar Isi
mata pelajaran oleh pendidik. Selain itu, Standar isi berfungsi sebagai salah satu bagian
standar
dari standar nasional pendidikan, sebagai acuan
penilaian juga mencakup penilaian hasil
dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara
belajar oleh satuan pendidikan dan
satuan pendidikan yang antara lain meliputi
pemerintah.
kriteria minimal berbagai aspek yang terkait
dengan penyelenggaraan pendidikan. Acuan
Kedelapan standar isi tersebut dapat dirinci
dasar tersebut merupakan standar nasional
sebagai berikut.

1. Standar Isi
Standar isi telah dikembangkan oleh BSNP
dan menjadi Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional
pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu Selanjutnya, ada tujuh prinsip
pengelola, penyelenggara, dan satuan pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya pendidikan jenjang pendidikan dasar, yaitu:
dalam memberikan layanan pendidikan yang (a) berpusat pada potensi, perkembangan,
bermutu. kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya; (b) beragam dan
c. Pengembangan Standar Isi
terpadu; (c) tanggap terhadap
Hasil pengembangan aspek muatan standar isi perkembangan ilmu pengetahuan dan
oleh BSNP sebagai berikut. seni; (d) relevan dengan kebutuhan

1) Kerangka dasar kurikulum pendidikan umum kehidupan; (e) menyeluruh dan

(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/ berkesinambungan;

MAK), pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, (f) belajar sepanjang hayat; (g) seimbang

dan SMALB), dan pendidikan kejuruan antara kepentingan nasional dan

(SMK/MAK). kepentingan daerah.

Kerangka dasar kurikulum mencakup tiga 2) Struktur kurikulum merupakan pola dan

hal, yaitu: (a) kelompok mata pelajaran susunan mata pelajaran yang harus

dan cakupannya; (b) prinsip ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan

pengembangan kurikulum; dan (c) prinsip pembelajaran. Struktur kurikulum yang telah

pelaksanaan kurikulum. Untuk kelompok disusun adalah:

mata pelajaran dan cakupannya, a) Struktur kurikulum pendidikan umum


dinyatakan (PP No. 19, pasal 6, ayat 1) (SD/MI,SMP/MTs, dan SMA/MA)
bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan b) Struktur kurikulum pendidikan kejuruan
umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang (SMK/MAK)
pendidikan dasar dan menengah terdiri c) Struktur kurikulum pendidikan khusus
atas: (SDLB, SMPLB, SMALB).

a) kelompok mata pelajaran agama dan 3) Beban belajar untuk jenjang pendidikan
akhlak mulia; SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/
b) kelompok mata pelajaran SMALB; dan SMK/MAK.
kewarganegaraan dan kepribadian;
Satuan pendidikan SD/MI/SDLB
c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
melaksanakan program pendidikan dengan
dan teknologi;
menggunakan sistem paket. Satuan
d) kelompok mata pelajaran estetika;
pendidikan SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/
e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga
SMALB; dan SMK/MAK kategori standar
dan kesehatan.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

menggunakan sistem paket atau dapat a) SD/MI/SDLB berlangsung selama 35 menit;


menggunakan sistem kredit semester. b) SMP/MTs/SMPLB berlangsung selama 40
Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB; dan menit;
SMK/MAK kategori mandiri menggunakan c) SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung
sistem kredit semester. selama 45 menit.

Beban belajar pada ketentuan ini adalah


Beban belajar kegiatan tatap muka per
beban belajar sistem paket pada jenjang
minggu pada setiap satuan pendidikan adalah
pendidikan dasar dan menengah. Sistem
sebagai berikut:
paket adalah sistem penyelenggaraan
program pendidikan yang peserta didiknya a) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per
diwajibkan mengikuti seluruh program minggu untuk SD/MI/SDLB:
pembelajarn dan beban belajar yang sudah
1. Kelas I s.d. III adalah 29 s.d. 32
ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan
jam pembelajaran;
struktur kurikulum yang berlaku pada satuan
2. Kelas IV s.d. VI adalah 34
pendidikan. Beban belajar setiap mata
jam pembelajaran.
pelajaran pada sistem paket dinyatakan
dalam satuan jam pembelajaran. b) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per
minggu untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 34
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk
jam pembelajaran.
satuan waktu yang dibutuhkan oleh
peserta didik untuk mengikuti program c) Jumlah jam pembelajaran tatap muka per
pembelajaran melalui sistem tatap muka, minggu untuk SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK
penugasan terstruktur, dan kegiatan adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran.
mandiri tidak terstruktur. Semua itu
dimaksudkan untuk mencapai standar Penugasan terstruktur adalah kegiatan
kompetensi pembelajaran yang berupa pendalaman
lulusan dengan memperhatikan tingkat materi pembelajaran oleh peserta didik yang
perkembangan peserta didik. dirancang oleh pendidik untuk mencapai
standar kompetensi. Waktu penyelesaian
Kegiatan tatap muka adalah kegiatan penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.
pembelajaran yang berupa proses interaksi
antara peserta didik dengan pendidik. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah
Beban belajar kegiatan tatap muka per jam kegiatan pembelajaran yang berupa
pembelajaran pada masing-masing satuan pendalaman materi pembelajaran oleh
pendidikan ditetapkan sebagai berikut: peserta
didik yang dirancang oleh pendidikuntuk Sistem kredit semester adalah sistem
mencapai standar kompetensi. Waktu penyelenggaraan program pendidikan yang
penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didiknya menentukan sendiri beban
peserta didik. belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap
semester pada satuan pendidikan. Beban
Beban belajar penugasan terstruktur dan belajar setiap mata pelajaran pada sistem
kegiatan mandiri tidak terstruktur terdiri dari: kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit
semester (SKS). Beban belajar satu sks
1. Waktu untuk penugasan terstruktur dan
meliputi satu jam pembelajaran tatap muka,
kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi
satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam
peserta didik pada SD/MI/SDLB maksimum
kegiatan mandiri tidak terstruktur. Panduan
40% dari jumlah waktu kegiatan tatap
tentang
muka dari mata pelajaran yang
sistem kredit semester diuraikan secara khusus
bersangkutan.
dalam dokumen tersendiri.

2. Waktu untuk penugasan terstruktur dan


4) Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu
kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi
untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
peserta didik pada SMP/MTs/SMPLB
selama satu tahun ajaran yang mencakup
maksimum 50% dari jumlah waktu kegiatan
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
tatap muka dari mata pelajaran yang
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari
bersangkutan.
libur.

3. Waktu untuk penugasan terstruktur dan


a) Alokasi Waktu
kegiatan mandiri tidak terstruktur bagi
peserta didik pada SMA/MA/SMALB/SMK/ Permulaan tahun pelajaran adalah waktu
MAK maksimum 60% dari jumlah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal
kegiatan tatap muka dari mata pelajaran tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
yang bersangkutan.
Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu

Penyelesaian program pendidikan dengan kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun

menggunakan sistem paket adalah enam tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

untuk SD/MI/SDLB, tiga tahun untuk SMP/MTs/


Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam
SMPLB dan SMA/MA/SMALB, dan tiga sampai
pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah
dengan empat tahun untuk SMK/MAK.
jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran
Program percepatan dapat diselenggarakan
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam
untuk mengakomodasi peserta didik yang
untuk kegiatan pengembangan diri.
memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk


3. Standar Kompetensi Lulusan
tidak diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah bagian
pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu
dari stnadar nasional pendidikan yang merupakan
libur dapat berbentuk jeda tengah semester,
kriteria kompetensi lulusan minimal yang berlaku di
jeda antar semester, libur akhir tahun
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur
Indonesia. Dengan SKL kita akan memiliki patok
umum termasuk hari-hari besar nasional, dan
mutu (bench-mark) baik bersifat evaluasi mikro
hari libur khusus.
seperti kualitas proses dan kualitas produk
maupun bersifat evaluasi makro seperti keevektifan
b) Penetapan Kalender Pendidikan
dan efisiensi suatu program pendidikan, sehingga
1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan ke depan pendidikan kita akan melahirkan standar
Juli setiap tahun dan berakhir mutu yang dapat dipertanggungjawabkan pada
pada bulan Juni tahun berikutnya. setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. SKL
yang dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi (SK)
2. Hari libur sekolah ditetapkan
dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
berdasarkan Keputusan Menteri
digunakan sebagai pedoman penilaian. SKL adalah
Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
Agama dalam hal yang terkait dengan
pengetahuan, sikap dan keterampilan. SKL
hari raya keagamaan, Kepala Daerah
mencakup Standar Kompetensi Lulusan Satuan
tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau
Pendidikan (SKL-SP), Standar Kompetensi
organisasi penyelenggara pendidikan
Kelompok Mata Pelajaran
dapat menetapkan hari libur khusus.
(SK-KMP), dan Standar Kompetensi Mata Pelajaran
(SK-MP).
3. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/
Kota dapat menetapkan hari libur
SKL-SP adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
serentak untuk satuan-satuan
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan
pendidikan.
pada setiap satuan pendidikan yang terdiri dari
satuan pendidikan dasar (SD/MI/SDLB/Paket A,
Kalender pendidikan untuk setiap satuan
SMP/MTs/SMPLB/PaketB) dan satuan pendidikan
pendidikan disusun oleh masing-masing
menengah (SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/
satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu
MAK). Sedangkan SK-KMP adalah kualifikasi
sebagaimana tersebut pada dokumen
kemampuan lulusan pada setiap kelompok mata
Standar Isi ini dengan memperhatikan
pelajaran yang mencakup agam dan Akhlak
ketentuan dari pemerintah/pemerintah
Mulia, Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu
daerah.
Pengetahuan dan Teknologi, Estetika, dan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan, baik untuk satuan Lingkup Standar Pendidik dan Tenaga
pendidikan dasar maupun satuan pendidikan Kependidikan mencakup: kriteria pendidikan
menengah. SKL mempunyai tiga fungsi utama, prajabatan, kelayakan fisik maupun mental, serta
yaitu (1) kriteria dalam menentukan kelulusan pendidikan dalam jabatan. Pendidikan prajabatan
peserta didik pada setiap satuan pendidikan (2) adalah pendidikan formal untuk mempersiapkan
rujukan calon pendidik dan tenaga kependidikan yang
untuk menyusun standar pendidikan lainnya, dan (3) diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Lembaga
arah peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan Tenaga Kependidikan yang terakreditasi,
sesuai dengan perundang-undangan. Kelayakan

4. Standar Pendidik dan fisik dan mental pendidik dan tenaga kependidikan

Tenaga adalah kondisi

Kependidikan fisk dan mental pendidik dan tenaga kependidikan


yang tidak mengganggu pembelajaran dan
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan pelayanan pendidikan. Adapun, Pendidikan dalam
adalah kriteria pendidikan prajabatan dan jabatan adalah pendidikan dan pelatihan yang
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan diperoleh pendidik dan tenaga kependidikan
dalam jabatan (UU Nomor 20 2003, Pasal 13, dan selama menjalankan tugas untuk meningkatkan
PP 19 Pasal kualifikasi akademik dan/atau kompetensi
1, ayat 7). Pendidik adalah tenaga kependidikan akademiknya.
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, Di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan 2005, tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam guru adalah pendidik profesional dengan tugas
menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan, tenaga utama mendidik, mengajar, membimbing,
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang mengevaluasi peserta
penyelenggaraan pendidikan (UU No. 20 Tahun didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan
2003 BabI, Pasal 1 ayat 5 dan ayat 6). Tenaga formal,pendidikan dasar, dan pendidikan
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, menengah. Guru wajib memiliki kualifikasi
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

dan pelayanan teknis untuk menunjang jasmani dan rokhani, serta memiliki

proses pendidikan pada satuan pendidikan kemampuan untuk mewujudkan tujuan

(UU No. pendidikan nasional. Kompetensi yang harus

20 2003, Bab XI, Pasal 39, ayat 1). Tenaga dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik,

kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti, kompetensi profesional melalui pendidikan

pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi profesi.

sumber belajar (UU no. 20, Tahun 2003,


Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
Penjelasan Pasal 39, ayat 1).
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan kependidiakan, orang tua/wali peserta didik, dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya, berikut
akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang adalah PP Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI
harus dipenuhi oleh seorang pendidik dari tentang Standar Pendidik dan Tenaga
perguruan tinggi terakreditasi yang dibuktikan Kependidikan
dengan ijazah dan/ atau sertifikasi keahlian yang
relevan dengan jenis, jenjang, dan satuan
5. Standar Sarana Dan Prasarana
pendidikan sesuai dengan ketentuan perundang-
Pendidikan
undangan yang berlaku.
Standar sarana dan prasarana adalah standar
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
dihayati, dan dikuasai oleh pendidik dalam
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi
pendidik sebagai agen pembelajaran pada
dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
pendidikan anak usia dini meliputi: (a)
termasuk penggunaan teknologi informasi dan
kompetensi pedagogik, (b) kompetensi
komunikasi. Standar sarana dan prasarana
kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d)
mencakup: (1) pengadaan satuan pendidikan, (2)
kompetensi
kelengkapan prasarana yang terdiri dari lahan,
sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
bangunan gedung, ruang-ruang, dan instalasi
mengelola pembelajaran peserta didik yang
daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap
meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
satuan pendidikan, dan (3) kelengkapan sarana
perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran,
yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
media pendidikan, buku dan sumber belajar
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta
potensi yang dimilkinya. Kompetensi kepribadian
perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap
adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
satuan pendidikan. Standar sarana dan prasarana
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi
ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar
Kompetensi
dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah
profesional adalah kemampuan penguasaan secara
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/
luas dan mendalam yang memungkinkannya
Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
membimbing peserta didik memenuhi standar
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
kopetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Berikut adalah PP Nomor 19 2005, Bab VII tentang
Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan
Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunuikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

6. Standar Pengelolaan
Pendidikan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Standar pengelolaan adalah standar nasional program penjaminan mutu satuan pendidikan;
pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, (6) pengelolaan program peningkatan status
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan guru sebagai profesi; (7) pengelolaan program
pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, peningkatan mutu dosen; (8) pengelolaan program
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan standarisasi pendidikan; (9) pengelolaan program
efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar akreditasi pendidikan; (10) pengelolaan program
pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi:(1) peningkatan relevansi pendidikan; (11) pengelolaan
perencanaan program sekolah/madrasah; (2) program pemenuhan standar pelaynan minimal
pelaksanaan rencana kerja sekolah; (3) monitoring bidang pendidikan, dan (12) pengelolaan program
dan evaluasi; (4) kepemimpinan sekolah/ penjaminan mutu pendidikan nasional.
madrasah; dan (5) sistem informasi manajemen.
Secara umum Standar Pengelolaan Pendidikan
Sedangkan, standar pengelolaan pendidikan oleh
Nasional bertujuan untuk meningkatkan mutu
pemerintah daerah meliputi: (1) perencanaan
layanan minimal pengelolaan Pendidikan Nasional.
program pemerintah daerah; (2) pengelolaan
Adapun, secara khusus Standar Pengelolaan
program wajib belajar; (3) pengelolaan program
Pendidikan bertujuan sebagai berikut.
peningkatan angka partisipasi jenjang pendidikan
menengah; (4) pengelolaan program pendidikan
a. Memberikan acuan bagi terwujudnya sistem
keaksaraan; (5) pengelolaan program penjaminan
perencanaan pendidikan pada tingkat nasional,
mutu satuan pendidikan; (6) pengelolaan program
regional/daerah, propinsi, kabupaten/kota,
peningkatan status guru sebagai profesi; (7)
serta pada tingkat satuan pendidikan/ sekolah
pengelolaan program akreditasi pendidikan; (8)
secara terkoordinasi dan terpadu untuk
pengelolaaan program peningkatan peningkatan
mampu mengantisipasi aspirasi-aspirasi
relevansi pendidikan; dan (9) pengelolaan
peningkatan mutu pendidikan.
program pemenuhan standar pelayanan minimal
bidang pendidikan. b. Memberi kerangka acuan bagi
pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan,
Standar pengelolaan pendidikan oleh pemerintah
dan pengendalian pendidikan, sejalan dengan
meliputi: (1) perencanaan program pemerintah; (2)
tuntutan peningkatan mutu dan Standar
pengelolaan program wajib belajar; ( 3) pengelolaan
Pelayanan Pendidikan pada semua bentuk,
program peningkatan angka partisipasi jenjang
jenis, dan jenjang pendidikan.
pendidikan menengah dan tinggi; (4) pengelolaan
program pendidikan keaksaraan; (5) pengelolaan c. Sebagai acuan dasar pengawasan dan penilaian
pendidikan, yang relevan dan konsisten dengan
sistem perencanaan, dan pelaksanaan prgram
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dari aspek manajemen pendidikan ada beberapa hal


pendidikan pada tingkat pemerintah pusat,
yang perlu memperoleh perhatian, yaitu menyangkut
pemerintah daerah, propinsi dan kabupaten
permasalahan: manajemen organisasi, kurikulum,
dan pada tingkat satuan pendidikan.
sumber daya manusia pendidiakan, sarana dan

d. Memberikan pedoman kepada seluruh warga prasarana, kesiswaan, hubungan publik (public

bangsa dan khususnya yang berkiprah relation), pembiayaan pendidikan, dan manajemen

dalam pengelolaan pendidikan bagaimana berbasis sekolah.

merencanakan, mengorganisasikan,
Dari keseluruhan permasalahan pendidikan baik
melaksanakan, memantau, mengawasi,
tingkat makro maupun tingkat mikro pendidikan
mengendalikan, dan menilai program pendidikan
memang sangat diperlukan adanya Standar
secara efisien, efektif, baik dan benar.
Pengelolaaan Pendidikan yang efektif dan efisien.

e. Menciptakan terwujudnya koordinasi dan Berikut PP Nomor 19 Bab VIII tentang Standar

keterpaduan pelaksanaan amanah pendidikan Pengelolaan Pendidikan.

bagi semua rakyat (education for all) baik


secara vertikal maupun horisontal antara 7. Standar Pembiayaan Pendidikan
seluruh unsur kelembagaan yang bertugas,
berwewenang Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur
dan bertanggungjawab dalam pendidikan komponen dan besarnya biaya operasi satuan
mulai dari Pemerintah Pusat, pemerintah pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya
Daerah Propinsi, Pemerintah Daerah operasi satuan pendidikan adalah bagian dari
Kabupaten/ Kota, dan Satuan Pendidikan dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai
dalam Pengelolaan Pendidikan baik pada kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat
tingkat nasional, daerah, lokal, dan individual. berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai
standar nasional pendidikan secara teratur dan
Ditinjau dari segi manajemen organisasi, terdapat
berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri atas
empat hal yang perlu ditata kembali , yaitu:
biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
pengaturan pembagian tugas, wewenang, dan
tanggung jawab, serta pola hubungan organisasi, Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya
pengaturan versus pengelolaan, dan hubungan penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
organisasi fungsional. Pergeseran wewenang sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya
sebagai dampak dari desentralisasi pemerintahan operasional pendidikan meliputi gaji pendidik dan
seharusnya diikuti dengan pergeseran paradigma tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
dalam seluruh aspek manajemen pendidikan di melekat pada gaji, bahan atau peralatan
daerah yang semula dikelola secara sentralistik pendidikan habis pakai, dan biaya operasi
sekarang harus lebih didesentralisasikan. Untuk itu, pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Ujian
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, pencapaian kompetensi peserta didik sebagai
dan lain sebagainya. Biaya personal meliputi pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian
biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh dari suatu satuan pendidikan. Akreditasi adalah
peserta didik untuk bisa mengikuti proses kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
Mengacu pada pasal-pasal dan ayat dalam
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan Penilaian Pendidikan dibagi menjadi lima
dengan pembiayaan pendidikan dapat disimpulkan bagian, yaitu:
bahwa meskipun biaya pendidikan itu terdiri dari
biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal, (1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan

namun standar pembiayaan pendidikan difokuskan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi;

pada biaya operasi pendidikan yang merupakan (2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik;

bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk (3) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;

membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar (4) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah; dan

dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang (5) Kelulusan. Penilaian pendidikan pada

sesuai standar nasuional pendidikan secara teratur pendidikan dasar dan menengah terdiri dari

dan berkelanjutan. penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian


hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
8. Standar Penilaian
Pendidikan Sedangkan penilaian hasil belajar pada jenjang
pendidikan tinggi terdiri dari penilaian hasil
Penilaian adalah proses pengumpulan dan belajar oleh pendidik dan penilaian hasil
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian
hasil belajar peserta didik (PP Nomor 19 2005). hasil belajar dilakukan untuk memantau
Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan bentuk ulangan harian, ulangan tengah
terhadap berbagai komponen pendidikan pada semster, ulangan akhir semester, dan ulangan
setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar oleh
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan satuan pendidikan bertujuan menilai
pendidikan. Ulangan adalah proses yang pencapaian standar kompetensi lulusan untuk
dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi semua
peserta didik secara berkelanjutan dalam proses mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh
pembelajaran, untuk memantau kemajuan pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

kompetensi lulusan secara nasional pada mata (4) Lulus ujian nasional. Berikut adalah PP Nomor
pelajaran tertentu dalam kelompok mata 19 Bab X tentang Penilaian Pendidikan.
pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan
dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian
nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, G. STANDAR LAINNYA
dan akuntabel.
Sekolah/madrasah yang telah memenuhi syarat SSN
diberi kesempatan untuk meningkatkan standarnya
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu
sehingga menjadi sekolah bertaraf internasional.
pertimbangan untuk:
Caranya, setelah memenuhi seluruh Standar
(1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan Nasional Pendidikan hendaknya diperkaya dengan
pendidikan; mengacu pada standar pendidikan salah satu
(2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan negara anggota Organization for Economic Co-
berikutnya; operation and Development dan/atau negara maju
(3) Penentuan kelulusan peserta didik dari lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
program dan/atau satuan pendidikan; bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di
(4) Pembinaan dan pemberian bantuan forum internasional. Adaptasi yaitu penyesuaian
kepada satuan pendidikan dalam upayanya unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalarn
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu
pada standar pendidikan salah satu negara anggota
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan OECD dan/atau negara maju lainnya yang
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
setelah: pendidikan.

(1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran; Daya saing di forum internasional memiliki makna
(2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian bahwa siswa dan lulusan Sekolah/Madrasah
akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok Bertaraf Internasional antara lain dapat: (a)
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan yang bertaraf internasional, baik di dalam
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, maupun di luar negeri; (b) mengikuti sertifikasi
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah bertaraf internasional yang diselenggarakan oleh
raga, dan kesehatan; salah
(3) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok satu negara anggota OECD dan/atau negara maju
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
teknologi; dan dalam bidang pendidikan; (c) meraih medali tingkat
internasional pada berbagai kompetisi sains dan
matematika.
1. Kurikulum memenuhi Standar Proses.Selain itu, keberhasilan
tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Standar kurikulumnya adalah: a. Proses pembelajaran pada semua mata
pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/
a. menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak
Pendidikan (KTSP);
mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul,
b. menerapkan sistem satuan kredit semester di
kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa
SMA/SMK/MA/MAK;
patriot, dan jiwa inovator;
c. memenuhi Standar Isi; dan
b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran
d. memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
sekolah unggul dari negara anggota oecd dan/
atau negara maju lainnya yang mempunyai
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;
dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan
c. Menerapkan pembelajaran berbasis tik pada
sebagai berikut:
semua mata pelajaran;

a. sistem administrasi akademik berbasis d. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains,

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di matematika, dan inti kejuruan menggunakan

mana setiap saat siswa bisa mengakses bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata

transkripnya masing- masing; pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa

b. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi asing, harus menggunakan Bahasa Indonesia;

dari muatan pelajaran yang sama pada dan

sekolah unggul dari salah satu negara anggota e. Pembelajaran dengan Bahasa Inggris untuk

OECD dan/atau negara maju lainnya yang mata pelajaran kelompok sains dan matematika

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.

pendidikan;
c. menerapkan standar kelulusan sekolah/ Dalam proses pembelajaran selain menggunakan

madrasah yang lebih tinggi dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, juga

Standar Kompetensi Lulusan. bisa menggunakan bahasa lainnya yang


sering digunakan dalam forum internasional,

2. Proses Pembelajaran seperti


bahasa Perancis, Spanyol, Jepang, Arab, dan
Proses pembelajaran yang efektif dan efisien. China.

Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat,


minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
3.
peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan
Penilaian
pencapaian indikator kinerja kunci minimal yaitu

Penilaian dilakukan untuk mengendalikan


mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

perguruan tinggi yang program studinya


kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang
berakreditasi A untuk SD/MI;
berkepentingan. Penilaian terhadap peserta didik
dilakukan oleh para guru untuk memantau proses, 4) Minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta perguruan tinggi yang program studinya
didik secara berkesinambungan. Keberhasilan berakreditasi A untuk SMP/MTs; dan
tersebut ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar 5) Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari
Penilaian.Selain itu, keberhasilan tersebut juga perguruan tinggi yang program studinya
ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK.
tambahan,
yaitu memperkaya penilaian kinerja pendidikan Guru dalam proses pembelajaran sepanjang
dengan model penilaian sekolah unggul dari diperlukan dan sesuai dengan kebutuhannya, selain
negara anggota OECD dan/atau negara maju menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris juga
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering
dalam bidang pendidikan. digunakan dalam forum internasional, seperti
bahasa Perancis, Jerman, Spanyol, Jepang, Arab,
dan China.
4. Pendidik

Pendidik memiliki peranan yang strategis karena 5. Tenaga Kependidikan


mempunyai tugas profesional untuk merencanakan
Keberhasilan sekolah ditandai dengan pencapaian
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi
hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan
Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Selain itu,
dan pelatihan. Keberhasilan tersebut ditandai
keberhasilan tersebut juga ditandai dengan
dengan pencapaian indikator kinerja kunci
pencapaian indikator kinerja kunci tambahan
minimal, yaitu memenuhi Standar Pendidik. Selain
sebagai berikut:
itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan
pencapaian indikator kinerja kunci tambahan 1) Kepala sekolah/madrasah berpendidikan
sebagai berikut: minimal S2 dari perguruan tinggi yang program
studinya berakreditasi A dan telah menempuh
1) Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran
pelatihan kepala sekolah dari lembaga pelatihan
berbasis TIK;
kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah;
2) Guru mata pelajaran kelompok sains, 2) Kepala sekolah/madrasah mampu berbahasa
matematika, dan inti kejuruan mampu Inggris secara aktif; dan
mengampu pembelajaran berbahasa Inggris; 3) Kepala sekolah/madrasah bervisi internasional,
mampu membangun jejaring internasional,
3) Minimal 10% guru berpendidikan S2/S3 dari
memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa 5) Bebas narkoba dan rokok;
kepemimpinan dan entrepreneural yang 6) Bebas kekerasan (bullying);
kuat. 7) Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam
segala aspek pengelolaan sekolah; dan

6. Sarana dan Prasarana 8) Meraih medali tingkat internasional pada


berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi,
Indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi seni, dan olah raga.
Standar Sarana dan Prasarana haruslah dipenuhi
sekolah. Selain itu, keberhasilan tersebut juga
ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci 8. Pembiayaan
tambahan sebagai berikut:
Mutu sekolah/madrasah bertaraf internasional

1) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana dijamin dengan pembiayaan yang sekurang-

pembelajaran berbasis TIK; kurangnya terdiri atas biaya investasi, biaya


operasional, dan biaya personal. Keberhasilan
2) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital
tersebut ditandai dengan pencapaian indikator
yang memberikan akses ke sumber
kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar
pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia;
Pembiayaan. Selain itu, keberhasilan tersebut juga
dan
ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci
3) Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang
tambahan, yaitu menerapkan model pembiayaan
unjuk seni budaya, fasilitas olahraga, klinik,
yang efisien untuk mencapai berbagai target
dan lain sebagainya.
Indikator Kunci Tambahan.

7. Pengelolaan
Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional H. UPAYA PEMENUHAN
dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan STANDARD
manajemen berbasis sekolah/madrasah. PELAYANAN
Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian (TANGGUNG JAWAB
indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi SEKOLAH DAN DINAS
Standar Pengelolaan. Selain itu, keberhasilan PENDIDIKAN)
tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
Upaya Dinas Pendidikan Provinsi dalam memenuhi
1) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau standar pelayananan pendidikan meliputi:
sesudahnya ISO 14000;
3) Merupakan sekolah/madrasah multi-kultural; a. Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran,

4) Menjalin hubungan sister school dengan petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan

sekolah bertaraf internasional di luar perijinan) terkait dengan pemenuhan standar

negeri;
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

a. Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran,


pelayanan pendidikan pembinaan di
petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan
tingkat provinsi.
perijinan) terkait pemenuhan standar pelayanan
b. Mengusulkan terbitnya peraturan daerah atau pendidikan di tingkat kabupaten/kota;
peraturan gubernur tentang pemenuhan standar
b. Mengusulkan terbitnya peraturan daerah
pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat
pemenuhan standar pelayanan pendidikan
provinsi.
tingkat kabupaten/kota;
c. Menyediakan dana, sarana dan prasarana
c. Menyediakan dana, sarana dan prasarana untuk
untuk pemenuhan standar pelayanan
pemenuhan standar pelayanan pendidikan di
pendidikan pembinaan di tingkat provinsi.
tingkat kabupaten/kota;
d. Melaksanakan kebijakan Kementerian
d. Melaksanakan kebijakan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan terkait pemenuhan
Pendidikan dan Kebudayaan terkait pemenuhan
standar pelayanan pendidikan pembinaan di
standar pelayanan pendidikan di tingkat
tingkat provinsi.
kabupaten/kota;
e. Menyusun program kerja pemenuhan standar
e. Menyusun program kerja pemenuhan standar
pelayanan pendidikan pembinaan di tingkat
pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota;
provinsi.
f. Menyusun buku panduan pemenuhan standar
f. Menyusun buku panduan pembinaan MBS di
pelayanan pendidikan di tingkat kabupaten/kota;
tingkat provinsi;
g. Mengusulkan anggaran pemenuhan standar
g. Mengusulkan anggaran implementasi
pelayanan di tingkat kabupaten/kota;
pemenuhan standar pelayanan pendidikan
pembinaan di tingkat provinsi. j. Melaksanakan pengawasan implementasi
pemenuhan standar pelayanan pendidikan di
h. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi
tingkat kabupaten/kota;
pemenuhan standar pelayanan pendidikan
pembinaan di tingkat provinsi k. Melaporkan hasil pelaksanaan pemenuhan
standar pelayanan baik melalui media elektronik,
i. Melaksanakan pengawasan implementasi
cetak dan atau media lainnya di tingkat
pemenuhan standar pelayanan pendidikan
kabupaten/kota.
pembinaan di tingkat provinsi.

j. Melaporkan hasil pelaksanaan pemenuhan


standar pelayanan pendidikan pembinaan di
tingkat provinsi.

Upaya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam


memenuhi standar pelayananan pendidikan meliputi:
BAHAN PRESENTASI

KONSEP PELAYANAN PUBLIK


Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga
negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa
atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan
oleh penyelenggara pelayanan publik.

PRINSIP PENYEDIAAN PELAYANAN PUBLIK


1. Menentukan standar pelayanan
2. Bersikap terbuka dan menyediakan informasi selengkap-
lengkapnya
3. Berkonsultasi dan terlibat
4. Mendorong akses dan pilihan
5. Memperlakukan semua secara adil
6. Mengembalikan kejalan yang benar ketika terjadi kesalahan
7. Memanfaatkan sumber daya secara efektif
8. Inovatif dan memperbaiki
9. Bekerjasama dengan penyedia layanan lainnya.
MANFAAT STANDAR PELAYANAN PUBLIK
1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa
mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/masyarakat.
3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan dengan penyedia
pelayanan dalam upaya meningkatkan pelayanan.
4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta
menjadi alat monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Perencanaan


dan Penganggaran Sekolah

3
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
79 r.id r.id 79
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
MODUL 3 BAHAN BACAAN:
TATA KELOLA
PERENCANAAN
DAN
Tata Kelola PENGANGGARAN
SEKOLAH
Perencanaan
dan
A. PENDAHULUAN
Penganggaran
Sekolah Tesis anti-tesis tentang wacana sentralisasi dan
desentrealisasi yang berkembang di bidang politik
dan pemerintahan, secara lamban tetapi pasti,
sampai juga ke bidang pendidikan. Manajemen
pendidikan yang serba sentralistis pun harus
..... peserta mengubah haluan ke arah manajemen pendidikan
secara umum yang bernuansa desentralisasi, dengan label
mampu mentereng manajemen berbasis sekolah.
menyusun
Sebagai fungsi pertama manajemen pendidikan,
perencanaan dan
perencanaan pendidikan yang sebelumnya menonjol
penganggaran
nuansa sentralistisnya, kini juga ditonjolkan nuansa
sekolah.
desentralistiknya. Proses-proses perencanaan
pendidikan yang sebelumnya hanya dilakukan
oleh manajer pendidikan di sekolah, kini harus
melibatkan komite sekolah dan stake holder sekolah
yang lainnya. Rapat kerja dengan agenda tunggal
penyusunan rencana sekolah, dapat menjadi arena
bagi kepala sekolah, guru, komite sekolah dan
stake holders sekolah yang lainnya untuk
merumuskan rencana pendidikan di sekolah.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Jenis-jenis Perencanaan Sekolah


Di era otonomi daerah ini, rencana strategis
(Renstra), yang merupakan bagian dari manajemen
Ada dua jenis perencanaan sekolah. Pertama,
strategis tingkat satuan pendidikan sering
perencanaan jangka panjang sekolah yang lazim
mengemuka, dan bahkan mulai banyak diterapkan
dikenal juga dengan rencana jangka menengah
di tingkat satuan pendidikan sekolah. Di khasanah
sekolah (RPJM sekolah). Kedua, perencanaan
literatur manajemen tingkat satuan pendidikan,
jangka pendek sekolah yang lazim dikenal juga
Renstra bukanlah hal baru, karena keberadaannya
dengan rencana tahunan sekolah yang disingkat
sudah banyak diterapkan di berbagai bidang.
dengan RKT.
Renstra sendiri merupakan produknya, sedangkan
proses perencanaannya sendiri dikenal dengan
Perencanaan jangka menengah sekolah (RPJM)
perencanaan strategis.
disusun dengan mengikuti siklus masa kerja kepala
sekolah, ialah 4 tahunan. Oleh karena itu, setiap
Menurut Inpres No. 7 tahun 1999, perencanaan
seorang kepala sekolah dipercaya menjabat di
strategis (strategic planning) merupakan suatu
suatu sekolah, diwajibkan membuat rencana
proses yang berorientasi pada hasil yang ingin
jangka menengah sepanjang masa jabatannya,
dicapai selama kurun waktu 1 5 tahun dengan
yakni selama 4 tahunan. Rencana jangka menengah
memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala
sekolah ini, dahulu kala dikenal dengan Rencana
yang ada atau mungkin timbul. Perencanaan
Pengembangan Pembangunan Sekolah (RPPS),
strategis merupakan bagian dari proses manajemen
kemudian berubah menjadi Rencana Pengembangan
strategis yang terkait dengan proses identifikasi
Sekolah (RPS).
tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau
organisasi, penggalian gagasan dan pilihan-pilihan,
Perencanaan jangka pendek sekolah merupakan
pengambilan langkah-langkah yang diperlukan
penjabaran lebih lanjut dari rencana jangka
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan
menengah sekolah yang dibuat dengan kurun
pemantauan (monitoring) kemajuan atau kegagalan
waktu satu tahun. Perencanan jangka pendek ini
dalam rangka menentukan strategi di masa depan
lazim dikenal dengan perencana tahunan sekolah.
(Nickols dan Thirunamachandran, 2000). Dalam
Jika perencanaan jangka menengah merupakan
latar historika, perencanaan strategis diterapkan di
prosesnya, dan hasilnya disebut dengan renncana
bidang kemiliteran, kemudian diadopsi oleh dunia
jangka menengah, maka perencanaan jangka
usaha pada tahun 1950-an. Perencanaan strategis
pendek juga merupakan prosesnya, sedangkan
mengalami perkembangan pesat dan banyak
haslnya disebut dengan rencana tahunan. Kini,
dikenal pada tahun 1960 hingga 1970-an, dan
rencana tahunan sekolah dikenal dengan RKT
berkembang kembali tahun 1990-an. Mintzberg
(rencana kerja tahunan). Gabungan antara RPJM
(1994) menyebut perencanaan strategis sebagai
dan RKT inilah kini dikenal dengan rencana kerja
sebagai process
sekolah, yang lazim disingkat dengan RKS.
with particular benefits in particular contexts.
Posisi Renstra Sekolah dalam Renstra SKPD lanjut dari renstra satuan kerja perangkat daerah
Rencana strategis, yang merupakan produk (SKPD). Sementara renstra SKPD juga disusun
perencanaan strategis, memuat visi, misi, dengan memperhatikan Renstra Departemen
tujuan, sasaran, cara mencapai tujuan dan Pendidikan dan Kebudayaan (yang berubah nama
sasaran yang meliputi kebijakan, program, dan menjadi Depdiknas). Gambar 2.1 melukiskan
kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi bagaimana renstra SKPD, termasuk SKPD
perkembangan masa depan. Renstra strategis di pendidikan, disusun dan melewati berbagai
tingkat satuan tahapan
pendidikan, sebenarnya merupakan penjabaran lebih penyusunan.

