Professional Documents
Culture Documents
2014
KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan
mandat yang diamanatkan dalam berberagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
63/KEP/M. PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik.
Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan
(demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga
Program KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor
kesehatan.
Di bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) berorientasi pelayanan publik, Program KINERJA mendorong
sekolah-sekolah agar menyelenggarakan kegiatan sekolah berdasarkan pencapaian standar pelayanan publik
(SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional pendidikan (SNP), dan masukan-masukan
dan keluhan dari murid dan orangtua/wali murid. Keluhan-keluahan ini diperoleh melalui survei pengaduan
yang dilaksanakan setiap tahun. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota
agar program MBS berorientasi pelayanan publik dapat diadopsi dan disebarluaskan ke sekolah-sekolah
lainnya. Beberapa daerah mitra telah mengeluarkan kebijakan untuk menerapkannya di semua sekolah secara
bertahap. Dinas Pendidikan di daerah tersebut telah mulai menyebarluaskan praktik-praktik MBS berorientasi
pelayanan publik ke sekolah-sekolah lain dan merencanakan akan mencakup seluruh sekolah.
Mengingat praktik-praktik MBS berorientasi pelayanan publik yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah
daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna
layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah, sekolah, dan para pemangku
kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya.
Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan
MBS dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis
penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA dan
kabupaten/kota mitra dalam penerapan MBS berorientasi pelayanan publik.
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
RINGKASAN EKSEKUTIF 3
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA 4
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah 6
Rekomendasi kepada para Calon OMP 7
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan 7
Tantangan 16
Keberhasilan Program 16
1. Contoh Keberhasilan Program MBS di Kota Probolinggo 16
2. Pendekatan KINERJA 18
Manajemen Berbasis
2 Sekolah r.id
Berorientasi Pelayanan
Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain 21
Rekomendasi untuk OMP 22
Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 22
DAFTAR LAMPIRAN 23
Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun
hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama
lima mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah
Mada, dan Kemitraan.
KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan
dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga
paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional
satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan
pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan
sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei
pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif,
dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan
aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup
perbaikan akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi pemangku kepentingan dalam
perencanaan dan penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan
pelayanan antara warga negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan
pelayanan publik yang diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola
penguatan sistem kesehatan untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).
1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue
2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung
3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar
4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau
5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika
KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk mendiseminasi
praktik-praktik baik tata kelola manajemen sekolah yang berorientasi pelayanan publik ke semua sekolah-
sekolah di daerah masing-masing, termasuk melaksanakan survei pengaduan.
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga pendidikan dan latihan mempunyai
modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA,
terutama dalam hal tata kelola dan governance.
BAB 1
PENDEKATAN KINERJA
KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di
bidang kesehatan, pendidikan dan iklim usaha.
KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.
Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah
di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih
responsif terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.
Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil
(LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis
kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian
besar program Kinerja dilaksanakan melalui dana hibah bagi organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga
menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan
kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah:
1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan;
2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan;
4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga
untuk menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap
penyediaan pelayanan publik yang lebih baik.
Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA
dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola MBS dilaksanakan dengan
prinsip- prinsip sebagai berikut:
1. Berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta
menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat;
2. Perencanaan sekolah menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas
Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama;
3. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada
peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu
pendidikan yang lebih tinggi;
4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program
MBS dapat berlangsung terus secara berkesinambungan;
5. Monitoring dan pelaksanaan MBS di sekolah diperlukan agar pelaksanaan program MBS dapat
tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan;
6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai pelayanan sekolah;
7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang
berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.
BAB 2
PENGALAMAN KINERJA
DALAM TATA KELOLA
MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
Situasi yang dihadapi di daerah
Dalam konteks otonomi, sekolah diberi kewenangan untuk mengatur dirinya dan warga sekolah
menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundangan.
Sekolah diberi wewenang untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya sekolah semaksimal
mungkin untuk meningkatkan mutu proses dan output pembelajaran.
Pada praktiknya pelaksanan MBS perlu lebih ditingkatkan. Sebagian besar sekolah melaksanakan MBS apa
adanya, belum dilaksanakan secara maksimal, dan belum mengarah pada perbaikan mutu pelayanan. Di
sebagian besar sekolah, pengelolaan masih belum transparan dan akuntabel serta tidak partisipatif, apalagi
responsif.
Kepedulian orangtua murid dan masyarakat rendah dan menganggap bahwa urusan sekolah semata-mata
menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Hal ini sebagiannya disebabkan oleh ketertutupan
sekolah dalam penyelenggaraan sekolah dan tidak membuka peluang keterlibatan masyarakat.
Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program MBS dengan diskusi intensif
dengan manajemen KINERJA dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan
(memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.
Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan
dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan
legislatif sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik.
Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,
khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan
masyarakat sehingga tata kelola MBS dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang
kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait
lainnya termasuk DPRD.
2 Pengaturan Pekerjaan
Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang
pelayanan public yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah
mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder, dan organisasi mitra pelaksana
(OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.
Program MBS dilaksanakan oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya
dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program MBS, KINERJA
bekerjasama dengan tiga OMP, yakni:
OMP tidak bekerja sendirian, melainkan selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim
Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Pendidikan, dan lembaga-lembaga non pemerintah,
terutama Dewan Pendidikan. Di tingkat sekolah OMP bekerjasama dengan Komite Sekolah.
Setelah Surat Keputusan Bupati/Walikota diterbitkan, maka Tim Teknis menyusun rencana kerja berikut
jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal
perencanaan dan penganggaran daerah.
Proses kerja
Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program MBS di semua tahapan,
namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan lokakarya-
lokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalamkaitannya dengan pencapaian tujuan MBS.
Dinas Pendidikan berperan dalam mengeluarkan petunjuk teknis dan monitoring pelaksanaan MBS serta
meyediakan bantuan teknis ke sekolah-sekolah jika diperlukan.
Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah berperan dalam melaksanakan MBS sesuai prinsip-prinsip di atas.
Di samping itu komite sekolah berperan dalam pengawasan pelaksanaan MBS dan memberi masukan
kepada kepala sekolah.
Penyediaan data sekolah. Data merupakan dasar utama dalam perencanaan sekolah. Setiap tahunnya
(biasanya pada awal tahun akademik) sekolah menyajikan data sekolah yang mencakup antara lain
mengenai murid, guru, sarana, prasarana, hasil pembelajaran. Data yang dapat digunakan adalah data
yang valid dan mutakhir. Oleh sebab itu sekolah perlu meneliti dan memvalidasi data dengan cermat
Penghitungan capaian SPM. Berdasarkan data yang tersedia, sekolah bersama komite sekolah
menghitung capaian SPM sekolah saat ini sehingga dapat diketahui pada aspek apa saja yang sudah
dan belum dicapai
Penyusunan EDS (evaluasi diri sekolah). Berdasarkan data yang tersedia dan hasil EDS, kemudian
sekolah membuat EDS yang tujuannya adalah untuk mengetahui capaian, kelemahan, kekuatan, dan apa
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah ke depan. Cakupan EDS cukup luas karena
menyangkut delapan sandar nasionmal pendidikan (SNP)
Pelaksanaan survei pengaduan. Oleh karena sekolah merupakan salah satu unit pelayanan publik,
maka dalam upaya meningkatkan mutu layanannya, sekolah melaksanakan survei pengaduan yang
tujuannnya untuk mengetahui keluhan apa saja dari pengguna layanan (terutama murid dan orangtua
murid)
Penyusunan RKS (rencana kerja sekolah). RKS biasanya menacakup rencana selama 4 tahun dan dibuat
berdasarkan data, EDS, dan hasil survei pengaduan. Dengan demikian rencana jangka menengah
sekolah ini menjadi dokumen yang sesuai dengan kondisi sekolah dan tujuan yang hendak dicapai serta
dapat dipertanngungjawabkan
Penyusunan RKT/RKAS (rencana kerja tahunan/ rencana kerja dan anggaran sekolah). Rencana sekolah
tahunan ini disusun secara lebih rinci dan merujuk pada RKS yang telah disiapkan sehingga pencapaian
sekolah setiap tahunnya menjadi terukur
Penyusunan janji perbaikan layanan. Untuk menjamin pengaduan masyarakat direspon dengan baik,
maka sekolah membuat janji perbaikan layanan yang ditandatangani oleh kepala sekolah dan komite
sekolah serta diketahui oleh Dinas Pendidikan. Tentu saja janji tersebut menyangkut hal-hal yang
dapat ditindaklanjuti oleh sekolah sesuai kemampuan dan wewenangnya
Penyusunan rekomendasi teknis untuk Dinas Pendidikan. Hasil survei pengaduan yang tidak dapat
ditindaklanjuti oleh sekolah (karena di luar kemampaun dan wewenang sekolah) kemudian dimasukkan
ke dalam rekomendasi teknis yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan untuk ditindaklanjuti
Publikasi RKS, RKT/RKAS, dan LKT. Untuk menjamin transparansi dan akuntablitas publik, maka
sekolah diwajibkan untuk mempublikasi rencana jangka menengah, rencana dan anggaran tahunan,
dan laporan penggunaan (realisasi) anggaran. Publikasi bisa dalam berbagai bentuk, namun yang
paling
mudah dan umumnya dilakukan sekolah adalah dengan memajang dokumen-dokumen tersebut di
luar ruangan sekolah.
Sekurang-kurang nya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program MBS
dengan pendekatan KINERJA:
Peningkatan kapasitas sekolah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan murid dan orangtua murid untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu;
Peningkatan pemahaman penyelenggara pendidikan di sekolah tentang keluhan-keluhan murid, orangtua
murid, dan masyarakat yang selama ini tidak diketahui dan direspon;
Peningkatan keterlibatan dan dukungan komite sekolah, orangtua murid, dan masyarakat dalam
penyelenggaran sekolah;
Peningkatan suasana lingkungan sekolah yang lebih kondusif sehingga meningkatkan kenyamanan murid
dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Perubahan-perubahan tersebut nampak jelas di sekolah-sekolah mitra KINERJA antara lain di Bener Meriah,
Kota Probolinggo, Singkawang, dan Barru. Di sekolah-sekolah di daerah-daerah tersebut komite sekolah
aktif menghimpun dukungan orangtua dan masyarakat untuk membanbtu sekolah dalam memperbaiki
lingkungan sekolah.
BAB 3
MENGATASI
TANTANGAN DAN
MENCAPAI SUKSES
Tantangan
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program MBS, yakni antara lain:
Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan sekolah yang tidak mudah
dilakukan;
Keterbatasan anggaran sekolah yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sekolah;
Kapasitas kepala sekolah dan komite sekolah masih kurang sehingga pelaksanaan program MBS tidak
berjalan seperti yang diharapkan dan membutuhkan upaya yang lebih keras dan waktu yang lebih
lama. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui pendampingan yang intensif;
Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan
program proses pendampingan kepada sekolah dan komite sekolah belum seperti yang diharapkan.
Tantangan ini diatasi melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA;
Pergantian kepala sekolah yang menyebabkan perubahan komitmen dari kepala sekolah yang baru.
Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga kepala sekolah baru
dapat memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program;
Kepedulian orangtua murid dan masyarakat masih kurang. Mereka menganggap urusan sekolah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah dan guru. Tantangan ini direspon dengan
mengajak mereka berdiskusi tentang penyelenggaraan sekolah sebenarnya menjadi tanggung jawab
bersama dan peran apa yang dapat mereka laksanakan.
Keberhasilan Program
Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas
prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan
fasilitas pendidikan yang mereka miliki. Dalam acara pemberian penghargaan yang diadakan pada tanggal
21
November 2012 di Kota Probolinggo, Kepala Bagian Organisasi Drs. Sukam, memberikan penghargaan
kepada SDN Kebonsari Kulon 2, SDN Curah Grinting 1, SDN Wonoasih 2, dan SDN Sumber Taman 1
serta SMPN 8 dan MTs.N. di Kota Probolinggo atas peningkatan kualitas yang mereka capai.
Dengan dukungan teknis dari paket manajemen berbasis sekolah proyek KINERJA, sekolah-sekolah
tersebut mengundang partisipasi dari orang tua, guru, kepala sekolah dan berbagai pemangku kepentingan
lain, dan mencapai keberhasilan yang patut dicontoh dalam meningkatkan kerjasama dengan masyarakat
yang mereka layani.
Berdasarkan hasil survei terhadap 5.610 pemangku kepentingan, 20 sekolah mitra KINERJA segera
menanggapi ketidakpuasan masyarakat terhadap fasilitas sekolah dan kekurangan-kekurangan lain dalam
manajemen pendidikan mereka. Murid dan guru bekerjasama membersihkan fasilitas kamar mandi sekolah,
merapihkan halaman sekolah dan bahkan menanam kebun sekolah yang kemudian dimasukkan kedalam
pelajaran sains. Komite sekolah yang beranggotakan orang tua, guru dan penyelenggara sekolah menampung
masalah-masalah yang disampaikan selama survei dan bekerjasama untuk mencari jalan keluarnya.
Dewan juri di Kota Probolinggo mengikutsertakan wakil-wakil dari pemerintah daerah, dunia pendidikan
dan mitra KINERJA Lembaga Pengkajian Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP) yang menggunakan
20 butir kriteria untuk mengevaluasi keberhasilan sekolah dalam melaksanakan transparansi anggaran, serta
menyusun dan mengumumkan rencana-rencana kerja tahunan untuk pemantauan masyarakat, dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan, menerbitkan laporan-laporan
tentang visi dan misi yang jelas dan mempertegas komitmen untuk melaksanakan program manajemen
berbasis sekolah dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pendidikan sebagai salah satu bentuk
pelayanan publik.
Kepala SDN KebonsariKulon 2 menyatakan bahwa karena pendampingan KINERJA memberikan begitu
banyak manfaat maka ia berharap pendampingan dapat diteruskan karena kegiatan tersebut sejauh ini
sangat berguna dalam meningkatkan kualitas sekolahnya.
Kepala Dinas Pendidikan Drs. Endro Suroso, M.Si., juga sangat memuji keberhasilan paket manajemen
berbasis sekolah dari KINERJA. Dengan berfokus pada pelayanan publik dan khususnya menandaskan
pentingnya keterlibatan masyarakat, manajemen sekolah menjadi lebih terbuka, dan program-program
sekolah menjadi lebih terencana, terarah dan partisipatif, tuturnya.
Penghargaan seperti ini tidak hanya menghormati keberhasilan sekolah-sekolah mitra KINERJA melainkan
juga meningkatkan kesadaran sekolah-sekolah di daerah sekitarnya sehubungan dengan apa yang dapat
mereka capai melalui program manajemen berbasis sekolah. Motivasi sejawat ini merupakan bagian utama
dari fokus KINERJA untuk mereplikasi praktek yang baik dan melaksanakan reformasi yang
berkelanjutan.
Pendekatan KINERJA
Enam dari 20 sekolah yang bermitra dengan program USAID-KINERJA mendapatkan penghargaan atas
prestasi mereka dalam melaksanakan reformasi untuk meningkatkan pengelolaan dan pengawasan
fasilitas pendidikan yang mereka miliki.
Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan
(sekolah) dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini
bertujuan untuk memperkuat sekolahdalam hal:
Meningkatkan perhatian pada dampak kekurangan penyelenggaraan sekolah untuk peningkatan layanan
pendidikan berkualitas
Meningatkan kemampuan sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam rangka secara bertahap memenuhi
standar pelayan sekolah
Meningkatkan kepedulian pemerintah daerah secara efektif menerapkan kebijakan MBS di semua sekolah
Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga
mereka akan:
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif
(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini
didorong atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang
menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, kegiatan-kegiatan sekolah hanya dilaksanakan
oleh kepala sekolah dan jajarannya.
a. Strategi Program
Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program MBS adalah
sebagai berikut :
1. Penguatan komite sekolah
Memperkuat orangtua murid dan masyarakat melalui komite sekolah dengan memberi pelatihan dan
melibatkan mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi.
2. Penguatan kepala sekolah
Memperkuat kepala sekolah dalam perencanaan sekolah dan pentingnya keterlibatan komite
sekolah dalam penylenggaraan sekolah. Untuk itu kepala sekolah diberi pelatihan dan
pendampingan yang intensif.
3. Advokasi kepada Dinas Pendidikan
Advokasi diarahkan pada penerbitan kebijakan pemerintah daerah (khususnya Dinas Pendidikan)
untuk mendorong penerapan MBS di sekolah-sekolah dan menyediakan dukungan yang diperlukan.
4. Pemantauan dan evaluasi oleh komite sekolah
Menyusul penerbitan perencanaan dan pelaksanaan janji perbaikan layanan sekolah, komite
sekolah dan jurnnalisme warga memantau pelaksanaan kegiatan-kegiatan sekolah.
Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :
Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan manajemen berbasis
sekolah yang berorientasi pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh USAID-
KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan saya menjadi paham dan merasakan banyak
manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah melaksanakan
survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)
2. Program Pengungkit
Rukmini, Kepala SD Negeri Kebonsari Kulon 02, Kota Probolinggo, Jawa Timur
Program MBS sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan. Jadi pengaduan itu
selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, kemudian
pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling mengadu bahwa ada guru
yang tidak disiplin menjalankan tugas. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah, pihak
sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan
dibiasakan karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.
Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami
sudah mulai jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua murid kita
akan susah membuat anak kita memperoleh pendidikan yang bermutu. Jadi harus
sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua murid, harus ada Komite Sekolah.
Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk Dinas Pendidikan,
kalau tidak, ya tidak tercapai.
Program MBS yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh 180 sekolah telah menunjukkan
hasil-hasil yang baik. Walaupun intervensi program KINERJA lebih diarahkan pada proses tata kelola sekolah
dengan melibatkan komite sekolah, namun program ini menjadi pengungkit untuk program MBS yang lebih
luas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin membaiknya kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, seperti penyediaan
sarana dan prasarana sekolah, membaiknya kinerja guru, dan proses pembelajaran yang menjadi lebih baik.
Dampak positif lanjutannya adalah bahwa keterlibatan dan dukungan orangtua murid dan komite sekolah
meningkat, tidak hanya dalam bentuk tenaga dan waktu, bahkan dana yang disumbangkan untuk perbaikan
sebagian fasilitas sekolah. Dukungan seperti ini hanya dimungkinkan apabila sekolah melaksanakan
kegiatannya dengan transparan dan akuntabel.
BAB 4
REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI
Program KINERJA untuk MBS hanya di 180 sekolah dari ribuan sekolah dan hanya di sembilan dari ratusan
daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat
diterapkan di sekolah-sekolah dan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar
daerah-daerah lain bersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam
melaksanakan program MBS. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-
lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang
akan mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program MBS.
a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk
melaksanakan program MBS. Komitmen ini ditunjukkan dengan kebijakan formal dan pasti melalui
penerbitan peraturan, petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus
perencanaan dan penganggaran daerah.
b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama
pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan
c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola MBS. Oleh
karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan
masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan,
dan pelaksanaannya.
d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.
Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,
melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
e. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
f. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan,
dan acuan pelaksanaan program.
Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program MBS adalah:
a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder;
b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta;
c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program;
d. Menggunakan modul-modul yang dikembangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan
latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam
pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program MBS. Direkomendasi agar lembaga-
lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil
pelatihan
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga-lembaga pendidikan and latihan
mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul
KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan governance.
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN
Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang ingin melihat
komentar pihak lain tentang upaya KINERJA dalam mengembangkan MBS silahkan membaca Lampiran
A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih dalam
tentang substansi MBS, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang ingin mempelajari cara KINERJA
melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca
di CD terlampir.