Diagaram III.1. Pendekatan dan Langkah-


Langkah
Penyusunan RENSTRA
SKPD
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

lanjut. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis


B. TAHAP-TAHAP dengan teknik kuantitatif statistic, sedangkan
PERENCANAA data kualitatif hendaknya dianalisis dengan

N SEKOLAH menggunakan teknik analisis kualitatif. Data


yang sudah terkumpul dan digolong-golongkan

Tahap-tahap perencanaan sekolah adalah tersebut, hendaknya dapat dipilah mana yang

sebagai berikut: terkait dengan pengguna layanan pendidikan


berjenis kelamin pria dan mana yang terkait
dengan pengguna layanan pendidikan berjenis
1. Penyiapan Data Kondisi
perempuan. Penggolongan ini sangat penting
Eksisting Sekolah
agar aspirasi pengguna perempuan dan laki-

Tahap pertama perencanaa sekolah adalah laki dapat dipenuhi secara seimbang sehingga

penyiapan data kondisi eksisting sekolah. tidak terjadi bias gender (atau bertitik berat ke

Data kondisi eksisting sekolah hendaknya jenis kelamin tertentu).

dikumpulkan oleh satuan tugas perencanaan


sekolah. Data tersebut meliputi profil sekolah,
2. Analisis Situasi dan Kondisi
hasil survei pengaduan pengguna layanan
Sekolah
pendidikan sekolah, serta data capaian
SPM pendidikan di tingkat sekolah. Data tersebut Rangkaian kegiatan analisis situasi dan
dikumpulkan melalui berbagai teknik kondisi sekolah adalah pencermatan atas
pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi, aturan perundang-undangan pendidikan yang
angket, wawancara, dan teknik survei pengaduan sedang berlaku dan mempelajari renstra
pengguna layanan pendidikan. Sumber data SKPD pendidikan kabupaten/kota. Agar bisa
berasal dari seluruh bagian dan unit sekolah, menyusun analisis situasi dan kondisi
mulai dari bagian pembelajaran, bagian secara
kesiswaan, bagian personalia, bagian keuangan, komprehensif, maka perlu dilakukan penajaman
bagian sarana prasarana dan bagian humas. terhadap profil sekolah, yang dimulai dengan
Data dari multi stake holder pun juga perlu identifikasi identitas sekolah, peserta didik,
digali, termasuk dari berbagai pihak yang punya tenaga kependidikan, sarana prasarana,
kepentingan dan ketertarikan dengan pelayanan keuangan, partisipasi orang tua dan masyarakat,
pendidikan. serta prestasi-prestasi yang dimiliki oleh
sekolah, baik yang bersifat akademik maupun
Data-data yang sudah dikumpulkan tersebut, non akademik. Selanjutnya, profil sekolah
hendaknya disaring, diklarifikasi dan digolong- tersebut, hendaknya dibandingkan dengan, dan
golongkan dan kemudian dituangkan secara dikerucutkan dari standar-standar pendidikan
padat agar dapat dilakukan analisis lebih yang dipergunakan oleh sekolah (standar
pelayanan minimal/SPM) dan standar nasional
harapan, tuntutan dan aspirasi mereka juga dapat
pendidikan (SNP). Selain itu, survei terhadap
diakomodasi dalam menyusun analisis situasi dan
komplain pelanggan/stakeholders/publik (survei
kondisi sekolah. Data survei pengaduan dari
pengaduan) juga perlu dilakukan agar
pelanggan tersebut, hendaknya dipilah antara
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

yang berasal dari publik pria dan publik 3. Merumuskan Visi dan
perempuan, agar seluruh kebutuhan, apirasi, Misi Sekolah
harapan dan masalah yang dipecahkan, bisa
berimbang dan tidak bias gender. Yang dimaksud dengan visi adalah emajinasi moral
yang menggambarkan profil sekolah di masa depan.
Secara detail petunjuk pelaksanaan survei Visi juga berarti wawasan yg menjadi sumber
pengaduan, yang diawali dengan penyusunan arahan yang digunakan untuk memandu perumusan
kuisioner, pelaksanaan survei, analisis hasil misi sekolah.
survei pengaduan serta penyusunan janji
perbaikan pelayanan dapat dilihat pada Modul Unsur yang harus ada pada visi adalah: (1)
dan Buku Saku Penanganan Pengaduan. pandangan jauh ke depan, ke mana sekolah akan
dibawa (2) gambaran masa depan yg diinginkan
Berdasarkan atas deskripsi profil sekolah, sekolah. Dirumuskan dengan kalimat yang filosofis,
standar pendidikan di sekolah, dan survey khas, mirip slogan, tetapi mudah diingat. Karena itu,
pengaduan pelanggan, dapatlah dilakukan rumusan visi yang bagus hendaknya menantang,
analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan jelas dan didasari nilai-nilai tertentu.
bermaksud untuk mengetahui gap
(kesenjangan) antara standar yang ingin dicapai, dengan kondisi Contoh rumusan visi:
riil sekolah dan hasil survei
pengaduuan pelanggan/public/stake holders. Contoh rumusan Visi:
UNGGUL DALAM
Kesenjangan itulah yang perlu mendapatkan
PRESTASI BERDASARKAN
pemecahan, agar antara aspek yang diinginkan UNGGUL DALAM PRESTASI
IMTAQ
dengan aspek riilnya dapat dipertemukan. BERDASARKAN IMAN DAN
Dengan demikian, aspek riil satuan pendidikan TERDIDIK BERDASARKAN
TAQWA
IMTAQ
makin relevan (gayut) dengan aspek idealnya. Contoh rumusan indikator-indikatornya:
Analisis kesenjangan bisa berupa: analisis
AgarUnggul
1) rumusan visi perolehan
dalam yang filosofis
NEM.tersebut jelas, perlu
SWOT (strength, weakness, opportunity, and
dirumuskan indikator-indikatornya.
2) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke
threat), analisis akar masalah dan analisis
kekuatan medan. jenjang pendidikan di atasnya.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

3) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja. Jika visi mengarah ke jangka panjang, maka
tujuan
4) Unggul dalam lomba kreativitas. dikaitkan dengan rentang waktu jangka menengah
5) Unggul dalam lomba kesenian. atau siklus 3 tahunan sesuai dengan periodisasi
6) Unggul dalam lomba olah raga. SMP atau SMU. Jika masih dipandang terlalu
7) Unggul dalam kedisiplinan. pendek, boleh juga 2 siklus program sekolah atau 6
8) Unggul dalam kegiatan keagamaan. tahunan.

Berarti, tujuan merupakan tahapan wujud sekolah


Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasi
menuju visi yang telah dicanangkan.
visi. Misi merupakan penjabaran visi dalam
bentuk rumusan tugas, kewajiban dan rancangan Contoh tujuan:
tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan
visi. Dengan perkataan lain, bentuk layanan untuk 1) Pada tahun 2005, peningkatan skor rata-rata
GSA + 2,0
memenuhi tuntutan yang dituangkan dalm visi
2) Pada tahun 2005, memiliki tim olah raga minimal
sebagai indikatornya. Jika rumusan visi berupa
3 cabang yang mampu menjadi finalis tingkat
kalimat yang menunjukkan keadaan, maka misi
propinsi.
berupa kalimat yang menunjukkan tindakan.
3) Pada tahun 2006, memiliki kelompok LKIR yang
Contoh rumusan misi: mampu menjadi finalis LKIR tingkat nasional.
4) Pada tahun 2006, memiliki tim kesenian yang
1) Melakukan pembelajaran dan bimbingan mampu tampil pada acara setingkat kota/
secara efektif. kabupaten.
2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara
intensif kepada warga sekolah.
3) Mendorong dan membantu setiap siswa 5. Menganalisis Tantangan Nyata
untuk mengenali potensi dirinya, sehingga
Tantangan nyata adalah kesenjangan (gap) antara
dapat dikembangkan secara optimal.
antara tujuan yang ingin dicapai dengan kondisi
4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran
sekolah saat ini. Selisih antara tujuan yang diinginkan
agama.
dengan kenyataan saat ini. Dibuat rincian pada
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan
beberapa tahun (misalnya 2005, 2006, 2007, dst).
melibatkan seluruh warga sekolah dan
stake holders.
Contoh:

Jika tujuannya berbunyi: Pada tahun 2005 memiliki


4. Merumuskan Tujuan GSA sebesar +2, sementara saat ini baru mencapai
Sekolah +0,4. Berarti tantangan nyata yang dihadapi oleh
sekolah adalah (+2) (+0,4) = (+1,6). Jika
Tujuan merupakan apa yang akan dicapai/
pada
dihasilkan dan kapan akan dicapai oleh sekolah.
tahun 2005, survey pengaduan stake holders Merupakan perioritas dari beberapa tujuan yang
mengharapkansekolah memiliki tim olah raga dirumuskan dalam jangka menengah.
minimal 3 cabang dan menjadi finalis tingkat
kabupaten; sementara saat ini baru punya 1 Contoh: Pada tahun ajaran 2005, sekolah X: (a)
tim cabang olah raga dan menjadi finalis di memiliki GSA sebesar +0,40 (2), memiliki tim
tingkat kecamatan, maka tantangan nyatanya olahraga bola voli yang menjadi finalis di tingkat
adalah: kabupaten/kota.

Menambah 2 tim cabang olahraga


Meningkatkan 1 peringkat (dari kecamatan ke 7. Mengidentifikasi Fungsi-Fungsi
kabupaten) untuk 1 cabang olahraga
Fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai
Meningkatkan 2 peringkat untuk 2 cabang olah
raga. sasaran perlu diidentifikasi. Fungsi-fungsi
tersebut adalah fungsi PBM beserta fungsi-fungsi
pendukungnya: kurikulum,perencanaan dan
6. Menentukan Sasaran evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan,
fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan
Rumusannya menggambarkan mutu dan iklim sekolah, fungsi hubungan sekolah dengan
kuantitas yang ingin dicapai serta masyarakat dan fungsi pengembangan fasilitas.
terukur.
Mengacu kepada visi, misi dan tujuan
sekolah.
Berupa tujuan jangka pendek atau tujuan
situasional sekolah, umumnya 1 tahunan.

Contoh 1: Identifikasi fungsi sasaran Peningkatan GSA minimal +0,40

Tingkat Kesiapan
Kriteria Kesiapan Kondisi Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
A Fungsi Proses Belajar
Mengajar (PBM)
1 Faktor internal:
- Motivasi belajar siswa
- Perilaku siswa
- Motivasi Guru
- Pemberdayaan siswa
- Keragaman Metode mengajar
- Penggunaan waktu belajar
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tingkat Kesiapan
Kriteria Kesiapan Kondisi Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak

B Fungsi Pendukung PBM: Ketenagaan

1 Faktor internal:
- Jumlah guru
- Kualifikasi pendidikan guru
minimal D-3
- Kesesuaian Ijazah dengan mata
pelajaran yang di ampu guru
- Beban mengajar guru

2 Faktor Eksternal
- Pengalaman mengajar guru
- Kesiapan mengajar guru
- Fasilitas pengembangan diri

C Fungsi Pendukung PBM: Sarana/


Perpustakaan

1 Faktor internal
- Buku setiap mata pelajaran
- Jumlah buku penunjang
- Jumlah lemari dan rak buku
- Kebersihan dan kerapihan ruang
perpustakaan
- Pengelola perpustakaan
- Dana pengembangan
perpustakaan

2 Faktor eksternal

- Dukungan orangtua dalam


melengkapi perpustakaan
- Kerjasama dengan perpustakaan
lain yang lengkap
- Kesesuaian buku penunjang
dengan potensi daerah dan
perkembangan ipteks

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah


www.kinerja.or.id
87
Berorientasi Pelayanan
Publik
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Contoh 2: Identifikasi fungsi


sasaran
Memiliki tim olahraga bola voli yang menjadi finalis di tingkat
Kabupaten/Kota

Tingkat Kesiapan
Kriteria Kesiapan Kondisi Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
A Fungsi Ketenagaan

1 Faktor internal:
- Jumlah guru
- Jumlah guru olahraga
- Kemampuan guru olahraga
- Motivasi guru

2 Faktor Eksternal
- Pengalaman sebagai pelatih
- Dukungan orangtua
- Fasilitas pengembangan diri

B Fungsi Sarana dan Prasarana

1 Faktor internal
- Lapangan bola voli di sekolah.
- Alat pendukung olahraga voli
(net, bola)
- Perawatan sarana dan prasarana

2 Faktor eksternal
- Dukungan orang tua
- Lapangan bola voli di
tingkat kecamatan

C Fungsi Pelatihan

1 Faktor Internal
- Pemberdayaan siswa
- Alokasi waktu pelatihan
- Penggunaan waktu pelatihan

2 Faktor eksternal:
- Kesiapan siswa dalam menerima
pelatihan
- Pelatih yang berpengalaman
- Uji tanding dengan tim sekolah lain
- Dukungan orangtua siswa dalam
pelatihan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


88 r.id r.id 88
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
8. Melakukan Analisis SWOT

Analisis SWOT dimaksudkan untuk menganalisis kesiapan setiap fungsi dan faktor dari sisi kekuatan internal
(strength), kelemahan internal (wakness), peluang eksternal (opportunty) dan ancaman eksternal (treat).

Contoh analisis SWOT Sasaran 1: Peningkatan GSA


minimal +0,40

Tingkat
Kriteria Kesiapan Kondisi Kesiapan Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
A Fungsi Proses Belajar
Mengajar (PBM)
1 Faktor internal:
- Motivasi belajar siswa - Tinggi - 60% siswa
mempunyai
motivasi
tinggi
- Perilaku siswa - Disiplin dan tertib di - Kurang
dalam kelas disiplin dan
kurang tertib
- Cukup tinggi
- Kurang
- Motivasi guru - Tinggi mampu

- Pemberdayaan siswa - Guru mampu - Tidak banyak


memberdayakan variasi
siswa - Kurang
- Keragaman metode - Bervariasi efektif
mengajar

- Efektif
- Penggunaan waktu belajar
2 Faktor eksternal:
- Kesiapan siswa menerima - 100% - 50%
pelajaran
- Dukungan orangtua - Tinggi - Tinggi
- Lingkungan sosial sekolah - Kondusif - Kurang
kondusif
- Lingkungan fisik sekolah - Nyaman/tenang - Gaduh/ramai
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tingkat
Kriteria Kesiapan Kondisi Kesiapan Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
B Fungsi Pendukung PBM:
Ketenagaan

1 Faktor internal:
- Jumlah guru Cukup Cukup
- Kualifikasi pendidikan guru Semua guru minimal 60% minimal D-3
minimal D-3 D-3 70% sesuai
- Kesesuaian ijazah dengan 100% sesuai
mata pelajaran yang diampu
guru
- Beban mengajar guru Rata-rata 18 JP Rata-rata 22 JP

2 Faktor eksternal:
- Pengalaman mengajar guru Rata-rata 5 6 tahun
- Kesiapan mengajar guru 80%
- Fasilitas pengembangan diri Kurang lengkap
tahun
100%
C Fungsi Pendukung PBM:
Sarana/Perpustakaan

1 Faktor internal:
- Buku setiap mata pelajaran Cukup dan Kurang
- Jumlah buku penunjang lengkap Cukup Kurang
- Jumlah lemari dan rak buku dan lengkap Kurang
- Kebersihan dan kerapihan Cukup Cukup
ruang perpustakaan Bersih dan
- Pengelola perpustakaan rapih Kurang
- Dana pengembangan Tidak tersedia
perpustakaan Ada dan
mampu
Tersedia dan
2 Faktor eksternal:
- Dukungan orangtua dalam Mendukung Mendukung
perpustakaan
- Kerjasama dengan
perpustakaan lain yang Ada kerjasama Tidak ada
lengkap
- Kesesuaian buku penunjang Tinggi Rendah
dengan potensi daerah dan
perkembangan Ipteks

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


90 r.id r.id 90
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
Contoh Analisis SWOT
Sasaran 2:
Memiliki tim olah raga bola voli yang menjadi finalisdi tingkat
kabupaten/kota

Tingkat
Kriteria Kesiapan Kondisi Kesiapan Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak

A Fungsi Ketenagaan

1 Faktor internal: Cukup Cukup


- Jumlah guru olahraga Tinggi Tinggi
- Kemampuan guru olahraga
dalam bola voli Tinggi Cukup tinggi
- Motivasi guru

2 Faktor eksternal:
- Pengalaman sebagai pelatih Cukup Kurang
- Dukungan orang tua Tinggi Tinggi
- Fasilitas pengembangan diri Ada Tidak ada

B Fungsi Sarana dan Prasarana

Faktor internal:
- Lapangan bola voli di sekolah. Tersedia dan Tersedia dan
layak pakai kurang layak
- Alat pendukung olahraga voli Tersedia & layak Tersedia dan
(net, bola) kurang layak
- Perawatan sarana dan Terawat dengan baik Terawat baik
prasarana

Faktor eksternal:
- Dukungan orangtua Tinggi Cukup
- Lapangan bola voli di Tersedia dan Tersedia dan
layak pakai kurang layak
tingkat kecamatan
Tingkat
Kriteria Kesiapan Kondisi Kesiapan
Fungsi dan Faktornya Faktor
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak

C Fungsi Pelatihan

1 Faktor internal:
- Pemberdayaan siswa Guru mampu Cukup mampu
memberdayakan
- Alokasi waktu pelatihan 3 kali seminggu Kurang
- Penggunaan waktu pelatihan Efektif Kurang efektif

2 Faktor eksternal:
- Kesiapan siswa dalam 100 % 80 %
menerima pelatihan
- Pelatih yang berpengalaman Tersedi Tidak ada
- Uji tanding dengan tim Tidak pernah
sekolah lain a
- Dukungan orangtua siswa 1 x sebulan Tinggi
dalam pelatihan.
Tinggi
9. Mengidentifikasi h. Pengaktifan bola voli sekolah.
Alternatif i. Peningkatan sarana prasarana olah raga bola
Pemecahan voli.
j. Peningkatan waktu latihan dan uji tandaing.
Guna mengatasi kelemahan dan ancaman, perlu k. Mendatangkan pelatih dari luar sekolah.
diidentifikasi alternatif pemecahan.

Contoh alternatif untuk kelemahan dan ancaman


10. Menyusun Program
pada sasaran 1:
Berdasarkan alternatif pemecahan yang diidentifikasi
a. Pengaktifan kegiatan MGMP.
b. Pengiriman guru mengikuti pelatihan. tersebut, kemudian disusun program beserta rincian

c. Peningkatan disiplin siswa. dan penanggungjawabnya.

d. Pembentukan kelompok diskusi terbimbing.


Contoh 1:
e. Peningkatan pengadaan buku.
f. Peningkatan layanan perpustakaan. Sasaran 1: Peningkatan GSA minimal +0,40
g. Contoh alternatif untuk kelemahan dan ancaman Rencana: Mengaktifkan MGMP, mengadakan diskusi
pada sasaran 2:
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

terbimbing, meningkatkan disiplin sekolah dan Contoh 2:


meningkatkan buku perpustakaan.
Sasaran 2: Menjadi finalis turnamen bola voli
tingkat kota.
Program 1: Pengaktifan MGMP
sekolah
Rencana: Peningkatan latihan dan uji tanding tim
Rincian Program:
bola voli sekolah, memperbaiki sarana prasarana
a. Menyusun strategi guna menyiasati kurikulum olah raga bola voli, meningkatkan perawatan
yang padat. sarana prasarana.
b. Membahas dan mencari pemecahan masalah
yang timbul. Program 1: Peningkatan latihan
c. Membantu guru lain dalam memahami dan uji tanding tim bola voli
materi yang sulit. sekolah.
d. Pertemuan periodik seminggu sekali, untuk
diseminasi hasil MGMP Kabupaten/Kota. Rincian Program:

e. Mengundang ahli dari sekolah lain atau a. Mengadakan latihan teratur 3 x seminggu
universitas untuk menyampaikan inovasi terbaru b. Mendatangkan pelatih berpengalaman dari luar
di bidang pembelajaran. c. Mengadakan lomba antar tim di sekolah.
d. Mengundang tim sekolah lain untuk uji
tanding. e. Melakukan evaluasi kinerja setiap tim.
Program 2: Diskusi terbimbing
f. Mengikuti turnamen bola voli tingkat kota/
Rincian Program: kabupaten.

a. Menyusun jadwal pembimbingan dan


Penanggungjawab: Dra. Siti Aminah (Guru
lokasi setiap kelompok.
Olahraga).
b. Membimbing siswa yang sedang mengadakan
diskusi.
Program dan kegiatan yang telah disusun sekolah
c. Mengoptimalkan peranan alumni untuk
bersama forum multi stakeholder sekolah yang
membimbing siswa.
dituangkan dalam dokumen perencanaan sekolah,
d. Melakukan evaluasi hasil bimbingan setiap
baik jangka menengah maupun tahunan perlu
kelompok.
mendapatkan dukungan dan komitmen dari berbagai
e. Meningkatkan variasi metode belajar
pihak, baik dari pihak sekolah, orangtua, komite
berdasarkan hasil evaluasi.
sekolah, masyarakat sekitar sekolah maupun Dinas
Pendidikan bahkan dari Pimpinan Daerah (Bupati/
Penanggungjawab Program: Drs. Amin Santoso
Walikota) dan termasuk pihak DPRD.
(Guru Matematika)
Forum multi stakeholder pendidikan berkewajiban
Untuk itu, diperlukan publikasi dan rekomendasi
untuk mengawal janji perbaikan pelayanan dan
teknis terkait dengan program dan kegiatan
rekomendasi perbaikan pelayanan ini hingga tahap
sekolah yang disampaikan secara formal kepada
implementasinya, serta menjembatani komunikasi
pihak Pemerintah Daerah untuk mendapatkan
antara pihak sekolah dan pemerintah daerah guna
dukungan dalam implementasinya.
implementasi program secara optimal.

Salah satu bentuk rekomendasi teknis yang


11. Menyusun Jadwal
dapat disampaikan adalah berupa:

Agar sasaran dan program tersebut jelas


Janji Perbaikan Pelayanan, yang merupakan
waktu pelaksanaannya, perlu disusun jadwal
respon dan komitmen sekolah terhadap hasil
pelaksanaan seperti Contoh 1.
survey pengaduan yang dapat dilaksanakan sendiri
oleh sekolah bersama komite sekolah
12. Menyusun Rencana
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan, yang
Kegiatan dan Anggaran
merupakan usulan yang disampaikan kepada pihak
Sekolah (RKAS)
Dinas/pemerintah atas solusi terhadap survei
pengaduan yang tidak dapat diselesaikan sendiri Rencana Anggaran yang disusun terdiri atas
oleh pihak sekolah dan komite, dan memerlukan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
dukungan Dinas pendidikan/ Pemerintah Daerah (RKAS) dan Anggaran Pembiayaan Total
untuk penyelesaiannya. seperti Contoh-2.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


94 r.id
Sekolah Sekolah r.id 95
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Contoh
1
Tata Kelola Manajemen Berbasis
96 r.id
Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Tata Kelola Manajemen Berbasis Sekolah


www.kinerja.or.id
97
Berorientasi Pelayanan
Publik
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

BAHAN PRESENTASI

PERENCANAAN STRATEGIS
(STRATEGIC PLANNING)
Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses
manajemen strategis yang terkait dengan proses identifikasi
tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau organisasi,
penggalian gagasan dan pilihan-pilihan, pengambilan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan, dan pemantauan (monitoring)
kemajuan atau kegagalan dalam rangka menentukan strategi
di masa depan (Nickols dan Thirunamachandran, 2000).

POSISI RENSTRA SEKOLAH DALAM RENSTRA SKPD

Rencana strategis, yang merupakan produk perencanaan strategis,


memuat visi, misi, tujuan, sasaran, cara mencapai tujuan dan sasaran
yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang realistis dengan
mengantisipasi perkembangan masa depan. Renstra strategis di tingkat
satuan pendidikan, sebenarnya merupakan penjabaran lebih lanjut
dari renstra satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Sementara renstra
SKPD juga disusun dengan memperhatikan Renstra Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (yang berubah nama menjadi Depdiknas).

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


98 r.id r.id 98
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
Penerapan
Manajemen Pelayanan Publik
di Sekolah

4
MODUL 4 BAHAN BACAAN :
PENERAPA
N
MANAJEME
N
Penerapan PELAYANAN
PUBLIK DI
Manajemen SEKOLAH
Pelayanan Publik
di Sekolah A. PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan dalam berbagai jenis dan


tingkatannya diselenggarakan pada hakekatnya
..... bukan untuk melayani dirinya sendiri, melainkan
agar peserta melayani kepentingan publik. Pelayanan publik,
menguasai termasuk di bidang pendidikan, sering menjadi
kemampuan sorotan terutama kalau sudah menyangkut aspek
mengelola kecepatan pelayanannya, memuaskan-tidaknya, dan
pelayanan publik sesuai harapan-tidaknya. Padahal, dalam perspektif
di sekolah. total quality management (TQM), publik di bidang
pendidikan adalah customer yang harus ditingkatkan
kepuasannya.

Temuan kurang baiknya sistem pelayanan publik,


termasuk dalam institusi pendidikan sedikitnya
disebabkan dua hal. Pertama, bahwa publik
sekarang telah mengalami perubahan sejalan
dengan gerakan reformasi secara nasional,
sehingga publik yang semula tidak berdaya
(powerless) menjadi berdaya, bahkan sangat
berdaya (powerfull). Kedua, kenyataan di lapangan
menunjukkan SDM institusi pendidikan belum
memberikan pelayanan publik yang memuaskan.
Pada latar institusi persekolahan, kedua alasan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
100 www.kinerja.o www.kinerja.o 100
Sekolah Sekolah
r.id r.id
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
tersebut jika diruntut akan berujung pada
persoalan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


101 www.kinerja.o r.id 101
Sekolah Sekolah
r.id
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

tenaga SDM di sekolah, yang terdiri atas tenaga 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
pendidik (guru) dan tenaga kependidikan: kepala 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sekolah, pengawas sekolah, SDM sekolah, tenaga 5. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008
perpustakaan sekolah dan tenaga laboratorium tentang Perubahan Kedua atas Undang-
sekolah. Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
Dalam perspektif yuridis, setidaknya menurut
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 beserta
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
peraturan perundangan-undangan turunannya,
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk C. KONDISI IDEAL
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga PELAYANAN PUBLIK
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
Menurut Lembaga Administrasi Negara
pengelolaan, pengembangan, pengawasan,
(2000), pelayanan publik (public service)
dan pelayanan teknis untuk menunjang
adalah pelayanan umum yang dilaksanakan
proses pendidikan pada satuan pendidikan.
oleh instansi pemerintah, termasuk institusi
Pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah, baik dalam upaya memenuhi
berkewajiban:
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
undangan. Pelayanan publik merupakan salah
mempunyai komitmen secara profesional untuk
satu perwujudan dari fungsi aparatur negara
meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi
sebagai abdi masyarakat disamping sebagai
teladan dan menjaga nama baik lembaga,
abdi negara. Pelayanan publik juga merupakan
profesi, dan kedudukan sesuai dengan
pelaksanaan dari peraturan pemerintah atau
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
pihak lain yang terkait. Pelayanan publik
juga dimaksudkan untuk mensejahterakan
B. DASAR HUKUM MANAJEMEN masyarakat, karena dengan pelayanan publik
PELAYANAN PUBLIK DI yang baik, diharapkan masyarakat dapat
SEKOLAH memenuhi kebutuhannya.

1. Undang-Undang Dasar Negara RepubIik


Pelayanan publik pada dasarnya merupakan
Indonesia Tahun 1945;
kombinasi dari berbagai fungsi yang titik
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun
tekannya tergantung lembaga dan personel
1974 tentang Pokok-Pokok
yang menerapkannya. Fungsi-fungsi yang
Kepegawaian
harus dikombinasikan dalam penerapan
3. UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999
pelayanan publik yang handal meliputi fungsi
tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian
instrumental, politik, katalis, public interest, dan pihak lain pembuat kebijakan pelayanan
entrepreneurial (Sunaryo, 2005). publik, dan diimplementasikan dalam bentuk
layanan konkret oleh tenaga administrasi.
Fungsi instrumental berkenan dengan Fungsi entrepreneurial, yang berkenaan
menjabarkan perundang-undangan dan dengan memberi inspirasi bagi kegiatan-
kebijakan publik ke dalam kegiatan rutin. Hal kegiatan inovatif dan non-rutin. Dalam
ini terkait dengan sosialisasi kebijakan yang pelayanan publik diupayakan ada ruang untuk
berlaku bagi kegiatan tertentu yang berkaitan melakukan pembaharuan-pembaharuan
dengan pelayanan publik. Masyarakat butuh agar mempermudah, mempermurah dan
kejelasan kebijakan untuk urusan-urusan yang mempercepat serta memperakurat data/
menyangkut dirinya. Semakin jelas kebijakan informasi dalam pelayanan publik. Jika perlu,
apa yang diterapkan untuk menyelesaikan boleh menyimpang dari kelaziman asal tidak
urusan tertentu bagi masyarakat, maka keluar dari koridor aturan dan misi sekolah.
semakin baik pula pelayanan publik tersebut. Di sinilah peran strategis tenaga administrasi
SDM sekolah memegang peranan penting ditantang, bagaimana agar lembaganya tetap
dalam fungsi instrumental ini, karena lalu akuntabel secara administratif.
lintas informasi yang terkait dengan undang-
undang dan peraturan pemerintah senantiasa Birokrasi publik (termasuk birokrasi sekolah
melewati mereka. dikatakan profesional) manakala dalam
pelayanan publik menunjukkan perilaku
Fungsi politik pelayanan publik berarti bertanggungjawab. Konsep tanggungjawab
memberikan input yang dapat berupa saran dibedakan menjadi 3, yaitu responsibilitas
dan informasi. Berarti bahwa dalam (responsibility), akuntabilitas (accountability),
pelayanan publik diperlukan tambahan dan responsivitas (responsiveness)
informasi kepada masyarakat untuk para pemberi layanan (Widodo, 2004).
memperjelas sistem pelayanan publik yang Responsibilitas diartikan sebagai kemampuan
diberikan. SDM sekolah banyak berperan untuk melaksanakan apa yang menjadi
sebagai informan berbagai kebijakan sekolah tugas pokok, fungsi, kewenangan, dan
kepada stake holders-nya. tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Tanggungjawab berarti capable to do atau
Pelayanan publik tidak boleh meninggalkan professionality dan rasa tanggungjawab (sense
interes dan aspirasi masyarakat yang of responsibility). Profesional berarti bahwa
memerlukan pelayanan. Hal ini sesuai tatausahawan dituntut memiliki kecakapan
dengan fungsi katalis public interest. Interes teknis yang memadai dalam menjalankan tugas
dan aspirasi masyarakat diintegrasikan pokok, fungsi, kewenangan, dan tangungjawab
dengan kebijakan dan keputusan pemerintah
atau
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dalam pelayanan publik. Dengan memiliki terhadap permasalahan, kebutuhan, keluhan,


kecakapan teknis, mereka dapat dan aspirasi stake holders sekolah yang
menjalankan tugas dan tanggungjawab dilayani.
secara efektif, efisien, dan produktif. Rasa
tanggungjawab berarti SDM sekolah Sunarto (2005) menyatakan bahwa prinsip-
melaksanakan tugas dan prinsip dalam pelayanan publik meliputi:
tanggungjawabnya secara serius meskipun tidak berdayakan masyarakat, yang dapat
ada pihak lain yang mengawasinya. Tenaga berupa penciptaan iklim kebebasan untuk
administrasi tetap menjaga keberpihakan berprakarsa dan berkreasi bagi masyarakat;
kepada kepentingan publik, meskipun untuk optimalkan pelayanan publik, yakni pelayanan
melakukan penyelewengan bagi mereka masyarakat yang efisien, adil, mudah dan
cukup terbuka. mendekatkan unit pelayanan ke masyarakat;
buka ruang partisipasi publik, dimana dalam
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk manajemen di lembaga pendidikan sedapat
memberikan pertanggungjawaban atau mungkin (jika perlu) melibatkan masyarakat
menjawab dan menerangkan kinerja atas dalam merencanakan, pengorganisasian,
tindakan seseorang/pimpinan/badan hukum melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan; dan
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki ubah gaya kerja personel lembaga pendidikan,
hak atau kewenangan untuk meminta yang semula ingin dilayani menjadi pelayan bagi
keterangan atau pertanggungjawaban. Untuk masyarakat yang memerlukan.
kepentingan ini, SDM sekolah hendaknya
bersikap transparan (transparency) dan
terbuka (openness) atas apa yang D. KONDISI RIIL
ditanyakan publik. Tenaga administrasi PELAYANAN PUBLIK
dinyatakan akuntabel manakala mereka
dinilai secara obyektif oleh masyarakat telah Menurut hasil survey yang dilakukan UGM pada

dapat mempertanggungjawabkan segala tahun 2002, sebagaimana dikedepankan oleh

macam perbuatan, sikap, dan sepak Imron (2007), bahwa secara umum stakeholders

terjangnya kepada publik. menilai bahwa kualitas pelayanan publik


mengalami perbaikan setelah diberlakukannya

Responsivitas diartikan sebagai daya tanggap otonomi daerah. Namun jika dilihat dari sisi

tenaga administrasi terhadap apa yang menjadi efisiensi dan efektivitas, responsifitas, dan

permasalahan, kebutuhan, keluhan, dan kesamaan perlakuan (tidak diskriminatif) masih

aspirasi publik yang dilayaninya. Dengan jauh dari yang diharapkan.

demikian, SDM sekolah dikatakan responsif


(cepat tanggap dan cepat menanggapi) yang
tinggi jika tanggap
Temuan Mohamad, bahwa pelayanan yang terjadi ketika pelayanan diberikan, juga sangat
dilakukan oleh institusi publik paling tidak sulit. Akibatnya, berbagai masalah pelayanan
ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut. memerlukan waktu yang lama untuk
Pertama, masih kurang responsif. Kondisi ini diselesaikan. Ketujuh, kurang mau mendengar
terjadi pada hampir semua tingkatan unsur keluhan/saran/aspirasi masyarakat. Pada
pelayanan, mulai pada tingkatan petugas umumnya aparat pelayanan kurang memiliki
pelayanan (front line) sampai dengan tingkatan kemauan untuk mendengar keluhan/saran/
penanggungjawab institusi. Respon terhadap aspirasi dari masyarakat. Akibatnya,
berbagai keluhan, aspirasi, maupun harapan pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya,
masyarakat seringkali lambat atau bahkan tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.
diabaikan sama sekali. Kedua, masih kurang Kedelapan, masih menunjukkan inefisien.
informatif. Berbagai informasi yang seharusnya Berbagai persyaratan yang diperlukan
disampaikan kepada masyarakat, lambat atau (khususnya dalam pelayanan perijinan)
bahkan tidak sampai kepada mereka. Keempat, seringkali tidak relevan dengan pelayanan
kurang accessible. Berbagai unit pelaksana yang diberikan.
pelayanan terletak jauh dari jangkauan
masyarakat, sehingga menyulitkan bagi
mereka yang memerlukan pelayanan tersebut. E. PERGESERAN
Kelima, kurang koordinasi. Berbagai unit PARADIGMA PELAYANAN
pelayanan yang terkait satu dengan lainnya PUBLIK DI SEKOLAH
sangat kurang berkoordinasi.
Sekolah (terutama yang berstatus negeri)

Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih adalah ujung tombak terdepan dalam

ataupun pertentangan kebijakan antara satu pelayanan publik di lingkungan Depdiknas.

instansi pelayanan dengan instansi pelayanan Dalam persoalan pendidikan anak, orangtua

lain dan masyarakat selalu menginginkan agar

yang terkait. Keenam, masih terlalu birokratis. anaknya mendapatkan pendidikan terbaik

Pelayanan pada umumnya dilakukan dengan dan mendapatkan pelayanan yang prima.

melalui proses yang terdiri dari berbagai Oleh karena itu, sekolah haruslah responsif

level, sehingga menyebabkan penyelesaian dalam menyikapi kemauan masyarakat

pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan tanpa mengorbankan efisiensi dan efektifitas

dengan penyelesaian masalah pelayanan, penyelenggaraan sekolah.

kemungkinan tenaga administrasi untuk dapat


menyelesaikan masalah sangat kecil, dan di Salah satu cara yang dapat digunakan sekolah

lain pihak kemungkinan masyarakat untuk agar dapat melayani masyarakat dengan prima

bertemu dengan penanggungjawab pelayanan, adalah kemauan untuk menggeser paradigma

dalam rangka menyelesaikan masalah yang birokrasi yang lebih sibuk dengan urusan
internal, menjadi berorientasi pada pelanggan
sekolah. Sekolah diharapkan memposisikan Untuk mewujudkan dan mempertahankan
pelanggan sebagai hal yang paling depan. kepuasan pelanggan sekolah, dapat dilakukan
Oleh sebab itu, pelanggan dipakai sebagai 4 hal sebagaimana pendapat Ramalia (2001).
sasaran pencapaian tujuan. Sekolah selalu Pertama, mengidentifikasi kembali siapa
mendengar suara pelanggan, memperhatikan pelanggan sekolah tersebut. Di sini peran
kebutuhan dasar dan keinginan pelangggan, personel hubungan masyarakat, dengan
dan memperhatikan hukum pelanggan bantuan staf tata usaha haus dilakukan.
(termasuk dalam hal ini hak-hak pelanggan Stakeholder dalam arti luas dilibatkan dalam
sekolah) (Ramalia dalam LAN, 2001). pembuatan keputusan utamanya berkenaan
dengan kepuasan pelayanan publik di sekolah.
Dalam meningkatkan daya saing sekolah, perlu Kedua, perlunya memahami tingkat harapan
perubahan paradigma birokrasi di sekolah. pelanggan sekolah atas kualitas pelayanan.
Yang semula sekolah lebih banyak melayani
kebutuhan birokrasi yang lebih tinggi dan Harapan tingkat kepuasan pelanggan, penting
kemungkinan sekolah sendiri minta dilayani diketahui sebagai acuan untuk menentukan
masyarakat, maka diubah agar sekolah lebih tujuan dan tolok kepuasan pelanggan. Tanpa
responsif dalam memberikan pelayanan yang tolok ukur yang jelas, maka kepuasan pelanggan
bersifat memenuhi kebutuhan pelanggan atau atau pengguna jasa pelayanan di sekolah sulit
masyarakat yang memerlukan. diketahui.

Pelayanan pelanggan sekolah diartikan Ketiga, memahami strategi kualitas layanan


sebagai proses yang secara sadar dan pelanggan yang terwujud dalam standar
terencana yang dilakukan oleh sekolah melalui pelayanan prima. Standar pelayanan yang
pemberian pelayanan kepada pelanggan agar dipakai sebagai tolok ukur adalah standar
pelanggan mencapai kepuasan secara optimal. pelayanan prima. Hal ini dapat dicapai
Untuk melalui strategi yang dapat menjamin kualitas
dapat menjalankan fungsi yang memuaskan pelayanan prima yang didukung pula oleh
pelanggan, bagi sekolah tidak lepas dari personel pelayanan yang prima. Keempat,
kreatifitas tata usahawannnya. SDM sekolah memahami siklus pengukuran dan umpan
perlu kreatif mengidentifikasi masalah-masalah balik dari kepuasan pelanggan. Umpan balik
yang sedang maupun yang akan dihadapi penting untuk mekanisme perencanaan dan
dalam praktik pemberian layanan sehari-hari. pelaksanaan pelayanan berikutnya. Dengan
Hal ini sebagai upaya untuk memecahkan umpan balik akan dapat diketahui hal-hal mana
masalah yang sedang dihadapi dan upaya yang perlu diperbaiki dan mana yang perlu
mengantisipasi pemecahan masalah yang dipertahankan atau ditingkatkan.
kemungkinan akan dihadapi pada masa yang
akan datang.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


105 r.id r.id 105
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Lebih lanjut Ramalia (2001) mengemukakan a. TK/RA atau bentuk lain yang sederajat
bahwa layanan pelanggan sekolah yang baik sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
memperhatikan sembilan aspek keinginan TK/RA dan tenaga kebersihan TK/RA.
pelanggan sebagai berikut: (1) bebas membuat b. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
keputusan; (2) memperoleh hasil sesuai dengan kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,
keinginan; (3) mempertahankan harga diri; (4) tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan
mendapatkan perlakuan secara adil; (5) tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
diterima dan disambut secara baik; (6) c. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat
diberitahukan segala sesuatu yang terjadi; (7) dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat
merasa aman dan dilindungi haknya; (8) sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/
didudukkan sebagai orang penting; dan (9) madrasah, tenaga administrasi, tenaga
menuntut keadilan. perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga
kebersihan sekolah/madrasah.
Perubahan paradigma yang disikapi oleh d. SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
sekolah dalam hal ini cukup banyak. sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/
Diantaranya, bahwa sekolah hendaknya madrasah, tenaga administrasi, tenaga
mengikutsertakan pembuatan keputusan bagi perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga
pelanggannya. Pelanggan perlu diikutsertakan kebersihan sekolah/madrasah.
dalam perencanaan hal-hal penting bagi e. SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain
keberlanjutan pelaksanaan pendidikan anak- yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas
anak di sekolah, antara lain penentuan kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga
pelaksanaan kurikulum sekolah, proses perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga
belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar,
pendidikan moral. Peranan staf tata usaha psikolog, pekerja sosial, dan terapis.
sebagai supporting system di sekolah sangatlah f. Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-
penting. kurangnya terdiri atas pengelola kelompok
belajar, tenaga administrasi, dan tenaga
perpustakaan.
F. POSISI STRATEGIS
SDM SEKOLAH
Agar pelayanan publik yang dilakukan oleh SDM
sekolah dapat optimal, ada beberapa kriteria,
Berdasarkan ketentuan dalam Standarisasi Nasional
yakni kesederhanaan, kejelasan dan kepastian,
Pendidikan, jenis SDM di sekolah, diatur menurut
keamanan, keterbukaan, efisiensi, ekonomis,
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pada pasal 35-
keadilan, ketepatan waktu dan kuantitatif.
37 dinyatakan sebagai
Kesederhanaan, artinya bahwa pelayanan publik

berikut: Tenaga kependidikan

pada:
dilaksanakan secara mudah, cepat, tepat, tidak jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin
berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dengan distribusi yang merata dan diberlakukan
dilaksanakan oleh masyarakat yang memerlukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
pelayanan. Sistem pelayanan publik dengan Faktor ketepatan waktu, artinya pelayanan kepada
sederhana perlu dilaksanakan, mengingat masyarakat harus tepat waktu sesuai yang
sebagian besar masyarakat Indonesia (penerima ditentukan dan diinformasikan kepada masyarakat.
layanan) masih berpendidikan rendah. Yang terakhir adalah faktor kuantitatif, yakni
jumlah masyarakat yang dilayani naik atau turun,
Kejelasan dan kepastian tentang prosedur/tata rata-rata lamanya waktu pelayanan, penggunaan
cara pelayanan, persyaratan pelayanan, unit perangkat teknologi modern untuk memperlancar
kerja atau personel yang bertanggungjawab pelayanan, dan frekuensi keluhan dan pujian dari
memberikan pelayanan, rincian biaya dan tata masyarakat yang diberi layanan; semua itu terdata
cara pembayaran pelayanan (jika ada), dan secara kuantitatif sebagai upaya terus menerus
jadwal waktu penyelesaian pelayanan. mengembangkan pelayanan kepada masyarakat.
Tentang hal ini perlu diinformasikan secara
jelas kepada masyarakat luas, utamanya yang
memerlukan pelayanan publik. G. PERILAKU SDM SEKOLAH

Keamanan, dimana proses dan hasil Agar pelayanan publik di sekolah bisa memuaskan
pelayanan dapat memberikan keamanan dan customer, sejumlah perilaku pelayanan haruslah
kenyamanan bagi masyarakat yang dilayani. dapat diinternalisasikan dan bahkan ditunjukkan
Faktor keterbukaan, artinya segala hal yang oleh SDM sekolah dalam memberikan layanan
bekenaan dengan pelayanan yang diberikan kepada customer-nya. Sejumlah perilaku pelayanan
kepada masyarakat diberitahukan secara tersebut, menyangkut waktu, kecermatan, hepful
terbuka kepada masyarakat yang dilayani. dan friendly, responsif, proaktif, profesionalitas,
Kriteria lain adalah efisiensi, dimana persyaratan kapabel dan cakap (Imron, 2007). Terkait dengan
pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang waktu, perilaku berikut haruslah dapat ditunjukkan,
berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran yaitu:
pelayanan, dan tidak boleh ada pengulangan
persyaratan. 1. SDM sekolah memahami ketepatan waktu
sangat penting diperhatikan dalam memberikan

Kriteria ekonomis, berarti biaya pelayanan harus layanan kepada customer.

ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai 2. SDM sekolah mengetahui target waktu yang

barang dan jasa pelayanan, kondisi/kemampuan diperlukan untuk memberikan layanan kepada

masyarakat, dan ketentuan perundangan yang customer.

berlaku. Faktor keadilan dan merata, dimana 3. SDM sekolah selalu mengusahakan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

4. SDM sekolah memiliki sense perfective atas


memberikan layanan kepada customer lebih
segala layanan yang dilakukannya.
cepat dari batasan waktu yang ditetapkan.
5. SDM sekolah memiliki inisiatif untuk melakukan
4. SDM sekolah, jika dirasakan perlu, meluangkan
upaya pencegahan terhadap kesalahan/
waktu melebihi dari waktu yang ditetapkan
kelemahan/hambatan layanan kepada
dalam memberikan layanan administrasi kepada
customer.
customer.

SDM sekolah sepatutnya juga hepful dan friendly.


Terkait dengan relevansi layanan, perilaku
Oleh karena itu, perilaku demikian akan ditunjukkan
berikut haruslah dapat ditunjukkan:
manakala:
1. SDM sekolah dapat memposisikan diri sesuai
dengan TUPOKSI dalam memberikan 1. SDM sekolah menyadari, bahwa keberadaan
layanan kepada customer. dirinya sangat banyak ditentukan oleh
2. SDM sekolah menyadari keterkaitan TUPOKSI keberadaan customer-nya.
dengan keseluruhan layanan administrasi di 2. SDM sekolah menyadari, bahwa tanpa ada
dalam maupun di luar unit kerja. customer, sesungguhnya dirinya tidak akan
3. SDM sekolah memahami dan mampu punya fungsi dan peran apapun dalam
mempraktikkan TUPOKSI-nya dalam lingkup pekerjaannya.
rangka pemberian layanan administrasi 3. SDM sekolah menyadari, bahwa customer
kepada customer. adalah segalanya, karena itu ia senantiasa
4. SDM sekolah mendahulukan kepentingan berpikir bahwa keberadaaan dirinya adalah
customers, sehingga mereka merasakan untuk membantu mereka.
kepuasan dari layanan yang diterimanya. 4. SDM sekolah merasa bangga dan senang, jika
persoalan yang dimiliki oleh customer sedikit
Agar tenaga administrasi bisa cermat dalam banyak telah terpecahkan melalui bantuan dan
memberikan pelayanan, perilaku berikut haruslah pekerjaan yang ia lakukan.
memainkan peranan sebagai berikut: 5. SDM sekolah menyadari, bahwa yang menjadi
1. SDM sekolah memahami langkah-langkah pelayan adalah dirinya, karena itu ia tidak
kerja yang harus dilalui sebelum memberikan pernah berpikir bahwa customer-lah yang harus
layanan. melayani dirinya.
2. SDM sekolah menggunakan peralatan bantu 6. Ketika memberikan layanan, SDM sekolah
untuk kecepatan dan ketepatan proses melakukannya dengan sungguh-sungguh.
dalam memberikan layanan kepada 7. Dalam memberikan layanan, SDM sekolah
customer. melakukannya dengan senang hati.
3. SDM sekolah berupaya melakukan check 8. Dalam memberikan layanan, SDM
and recheck atas hasil layanan yang sekolah menunjukkan wajah yang ramah,
diberikan kepada customer. menyenangkan, smile, tidak sangar.

Tata Kelola Manajemen Berbasis


r.id 108
Berorientasi Pelayanan Sekolah
Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

www.kinerja.or.id
108 Tata Kelola Manajemen Berbasis
Sekolah

Tata Kelola Manajemen Berbasis


www.kinerja.o 109
Berorientasi Pelayanan Sekolah
r.id
Publik Berorientasi Pelayanan
9. Dalam memberikan pelayanan, tenaga urusannya, dan bukan sebaliknya, bagaimana agar
administrasi sekolah memperlakukan pihak mereka mendapatkan kesukaran.
yang dilayani sebagai customer (pelanggan).
10. Jika SDM sekolah mempunyai persoalan 7. SDM sekolah berusaha agar persoalan yang

(pribadi, sosial, pekerjaan), tidak dibawanya dihadapi oleh klien terkait layanan yang ia
ke tempat kerja, apa lagi sampai dapatkan, secepatnya dapat dituntaskan.
berpengaruh terhadap cara memberikan 8. SDM sekolah berusaha untuk mengetahui
layanan kepada customer-nya. alur kerja sejawatnya, agar ketika sejawatnya
berhalangan, ia akan dapat menggantikan dalam

Responsiveness dan pro-aktif juga akan memberikan pelayanan.

dapat ditunjukkan, manakala: 9. Ketika customer tidak mengerti cara mengakses


pelayanan, SDM sekolah berusaha secepatnya
1. SDM sekolah senantiasa berpikir dan berangan-
untuk memberikan bantuan, tanpa terus
angan, kapan ia harus melayani customer-nya.
menunggu perintah dari atasan langsungnya.
Bukan sebaliknya, kapan ia berhenti tidak
10. Ketika ia punya persoalan dan kesulitan dalam
memberikan pelayanan kepada customer.
setiap memberikan pelayanan, ia tanya kepada
2. SDM sekolah menyadari, bahwa pekerjaan
atasannya atau sejawatnya, dan tidak justru
melayani customer adalah tanggungjawab
menunggu kapan sejawat dan atasannya
dirinya sepenuhnya. Karena itu, ketika
bertanya kepada dirinya.
memberikan pelayanan tidak menunggu
perintah dari atasannya.
Profesionalitas, kapabilitas dan kecakapan juga
3. SDM sekolah senantiasa berpikir, bahwa yang
akan dapat ditunjukkan, manakala:
harus ia utamakan dalam memberikan layanan
adalah customer. Karena itu, ia selalu berusaha 1. SDM sekolah menyusun schedule secara
untuk mengutamakan kepentingan customer pribadi untuk penyelesaian pekerjaannya,
dalam setiap memberikan pelayanan. sehingga seluruh pekerjaan yang menjadi
4. SDM sekolah berusaha agar customer tanggungjawabnya, benar-benar terencana
yang dilayani tidak usah menunggu lama (by design).
untuk mendapatkan pelayanan dari dirinya. 2. Tenaga administrasi sekolah memahami
5. Ketika ada customer yang kebingungan prosedur dan alur kerja beserta dengan jiwa
saat berproses mendapatkan pelayanan, yang dikandung oleh prosedur dan alur
SDM sekolah menawarkan bantuan, kerja tersebut.
dengan menanyakan: apa yang dapat saya 3. Dalam setiap memberikan pelayanan kepada
bantu? customer, SDM sekolah senantiasa berpedoman
kepada alur kerja yang telah ditetapkan oleh
SDM sekolah senantiasa berpikir dan berusaha atasannya.
bagaimana agar customer menjadi mudah
dalam
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

4. Dalam setiap memberikan pelayanan, SDM F. TANTANGAN


sekolah selalu mencari cara-cara yang tercepat, PELAYANAN PUBLIK DI
tertepat dan terakurat, tanpa keluar dari koridor SEKOLAH
dan jiwa prosedur yang telah ditetapkan.
5. Dalam melaksanakan setiap pekerjaannya,
SDM sekolah bertindak tenang dan tidak Sebagai institusi yang banyak memberikan
panik meskipun ketika berada dalam tekanan. pelayanan publik, sekolah seharusnya mendapat
6. Dalam menyelesaikan pekerjaan, SDM dukungan dari publik yang dilayani. Jika tidak,
sekolah mengutamakan ketuntatasan maka sekolah sebagai institusi yang memberikan
pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, pelayanan kepada publik akan mengalami
dan tidak semata- mata mengacu kepada kepayahan dan bahkan kelumpuhan. Oleh
waktu dan jam kerja. karena
7. Terhadap berbagai persoalan terkait dengan itu, kepala sekolah beserta dengan tenaga pendidik
pekerjaannya, tenaga administrasisekolah di sekolah hendaknya berusaha mendapatkan
selalu mencari alternatif solusi yang terbaik, dukungan dari publik yang dilayani. Dukungan
tanpa harus melanggar koridor aturan dan tersebut, dimulai dari penyusunan program,
prosedur beserta dengan jiwa yang dikandung pelaksanaan program, dan bahkan sampai ke
oleh aturan dna prosedur tersebut. aspek pembiayaan pelayanan programnya.
8. Terhadap pekerjaan yang harus ia selesaikan,
Di era otonomi daerah, sekolah telah mendapatkan
SDM sekolah tidak menunda-nunda
dana dari pemerintah yang disebut dengan dana
(menggampangkan), karena jika menumpuk,
operasional sekolah (BOS). Dalam realitas, BOS
akan memperendah mutu pelayanan yang dapat
tersebut belum bisa mencukupi semua kegiatan
ia berikan.
operasional sekolah. Sekolah juga tidak boleh
9. Ketika ada sejawat yang mengalami masalah
menggunakan dana BOS tersebut sesuai dengan
terkait dengan pekerjaannya, SDM sekolah
kebutuhan riilnya. Penggunaan dana BOS haruslah
akan membantu memecahkannya, sehingga
sesuai dengan pedoman yang berlaku.
pekerjaan sejawatnya tidak terbengkelai, dan
bisa memuaskan customernya. Dari pengalaman selama proses pendampingan
10. SDM sekolah selalu berusaha melakukan MBS, banyak sekolah yang masih belum dapat
perbaikan terus menerus mutu pelayanan mencukupi kebutuhan operasionalnya jika hanya
(kaizen) yang ia berikan sehingga kepuasan mengandalkan BOS. Dana BOS, dengan jumlah
customer-nya makin lama makin meningkat. yang tidak mencukupi tersebut, juga masih
sering behadapan dengan tantang yang lebih
berat,
ialah tidak selalu bisa cair tepat waktu atau sering
mengalami keterlambatan. Oleh karena itu,
sekolah- sekolah yang didampingi dalam
menerapkan MBS seringkali mengeluhkan aspek
pendanaan ini,
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
1101 r.id r.id 110
Sekolah Sekolah
10 Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
karena banyak pemerintah daerah yang melarang pengelolaan pendidikan, serta biaya pribadi
menggali partisipasi masyakata dalam penggalian peserta didik sesuai peraturan perundang-
dana.Berkenaan dengan hal tersebut, maka undangan.
turunlah Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun Sumber anggaran pendidikan di sekolah bisa
2012 tentang pungutan dan sumbangan biaya berasal dari:
pendidikan pada satuan Pendidikan Dasar.
Meskipun beberapa pemerintah daerah juga ada 1. Anggaran pendapatan dan belanja daerah;

yang menolak 2. Sumbangan dari peserta didik atau orang tua/

Peraturan Menteri tersebut, karena sekolah gratis walinya;

sudah terlanjur menjadi janji elit politik daerah 3. Sumbangan dari pemangku kepentingan

yang sedang berkuasa. Adapun isi Peraturan pendidikan dasar di luar peserta didik atau

Mendikbud tersebut antara adalah sebagai berikut: orang- tua/walinya;


4. Bantuan lembaga lainnya yang tidak mengikat;
1. Pungutan adalah penerimaan biaya 5. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat;
pendidikan baik berupa uang dan/atau 6. Sumber lain yang sah.
barang/jasa pada satuan pendidikan dasar
yang berasal dari peserta didik atau Pungutan yang dilakukan oleh satuan pendidikan
orangtua/wali secara langsung yang dasar yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib
bersifat wajib, mengikat, serta jumlah dan memenuhi ketentuan sebagai berikut:
jangka waktu pemungutannya ditentukan
1. Didasarkan pada perencanaan investasi dan/
oleh satuan pendidikan dasar.
atau operasi yang jelas dan dituangkan dalam
2. Sumbangan adalah penerimaan
rencana strategis, rencana kerja tahunan, serta
biayapendidikan baik berupa uang dan/atau
anggaran tahunan yang mengacu pada Standar
barang/jasa yang diberikan oleh peserta
Nasional Pendidikan;
didik, orangtua/wali, perseorangan atau
2. Perencanaan investasi dan/atau operasi
lembaga lainnya kepada satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dasar yang bersifat sukarela, tidak memaksa,
diumumkan secara transparan kepada
tidak mengikat, dan tidak ditentukan
pemangku kepentingan satuan pendidikan
oleh satuan pendidikan dasar baik
terutama orang tua/wali peserta didik, komite
jumlah maupun jangka waktu
sekolah, dan penyelenggara satuan pendidikan
pemberiannya.
dasar;
3. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan
3. Dimusyawarahkan melalui rapat komite sekolah;
sumberdaya keuangan yang diperlukan untuk
dan
pengelolaan satuan pendidikan dasar.
4. Dana yang diperoleh dibukukan secara
4. Biaya pendidikan adalah sumber daya keuangan
khusus oleh satuan pendidikan dasar terpisah
yang disediakan dan/atau diperlukan untuk biaya
dari
satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dana yang diterima dari penyelenggara satuan dilaksanakan sekolah dalam merespon
pendidikan dasar dan disimpan dalam rekening pengaduan yang masuk;
atas nama satuan pendidikan dasar. e. Forum multi stakeholder ikut memonitor
realisasi Janji Perbaikan Pelayanan Sekolah.

G. BEBERAPA CONTOH
2. Meningkatkan partisipasi multi pihak dalam
PENERAPAN PELAYANAN
meningkatkan pelayanan sekolah melalui:
PUBLIK DI SEKOLAH
MITRA KINERJA a. Komite sekolah bersama orangtua ikut
berperan aktif dalam mendukung perbaikan
Selama pendampingan teknis Program KINERJA di pelayanan dengan pengelolaan kantin
sekolah mitra di 4 propinsi wilayah kerja KINERJA sehat, pengelolaan lahan kering untuk
antara lain adalah: kebun sekolah, kegiatan-kegiatan ekstra
kurikuler lainnya;
1. Sekolah memberikan ruang partisipasi
b. Pihak Pemerintah dan SKPD terkait
masyarakat yang lebih luas, meningkatkan
memberikan perhatian dan dukungan
transparansi dan responsibilitas sekolah
terhadap usulan peningkatan pelayanan
antara lain melalui:
sekolah yang disampaikan dalam
a. Pelaksanaan survei pengaduan, dimana Rekomendasi Peningkatan Pelayanan
kuisioner survei disusun secara partisipatif sebagai respon terhadap hasil survei
oleh multi stakeholder pendidikan dan pengaduan;
kuisioner diisi oleh siswa dan orangtua c. Siswa, guru dan karyawan sekolah ikut
siswa; bertanggung jawab terhadap kondisi sekolah.
b. Hasil survei pengaduan yang telah
dikonfirmasi kebenarannya dipublikasikan
di papan publikasi sekolah, sehingga dapat 3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

diketahui oleh seluruh stakeholder sekolah/ sekolah, antara lain melalui:

publik;
a. Publikasi perencanaan dan penganggaran
c. Bersama forum multi stakeholder sekolah,
sekolah di papan publikasi sekolah;
merespon hasil survei pengaduan,
b. Publikasi laporan keuangan sekolah
selanjutnya mendiskusikan dan menyusun
termasuk penggunaan dana BOS di papan
Janji Perbaikan Pelayanan guna perbaikan
publikasi sekolah;
pelayanan sekolah;
c. Publikasi tata tertib siswa, guru dan
d. Janji perbaikan pelayanan dipublikasikan di
kepala sekolah, sehingga seluruh
papan publikasi sekolah, sehingga publik
stakeholder sekolah saling memahami
memahami upaya dan langkah yang akan
tata tertib yang berlaku.
4. Meningkatkan kejelasan pelayanan,
informasi, aksesibilitas dan pemerataan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
1121 www.kinerja.o www.kinerja.o 1121
Sekolah Sekolah
r.id r.id
12 Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan 12
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

pelayanan bagi seluruh siswa, antara lain d. Memberikan ruang bagi para ibu menyusui
melalui: yang menjemput anaknya di sekolah melalui
penyediaan pojok laktasi di sekolah.
a. Adanya SOP (standard operasional
prosedur) untuk beberapa proses
6. Perubahan perilaku guru, kepala sekolah dan
penting, misalnya SOP Penerimaan
karyawan sekolah, antara lain melalui:
Siswa Baru, SOP Perpustakaan;
b. Adanya informasi pelayanan yang jelas
a. Slogan senyum, sapa, salam yang
bagi siswa, misalnya hari dan jam
dipampangkan di ruang publik;
pelayanan perpustakaan, penggunaan lab
b. Siswa lebih memiliki keberanian dan
komputer, konseling siswa, pelayanan
keaktifan untuk bertanya dan berdiskusi
kesehatan siswa (pemeriksaan gigi, mata);
kepada guru;
c. Publikasi kalender akademik sekolah di
c. Keteladanan perilaku akan mendapat
papan publikasi, agar menjadi perhatian
perhatian lebih, karena siswa dan orangtua
bersama dan siswa mendapatkan dukungan
akan melihat dan berhak memberikan
khususnya di masa-masa ulangan
pengaduan.
semester dan kenaikan kelas;
d. Publikasi nama dan nomer HP guru,
untuk memberikan kemudahan orangtua 7. Sarana dan prasarana pendukung pelayanan

dalam berkomunikasi dengan guru kelas; publik yang lebih baik antara lain:

e. Publikasi siswa berprestasi agar


a. Tersedianya washtafel untuk sarana cuci
memberikan penghargaan bagi yang
tangan siswa yang memadai;
bersangkutan serta memotiviasi bagi
b. Tersedianya tempat parkir yang aman;
siswa lainnya.
c. Ruang kelas dan halaman sekolah yang
lebih baik dan nyaman;
d. Peningkatan penghijauan sekolah, dengan
5. Kesetaraan gender dalam pelayanan di
peran aktif siswa;
sekolah, antara lain melalui:
e. Ketersediaan buku yang memadai, fasilitas
a. Penyediaan toilet siswa dan guru yang belajar mengajar yang lebih baik.
dibedakan untuk laki-laki dan perempuan;
b. Penyediaan pembalut atau keperluan
khusus lainnya di ruang UKS;
c. Pemilihan komite sekolah yang
memperhatikan pula keterwakilan laki-
laki dan perempuan;

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


1131 r.id r.id 1131
Sekolah Sekolah
13 Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan 13
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

BAHAN PRESENTASI

PRINSIP LAYANAN
PUBLIK

Berdayakan
masyarakat

Optimalkan pelayanan
publik

Buka ruang partisipasi


publik

Ubah gaya kerja


personel

KONDISI RIIL PELAYANAN PUBLIK

- kurang
- kurang koordin
responsif asi
- kurang - terlalu
informatif birokra
- kurang tis
accsessible -
- inefisien mengabaik
an kritik
PERGESERAN
PARADIGMA PELAYANAN
PUBLIK

BIROKRASI YANG BIROKRASI YANG


LEBIH SIBUK BERORIENTASI
DENGAN URUSAN PADA PELANGGAN
INTERNAL SEKOLAH
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Peran Serta
Masyarakat dan
Stakeholder dalam
Pelayanan Publik
di Sekolah

5
Tata Kelola Manajemen Berbasis
r.id 1171
Berorientasi Pelayanan Sekolah
Publik Berorientasi Pelayanan 17
MODUL 5 BAHAN BACAAN :
PERAN SERTA
MASYARAKAT
Peran Serta DAN
STAKEHOLDER
Masyarakat dan DALAM
PENINGKATAN
Stakeholder PELAYANAN PUBLIK
DI SEKOLAH
dalam
Pelayanan Publik
A. PENDAHULUAN
di Sekolah Salah satu esensi regulasi tentang desentralisasi
dan otonomi daerah bidang pendidikan adalah
pemberian wewenang, peluang dan keleluasaan
yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada
.....
daerah dan masyarakat untuk mengatur dan
agar peserta menyelenggarakan urusan wajib bidang pendidikan.
menguasai Disamping melaksanakan kewenangan bidang
peningkatan peran pendidikan atas prakarsa sendiri sesuai dengan
serta masyakarat kepentingan masyarakat dan potensi daerah
dan stakeholder setempat.
.....
Dalam perspektif teoritik, desentralisasi
dan demokratisasi pengelolaan pendidikan
mengamanatkan penerapan prinsip-prinsip
tranparansi, akuntabilitas dan partisipasi
(TAP) dalam setiap pengelolaan bidang
pendidikan. Berarti, dalam perencanaan,
pelaksaksanaan dan pengendalian setiap
bidang pendidikan harus memberikan
peluang, kesempatan dan
www.kinerja.or.id
118 Tata Kelola Manajemen Berbasis
Sekolah
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

akses kepada semua pihak (multi stakeholder)


B. MAKNA DAN
untuk mengetahui informasi; melakukan audit,
PARTISIPASI
bertanya, dan menggugat pertanggungjawaban;
MASYARAKAT
terlibat secara aktif, berkontribusi, melakukan
pengawasan dan memanfaatkan hasil pendidikan.
Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk
kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam
Selain memenuhi tuntutan proses desentralisasi suatu kegiatan. Partisipasi adalah keterlibatan
dan demokratisasi, keharusan untuk menerapkan mental, emosional dan fisik orang-orang dalam
prinsip-prinsip TAP juga terkait dengan reformasi suatu kelompok yang mendorong mereka untuk
pelaksanaan berbagai proyek/program pendidikan memberikan kontribusikepada tujuan kelompokdan
terdahulu yang hampir menjadi mitos, ialah berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan
ketika habis proyek, maka habis pula kegiatan. itu.Partisipasi dapat dikategorikan menjadi (1)
Dengan penerapan prinsip TPA diharapkan partisipasi bebas (spontan dan akibat penyuluhan),
dapat menjamin sustainabelitas program dan (2) partisipasi paksaan sebagai konsekuensi
pembangunan bidang pendidikan. dari hukum, kondisi sosial ekonomi dan kebiasaan
setempat.
Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip TAP,
diperlukan upaya identifikasi, penetapan dan Partisipasi juga terkait dengan adanya kerjasama
pelibatan stakeholder bidang pendidikan, agar dengan banyak pihak. Dalam kerjasama itu orang
terdapat keperpihakan yang bermutu dan nyata mengaktualisasikan diri dengan merealisasikan
serta menjadi suatu gerakan bersama (collective segenap kemampuannya. Ada beberapa
action) yang mendukung pengelolaan program kualifikasi partisipasi yaitu positif, kreatif, kritis-
pendidikan. korektif-konstruktif, dan realistis. Suatu
partisipasi
Jumlah, ragam kepentingan dan pengaruh dinyatakan positif jika mendukung kelancaran
stakeholder dalam pembangunan pendidikan
usaha bersama guna mencapai tujuan yang
cukup tinggi. Oleh karena itu, tidaklah mudah
diinginkan. Suatu partisipasi dinyatakan keatif jika
untuk melakukan penetapan dan pelibatan
keterlibatan seseorang selalu dilandasi oleh adanya
stakeholder dalam sebuah program. Diperlukan
daya
cara-cara
cipta. Partisipasi dikatakan kritis-korektif-konstruktif
yang tepat sehingga penetapan dan pelibatannya
manakala keikutsertaan dilakukan dengan mengkaji
memenuhi persyaratan teknis dan politis, disamping
suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan
pemahaman kearifan lokal yang selama ini
atau kesalahan dan memberikan alternatif yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat pada tingkatan
lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
lokal.
Partisipasi dinyatakan realistis manakala keterlibatan
dengan memperhitungkan realitas yang ada.
Partisipasi adalah suatu term yang menunjuk dengan memperhitungkan realitas yang ada.
kepada adanya keikutsertaan secara nyata dalam Partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat dalam termasuk pembangunan pendidikan, terdiri
kebijaksanaan pendidikan adalah keikutsertaan atas: (1) partisipasi buah pikiran, (2) partisipasi
masyarakat dalam memberikan gagasan, kritik keterampilan, (3) partisipasi tenaga, (4) partisipasi
membangun, dukungan dan pelaksanaan harta benda, dan (5) partisipasi uang (Hamijoyo,
kebijaksanaan pendidikan. 1977). Partisipasi dalam pembangunan pendidikan
meliputi partisipasi dalam perencanaan,
Partisipasi berarti turut serta dalam suatu kegiatan. pelaksanaan, pengawasan dalam suatu program
Partisipasi adalah keterlibatan mental, emosional pendidikan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi
dan fisik orang-orang dalam suatu kelompok dapat dilakukan dengan (1) membuat rancangan
yang mendorong mereka untuk memberikan kebijakan, (2) menginformasikan rancangan itu ke
kontribusikepada tujuan kelompokdan berbagai masyarakat yang akan terlibat, (3) mengumpulkan
tanggung jawab dalam pencapaian tujuan itu tanggapan masyarakat tentang isi rancangan
( Davis, 1990). Partisipasi dapat dikategorikan kebijakan, (4) memadukan pendapat masyarakat
menjadi (1) partisipasi bebas (spontan dan akibat dengan rancangan kebijakan, (5) membuat
penyuluhan), dan (2) partisipasi paksaan sebagai kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan
konsekuensi dari hukum, kondisi sosial ekonomi (Sewel, 1977).
dan kebiasaan setempat (Duseldorps, 1981).
Dalam sistem pemerintahan yang 'top down'
Partisipasi juga terkait dengan adanya partisipasi masyarakat dalam kebijaksanaan-
kerjasama dengan banyak pihak. Dalam kebijaksanaan yang dibuat dan diimplementasikan
kerjasama itu orang mengaktualisasikan diri tidak begitu dipermasalahkan; tetapi pada sistem
dengan merealisasikan segenap pemerintahan yang 'bottom up', tingginya partisipasi
kemampuannya. Ada beberapa kualifikasi masyarakat dalam implementasi kebijaksanaan,
partisipasi yaitu positif, kreatif, kritis- korektif- dapat dijadikan sebagai indikasi sukses tidaknya
konstruktif, dan realistis. Suatu partisipasi kebijaksanaan.
dinyatakan positif jika mendukung kelancaran
usaha bersama guna mencapai tujuan yang Muhadjir (1982) menggolongkan partisipasi
diinginkan. Suatu partisipasi dinyatakan keatif jika masyarakat ke dalam tipologinya, yakni partisipasi
keterlibatan seseorang selalu dilandasi oleh adanya kuantitatif dan partisipasi kualitatif. Partisipasi
daya kuantitatif menunjuk kepada frekuensi keikutsertaan
cipta. Partisipasi dikatakan kritis-korektif-konstruktif terhadap implementasi kebijaksanaan, sementara
manakala keikutsertaan dilakukan dengan mengkaji partisipasi kualitatif menunjuk pada tingkat dan
suatu bentuk kegiatan, menunjukkan kekurangan derajatnya.
atau kesalahan dan memberikan alternatif yang
lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Partisipasi dinyatakan realistis manakala keterlibatan

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


120 r.id r.id 120
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Koentjoroningrat (1982) menggolongkan partisipasi disadari bahwa sebagian masyarakat yang


masyarakat berdasaran posisi individu dalam lainnya pasti ada yang mendukung. Heterogenitas
kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat masyarakat memungkinkan hal tersebut. Pasti
dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus; ada di antara lapisan masyarakat yang mau
kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai berpartisipasi dalam kebijaksanaan yang dibuat,
individu dalam aktivitas bersama pembangunan. seberapapun partisipasinya dan sekadar
Miftah Thoha (1984) menggolongkan partisipasi apapun partisipasinya. Meskipun mungkin
masyarakat ke dalam tiga golongan, yaitu: (1) pembuat
partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperan dan pelaksana kebijaksanaan tersebut tidak
serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya, mengupayakan sama sekali partisipasi masyarakat.
(2) partisipasi mobilisasi, (3) partisipasi seremoni.

Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari C. STAKEHOLDER SEKOLAH


cakupannya, yaitu partisipasi secara sempit,
partisipasi secara luas dan partisipasi yang Stakeholder adalah berbagai pihak yang

merupakan lawan dari kegiatan politik (Kompas, berkepentingan dan atau terkena dampak suatu

10 Desember 1983). Secara luas, partisipasi proyek/program. Stakeholder bidang pendidikan

dapat diartikan sebagai demokratisasi politik: adalah berbagai pihak yang berkepentingan

masyarakat yang menentukan tujuan, strategi dan dan atau terkena dampak suatu proyek/program

perwakilannya dalam pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan. Stakeholder dalam pembentukan perda

atau pembangunan. Secara sempit, partisipasi pendidikan adalah pihak-pihak yang berkepentingan

dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dan atau terkena dampak keberadaan dan

dalam keseluruhan proses perubahan dan implementasi perda pendidikan. Oleh karena itu,

pengembangan masyarakat sesuai dengan informasi dan peran aktif multi stakeholder sangat

arti pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari diperlukan, termasuk dalam penerapan fungsi

kegiatan politik. Partisipasi dapat diartikan sebagai kontrol atas pelaksanaan perda bidang pendidikan.

golongan-golongan masyarakat yang berbeda-beda


kepentingannya dididik mengajukan secara Identifikasi stakeholder bidang pendidikan adalah

rasional keinginannya dan menerima suka rela proses menemu-kenali pihak-pihak yang

keputusan pembangunan. berkepentingan dan atau terkena dampak


program pendidikan, serta pemahaman dan

Setelah kebijaksanaan pendidikan yang digulirkan kepedulian mereka terhadap program-program

oleh pembuat dan pelaksana kebijaksanaan, partisipatif, termasuk dalam proses pembuatan

umumnya mendapat respons dari masyarakat. perda pendidikan.

Meskipun mungkin suatu kebijaksanaan tidak


didukung oleh sebagian masyarakat tetapi haruslah Sementara itu, analisis stakeholder adalah proses
pemberian kategori (categorizing)stakeholder
yang mempunyai kepentingan dan pengaruh
tinggi serta menetapkan tingkat kesesuaian peran laki-laki dan perempuan dalam bidang pendidikan.
yang diperlukan dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan Perda pendidikan. Sasaran yang dimaksudkan di sini adalah
pihak- pihak atau unsur berupa orang, baik
Secara umum identifikasi dan analisis stakeholeder individu maupun kelompok, serta dokumen
ini bertujuan menemukan, memetakan dan tertulis
merekomendasikan stakeholder yang tepat untuk yang berperan sebagai sumber informasi bagi
dilibatkan secara aktif dalam proses pembentukan penyusunan perda pendidikan. Biasanya, memulai
perda pendidikan. Adapun secara khusus bertujuan: analisis stakeholder dari sumber tertulis, seperti
(1) menemukenali stakeholder yang mempunyai laporan atas hasil pengelolaan proyek/program
relevansi dengan proses pembentukan perda sebelumnya maupun publikasi di media massa
pendidikan, (2) mengetahui peran stakeholder berdasarkan sumber tertulis.
utama dalam pengelolaan pembangunan
pendidikan, (3) mengetahui pengaruh dan
kepentingan stakeholder utama dalam pengelolaan D. JENIS PARTISIPASI
pembangunan partisipatif bidang pendidikan, (4) MASYARAKAT DAN
mengetahui pengalaman stakeholder utama dalam STAKEHOLDER
mengupayakan pengelolaan pembangunan TERHADAP PELAYANAN
pendidikan yang seusai dengan nilai-nilai TAP, dan PUBLIK DI SEKOLAH
(5) merekomendasikan stakeholder utama yang
tepat untuk dapat dilibatkan secara aktif dalam Di negara yang menjunjung tinggi demokrasi
pengelolaan pembangunan pendidikan. diyakini bahwa pemerintah dibuat dari, oleh dan
untuk rakyat. Kebijakan-kebijakan negaranya,
Hal-hal, baik nilai maupun proses yang harus termasuk kebijakan pendidikannya, sebagai
diterapkan dalam identifikasi dan analisis bagian dari perangkat untuk menjalankan
stakeholder, adalah: (1) keterlibatan yang pemerintahan di negara tersebut, juga berasal
representatif; prinsip ini bermaksud untuk memberi dari, oleh dan untuk rakyat. Karena itu,
peluang kepada pihak-pihak di wilayah atau partisipasi
komunitas tertentu untuk berperan serta dalam masyarakat dalam kebijakan pendidikan, termasuk
pengelolaan program pendidikan, (2) relevan; di tingkat satuan pendidikan, sangatlah diperlukan
prinsip ini bermaksud untuk melakukan seleksi Selain alasan demokrasi, kebijakan pendidikan
para pihak terlibat yang benar-benar tepat dengan tersebut secara kongkrit dimaksudkan untuk
mempertimbangkan pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
kompetensinya di bidang pendidikan, (3) kesetaraan oleh rakyat di bidang pendidikan. Rakyat lebih
gender; dengan prinsip ini diharapkan akan terjadi banyak tahu mengenai masalah mereka sendiri, dan
keseimbangan proporsi jumlah dan peran antara bahkan juga banyak mengetahui bagaimana cara
memecahkannya. Maka, keterlibatan dan partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan,
sangatlah penting.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

kebijakan haruslah senantiasa berusaha agar


Keikutsertaan masyarakat di tingkat satuan tidak kebijakan yang digulirkan tadi, menerlibatkan
saja sekadar dipandang sebagai loyalitas rakyat sebanyak mungkin partisipasi masyarakat, terutama
atas pemerintahnya, melainkan yang juga tak dalam hal mungkin partisipasi masyarakat, terutama
kalah penting adalah bahwa kebijakan tersebut dalam hal pelaksanaannya. Inilah perlunya upaya
hendaknya dianggap oleh masyarakat sebagai dan rekayasa.
miliknya. Dengan adanya perasaan memiliki
terhadap kebijakan-kebijakan, masyarakat Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah
akan semakin banyak sumbangannya dalam sebagai berikut:
pelaksanaan-pelaksanaan kebijakan, termasuk
kebijakan pendidikannya. 1. Menawarkan sangsi atas masyarakat yang tidak
mau berpartisipasi. Sangsi demikian, dapat
berupa penghukuman, denda, dan kerugian-
Agar partsipasi masyarakat dapat ditingkatkan,
kerugian yang harus diderita oleh si pelanggar;
selayaknya lembaga pendidikan melakukan
hubungan-hubungan sosial. Hubungan-hubungan 2. Menawarkan hadiah kepada mereka yang

sosial ini harus dibangun, baik dengan tokoh- mau berpartisipasi. Tentu hadiah demikian,

tokoh masyakat maupun dengan mereka yang berdasarkan kuantitas dan tingkatan atau

berada pada posisi grass root. Lazimnya, ketika derajat partisipasinya;

dengan 3. Melakukan persuasi kepada masyarakat,


bahwa dengan keikutsertaan masyarakat dalam
elit atau tokoh masyarakat sudah dapat dibangun,
kebijaksanaan yang dilakukan, justru akan
maka hubungan dengan grass rootnya akan
menguntungkan masyarakat sendiri, baik dalam
menjadi lancar.
jangka pendek maupun janga panjang;
4. Menghimbau masyarakat untuk turut
Hubungan sosial adalah hubungan yang dijalin oleh
berpartisipasi melalui serangkaian kegiatan;
suatu lembaga pendidikan dengan masyarakat.
5. Menerkaitkan partisipasi masyarakat dengan
Masyarakat di sini, bisa berupa masyarakat
layanan birokrasi yang lebih baik;
yang terorganisir dan masyarakat yang tidak
6. Menggunakan tokoh-tokoh kunci masyarakat
terorganisir. Masyarakat yang terorganisir, juga
yang mempunyai khalayak banyak untuk ikut
dapat dikategorikan terorganisir formal dan
serta dalam kebijaksanaan, agar masyarakat
terorganisir tidak formal. Sedangkan hubungan
kebanyakan yang menjadi pengikutnya juga
sosial sendiri, bisa bersifat formal dan tidak
sekaligus ikut serta dalam kebijaksanaan yang
formal. Hubungan sosial juga bisa tertuju kepada
diimplementasikan;
tokoh atau elit masyarakat, dan bisa juga
7. Mengaitkan keikutsertaan masyarakat dalam
langsung ke masyarakat. Karena itu, saluran
implementasi kebijaksanaan dengan
hubungan sosial
kepentingan mereka. Masyarakat memang perlu
ini juga bisa menggunakan saluran formal dan
diyakinkan, bahwa ada banyak kepentingan
bisa menggunakan saluran tidak formal.
Sungguhpun demikian, pembuat dan pelaksana
mereka yang terlayani dengan baik, jika karena mereka tidak yakin bahwa partisipasi
mereka berpartisipasi dalam kebijaksanaan; mereka akan membawa hasil.
8. Menyadarkan masyarakat untuk ikut 5. Adanya anggota masyarakat yang memang
berpartisipasi terhadap kebijaksanaan sengaja tidak berpartisipasi disebabkan alasan-
yang telah ditetapkan secara syah. Dan, alasan untuk mencari untung secara cepat.
kebijaksanaan yang syah tersebut, adalah salah Padahal, keuntungan tersebut baru didapat,
satu dari wujud pelaksanaan dan perwujudan jika ia melanggar ketentuan yang berlaku
aspirasi masyarakat. dalam kebijaksanaan. Anggota masyarakat
demikian cenderung tidak mau berpartisipasi
Ada beberapa penyebab mengapa masyarakat dalam kebijaksanaan yang digulirkan.
enggan atau tidak mau berpartisipasi dalam 6. Rumusan kebijakan tidak jelas dan
kebijaksanaan yang digulirkan. Penyebab-penyebab mungkin antara rumusan satunya dengan yang
tersebut adalah : lain kelihatan bertentangan. Ini menyebabkan
masyarakat enggan untuk berpartisipasi,
1. Jika kebijakan tersebut bertentangan
lebih-lebih partisipasi aktif yang dilandasi oleh
dengan tata nilai dan tata norma yang
kesadaran yang dalam.
dijunjung tinggi oleh masyarakat.
2. Kurang mengikatnya kebijakan tersebut
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
kepada masyarakat. Ada kebijaksanaan
termasuk pembangunan pendidikan, terdiri
yang sangat mengikat kepada masyarakat
atas: (1) partisipasi buah pikiran, (2) partisipasi
dan ada yang tidak begitu mengikat.
keterampilan, (3) partisipasi tenaga, (4) partisipasi
Kebijakan yang sangat mengikat umumnya
harta benda, dan (5) partisipasi uang. Partisipasi
memberlakukan sanksi yang jelas bahkan
dalam pembangunan pendidikan meliputi partisipasi
bisa menjadi penyebab yang menerima
dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
sangsi dianggap mempunyai cacat sosial;
dalam suatu program pendidikan. Strategi
sedangkan kebijakan yang tidak demikian
untuk meningkatkan partisipasi dapat dilakukan
mengikat umumnya tidak demikian dipatuhi
dengan (1) membuat rancangan kebijakan, (2)
dan tidak menjadikan penyebab cacat sosial
menginformasikan rancangan itu ke masyarakat
bagi pelanggarnya.
yang akan terlibat, (3) mengumpulkan tanggapan
3. Adanya ketidak-pastian hukum baik bagi
masyarakat tentang isi rancangan kebijakan,
mereka yang berpartisipasi aktif maupun bagi
(4) memadukan pendapat masyarakat dengan
mereka yang tidak berpartisipasi.
rancangan kebijakan, (5) membuat kebijakan baru
4. Jika kebijakan tersebut terlalu ambisius dan
yang mengarah pada pelaksanaan.
ideal, sehingga oleh masyarakat dianggap
tidak realistik. Hal demikian bisa menjadikan
Muhadjir, sebagaimana dikutip oleh
penyebab masyarakat enggan berpartisipasi,
Imron, menggolongkan partisipasi
masyarakat ke
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dalam tipologinya, ialah partisipasi kuantitatif dan