DAFTAR LAMPIRAN
Pendahuluan 28
MODUL 8 Praktik Baik (Good Practice) Penerapan MBS Berorientasi Pelayanan 184
Publik Sekolah
BAHAN BACAAN: PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICES) PENERAPAN 184
MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK
Testimoni
Manfaat MBS banyak sekali. Awalnya saya tidak mengerti caranya untuk mengelola sekolah dengan
manajemen berbasis sekolah yang berorientasi pada pelayanan publik. Namun sejak diperkenalkan oleh
USAID-KINERJA melalui pelatihan dan pendampingan dengan USAID saya menjadi paham dan
merasakan banyak manfaatnya. Ada perubahan pelayanan sekolah terhadap murid-murid setelah
melaksanakan survei pengaduan dan menyusun IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat). Dari IPM tersebut
diketahui, salah satu contohnya, kurangnya toilet untuk murid. Pengaduan ini kemudian kita respon
bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Dengan bantuan Pemrintah Kota jumlah toilet berkembang dari
hanya satu menjadi tujuh yang bisa dipakai untuk 253 murid.
Peran serta masyarakat melalui Komite Sekolah terus meningkat dalam hal membantu sekolah menyediakan
fasilitas lingkungan sekolah dan pembelajaran. Hal ini tentunya tidak terlepas dari pelaksanaan manajamen
sekolah yang transparan dan secara intens melibatkan masyarakat dan komite sekolah. Komite sekolah
ikut dalam proses penyusunan RKS dan RKAS yang bersama dengan laporan penggunaan dana sekolah
dipublikasikan dengan menempelnya di papan pengumuman sehingga dapat dilihat oleh siapa saja yang
datang ke sekolah. Dengan keterbukaan dan pelibatan tersebut masyarakat menjadi paham tentang
masalah yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mecapai SPM. Orangtua
murid memahami hal itu dan bersama Komite Sekolah mendiskusikan tentang apa yang bisa dilakukan
untuk membantu sekolah. Tidak semua kebutuhan bisa dipenuhi oleh dana dari BOS . Semua partispasi
dan bantuanmasyarakat dikelola sepenuhnya oleh Komite Sekolah.
ww
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
25 w.kinerja.or r.id 25
Sekolah Sekolah
.id
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
LAMPIRAN A - TESTIMONI, LAPORAN
MEDIA DAN BAHAN PROMOSI
Program MBS yang didampingi USAID-KINERJA sangat membantu, terutama adanya survei pengaduan.
Jadi pengaduan itu selalu disalurkan kepada komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah,
kemudian pihak sekolah menindaklanjuti. Misalnya, masyarakat sekeliling memonitor bahwa ada guru yang
tidak disiplin menjalankan tugas, mereka mengadu ke komite. Komite menyampaikan kepada pihak sekolah,
pihak sekolah memanggil guru yang bersangkutan, diingatkan supaya hal-hal semacam ini jangan dibiasakan
karena akan merugikan sekolah. Kita dari komite berperan penuh.
Partisipasi masyarakat dalam program MBS ini sangat besar artinya. Itu yang kita rasakan besar manfaatnya
buat kepentingan proses belajar mengajar di sekolah ini. Kita dari perwakilan orangtua siswa yang
terbentuk dalam komite sekolah merasa bersyukur sekali. Artinya dengan sarana dan prasarana yang telah
ada ini
lebih memotivasi pengajar, kepala sekolah dan jajarannya ke bawah untuk lebih meningkatkan proses
belajar mengajar. Dan kita dari komite juga tidak merasa segan-segan, tidak merasa malu-malu untuk
memberikan suatu masukan kepada pihak sekolah bahwa bersyukurlah bahwa kalian sudah dibantu dengan
program ini. Dan jangan sia-siakan kepercayaan ini. Benar-benar dimanfaatkan buat dunia pendidikan
sehingga tidak mengecewakan orang yang benar-benar membantu untuk kemajuan sekolah kita. Itu yang
kita harapkan. Artinya prestasi ini meningkat. Kalau bisa kelulusan SMP ini selalu dipertahankan seratus
persen karena sekolahnya sudah memadai.
Dengan adanya bantuan semacam ini kami berharap lebih menggiatkan dan meningkatkan semangat para
pengajar untuk lebih menampakkan hasilnya ke depan. Yang kedua bahwa jangan sampai mengecewakan
pihak pemberi bantuan dengan adanya sarana dan prasarana ini. Dan kalau memang masih ada dukungan
yang diperlukan, artinya dapat kita rumuskan bersama dan kalau memang ada salurannya, kita minta
bantuan yang lebih canggih lah istilahnya. Yang bisa membuat sekolah ini lebih profesional sehingga mampu
bersaing di tingkat regional maupun nasional dan bahkan bisa dikenal di mata internasional. Dengan bantuan
ini kita patut bangga bahwa ada bantuan yang mampu mengangkat, mendongkrak sekolah ini sehingga ke
taraf nasional dan internasional.
Dinas Pendidikan tidak lepas dari upaya ini. Artinya keterkaitan Dinas Pendidikan dalam proses belajar
mengajar, ketersediaan tenaga guru, kemudian manajemen sekolah dan sebagainya itu adalah satu
kesatuan yang memang secara undang-undang itu sudah diatur dan dimandatkan.
3. Tri Menanti, Guru di SD Negeri Baliatu, Bener Meriah, Aceh
Hal baru dalam program MBS yang didampingi USAID-KINERJA adalah survei pengaduan, janji perbaikan
layanan, dan rekomendasi teknis. Survei pengaduan di SD Negeri Baliatu Simpang Tiga Kabupaten Bener
Meriah itu diadakan pada tanggal 8 Februari 2013. Dari hasil survei pengaduan, yang banyak dikeluhkan
adalah tentang keberadaan kantin sekolah yang sehat karena memang kantin kami betul-betul tidak layak
pakai waktu itu. Kemudian kami diskusikan dengan kepala sekolah, komite sekolah, dewan guru, dan
stakeholder sekolah untuk memindahkan kantin sehat ke rumah guru yang ada di sekolah yang kebetulan
kosong. Kantinnya masih belum terlalu layak tetapi alhamdulilah sudah mulai bisa dipakai. Banyak sekali, itu
di antaranya yang pertama itu sekolah SD Negeri Baliatu itu tidak ada ruang kepala sama ruang guru.
Kemudian ruang kelas dan laboratorium masih kurang. Untuk sementara ruang guru dan ruang kepala
sekolah itu memakai kelas murid. Kemudian untuk ruang kelas kami gunakan kelas paralel. Itu sudah kami
buat dalam rekomendasi ke Dinas Pendidikan. Insyaallah Pemerintah Daerah dapat segera
menindaklanjuti rekomendasi tersebut.
RKS dan RAKS disusun bersama dengan Komite Sekolah dan dipublikasikan. Kalau selama ini kami
buat cuma apa adanya.. Tapi alhamdulilah berkat adanya bimbingan dari USAID-KINERJA, kami sudah
bisa membuat RKS dan RAKS walaupun masih belum maksimal.
Pada tahap awal memang banyak komplain tentang pelayanan sekolah, tapi ketika kami sudah mulai
jelaskan kalau sekolah tidak ada kerjasama dengan pihak orangtua muridkita akan susah membuat anak kita
memperoleh pendidikan yangbermutu. Jadi harus sama-sama, tidak boleh cuma guru, harus ada oraangtua
murid, harus ada Komite Sekolah. Harus ada kerjasama antara semua stakeholder, termasuk pihak Dinas
Pendidikan, kalau tidak, ya tidak tercapai.
Tantangan paling berat yang kita hadapi dalam melaksanakan program MBS itu adalah pendanaan. Karena
yang selama ini kami kerjakan yang masih bisa bisa kami lakukan terutama seperti pembuatan pos
pelayanan terpadu itu belum ada bantuan dari Dinas atau dari manapun, itu masih memakai dana BOS.
Namun kami bekerjasama dengan orangtua dan Komite Sekolah untuk melaksanakan janji perbaikan
layanan sesuai pengaduan yang disamapikan orangtua dan murid. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh
sekolah langsung datang bantuan dari masyarakat dan orangtua.
Lampiran B
Uraian Substansi
Pendahuluan
Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan
berikut ini:
1. MODUL 1. MBS BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK. Membahas tentang Sejarah MBS, Pengertian
MBS, Dasar Hukum MBS, Tujuan MBS, Prinsip-prinsip MBS, Ciri-ciri/ karakteristik MBS , Aspek Proses
dan Substansi MBS.
2. MODUL II. STANDARD PELAYANAN DALAM PENGELOLAAN SEKOLAH. Membahas tentang
Standard Pelayanan Publik, Standar Proses (Standard Operasional Prosedur), Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan, Standar Nasional Pendidikan, Standar lainnya, Upaya Pemenuhan Standar
Pelayanan (Tanggungjawab Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan).
3. MODUL III. TATA KELOLA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Membahas tentang jenis-jenis
perencanaan sekolah, posisi perencanaan sekolah dalam kerangka perencanaan SKPD, Tahapan-
tahapan perencanaan sekolah.
4. MODUL IV. PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK DI SEKOLAH. Membahas tentang
Dasar Hukum Manajemen Pelayanan Publik, Kondisi Ideal Pelayanan Publik, Kondisi Riil Pelayanan
Publik, Pergeseran Paradigma Pelayanan Publik, Posisi Strategis SDM Pendidikan Dalam Pelayanan
Publik, Perilaku SDM Pendidikan Dalam Pelayanan Publik, Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di
Sekolah.
5. MODUL V. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN STAKEHOLDER DALAM PELAYANAN PUBLIK
DI SEKOLAH. Membahas tentang Makna Peran Serta (Partisipasi) Masyarakat Dalam
Peningkatan, Pelayanan Publik di Sekolah, Stakeholder Sekolah, Jenis-Jenis Partisipasi
Masyarakat dan Stakeholder Terhadap Program Pendidikan di Sekolah.
6. MODUL VI. SURVEI PENGADUAN UNTUK PERBAIKAN LAYANAN SEKOLAH. Membahas tentang:
Pentingnya Survei Pengaduan, Proses Survei Pengaduan, Janji Perbaikan Layanan dan Rekomendasi
Perbaikan Layanan, Pemantauan dan Evaluasi Janji dan Rekomendasi Perbaikan Layanan, Survei Ulang.