E. KOMITE SEKOLAH/MAJELIS
partisipasi kualitatif. Partisipasi kuantitatif menunjuk
MADRASAH
kepada frekuensi keikutsertaan terhadap
Era reformasi telah membawa perubahan mendasar
implementasi kebijaksanaan, sementara partisipasi
dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di
kualitatif menunjuk kepada tingkat dan derajatnya.
dalam dunia pendidikan. Salah satu perubahan
Koentjoroningrat (1982) menggolongkan partisipasi
mendasar yang sedang digulirkan saat ini adalah
masyarakat berdasaran posisi individu dalam
manajemen negara, yaitu dari manajemen berbasis
kelompoknya. Pertama, partisipasi masyarakat
terpusat menjadi manajemen berbasis daerah.
dalam aktivitas bersama dalam proyek khusus;
Perubahan manajemen ini diwujudkan dalam
kedua, partisipasi anggota masyarakat sebagai
pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia
individu dalam aktivitas bersama pembangunan.
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Miftah Thoha (1984) menggolongkan partisipasi
masyarakat ke dalam tiga golongan, yaitu : (1)
Tujuan dikeluarkannya undang-undang tersebut
partisipasi mandiri yang merupakan usaha berperan
adalah untuk memberikan kewenangan yang luas,
serta yang dilakukan secara mandiri oleh pelakunya,
nyata dan bertanggungjawab kepada daerah dan
(2) partisipasi mobilisasi, (3) partisipasi seremoni.
masyarakat sehingga memberi peluang kepada
Partisipasi masyarakat juga dapat dilihat dari
daerah dan masyarakat agar leluasa mengatur
cakupannya, yaitu partisipasi secara sempit,
dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa
partisipasi secara luas dan partisipasi yang
sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat
merupakan lawan dari kegiatan politik (Kompas,
setempat dan potensi daerah. Konsekuensi logis
10 Desember 1983). Secara luas, partisipasi dapat
dari pemberlakuan undang-undang ini dalam
diartikan sebagai demokratisasi politik : masyarakat
dunia pendidikan adalah bahwa manajemen
yang menentukan tujuan, strategi dan
pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa dan
perwakilannya dalam pelaksanaan kebijaksanaan
semangat
atau pembangunan. Secara sempit, partisipasi
otonomi, karena itu manajemen pendidikan berbasis
dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat
terpusat yang selama ini telah dipraktikkan perlu
dalam keseluruhan proses perubahan dan
diubah menjadi berbasis sekolah.
pengembangan masyarakat sesuai dengan arti
pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari kegiatan
Konsep mendasar penyelenggaraan pendidikan
politik. Partisipasi dapat diartikan sebagai :
dalam era otonomi daerah adalah menjalankan
golongan-golongan masyarakat yang berbeda-beda
konsep desentralisasi pendidikan. Desentralisasi
kepentingannya dididik mengajukan secara
pendidikan adalah penyerahan wewenang
rasional keinginannya dan menerima suka rela
penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat,
keputusan pembangunan.
sehingga pola Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) merupakan andalan bagi implementasi
desentralisasi pendidikan. Penerapan MBS memiliki
karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan pertanggungjawaban pelayanan pendidikan yang
masyarakat merupakan bagian kehidupannya. MBS berkualitas secara proposional dan terbuka, (2)
merupakan model manajemen yang memberikan mewadahi partisipasi para stakeholders untuk turut
otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong serta dalam manjemen sekolah sesuai dengan peran
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan dan fungsinya, berkenaan dengan perencanaan,
secara langsung warga sekolah untuk meningkatkan pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah secara
mutu sekolah berdasarkan pada kebijakan proposional, (3) mewadahi partisipasi masyarakat,
pendidikan nasional (Umaedi, 1999). baik individu maupun kelompok sukarela (pemerhati
atau pakar pendidikan) yang perduli kepada
Penyelenggaraan pendidikan memerlukan kualitas pendidikan, secara proposional dan
dukungan dari masyarakat. Menurut penjelasan profesional selaras dengan kebutuhan sekolah, (4)
umum Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 menjembatani dan turut serta memasyarakatkan
tentang Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa kebijakan sekolah kepada pihak-pihak yang
penyelenggaraan pendidikan nasional merupakan mempunyai keterkaitan dan kewenangan di tingkat
tanggung jawab bersama antara keluarga, daerah (Suherli, 2001).
masyarakat dan pemerintah. Dari hal ini tersurat
bahwa penyelenggaraan pendidikan tidak hanya Komite sekolah berperan untuk mendorong
menjadi tanggung jawab sepenuhnya pada perhatian dan komitmen terhadap penyelenggaraan
pihak sekolah, namun orang tua dan masyarakat pendidikan yang bermutu, mendorong orang tua dan
berperan pula dalam memajukan dunia pendidikan. masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
Keikutsertaan masyarakat/orangtua siswa perlu mendukung pada peningkatan mutu pendidikan
disalurkan secara terorganisasi/kelembagaan. dan pemerataan pendidikan. Nama dari badan ini
Lembaga tersebut adalah Dewan Pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
berkedudukan di kabupaten/kota dan Komite masing- masing satuan pendidikan seperti komite
Sekolah atau Majelis Madrasah di tingkat satuan sekolah, komite pendidikan, dewan sekolah, majelis
pendidikan. sekolah, majelis madrasah (Suherli, 2001). Pada
jenjang satuan madrasah, komite sekolah lebih
Pembentukan lembaga ini berdasarkan pada dikenal dengan sebutan Komite Madrasah atau ada
Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional pula yang bernama Majelis Madrasah yang
Nomor 044/U/2002 tentang pembentukan Dewan berdasar pada Keputusan Direktorat Jenderal
Sekolah dan Komite Sekolah. Lembaga ini Binbaga Islam Nomor E/101/2001 tentang
memiliki fungsi antara lain: (1) mewadahi dan pembentukan Majelis Madrasah.
meningkatkan partisipasi para stakeholders
pendidikan pada tingkat sekolah untuk turut serta Penetapan Majelis Madrasah dapat menjadi
merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan mitra bagi madrasah, majelis ini dapat berfungsi
memantau pelaksanaan kebijakan sekolah dan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

sebagai penyalur partisipasi masyarakat terhadap melakukan upaya mencapai tujuan bersama.
penyelenggaraan pendidikan dan sebagai Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan
kekuatan kontrol masyarakat. Majelis Madrasah dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
sesuai dengan Kepmendiknas bertujuan untuk: eksekutif, legislatif, media, sektor bisnis, dan
(1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan antar pemangku kepentingan menjadi penting untuk
operasional dan program pendidikan di satuan mengembangkan proses dialogis dan membangun
pendidikan, (2) meningkatkan tanggungjawab dan kesadaran bersama serta melakukan aksi
peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan bersama.
pendidikan di satuan pendidika,. (3) menciptakan
suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan Dalam konteks pelayanan publik, forum multi stake
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan holder ini merupakan proses dialogis antara
pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan penyedia layanan dan pengguna layanan untuk
(Kepmendiknas, 2002). Secara singkat tujuan mencapai suatu pelayanan publik yang efektif,
adanya Majelis Madrasah adalah membantu efisien, dan terjangkau. Apa yang telah
kelancaran penyelenggaraan pendidikan di diupayakan oleh pemerintah (selaku penyedia
madrasah layanan publik) serta apa yang terjadi dan
dalam upaya ikut memelihara, menumbuhkan, diharapkan masyarakat (selaku pengguna layanan)
meningkatkan dan mengembangkan madrasah. harus diupayakan
ada titik temu. Pertemuan dan forum juga akan
menjadi ajang untuk menyepakati apa saja yang
F. FORUM MULTI
akan dilakukan oleh masing-masing pelaku/berbagi
STAKEHOLDER SEKOLAH
peran dan tanggung jawab, berbagi informasi,
SEBAGAI WADAH DALAM
saling mendukung dalam upaya perbaikan bersama.
PENINGKATAN
Forum Multi Stakeholder, tidaklah harus merupakan
PARTISIPASI MASYARAKAT
pertemuan formal, loka karya atau bahkan
TERHADAP PENDIDIKAN DI
merupakan organisasi atau lembaga formal. Namun,
SEKOLAH
bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang
informal. Pada tahapan lebih lanjut, Forum Multi
Partisipasi masyarakat sangat penting dalam MBS
Stakeholder bisa saja didorong menjadi organisasi
agar kegiatan-kegiatan yang akan dilakuakan
atau lembaga formal jika memang diperlukan sesuai
benar-benar realistis sesuai dengan kebutuhan,
dengan dinamika dan kebutuhan lokal.
serta sebagai upaya mendapatkan dukungan
dalam upaya pelaksanaannya. Forum Multi Stake
Dalam konteks program Manajemen Berbasis
Holder adalah media untuk mempertemukan antar
Sekolah, pemangku kepentingan adalah unsur-
pemangku kepentingan untuk merespon isu-isu
unsur dari masyarakat, baik individu atau kelompok,
yang menjadi kepedulian bersama serta untuk
eksekutif, DPRD, media yang berkepentingan
terhadap pelayanan pendidikan dasar, khususnya Kinerja mendorong untuk menggunakan nama-nama
terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah. sesuai dengan dinamika dan kearifan lokal. Dengan
mempertimbangkan dinamika dan kearifan lokal ini
diharapkan akan memperkuat rasa memiliki diantara
1. Alternatif Nama para anggotanya serta dapat memberikan motivasi
untuk melakukan upaya untuk mencapai tujuan
Forum Multi Stakeholder dapat diberi nama
bersama.
sesuai dengan kesepakatan anggotanya. Di
bawah ini beberapa contoh alternatif nama yang
bisa digunakan, seperti misalnya 2. Pihak-Pihak yang Terkait
Gugus Kerja MBS
Kinerja telah mengembangkan dan memperkuat
Jaringan Pemantau Pendidikan Dasar
Forum Multi Stakeholder di tingkat kabupaten/kota.
Aliansi Masyarakat untuk MBS
Secara umum pihak-pihak yang terakit dan dapat
Koalisi untuk pendidikan dasar berkualitas
dilibatkan dalam Forum Multi Stakeholder atau
Forum Kerja MBS
pihak yang memiliki kepentingan adalah sebagai
Forum Peduli Pendidikan Dasar
berikut:

Di Tingkat Sekolah Di Tingkat Kabupaten/Kota

1. Komite sekolah 1. Perwakilan FMS tingkat sekolah


2. Tokoh pemerhati pendidikan 2. Dewan Pendidikan
3. Kepala sekolah 3. LSM pendidikan
4. Guru 4. Tokoh pemerhati pendidikan
5. Perwakilan siswa 5. Akademisi terkait isu pendidikan dasar
6. Ormas terkait isu pendidikan dasar 6. Ormas terkait isu pendidikan dasar
7. Tokoh adat/daerah 7. Tokoh adat/agama/daerah
8. Jurnalis 8. Jurnalis
9. Anggota DPRD daerah pemilihan terkait 9. Anggota DPRD komisi terkait
10. Kepala Desa 10. Bappeda
11. Orangtua murid 11. Dinas Pendidikan
12. PGRI
13. MKS
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

3. Peran Forum Multi


Stakeholder dalam
Manajemen Berbasis
Sekolah

Secara umum, peran Forum Multi Stakeholder


dalam program terkait dengan Manajemen Berbasis
Sekolah sebagai berikut:

Di Tingkat Sekolah Di Tingkat Kabupaten/Kota

1. Pusat informasi masyarakat tingkat unit 1. Pusat informasi masyarakat tingkat


layanan kabupaten/kota
2. Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan 2. Memfasilitasi jaringan komunikasi, dan
koordinasi antar pemangku koordinasi antar pemangku kepentingan di
kepentingan di tingkat unit layanan tingkat kab/kota
3. Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait 3. Memberikan alternatif-alternatif solusi terkait
isu di sekolah dengan isu tentang pengelolaan sekolah
4. Merevitalisasi institusi adat atau forum yg 4. Merevitalisasi institusi adat atau forum yang
telah ada telah ada
5. Menjadi alat pendidikan kritis warga/media 5. Menjadi alat pendidikan kritis warga/media
pembelajaran (learning center) pembelajaran (learning center) di tingkat kab/
di tingkat unit layanan kota
6. Menjadi solidarity makers (warga dan 6. Menjadi solidarity makers (warga dan
forum-forum) di tingkat unit layanan forum- forum) di tingkat kab/kota
7. Memantau pelayanan di tingkat unit 7. Memantau pelayanan pendidikan dan
layanan mengawal kepentingan warga
8. Pendamping masyarakat dalam program 8. Advokasi kebijakan untuk perbaikan layanan
pelayanan dan pendidikan
pemberdayaan 9. Memediasi dan meresolusi konflik di tingkat
9. Memediasi dan meresolusi konflik di tingkat kab/kota
unit layanan 10. Memberikan 10. Menjadi pressure group alat penyeimbang
penghargaan terhadap pelayanan yang kekuasaan
baik 11. Menorong adanya kompetisi positif dalam
peningkatan layanan
a. Berkembangnya forum multi stakeholder untuk
4. Hasil yang Diharapkan melakukan penyadaran masyarakat, advokasi dan
monitoring terhadap kebijakan dan pelayanan terkait
Hasil dari program pengembangan dan
dengan Manajemen Berbasis Sekolah;
penguatan forum multi stakeholder terkait dengan b. Tersosialisasikannya peraturan terkait dalam
Manajemen Berbasis Sekolah adalah sebagai rangka mendukung perbaikan pelayanan
berikut: pendidikan dasar yang transparan, partisipatif
dan akuntabel;
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

c. Tersusunnya kertas posisi untuk kebijakan di antara inovasi tersebut adalah; penanganan survei
daerah tentang jaminan pelayanan pendidikan pengaduan masyarakat, peran jurnalis warga, dan
dasar yang transparan, partisipatif dan dukungan stakeholder tingkat kabupaten kota.
akuntabel;
d. Adanya kelompok warga yang secara regular
memonitor terhadap pelaksanaan kebijakan 1. Penanganan Survey Pengaduan
tentang Manajemen Berbasis Sekolah. Masyarakat

Di dalam kaitan mendukung inisiatif MBS,


KINERJAUSAID juga melaksanakan kegiatan
F. INOVASI KINERJA DALAM survei pengaduan, berdasarkan metode yang diatur
PENINGKATAN PERAN dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
SERTA MASYARAKAT Aparatur Negara (Permenpan) Nomor 13 Tahun
2009 tentang Pedoman Peningkatan Kualitas
Kinerja-USAID telah melakukan berbagai inovasi Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat.
dan terobosan terkait dengan peningkatan peran Hasil analisa dari survei ini kemudian dipadukan
serta masyarakat dalam pelayanan pendidikan di dengan dokumen rencana sekolah yang ada untuk
sekolah. Inovasi dan terobosan tersebut, dapat menyusun kebutuhan perbaikan layanan.
menjadi lesson learn bagi sekolah yang lain, Bentuk atau rencana perbaikan layanan yang
sehingga dapat diadopsi untuk diterapkan di penanganannya berada di bawah kewenangan
sekolah sesuai dengan kearifan local masing- pihak sekolah, kemudian dimaklumatkan ke publik
masing. Di agar dapat diketahui para pihak yang ada. Hampir
seluruh sekolah yang didampingi di Kalimantan
Barat telah melakukan maklumat janji layanan,
dimana terdapat beberapa sekolah yang telah mulai
menggunakan maklumat janji perbaikan layanan
tersebut sebagai amunisi untuk meningkatkan
partisipasi publik.

Di SD Negeri 05 Sekaruh, Kecamatan Teriak,


Kabupaten Bengkayang melakukan pembangunan
pagar sekolah. Pagar yang dibangun ini berbahan
baku kayu bulat, yang diperoleh atas kerjasama
siswa dan orangtuanya. Kayu diambil dari hutan
yang ada, dan kemudian dikumpulkan oleh
para siswa ke sekolah. Pembangunan pagar
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

paket program KINERJA-USAID berfokus pada


ini merupakan perwujudan janji layanan dan
perbaikan tata kelola Pemerintahan
rekomendasi yang dibuat sekolah melalui survei
(Governance), yang mendorong terwujudnya
pengaduan, ungkap Herkulanus Mundit,
penyampaian pelayanan publik yang lebih baik.
Kepala Sekolah SD Negeri 05 Sekaruh.
Salah satu unsur tata kelola pemerintahan
Sementara di SDN 08 Poring, Kabupaten
yang baik adalah terlaksananya prinsip-prinsip
Melawi, sekolah juga
keterbukaan, partisipasi serta akuntabilitas.
menyatakan penyediaan pagar sekolah merupakan
salah satu janji perbaikan sekolah tersebut.
Dalam usaha untuk mendorong, mempromosikan
Setelah melalui diskusi dan komunikasi yang baik
serta mendukung keterbukaan, partisipasi serta
dengan orang tua dan komite sekolah, disepakati
akuntabilitas tersebut, maka KINERJA-USAID
setiap orang tua siswa wajib menyumbang 10
mendorong bagaimana media berperan di dalam
batako atau setara dengan Rp.15.000, (lima belas
upaya perbaikan pelayanan publik, melalui
ribu rupiah).
mengangkat isu-isu kritis, peningkatan suara publik,
maupun perluasan konten media ke berbagai
2. Peran Jurnalis Warga platform media yang lain. Di samping itu yang
tidak kalah penting adalah kualitas konten media itu
Jurnalisme warga (bahasa Inggris: citizen sendiri melalui peningkatan kualitas jurnalistik,
journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif produksi konten serta pertautan konten dengan
yang dilakukan oleh masyarakat dalam kegiatan upaya-upaya advokasi yang dijalankan oleh
pengumpulan, pelaporan, analisis serta USAID- KINERJA di masing-masing sektor.
penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme
seperti ini akan menjadi paradigma dan tren Media massa mampu menyebarluaskan gagasan
baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa warga, sekaligus menenggelamkan aspirasi
membentuk informasi dan berita pada masa warga dengan pemberitaan yang berkutat
mendatang. Perkembangannya di Indonesia pada aktivitas elit. Bukan rahasia lagi, selama
dipicu ketika pada tahun 2004 terjadi tragedi ini warga seringkali ditempatkan pada posisi
Tsunami di Aceh yang diliput sendiri oleh objek pemberitaan oleh media massa arus
korban tsunami. Terbukti berita langsung dari utama. Akibatnya, hasil-hasil pemberitaan
korban media massa lebih mewakili cara pandang elit
dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh dibanding cara pandang warga. Jurnalisme warga
jurnalis muncul sebagai gerakan atau cara pandang
professional (Wikipedia, 2012). pewartaan baru yang menempatkan warga
sebagai subjek dan objek pemberitaan. Warga
KINERJA-USAID adalah program kerjasama bisa berperan dalam memproduksi berita, baik
antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah berupa teks, foto, suara, dan gambar bergerak.
Amerika Serikat melalui USAID-Indonesia yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan
publik pada sektor pendidikan, kesehatan dan
perijinan usaha. Pendekatan dalam pelaksanaan
Lebih dari itu, pewartaan warga menggeser mengangkat informasi-informasi penting dari
perilaku dalam bermedia. Hasilnya, pembaca lapangan terkait upaya-upaya advokasi yang sedang
mendapatkan informasi dari sudut pandang terjadi. Sebelum ini telah diupayakan identifikasi
warga sendiri. calon jurnalis warga yang berasal dari berbagai latar
belakang, isu serta kepentingan. Ketertarikan dan
Secara definitif, jurnalisme warga adalah minat calon jurnalis warga yang telah diidentifikasi
warga biasa yang menyebarluaskan informasi ini terhadap upaya-upaya yang tengah dilakukan
di lingkungannya dengan memperhatikan kaidah- oleh KINERJA USAID ini perlu dijembatani dengan
kaidah dalam dunia pewartaan. Kegiatan jurnalisme berbagai peningkatan kapasitas, termasuk pelatihan
warga tetap mengacu pada tatacara dan prosedur yang akan diselenggarakan.
pewartaan yang diatur dalam Undang-undang
No.40/1999 tentang Pers. Dengan kata lain,
jurnalisme warga memiliki hak dan kewajiban 3. Dukungan Stakeholder Tingkat
yang sama dengan jurnalisme umum di depan Kabupaten Kota
hukum. Permasalahan utama dalam jurnalisme
warga adalah rendahnya kemampuan para MBS versi USAID-KINERJA dipraktekkan untuk
jurnalisnya. Pelatihan ini merupakan usaha serius 20 sekolah di Kota Probolinggo sejak Juni 2011
Kinerja bersama Puskakom untuk mendorong kerja (Solekhan & Baiduri 2012). 20 sekolah mitra tersebut
jurnalis warga ke arah yang lebih baik. Pewartaan dipilih dari daerah selatan Kota Probolinggo yang
warga merupakan salah satu bentuk nyata dari terhitung sebagai daerah dengan kondisi pinggiran
konsep deliberatif demokrasi yang menempatkan dan terbelakang. Praktik MBS di Kota Probolinggo
warga dalam posisi penting dalam kehidupan diinisiasi untuk menjadi model agar bisa dijadikan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. referensi dan inspirasi bagi daerah lain. Dorongan
replikasi dilakukan untuk bisa diimplementasikan di
Untuk itu, KINERJA USAID memandang penting daerah lain. Praktik ini sedianya akan dipromosikan
mendorong lahirnya jurnalis warga yang memiliki dalam pertemuan strategis pemerintah kabupaten/
peran lebih spesifik di dalam mengangkat berbagai kota di Jawa Timur.
isu-isu serta fenomena yang di dasarkan pada
fakta yang tidak selalu bersifat mainstream. MBS berorientasi pelayanan public menjadi judul
Pada banyak kasus yang terjadi di tanah air, dari program MBS di Kota Probolinggo. USAID-
jurnalis warga saat ini telah banyak KINERJA bermitra dengan OMP terpilih bernama
berkontribusi untuk mendorong upayaupaya LPKP (Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan
penegakan kebenaran, penggalian fakta yang Pendidikan) untuk mengimplementasikan desain
belum muncul di dalam media mainstream program yang telah disusun sebelumnya. Secara
ataupun membantu mendasar aktivitas program berlandaskan tujuan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

untuk meningkatkan kualitas tata kelola sekolah Selanjutnya berdasarkan dengan SK tersebut,
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan untuk memperjelas penunjukan tim pelaksana dan
dasar. sekolah dampingan selama proses implementasi
MBS, Kepala Dinas Pendidikan mengeluarkan surat
Implementasi MBS mendapat dukungan dari keputusan tentang pembentukan Pokja dan Surat
kepala daerah dengan diterbitkannya SK keputusan tentang pemilihan terhadap 20 sekolah
Walikota mitra MBS.
No.188.45/281/KEP/425.012/2011
tentang pembentukan Tim Teknis
Pendampingan.
BAHAN PRESENTASI

KATEGORI PARTISIPASI

1. Partisipasi bebas (spontan dan akibat


penyuluhan)
2. Partisipasi paksaan sebagai
konsekuensi dari hukum, kondisi sosial
ekonomi dan kebiasaan setempat.

PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PEMBANGUNAN
1. Partisipasi buah pikiran.
2. Partisipasi keterampilan.
3. Partisipasi tenaga.
4. Partisipasi harta benda, dan
5. Partisipasi uang.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

STRATEGI DALAM
MENINGKATKAN
PARTISIPASI
1. Membuat rancangan kebijakan,
2. Menginformasikan rancangan itu ke masyarakat yang
akan terlibat,
3. Mengumpulkan tanggapan masyarakat tentang isi rancangan
kebijakan,
4. Memadukan pendapat masyarakat dengan rancangan
kebijakan,
5. Membuat kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Survei Pengaduan
untuk Perbaikan
Layanan di Sekolah

6
MODUL 6 BAHAN BACAAN :
SURVEI
PENGADUAN
UNTUK PERBAIKAN
Survei LAYANAN
SEKOLAH
Pengaduan
untuk Perbaikan A. PENDAHULUAN

Layanan Sejalan dengan reformasi, otonomi sekolah melalui


MBS telah berlangsung sekitar limabelas tahun dan
berbagai usaha dan inovasi telah dilakukan untuk

di Sekolah mencari model yang lebih efektif dalam mewujudkan


tata kelola sekolah yang baik. Di lingkungan
sekolah telah dilakukan sejumlah inisiatif untuk
membentuk tatakelola sekolah yang semakin
memenuhi
tuntutan masyarakat. Pembentukan komite sekolah
.....
merupakan salah satu inisiatif tersebut.
peserta
menguasai
Tatakelola sekolah yang baik adalah konsep
pengaduan masya -
pengelolaan sekolah yang menekankan pada
rakat mengenai
pelibatan unsur pemerintah, sekolah, dan
pelayanan publik di
masyarakat secara proporsional sebagai tiga
sekolah. pilar utama. Konsep ini merupakan dasar
bahwa
siapa pun yang berperan dan peran apapun yang
dijalankan dalam penyelenggaraan sekolah dituntut
untuk lebih berorientasi ke pelayanan publik yang
semakin baik. Dengan kata lain, tidak ada
tatakelola sekolah yang dapat disebut lebih atau
semakin baik jika tidak ada bukti bahwa pelayanan
publik semakin baik dan semakin bermutu.
Penerapan prinsip tatakelola sekolah yang baik tidak lagi dipandang sebagai keharusan karena ada
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

desakan tetapi sudah ditempatkan sebagai suatu pengaduan, menyusun rencana tindak lanjut, dan
kebutuhan untuk mempertahankan keberadaannya. melaksanakan tindak lanjut hasil survei tersebut.
Tanpa penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang
baik setiap sekolah dipastikan akan terancam Ada beberapa peraturan perundangan yang secara
keberadaan dan keberlanjutannya. langsung dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
tatakelola sekolah dan survei pengaduan, yakni:
Di unit pelayanan publik seperti sekolah,
peningkatan kualitas pelayanan publik adalah titik a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
penting sebagai muara keseluruhan reformasi Pelayanan Publik.
pendidikan di Indonesia. Hal ini beralasan oleh
b. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
karena kualitas pelayanan yang diselenggarakan
Aparatur Negara Nomor 63/ KEP/M.PAN/7/2003
oleh sekolah sampai saat ini masih sangat
(memperbaiki keputusan sebelumnya) tentang
memprihatinkan. Begitu banyak pengaduan
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
(keluhan) atau pernyataan ketidakpuasan
Publik.
masyarakat terhadap kualitas pelayanan sekolah.
Karena itu, kinerja pelayanan publik menjadi titik c. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

strategis di mana kepercayaan masyarakat Aparatur Negara Nomor 26/ KEP/M.PAN/2/2004

secara luas kepada sekolah dipertaruhkan. tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan
Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan

Saat ini pengaduan masyarakat terhadap pelayanan Pelayanan Publik.

sekolah belum dikelola dengan baik sehingga d. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
penanganan pengaduan tersebut menjadi tidak Aparatur Negara Nomor PER/20/M.
sistematis, efisien, efektif, dan bahkan tidak PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan
ditangani sama sekali. Akibatnya, pengaduan yang Standar Pelayanan Publik.
sama berlangsung terus menerus dan karena tidak
e. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
ditindaklanjuti maka masyarakat menjadi bosan dan
Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2009
bersikap apatis. Tatakelola dan pelayanan sekolah
tentang Pedoman Peningkatan Kualitas
menjadi tidak berkembang.
Pelayanan Publik dengan Partisipasi
Masyarakat.
Salah satu tahapan awal dalam pengelolaan
pengaduan masyarakat adalah dengan
Peraturan perundangan tersebut merupakan
mengkoordinir pengaduan melalui survei
kebijakan unit pelayanan publik di semua
pengaduan. Selanjutnya berdasarkan hasil survei
sektor, termasuk sekolah. Kebijakan ini menjadi
tersebut dibuat indeks pengaduan masyarakat
dasar bagi sekolah untuk melakukan upaya
(IPM) sesuai dengan jumlah masing-masing jenis
nyata dalam mereformasi pelayanannya.
Berdasarkan itu berbagai perubahan
pendekatan, metode
dan instrumen (alat bantu) untuk meningkatkan survei. Tim ini terdiri dari pihak sekolah
kualitas pelayanan publik telah dikembangkan (kepala sekolah, guru, dan staf administrasi)
dan digunakan. Salah satu instrumen tersebut dan masyarakat pengguna pelayanan yang
adalah Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM) yang dapat diwakili oleh anggota komite sekolah.
didasarkan pada hasil survei pengaduan. Anggota tim ini nantinya akan bertindak
sebagai pengumpul data atau pewawancara
masyarakat pengguna pelayanan untuk
B. PROSES SURVEI mengkonfirmasi pernyataan pengaduan
PENGADUAN
yang ada di dalam kuesioner.

Survei pengaduan merupakan tahapan penting


1.2. Penggandaan kuesioner
dalam penanganan pengaduan masyarakat
terhadap pelayanan sekolah. Proses survei Langkah kedua terkait dengan persiapan

pengaduan sudah diatur dalam Permenpan Nomor survei ini adalah penggandaan kuesioner.

13/2009 sebagai berikut: Sebelum waktu pelaksanaan survei,


Tim pelaksana survei harus segera
menggandakan kuesioner sejumlah
1. Persiapan Survei responden yang ditargetkan.
Pengaduan
Masyarakat 1.3. Pembagian wilayah
Dalam tahap persiapan ini masyarakat sebagai dan strategi kerja
pengguna pelayanan diminta untuk Untuk memudahkan tim dalam
berpartisipasi dalam perbaikan pelayanan yang melaksanakan survei, maka perlu dilakukan
diselenggarakan oleh sekolah. Tujuan dari pembagian wilayah kerja bagi anggota tim.
survei adalah untuk mengkonfirmasi pernyataan Pembagian wilayah ini dimaksudkan untuk
pengaduan yang ada di kuesioner kepada mempermudah tim dalam menjangkau
sebanyak mungkin responden. Terkait dengan responden yang telah ditargetkan. Selain itu
persiapan survei, hal yang terpenting adalah juga untuk menghindari terjadinya dua kali
bahwa petugas survei siap untuk melaksanakan atau lebih survei kepada responden yang
survei dengan benar dan pengumuman tentang sama.
pelaksanaan survei telah sampai kepada
seluruh pengguna pelayanan. Adapun langkah- Selain itu terkait dengan pembagian wilayah
langkah persiapan yang harus dilaksanakan kerja ini maka perlu dipersiapkan pula
adalah: strategi dalam menjangkau responden.
Kegiatan survei yang dilaksanakan ini hanya
1.1. Penyiapan tim pelaksana akan dapat berjalan dengan sukses apabila
survei
Kesiapan tim pelaksana survey merupakan
prasyarat yang harus dipenuhi sebelum
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
140 r.id r.id 140
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dapat menjangkau sebanyak-banyaknya telah memiliki data periodik tentang jumlah


responden. Paling tidak, jumlah responden pengguna layanan (bulanan, kwartal
sesuai dengan jumlah minimal dari yang atau tahunan). Berdasarkan data jumlah
ditargetkan. rata-rata pengguna pelayanan tersebut,
jumlah responden minimum yang harus
Beberapa strategi yang perlu dilakukan dijangkau selama pelaksanaan survei
adalah: dapat ditentukan. Sebaiknya, survei dapat
menjangkau responden paling sedikit 80%
Memperluas survei di luar sekolah. dari jumlah pengguna yang ada.
Artinya, survei tidak hanya lakukan di
sekolah, tetapi juga secara lebih luas ke
Selanjutnya, kuesioner yang dibagikan
tempat-tempat strategis lainnya di
kepada masyarakat pengguna pelayanan
sekitar tempat tinggal orangtua siswa.
tidak perlu mencantumkan identitas
Melaksanakan survei dalam kelompok, respondennya atau harus anonim.
yakni menjangkau responden tidak Anonimitas responden dalam pelaksanaan
secara individu melainkan dalam survei ini dimaksudkan agar kepercayaan
kelompok besar. Hal ini dapat dan keberanian dari setiap anggota
menghemat waktu maupun tenaga serta masyarakat dalam mengungkapkan
mempermudah tim untuk menjangkau apa yang mereka nilai terhadap kinerja
responden sebanyak-banyaknya. organisasi penyelenggara pelayanan
yang disurvei dapat terjaga. Terlebih lagi
Komunikasi dan koordinasi diantara
oleh karena metode peningkatan
anggota tim. Survei tidak akan dapat
kualitas pelayanan publik ini
berjalan dengan baik apabila antar
mengedepankan partisipasi masyarakat
anggota tim tidak ada komunikasi dan
secara terbuka, sedangkan karakteristik
koordinasi yang baik. Komunikasi dan
masyarakat
koordinasi yang baik akan mempermudah
di sebagian besar daerah di Indonesia
tim untuk mengontrol jalannya survei dan
adalah masih sulit dan kurang berani
juga dalam melakukan rekapitulasi hasil
untuk mengungkapkan pendapatnya
survei.
secara terbuka. Oleh karena itu, faktor
anonimitas responden menjadi penekanan
1.4. Penetapan jumlah
responden yang diperlukan dalam pelaksanaan survei
ini.
Kuesioner yang disebarkan sebaiknya
disesuaikan dengan jumlah masyarakat
Contoh perhitungan jumlah responden
pengguna pelayanan, dalam hal ini siswa
minimum (kuesioner): misalnya jumlah
dan orangtua siswa. Tiap sekolah biasanya
pengguna pelayanan suatu sekolah
penyelenggara pelayanan setiap tahun
selama periode dua minggu. Jika survei akan
adalah 12.000, yang terdiri dari 1.000
dilakukan selama dua minggu, maka
responden setiap bulan atau 500 responden
setidaknya survei menjangkau 80%, yaitu
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

400 responden. terjangkau secara luas. Jenis media publikasi yang


dapat digunakan:
1.5. Penyiapan alat bantu
a. Poster, brosur, pamflet.
Alat bantu sangat diperlukan dalam pelaksanaan b. Spanduk
survei karena berpengaruh terhadap kelancaran c. Baliho
pelaksanaan survei. Untuk itu, sebelum dimulainya d. Media cetak (koran lokal)
survei, maka alat-alat bantu yang terkait dengan e. Papan informasi
kegiatan survei ini harus dipastikan ketersediannya. f. Radio
Daftar perlengkapan/fasilitas dan bahanbahan g. Televisi
yang harus disediakan:
1.7. Pengarahan kepada tim
a. Kuesioner pengaduan,
pelaksana survei
b. Tabel rekapitulasi hasil
survei, c. Tabel rekapitulasi Surveyor sebagai garda depan dari kegiatan survei
harian, perlu dibekali dengan pemahaman yang jelas
d. Kotak pengaduan, dan benar mengenai mekanisme pelaksanaan
e. Penyimpan data (folder, filing cabinets), survei serta maksud dan tujuannya. Untuk itu perlu
f. Papan informasi, dilakukan pengarahan terkait dengan mekansime
g. Meja informasi, kursi, tersebut. Hal-hal yang perlu dipahami oleh surveyor
h. Poster, brosur, pamflet, antara lain adalah:
i. Spanduk,
j. Alat tulis. a. Bagaimana menjangkau responden
b. Bagaimana menjelaskan maksud dari

1.6. Publikasi kegiatan survei kepada responden


c. Tujuan yang ingin dicapai dari survei
Keberhasilan kegiatan survei ini ditentukan oleh d. Cara merekapitulasi hasil survei (rekapitulasi
adanya partisipasi masyarakat pengguna pelayanan hasil survei dan rekapitulasi harian)
dalam mengisi kuesioner yang telah disediakan. f. Etika perilaku dalam mewawancara
Untuk itu informasi dan sosialisasi terkait dengan responden
pelaksanaan survei ini tentulah harus dilaksanakan
melalui publikasi yang baik, jelas dan informatif 1.8. Penetapan teknik survei
serta
Survei yang dilaksanakan dalam metode ini memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan dengan metode
survei pada umumnya, yaitu:
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

2.1. Wawancara
Sebagai wadah immediate action, yaitu bentuk
kegiatan yang dibutuhkan hasilnya secara Survei dilaksanakan sekolah dan di pertemuan-
cepat dan segera. Hal ini terkait dengan pertemuan atau kegiatan lainnya yang sedang
upaya berlangsung sepanjang periode waktu yang
perbaikan yang harus segera dilaksanakan oleh telah ditentukan. Misalnya, di sekolah ketika
organisasi penyelenggara pelayanan. para siswa menerima pelajaran pada jam
Sebagai sebuah riset yang berbasiskan terakhir. Survei bisa juga di luar jam pelajaran
participatory (participatory research). Hal untuk responden orangtua siswa di rumah
ini dikarenakan metode ini melibatkan masing-masing responden atau di tempat para
unsur masyarakat baik sebagai responden orangtua biasanya berkumpul, misalnya di
maupun dalam tim yang melaksanakan tempat ibadah atau kelompok-kelompok arisan.
survei sehingga dibutuhkan suatu model Tim menunjukkan kuesioner dan memberikan
survei yang sesederhana mungkin. penjelasan mengenai maksud dan tujuan
survei selanjutnya tim meminta reponden untuk
Tahapan wawancara responden dalam mencontreng pada kolom YA jik a mereka
pelak- sanaan survei pengaduan mempunyai pengalaman, mengetahui atau
masyarakat, yaitu: pernah mendengar kejadian seperti yang
tercantum dalam kolom pernyataan pengaduan
a. Melakukan wawancara atas pernyataan
pada lembar kuesioner tersebut. Untuk
pengaduan yang ada di kuesioner dengan
menghindari kekuatiran atas ketidakmampuan
mempertanyakan apakah responden yang
responden dalam mengisi kuesioner (misalnya
bersangkutan mempunyai pengalaman, pernah
buta huruf, hanya dapat berbahasa daerah,
melihat atau mendengar tentang hal-hal yang
lanjut usia, dan sebagainya), tim dapat
tercantum dalam kolom pernyataan pengaduan.
memberi penjelasan tentang masing-masing
b. Meminta responden untuk memberikan tanda
pernyataan pengaduan dengan tidak
contreng () secara langsung pada kolom YA
mengarahkan jawaban responden, bahkan jika
tentang pernyataan pengaduan yang mereka
responden
anggap sesuai dengan kondisi mereka, artinya
memiliki keterbatasan maka tim juga dapat
mereka pernah alami, rasakan, lihat atau
membantu mengiisikan jawaban responden.
dengar terkait dengan pelayanan.