7. MODUL VII. TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM MANAJEMENSEKOLAH. Membahas
Tentang Kaitan Antara Good Governance Dengan Transparansi dan Akuntabilitas, Makna Transparansi
dan Akuntabilitas, Jenis-Jenis Akuntabilitas, Contoh Penerapan Transparansi dan Akuntabilitas di
Sekolah.
8. MODUL VIII. PRAKTIK BAIK (GOOD PRACTICE) PENERAPAN MBS BERORIENTASI
PELAYANAN PUBLIK. Membahas Tentang Praktik-Praktik Baik Manajemen Kurikulum dan
Pembelajaran Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Kelas Berbasis Sekolah, Praktik-
Praktik Baik Manajemen SDM, Praktik-Praktik Baik Manajemen Peserta Didik, Praktik-Praktik Baik
Manajemen Sarana Prasarana Berbasis Sekolah, Praktik-Praktik Baik Manajemen Keuangan
Berbasis Sekolah, Praktik- Praktik Baik Manajemen Partisipasi Masyarakat Berbasis Sekolah, Contoh
Penerapan Praktik MBS di Kabupaten/Kota Mitra KINERJA.
2. Bahan pendukung
Lihat juga:
Panduan fasilitasi lokakarya Tim Penyusun MBS. Proses penerapan MBS oleh Tim Penyusun MBS
diatur dengan seri lokakarya. Panduan fasilitasi lokakarya tersebut disampaikan pada Lampiran D
Bahan di CD. Lihat Lampiran C untuk daftar file-file yang ada di CD yang dilampirkan, termasuk contoh
bahan presentasi dan juga beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai referensi.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
1
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
31 r.id r.id 31
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
MODUL 1 BAHAN BACAAN
MBS YANG
BERORIENTASI
PELAYANAN PUBLIK
MBS
Berorientasi 1. PENDAHULUAN
Pelayanan Konsep manajemen berbasis sekolah sebenarnya
Menempatkan sekolah sebagai unit layanan, termasuk pelaporan keuangannya dan informasi
dimana sekolah sebagai penyedia layanan penting lainnya sebagai upaya transparansi dan
standard yang berlaku (Standard Pelayanan Pemerintah Daerah SKPD terkait lebih
Publik SPP, Standard Pelayanan Minimum aktif dalam mendukung upaya peningkatan
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan
Sistem Pendidikan Nasional;
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
Guru dan Dosen; untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintahan Daerah; Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang 2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri
Perlindungan Anak; Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006;
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 Tentang 15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Pelayanan Publik 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala
6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Sekolah/Madrasah;
Keterbukaan Informasi Publik 16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualitas
Tentang Standar Nasional Pendidikan; Akademik Guru;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan
tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan tenaga) sesedikit mungkin dengan harapan
bagi masyarakat biasanya dirasakan secara memperoleh hasil seoptimal mungkin. Efisiensi
tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga juga berarti hemat terhadap pemakaian
kerja terdidik, terbinanya anggota masyarakat sumberdaya namun tetap dapat mencapai
yang berakhlakul karimah, dan terciptanya tertib sasaran peningkatan mutu sekolah.
sosial. Sekolah bisa menjalin kemitraan, antara
lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
7. Akuntabilitas
tokoh adat, dunia usaha, dunia industri, lembaga Akuntabilitas menekankan pada
pemerintah, organisasi profesi, organisasi pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemuda, dan organisasi wanita. pendidikan di sekolah utamanya pencapaian
sasaran peningkatan mutu sekolah. Sekolah
5. Partisipatif dalam mengelola sumberdaya berdasar
Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan pada peraturan perundangan dan dapat
semua pemangku kepentingan yang terkait mempertangungjawabkan kepada pemerintah,
dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan seluruh warga sekolah dan pemangku
pembuatan keputusan. Keikutsertaan mereka kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban
dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu meliputi implementasi proses dan komponen
komite sekolah, atau keterlibatan pada manajemen sekolah.
kegiatan sekolah secara insidental, seperti
peringatan hari besar nasional, mendukung Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara
keberhasilan lomba antar sekolah, atau tertulis dan tidak tertulis disertai bukti-bukti
pengembangan pembelajaran. Bentuk administratif yang sah dan/atau bukti fisik
partisipasi dapat (seperti bangunan gedung, bangku, dan alat-
berupa sumbangan tenaga, dana, dan alat laboratorium).
sarana prasarana, serta bantuan teknis
antara lain gagasan tentang pengembangan Sejalan dengan adanya pemberian otonomi yang
sekolah. lebih besar terhadap sekolah untuk mengambil
keputusan, maka implementasi ketujuh prinsip
6. Efisiensi MBS di sekolah pada dasarnya menyesuaikan
Efisiensi dapat diartikan sebagai penggunaan dengan situasi dan kondisi sekolah. Sekolah
sumberdaya (dana, sarana prasarana dan boleh menambah prinsip implementasi MBS
yang sesuai dengan karakteristik sekolah, guna
mempercepat upaya peningkatan mutu sekolah
baik secara akademis maupun non akademis.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MBS yang bernuansa kepemerintahan yang baik Sekolah Mitra MBS dapat berpartisipasi dalam
(goodgovernance); Musrenbang Tingkat Desa/Kelurahan dan
6. Sekolah memiliki team workkompak, cerdas dan 10. Punya kemauan untuk berubah (psikologis dan
dinamis. fisik).
Sekolah harus responsif terhadap aspirasi Sekolah mampu menggali sumber dana dari
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai, karena Dari segi proses, manajemen di bidang apapun,
pelibatan sumber potensial yang bersifat hampir tidak berbeda, karena senantiasa dimulai
manusiawi dan non manusiawi tersebut dengan perencanaan dan diakhiri dengan
bukan merupakan tujuan; melainkan pengawasan. Yang senantiasa membedakan
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan antara manajemen bidang satu dengan bidang
atau misi tertentu. yang lain adalah aspek substansinya, atau bidang
5. Pencapaian tujuan tersebut diupayakan agar garapannya. Berarti, yang membedakan antara
secara efektif (sankil) dan efisien (mankus). manajemen pendidikan dengan manajemen
ekonomi atau layanan publik yang lain, bukan
Proses MBS terdiri atas 4 hal, yang juga dikenal pada aspek prosesnya melainkan pada aspek
sebagai fungsi MBS, ialah planning, organizing, substansinya. Aspek substansi ini lazim juga
actuating, dan controlling. Empat proses ini lazim mendapatkan sebutan ruang lingkup, bidang
juga digambarkan dalam bentuk siklus, karena garapan, cakupan dan isi. Bahkan menurut
setelah langkah controlling, lazimnya dilanjutkan Nawawi, substansi manajemen pendidikan dapat
dengan membuat planning baru. Siklus proses disebut manajemen operatif.
manajemen tersebut sebagaimana pada Diagram
1.1. Yang menjadi substansi manajemen pendidikan
adalah:
Proses Sumber
Kurikulum dan Peserta Sarana dan
Daya Keuangan Humas
Pembelajaran Didik Prasarana
Manusia
Perencanaan
Pengorganisasian
Penggerakan
Pengawasan
BAHAN PRESENTASI
Standar Pelayanan
dalam Pengelolaan Sekolah
2
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
51 r.id r.id 51
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
MODUL 2 BAHAN BACAAN
STANDAR
PELAYANAN DALAM
Standar PENGELOLAAN
SEKOLAH
Pelayanan
dalam A. PENDAHULUAN
Pengelolaan Upaya mewujudkan visi dan misi pendidikan,
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian yang terjadi di negara maju, dan secara lambat
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tetapi pasti sampai juga negara berkembang.
atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan dikeluarkannya executive order 12863 pada era
oleh penyelenggara pelayanan publik. Standar pemerintahan Clinton, yang mengharuskan semua
pelayanan publik adalah suatu tolak ukur yang instansi pemerintah untuk menetapkan standar
serta menyediakan sarana untuk menampung dan mereka mendapat pelayanan dalam kualitas
New Character Programme, yang berisi 9 prinsip 3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan
penyediaan pelayanan publik yang merupakan dengan penyedia pelayanan dalam upaya
oleh setiap pegawai negeri. Prinsip-prinsip 4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan
a. 60 persen anak dalam kelompok usia 16 a. Angka Putus Sekolah (APS) tidak
-18 tahun bersekolah di SMA/MA melebihi 1 persen dari jumlah
dan
siswa yang bersekolah.
SMK.
b. 90 persen sekolah memiliki sarana
b. Angka Putus Sekolah (APS) tidak
dan prasarana minimal sesuai
melebihi 1 persen dari jumlah
dengan standar teknis yang
siswa yang bersekolah.
ditetapkan secara nasional.
c. 90 persen sekolah memiliki sarana
c. 80 persen sekolah memiliki tenaga
dan prasarana minimal sesuai
kependidikan non guru untuk
dengan standar teknis yang
melaksanakan tugas administrasi dan
ditetapkan secara nasional.
kegiatan non mengajar lainnya.
d. 80 persen sekolah memiliki
d. 90 persen dari jumlah guru SMK
tenaga kependidikan non guru
yang diperlukan terpenuhi.
untuk
2. Standar Proses
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan
F. STANDAR
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
NASIONAL
satuan pendidikan untuk mencapai standar
PENDIDIKAN
kompetensi lulusan.