Hal-hal yang harus diingat selama survei adalah


sebagai berikut:
2. Pelaksanaan Survei
Pengaduan Jangan bersikap otoriter,
Masyarakat Bersikaplah ramah dan menolong,

Semakin banyak responden yang dijangkau Yakinkan responden bahwa mereka tidak
perlu takut akan ada tekanan,
berarti semakin besar dukungan untuk
melakukan perubahan.
Jangan memerintah responden, sejak hari pertama survei sampai hari
Pastikan kerahasiaan dan kepercayaan terakhir pelaksanaan survei. Rekapitulasi
selama survei, hasil survei ini dilakukan dengan cara
Bantu responden yang mengalami kesulitan memberikan tanda turus (I) dalam kolom
dalam membaca dan menulis, jumlah responden sesuai dengan pernyataan
Jelaskan pernyataan pengaduan dengan pengaduan yang dicontreng oleh responden.
menggunakan kata-kata sederhana dan Selanjutnya tanda turus tersebut dijumlahkan
jikaperlu gunakan bahasa daerah setempat, dan hasil penjumlahannya dicantumkan
Jangan menolak memberikan bantuan pada kolom jumlah.
bahkan jika bantuan yang diminta tak
berkaitan langsung dengan survei. Jumlah yang tercantum pada Tabel
Rekapitulasi Harian (a) selanjutnya
2.2. Rekapitulasi dimasukkan ke dalam Tabel
Rekapitulasi Hasil Survei (b), sehingga
Setelah kuesioner disebarkan kepada akan diketahui jumlah responden yang
responden, tim harus melakukan rekapitulasi mengadu
terhadap kuesioner yang masuk. Rekapitulasi untuk masing-masing pernyataan pengaduan
ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: pada tanggal yang sesuai dengan
pelaksanaan survei.
a) Rekapitulasi harian. Penghitungan yang
dilakukan setiap hari terhadap keseluruhan
Sedangkan pada kolom total diisi
kuesioner yang masuk pada hariitu.
dengan jumlah responden yang
Rekapitulasi harian ini menjadi kendali
mengadukan
bagi tim terhadap pelaksanaan survei
masing-masing pernyataan pengaduan mulai
setiap harinya. Dari rekapitulasi harian ini
hari ke-1 sampai hari terakhir pelaksanaan
dapat diketahui berapa jumlah kuesioner
survei. Mekanisme rekapitulasi hasil survei
yang masuk dan berapa responden yang
ini dilakukan dengan menghadirkan minimal
mengkonfirmasi masing-masing pernyataan
perwakilan dari setiap unsur tim, artinya
pengaduan.
ada perwakilan dari sekolah maupun
b) Rekapitulasi akhir hasil survei. masyarakat pengguna pelayanan (komite
Penghitungan dari keseluruhan kuesioner sekolah/tokoh masyarakat). Jadi setiap
yang masuk setiap harinya. Rekapitulasi harinya, semua unsur yang terlibatdalam
total ini akandipublikasikan secara pelaksanaan survei perlu duduk bersama
terbuka pada papan informasi untuk dan melakukan rekapitulasi secara bersama.
diketahui Halini dimaksudkan untuk menjaga
oleh masyarakat pengguna pelayanan objektifitas, transparansi dan kepercayaan
masyarakat atas pengolahan data maupun
hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
survei ini. Kuesioner yang sudah
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

direkapitulasi diberi tanda dan dipisahkan di sekolahmerupakan yang paling banyak


dari kuesioner yang belum direkapitulasi (disampaikan oleh 300 orang) diikuti oleh
dengan tujuan untuk menghindari keluhan tentang masalah belum cukup
rekapitulasi ganda. Caranya adalah tersedianya buku paket (290 orang).
dengan memberi tanda contreng pada kolom
label yang berbunyi Sudah Direkapitulasi. Hasil pemilahan pengaduan menunjukkan
Untuk kemudian disimpan di folder arsip. bahwa ada 29 masalah yang perlu
ditindaklanjuti oleh sekolah dan 4 masalah
2.3. Penyusunan Indeks yang direkomendasikan oleh sekolah kepada
Pengaduan
Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti oleh.
Masyarakat
Pengaduan yang ditindaklanjuto oleh sekolah:
Berdasarkan jumlah total pada tabel
rekapitulasi harian maka disusun Indeks
1. Belum adanya tim pelayanan
Pengaduan Masyarakat (IPM). Pernyataan
keluhan masyarakat di sekolah
pengaduan diurutkan berdasarkan
2. Belum cukup tersedianya buku paket
jumlah responden yang menyampaikan
3. Buku TIK dan IPS kurang
pengaduan. Pernyataan pengaduan dengan 4. Tidak tersedia kantin sehat di sekolah
jumlah responden yang menyampaikan 5. Air bersih kurang
pengaduan tertinggi akan menjadi peringkat 6. Ruang UKS tidak layak
pertama. Pengaduan peringkat pertama 7. Perpustakaan sering tutup
ditempatkan paling atas, menyusul dibawahnya 8. Ada pungutan biaya untuk kebersihan
adalah pengaduan peringkat 2, demikian 9. Buku perpustakaan tidak lengkap dan tidak
seterusnya secara berurut sesuai peringkatnya. rapi
Selanjutnya tabel ini secara manual atau 10. Siswa harus memfotocopy buku paket
dengan operasi komputer sederhana dibuat 11. Belum ada sa nksi terhadap kepala
dalam sekolah dan guru yang tidak disiplin
bentuk diagram batang sehingga menjadi sebuah 12. Guru kurang mengawasi siswa
Indeks Pengaduan Masyarakat. 13. Kegiatan ekstrakurikuler jarang
14. Guru pilih kasih dalam memberi nilai rapor
Contohnya IPM hasil survei pengaduan di 15. Pertemuan dengan orangtua siswa jarang
SMP Negeri 1 Bandar di Kabupaten Bener 16. Guru piket kurang disiplin
Meriah, Aceh (Diagram 1) yang melibatkan 17. Masih ada guru yang memberi hukuman
306 responden dengan perincian 153 siswa fisik dan mental
dan 18. Kepala sekolah tidak transparan
153 orangtua/wali siswa. Indeks di 19. Guru kurang menguasai materi pelajaran
sekolah tersebut menunjukkan bahwa dari 20. Guru kurang disiplin dalam mengajar
33 jenis pengaduan pengaduan
masyarakat yang disampaikan,
pengaduan tentang belum adanya tim
pelayanan keluhan masyarakat
21. Tidak melibatkan komite sekolah dalam 27. Sekolah kurang bersih dan kurang nyaman
penyusunan RKS dan RKAS 28. Sekolah tidak memiliki pagar
22. Metoda mengajar guru tidak efektif dan 29. Sekolah tidak memiliki majalah dinding yang
tidak menyenangkan layak
23. Materi yang diajarkan tidak sesuai dengan
yang diuji Pengaduan yang direkomendasikan kepada
Dinas Pendidikan:
24. Guru tidak memeriksa pekerjaan rumah
siswa
1. Jumlah ruang kelas kurang
25. Sekolah jarang memperingati hari-hari besar
2. WC tidak layak pakai
Islam
3. Laboratorium IPA dan Bahasa tidak ada
26. Tugas rumah jarang diberikan pada siswa
4. LKS tidak tersedia
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Grafik 1. Contoh Indeks Pengaduan Masyarakat


penyelenggara pelayanan dan stempel
2.4. Publikasi Indeks
organisasi penyelenggara pelayanan
Pengaduan
Masyarak
at

Indeks Pengaduan Masyarakat harus sesegera


mungkin diberitahukan (diumpanbalikkan)
kepada masyarakat pengguna pelayanan setelah
survei selesai. Publikasi IPM ini dapat disajikan
dalam bentuk poster Grafik Indeks Pengaduan
Masyarakat dalam ukuran (120 x 60 cm) dan
dipasang dipapan informasi di sekolah. Selain itu
informasikan juga hasil survei kepada masyarakat
secara lebih luas melalui media cetak dan
elektronik setempat bekerjasama dengan jurnalis
warga.

Informasi dan pesan yang harus termuat


dalam poster publikasi hasil survei
IndeksPengaduan Masyarakat adalah:

a. Judul poster
b. Nama organisasi penyelenggara pelayanan dan
kantor cabangnya
c. Periode survei
d. Hasil survei dalam bentuk diagram batang
termasuk jumlah (tidak dalam persen) responden
di setiap pernyataan pengaduan
e. Jumlah responden yang terjaring
f. Ucapan terimakasih kepada responden yang
sudah berpartisipasi
g. Rencana tindak lanjut
h. Himbauan untuk terus menyampaikan
pengaduan terkait pelayanan
organisasi penyelenggara pelayanan terkait
i. Tanda tangan kepala organisasi

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


147 www.kinerja.o www.kinerja.o 147
Sekolah Sekolah
r.id r.id
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

2.5. Pengarsipan kuesioner pelayanan. Penting disadari lagi bahwa tujuan


akhir penggunaan metode
Kuesioner yang telah selesai direkapitulasi ini bukanlah pada pelaksanaan hasil survei
harus diarsipkan sebagai bukti atas pengaduan masyarakat semata,tetapi pada
pelaksanaan survei ini.Sistem pengarsipan rumusan tindak-tindak nyata yang segera harus
harus dibuat sesederhana mungkin dengan dilakukan oleh para penyelenggara pendidikan
menggunakan satu atau beberapa folder. untuk memperbaiki pelayanan sebagai tanggapan
Pengarsipan ini dapat dilakukan berdasarkan atas pengaduan masyarakat itu. Dengan demikian
siswa, orangtua/wali muris, dan jenis kelamin sasaran akhir adalah tindakan nyata perbaikan
responden, dan sebagainya. pelayanan.

Survei pengaduan masyarakat akan memberi


hasil berupa pengetahuan tentang sejumlah
3. Pertemuan Analisis Masalah
keadaan (masalah) terkait dengan kinerja pelayanan
dan Penyebabnya
yang dinyatakan dalam bentuk negatif. Sesuatu
Hasil akhir survei pengaduan masyarakat yangtidak diinginkan oleh masyarakat pengguna
berupa Indeks Pengaduan Masyarakat pelayanan. Sampai titik itu yang diperoleh
menjadi dasar untuk analisis dan barulah gambaran kondisi pelayanan saat ini
perumusan tindakan nyata perbaikan (baseline data) menurut persepsi masyarakat

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


148 r.id r.id 148
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

pengguna pelayanan, yakni siswa dan orangtua/ kebanyakan orang cenderung tidak melakukan apa-
wali siswa. apa jika menghadapi terlalu banyak masalah.

Berhenti hanya sampai pengetahuan tentang Karena itu, perhatian utama bukanlah untuk
kondisi pelayanan saat ini, baik itu berupa melakukan analisis secara mendalam tetapi yang
Indeks Pengaduan Masyarakat tidak akan lebih penting adalah menemukan tindakan nyata
memberi arti apa-apa terutama bagi masyarakat perbaikanyang sesegera mungkin dapat dimulai;
pengguna pelayanan. IPM hanya akan sekalipun tindakan itu nampak sangat sederhana.
mempunyai arti jika pengetahuan tentang situasi Analisis masalah penyebab pengaduan dapat
kinerja pelayanan dilakukan pada suatu pertemuan yang dihadiri oleh
ditindaklanjuti dengan analisis yang cermat terhadap para penyelenggara sekolah, komite sekolah, dan
penyebab terjadinya kondisi tersebut dan mencari wakil-wakil dari masyarakat pengguna pelayanan
solusi yang logis (pemecahan masalah) untuk (siswa dan orangtua/wali siswa). Pertemuan ini
kemudian dilaksanakan sebagai tindak nyata untuk menjadi sarana latihan bagi para peserta kedua
memperbaiki keadaan. belah pihak (penyedia dan pengguna pelayanan)
untuk menganalisis masalah-masalah pelayanan
Hampir di semua kasus berdasarkan pengalaman, secara sederhana dan cepat tetapi metodologis.
tindakan nyata perbaikan pelayanan tidak
cukup jika hanya dilakukan oleh para pelaksana Masyarakat pengguna pelayanan sering
pelayanan publik di unit pelayanan tetapi selalu beranggapan bahwa kualitas pelayanan yang
memerlukan tindakan simultan yang harus dilakukan buruk hanyalah tanggungjawab para pelaksana
oleh para penyelenggara dan penanggungjawab pelayanan publik di unit pelayanan, sehingga
pelayanan publik bidang pendidikan di tingkat lebih semua keluhan (pengaduan) ditimpakan kepada
tingggi, yakni Dinas Pendidikan.Hal ini disebabkan mereka. Selama pertemuan, pengguna pelayanan
karena masalah yang menjadi penyebab pengaduan akan menemukan fakta bahwa ada pihak-pihak lain
dapat berkaitan dengan tanggungjawab pihak-pihak yang harus ikut bertanggung jawab. Bahkan sering
terkait di luar wewenang sekolah. kali tugas dan tanggung jawab pihak lain di luar
para pelaksana di unit pelayanan itu lebih besar
Sebelum memutuskan perubahan apa yang perlu danl ebih menentukan upaya dan keberhasilan
dilakukan, analisis masalah penyebab untuk mencapai perbaikan.
harusdilakukan secara cermat. Untuk menganalisis
masalah penyebab pengaduan, digunakan moto Para pelaksana pelayanan pendidikan di sekolah
Kerjakan Ini dengan Singkat dan Sederhana memang sebagai salah satu sumbermasalah
(KISS). Pertimbangan untuk menggunakan moto ini penyebab buruknya kinerja pelayanan dan pada
adalah bahwa untuk memulai perubahan sangatlah saat yang sama mereka seringkali menjadi
tidak memberi semangat jika terlihat begitu korban dari kurangnya dukungan dari petugas
banyak masalah yang harus diselesaikan. Bahkan dan satuan
kerja di atasnya atau korban dari keputusan penggunaan metode ini dikerjasamakan dengan
dan kebijakan yang kurang tepat. pihak lain yang menyediakanasistensi teknis dan
fasilitator tambahan dari luar, maka secara bersama
Jika kedua pihak (penyedia dan tim fasilitator ini melakukan persiapan tersebut.
pengguna pelayanan) sama-sama Uraian berikut ini adalah bagaimana mempersiapkan
memahami situasi dan melaksanakan Pertemuan Analisis
nyata seperti diuraikan di atas, maka akan Masalah Penyebab Pengaduan sebagaimana
timbul solidaritas para pengguna pelayanan dimaksud oleh rangkaian proses dan metode
kepada para pelaksana pelayanan. Solidaritas yang diuraikan di dalam modul ini.
demikian
sangat penting dimanfaatkan secara positif bukan
untuk melakukan konfrontasi kepada pihak lain 3. 1. Persiapan Pertemuan Analisis
tetapi untuk saling bahu-membahu menyelesaikan Masalah Penyebab
Pengaduan
masalah bersama.

Untuk mempersiapkan pelaksanaan Pertemuan


Sering sekali ditemukan bahwa permintaan
Analisis Masalah Penyebab Pengaduan
dukungan untuk perbaikan yang diajukan oleh
(denganatau tanpa bantuan teknis dari fasilitator
masing-masing sekolah tidak memperoleh perhatian
dari luar) tugas-tugas penting di bawah ini
yang cukup. Tetapi jika tuntutan akan perbaikan
harus dilakukan oleh tim pelaksana survei,
pelayanan yang diajukan oleh ratusan bahkan
yaitu:
ribuan orang masyarakat pengguna pelayanan
melalui pengaduan yang mereka ajukan secara a. Menetapkan waktu dan
kolektif, sangat mungkin akan lebih mendapat tempat
perhatian sehingga mendorong perubahan sikap pelaksanaanpertemuan.
para atasan dan pengambil keputusan atau b. Menentukan peserta pertemuan yang harus
penyelenggara dan penanggungjawab pelayanan diundang (80% dari penyedia pelayanan dan
publik di tingkat kabupaten/kota atau provinsi, 20%dari pengguna pelayanan). Siapkan dan
bahkan nasional. Pengaruh dukungan publik kirim undangan kepada para calon peserta.
(masyarakat pengguna pelayanan) ini dapat Pastikan bahwa peserta dari pihak penyedia
ditingkatkan lagi dengan pemberitaan(pelibatan pelayanan (sekolah) adalah terutama dari
media massa), publikasi dan/atau komunikasi bagian/unit-unit yang disorot dalam Indeks
publik yang efektif tentang situasi yang memerlukan Pengaduan Masyarakat dan sertakan Tim
tindakan nyata perbaikan itu. Pelaksana Survei dari organisasi penyelenggara
pelayanan yang bersangkutan.
Tim pelaksana survei yang pada hakikatnya c. Memastikan kehadiran fasilitator dari luar
berfungsi sebagai fasilitator prosespelaksanaan jika proses dilakukan dengan kerjasama
pertemuan haruslah menyiapkan dan memfasilitasi dengan pihak luar.
proses pelaksanaan lokakarya inidengan baik. Jika d. Mempelajari Indeks Pengaduan Masyarakat
(hasil survei pengaduan masyarakat)
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dan merencanakan cara menganalisisnya: pertemuan adalah bagian dari masalah itu. Buang
menyiapkan rencana pembagian kelompok jauh-jauh kecenderungan lebih dahulu menyalahkan
kerja peserta pertemuandan pembagian orang lain dan kecenderungan meletakkan masalah
tugas pembahasan kepada masing-masing pada kurangnya fasilitas dan anggaran. Hanya
kelompok kerja serta fasilitator masing-masing dengan demikian pertemuan dapat fokus pada
kelompok kerja. pemecahan masalah.
e. Memastikan bahwa informasi tentang
rencana pelaksanaan pertemuan a) Tujuan Pertemuan Analisis Masalah
dikomunikasikan Penyebab Pengaduan
secara efektif kepada pimpinan dan memastikan
Sebaiknya hasil survei pengaduan masyarakat
adanya dukungan.
yaitu: Indeks Pengaduan Masyarakat
f. Mempersiapkan ruangan dan fasilitas yang
sudah disampaikan lebih dahulu kepada para
diperlukan tersedia dan berfungsi serta
pimpinan dan sudah dipublikasikan sebelum
mengaturnya sedemikian rupa sehingga
pelaksanaan Pertemuan Analisis Masalah
mobilitas peserta selama proses pertemuan
Penyebab Pengaduan. Ini bermaksud agar
tidak terhambat.
semua pihak memberi perhatian terhadap
g. Mempersiapkan alat bantu kerja yang tersedia
masalah yang terjadi dan mendukung
di sekolah: papan tancap (pinboard), laptop,
pelaksanaan pertemuan tersebut.
alat untuk mendokumentasikan lokakarya,
matriks/tabel, metaplan, spidol, pushpin, poster
b) Tahapan pelaksanaan Pertemuan Analisis
Indeks Pengaduan Masyarakat, pernyataan-
Masalah Penyebab Pengaduan
pernyataan pengaduan tertulis dalam metaplan,
daftar hadir peserta. Metode analisis ini adalah suatu metode yang

h. Menyusun acara, skenario pertemuandan sangat sederhana. Analisis dimulai dari

pembagian tugas panitia pengorganisasi/ pengaduan yang terpenting, yaitu pengaduan

organizer (notulen, pembawa acara jika ada yang menempati bagian teratas di grafik Indeks

acara yang bersifat protokoler). Pengaduan Masyarakat. Sekali atau dua kali,
fasilitator menjelaskan cara menggunakan
i. Memberi informasi tentang pertemuan kepada
publik dengan menggunakan media spanduk/ alat bantu analisis (kartu metaplan,matriks/

surat kabar/harian setempat/radio/poster/media tabel bantu penentuan prioritas, pokok-pokok

lainnya. informasi untuk melakukan cross-check/


periksa silang) kepada peserta pertemuan.
Selanjutnya para peserta dapat melakukannya
3.2 Analisis Masalah Penyebab
dalam kelompok kecil dengan bantuan fasilitator
Pengaduan
lokal dan/atau fasilitator dari antara sesama
Analisis harus dilakukan dengan benar dan peserta sendiri. Kumpulkan masalah-masalah
jujur dalam mengungkapkan masalah yang penyebab pengaduan.
sesungguhnya ada, sekalipun sebagian peserta

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


151 www.kinerja.o www.kinerja.o 151
Sekolah Sekolah
r.id r.id
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Jika daftar masalah penyebab pengaduan sudah solusi (cara mengatasinya). Artinya, fasilitator
lengkap, maka dirumuskan alternatif solusi (sebagai memberi clue/kunci-kunci dan stimulasi
tanggapan/respons terhadap pengaduan) yang peserta untuk berpikir dan bekerja secara
mungkin dilakukan dan kelompokkan berdasarkan analitis.
siapa bertanggungjawab atas solusi itu (tanggung Menjaga proses dalam pengertian pemanfaatan
jawab internal organisasi penyelenggara pelayanan waktu dibandingkan dengan hasil kerja yang
atau tanggung jawab eksternal atasan atau unit sudah dicapai.
kerja atasan, atau tanggungjawab pemerintah,
dan bahkan mungkin tanggungjawab masyarakat Penting untuk diperhatikan bahwa fasilitator
pengguna pelayanan itu sendiri). sebaiknya mempelajari lebih dahulu tugas dan
fungsi organisasi penyelenggara pelayanan yang
Jika daftar masalah penyebab pengaduan terlalu bersangkutan. Sangat dianjurkan menyempatkan
banyak, fasilitator sebaiknya membantu peserta untuk diri melihat situasi fisik kantordan fasilitas serta
menentukan prioritas. Metode ini sama dengan yang proses pelaksanaan pelayanan di unit pelayanan.
dilakukan pada pertemuan pengelolaan pengaduan Setidaknya pernah melihat diunit pelayanan sejenis.
masyarakat, kecuali kriteria prioritas yang mungkin
masih perlu disesuaikan. c) Tahapan Analisis

Lakukan analisis dengan langkah sebagai


Langkah-langkah rinci kegiatan fasilitator
berikut:
dalam pertemuan analisis masalah:
a) Mulailah menganalisis pengaduan tertinggi
Membagikan grafik Indeks Pengaduan (urutan teratas di Indeks Pengaduan
Masyarakat kepada para peserta pertemuandan Masyarakat):
memberikan ulasan singkat tentang informasi
- Bila grafik Indeks Pengaduan
yang terkandung di dalamnya,
Masyarakat mengikuti separuh bentuk
Menjelaskan tujuan pertemuan, metode atau kurva normal (mengecil secara gradual
cara kerja yang akan digunakan dan hasil yang dari atas ke bawah) yang perlu
diharapkan, rencana pemanfaatan waktu selama dianalisis cukup 1/3 sampai 1/2 dari
dua hari pertemuan dan peran/fungsi/ tugas pengaduan urutan tertinggi. Perhatikan
peserta dalam pertemuan. penyebab dan solusinya. Umumnya, 2/3
Mendemonstrasikan penggunaan alat bantu sampai
kerja yang digunakan (bagaimana 1/2 pengaduan terkecil di bagian bawah
menggunakan: kertas metaplan, spidol, papan grafik adalah masalah penyebab dari
tancap dan alat bantu kerja yang tersedia 1/3 sampai 1/2 pengaduan yang berada
lainnya). di bagian atas grafik,
Mendemonstrasikan penggunaan contoh tabel - Bila grafik berbentuk hampir persegi
analisis pengaduan, masalah penyebabnya dan panjang atau segi empat, ini berarti
semua pengaduan bermakna sangat

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


152 r.id r.id 152
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

beberapa kelompok kecil sesuai dengan


penting bagi masyarakat pengguna
bagian/unit-unit yang ada dalam organisasi
pelayanan. Targetkan setidaknya
penyelenggara pelayananan ataupun
menganalisis 50% dari jumlah
berdasarkan jenis pengaduan yang ada.
pengaduan keseluruhan di dalam
b) Ungkapkan dan masukkan ke dalam tabel
grafik.
bantu kerja semua faktor penyebab yang
nyata terjadi. Sebab-sebab yang ditemukan
Pengaduan dapat berhubungan dengan
harus merupakan faktor penyebab langsung
masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek:
(tidak adapenyebab perantara).
c) Periksa logika hasil analisis dengan
petugas yang bertanggung jawab, yaitu
membaca secara berurutan hubungan
kuantitas (jumlahnya), sikap, perilakunya
sebab akibat logis antara pengaduan
dankomitmen kerja/rasa tanggungjawabnya,
masalah penyebab dengan menggunakan
kesungguhan/perhatian, keramahtamahan,
kata sambung disebabkanoleh.
ketulusan melayani/membantu, kemampuan/
d) Untuk setiap masalah penyebab, sangat
kompetensi,
mungkin tersedia beberapa solusi logis.
fasilitas kerja dan peralatan yang
digunakan, Karena itu jangan berhenti jika sudah

ketersediaan dana, menemukan satu solusi untuk setiap


metoda yang digunakan (manual/ masalah penyebab. Galilahpemikiran
tradisional), tentang kemungkinan solusi logis lainnya.
peraturan/ketentuan yang berlaku, e) Periksa logika hubungan solusi dengan
prosedur kerja/mekanisme kerja internal, masalah dengan menggunakan kata
kualitas perencanaan, sambung jika, maka.
kualitas pengorganisasian (the right man f) Jika terdapat beberapa solusi yang secara
on the right place, multi-skilled operator), logis merupakan cara untuk mengatasi
kualitas pengawasan/monitoring/ supervisi/ masing-masing masalah, gunakan kriteria
evaluasi, SMART (specific/spesifik, measurable/
jumlah dan kualitas data atau informasi, terukur, achievable/dapat dicapai, realistic/
kualitas komunikasi dengan pengguna realistis, time bound/dalam batas waktu
(sosialisasi/penyuluhan/hubungan tertentu) untuk menentukan prioritas solusi.
masyarakat/hubungan dengan pengguna), g) Setiap solusi yang tidak termasuk prioritas
letak geografis (keadaan lapangan, misalnya tidak harus dibuang atau dilupakan begitu
pengukuran tanah untuk pelayanan saja. Dengan cara ini umumnya segera
pertanahan). diperoleh berbagai solusi yang dalam waktu
segera dapat dilakukan. Setiap solusi yang
Apabila jumlah pengaduan relatif banyak dan bukan prioritas tertinggi mungkin dapat
komposisi peserta relatif memadai, maka
pembahasan/analisis dapat dibagi kedalam
ditempatkan sebagai solusi yang baru akan h. Kelompokkan setiap solusi kedalam kategori
dilaksanakan pada dua atau tiga tahun lagi solusi internal dan solusi eksternal.
(jangka menengah). Kriteria kategorisasi sangat sederhana dan dapat
digunakan secara cepat, yaitu:
Solusi yang diambil dapat berupa:

Setiap solusi yang segara dapat


Solusi yang bersifat segera/cepat atau dilaksanakan dan kewenangan
jangka pendek artinya solusi yang dapat pelaksanaannya berada di tangan para
dilakukan secara cepat, mudah dan pelaksana di unit pelayanan masuk ke
murah, sehingga hasilnya langsung dapat dalam kategori solusi internal,
dilihat/ dirasakan oleh para pengguna Setiap solusi yang kewenangan
layanan. pelaksanaannya berada di luar jangkauan
Solusi yang bersifat jangka menengah, artinya para pelaksana pelayanan publik di unit
masih diperlukan waktu untuk melakukan pelayanan masuk ke dalam kategori
tindakan nyata karena beberapa solusi eksternal.
pertimbangan: dukungan dana yang harus
diajukan dalam perubahan anggaran/realokasi i. Periksa kembali rangkaian logika masalah
anggaran, persetujuan tertulis dari pengambil penyebab dan solusi dengan memastikan:
keputusan.
Solusi yang bersifat jangka panjang, artinya Tidak ada dua sebab/solusi yang sama/
jalan keluar yang akan diambil memangharus substansinya sama/masalah yang sama.
dilakukan, namun menyangkut biaya, Solusi yang diusulkan tidak bersifat umum,
kewenangan, sumberdaya yang namun sedapat mungkin spesifik, jelas,tidak
harus direncanakan/dirundingkan dengan multi tafsir, terukur, upaya konkrit/ tindakan
pihak-pihak pengambil keputusan/atasan nyata (bisa dilihat dan dirasakan).
organisasi penyelenggara pelayanan yang Hasil akhir analisis untuk setiap pengaduan
bersangkutan. direkonfirmasikan kepada semua peserta.
Jaga disiplin peserta agar konsisten
Untuk solusi ini, para pengguna layanan menggunakan alat bantu kerja analisis yang
(pesertapertemuan) biasanya menginginkan telah disiapkan.
adanyabatasan waktu pelaksanaannya untuk Tunjukkan keterkaitan hasil yang diperoleh
menjamin bahwa ada tindakan nyata perbaikan bahkan bila perlu sejak kuesioner
dalam waktu yang tidak terlalu lama yang segera Pengaduan Masyarakat, Indeks Pengaduan
dapat dilihat/dirasakan oleh para pengguna Masyarakat, Tabulasi Hasil Analisis Masalah
layanan. Penyebab Pengaduan sampai bagaimana
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Janji Perbaikan Pelayanan dirumuskan dari kepada masyarakat pengguna pelayanan. Berikan
solusiinternal dan bagaimana bukti tentang apa yang sudah anda lakukan kepada
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan atasan agar anda memperoleh dukungan lebih lanjut
dirumuskan dari solusieksternal. Caranya untuk melakukan upaya perbaikan berikutnya.
sederhana dengan menjajarkan semua
hasil proses tersebut dari kiri ke kanan Hasil dari Pertemuan Analisis Masalah
secara berurutan dan menjelaskannya Penyebab Pengaduan dapat digunakan
secara ringkas. Cara ini akan untuk berbagaikebutuhan. Manfaat langsung
sangatmembantu semua peserta terpenting adalah sebagai umpan-balik kepada
untuk memperkuat pemahaman terhadap masyarakat pengguna pelayanan dalam
keseluruhan metode yang digunakan. bentuk yang disebut sebagai Janji Perbaikan
Pelayanan dan umpan-balik kepada atasan dan
Berdasarkan pengalaman, waktu dua hari pengambil keputusan dalam bentuk yang disebut
untuk melakukan analisis terhadap Rekomendasi Perbaikan Pelayanan. Hasil analisis
permasalahan-permasalahanpenyebab masalah penyebab pengaduan dapat menjadi awal
pengaduan dirasakan sangatlah kurang. dari satu proses perbaikan pelayanan yang lebih
Oleh karena itu, bagi unit pelayanan yang intensif dan mendalam.
ingin menganalisis secara mendalam
ataupun ingin menanggapi seluruh Bagi sekolah dapat menjadi pintu masuk untuk:
pengaduan yang disampaikan pengguna
Pengembangan sistem manajemen kualitas,
layanan (sesuai Indeks Pengaduan
Penilaian kapasitas dari organisasi
Masyarakat), dapat melanjutkan analisisnya
penyelenggara pelayanan,
di luar lokakarya, namun dalam waktu
Negosiasi yang lebih baik dengan pengambil
yang tidak terlalu lama. Analisis ini dapat
keputusan untuk meraih dukungan.
dilakukan oleh semua bagian/komponen
yang ada dalam unit pelayanan, sehingga
Di tingkat kebijakan lokal (Dinas Pendidikan) dapat
penyelesaiannya bisa bersifat komprehensif
menjadi pintu masuk bagi:
dan integratif, walaupun belum bersifat
mendasar (sampai ke akarnya). Perbaikan dan pengembangan rencana strategis
unit dan sektor pelayanan,
Bahan pertimbangan untuk melakukan
C. JANJI PERBAIKAN penyesuaian rencana kerja dan alokasi
LAYANAN DAN anggaran unit pelayanan dan sektor pelayanan.
REKOMENDASI
PERBAIKAN LAYANAN

Lakukan tindakan perbaikan segera. Raih


kepercayaan dari pengguna layanan. Beritahukan
1. Umpan-balik kepada sesuai dengan yang dijanjikan. Janji ini akan
pengguna layanan membawa konsekuensi dan akan lebih mendorong
organisasi penyelenggara pelayanan agar segera
Manfaat solusi atas masalah yang dirumuskan melakukan upaya perbaikan.
pada Pertemuan Analisis Masalah Penyebab
Pengaduan masih sangat terbatas jika tidak Satu langkah perbaikan yang meskipun kecil, akan
diumumkan dan diberlakukan, meskipun masih menjadi suatu tanda bagi masyarakat: Kami sudah
bermanfaat secara internal bagi organisasi mulai memperhatikan Anda! dan bahkan pertanda
penyelenggara pelayanan sebagai pembelajaran. juga bagi para petugas: Kami adalah Para
Tetapi segera setelahpelaksanaan Survei Petugas dari organisasi penyelenggara pelayanan
Pengaduan Masyarakat ada kewajiban memberi yang dapat dibanggakan !.
umpan-balik kepada masyarakatpengguna
pelayanan tentang langkah-langkah yang akan Mengamati keseluruhan proses yang sudah
diambil untuk mengatasi masalah yangdiadukan. berlangsung, fasilitator hendaknya menilai apakah
Ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya secara umum aparatur pelaksana pelayanan
dengan membuat pengumuman sederhana atau publik di unit pelayanan siap menerbitkan
dengan semacam rencana tindakan. Disarankan Janji Perbaikan Pelayanan yang memuat
memberi umpan-balik dalam bentuk JanjiPerbaikan ukuran keberhasilan (indikator) dan batas
Pelayanan. Meski tidak punya kekuatan hukum yang waktu pemenuhan janji.
mengikat, Janji Perbaikan Pelayanan hendaknya
menjadi wujud tekad moral (moral commitment) Jika secara umum aparatur pelaksana pelayanan
pimpinan dan petugas organisasi penyelenggara publik di sekolah baru meraih percayadiri dan
pelayanan untuk memenuhi janji yang dimuat di sedang dalam pengembangan keyakinan untuk
dalamnya. melakukan perubahan, tidak dianjurkanmemaksa
mereka untuk menerbitkan Janji Perbaikan
Janji Perbaikan Pelayanan harus menjadi Pelayanan yang sudah sangat tegas memuat ukuran
tanggapan terhadap isu-isu kepentingan para keberhasilan, batas waktu pemenuhan janji. Hal ini
pengguna pelayanan berdasarkan temuan survei dapat menimbulkan rasa cemas danberkurangnya
pengaduan masyarakat. Pimpinan dan petugas motivasi untuk melanjutkan perubahan dan
organisasi penyelenggara pelayanan harus perbaikan.
menyampaikan janji mereka secara terbuka untuk
perbaikan pelayanan sebatas kewewenangan yang Janji Perbaikan Pelayanan ditulis seperti surat yang
dimiliki dan mengundang para pengguna pelayanan ditujukan kepada pengguna yang memberi informasi
agar terus mengawasi sejauh mana janji tersebut bahwa pengaduan sudah diterima dan merupakan
dipenuhi. Ini berarti bahwa masyarakat diberi pernyataan terbuka tentang upayaperbaikan yang
peluang untuk mengawasi perbaikan pelayanan akan dilakukan. Janji Perbaikan Pelayanan harus
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

2. Umpan-balik kepada
ditulis dalam bahasa sederhana yang mudah
pengambil keputusan
dimengerti dalam gaya bahasa yang bersahabat
dan meyakinkan. Janji PerbaikanPelayanan
Atasan dan pengambil keputusan pada saat yang
harus jujur mengakui adanya keterbatasan
sama seharusnya mulai menaruh perhatianpada
kemampuan (tidak semua perbaikan
survei pengaduan masyarakat pengaduan dan hasil-
dapatdilakukan sekaligus, pada umumnya
hasilnya, karena telah beberapa kali dipublikasikan
pengguna pelayanan akan dapat
di media masa selama proses berlangsung. Mereka
memaklumi hal itu) dan ada keterbatasan
juga mestinya sadar akan besarnya pengaruh yang
wewenang (ada upaya perbaikan yang mutlak
ditimbulkannya karena telah melibatkan begitu
membutuhkan keputusan dari otoritas yang lebih
banyak anggota masyarakat sebagai responden.
tinggi).
Jika itu sudah terjadi, pastilah mereka berharap
mendapat informasi lebih rincidan rekomendasi
Janji Perbaikan Pelayanan akan dikeluarkan
untuk melakukan perbaikan. Jangan biarkan mereka
dalam bentuk dokumen tertulis, dalam bentuk
menunggu terlalu lama. Hasil PertemuanAnalisis
brosur, poster yang dipasang pada organisasi
Masalah Penyebab Pengaduan dan solusi eksternal
penyelenggara pelayanan. Brosur dan poster
menjadi isi dari dokumen yang disebut Rekomendasi
adalah alat yang menjadi umpan-balik kepada
Perbaikan Pelayanan. Dokumen ini berisi upaya-
pengguna sebagai tindak lanjut survei pengaduan
upaya perbaikan yangperlu dilakukan oleh
masyarakat. JanjiPerbaikan Pelayanan harus dapat
pemerintah setempat.
meyakinkan pengguna akan komitmen untuk
perbaikan
Adalah hal yang penting bagi sekolah agar
yang dilakukan oleh penyedia pelayanan.
menyampaikan rekomendasi ini secara
profesional. Itu berarti bahwa Rekomendasi
Isi pokok Janji Perbaikan Pelayanan:
Perbaikan Pelayanan harus dilengkapi
Judul Janji Perbaikan Pelayanan denganfakta-fakta, dasar pertimbangan mengapa
Nama sekolah perbaikan harus dilakukan dan menegaskan
Tanggal deklarasi bahwasemua itu didasarkan pada aspirasi
Penjelasan ringkas tentang umpan-balik kebutuhan yang dinyatakan oleh sejumlah besar
pengaduan pengguna pelayanan. Jangan lupa memberitahukan
Daftar janji untuk menanggapi setiap pimpinan sekolah sendiri sudah menyampaikan
pengaduan
Janji Perbaikan Pelayanan dan bahkan sudah mulai
Tindak lanjut Rekomendasi Perbaikan
melaksanakannya.
Pelayanan yang diajukan kepada pengambil
keputusan
Hal ini akan memberi kesan yang sangat
Himbauan kepada masyarakat agar terus
meyakinkan bahwa: Kami tidak hanya meminta
mengawasi kinerja organisasi penyelenggara
pelayanan
Ucapan terima kasih kepada para responden
Penandatangan dan saksi-saksi
Tembusan.
bantuan, tetapi sudah mulai berbuat dari diri Laporan dikirimkan kepada pengambil keputusan
sendiri! Rekomendasi Perbaikan Pelayanan ditingkat kabupaten/kota
diterbitkan
dalam bentuk dokumen tertulis ukuran poster,
yangdipasang di kantor organisasi penyelenggara D. PEMANTAUAN
pelayanan agar pengguna dapat mengetahui DAN EVALUASI
bahwa sudah ada usaha meyakinkan pengambil
keputusan untuk memberikan dukungan. Penggunaan metode Peningkatan Kualitas

Isi pokok Rekomendasi Perbaikan Pelayanan: Pelayanan dengan Partisipasi Masyarakat


bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik
Fakta-fakta: sekolah, periode pelaksanaan di sekolah yang akan menghasilkan manfaat nyata
survei pengaduan masyarakat, jumlah dan dapat dirasakan oleh masyarakat pengguna
responden. pelayanan.
Hasil survei pengaduan masyarakat (Indeks
Pengaduan Masyarakat). Untuk memastikan bahwa Janji Perbaikan
Informasi tentang Janji Perbaikan Pelayanan Pelayanan dan Rekomendasi Perbaikan
dan tindak lanjutnya. Pelayanan yang telah diterbitkan terpenuhi
Penjelasan tentang perlunya keputusan. dan dilaksanakan, isi Janji dan
Rekomendasi Perbaikan untuk setiap Rekomendasi
pengaduan dan jumlah responden Perbaikan Pelayanan tersebut harus diintegrasi ke
yangmangadukannya. dalam rencana kerja sekolah (RKS dan RKAS).
Saran perubahan/penyesuaian Rencana Pelaksanaan Janji dan Rekomendasi Perbaikan
Pembangunan. Pelayanan melekat mengikuti siklus perencanaan,
Daftar pihak-pihak yang menerima persiapan anggaran, pelaksanaan sampai ke
tembusan surat Rekomendasi Perbaikan pertanggungjawaban hasil (akuntabilitas).
Pelayanan.

Untuk memastikan bahwa semua kegiatan


perbaikan serta hasil nyata akan dicapai dalam
3. Temui dan yakinkan waktu yang direncanakan perlu dilakukan
pengambil keputusan pemantauan kegiatan serta evaluasi hasil.
untuk meraih dukungan
Pemantauan adalah pengumpulan dan analisis
Beritahukan seluruh pengambil keputusan yang informasi tentang status kegiatan yang menghasilkan
terkait untuk menyampaikan laporan pelaksanaan gambaran status kegiatan dan mendukung
dan hasil survei pengaduan masyarakat. pengendalian dan keputusan tindak lanjut yang
Laporan berisi kumpulan semua dokumen yang tepat. Pemantauan dilaksanakan secara berkala
dihasilkan sampai pada pelaksanaan langkah dan seiring dengan siklus perencanaan sekolah.
akhir. Oleh karena itu pemantauan adalah kegiatan
rutin
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dalam konteks pelaksanaan kegiatan. Pemantauan Komitmen untuk pemantauan dan evaluasi tindakan
difokuskan pada hasil kegiatan seperti sudah nyata perbaikan pelayanan yang disebut- kan di
ditentukan/direncanakan. dalam dokumen Janji Perbaikan Pelayanan dan
tindakan nyata perbaikan, yang diharapkan
Pemantauan akan memeriksa hasil bukan kegiatan dilakukan pihak lain atau pimpinan seperti yang
itu sendiri (mis: Kebutuhan buku paket sudah dimuat di dalam dokumen Rekomendasi Perbaikan
terpenuhi sesuai jumlah siswa (=hasil), bukan: Pelayanan harus disertai komitmen untuk memantau
Sejumlah 100 buku paket disediakan(=kegiatan). dan mengevaluasinya. Pemantauan dan evaluasi
Evaluasi adalah proses pemeriksaan terhadap memberi peluang bagi penyesuaian kegiatan dan
dampak yang telah dihasilkan oleh suatu kegiatan perbaikan secara efektif.
serta keluarannya. Evaluasi dilaksanakan secara
berkala, tetapi dengan frekuensi lebih rendah Jika terjadi perubahan pimpinan sekolah, kegiatan
daripada pemantauan kemajuan pelaksanaan pemantauan menjadi wacana efektif untuk
kegiatan (misalnya: setahun atau dua tahun menginformasikan dan membahas status usaha
sekali). perbaikan pelayanan di suatu unit pelayanan.
Sesuai dengan janji dan rekomendasi, pimpinan
Frekuensi evaluasi dampak tergantung pada sekolah melaporkan perkembangan perbaikan
tujuan evaluasi. Evaluasi memfokuskan dampak pelayanan kepada masyarakat pengguna
padahasil pelaksanaan, yaitu apakah hasil sudah pelayanan. Masyarakat pengguna juga diberi
mengakibatkan perubahan yang positif (atau peluang dan saluran untuk mengawasi pelaksanaan
malah negatif). Dampak kegiatan peningkatan janji dan rekomendasi. Dengan demikian, kegiatan
pelayanan publik dapat dilihat dari berbagai pemantauan dan evaluasi sangat penting dilakukan
faktor seperti misalnya, peningkatan kualitas dengan melibatkan atau mengundang langsung
pelayanan sesuai dengan standar tertentu, umpan-balik dari masyarakat pengguna pelayanan.
peningkatan jumlahpengguna suatu unit
pelayanan, jumlah penghargaan yang diterima
sesudah pelayanan menjadil ebih baik, 1. Para pihak yang terlibat
peningkatan kepuasan
masyarakat atau penurunan pengaduan pengguna. a. Sekolah sebagai unit pelayanan

Pendekatan evaluasi harus sesuai dengan


Tim Pelaksana Survei yang sudah dibentuk di
tujuan evaluasi itu sendiri dan faktor-faktor
unit pelayanan sebaiknyatidak berhenti bekerja
yang ingin diketahui secara mendalam.
setelah Janji Perbaikan Pelayanan dan
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan dihasilkan.
Pemantauan dan evaluasi menghasilkan informasi
Tetapi tim ini meneruskan kegiatannya untuk
yang menjadi landasan pelaporan rutin kepadapihak
melaksanakan pemantauan dan evaluasi
yang terkait (akuntabilitas), termasuk sebagai bahan
secara berkala untuk memastikan bahwa tujuan
informasi balikan kepada masyarakat pengguna
janji
pelayanan.
dapat tercapai. Perlu dicatat bahwa komite dan evaluasi yang diuraikan di atas dan
sekolah masuk dalam bagian ini. proses pelaksanaannya.

b) Masyarakat pengguna pelayanan 2.1. Verifikasi status realisasi Janji dan


Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.
Masyarakat pengguna pelayanan berhak
untuk mengawasi kinerja pelayanan serta Tujuan verifikasi status realisasi Janji Perbaikan
implementasi janji di tingkat unit Pelayanan dan Rekomendasi Perbaikan
pelayanan. Masukan dapat diberikan dalam Pelayanan sesuai dengan kepentingan pihak yang
bentuk pengaduan tertulis atau lisandan terlibat:
melalui partisipasi langsung dalam
kegiatan pemantauan dan evaluasi. a) Tujuan di tingkat sekolah
Mengetahui status pelaksanaan janji,
sapakah perlu penyesuaian kegiatan atau
2. Metode
penyesuaian janji agar lebih realistis,
pemantauan dan
Mengetahui status realisasi rekomendasi
evaluasi
sebagai faktor pendukung perbaikan

Pemantauan dan evaluasi sebaiknya dilaksanakan pelayanan yang telah dilakukan oleh

dengan dua pendekatan, yaitu: sekolah itu sendiri,


Melaporkan status-status tersebut kepada
Verifikasi status Janji dan Rekomendasi masyarakat pengguna pelayanan sebagai
Perbaikan Pelayanan balikan sesuai dengan apa yang disebut
Mengulangi Survei Pengaduan Masyarakat di dalam dokumen janji dan
dengan menggunakan kuesioner yang rekomendasi perbaikan pelayanan.
sama dengan yang digunakan pada survei
sebelumnya dan membandingkan hasil b) Tujuan di tingkat kabupaten/kota (Dinas
(Indeks Pengaduan Masyarakat) yang diperoleh Pendidikan)

dari kedua survei tersebut. Menentukan kemajuan pelaksanaan Janji


dan rekomendasi Perbaikan Pelayanan

Ketiga pihak yang disebutkan di atas dilibatkan dalam rangka perbaikan pelaksanaan

secara efektif dalam pelaksanaan kedua kegiatan, perencanaan dan perubahan

pendekatan pemantauan dan evaluasi tersebut di kebijakan jika diperlukan.

atas. Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat


realisasi janji Perbaikan Pelayanan yang

Bagian berikut ini adalah penjelasan tentang berkaitan erat dengan atau sangat ditentukan

tujuan dan hasil masing-masing pendekatan oleh dukungan dari tingkat kabupaten/kota.

pemantauan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

sekolah. Tim tersebut akan didampingi oleh Tim


Mengidentifikasi praktek yang baik/inovasi
Dinas Pendidikan di masing-masing sekolah akan:
di sekolah yang layak menjadi contoh
untuk sekolah-sekolah lainnya. Mempersiapkan dokumen yang diperlukan.
Mempersiapkan format verifikasi status yang
Kegiatan verifikasi status realisasi Janji dan diperlukan.
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan bersifat Melakukan koordinasi dengan Tim
sebagaikegiatan pemantauan intern yang Dinas Pendidikan mengenai jadwaldan
dilaksanakan oleh Tim Survei Pengaduan di peserta kegiatan verifikasi status
sekolah dan didukung oleh Dinas realisasi.
Pendidikan.
Masyarakat sipil akan berpartisipasi dalam kegiatan

Kegiatan verifikasi status realisasi janji dan melalui keanggotaan di dalam TimPeningkatan

rekomendasi sebaiknya dikoordinasikan dengan Kualitas Pelayanan Publik (Komite Sekolah, LSM,

semuasekolah yang terlibat sehingga hasil- tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain).

hasilnya dapat digabungkan dan masing-masing


sekolah dapat saling belajar dari pengalaman. Pertemuan persiapan kegiatan
Pada pertemuan persiapan kegiatan semua
peserta menyepakati jadwal kegiatan, peserta
2.2. Persiapan verifikasi status
serta pembagian tugas secara rinci. Tim Dinas
realisasi
Pendidikan akan mengkoordinasikan pertemuan
Janji dan Rekomendasi
Perbaikan awal dan mengundang semua Tim Pelaksana
Survei terkait.
Pihak-pihak yang terlibat
Jadwal kegiatan di masing-masing unit pelayanan:
Tim Dinas Pendidikan mempunyai fungsi
proses verifikasi status realisasi janjiper unit
koordinasi kegiatan verifikasi status realisasi janji
pelayanan akan memerlukan waktu sekitar setengah
dan rekomendasi di mana lebih dari satu
sampai satu hari per unit pelayanan (tergantung
sekolah terlibat. Dalam rangka kegiatan tersebut
jarak lokasi). Proses verifikasi status rekomendasi
tim ini bertanggung jawab untuk:
akan memerlukan waktu tambahan satu hari per

Komunikasi mengenai rencana kegiatan unit karena status harus diverifikasi dengan pihak

ini kepada pihak pengambil keputusan dan yang terkait.

pimpinan sekolah.
Pelaksanaan pertemuan awal untuk Jangka waktu diusulkan bahwa kegiatan verifikasi

menentukan jadwal, peserta dan status realisasi dilaksanakan sebelum proses

tugas persiapan selanjutnya. perencanaan dan penganggaran. Dengan


demikian hasil dari kegiatan pemantauan ini dapat
Tim Survei Pengaduan di tingkat sekolah
mempunyai tugas persiapan kegiatan di
tingkat
dimanfaatkan dalam penyusunan rencana/anggaran Dokumen yang harus dipersiapkan
di tahun berikutnya.
1. Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM) dari survei
Rencanakan jadwal sesuai dengan partisipasi pertama.

peserta. Untuk pemantauan di satu unit


2. Janji Perbaikan Pelayanan yang resmi
ditandatangani oleh Kepala Sekolah.
pelayanan akan terlibat:
3. Rekomendasi Perbaikan Pelayanan yang resmi
Tim Pelaksana Survei Pengaduan di ditandatangani oleh Kepala Unit Pelayanan.
tingkat sekolah. 4. Dokumen-dokumen yang menunjuk
Dua sampai tiga orang anggota tim dari perencanaan kegiatan, khususnya yang
unsur masyarakat sipil atau unsur LSM. belumdilaksanakan (mis: catatan di APBD, di
RKA/RASK dan dokumen perencanaan dan
Presentasi hasil: laporan pelaksanaan kegiatan).
5. Format Pemantauan Janji Perbaikan
Jadwal tentatif untuk presentasi hasil verifikasi
Pelayanan dan Format Pemantauan
status janji dan rekomendasi kepada
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.
pimpinan sekolah dari Tim Dinas
Pendidikan.
Tanpa dokumen 1. sampai 3 tidak mungkin
Jadwal tentatif untuk presentasi hasil kegiatan
pemantauan atau evaluasi dilaksanakan. Oleh
pemantauan secara garis besar kepadaKepala
karena itu pengarsipan yang teliti sangat
Dinas Pendidikan atau Bupati/Walikota serta
penting demi pengendalian dan pengelolaan
pengambil keputusan yang terkait dari Tim
kegiatan menuju sukses kegiatan selanjutnya.
Dinas Pendidikan.
Membahas keperluan publikasi hasil
Tim Pelaksana Survei Pengaduan di masing-masing
realisasi janji dan rekomendasi kepada
sekolah mempersiapkan Format Pemantauan Janji
masyarakat pengguna pelayanan, misalnya
Perbaikan Pelayanan dan Format Pemantauan
melalui poster status pelaksanaan janji dan
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan. Format-format
rekomendasi di masing-masing sekolah.
tersebut disiapkan bagi para anggota tim yang
terlibat untuk digunakan sebagai alat bantu kerja.
Pemantauan status pelaksanaan janji dan
rekomendasi sebaiknya dilaksanakan setiap enam
Anggaran yang perlu dipersiapkan
bulan sebelum proses perencanaan/penganggaran
untuk memanfaatkan hasilnya dalam rancangan Biaya pertemuan koordinasi awal.
atau penyesuaian rencana kegiatan serta anggaran/ Fotokopi kuesioner.
anggaran perubahan. Biaya transportasi Tim Dinas Pendidikan ke
seolah (dua sampai tiga orang/1-2 hari per
unit pelayanan).
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Biaya transportasi Tim Survei ada kenyataan). Langkah itu memerlukan


Pengaduan terutama pada pelaksanaan komunikasi lebih lanjut misalnya dengan
survei ulang. SKPD.
Biaya pertemuan pelaporan kepada pengambil
keputusan yang terkait. b) Verifikasi status realisasi Rekomendasi
Perbaikan Pelayanan

Tim juga akan mengumpulkan informasi


2.3. Pelaksanaan verifikasi
mengenai status rekomendasi, sejauh
status realisasi Janji
manastatus diketahui di tingkat sekolah
dan Rekomendasi
Perbaikan Pelayanan dan di Dinas Pendidikan. Namun, seringkali
pimpinan sekolah serta tim setempat tidak
akan mengetahui status realisasi satu butir
2.3.1. Proses verifikasi
rekomendasi dan tidak mempunyai akses
status realisasi
terhadap pengambil keputusan.
a) Verfikasi status Janji Perbaikan Pelayanan Oleh karena itu, Tim Dinas Pendidikan
berperan dalam melanjutkan verifikasi status
Anggota Tim Dinas Pendidikan
rekomendasi dengan menghubungi Dinas
bergabung dengan Tim Pelaksana Survei
Pendidikan atau jika perlu pimpinan masing-
Pengaduan di masing-masing sekolah
masing instansi tersebut.
melaksanakan
kegiatan verifikasi status realisasi janji sesuai
dengan jadwal kegiatan. 2.3.2. Analisis hasil di tingkat
Tim Dinas Pendidikan serta Tim sekolah dan tindak lanjut
Pelaksana survei Pengaduan bertemu
dengan kepala sekolah yang ditujukan a) Analisis status Janji Perbaikan
untuk wawancara awal tentang status Pelayanan
kegiatan. Hasil dicatat oleh masing
Pada akhir kegiatan verifikasi di
anggota di formatnya.
unit pelayanan, tim secara bersama
Untuk mengisi format lebih lanjut, tim
mengkonsolidasikan catatan dan observasi
akan mengobservasi secara langsung
mereka di Format Verifikasi Status Realisasi
bukti nyata di sekeliling sekolah. Pada saat
Janji Perbaikan Pelayanan. Bersama-sama
itu juga dapat diminta klarifikasi dari staf
ditentukan status pelaksanaan masing-
sekolah mengenai perubahan yang telah
masing janji, apakahsudah dilaksanakan,
dilaksanakan.
sedang dilaksanakan atau belum
Jika bukti langsung untuk pelaksanaan
dilaksanakan. Status akan dijumlahkan
satu butir janji tidak dapat diobservasi
tim mencari bukti dalam dokumen yang
menyatakan bahwa suatu kegiatan
memang telah direncanakan (jika
belum
di bagian bawah tabel. Hasil ini akan b) Analisis status Rekomendasi Perbaikan
menunjukkan status pelaksanaan di Pelayanan
setiap sekolah.
Bersama-sama tim akan membahas Tim Dinas Pendidikan

apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mengkonsolidasikan status realisasi janji

atau direncanakan dianggap cukup untuk per sekolah dan merekapitulasi status

mencapai tujuan janji dan mengatasi rekomendasi (sudah, sedang, belum)

pengaduan. Jika dianggap memerlukan pada hari ke 3 setelah kunjungan ke

kegiatan tambahan, usulan kegiatan dicatat. sekolah.

Jika dianggap bahwa suatu butir janji tidak Jika status suatu rekomendasi belum

dapat tercapai secara realistis oleh jelas, sebaiknya dicatat sebagai informasi

sekolah, diusulkan perubahan janji pada pentinguntuk pengambil keputusan terkait.

format yang sama. Jika dianggap memerlukan kegiatan

Bersama-sama tim juga mengkonsolidasikan tambahan, usulan kegiatan dicatat. Jika

faktor hambatan serta praktek yang dianggap bahwa suatu butir rekomendasi

baik/inovasi yang dapat diobservasi. tidak realistis, tim dapat mengusulkan


perubahan rekomendasi pada format yang
Tim memeriksa juga bagaimana status
sama.
publikasi Janji sertaRekomendasi Perbaikan
Pelayanan di tingkat sekolah. Jika publikasi Laporan dalam Format Verifikasi Status

tersebut perlu ditingkatkan, tim akan Realisasi Rekomendasi Perbaikan

mencatat rekomendasi ke depan untuk Pelayanan dan diserahkan kepada

pimpinan sekolah. pimpinan sekolah.

Semua hasil yang disepakati diketik di


dalam satu format di unit pelayanan c) Tindak lanjut di tingkat unit pelayanan

sebagai format pelaporan.


Sesuai dengan hasil pemantauan dan
Laporan dalam Format Verifikasi Status
rekomendasi, pimpinan sekolah akan
Realisasi Janji Perbaikan Pelayanan
mengambil langkah tindak lanjut:
dipersiapkan. Tim Pelaksana Survei
Pengaduan mempresentasikan hasil Penyesuaian/tambahan kegiatan perbaikan
kepada pimpinan sekolah untuk membahas pelayanan untuk mencapai tujuan janji.
penemuan bersama-sama Tim Dinas Informasi kepada masyarakat pengguna
Pendidikan akan menerima satu salinan tentang status implementasi janji dan
format final. rekomendasi (misalnya dalam bentuk poster
yang menyebutkan janji/ rekomendasi serta
status).
Jika terjadi penyesuaian janji atau
rekomendasi, dirumuskan Janji Perbaikan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

pelayanan, faktor itu serta rekomendasi


Pelayanan dan atau Rekomendasi Perbaikan
ke depan dicatat untukpresentasi
Pelayanan baru yang diumumkan sesuai
kepada pengambil keputusan supaya
dengan proses didalam modul ini.
dapat ditindaklanjuti.
Laporan dalam Format Verifikasi Status
Praktek yang baik/inovasi: Jika Tim
Realisasi Janji serta rencana tindak lanjut
Dins Pendidikan sempat mendeteksi
dikirim oleh pimpinan sekolah ke pihak
beberapa praktek yang baik atau
yang berkaitan dengan perencanaan dan
inovasi penyediaan pelayanan yang
penganggaran di Dinas Pendidikan.
sebaiknya menjadi contoh pelayanan
yang baik untuk sektor tersebut,
2.3.3. Analisis hasil di sebaiknya dicatat.
tingkat sekolah/
daerah dan tindak lanjut b) Rekapitulasi status Rekomendasi
Perbaikan Pelayanan
Setelah pemantauan di semua unit
pelayanan dilaksanakan, Tim Dinas Status realisasi: Jika pemantauan
Pendidikan mempunyai tugas untuk dilaksanakan pada sejumlah sekolah,
mengkonsolidasikan temuan secara garis hasil-hasil rekapitulasi terhadap status
besar untuk pelaporan kepada pengambil rekomendasi (sudah, sedang, belum)
keputusan. dari semua sekolah juga dapat digabung
untuk memberikan gambaran kemajuan
a) Rekapitulasi status Janji Perbaikan (mis: seletah 12 bulan 60% dari semua
Pelayanan rekomendasi telah dilaksanakan,
padahal 40% belum ada tindak lanjut).
Status realisasi: Jika pemantauan
Rekomendasi yang belum dikerjakan
dilaksanakan pada sejumlah unit
atau di mana status belum jelas dicatat
pelayanan, hasil-hasil rekapitulasi
sebagai informasi kepada pihak yang
terhadap status janji sudah, sedang,
berwenang.
belum dari semua unit dapat
dijumlahkan untuk memberikan
2.3.4. Presentasi hasil kepada
gambaran (mis: setelah 12 bulan
pelaksanaan janji, semua kemajuan unit
Menteri/
pelayanan telah berhasil melaksanakan
Kepala/Gubernur/Bupati/
82% dari semua janji).
Walikota
Faktor penghambat: Jika ada faktor
Tim Dinas Pendidikan akan
penghambat yang mempengaruhi
mempresentasikan secara garis besar
pelaksanaan kegiatan di beberapa unit
hasil dariverifkasi status realisasi Janji dan
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan kepada yang diperlukan sebagai pelaksanadan
semua pihak pengambil keputusan yang penyediaan anggaran.
terkait.
Sesuai dengan komitmen tersebut
a) Tujuan presentasi pengambil keputusan akan

Pengambil keputusan mempunyai mempertimbangkan hasil dari pemantauan

kesempatan untuk melakukan pembahasan dan mengambil langkah tindak lanjut.

dengan Tim Dinas Pendidikan sejauhmana


kemajuan implementasi kegiatan 2.3.5. Pengarsipan
peningkatan kualitas pelayanan publik
berdasarkan partisipasi masyarakat. Hasil pemantauan status realisasi Janji dan
Pengambil keputusan serta pihak Rekomendasi Perbaikan Pelayanan dalam
yang berwenang mengetahui faktor bentuk laporan diarsipkan di masing unit
penghambat pelaksanaan perbaikan pelayanan dan oleh Tim Dinas Pendidikan
pelayananan serta rekomendasi tim. sebagai referensi untuk pemantauan
Pengambil keputusan diinformasikan selanjutnya.
mengenai butir Rekomendasi Perbaikan
Pelayanan yang tetap memerlukan perhatian.
2.3.6. Umpan-balik tentang
Pihak yang terkait mempunyai informasi
status pelaksanaan janji
mengenai praktek yang baik/inovasi yang
dan rekomendasi kepada
dianggap layak diperkenalkan kepada semua
Masyarakat
sekolah serta usulan tindak lanjut.

Pimpinan unit pelayanan menginformasikan


b) Tindak lanjut dari pengambil keputusan
kepada masyarakat pengguna tentang
Pada saat awal penerapan metode hasil verifikasi status realisasi janji dan
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik rekomendasi, misalnya melalui poster yang
dengan Partisipasi Masyarakat, pengambil memberikan informasi terakhir tentang
keputusan telah menunjukkan komitmen status.
tinggi dengan mempersiapkan kondisi Jika Tim Dinas Pendidikan ingin
kondusif bagi penggunaan metode mengkomunikasikan hasil dari pemantauan
ini, misalnya melalui Surat Keputusan secara umum juga dapat diperkenalkan
tentang penunjukan sekolah, penunjukan kepada masyarakat melalui media massa.
dan penugasan beberapa tim kerja Ini akan bermanfaat secara khusus jika
pemantauan dilaksanakan di banyak sekolah
di suatu kabupaten/kota.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

E. SURVEI ULANG kecepatan pelayanan, kejelasan prasyaratan


pelayanan,dst)
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pelayanan
sesuai dengan janji dan rekomendasi c) Tujuan di tingkat
semestinya menghasilkan perubahan kualitas masyarakat pengguna:
pelayanan yang terasa oleh masyarakat pengguna.
Mengetahui hasil survei ulang serta tindakan
Survei ulang dilaksanakan untuk melihat
lanjut dalam bentuk Janji dan Rekomendasi
sejauh mana kegiatan perbaikan yang telah
Perbaikan Pelayanan yang baru.
dilaksanakan mempunyai dampak positif terhadap
persepsi masyarakat pengguna. Masing-masing
Kegiatan survei ulang bersifat kegiatan
pihak terlibat mempunyai tujuan sesuai dengan
evaluasi terhadap status perbaikan
kepentingannya:
pelayanan yangd ilaksanakan oleh Tim
Pelaksana Survei Pengaduan dan Tim
a) Tujuan ditingkat sekolah:
Dinas Pendidikan. Sesuai dengan survei

Mengetahui apakah kegiatan perbaikan pertama, kegiatan ini akan melibatkan

yang telah dikerjakan menghasilkan masyarakat pada semua langkah.

perbaikan persepsi masyarakat sehingga


kegiatan tersebut bisa dianggap efektif. Seperti survei pertama, survei ulang

Mengetahui pengaduan mana yang dilaksanakan secara terkoordinasi antara

tetap menerima jumlah pengaduan yang semua sekolah sehingga Analisis Masalah

tinggi sehingga memerlukan aksi perbaikan Penyebab Pengaduan dapat dilaksanakan

oleh unit pelayanan bersama-sama dan sekolah dapat saling


belajar dari pengalaman.

b) Tujuan di tingkat
kabupaten/kota:
E.1. Persiapan Survei
Mengetahui secara umum apakah
Ulang dan Lokakarya
pelaksanaan janji dan rekomendasi telah
Analisis Masalah
efektif sehingga terjadi perbaikan persepsi
Penyebab Pengaduan
masyarakat.
Mengetahui unit pelayanan mana
Survei ulang sebaiknya dilaksanakan sekitar
yang sangat berhasil dari segi
dua tahun setelah Janji Perbaikan Pelayanan
penurunan pengaduandan yang mana
dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan
belum.
ditandatangani. Setelah dua tahun semestinya
Mengetahui jenis pengaduan mana yang
perubahan pelayanan dan pengaruh positif oleh
tetap menerima jumlah pengaduan yang
tinggi(misalnya sarana/ prasarana, disiplin,
pelaksanaan rekomendasi sudah sangat terasa Pertemuan Analisis Masalah Penyebab
oleh masyarakat pengguna. Pengaduan akan menyusul setelah
pembuatan IPM dipersiapkan sesuai
Survei ulang dilaksanakan (a) sebelum penjelasan tentang persiapan Pertemuan
proses perencanaan/ penganggaran dan (b) Analisis Masalah Penyebab Pengaduan di
setelah pemantauan status pelaksanaan Janji atas.
dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan (lihat Pembagian kerja antara Tim Dinas
sub-bagian tentang evaluasi). Pelaksanaan Pendidikan serta Tim Pelaksana
evaluasi akan memerlukan sekitar 6 minggu dari Survei Pengaduan di tingkat sekolah.
persiapan kegiatan sampai ke pelaporan. Biaya anggaran yang diperlukan sesuai
dengan biaya untuk survei pertama serta

a. Proses survei ulang tidak Pertemuan Analisis Masalah Penyebab

berbeda dari survei Pengaduan yang pertama.

pertama Masyarakat tetap diinformasikan pada setiap


langkah dan diikutsertakan sesuai dengan
Survei ulang akan memakai kuesioner dari survei penjelasan proses survei pengaduan dan
pertama sehingga tidak perlu melaksanakan pertemuan analisis masalah penyebab
Lokakarya Pengelolaan Pengaduan. Kuesioner pengaduan yang pertama.
tidak boleh diubah agar hasil survei kedua dapat
dibandingkan dengan survei pertama. Beberapa
b. Dokumen yang harus dipersiapkan
catatan tentang persiapan:
Persiapan survei ulang dilaksanakan sesuai Dokumen Indeks Pengaduan Masyarakat
dengan penjelasan di atas mengenai hasil survei yang lalu.
persiapan survei, termasuk pengumuman Format Verifikasi Status Realisasi Janji
pelaksanaan suvei, pembuatan dan Perbaikan Pelayanan.
publikasi IPM. Tim Peningkatan Kualitas Format Verifikasi Status Realisasi
Pelayanan Publik akan mengkoordinasikan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan.
persiapan serta memantau kualitas
persiapan survei.
BAHAN
PRESENTASI

Mengapa Sekolah Perlu


Tatakelola yang
Baik?
Tiga pilar utama penyelenggara
pendidikan:
1. Pemerintah
2. Warga sekolah
3. Masyarakat

Mengapa Sekolah Perlu


Melaksanakan
Survei
Pengaduan?
1. Sekolah sebagai unit pelayanan
2. Hak pengguna layanan untuk
memperoleh pelayanan yang baik
3. Akuntabilitas
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Transparansi dan
Akuntabilitas dalam
Manajemen Sekolah

7
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
171 r.id r.id 171
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
TUJUAN
MODUL 7 PEMBELAJARA
N

Transparansi dan Tujuan umum pembelajaran adalah peserta


menguasai transparansi dan akuntabilitas dalam

Akuntabilitas manajemen sekolah. Tujuan khusus pembelajaran


adalah, setelah mengikuti sesi tentang transparansi

dalam dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah,


peserta dapat:

Manajemen 1. Menjelaskan kaitan antara good governance

Sekolah
dengan transparansi dan akuntabilitas.
2. Menjelaskan makna transparansi dan
akuntabilitas.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis akuntabilitas.
4. Menyusun lesson learnt dari praktik baik
..... peserta tentang transparansi sekolah yang
menguasai mendapatkan pendampingan dari USAID-
transparansi dan KINERJA.
akuntabilitas
dalam manajemen
sekolah. POKOK BAHASAN

1. Kaitan antara good governance dengan


transparansi dan akuntabilitas.
2. Makna transparansi dan akuntabilitas.
3. Jenis-jenis akuntabilitas.
4. Contoh penerapan transparansi dan
akuntabilitas di sekolah.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

WAKTU

METODE
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135 menit), dengan rincian sebagai berikut:
1. Curah pendapat
2. Ceramah
Waktu Pokok Bahasan
3. Rsesitasi
4. Presentasi 5 menit Pengantar
5. Tanya jawab
10 menit Pengkondisian

30 menit Fasilitator Presentasi

30 menit Diskusi Kelompok


ALAT DAN BAHAN 50 menit Wakil Kelompok Presentasi

10 menit Penutup

1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas

PROSES FASILITASI

Pengantar Pengkondisian Pemaparan Materi


(5 menit) (10 menit) (30 menit)

Penutup Diskusi
Presentasi Kelompok
(10 menit) (50 menit) (30 menit)
Pengantar (5 menit) Penutup (10 menit)
Fasilitator mengajak peserta bermain game. Fasilitator mereview hasil diskusi.

Apersepsi (10 menit)


1. Fasilitator melakukan apersepsi materi
peningkatan partisipasi masyarakat dan BAHAN BACAAN
stake holders dalam pelayanan publik d
sekolah.
2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang
urgensi transparansi dan akuntabilitas.
3. Fasilitator memancing pikiran kritis peserta BAHAN BACAAN:
terhadap fenomena sekolah yang kurang TRANSPARANSI DAN
transparan. AKUNTABILITAS
DALAM MANAJEMEN
Presentasi (30 menit) SEKOLAH
Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang
transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen 1. PENDAHULUAN
sekolah.

Diskursus tentang good governance atau


Diskusi Kelompok (30 menit) kepemerintahan yang baik, merupakan kelanjutan
1. Fasilitator membentuk kelompok. perkembangan diskursus tentang good governmet.
2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan Good governance merupakan isu yang paling
dalam kelompok. mengemuka belakangan ini, terutama ketika
3. Kelompok mendiskusikan topik yang diberikan. keinginan untuk mewujudkan kepemerintahan yang
4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas kapabel sekaligus yang baik menjadi tekad hampir
plano. semua negara bangsa. Pemahaman umum tentang
good governance mulai mengemuka di Indonesia
Presentasi (50 menit) sejak tahun 1990-an dan semakin populer pada era
tahun 2000-an.
1. Wakil Kelompok Presentasi
2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
Kepemerintahan yang baik banyak diperkenalkan
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
oleh lembaga donor atau pemberi pinjaman luar
para peserta.
negeri seperti World Bank, Asean Development
Bank, IMF maupun lembaga-lembaga pemberi
pinjaman lainnya yang berasal dari negara-
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

negara maju. Good governance dijadikan aspek hal-hal keuangan. Dari pola pemerintahan ini,
pertimbangan lembaga donor dalam memberikan maka pemerintah sesuai dengan tingkatannya
pinjaman dan hibah.Good governance ini sudah secara formal mempunyai akuntabilitas (public
memasuki ranah universitas dengan label good accountability) kepada parlemen di tiap tingkatan
university governance dan ranah sekolah pemerintahan (federal, negara bagian, dan lokal).
dengan label good school governance.

Good governance mengharuskan penggunaan 2. MAKNA TRANSPARANSI


prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas DAN AKUNTABILITAS
dalam penyelenggaraan kepemrintahan. Deklarasi
Tokyo mengartikan akuntabilitas sebagai Transparansi atau keterbukaan berarti seluruh

kewajiban- kewajiban dari individu-individu atau warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat

penguasa mengetahui mekanisme pengelolaan sumberdaya

yang dipercayakan untuk mengelola sumber- sekolah. Selanjutnya sekolah memperoleh

sumber daya publik dan yang bersangkutan kepercayaan dan dukungan dari pemangku

dengannya untuk menjawab hal-hal yang terkait kepentingan. Keterbukaan dapat dilakukan melalui

dengan pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian

program. Akuntabilitas terkait dengan asesemen informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan

tentang standar pelaksanaan kegiatan. sumberdaya sekolah, untuk memperoleh


kepercayaan publik terhadap sekolah. Tumbuhnya

Beberapa negara maju di Eropa seperti Jerman kepercayaan publik merupakan langkah awal

dan Inggris telah menerapkan konsep akuntabilitas upaya sekolah dalam meningkatkan peran serta

hampir di setiap aspek kepemerintahan sejak masyarakat terhadap sekolah (Kemendikbud, 2012).

tahun
1970-an. Inggris di era John Major dan Toni Blair Keterbukaan atau transparansi dalam pengelolan

memasyarakatkan akuntabilitas dengan menyusun sekolah merupakan karakteristik sekolah yang

Output and Performance Analysis (OPA menerapkan MPMBS. Keterbukan/transparansi

Guidance). Pemerintah Inggris menetapkan ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan,

gagasan tentang Public Services for The Future: perencana dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan

Modernisation, Reform, Accountability, yang uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan

mengharuskan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.

setiap keputusan tidak hanya berorientasi pada Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris

pengeluaran dan atau penyerapan dana,tetapi biasa disebut dengan accoutability yang diartikan

juga mengenai peningkatan jasa yang sebagai yang dapat dipertanggungjawabkan.

diberikan Atau dalam kata sifat disebut sebagai accountable.

beserta dengan perbaikannya. Jerman menetapkan


bahwa keterlibatan pusat (central involvement)
dalam kegiatan setiap menteri dibatasi pada
masalah kepegawaian, teknologi informasi dan
Lalu apa bedanya dengan responsibility yang juga Media akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk
diartikan sebagai tanggung jawab. Pengertian laporan yang dapat mengekspresikan pencapaian
accountability dan responsibility seringkali diartikan tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu
sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda. organisasi, karena pencapaian tujuan merupakan
Beberapa ahli menjelaskan bahwa dalam kaitannya salah satu ukuran kinerja individu maupun unit
dengan birokrasi, responsibility merupakan otoritas organisasi. Tujuan tersebut dapat dilihat dalam
yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu rencana stratejik organisasi, rencana kinerja, dan
kebijakan. Sedangkan accountability merupakan program kerja tahunan, dengan tetap berpegangan
kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah
otoritas yang diperolehnya tersebut. (RJPM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
Media akuntabilitas lain yang cukup efektif dapat
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H berupa laporan tahunan tentang pencapaian tugas
Saleh dan Aslam Iqbal berpendapat bahwa pokok dan fungsi dan target-target serta aspek
akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan penunjangnya seperti aspek keuangan, aspek
watak kehidupan manusia yang meliputi sarana dan prasarana, aspek sumber daya manusia
akuntabilitas internal dan eksternal seseorang. dan lain-lain.
Dari sisi
internal seseorang akuntabilitas merupakan Perkembangan penyelenggaraan negara di
pertanggungjawaban orang tersebut kepada Indonesia memperlihatkan upaya sungguh-sungguh
Tuhan- nya. Sedangkan akuntabilitas eksternal untuk menghasilkan suatu pemerintahan yang
seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut berorientasi pada pemenuhan amanah dari seluruh
kepada lingkungannya baik lingkungan formal masyarakat. Undang-undang Nomor 28 Tahun
(atasan- bawahan) maupun lingkungan 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
masyarakat. Bersih
dan Bebas KKN menguraikan mengenai azas
Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara dan
kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil pengelolaan pemerintahan. Hal ini mengisyaratkan
pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, bahwa untuk mewujudkan suatu pemerintahan
diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk yang responsif, bebas KKN serta berkinerja, kondisi
mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta akuntabilitas merupakan 'sufficient condition'atau
cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua kondisi yang harus ada.
itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting
dalam manajemen yang baik adalah hal yang Akuntabilitas menekankan pada
saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan
kata lain di sekolah, utamanya pencapaian sasaran
pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif peningkatan mutu sekolah. Sekolah dalam
bila tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas mengelola sumberdaya berdasar pada peraturan
yang baik demikian juga sebaliknya.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

perundangan dan dapat mempertangungjawabkan b. Ada pengembangan potensi non akademik


kepada pemerintah, seluruh warga sekolah secara optimal.
dan pemangku kepentingan lainnya. c. Punya kejuaraan non akademik di berbagai
Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses bidang.
dan komponen manajemen sekolah. d. Punya kejuaraan non akademik
banyak di tingkat lokal, regional,
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara nasional, dan internasional.
tertulis disertai bukti-bukti administratif yang syah,
menunjukkan bukti fisik (seperti bangunan gedung, 3. Akuntabilitas moral, yang ditunjukkan dengan:
bangku, dan alat-alat laboratorium), atau lisan
misalnya rapat dengan mengundang pemangku a. Adanya moral meaning, moral feeling, dan

kepentingan. action di sekolah.


b. Mengaitkan manajemen dengan fungsi
normatif pendidikan, sebagai wahana untuk
3. JENIS-JENIS membangun moral anak didik di masa kini
AKUNTABILITAS SEKOLAH dan masa depan.
c. Bertanggungjawab untuk tetap memelihara
Jenis-jenis akuntabilitas di sekolah terdiri atas moralitas masyarakat melalui strategic group
sebagai berikut: di lembaga pendidikan.