1. Standar Isi
Standar isi telah dikembangkan oleh BSNP
dan menjadi Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional
pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu Selanjutnya, ada tujuh prinsip
pengelola, penyelenggara, dan satuan pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya pendidikan jenjang pendidikan dasar, yaitu:
dalam memberikan layanan pendidikan yang (a) berpusat pada potensi, perkembangan,
bermutu. kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya; (b) beragam dan
c. Pengembangan Standar Isi
terpadu; (c) tanggap terhadap
Hasil pengembangan aspek muatan standar isi perkembangan ilmu pengetahuan dan
oleh BSNP sebagai berikut. seni; (d) relevan dengan kebutuhan
MAK), pendidikan khusus (SDLB, SMPLB, (f) belajar sepanjang hayat; (g) seimbang
Kerangka dasar kurikulum mencakup tiga 2) Struktur kurikulum merupakan pola dan
hal, yaitu: (a) kelompok mata pelajaran susunan mata pelajaran yang harus
dan cakupannya; (b) prinsip ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan
pengembangan kurikulum; dan (c) prinsip pembelajaran. Struktur kurikulum yang telah
a) kelompok mata pelajaran agama dan 3) Beban belajar untuk jenjang pendidikan
akhlak mulia; SD/MI/SDLB; SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/
b) kelompok mata pelajaran SMALB; dan SMK/MAK.
kewarganegaraan dan kepribadian;
Satuan pendidikan SD/MI/SDLB
c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
melaksanakan program pendidikan dengan
dan teknologi;
menggunakan sistem paket. Satuan
d) kelompok mata pelajaran estetika;
pendidikan SMP/MTs/SMPLB; SMA/MA/
e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga
SMALB; dan SMK/MAK kategori standar
dan kesehatan.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
menggunakan sistem paket adalah enam tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
4. Standar Pendidik dan fisik dan mental pendidik dan tenaga kependidikan
dan pelayanan teknis untuk menunjang jasmani dan rokhani, serta memiliki
20 2003, Bab XI, Pasal 39, ayat 1). Tenaga dimiliki guru adalah kompetensi pedagogik,
kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan kependidiakan, orang tua/wali peserta didik, dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi masyarakat sekitar. Untuk lebih jelasnya, berikut
akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang adalah PP Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI
harus dipenuhi oleh seorang pendidik dari tentang Standar Pendidik dan Tenaga
perguruan tinggi terakreditasi yang dibuktikan Kependidikan
dengan ijazah dan/ atau sertifikasi keahlian yang
relevan dengan jenis, jenjang, dan satuan
5. Standar Sarana Dan Prasarana
pendidikan sesuai dengan ketentuan perundang-
Pendidikan
undangan yang berlaku.
Standar sarana dan prasarana adalah standar
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
dihayati, dan dikuasai oleh pendidik dalam
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi
pendidik sebagai agen pembelajaran pada
dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
pendidikan anak usia dini meliputi: (a)
termasuk penggunaan teknologi informasi dan
kompetensi pedagogik, (b) kompetensi
komunikasi. Standar sarana dan prasarana
kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d)
mencakup: (1) pengadaan satuan pendidikan, (2)
kompetensi
kelengkapan prasarana yang terdiri dari lahan,
sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan
bangunan gedung, ruang-ruang, dan instalasi
mengelola pembelajaran peserta didik yang
daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap
meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
satuan pendidikan, dan (3) kelengkapan sarana
perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran,
yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
media pendidikan, buku dan sumber belajar
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta
potensi yang dimilkinya. Kompetensi kepribadian
perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap
adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
satuan pendidikan. Standar sarana dan prasarana
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi
ini disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar
Kompetensi
dan menengah yaitu: Sekolah Dasar/Madrasah
profesional adalah kemampuan penguasaan secara
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/
luas dan mendalam yang memungkinkannya
Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
membimbing peserta didik memenuhi standar
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
kopetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Berikut adalah PP Nomor 19 2005, Bab VII tentang
Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan
Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunuikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
6. Standar Pengelolaan
Pendidikan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Standar pengelolaan adalah standar nasional program penjaminan mutu satuan pendidikan;
pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, (6) pengelolaan program peningkatan status
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan guru sebagai profesi; (7) pengelolaan program
pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, peningkatan mutu dosen; (8) pengelolaan program
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan standarisasi pendidikan; (9) pengelolaan program
efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar akreditasi pendidikan; (10) pengelolaan program
pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi:(1) peningkatan relevansi pendidikan; (11) pengelolaan
perencanaan program sekolah/madrasah; (2) program pemenuhan standar pelaynan minimal
pelaksanaan rencana kerja sekolah; (3) monitoring bidang pendidikan, dan (12) pengelolaan program
dan evaluasi; (4) kepemimpinan sekolah/ penjaminan mutu pendidikan nasional.
madrasah; dan (5) sistem informasi manajemen.
Secara umum Standar Pengelolaan Pendidikan
Sedangkan, standar pengelolaan pendidikan oleh
Nasional bertujuan untuk meningkatkan mutu
pemerintah daerah meliputi: (1) perencanaan
layanan minimal pengelolaan Pendidikan Nasional.
program pemerintah daerah; (2) pengelolaan
Adapun, secara khusus Standar Pengelolaan
program wajib belajar; (3) pengelolaan program
Pendidikan bertujuan sebagai berikut.
peningkatan angka partisipasi jenjang pendidikan
menengah; (4) pengelolaan program pendidikan
a. Memberikan acuan bagi terwujudnya sistem
keaksaraan; (5) pengelolaan program penjaminan
perencanaan pendidikan pada tingkat nasional,
mutu satuan pendidikan; (6) pengelolaan program
regional/daerah, propinsi, kabupaten/kota,
peningkatan status guru sebagai profesi; (7)
serta pada tingkat satuan pendidikan/ sekolah
pengelolaan program akreditasi pendidikan; (8)
secara terkoordinasi dan terpadu untuk
pengelolaaan program peningkatan peningkatan
mampu mengantisipasi aspirasi-aspirasi
relevansi pendidikan; dan (9) pengelolaan
peningkatan mutu pendidikan.
program pemenuhan standar pelayanan minimal
bidang pendidikan. b. Memberi kerangka acuan bagi
pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan,
Standar pengelolaan pendidikan oleh pemerintah
dan pengendalian pendidikan, sejalan dengan
meliputi: (1) perencanaan program pemerintah; (2)
tuntutan peningkatan mutu dan Standar
pengelolaan program wajib belajar; ( 3) pengelolaan
Pelayanan Pendidikan pada semua bentuk,
program peningkatan angka partisipasi jenjang
jenis, dan jenjang pendidikan.
pendidikan menengah dan tinggi; (4) pengelolaan
program pendidikan keaksaraan; (5) pengelolaan c. Sebagai acuan dasar pengawasan dan penilaian
pendidikan, yang relevan dan konsisten dengan
sistem perencanaan, dan pelaksanaan prgram
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
d. Memberikan pedoman kepada seluruh warga prasarana, kesiswaan, hubungan publik (public
bangsa dan khususnya yang berkiprah relation), pembiayaan pendidikan, dan manajemen
merencanakan, mengorganisasikan,
Dari keseluruhan permasalahan pendidikan baik
melaksanakan, memantau, mengawasi,
tingkat makro maupun tingkat mikro pendidikan
mengendalikan, dan menilai program pendidikan
memang sangat diperlukan adanya Standar
secara efisien, efektif, baik dan benar.
Pengelolaaan Pendidikan yang efektif dan efisien.
e. Menciptakan terwujudnya koordinasi dan Berikut PP Nomor 19 Bab VIII tentang Standar
namun standar pembiayaan pendidikan difokuskan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi;
pada biaya operasi pendidikan yang merupakan (2) Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk (3) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar (4) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah; dan
dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang (5) Kelulusan. Penilaian pendidikan pada
sesuai standar nasuional pendidikan secara teratur pendidikan dasar dan menengah terdiri dari
kompetensi lulusan secara nasional pada mata (4) Lulus ujian nasional. Berikut adalah PP Nomor
pelajaran tertentu dalam kelompok mata 19 Bab X tentang Penilaian Pendidikan.
pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan
dilakukan dalam bentuk ujian nasional. Ujian
nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan, G. STANDAR LAINNYA
dan akuntabel.
Sekolah/madrasah yang telah memenuhi syarat SSN
diberi kesempatan untuk meningkatkan standarnya
Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu
sehingga menjadi sekolah bertaraf internasional.
pertimbangan untuk:
Caranya, setelah memenuhi seluruh Standar
(1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan Nasional Pendidikan hendaknya diperkaya dengan
pendidikan; mengacu pada standar pendidikan salah satu
(2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan negara anggota Organization for Economic Co-
berikutnya; operation and Development dan/atau negara maju
(3) Penentuan kelulusan peserta didik dari lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
program dan/atau satuan pendidikan; bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di
(4) Pembinaan dan pemberian bantuan forum internasional. Adaptasi yaitu penyesuaian
kepada satuan pendidikan dalam upayanya unsur-unsur tertentu yang sudah ada dalarn
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Standar Nasional Pendidikan dengan mengacu
pada standar pendidikan salah satu negara anggota
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan OECD dan/atau negara maju lainnya yang
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
setelah: pendidikan.
(1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran; Daya saing di forum internasional memiliki makna
(2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian bahwa siswa dan lulusan Sekolah/Madrasah
akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok Bertaraf Internasional antara lain dapat: (a)
mata pelajaran agama dan akhlak mulia, melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan yang bertaraf internasional, baik di dalam
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, maupun di luar negeri; (b) mengikuti sertifikasi
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah bertaraf internasional yang diselenggarakan oleh
raga, dan kesehatan; salah
(3) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok satu negara anggota OECD dan/atau negara maju
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
teknologi; dan dalam bidang pendidikan; (c) meraih medali tingkat
internasional pada berbagai kompetisi sains dan
matematika.
1. Kurikulum memenuhi Standar Proses.Selain itu, keberhasilan
tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Standar kurikulumnya adalah: a. Proses pembelajaran pada semua mata
pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/
a. menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak
Pendidikan (KTSP);
mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul,
b. menerapkan sistem satuan kredit semester di
kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa
SMA/SMK/MA/MAK;
patriot, dan jiwa inovator;
c. memenuhi Standar Isi; dan
b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran
d. memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
sekolah unggul dari negara anggota oecd dan/
atau negara maju lainnya yang mempunyai
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai
keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;
dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan
c. Menerapkan pembelajaran berbasis tik pada
sebagai berikut:
semua mata pelajaran;
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di matematika, dan inti kejuruan menggunakan
mana setiap saat siswa bisa mengakses bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata
b. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi asing, harus menggunakan Bahasa Indonesia;
sekolah unggul dari salah satu negara anggota e. Pembelajaran dengan Bahasa Inggris untuk
OECD dan/atau negara maju lainnya yang mata pelajaran kelompok sains dan matematika
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.
pendidikan;
c. menerapkan standar kelulusan sekolah/ Dalam proses pembelajaran selain menggunakan
madrasah yang lebih tinggi dari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, juga
1) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana dijamin dengan pembiayaan yang sekurang-
7. Pengelolaan
Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional H. UPAYA PEMENUHAN
dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan STANDARD
manajemen berbasis sekolah/madrasah. PELAYANAN
Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian (TANGGUNG JAWAB
indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi SEKOLAH DAN DINAS
Standar Pengelolaan. Selain itu, keberhasilan PENDIDIKAN)
tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci tambahan sebagai berikut:
Upaya Dinas Pendidikan Provinsi dalam memenuhi
1) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau standar pelayananan pendidikan meliputi:
sesudahnya ISO 14000;
3) Merupakan sekolah/madrasah multi-kultural; a. Menetapkan kebijakan (peraturan, surat edaran,
4) Menjalin hubungan sister school dengan petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan, dan
negeri;
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
3
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
79 r.id r.id 79
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
MODUL 3 BAHAN BACAAN:
TATA KELOLA
PERENCANAAN
DAN
Tata Kelola PENGANGGARAN
SEKOLAH
Perencanaan
dan
A. PENDAHULUAN
Penganggaran
Sekolah Tesis anti-tesis tentang wacana sentralisasi dan
desentrealisasi yang berkembang di bidang politik
dan pemerintahan, secara lamban tetapi pasti,
sampai juga ke bidang pendidikan. Manajemen
pendidikan yang serba sentralistis pun harus
..... peserta mengubah haluan ke arah manajemen pendidikan
secara umum yang bernuansa desentralisasi, dengan label
mampu mentereng manajemen berbasis sekolah.
menyusun
Sebagai fungsi pertama manajemen pendidikan,
perencanaan dan
perencanaan pendidikan yang sebelumnya menonjol
penganggaran
nuansa sentralistisnya, kini juga ditonjolkan nuansa
sekolah.
desentralistiknya. Proses-proses perencanaan
pendidikan yang sebelumnya hanya dilakukan
oleh manajer pendidikan di sekolah, kini harus
melibatkan komite sekolah dan stake holder sekolah
yang lainnya. Rapat kerja dengan agenda tunggal
penyusunan rencana sekolah, dapat menjadi arena
bagi kepala sekolah, guru, komite sekolah dan
stake holders sekolah yang lainnya untuk
merumuskan rencana pendidikan di sekolah.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tahap-tahap perencanaan sekolah adalah tersebut, hendaknya dapat dipilah mana yang
Tahap pertama perencanaa sekolah adalah laki dapat dipenuhi secara seimbang sehingga
penyiapan data kondisi eksisting sekolah. tidak terjadi bias gender (atau bertitik berat ke
yang berasal dari publik pria dan publik 3. Merumuskan Visi dan
perempuan, agar seluruh kebutuhan, apirasi, Misi Sekolah
harapan dan masalah yang dipecahkan, bisa
berimbang dan tidak bias gender. Yang dimaksud dengan visi adalah emajinasi moral
yang menggambarkan profil sekolah di masa depan.
Secara detail petunjuk pelaksanaan survei Visi juga berarti wawasan yg menjadi sumber
pengaduan, yang diawali dengan penyusunan arahan yang digunakan untuk memandu perumusan
kuisioner, pelaksanaan survei, analisis hasil misi sekolah.
survei pengaduan serta penyusunan janji
perbaikan pelayanan dapat dilihat pada Modul Unsur yang harus ada pada visi adalah: (1)
dan Buku Saku Penanganan Pengaduan. pandangan jauh ke depan, ke mana sekolah akan
dibawa (2) gambaran masa depan yg diinginkan
Berdasarkan atas deskripsi profil sekolah, sekolah. Dirumuskan dengan kalimat yang filosofis,
standar pendidikan di sekolah, dan survey khas, mirip slogan, tetapi mudah diingat. Karena itu,
pengaduan pelanggan, dapatlah dilakukan rumusan visi yang bagus hendaknya menantang,
analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan jelas dan didasari nilai-nilai tertentu.
bermaksud untuk mengetahui gap
(kesenjangan) antara standar yang ingin dicapai, dengan kondisi Contoh rumusan visi:
riil sekolah dan hasil survei
pengaduuan pelanggan/public/stake holders. Contoh rumusan Visi:
UNGGUL DALAM
Kesenjangan itulah yang perlu mendapatkan
PRESTASI BERDASARKAN
pemecahan, agar antara aspek yang diinginkan UNGGUL DALAM PRESTASI
IMTAQ
dengan aspek riilnya dapat dipertemukan. BERDASARKAN IMAN DAN
Dengan demikian, aspek riil satuan pendidikan TERDIDIK BERDASARKAN
TAQWA
IMTAQ
makin relevan (gayut) dengan aspek idealnya. Contoh rumusan indikator-indikatornya:
Analisis kesenjangan bisa berupa: analisis
AgarUnggul
1) rumusan visi perolehan
dalam yang filosofis
NEM.tersebut jelas, perlu
SWOT (strength, weakness, opportunity, and
dirumuskan indikator-indikatornya.
2) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke
threat), analisis akar masalah dan analisis
kekuatan medan. jenjang pendidikan di atasnya.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
3) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja. Jika visi mengarah ke jangka panjang, maka
tujuan
4) Unggul dalam lomba kreativitas. dikaitkan dengan rentang waktu jangka menengah
5) Unggul dalam lomba kesenian. atau siklus 3 tahunan sesuai dengan periodisasi
6) Unggul dalam lomba olah raga. SMP atau SMU. Jika masih dipandang terlalu
7) Unggul dalam kedisiplinan. pendek, boleh juga 2 siklus program sekolah atau 6
8) Unggul dalam kegiatan keagamaan. tahunan.
Tingkat Kesiapan
Kriteria Kesiapan Kondisi Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
A Fungsi Proses Belajar
Mengajar (PBM)
1 Faktor internal:
- Motivasi belajar siswa
- Perilaku siswa
- Motivasi Guru
- Pemberdayaan siswa
- Keragaman Metode mengajar
- Penggunaan waktu belajar
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tingkat Kesiapan
Kriteria Kesiapan Kondisi Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
1 Faktor internal:
- Jumlah guru
- Kualifikasi pendidikan guru
minimal D-3
- Kesesuaian Ijazah dengan mata
pelajaran yang di ampu guru
- Beban mengajar guru
2 Faktor Eksternal
- Pengalaman mengajar guru
- Kesiapan mengajar guru
- Fasilitas pengembangan diri
1 Faktor internal
- Buku setiap mata pelajaran
- Jumlah buku penunjang
- Jumlah lemari dan rak buku
- Kebersihan dan kerapihan ruang
perpustakaan
- Pengelola perpustakaan
- Dana pengembangan
perpustakaan
2 Faktor eksternal
Tingkat Kesiapan
Kriteria Kesiapan Kondisi Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
A Fungsi Ketenagaan
1 Faktor internal:
- Jumlah guru
- Jumlah guru olahraga
- Kemampuan guru olahraga
- Motivasi guru
2 Faktor Eksternal
- Pengalaman sebagai pelatih
- Dukungan orangtua
- Fasilitas pengembangan diri
1 Faktor internal
- Lapangan bola voli di sekolah.
- Alat pendukung olahraga voli
(net, bola)
- Perawatan sarana dan prasarana
2 Faktor eksternal
- Dukungan orang tua
- Lapangan bola voli di
tingkat kecamatan
C Fungsi Pelatihan
1 Faktor Internal
- Pemberdayaan siswa
- Alokasi waktu pelatihan
- Penggunaan waktu pelatihan
2 Faktor eksternal:
- Kesiapan siswa dalam menerima
pelatihan
- Pelatih yang berpengalaman
- Uji tanding dengan tim sekolah lain
- Dukungan orangtua siswa dalam
pelatihan.
Analisis SWOT dimaksudkan untuk menganalisis kesiapan setiap fungsi dan faktor dari sisi kekuatan internal
(strength), kelemahan internal (wakness), peluang eksternal (opportunty) dan ancaman eksternal (treat).
Tingkat
Kriteria Kesiapan Kondisi Kesiapan Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
A Fungsi Proses Belajar
Mengajar (PBM)
1 Faktor internal:
- Motivasi belajar siswa - Tinggi - 60% siswa
mempunyai
motivasi
tinggi
- Perilaku siswa - Disiplin dan tertib di - Kurang
dalam kelas disiplin dan
kurang tertib
- Cukup tinggi
- Kurang
- Motivasi guru - Tinggi mampu
- Efektif
- Penggunaan waktu belajar
2 Faktor eksternal:
- Kesiapan siswa menerima - 100% - 50%
pelajaran
- Dukungan orangtua - Tinggi - Tinggi
- Lingkungan sosial sekolah - Kondusif - Kurang
kondusif
- Lingkungan fisik sekolah - Nyaman/tenang - Gaduh/ramai
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tingkat
Kriteria Kesiapan Kondisi Kesiapan Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
B Fungsi Pendukung PBM:
Ketenagaan
1 Faktor internal:
- Jumlah guru Cukup Cukup
- Kualifikasi pendidikan guru Semua guru minimal 60% minimal D-3
minimal D-3 D-3 70% sesuai
- Kesesuaian ijazah dengan 100% sesuai
mata pelajaran yang diampu
guru
- Beban mengajar guru Rata-rata 18 JP Rata-rata 22 JP
2 Faktor eksternal:
- Pengalaman mengajar guru Rata-rata 5 6 tahun
- Kesiapan mengajar guru 80%
- Fasilitas pengembangan diri Kurang lengkap
tahun
100%
C Fungsi Pendukung PBM:
Sarana/Perpustakaan
1 Faktor internal:
- Buku setiap mata pelajaran Cukup dan Kurang
- Jumlah buku penunjang lengkap Cukup Kurang
- Jumlah lemari dan rak buku dan lengkap Kurang
- Kebersihan dan kerapihan Cukup Cukup
ruang perpustakaan Bersih dan
- Pengelola perpustakaan rapih Kurang
- Dana pengembangan Tidak tersedia
perpustakaan Ada dan
mampu
Tersedia dan
2 Faktor eksternal:
- Dukungan orangtua dalam Mendukung Mendukung
perpustakaan
- Kerjasama dengan
perpustakaan lain yang Ada kerjasama Tidak ada
lengkap
- Kesesuaian buku penunjang Tinggi Rendah
dengan potensi daerah dan
perkembangan Ipteks
Tingkat
Kriteria Kesiapan Kondisi Kesiapan Faktor
Fungsi dan Faktornya
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
A Fungsi Ketenagaan
2 Faktor eksternal:
- Pengalaman sebagai pelatih Cukup Kurang
- Dukungan orang tua Tinggi Tinggi
- Fasilitas pengembangan diri Ada Tidak ada
Faktor internal:
- Lapangan bola voli di sekolah. Tersedia dan Tersedia dan
layak pakai kurang layak
- Alat pendukung olahraga voli Tersedia & layak Tersedia dan
(net, bola) kurang layak
- Perawatan sarana dan Terawat dengan baik Terawat baik
prasarana
Faktor eksternal:
- Dukungan orangtua Tinggi Cukup
- Lapangan bola voli di Tersedia dan Tersedia dan
layak pakai kurang layak
tingkat kecamatan
Tingkat
Kriteria Kesiapan Kondisi Kesiapan
Fungsi dan Faktornya Faktor
(Kondisi Ideal) Nyata
Siap Tidak
C Fungsi Pelatihan
1 Faktor internal:
- Pemberdayaan siswa Guru mampu Cukup mampu
memberdayakan
- Alokasi waktu pelatihan 3 kali seminggu Kurang
- Penggunaan waktu pelatihan Efektif Kurang efektif
2 Faktor eksternal:
- Kesiapan siswa dalam 100 % 80 %
menerima pelatihan
- Pelatih yang berpengalaman Tersedi Tidak ada
- Uji tanding dengan tim Tidak pernah
sekolah lain a
- Dukungan orangtua siswa 1 x sebulan Tinggi
dalam pelatihan.