1. Akuntabilitas akademik yang ditunjukkan


4. Akuntabilitas hukum, yang berarti: .
dengan:
a. Kinerja pendidikan tidak keluar dari
a. Prestasi akademik tinggi
koridor hukum.
b. Tingkat Kelulusan
b. Kinerja pendidikan menjadi contoh/teladan
Tinggi
terkait penaatan terhadap hukum.
c. Punya kejuaraan di berbagai
c. Kinerja pendidikan tidak menimbulkan
bidang akademik
masalah dari segi hukum.
d. Kejuaraan lomba mata pelajaran
e. Kejuaraan olimpiade
5. Akuntabilitas politik, yang berarti:
f. Lulusannya terserap di lembaga
pendidikan lanjutan dengan kategori baik. a. Apa yang diperbuat oleh pimpinan lembaga
pendidikan bisa diterima oleh stakeholders-
2. Akuntabilitas non akademik, yang ditunjukkan nya (institusi yang menaungi, orangtua,
dengan: masyarakat dan warga sekolah).
b. Apa yang diperbuat oleh pimpinan lembaga
a. Mengakomodasi keragaman potensi non pendidikan menimbulkan satisfaction oleh
akademik peserta didiknya.
stakeholders-nya (institusi yang menaungi, 1. Terbuka saat menyusun perencanaan sekolah,
orangtua, masyarakat dan warga sekolah). karena ada keterlibatan dari multi stake
holders dalam proses-proses penusunannya.
6. Akuntabilitas administratif, yang berarti: 2. Hasil penyusunan rencana sekolah yang
berbentuk RKS dan program-program sekolah,
a. Kinerja lembaga pendidikan dapat
dipajang pada dinding pengumuman sekolah
dipertanggungjawabkan secara administratif
sehingga dapat dilihat oleh publik yang
kepada stakeholders-nya.
menjadi pengguna pelayanan pendidikan.
b. Pertangungjawabannya dalam bentuk
3. Rencana anggaran kegiatan sekolah (RAKS)
laporan yang mudah dipahami dan
juga disusun dengan melibatkan komite
sesuai dengan pedoman yang
sekolah, disetujui dan dketahui oleh komite
ditentukan.
sekolah. Semua warga sekolah bisa
mengetahui secara transparan terhadap
7. Akuntabilitas ekonomik yang berarti:
kebutuhan dana sekolah beserta dengan

a. Lembaga pendidikan mempunyai pembelanjaan dan atau pengeluarannya.

prospectus pertumbuhan dan kualitas. 4. RKS pada sekolah-sekolah yang didampingi

b. Kelembagaan pendidikan mempunyai oleh kinerja selama menerapkan MBS, juga

pertumbuhan: ada peningkatan aset: lahan, dipajang pada suatu tempat yang dapat diketahui

peserta didik, sumber daya, dan sumber dan diakses dengan mudah oleh publik atau

dana. masyarakat.

c. Kelembagaan pendidikan mempunyai 5. Sebagai bentuk pertanggungjawaban

peningkatan kualitas: secara horisontal dan (akuntabilitas), sekolah yang menerapkan MBS

vertikal. selama didampingi oleh kinerja, juga melaporkan


kegiatan dan sekolah beserta dengan
pengunaan anggarannya kepada orang tua,

4. CONTOH PENERAPAN UPTD, Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan

TRANSPARANSI DAN bahkan kepada multi stake holder yang lainnya.

AKUNTABILITAS DI 6. Setelah sekolah menerapkan transparansi dan

SEKOLAH akuntabilitas, maka kepercayaan masyarakat


terhadap sekolah makin meningkat, dan

Penerapan transparansi telah dilakukan oleh partisipasi yang diberikan juga semakin

sekolah-sekolah yang menerapkan MBS dan meningkat (lebih lanjut, baca bab: Partisipasi

mendapatkan pendampingan dari kinerja. SD-SD masyarakat dan stake holders dalam pelayanan

yang berada di Kota Probolinggo, telah menunjukkan publik di sekolah).

transparansi dala pengelolaan sekolah. Bentuk


transparansi yang mereka tunjukkan adalah:
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

KOMITE SEKOLAH DI JEMBER


BANGKIT SETELAH ADA USAID-
KINERJA

I bu Lulus Yuliastutik, Kepala Sekolah SDN Sidomekar 08 Kec. Semboro Kab. Jember yang
merupakan salah satu sekolah mitra Program USAID-KINERJA, telah mulai menerapkan MBS
berpelayanan publik da membuka ruang partisipasi bagi masyarakat dalam meningkatkan mutu
sekolah.

Menyadari manfaat partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas Ibu Lulus segera memulai langkah
terobosan dengan mereformasi komite sekolah, yang sebelumnya keberadaan komite sekolah hanya
sekedar ada. Alhasil, beliau berhasil menemukan tokoh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan
bernama Bpk. Risqon, SE yang terpilih menjadi Ketua Komite.

Pendampingan teknis KINERJA melalui Lokakarya Penguatan dan Pemberdayaan Komite


Sekolah, komite dan kepala sekolah serta guru memahami apa peran dan fungsi komite sekolah.
SK
Pengurus Komite tertanggal 14 April 2012 telah diterbitkan dan saat ini sudah memiliki AD/ART serta
program kerja Komite sekolah yang dilengkapi dengan visi misi. Dibawah kepemimpinan Bapak
Risqon, komite Sidomekar 08 mulai bangkit untuk terlibat dalam pengelolaan sekolah sesuai dengan
peran dan fungsinya yaitu sebagai Supporting, Mediator, Advisor dan controlling.

Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Komite Sekolah SDN Sidomekar 08 antara lain :
Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan perencanaan sekolah, membantu guru menghitung
& menentukan KKM (mengadakan workshop penghitungan & penetapan KKM), membantu
meningkatkan mutu dan promosi sekolah.

Bekerjasama dengan PT Indofood (mie sedap), Teh Botol Sosro, Yamaha sebagai sponsor
lomba baca puisi, mewarna & menggambar untuk anak TK calon murid, drumband dan Famili
Cerdas. Acara digelar agar masyarakat dan orang tua murid bersama keluargnya datang ke
sekolah dan mengetahui kondisi sekolah sekaligus promosi

Bekerjasama dengan Pabrik Gula Semboro untuk mencarikan bea siswa untuk peserta didik
Bekerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Semboro, memanfaatkan lahan milik KUD untuk
bercocok tanam hortikultura ) Pepaya, kangkung, bayam, gambas, dan katu ) sebagai kegiatan
ekstra dan praktek pertanian untuk siswa. Hasilnya dijual dengan pembagian 50 %
komite sekolah untuk dikembangkan lagi, 25 % sekolah dan pengelola.

Mendirikan KANTIN SEKOLAH, hasilnya 50% komite dan 50% sekolah. Tujuannya selain untuk
support dana ke sekolah, juga menciptakan jiwa wirausaha siswa dan masyarakat sekolah karena
menjual makanan yang diproduksi orang tua murid seperti Klepon, Kripik Pisang, Opak gepit, Kacang
telur, Roti kering, dan rengginan. Siswa mengambil sendiri makanan yang dibeli dan mengadministrasikan
sendiri dengan memasukan uang serta mencatat sendiri dalam buku, pengelola hanya mengkoordinir
& mengawasi serta membantu siswa yang belum bisa. baca, tulis.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

BAHAN
PRESENTASI

RESPONSIBILITY DAN ACCOUNTABILITY


Responsibility merupakan otoritas yang
diberikan atasan untuk melaksanakan suatu
kebijakan.
Accountability merupakan kewajiban untuk
menjelaskan bagaimana realisasi otoritas
yang diperolehnya tersebut.

JENIS-JENIS AKUNTABILITAS SEKOLAH


1. Akuntabilitas akademik
2. Akuntabilitas non akademik
3. Akuntabilitas moral
4. Akuntabilitas hukum
5. Akuntabilitas politik
6. Akuntabilitas administratif
7. Akuntabilitas ekonomik
AKUNTABILITAS AKADEMIK
Prestasi akademik tinggi
Tingkat kelulusan tinggi
Punya kejuaraan di berbagai bidang
akademik
Kejuaraan lomba matapelajaran
Kejuaraan olimpiade
Lulusannya terserap di lembaga pendidikan.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

Praktik Baik
(Good Practice)
Penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan
Publik di Sekolah

8
TUJUAN
MODUL 8 PEMBELAJARA
N

Praktik Baik Tujuan umum pembelajaran adalah peserta dapat


mengambil pelajaran dari praktik-praktik penerapan

(Good Practice) MBS berorientasi pelayanan publik. Tujuan khusus


pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi

Penerapan MBS tentang praktik baik (good practice) penerapan MBS


berorientasi pelayanan publik, peserta dapat:

Berorientasi 1. Mengidentifikasi praktik baik (good practice)

Pelayanan Publik
penerapan MBS berorientasi pelayanan publik
yang pernah dilihat di daerah masing-masing.
2. Mengambil praktik-praktik baik penerapan MBS
Sekolah berorientasi pelayanan publik sebagai leason
leaner.
3. Menganalisis kemungkinan penerapan praktik-
praktik baik penerapan MBS berorientasi
pelayanan publik di sekolah masing-masing.

Tujuan umum POKOK BAHASAN


pembelajaran adalah
peserta dapat mengambil
pelajaran dari praktik-
praktik penerapan MBS
1. Praktik-praktik baik manajemen kurikulum dan
berorientasi pelayanan
pembelajaran berbasis sekolah.
publik.
2. Praktik-praktik baik manajemen kelas berbasis
sekolah.
3. Praktik-praktik baik manajemen SDM.
4. Praktik-praktik baik manajemen peserta didik.
berbasis sekolah.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

5. Praktik-praktik baik manajemen sarana WAKTU


prasarana berbasis sekolah.
6. Praktik-praktik baik manajemen keuangan
berbasis sekolah.
7. Praktik-praktik baik manajemen partisipasi Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
masyarakat berbasis sekolah. (135 menit), dengan rincian sebagai berkut.
8. Contoh Penerapan Praktik MBS di
Kabupaten/Kota Mitra Kinerja Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pengantar

10 menit Pengkondisian

METODE 30 menit Telaah teks/bahan bacaan

30 menit Diskusi Kelompok

50 menit Wakil Kelompok Presentasi


1. Curah pendapat
10 menit Penutup
2. Ceramah
3. Rsesitasi
4. Presentasi
5. Tanya jawab

ALAT DAN BAHAN

1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
PROSES FASILITASI

Pengkondisian Telaah Bahan


Pengantar (10 menit) Bacaan (30
(5 menit)
menit)

Presentasi Diskusi
Penutup
(50 menit) Kelompok
(10 menit)
(30 menit)

Pengantar (5 menit) 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada


peserta untuk menggaris bawahi hal-hal penting
Fasilitator mengajak senam kepada peserta.
pada bacaan yang ditelaah.
3. Failitator memberikan kesempatan kepada
Apersepsi (10 menit)
peserta mengidentifikasi good practice MBS
1. Fasilitator melakukan apersepsi materi
berorientasi pelayanan publik di daerahnya
sebelumnya
masing-masing.
2. Fasilitator menggali pengalaman peserta
tentang pelaksanaan MBS di sekolahnya
Diskusi Kelompok (30 menit)
masing-masing.
1. Fasilitator membentuk kelompok
3. Fasilitator memancing pendapat peserta lain
2. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian
tentang pengalaman pelaksanaan MBS di
kelompok mendiskusikan langkah-langkah yang
sekolah yang telah diceritakan oleh peserta.
dapat ditempuh oleh sekolah untuk mencapai
SPM.
Telaah Bahan Bacaan (30
3. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian
menit)
kelompok untuk mendiskusikan langkah-langkah
1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
sekolah untuk mencapai SNP.
peserta untuk menelaah bacaan tentang
good practice MBS berorientasi pelayanan
publik.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dan dapat dijadikan sebagai 'lessons learnt' oleh


4. Fasilitator memberikan kesempatan
sekolah-sekolah lain. Good practices tersebut,
kepada kelompok meringkas hasil
diangkat dari sekolah-sekolah yang selama ini
diskusinya pada kertas plano.
menerapkan MBS yang dibina oleh pemerintah
(Kemendiknas dan Dinas Pendidikan Provinsi
Presentasi (50 menit)
dan kabupaten kota) dan yang dibina oleh NGO
1. Fasilitator membentuk kelompok (termasuk yang didampingi oleh Kinerja-USAID).
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada Mengingat aspek substansi manajemen berbasis
kelompok untuk mengidentifikasi praktik-praktik sekolah yang berorientasi pelayanan publik tersebut
MBS berorientasi pelayanan publik yang dimulai dari manajemen pembelajaran sampau
dapat diterapkan di sekolah masing-masing dengan manajemen partisipasi masyarakat,
beserta faktor pendukung, penghambat beserta maka sajian tentang good practices tersebut juga
pemecahannya. mengikuti alur aspek subtansi manajemen berbasis
3. Wakil Kelompok Presentasi sekolah yang berorientasi pelayanan publik.
4. Anggota kelompok menambahkan (jika ada)
5. Kelompok presenter bertanya jawab
dengan para peserta B. GOOD PRACTICES
MANAJEMEN KURIKULUM
Penutup (10 menit) BERBASIS SEKOLAH
Fasilitator mereview hasil diskusi
1. Kurikulum yang diterapkan di sekolah yang
menerapkan MBS adalah KTSP. Manajemen
mutu KTSP di sekolah yang menerapkan MBS
BAHAN BACAAN terdiri atas: mencermati perubahan kurikulum,
mempelajari KTSP, sosialisasi KTSP,
worshop silabus, sharing silabus, expert
judgement silabus, dan pengesahan silabus.
2. Pencermatan perubahan kurikulum dilakukan
BAHAN BACAAN: PRAKTIK
oleh Sekolah yang menerapkan MBS sejak
BAIK (GOOD PRACTICES)
adanya informasi perubahan kurikulum dari
PENERAPAN MBS
1994 ke KBK, Kurikulum 2004 dan KTSP.
BERORIENTASI
Setelah KTSP ditetapkan secara resmi sebagai
PELAYANAN PUBLIK
kurikulum yang dipakai secara nasional, sekolah
yang menerapkan MBS mempelajari KTSP.
A. PENDAHULUAN 3. Sosialisasi KTSP di sekolah yang menerapkan
MBS dilakukan kepada guru dan stake holders
Banyak good practice manajemen berbasis
dengan maksud memberikan pemahaman akan
sekolah berorientasi pelayanan publik yang dapat
diangkat
urgensi KTSP, selanjutnya bisa 3. Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan
mencangkokkan komitmen untuk penyusunan RPP yang bermutu oleh guru,
mengimplementasikan KTSP. dengan memedomani silabus yang sudah
4. Penyusunan silabus dilakukan bersama oleh disyahkan, di-sharing-kan dengan dan di-review
tenaga kependidikan sekolah yang menerapkan oleh sejawat dan dilakukan expert-judgement,
MBS sesuai dengan rambu-rambu yang serta dilakukan revisi berulang.
ditetapkan oleh BSNP, dengan 4. Substansi RPP yang disusun oleh guru
mengakomodasi potensi dan kearifan lokal. Sekolah yang menerapkan MBS meliputi:
5. Sharing silabus, judgement expert, review identitas mata pelajaran, kompetensi, tujuan
silabus dan revisi silabus, dilakukan oleh pembelajaran, materi pembelajaran, langkah-
tenaga kependidikan di sekolah yang langkah pembelajaran; metode, media dan
menerapkan sumber belajar; jenis dan instrumen evaluasi;
MBS dengan harapan menjadi silabus yang identitas penyusun dan pengesahan oleh
berkualitas karena telah didialogkan dengan penyusun dan kepala sekolah.
sejawat dan mendapatkan banyak masukan 5. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Sekolah
dari pakar kependidikan mata pelajaran yang menerapkan MBS memedomani RPP;
sesuai keahliannya. menggunakan model, strategi, metode dan
6. Silabus yang sudah melalui perbaikan secara media pembelajaran yang mengerucut ke arah
berulang kemudian disahkan dan dirujuk ketika PAKEM.
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6. Evaluasi pembelajaran yang diterapkan di
(RPP). Sekolah yang menerapkan MBS adalah evaluasi
autentik, yang terdiri atas tes dan non tes.
Guna mengetahui keberhasilan pembelajaran,
C. GOOD PRACTICES Sekolah yang menerapkan MBS menerapkan
MANAJEMEN standar ketuntasan minimal (SKM).
PEMBELAJARAN BERBASIS 7. Dalam evaluasi pembelajaran (PS, PR, ulangan
SEKOLAH harian, ulangan sub semester dan ulangan
semester), guru mengoreksi dan memberikan
1. Manajemen pembelajaran pada sekolah yang balikan kepada siswa. Siswa yang berprestasi
menerapkan MBS adalah suatu aktivitas yang dalam berbagai ulangan dan pengerjaan tugas
bermaksud mewujudkan mutu pembelajaran mendapatkan reward dari guru, siswa yang
sehingga proses dan hasil pembelajaran belum mencapai KKM mendapatkan remidi, dan
menjadi bermutu. siswa yang sudah mencapai KKM lebih cepat
2. Proses manajemen pembelajaran Sekolah dari kawannya mendapatkan pengayaaan
yang menerapkan MBS meliputi: perencanaan materi pembelajaran.
pembelajaran, implementasi pembelajaran
dan penilaian pembelajaran.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

8. Keseluruhan hasil evaluasi dikembalikan kepada


E. GOOD PRACTICES
siswa dan dilaporkan kepada orangtua, melalui
MANAJEMEN
raport.
KESISWAAN BERBASIS
SEKOLAH

1. Manajemen kesiswaan adalah upaya yang


D. GOOD PRACTICES
dilakukan oleh pengelola Sekolah yang
MANAJEMEN
menerapkan MBS dalam memproses input
KELAS BERBASIS
siswa menjadi output yang bermutu sesuai
SEKOLAH
dengan visi, misi dan tujuan sekolah.
2. Manajemen mutu kesiswaan berbasis terdiri
1. Ruang kelas pada sekolah yang menerapkan
atas rekrutmen siswa baru, identifikasi potensi
MBS berada dalam keadaan bersih dan
terawat, karena disapu dan dilap setiap hari akademik dan non akademik, pembinaan

oleh siswa piket yang diatur oleh guru kelas. yang berpotensi akademik dan non akademik,

2. Ruang kelas sekolah yang menerapkan MBS penyaluran bagi yang kurang potensial di bidang

dihias menarik oleh siswa dengan bimbingan akademik dan non akademik, pemantauan

guru kelas sehingga kondusif untuk belajar. siswa yang melanjutkan studi.

3. Pada dinding ruang sekolah yang menerapkan 3. Rekrutmen siswa baru dilakukan oleh Sekolah

MBS dipajang karya-karya terbagus siswa dan yang menerapkan MBS berdasarkan daya

kalender, serta poster-poster afirmatif yang tampung sekolah yang didahului dengan

menggelorakan semangat relajar siswa. penyebaran pengumuman dalam bentuk brosur.

4. Berbagai jenis ringkasan mata pelajaran, mind 4. Identifikasi potensi akademik dan non akademik

mapping, rumus matematika dan MIPA, dan siswa dilakukan oleh guru kelas dan satgas

pojok mata pelajaran dibuat dan ditempatkan yang dibentuk, guna memetakan siswa yang

pada ruang kelas Sekolah yang menerapkan berpotensi akademik, berpotensi non akademik,

MBS secara berkala sesuai dengan kebutuhan dan berminat akademik dan non akademik.

pembelajaran. 5. Siswa berpotensi akademik dibina sampai

5. Terdapat aturan yang dipedomani dan mengerucut ke kejuaraan lomba mata pelajaran,
dijalankan siswa berpotensi non akademik dibina sampai
oleh wali kelas, sehingga kelas yang menjadi mengerucut ke kejuaraan lomba non akademik,
tangungjawab guru kelas benar-benar kondusif dan siswa yang berminat akademik dan non
untuk melaksanakan pembelajaran yang akademik disalurkan pembinaannya melalui
bermutu. kegiatan ekstra kurikuler untuk variasi dan
pengayaan perolehan belajar di bidang
akademik.
6. Siswa yang berprestasi dan menjadi menugasi, meningkatkan kemampuan,
juara bidang akademik dan non akademik memberikan penghargaan kepada tenaga
mendapatkan penghargaan material dan non kependidikan agar memberikan kontribusi yang
material serta ditampilkan dalam berbagai bermutu terhadap proses pendidikan di sekolah.
kegiatan gebyar sekolah agar makin memacu 2. Aktivitas manajemen tenaga kependidikan terdiri
yang bersangkutan dan kawannya untuk atas: rekrutmen, penugasan, penggajian,
mendapatkan kejuaraan akademik dan non peningkatan kualifikasi dan kompetensi, promosi
akademik berikutnya. dan penghargaan.
7. Guna mempertahankan mutu pembinaan, 3. Rekrutmen tenaga kependidikan pada Sekolah
maka setiap pembina mendapatkan insentif yang menerapkan MBS melalui seleksi ketat,
pembinaan, dan pembina kesiswaan yang referensi kepala sekolah dan guru sejawat serta
berprestasi mendapatkan rewardbertingkat yayasan sehingga yang terekrut memenuhi
sesuai dengan tingkatan prestasinya. kualifikasi, prestasi akademik, dedikasi dan
8. Berdasarkan pembinaan dan pendampingan kemampuan khusus sesuai dengan ciri khas
yang bermutu kepada siswa, maka Sekolah sekolah yang menerapkan MBS.
yang menerapkan MBS banyak mendapatkan 4. Penugasan tenaga kependidikan Sekolah yang
kejuaraan penghargaan baik di bidang akademik menerapkan MBS selain pada tugas utama,
maupun non akademik. juga pada tugas tambahan, sesuai dengan
9. Sekolah yang menerapkan MBS memantau kualifikasi, kompetensi dan kemampuan khusus
kelanjutan studi lulusannya dan membangun yang dimiliki, dan didasarkan atas kebutuhan riil
jaringan alumni sebagai bentuk akuntabilitas pengembangan peserta didik di sekolah.
pembinaan berkelanjutan dan sekaligus 5. Penggajian tenaga kependidikan Sekolah yang
mengkondisikan alumni agar memberikan menerapkan MBS didasarkan atas jenis dan
kontribusi akademik dan non akademik jumlah beban tugas, kualifikasi dan kompetensi,
kepada sekolah asalnya. golongan/ruang, masa kerja dan alokasi serta
kemampuan angggaran sekolah.
6. Peningkatan kualifikasi tenaga tenaga
F. GOOD PRACTICES kependidikan sekolah yang menerapkan MBS
MANAJEMEN SDM melalui studi lanjut, sedangkan peningkatan
(TENAGA KEPENDIDIKAN) kompetensi melalui supervisi, pertemuan ilmiah,
BERBASIS SEKOLAH pelatihan, workshop, seminar, pendampingan,
dan kemitraan dengan lembaga lain.
1. Manajemen tenaga kependidikan adalah 7. Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan
aktivitas yang dilakukan oleh pengelola dedikasi tenaga kependidikan pada sekolah
Sekolah yang menerapkan MBS untuk yang menerapkan MBS, dan terdapat upaya
merekrut,
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

peningkatan atau promosi karier secara tua, masyarakat dan stake holders sekolah
berkelanjutan. yang lainnya.
6. Inventarisasi sarana prasarana pada sekolah
yang menerapkan MBS dilakukan setelah
F. GOOD PRACTICES sarana prasarana diadakan dengan cara
MANAJEMEN memberikan label sarana prasarana yang ada,
SARANA dan mencatat pada buku inventaris sekolah,
PRASARANA papan inventaris yang ditempatkan pada
BERBASIS SEKOLAH ruang kepala sekolah dan guru, dan pada
daftar inventaris yang ditempelkan pada setiap
1. Manajemen sarana prasarana adalah ruangan.
pengaturan sarana prasarana secara 7. Penggunaan sarana prasarana pada sekolah
bermutu agar siap dipergunakan untuk yang menerapkan MBS dilakukan secara
mendukung pelaksanaan bidang akademik optimal sehingga tingkatan utilitas gedung,
dan non akademik di sekolah yang ruangan, peralatan pembelajaran dan penunjang
menerapkan MBS. pembelajaran pada sekolah yang menerapkan
2. Aktivitas manajemen sarana prasarana Sekolah MBS tergolong tinggi pada jam-jam sekolah.
yang menerapkan MBS terdiri atas: identifikasi 8. Perbaikan, perawatan dan pemeliharaan sarana
kebutuhan sarana dan prasarana, pengadaan prasarana pada sekolah yang menerapkan MBS
sarana prasarana, inventarisasi sarana selalu dilakukan agar sarana prasarana yang
prasarana, penggunaan sarana prasarana, tersedia tetap layak, aman dan nyaman dipakai
perawatan dan pemeliharaan sarana prasarana. sehingga senantiasa siap dipergunakan untuk
3. Identifikasi kebutuhan sarana prasarana kepentingan pembelajaran atau akademik dan
dilakukan oleh pengelola sekolah yang kepentingan lainnya atau non akademik.
menerapkan MBS dengan bantuan tenaga
kependidikan, atau oleh satuan tugas
yang dibentuk leh pengelola. H. GOOD PRACTICES
4. Pengadaan sarana prasarana dilakukan MANAJEMEN
berbasis kebutuhan riil sekolah baik di bidang KEUANGAN BERBASIS
akademik maupun non akademik, dan SEKOLAH
dilakukan oleh pengelola dan tenaga
kependidikan 1. Manajemen keuangan sekolah yang
Sekolah yang menerapkan MBS. menerapkan MBS adalah upaya penggalian
5. Pengadaan sarana prasarana sekolah yang sumber dan pembelanjaan dana secara
menerapkan MBS dilakukan dengan cara bermutu dan selektif, guna mendukung aktivitas
pembangunan gedung dan ruangan; pembelian dan
peralatan; mendapatkan sumbangan dari mutu pendidikan dan pembelajaran.
orang
2. Aktivitas manajemen keuangan berbasis religi I. GOOD PRACTICES
terdiri atas: perencanaan anggaran, penggalian MANAJEMEN
anggaran, realisasi dalam bentuk penggunaan PARTISIPASI
dan pembelanjaan anggaran, dan laporan MASYARAKAT
pertangungjawaban anggaran. BERBASIS SEKOLAH
3. Perencanaan anggaran adalah menyusun RAKS
yang berbasis pada Renstra sekolah dengan
1. Manajemen partisipasi masyarakat sekolah
melibatkan stake holders sekolah, selanjutnya
yang menerapkan MBS adalah suatu aktivitas
diajukan kepada pihak-pihak yang bisa menjadi
penggalangan, penerlibatan dan penggerakan
sumber pebdanaan.
secara bermutu potensi masyarakat, terutama
4. Sumber dana sekolah yang menerapkan MBS, orang ua dalam rangka mendukung proses
terdiri atas sumber tetap dan sumber tidak pendidikan dan pembelajaran yang bermutu di
tetap. Sumber dana tetap terdiri atas uang sekolah.
pangkal/ masuk siswa kelas 1 dan SPP. 2. Aktivitas manajemen partisipasi masyarakat
Sumber dana tidak tetap terdiri atas bantuan sekolah yang menerapkan MBS terdiri atas
suka rela orang tua, bantuan pemerintah (BOS, identifikasi potensi orang tua dan masyarakat,
block grand), bantuan luar negeri, bantuan memprogramkan kerja sama dengan orangtua
masyarakat, bantuan partner kerja sama, uang dengan masyarakat, berkomunikasi dengan
pangkal orangtua dan masyarakat, membentuk komite
siswa pindahan, dan usaha sekolah sekolah, membentuk paguyuban orangtua
melalui koperasi. murid, menampilkan prestasi siswa dalam
5. Realisasi penggunaan anggaran untuk pentas seni dan kegiatan keagamaan, membuat
keperluan penciptaan pembelajaran berkualitas, media sekolah.
pembimbingan dan layanan siswa; gaji, 3. Identifikasi potensi orangtua dan masyarakat
honorarium, pendidikan dan pelatihan serta dilakukan setiap awal tahun oleh wali kelas
penghargaan tenaga kependidikan; pengadaan, dan satuan tugas yang dibentuk untuk
perbaikan dan perawatan sarana prasarana; melihat kemungkinan partisipasi yang dapat
penggalian dana baru; menggalang kerja sama diberikan oleh orangtua dan masyarakat.
dengan orangtua, masyarakat dan mitra kerja
4. Berdasarkan atas peta potensi orangtua dan
sama.
masyarakat, pengelola sekolah yang
6. Laporan angaran sebagai bentuk akuntabilitas
menerapkan MBS menyusun program kerja
dirumuskan secara tertulis dan disampaikan
dan menggalang partisipasi dari (dan kerja
kepada orangtua, komite sekolah, institusi
sama dengan) orangtua dan masyarakat.
yang menaungi dan pemerintah serta para
Partisipasi orangtua dan masyarakat
penyumbang dana.
dikelola secara bermutu melalui
kelembagaan komite
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

dokumen perencanaan yang akuntabel, yang


sekolah (di tingkat sekolah), paguyuban
prosesnya dilakukan secara partisipatif dengan
orang- tua (di tingkat kelas), serta secara
melibatkan tim pengembang sekolah (TPS) dan
individual ke sekolah.
komite sekolah. Proses penyusunan diawali
5. Partisipasi orangtua dan masyarakat di sekolah
dengan evaluasi diri sekolah, identifikasi
yang menerapkan MBS dikelola dengan bermutu
pemenuhan standar pelayanan minimal dan
dalam wujud memberikan sumbangan pikiran,
masukan dari masyarakat. Padahal sebelumnya,
peningkatan kemampuan tenaga kependidikan,
Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) umumnya
sumbangan dana, sumbangan tenaga untuk
disusun sepihak hanya oleh kepala sekolah
peningkatan life skill siswa dan sumbangan non
dan sebagian guru. Hampir di semua sekolah
dana.
dampingan, dokumen rencana yang ada telah
dipublikasikan oleh sekolah dengan beragam
J. CONTOH PENERAPAN cara, menyesuaikan kondisi sekolah.

PRAKTIK MBS DI
KABUPATEN/ Dalam kaitan partisipasi, kesadaran kebutuhan
akan peran dari mitra lainnya, mendorong
KOTA MITRA
sekolah untuk merevitalisasi ataupun
KINERJA
meremajakan tim pengembang dan komite
sekolah melalui SK pembentukan dan
Sekolah-sekolah yang didampingi oleh kinerja-
penyusunan anggaran dasar/ anggaran rumah
USAID dalam menerapkan MBS telah melakukan
tangga (AD/ART)-nya. Di Sekadau, seluruh
berbagai jenis praktik-praktik yang baik (good
sekolah yang didampingi telah memiliki SK TPS,
practice) yang dapat dijadikan sebagai lesson
dimana 18 sekolah telah memiliki SK Komite
learn oleh sekolah-sekolah lain. Di antara berbagai
sekolah dan 12 telah menyusun AD/ART Komite
praktik baik tersebut, dilaksanakan oleh SD-SD
Sekolah.
yang didamping oleh USAID-KINERJA di Jawa
Timur dan Kalimantan Barat.
Sejak adanya pendampingan MBS ini, kami
jadi lebih mengerti bagaimana membuat
Berikut dicuplikkan berapa praktik baik yang
perencanaan sekolah dan mengajak orang tua
dilakukan oleh SD yang menerapkan MBS
murid untuk terlibat, H. Sabli, S.Pd, Kepsek SDN
dengan pendampingan USAID-KINERJA.
47 Penanjung, Kec. Sekadau Hilir

1. Penyusunan rencana
sekolah yang lebih
partisipatif

Pasca intervensi KINERJA selama satu


tahun pertama, seluruh sekolah mitra telah
memiliki
Gambar 7.12. Rencana Sekolah yang Dipajang

2. Peningkatan akuntabel, kesadaran kritis dari para pihak mulai


partisipasi muncul akan perlunya dukungan mereka, baik
masyarakat dalam berupa masukan penyelesaian masalah, dukungan
realisasi rencana tenaga maupun pendanaan.
sekolah
Salah satu praktek menarik mengenai hal ini
Kampanye Pendidikan Gratis yang banyak adalah apa yang berlangsung di SMP Negeri 1
dilakukan kalangan politisi dan elit lainnya Belimbing, Kabupaten Melawi. Sekolah ini mampu
mengakibatkan keengganan masyarakat untuk menggunakan rencana sekolah, yang dihasilkan
membantu pembiayaan pendidikan. Banyak kepala melalui proses yang transparan dan partisipatif,
sekolah yang merasa seperti disodorkan buah dalam menggalang dukungan para pihak. Program
simalakama, dimana setiap kali sekolah mencoba yang berhasil diidentifikasi dalam RKT sekolah
menggalang pendanaan dari orangtua murid maka kemudian dilakukan pelelangan program kepada
mengalami penolakan ataupun dituding melakukan para pihak yang ada. Karena paham dengan proses
pungutan liar. Sebaliknya, jika tidak dilakukan yang berlangsung, banyak pihak yang membeli
penggalangan pendanaan maka layanan pendidikan lelang program ini.
yang diberikan akan terkendala.
Berdasarkan RAKS yang dipublikasikan sekolah,
Melalui proses pelibatan para pihak di tingkat pada tahun anggaran 2012-2013, total partisipasi
sekolah dan berlangsungnya proses perencanaan
dan pengelolaan sekolah yang transparan dan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

para pihak yang berhasil dikumpulkan adalah Banyak pembelajaran menarik yang juga telah
sebesar Rp 125.300.000 (seratus duapuluh lima terjadi dari implementasi MBS ini di beberapa
juta tiga ratus ribu rupiah). Beberapa program sekolah. Bahkan ada sekolah yang telah mampu
yang berhasil dibeli oleh para pihak adalah: merangkul dunia usaha dan alumni yang ada
penyediaan folding gate untuk ruang kelas, untuk membantu mewujudkan rencana sekolah
perbaikan toilet, perbaikan ruang UKS, yang disusun.Pelaksanaan Paket MBS di bidang
pembangunan kantin sekolah, penyediaan loker pendidikan yang telah berlangsung di Kalimantan
HP dan loker sepatu siswa, pembuatan pagar dari Barat dipandang perlu dilanjutkan, baik dalam
batako yang berasal dari sumbangan orangtua tahapan konsolidasi maupun perluasan ke
siswa, pengadaaan penghijauan sekolah, bebeberapa sekolah lainnya yang berada di lingkup
perbaikan lantai sekolah dengan pemasangan kabupaten bersangkutan.
keramik, pengadaan kursi ruang rapat, pembuatan
teralis untuk ruang Secara umum, USAID-KINERJA melakukan
komputer dan ruang koperasi, pelajaran ketrampilan perluasan melalui: (i) Membentuk Sekolah
dan les tambahan siswa yang pembiayaannya oleh Percontohan di tingkat Kabupaten dan
orang tua murid, dan pembuatan kebun sekolah meningkatkan kapasitas dari sekolah tersebut
yang ditanami oleh tumbuhan produksi (buah dalam memberikan layanan sebagai sekolah
brazil).
percontohan MBS; (ii) Menjadikan Kepala Sekolah
dan
Pengawas sekolah (yang sejatinya memiliki tupoksi
3. Pengupayaan Dukungan
dalam supervisi sekolah) sebagai agen perluasan
dari
saat melakukan pendampingan ke sekolah; (iii)
Pemerintah Daerah
Mendorong MSF sebagai agen perluasan, terutama
dengan mendekati komite sekolah untuk siap
Secara umum pelaksanaan program MBS di
berpartisipasi pada agenda sekolah dan juga
Kalimantan Barat yang dilakukan telah mampu
mendesakkan kebijakan yang mendukung bagi
memperkenalkan konsep tata kelola yang baik
pelaksanaan MBS; dan (iv) Menginisiasi lahirnya
pada sekolah-sekolah target. Hampir seluruh
SK Kepala Dinas mengenai Pelaksanaan MBS
sekolah dampingan telah melakukan identifikasi diri
dengan salah satu bagiannya menjelaskan bahwa
sekolah (ada yang menggunakan Profile, EDS,
telah ada sekolah percontohan di wilayahnya,
dsbnya), penyusunan dokumen perencana (revisi
yang dapat dijadikan referensi bagi sekolah lain
visi dan
dalam mengimplementasikannya.
misi sekolah, RKS, RKT, RKAS), pelaksanaan
perencanaan dan pelaporan keuangan sekolah
Keinginan untuk berlangsungnya perluasan
secara lebih partisipatif, lebih transpan dan lebih
dinyatakan oleh berbagai pihak. Di Melawi,
menerapkan aspek akuntabilitas. Meskipun derajat
Dinas
penerapannya di setiap sekolah sangat beragam
dengan faktor pendorong yang sangat beragam.
Pendidikan mengalokasikan pendanaan kegiatan kualitas pendidikan, Heni Juniarti, ST, MM,
perluasan melalui pelatihan kepada pengawas dan Kepala Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kabupaten
50 orang kepala sekolah mengenai MBS pada 22- Bengkayang.
23 Mei 2013 yang lalu. Sementara di
Bengkayang, keinginan perluasan ini dinyatakan Sebelumnya kami tahu ada MBS yang diusung
secara terbuka kepada khalayak melalui media USAID-KINERJA, namun tidak pernah dilibatkan.
lokal yang ada. Sekarang setelah dilibatkan, kami jadi lebih
tahu mengenai MBS dan kami sepakat untuk
Dengan kegiatan ini, kita berharap dua mensosialisasikannya ke sekolah binaan kami di
puluh sekolah mitra yang terdiri dari enam luar yang 20 sekolah mitra yang sudah ada ini,
belas SD dan empat SMP bisa dijadikan Sukarwanta, Pengawas TK/SD di Sekadau.
contoh untuk sekolah lain dalam rangka
meningkatkan

Pernyataan Dukungan Perluasan MBS dari Dinas Kegiatan Pelatihan kepada pengawas dan
Pendidikan Kabupaten Bengkayang. 50 orang kepala sekolah mengenai MBS
di Melawi pada 22-23 Mei 2013
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI

GOOD PRACTICES MANAJEMEN


KELAS BERBASIS SEKOLAH
Ruang kelas dirawat dan dihias menarik oleh siswa dengan pengaturan
wali kelas.
Pada dinding dipajang kalender, karya terbagus siswa, dan poster
afirmatif yang menggelorakan semangat belajar siswa.
Ringkasan mata pelajaran, mind mapping, rumus MIPA, dan pojok mata
pelajaran diganti secara berkala sesuai kebutuhan pembelajaran.
Terdapat aturan yang dipedomani wali kelas. dan menjamin kondusifnya
pembelajaran berkualitas.
Kelas tidak hanya dibatasi pada ruang kelas, tetapi diperluas sampai
teras, halaman, taman dan pekarangan sekolah.