Tinggi
9. Mengidentifikasi h. Pengaktifan bola voli sekolah.
Alternatif i. Peningkatan sarana prasarana olah raga bola
Pemecahan voli.
j. Peningkatan waktu latihan dan uji tandaing.
Guna mengatasi kelemahan dan ancaman, perlu k. Mendatangkan pelatih dari luar sekolah.
diidentifikasi alternatif pemecahan.
e. Mengundang ahli dari sekolah lain atau a. Mengadakan latihan teratur 3 x seminggu
universitas untuk menyampaikan inovasi terbaru b. Mendatangkan pelatih berpengalaman dari luar
di bidang pembelajaran. c. Mengadakan lomba antar tim di sekolah.
d. Mengundang tim sekolah lain untuk uji
tanding. e. Melakukan evaluasi kinerja setiap tim.
Program 2: Diskusi terbimbing
f. Mengikuti turnamen bola voli tingkat kota/
Rincian Program: kabupaten.
Contoh
1
Tata Kelola Manajemen Berbasis
96 r.id
Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
PERENCANAAN STRATEGIS
(STRATEGIC PLANNING)
Perencanaan strategis merupakan bagian dari proses
manajemen strategis yang terkait dengan proses identifikasi
tujuan jangka panjang dari sebuah lembaga atau organisasi,
penggalian gagasan dan pilihan-pilihan, pengambilan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan, dan pemantauan (monitoring)
kemajuan atau kegagalan dalam rangka menentukan strategi
di masa depan (Nickols dan Thirunamachandran, 2000).
4
MODUL 4 BAHAN BACAAN :
PENERAPA
N
MANAJEME
N
Penerapan PELAYANAN
PUBLIK DI
Manajemen SEKOLAH
Pelayanan Publik
di Sekolah A. PENDAHULUAN
tenaga SDM di sekolah, yang terdiri atas tenaga 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
pendidik (guru) dan tenaga kependidikan: kepala 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sekolah, pengawas sekolah, SDM sekolah, tenaga 5. UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008
perpustakaan sekolah dan tenaga laboratorium tentang Perubahan Kedua atas Undang-
sekolah. Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah
Dalam perspektif yuridis, setidaknya menurut
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 beserta
25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
peraturan perundangan-undangan turunannya,
tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk C. KONDISI IDEAL
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Tenaga PELAYANAN PUBLIK
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
Menurut Lembaga Administrasi Negara
pengelolaan, pengembangan, pengawasan,
(2000), pelayanan publik (public service)
dan pelayanan teknis untuk menunjang
adalah pelayanan umum yang dilaksanakan
proses pendidikan pada satuan pendidikan.
oleh instansi pemerintah, termasuk institusi
Pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah, baik dalam upaya memenuhi
berkewajiban:
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
undangan. Pelayanan publik merupakan salah
mempunyai komitmen secara profesional untuk
satu perwujudan dari fungsi aparatur negara
meningkatkan mutu pendidikan; dan memberi
sebagai abdi masyarakat disamping sebagai
teladan dan menjaga nama baik lembaga,
abdi negara. Pelayanan publik juga merupakan
profesi, dan kedudukan sesuai dengan
pelaksanaan dari peraturan pemerintah atau
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
pihak lain yang terkait. Pelayanan publik
juga dimaksudkan untuk mensejahterakan
B. DASAR HUKUM MANAJEMEN masyarakat, karena dengan pelayanan publik
PELAYANAN PUBLIK DI yang baik, diharapkan masyarakat dapat
SEKOLAH memenuhi kebutuhannya.
macam perbuatan, sikap, dan sepak Imron (2007), bahwa secara umum stakeholders
Responsivitas diartikan sebagai daya tanggap otonomi daerah. Namun jika dilihat dari sisi
tenaga administrasi terhadap apa yang menjadi efisiensi dan efektivitas, responsifitas, dan
Akibatnya, sering terjadi tumpang tindih adalah ujung tombak terdepan dalam
instansi pelayanan dengan instansi pelayanan Dalam persoalan pendidikan anak, orangtua
yang terkait. Keenam, masih terlalu birokratis. anaknya mendapatkan pendidikan terbaik
Pelayanan pada umumnya dilakukan dengan dan mendapatkan pelayanan yang prima.
melalui proses yang terdiri dari berbagai Oleh karena itu, sekolah haruslah responsif
pelayanan yang terlalu lama. Dalam kaitan tanpa mengorbankan efisiensi dan efektifitas
lain pihak kemungkinan masyarakat untuk agar dapat melayani masyarakat dengan prima
dalam rangka menyelesaikan masalah yang birokrasi yang lebih sibuk dengan urusan
internal, menjadi berorientasi pada pelanggan
sekolah. Sekolah diharapkan memposisikan Untuk mewujudkan dan mempertahankan
pelanggan sebagai hal yang paling depan. kepuasan pelanggan sekolah, dapat dilakukan
Oleh sebab itu, pelanggan dipakai sebagai 4 hal sebagaimana pendapat Ramalia (2001).
sasaran pencapaian tujuan. Sekolah selalu Pertama, mengidentifikasi kembali siapa
mendengar suara pelanggan, memperhatikan pelanggan sekolah tersebut. Di sini peran
kebutuhan dasar dan keinginan pelangggan, personel hubungan masyarakat, dengan
dan memperhatikan hukum pelanggan bantuan staf tata usaha haus dilakukan.
(termasuk dalam hal ini hak-hak pelanggan Stakeholder dalam arti luas dilibatkan dalam
sekolah) (Ramalia dalam LAN, 2001). pembuatan keputusan utamanya berkenaan
dengan kepuasan pelayanan publik di sekolah.
Dalam meningkatkan daya saing sekolah, perlu Kedua, perlunya memahami tingkat harapan
perubahan paradigma birokrasi di sekolah. pelanggan sekolah atas kualitas pelayanan.
Yang semula sekolah lebih banyak melayani
kebutuhan birokrasi yang lebih tinggi dan Harapan tingkat kepuasan pelanggan, penting
kemungkinan sekolah sendiri minta dilayani diketahui sebagai acuan untuk menentukan
masyarakat, maka diubah agar sekolah lebih tujuan dan tolok kepuasan pelanggan. Tanpa
responsif dalam memberikan pelayanan yang tolok ukur yang jelas, maka kepuasan pelanggan
bersifat memenuhi kebutuhan pelanggan atau atau pengguna jasa pelayanan di sekolah sulit
masyarakat yang memerlukan. diketahui.
Lebih lanjut Ramalia (2001) mengemukakan a. TK/RA atau bentuk lain yang sederajat
bahwa layanan pelanggan sekolah yang baik sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
memperhatikan sembilan aspek keinginan TK/RA dan tenaga kebersihan TK/RA.
pelanggan sebagai berikut: (1) bebas membuat b. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat sekurang-
keputusan; (2) memperoleh hasil sesuai dengan kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,
keinginan; (3) mempertahankan harga diri; (4) tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan
mendapatkan perlakuan secara adil; (5) tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
diterima dan disambut secara baik; (6) c. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat
diberitahukan segala sesuatu yang terjadi; (7) dan SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat
merasa aman dan dilindungi haknya; (8) sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/
didudukkan sebagai orang penting; dan (9) madrasah, tenaga administrasi, tenaga
menuntut keadilan. perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga
kebersihan sekolah/madrasah.
Perubahan paradigma yang disikapi oleh d. SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
sekolah dalam hal ini cukup banyak. sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/
Diantaranya, bahwa sekolah hendaknya madrasah, tenaga administrasi, tenaga
mengikutsertakan pembuatan keputusan bagi perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga
pelanggannya. Pelanggan perlu diikutsertakan kebersihan sekolah/madrasah.
dalam perencanaan hal-hal penting bagi e. SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain
keberlanjutan pelaksanaan pendidikan anak- yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas
anak di sekolah, antara lain penentuan kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga
pelaksanaan kurikulum sekolah, proses perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga
belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, dan kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar,
pendidikan moral. Peranan staf tata usaha psikolog, pekerja sosial, dan terapis.
sebagai supporting system di sekolah sangatlah f. Paket A, Paket B dan Paket C sekurang-
penting. kurangnya terdiri atas pengelola kelompok
belajar, tenaga administrasi, dan tenaga
perpustakaan.