GOOD PRACTICES
MANAJEMEN KESISWAAN
BERBASIS SEKOLAH
Memproses input menjadi output bermutu sesuai visi, misi dan tujuan sekolah.
Aktivitas: rekrutmen siswa baru, identifikasi potensi akademik dan non
akademik siswa, pembinaan siswa berpotensi, penyaluran siswa berminat dan
pemantauan siswa yang melanjutkan.
Rekrutmen siswa baru sesuai daya tampung dan didahului pengumuman.
Identifikasi potensi siswa untuk memetakan potensi dan minat siswa.
Siswa berpotensi akademik dan non akademik dibina mengerucut ke
kejuaraan lomba, siswa yang berminat disalurkan ke kegiatan ekstra kurikuler.
Siswa dan tenaga kependidikan juara mendapatkan penghargaan dan
ditampilkan dalam gebyar sekolah.
Pemantauan kelanjutan studi dan pembentukan alumni.
GOOD PRACTICES MANAJEMEN
TENAGA KEPENDIDIKAN BERBASIS
SEKOLAH
Merekrut, menugasi,meningkatkan kemampuan, memberikan penghargaan kepada tenaga
kependidikan agar memberikan kontribusi bermutu terhadap pendidikan di sekolah.
Rektutmen melalui seleksi ketat, referensi kepala sekolah, sejawat dan yayasan sehingga
memenuhi kualifikasi, prestasi akademik, dedikasi dan kemampuan khusus sesuai
dengan ciri khas Sekolah yang menerapkan MBS.
Penugasan pada tugas utama dan tambahan sesuai dengan kualifikasi kompetensi dan
kemampuan khususnya, dan didasarkan atas kebutuhan riil pengembangan peserta didik.
Penggajian didasarkan atas jenis, beban tugas, kualifikasi, kompetensi, golongan/ruang
masa kerja, dan kemampuan angggaran sekolah.
Peningkatan melalui studi lanjut, peningkatan kompetensi melalui supervisi, pertemuan
ilmiah, pelatihan workshop, semimar pendampingan dan kemitraan dengan lembaga lain.
Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan dedikasi, serta peningkatan karier secara
berkelanjutan.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


198 r.id r.id 198
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

LAMPIRAN C
Lampiran Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan

Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan

Pada saat awal sebuah daerah sudah memutuskan MBS akan di terapkan dengan pendekatan
KINERJA prosesnya diatur dalam seri lokakarya, dan pelatihan pada awal setiap langkah. Proses yang
sama dipakai pada tahun berikutnya, karena ada peserta baru, dan juga modul pelatihan dipakai oleh
peserta lama untuk dapat diingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah sudah mempunyai
pengalaman melaksanakan MBS selama tiga tahun. Pelatihan mungkin tidak begitu penting lagi bagi
daerah tersebut, namun seri lokakarya masih penting agar pertemuan semua pemangku kepentingan
dapat diatur dengan baik.

Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak
melakukan fasilitasi MBS di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda
sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat
yang memasarkan pelatihan saja.

Fasilitator MBS. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut di sini sebagai Fasilitator MBS.
Sangat penting agar para fasilitator MBS menguasai bahannya, dan berfokus kepada keberhasilan tim. Ia
harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan keterampilan sebagai fasilitator
yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi, dan mendampingi pemerintah
daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/evaluasi implementasi MBS.
Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator MBS adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun
MBS yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun
MBS. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan
tersebut, khususnya Tim Penyusun MBS. Dalam praktik USAID-KINERJA, tugas fasilitasi dilaksanakan
oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang mengadakan fasilitator baik untuk pelatihan dan dukungan
pendampingan.
Dalam pelaksanaan program USAID-KINERJA, bagian dari bahan ini juga dipakai:

Bagi OMP agar memiliki acuan dalam melakukan pendampingan pengelolaan MBS di daerah
Dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan penyusunan MBS
Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses penerapan MBS sebagai bahan
dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku
seri pembelajaran USAID-KINERJA tentang MSF)
Media (lihat juga buku seri pembelajaran USAID-KINERJA tentang MSF).

Proses. Proses fasilitasi USAID-KINERJA digambarkan dalam bagan yang berikut:

Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID.
Langkah 4 dapat didukung oleh pelatihan KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder
Forum
dan juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8. Proses
fasilitasi penghitungan BOSP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan.
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

Fokus pelatihan. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan pelatihan.
Tujuan pelatihan adalah:

Supaya setiap peserta memahami substansi dan kompeten untuk melaksanakan tugasnya
Supaya setiap peserta yang pernah ikut pelatihan sebelumnya ingat kembali prosesnya agar dilaksanakan
makin cepat dan profesional

Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai pelatihan dengan
menguraikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun BOSP yang ditugaskan oleh
pemda, sebagaimana ditulis di kotak yang berikut.

Pengetahunan dan ketrampilan dari


pelatihan
Setelah mengikuti seri kegiatan pendampingan ini diharapkan masing-masing anggota Tim
Penyusun MBS akanmempunyai penguasaan mengenai hal-hal berikut:

1. Memahami pentingnya MBS dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan


2. Memahami biaya dan sumber pendanaan biaya operasional sekolah
3. Memahami pendekatan dan konsep MBS
4. Mampu melakukan advokasi kebijakan penyusunan MBS.
5. Mampu mengintegrasikan hasil MBS dalam perencanaan dan penganggaran daerah dan SKPD.
6. Mengetahuicontoh praktik baik penerapan MBS.

Tugas fasilitator training adalah untuk menjamin Tim Penyusun MBS mampu dan siap untuk
melaksanakan tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan
MBS yang efektif.

Anggota Tim Penyusun MBS termasuk:

Staf Dinas Pendidikan yang bertugas menyusun rancangan APBD bidang pendidikan, serta staf Bappeda
(Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.
Wakil dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA
Wakil dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang memiliki pemahaman tentang latar belakang,
konsekwensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk
pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada
pembuat kebijakan MBS.
Uraian lampiran ini

Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan
berikut ini:

1. MODUL 1. MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK.


2. MODUL II. STANDARD PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH.
3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN.
4. MODUL IV. PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH.
5. MODUL V. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PELAYANAN PUBLIK DI
SEKOLAH.
6. MODUL VI. SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH.
7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH.
8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE) PENERAPAN MBS BERORIENTASI PELAYANAN
PUBLIK.

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


202 r.id r.id 202
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

TUJUAN
MODUL 1 PEMBELAJARA
N

MBS Setelah mengikuti sesi tentang MBS yang


berorientasi pelayanan publik, peserta menguasai

Berorientasi MBS yang berorientasi pelayanan publik. Secara


khusus, setelah mengikuti sesi, peserta dapat:
1. Merekonstruksi perkembangan kebijakan

Pelayanan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam


penerapan MBS di sekolah-sekolah di

Publik Indonesia.
2. Menjelaskan pengertian MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
3. Mengurutkan dasar hukum MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
......... 4. Menjelaskan tujuan MBS Berorientasi Pelayanan
peserta menguasai Publik
MBS yang berorientasi 5. Menguraikan prinsip-prinsip MBS Berorientasi
pelayanan publik Pelayanan Publik
........ 6. Mengidentifikasi ciri-ciri/karakteristik MBS
Berorientasi Pelayanan Publik
7. Menggambarkan aspek proses dan substansi
MBS Berorientasi Pelayanan Publik

POKOK BAHASAN

1. Pendahuluan (Sejarah MBS)


2. Pengertian MBS
3. Dasar Hukum
4. Tujuan MBS
5. Prinsip-prinsip MBS
6. Ciri-ciri / karakteristik MBS
Waktu Pokok Bahasan
7. Aspek Proses dan Substansi MBS
10 menit Perkenalan
35 menit Pemaparan Materi:
1. Pendahuluan (Sejarah MBS)
METODE 2. Pengertian MBS
3. Dasar Hukum
4. Tujuan MBS
1. Curah pendapat 5. Prinsip-prinsip MBS
2. Ceramah
6. Ciri-ciri / karakteristik MBS
3. Diskusi kelompok
7. Aspek Proses dan Substansi
4. Presentasi
MBS
5. Tanya jawab
30 menit Diskusi Kelompok
50 menit Presentasi Masing-masing
Kelompok

ALAT DAN BAHAN 10 menit Penutup

1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
6. CD Tayangan MBS Berorientasi Pelayanan
Publik versi Kinerja-USAID

WAKTU

Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit


(135 menit), dengan rincian sebagai berkut:
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

PROSES FASILITASI

Pemaparan Diskusi Kelompok


Pengantar Materi (30 menit)
(10 menit) (30 menit)

Presentasi
Penutup
Kelompok
(10 menit)
(50 menit)

Pengantar (10 menit) 3. Kelompok mendiskusikan topic yang diberikan


4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas
1. Fasilitator memimpin perkenalan antara
plano
fasilitator dan peserta; peserta dan
peserta.
Presentasi Kelompok (50 menit)
2. Fasilitator memancing pendapat dari peserta
1. Wakil Kelompok Presentasi
tentang MBS yang berorientasi pelayanan publik
2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada)
beserta dengan permasalahannya.
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
para peserta

Presentasi (30 menit)


Fasilitator Presentasi tentang MBS yang berorientasi Penutup (10 menit)
pelayanan publik.
Fasilitator mereview hasil presentasi dan menutup
sesi

Diskusi Kelompok (30 menit)


1. Fasilitator membentuk kelompok
2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan
dalam kelompok
TUJUAN
MODUL 2 PEMBELAJARA
N
Setelah mengikuti sesi tentang standar pelayanan

Standard dalam pengelolaan sekolah, peserta memahami


jenis-jenis standar pengelolaan sekolah dengan

Pelayanan penjelasan rincinya.

Secara khusus, setelah mengikuti sesi ini


dalam peserta dapat dapat:

Pengelolaan 1. Mengemukakan jenis-jenis standar pelayanan


publik

Sekolah 2. Menjelaskan standar proses (standar


operasional prosedur).
3. Menjelaskan standar pelayanan minimal (SPM)
pendidikan.
4. Menjelaskan standarisasi nasional pendidikan
........ peserta (SNP).
memahami jenis- 5. Menjelaskan standar lainnya.

jenis standar 6. Menjelaskn upaya pemenuhan standar


pelayanan
pengelolaan sekolah
dengan penjelasan
rincinya.
POKOK BAHASAN

1. Standard Pelayanan Publik


2. Standar Proses (Standard Operasional
Prosedur)
3. Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

4. Standar Nasional Pendidikan 3. Papan dan kertas plano


5. Standar lainnya 4. Spidol warna
6. Upaya Pemenuhan Standard Pelayanan 5. Isolasi kertas
(tanggung jawab sekolah dan Dinas Pendidikan)
2. Resitasi/penugasan
3. Presentasi
4. Tanya jawab
WAKTU
METODE
1. Membaca terbimbing Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135 menit), dengan rincian sebagai berkut:

Waktu Pokok Bahasan

ALAT DAN BAHAN 5 menit Pengantar

10 menit Pengkondisian

30 menit Fasilitator Presentasi


1. Komputer/laptop
30 menit Diskusi Kelompok
2. LCD
50 menit Wakil Kelompok Presentasi

10 menit Penutup
PROSES FASILITASI

Pengantar Pengkondisian Pemaparan Materi


(5 menit) (10 menit) (30 menit)

Penutup Presentasi Diskusi Kelompok


(10 menit) (50 menit) (30 menit)

Pengantar (5 menit) dapat ditempuh oleh sekolah untuk mencapai


SPM.
Fasilitator mengajak senam sehat kepada peserta
3. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian
kelompok untuk mendiskusikan langkah-langkah
Kondisioning (10 menit)
sekolah untuk mencapai SNP.
1. Fasilitator melakukan apersepsi materi 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
sebelumnya kelompok meringkas hasil diskusinya pada
2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang kertas plano.
urgensi SPM dan SNP.
3. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang Presentasi (50 menit)
pelaksanaan SPM dan SNP di sekolah.
1. Wakil Kelompok Presentasi
2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
Presentasi (30 menit)
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang para peserta.
Standar pelayanan pendidikan di sekolah

Penutup (10 menit)


Diskusi Kelompok (30 menit)
Fasilitator mereview hasil diskusi
1. Fasilitator membentuk kelompok
2. Fasilitator memberikan kesempatan sebagian
kelompok mendiskusikan langkah-langkah yang
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

TUJUAN
MODUL 3 PEMBELAJARA
N

Tata Kelola
Setelah mengikuti sesi perencanaan dan
penganggaran sekolah peserta secara umum
mampu menyusun perencanaan dan penganggaran

Perencanaan sekolah. Tujuan khusus pembelajaran adalah agar


peserta dapat:

dan 1. Menyebutkan jenis-jenis perencanan sekolah.


2. Menjelaskan posisi perencanaan sekolah dalam

Penganggaran kerangka perencanaan SKPD.


3. Menjelaskan tahapan-tahapan perencanaan

Sekolah sekolah.
4. Mempraktikkan penyusunan rencana sekolah.

1. Jenis-jenis perencanaan sekolah.

..... peserta 2. Posisi perencanaan sekolah dalam kerangka

secara umum peencanaan SKPD.

mampu 3. Tahapan-tahapan perencanaan sekolah.

menyusun
perencanaan dan
penganggaran METODE
sekolah.
POKOK
1. Curah pendapat
2. Ceramah
BAHASAN 3. Latihan

ALAT DAN WAKTU


BAHAN Waktu Pokok Bahasan

5 menit Pokok Bahasan

10 menit Pengantar

1. Komputer/laptop 30 menit Pengkondisian


2. LCD
75 menit Fasilitator Presentasi
3. Papan dan kertas plano
50 menit Latihan
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas 10 menit Wakil Kelompok Presentasi

Penutup
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

6. Form perencanaan sekolah

Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit


(135 menit), dengan rincian sebagai berkut:

PROSES FASILITASI

Pengantar Pengkondisian Pemaparan Materi


(5 menit) (10 menit) (30 menit)

Penutup
Presentasi Berlatih Menyusun
(10 menit)
(50 menit) RKS
(75 menit)
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

Berlatih Menyusun RKS (75 menit)


Pengantar (5 menit)
1. Fasilitator membentuk kelompok
Fasilitator mengajak senam sehat kepada peserta.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
kelompok untuk berlatih menyusun RKS.
Kondisioning (10 menit)
3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
1. Fasilitator melakukan apersepsi materi Standar sebagian kelompok untuk menuangkan hasil
Pelayanan Pendidikan. berlatihnya dalam kertas plano dan sebagian
2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang kelompok menuliskannya menggunakan laptop.
urgensi perencanaan sekolah.
3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada Presentasi (50 menit)
peserta untuk mengungkapkam pengalamannya
1. Wakil Kelompok mempresentasikan hasil
dalam menyusun perencanaan dan
latihannya dalam forum kelas.
penganggaran sekolah.
2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
Pemaparan Materi (30
parapeserta.
menit) Fasilitator presentasi garis-garis
besar tentang perencanaan dan Penutup (10 menit)
penganggaran sekolah. Fasilitator mereview RKS yang sudah disusun oleh
kelompok.
TUJUAN
MODUL 4 PEMBELAJARA
N

Penerapan Tujuan umum pembelajaran sesi ini adalah agar


peserta menguasai kemampuan mengelola
Manajemen pelayanan publik di sekolah. Tujuan khusus sesi
ini adalah, setelah mengikuti sesi tentang

Pelayanan Publik penerapan manajemen pelayanan publik, peserta


dapat:

di Sekolah 1. Menyebutkan dasar hukum manajemen


pelayanan publik.
2. Menjelaskan kondisi ideal pelayanan publik.
3. Mengidentifikasi kondisi riil pelayanan publik.
4. Mengungkapkan dengan pikiran sendiri tentang
..... cara-cara menggeser paradigma pelayanan
agar peserta publik.
menguasai 5. Menjelaskan posisi strategis SDM pendidikan
kemampuan dalam pelayanan publik.
mengelola 6. Mengidentifikasi perilaku yang sepatutnya
pelayanan publik ditampilkan oleh SDM pendidikan dalam
di sekolah. pelayanan publik.
7. Mengidentifikasi peluang dan tantangan
penerapan pelayanan publik di sekolah.

POKOK BAHASAN

1. Dasar hukum manajemen pelayanan publik.


2. Kondisi ideal pelayanan publik .
3. Kondisi riil pelayanan publik.
4. Pergeseran paradigma pelayanan publik.
5. Posisi strategis SDM pendidikan dalam
pelayanan publik.
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

6. Perilaku SDM pendidikan dalam pelayanan Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit
publik. (135 menit), dengan rincian sebagai berkut:
7. Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di
Sekolah
WAKTU

METODE
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135
menit), dengan rincian sebagai berikut:
1. Curah pendapat
2. Ceramah
Waktu Pokok Bahasan
3. Diskusi kelompok
4. Presentasi 5 menit Pengantar
5. Tanya jawab 10 menit Pengkondisian

30 menit Pemaparan materi

ALAT DAN BAHAN 30 menit Diskusi Kelompok

50 menit Safari dan Belanja informasi

10 menit Penutup
1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
Proses fasilitasi:

Pengantar Pengkondisian Pemaparan Materi


(5 menit) (10 menit) (30 menit)

Penutup Safari dan Belanja Diskusi


(10 menit) Informasi Kelompok
(50 menit) (30 menit)

Pengantar (5 menit) 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada


kelompok meringkas hasil diskusinya pada
Fasilitator memulai dengan ice briker.
kertas plano.

Kondisioning (10 menit)


Safari dan Belanja Informasi (50
1. Fasilitator melakukan apersepsi materi RKS.
menit)
2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang
1. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
pelayanan publik yang ideal.
kelompok untuk menempelkan hasil diskusi
3. Fasilitator menggali pengalaman peserta dalam
kelompoknya pada kertas plano.
implementasi pelayanan publik di sekolah.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
semua peserta per kelompok untuk mencermati
Pemaparan Materi (30
dan memberikan pembetulan pada hasil
menit)
diskusi kelompok yang dipajang pada papan
Pemaparan Materi (30 menit)
plano.
Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang
3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
penerapan pelayanan publik di sekolah.
peserta untuk memajang SOP yang disusun
pada dinding pajangan.
Diskusi Kelompok (30 menit) 4. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
1. Fasilitator membentuk kelompok semua peserta untuk safari melihat SOP hasil
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada karya kawan-kawannya (peserta lain).
kelompok mendiskusikan apa yang seharusnya
dilakukan oleh sekolah agar sekolah selalu Penutup (10 menit)
berada dalam keadaan 'on-service'.
Fasilitator memberikan penguatan terhadap hasil
3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada kerja kelompok dan hasil kerja peserta secara
masing-masing peserta untuk menyusun SOP individual.
satu jenis pelayanan publik di sekolah.
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

TUJUAN
MODUL 5 PEMBELAJARA
N

Peran Serta Tujuan umum pembelajaran adalah agar peserta


menguasai peningkatan peran serta masyakarat

Masyarakat dan dan stakeholder dalam pelayanan publik di


sekolah. Tujuan khusus pembelajaran adalah,

Stakeholder setelah mengikuti sesi tentang peran serta


masyarakat dan stakeholder dalam pelayanan

dalam
publik di sekolah, peserta dapat:

1. Menjelaskan makna peran serta (partisipasi)

Pelayanan Publik masyarakat dalam peningkatan pelayanan publik


di sekolah.
2. Mengidentifikasi stakeholder sekolah.
di Sekolah 3. Mendaftar jenis-jenis partisipasi masyarakat dan
stake holder terhadap program pendidikan di
sekolah.
4. Mengidentifikasi peran komite sekolah

..... 5. Mengidentifikasi forum multi stakeholder


sekolah
agar peserta 6. Mengemukakan kemandirian sekolah dalam
menguasai menghadapi otonomi daerah.
peningkatan peran 7. Mempelajari inovasi kinerja dalam peningkatan
serta masyakarat peran serta masyarakat.
dan stakeholder
.....
POKOK BAHASAN

1. Makna peran serta (partisipasi) masyarakat


dalam peningkatan pelayanan publik di sekolah.
2. Stake holders sekolah.
3. Jenis-jenis partisipasi masyarakat dan stake-
holder terhadap program pendidikan di sekolah.
4. Komite Sekolah/Majelis Madrasah Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit
(135
5. Peranan Forum multi stakeholder sekolah. menit), dengan rincian sebagai berkut:
6. Inovasi kinerja dalam peningkatan peran serta
masyarakat.
WAKTU

METODE
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135
menit), dengan rincian sebagai berikut:
1. Curah pendapat
2. Ceramah
Waktu Pokok Bahasan
3. Diskusi kelompok
4. Presentasi 5 menit Pengantar
5. Tanya jawab 10 menit Apersepsi materi praktik pelayanan
publik di sekolah

30 menit Fasilitator Presentasi


ALAT DAN BAHAN
30 menit Diskusi Kelompok

50 menit Wakil Kelompok Presentasi


1. Komputer/laptop 10 menit Penutup
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

PROSES FASILITASI

Pengantar Apersepsi Pemaparan Materi


(5 menit) (10 menit) (30 menit)

Penutup Diskusi
Presentasi Kelompok
(10 menit) (50 menit) (30 menit)

Pengantar (5 menit) Diskusi Kelompok (30 menit)


Fasilitator mengawali sesi dengan menyanyi 1. Fasilitator membentuk kelompok
bersama. 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
kelompok untuk mengidentifikasi kelompok-
Apersepsi (10 menit) kelompok masyarakat yang dapat diajak
berpartisipasi dalam pelayanan publik di
1. Fasilitator melakukan apersepsi materi praktik
sekolah.
pelayanan publik di sekolah.
3. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
2. Fasilitator memancing pendapat peserta
kelompok untuk menggali jenis-jenis partisipasi
tentang urgensi peran serta masyarakat dan
yang dapat diberikan oleh masyarakat dan
stake
stake hilders dalam pelayanan publik di
holder dalam pelayanan publik di sekolah.
sekolah.
3. Fasilitator meminta peserta untuk mengkritisi
partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik 4. Kelompok merekam hasil kerja dengan

di sekolah. menggunakan laptop.

Presentasi (30 menit) Presentasi (50 menit)


1. Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang 1. Wakil Kelompok Presentasi
2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
peran serta masyarakat dan stakeholder
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
dalam pelayanan publik di sekolah.
para peserta.
2. Fasilitator membuka forum tanya jawab
dengan peserta.
Penutup (10 menit)
Fasilitator mereview hasil diskusi.
TUJUAN
MODUL 6 PEMBELAJARA
N

Survei Tujuan umum pembelajaran adalah agar peserta


menguasai pengaduan masyarakat mengenai

Pengaduan pelayanan publik di sekolah. Tujuan khusus


pembelajaran adalah, setelah mengikuti sesi ini
peserta dapat:
untuk Perbaikan
1. Menjelaskan makna pengaduan masyarakat

Layanan dalam peningkatan pelayanan publik di sekolah.


2. Menjelaskan proses pelaksanaan survei
pengaduan untuk menjaring keluahan-keluhan

di Sekolah masyarakat terhadap layanan sekolah.


3. Mengidentifikasi jenis-jenis pengaduan
masyarakat berdasarkan jumlah pengaduan
yang masuk.
4. Memilah pengaduan yang dapat ditindaklanjuti
oleh sekolah dan oleh Dinas Pendidikan atau
.....
instansi lainnya.
peserta
5. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil-hasil survei
menguasai
pengaduan, baik oleh sekolah maupun oleh
pengaduan masya -
Dinas Pendidikan.
rakat mengenai
6. Memonitor tindak lanjut hasil survei pengaduan
pelayanan publik di
untuk perbaikan layanan sekolah.
sekolah.

POKOK BAHASAN

1. Makna pengaduan masyarakat dalam


peningkatan pelayanan publik di sekolah.
2. Proses pelaksanaan survei pengaduan.
3. Jenis-jenis partisipasi masyarakat dan stake-
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

holder terhadap program pendidikan di sekolah. 3. Papan dan kertas plano


4. Identifikasi jenis-jenis pengaduan masyarakat. 4. Spidol warna
5. Pemilahan pengaduan masyarakat. 5. Isolasi kertas
6. Identifikasi tindak lanjut hasil-hasil survei
pengaduan, baik oleh sekolah maupun Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit
oleh Dinas Pendidikan dan instansi (135 menit), dengan rincian sebagai berkut:
lainnya.
7. Memonitor tindak lanjut hasil survei pengaduan
untuk perbaikan layanan sekolah WAKTU

METODE
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135 menit), dengan rincian sebagai berikut:

1. Curah pendapat
2. Ceramah Waktu Pokok Bahasan
3. Diskusi kelompok 5 menit Pengantar
4. Presentasi
10 menit Apersepsi Materi Survei Pengaduan
5. Tanya jawab
30 menit Fasilitator Presentasi

30 menit Diskusi Kelompok


ALAT DAN BAHAN 50 menit Presentasi Wakil Kelompok

10 menit Penutup

1. Komputer/laptop
2. LCD
Proses fasilitasi:

Pengantar Apersepsi Pemaparan Materi


(5 menit) (10 menit) (30 menit)

Penutup Diskusi
Presentasi Kelompok
(10 menit) (50 menit) (30 menit)

Pengantar (5 menit) Diskusi Kelompok (30 menit)


Fasilitator mengawali sesi dengan menyanyi 1. Fasilitator membentuk kelompok.
bersama 2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
kelompok untuk:
Apersepsi (10 menit) a. Menguraikan pentingnya survei pengaduan
untuk perbaikan pelayanan di sekolah.
1. Fasilitator melakukan apersepsi materi survei
b. Mengidentifikasi dan memilah hasil
pengaduan di sekolah.
pengaduan masyarakat yang dapat
2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang
ditindaklanjuti oleh sekolah dan oleh
pentingnya survei pengaduan untuk perbaikan
Dinas Pendidikan dan instansi lainnya.
layanan di sekolah.
3. Kelompok merekam hasil kerja dengan
3. Fasilitator meminta peserta untuk mengkritisi
menggunakan laptop.
layanan yang diberikan sekolah.

Presentasi (30 menit) Presentasi (50 menit)


1. Wakil Kelompok Presentasi
1. Fasilitator mempresentasikan garis-garis besar
2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
tentang survei pengaduan untuk perbaikan
3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
layanan di sekolah.
para peserta.
2. Fasilitator membuka forum tanya jawab dengan
peserta.
Penutup (10 menit)
Fasilitator mereview hasil diskusi.
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN

TUJUAN
MODUL 7 PEMBELAJARA
N

Transparansi dan Tujuan umum pembelajaran adalah peserta


menguasai transparansi dan akuntabilitas dalam

Akuntabilitas manajemen sekolah. Tujuan khusus pembelajaran


adalah, setelah mengikuti sesi tentang transparansi

dalam
dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah,
peserta dapat:

Manajemen 1. Menjelaskan kaitan antara 'good governance'


dengan transparansi dan akuntabilitas.

Sekolah 2. Menjelaskan makna transparansi dan


akuntabilitas .
3. Mengidentifikasi jenis-jenis akuntabilitas.
4. Menyusun 'lessons learnt' dari praktik baik

..... peserta tentang transparansi sekolah yang mendapatkan

menguasai pendampingan dari USAID-KINERJA.

transparansi dan
akuntabilitas
dalam manajemen POKOK BAHASAN
sekolah.

1. Kaitan antara good governance dengan


transparansi dan akuntabilitas.
2. Makna transparansi dan akuntabilitas .
3. Jenis-jenis akuntabilitas.
4. Contoh penerapan transparansi dan
akuntabilitas di sekolah
4. Presentasi
5. Tanya jawab
WAKTU
METODE
1. Curah pendapat
2. Ceramah Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit

3. Rsesitasi (135 menit), dengan rincian sebagai berikut:

Waktu Pokok Bahasan

ALAT DAN BAHAN 5 menit Pengantar

10 menit Pengkondisian

30 menit Fasilitator Presentasi


1. Komputer/laptop
30 menit Diskusi Kelompok
2. LCD
3. Papan dan kertas plano 50 menit Wakil Kelompok Presentasi
4. Spidol warna 10 menit Penutup
5. Isolasi kertas
LAMPIRAN D - BAHAN DI CD

PROSES FASILITASI

Pengantar Pengkondisian Pemaparan Materi


(5 menit) (10 menit) (30 menit)

Penutup Diskusi
Presentasi Kelompok
(10 menit) (50 menit) (30 menit)

Pengantar (5 menit) Diskusi Kelompok (30 menit)


Fasilitator mengajak peserta bermain game. 1. Fasilitator membentuk kelompok.
2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan
Apersepsi (10 menit) dalam kelompok.

1. Fasilitator melakukan apersepsi materi 3. Kelompok mendiskusikan topic yang diberikan

peningkatan partisipasi masyarakat dan 4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas

stake holders dalam pelayanan publik d plano.

sekolah.
2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang Presentasi (50 menit)
urgensi transparansi dan akuntabilitas. 1. Wakil Kelompok Presentasi
3. Fasilitator memancing pikiran kritis peserta 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
terhadap fenomena sekolah yang kurang 3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
transparan. para peserta.

Presentasi (30 menit) Penutup (10 menit)


Fasilitator presentasi garis-garis besar tentang Fasilitator mereview hasil diskusi.
transparansi dan akuntabilitas dalam manajemen
sekolah.
Lampiran D
BAHAN DI CD
LAMPIRAN E - DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

Lampiran E
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

APBN Anggaran Pendapatan Belanja DPKAD Dinas Pengelolaan Keuangan


Nasional dan Aset Daerah
APBD Anggaran Pendapatan Belanja DUDI Dunia Usaha dan DuniaIndustri
Daerah
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat
Banggar Badan Anggaran Daerah
BAS Badan Akreditasi Sekolah EDS Evaluasi Diri Sekolah
BAPPEDA Badan Perencanaan GTT Guru Tidak Tetap
Pembangunan Daerah
IKK Indeks Kemahalan Konstruksi
BONSP Biaya Operasi Nonpersonalia
KBM Kegiatan Belajar Mengajar
Satuan Pendidikan
KCD Kantor Cabang Dinas
BOP Bantuan Operasional
Pendidikan Kepsek Kepala Sekolah

BOPSP Biaya Operasi Personalia KKG Kelompok Kerja Guru


Satuan Pendidikan KKKS Kelompok Kerja Kepala Sekolah
BOS Bantuan Operasional Sekolah KSM Kesejahteraan Siswa dan
BOSDA Bantuan Operasional Sekolah Masyarakat
Daerah KTSP Kurikulum Tingkat Satuan
BOSP Biaya Operasinal Satuan Pendidikan
Pendidikan KUA Kebijakan Umum Anggaran
BP Biaya Pendidikan LK Lembar Kerja
BPK Badan Pemeriksa Keuangan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
BPKAD Badan Pengelolaan MA Madrasah Aliyah
Keuangandan Aset Daerah
MBS Manajemen Berbasis Sekolah
BSNP Badan Standar Nasional
Mendiknas Menteri Pendidikan Nasional
Pendidikan
Mendikbud Menteri Pendidikan dan
BSP Biaya Satuan Pendidikan
Kebudayaan
BUMN Badan Usaha Milik Negara
MGMP Musyarah Guru Mata Pelajaran
CSR Coperate Social Responsibility
MI Madrasah Ibtidayah
DAK Dana Alokasi Khusus
MKKS Musyawarah Kerja Kepala
DBE Desentralized Basic Education Sekolah
MSF Multi Stakeholder Forum RPP Rencana Pelaksanaan
MTs Madrasah Tsanawiyah Pengajaran

PAD Pendapatan Asli Daerah SD Sekolah Dasar

PAS Pendapatan Asli Sekolah SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa

PGRI Persatuan Guru Republik SKL Standar Kompetensi Lulusan


Indonesia SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
PNS Pegawai Negeri Sipil SMP Sekolah Menengah Pertama
PP Peraturan Pemerintah SMPLB Sekolah Menengah Pertama
PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Luar Biasa
Sementara
SMA Sekolah Menengah Atas
PPG Pemerataan dan Penataan
SMALB Sekolah Menengah Atas Luar
Guru
Biasa
PPID Pejabat Pengelola Informasi
SMK Sekolah Menengah Kejuruan
dan Dokumentasi
SNP Standar Nasional Pendidikan
PTT Pegawai Tidak Tetap
SPM Standar Pelayanan Minimal
RAPBS Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja Sekolah SPP Sumbangan Penyelenggaraan
Pendidikan
Renja Rencana Kerja
Renstra Rencana Strategi TAPD Tim Anggaran Pemerintah
Daerah
Renstrada Rencana Strategi Daerah
TK Taman Kanak-Kanak
RKA Rencana Kerja dan Anggaran
ToF Training of Facilitator
RKAS Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah ToT Training of Trainer
RKPD Rencana Kerja Pembangunan UAS Ulangan Akhir Sekolah
Daerah UKK Ulangan Kenaikan Kelas
RKS Rencana Kerja Sekolah UN Ujian Nasional
Rombel Rombongan Belajar US Ujian Sekolah
RPJM Rencana Pembangunan Jangka UUD Undang-undang Dasar
Menengah
UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Wakasek Wakil Kepala Sekolah

Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis


226 r.id r.id 226
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, H. and Cangara, H. 1996. Prinsip-prinsip Hubungan Masyarakat. Surabaya: Usaha

Nasional. Anshari, H. AM. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arlington, V. A. 1985. Evaluating Your School Public Relation Investment. New Jersey: National School Public
Relations Association.

Atep Adya Barata. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima. Gramedia. Jakarta.

Bahar, Aswandi. 1989. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Bonar, S. K. 1993. Hubungan Masyarakat Modern. Jakarta: Rineka Cipta.

Brown, F. J. 1970. Educational Sociology. Tokyo: Prentice Hall Inc. Charles E. Tutk Company.

BSNP. 2006. Pengembangan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Buletin BSNP Vol I/ No. 1/Januari
2006

BSNP. 2006. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan Pendidikan, dan Pembiayaan
Pendidikan. Buletin BSNP Vol I/ No. 3/September 2006.

Burhanuddin, E. 1994. Kamus Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Jakarta. Darodji, A. 2006. Pendidikan Tanggung Jawab Bersama, (online),

(http://www.sampoernafoundation.org/
content/view/102/103/lang,id/, diakses, Jumat 5 Mei 2006).

Daryanto, H. M. 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Departemen Penerangan RI. 1983. Himpunan Ketetapan-ketetapan MPR 1983. Surabaya: Sinar Wijaya.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1987. Manajemen Mutu Terpadu dalam
Pendidikan. Bahan Pelatihan Kepala Sekolah.

Ditdikmenum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.

Ditjen Binbaga Islam. 2001. Lampiran II Keputusan Direktir Jenderal Binbaga Islam Departemen Agama RI No.
F/101/2001 tentang Majelis Madrasah.

Djunaedy, E. 2004. Kembali ke Sekolah Lokal Pemerataan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar,
(online), (http://iatfitb.openesc.com/index.php?option=content&task=view&id= 37&Itemid=54,
diakses, Senin 22 Maret 2004).
Echols, J. M. & Shadily, H. 1987. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia.

Gorton, R. A. 1996. School Administration. Dubuque, Iowa: Wm C. Brown Company Publisher.

Hanafiah, M.J. dkk, 1994. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, BKS-PTK. Barat, Depdikbud dan
HEDS- USAID-DIKTI-JICA, Medan hal 10-11 dan 35-39.

Hardjosoedarmo, Soewarno, 1996. Total Quality Management, Total Quality Management di Pendidikan Tinggi,
Penerbit Andi Yogyakarta hal 119125.

Hoy, W. K. & Miskel, C. C. 1987. Educational Administration: Theory, Research & Practices. New York: Random
House.

Idris, Z. 1982. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: Angkasa.

Idrus. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

Imron, Ali (Ed). 2005. Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Instutusi Pendidikan.
Malang: Penerbit UM.

Imron, Ali, et.al. 2007. Panduan Pembentukan Peraturan Daerah Penyelenggaraan Pendidikan Kabupaten
Kota. Jakarta: Local Govermnmen Support Program (LGSP) USAID.

Imron, Ali. 1999. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi

Aksara. Imron, Ali. 1999. Pengantar Pendidikan. Malang: Proyek OPF IKIP

Malang.

Imron, Ali. 2007. Jaminan Layanan Mutu Administrasi di Sekolah. Makalah Disampaikan pada Pelatihan
Administrasi Sekolah pada Staf Administrasi Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Imron, Ali. 2008. Manajemen Tingkat Satuan Pendidikan. Malang: Jurusan AP FIP UM.

Indrafachrudi, S. 1994. Bagaimana Mengakrabkan sekolah dengan Orangtua Murid dan Masyarakat.
Malang: IKIP Malang.

Instruksi bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
No.170/O/1974 dan No.29 tahun 1974.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan
Dan Komite Sekolah.

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2000. Akuntabilitas dan
Good Govermance. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. 2003. Penyusunan Standar Pelayanan Publik. Jakarta: LAN

Leslie, W. K. 1967. School Public Relation. Englewood Cliffs N.Y.: Prestice Hall Inc.

Leslie, W. K. 1990. The School & Community Relations: Fourth Edition. New Jersey 07632: Prentice

Hall. Maisyaroh. 2006. Hubungan Masyarakat. Malang: Jurusan AP FIP UM.

Managing Basic Education Project (Indonesia) Kiprah Program MBE, (online),http://mbeproject.net/mbe1010.


html), diakses, 10 Oktober 2005).

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) (Online), (http://www.geocities.com/


pakguruonline/mpmbs1.html, diakses Kamis, 22 Februari 2007).

Masitha, D. 1998. Intensitas Kerjasama Antara Sekolah Dan Orang Tua Menunjang Prestasi Belajar Siswa.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP IKIP MALANG.

PP Nomor 19 2005. 2006. Standar Nasional Pendidikan.. Jakarta: Depdiknas

Ramalia, M. 2001. Etika Pelayanan Masyarakat (Pelanggan): Upaya Membangun Citra Birokrasi Modern.
Bunga Ramapai Wacana Administrasi Publik: Menguak Peluang dan Tantangan Administrasi
Publik. Jakarta: Lembaga Administtasi Negara.

Rasyid, R. 1998. Desentralisasi Pembangunan Daerah dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia.


Jakarta: PT Pustaka LP3ES.

Robins, S. P. 1999. Management: Concept and Practices. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc.

Sahertian, P.A. 1987. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Malang: Arthaguna

Corp. Said, C. 1988. Pengantar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK

Soetopo, H, dan Maisyaroh. 1997. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat. Manajemen pendidikan I,
(Hal 1-7), Kerjasama antara Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum Ditjen Dikdasmen Depdikbud,
dengan FIP IKIP Malang. Malang: IKIP Malang.

Sunaryo. 2005. Swastanisasi Alternatif Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik. Surabaya: Adipura.

Suryosubroto, B. 2001. Humas dalam Dunia Pendidikan: Suatu Pengantar Praktis. Yogyakarta: Mitra Gama
Widya.

Thoha, M. 1998. Deregulasi dan Debirokratisasi dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Masyarakat dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP MALANG. 1989. Administrasi Pendidikan. Malang:
IKIP MALANG.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Online)(http://www.ssep.net/director.html,
diakses April 1999).

Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Bandung: Citra Umbara.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Durat

Bahagia. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra

Umbara. Widjaja, H. A. W. 2002. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi

Aksara. Widodo, J. 2004. Reformasi Sistem Pelayanan Publik. Surabaya: Badan Diklat Propinsi Jawa

Timur.

Tata Kelola Manajemen Berbasis


230 Sekolah r.id
Berorientasi Pelayanan Publik

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
11\lf l'I 11 1

,!;
DJRTI 0 ke
S ERU
N 1 E fi N .'i..T I O NA L
The Asia Foundation I l.UJI ' SOCIAL IMPACT

.,;,iraan
m

p~rtll!l~ip

USAID - KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807
Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820
Fax: +62 21 5702832
Email: info@kinerja.or.id
www.kinerja.or.id

You might also like