F. POSISI STRATEGIS
SDM SEKOLAH
Agar pelayanan publik yang dilakukan oleh SDM
sekolah dapat optimal, ada beberapa kriteria,
Berdasarkan ketentuan dalam Standarisasi Nasional
yakni kesederhanaan, kejelasan dan kepastian,
Pendidikan, jenis SDM di sekolah, diatur menurut
keamanan, keterbukaan, efisiensi, ekonomis,
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pada pasal 35-
keadilan, ketepatan waktu dan kuantitatif.
37 dinyatakan sebagai
Kesederhanaan, artinya bahwa pelayanan publik
pada:
dilaksanakan secara mudah, cepat, tepat, tidak jangkauan pelayanan diusahakan seluas mungkin
berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dengan distribusi yang merata dan diberlakukan
dilaksanakan oleh masyarakat yang memerlukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
pelayanan. Sistem pelayanan publik dengan Faktor ketepatan waktu, artinya pelayanan kepada
sederhana perlu dilaksanakan, mengingat masyarakat harus tepat waktu sesuai yang
sebagian besar masyarakat Indonesia (penerima ditentukan dan diinformasikan kepada masyarakat.
layanan) masih berpendidikan rendah. Yang terakhir adalah faktor kuantitatif, yakni
jumlah masyarakat yang dilayani naik atau turun,
Kejelasan dan kepastian tentang prosedur/tata rata-rata lamanya waktu pelayanan, penggunaan
cara pelayanan, persyaratan pelayanan, unit perangkat teknologi modern untuk memperlancar
kerja atau personel yang bertanggungjawab pelayanan, dan frekuensi keluhan dan pujian dari
memberikan pelayanan, rincian biaya dan tata masyarakat yang diberi layanan; semua itu terdata
cara pembayaran pelayanan (jika ada), dan secara kuantitatif sebagai upaya terus menerus
jadwal waktu penyelesaian pelayanan. mengembangkan pelayanan kepada masyarakat.
Tentang hal ini perlu diinformasikan secara
jelas kepada masyarakat luas, utamanya yang
memerlukan pelayanan publik. G. PERILAKU SDM SEKOLAH
Keamanan, dimana proses dan hasil Agar pelayanan publik di sekolah bisa memuaskan
pelayanan dapat memberikan keamanan dan customer, sejumlah perilaku pelayanan haruslah
kenyamanan bagi masyarakat yang dilayani. dapat diinternalisasikan dan bahkan ditunjukkan
Faktor keterbukaan, artinya segala hal yang oleh SDM sekolah dalam memberikan layanan
bekenaan dengan pelayanan yang diberikan kepada customer-nya. Sejumlah perilaku pelayanan
kepada masyarakat diberitahukan secara tersebut, menyangkut waktu, kecermatan, hepful
terbuka kepada masyarakat yang dilayani. dan friendly, responsif, proaktif, profesionalitas,
Kriteria lain adalah efisiensi, dimana persyaratan kapabel dan cakap (Imron, 2007). Terkait dengan
pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang waktu, perilaku berikut haruslah dapat ditunjukkan,
berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran yaitu:
pelayanan, dan tidak boleh ada pengulangan
persyaratan. 1. SDM sekolah memahami ketepatan waktu
sangat penting diperhatikan dalam memberikan
ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai 2. SDM sekolah mengetahui target waktu yang
barang dan jasa pelayanan, kondisi/kemampuan diperlukan untuk memberikan layanan kepada
berlaku. Faktor keadilan dan merata, dimana 3. SDM sekolah selalu mengusahakan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
www.kinerja.or.id
108 Tata Kelola Manajemen Berbasis
Sekolah
(pribadi, sosial, pekerjaan), tidak dibawanya dihadapi oleh klien terkait layanan yang ia
ke tempat kerja, apa lagi sampai dapatkan, secepatnya dapat dituntaskan.
berpengaruh terhadap cara memberikan 8. SDM sekolah berusaha untuk mengetahui
layanan kepada customer-nya. alur kerja sejawatnya, agar ketika sejawatnya
berhalangan, ia akan dapat menggantikan dalam
sudah terlanjur menjadi janji elit politik daerah 3. Sumbangan dari pemangku kepentingan
yang sedang berkuasa. Adapun isi Peraturan pendidikan dasar di luar peserta didik atau
dana yang diterima dari penyelenggara satuan dilaksanakan sekolah dalam merespon
pendidikan dasar dan disimpan dalam rekening pengaduan yang masuk;
atas nama satuan pendidikan dasar. e. Forum multi stakeholder ikut memonitor
realisasi Janji Perbaikan Pelayanan Sekolah.
G. BEBERAPA CONTOH
2. Meningkatkan partisipasi multi pihak dalam
PENERAPAN PELAYANAN
meningkatkan pelayanan sekolah melalui:
PUBLIK DI SEKOLAH
MITRA KINERJA a. Komite sekolah bersama orangtua ikut
berperan aktif dalam mendukung perbaikan
Selama pendampingan teknis Program KINERJA di pelayanan dengan pengelolaan kantin
sekolah mitra di 4 propinsi wilayah kerja KINERJA sehat, pengelolaan lahan kering untuk
antara lain adalah: kebun sekolah, kegiatan-kegiatan ekstra
kurikuler lainnya;
1. Sekolah memberikan ruang partisipasi
b. Pihak Pemerintah dan SKPD terkait
masyarakat yang lebih luas, meningkatkan
memberikan perhatian dan dukungan
transparansi dan responsibilitas sekolah
terhadap usulan peningkatan pelayanan
antara lain melalui:
sekolah yang disampaikan dalam
a. Pelaksanaan survei pengaduan, dimana Rekomendasi Peningkatan Pelayanan
kuisioner survei disusun secara partisipatif sebagai respon terhadap hasil survei
oleh multi stakeholder pendidikan dan pengaduan;
kuisioner diisi oleh siswa dan orangtua c. Siswa, guru dan karyawan sekolah ikut
siswa; bertanggung jawab terhadap kondisi sekolah.
b. Hasil survei pengaduan yang telah
dikonfirmasi kebenarannya dipublikasikan
di papan publikasi sekolah, sehingga dapat 3. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
publik;
a. Publikasi perencanaan dan penganggaran
c. Bersama forum multi stakeholder sekolah,
sekolah di papan publikasi sekolah;
merespon hasil survei pengaduan,
b. Publikasi laporan keuangan sekolah
selanjutnya mendiskusikan dan menyusun
termasuk penggunaan dana BOS di papan
Janji Perbaikan Pelayanan guna perbaikan
publikasi sekolah;
pelayanan sekolah;
c. Publikasi tata tertib siswa, guru dan
d. Janji perbaikan pelayanan dipublikasikan di
kepala sekolah, sehingga seluruh
papan publikasi sekolah, sehingga publik
stakeholder sekolah saling memahami
memahami upaya dan langkah yang akan
tata tertib yang berlaku.
4. Meningkatkan kejelasan pelayanan,
informasi, aksesibilitas dan pemerataan
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
1121 www.kinerja.o www.kinerja.o 1121
Sekolah Sekolah
r.id r.id
12 Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan 12
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
pelayanan bagi seluruh siswa, antara lain d. Memberikan ruang bagi para ibu menyusui
melalui: yang menjemput anaknya di sekolah melalui
penyediaan pojok laktasi di sekolah.
a. Adanya SOP (standard operasional
prosedur) untuk beberapa proses
6. Perubahan perilaku guru, kepala sekolah dan
penting, misalnya SOP Penerimaan
karyawan sekolah, antara lain melalui:
Siswa Baru, SOP Perpustakaan;
b. Adanya informasi pelayanan yang jelas
a. Slogan senyum, sapa, salam yang
bagi siswa, misalnya hari dan jam
dipampangkan di ruang publik;
pelayanan perpustakaan, penggunaan lab
b. Siswa lebih memiliki keberanian dan
komputer, konseling siswa, pelayanan
keaktifan untuk bertanya dan berdiskusi
kesehatan siswa (pemeriksaan gigi, mata);
kepada guru;
c. Publikasi kalender akademik sekolah di
c. Keteladanan perilaku akan mendapat
papan publikasi, agar menjadi perhatian
perhatian lebih, karena siswa dan orangtua
bersama dan siswa mendapatkan dukungan
akan melihat dan berhak memberikan
khususnya di masa-masa ulangan
pengaduan.
semester dan kenaikan kelas;
d. Publikasi nama dan nomer HP guru,
untuk memberikan kemudahan orangtua 7. Sarana dan prasarana pendukung pelayanan
dalam berkomunikasi dengan guru kelas; publik yang lebih baik antara lain:
BAHAN PRESENTASI
PRINSIP LAYANAN
PUBLIK
Berdayakan
masyarakat
Optimalkan pelayanan
publik
- kurang
- kurang koordin
responsif asi
- kurang - terlalu
informatif birokra
- kurang tis
accsessible -
- inefisien mengabaik
an kritik
PERGESERAN
PARADIGMA PELAYANAN
PUBLIK
Peran Serta
Masyarakat dan
Stakeholder dalam
Pelayanan Publik
di Sekolah
5
Tata Kelola Manajemen Berbasis
r.id 1171
Berorientasi Pelayanan Sekolah
Publik Berorientasi Pelayanan 17
MODUL 5 BAHAN BACAAN :
PERAN SERTA
MASYARAKAT
Peran Serta DAN
STAKEHOLDER
Masyarakat dan DALAM
PENINGKATAN
Stakeholder PELAYANAN PUBLIK
DI SEKOLAH
dalam
Pelayanan Publik
A. PENDAHULUAN
di Sekolah Salah satu esensi regulasi tentang desentralisasi
dan otonomi daerah bidang pendidikan adalah
pemberian wewenang, peluang dan keleluasaan
yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada
.....
daerah dan masyarakat untuk mengatur dan
agar peserta menyelenggarakan urusan wajib bidang pendidikan.
menguasai Disamping melaksanakan kewenangan bidang
peningkatan peran pendidikan atas prakarsa sendiri sesuai dengan
serta masyakarat kepentingan masyarakat dan potensi daerah
dan stakeholder setempat.
.....
Dalam perspektif teoritik, desentralisasi
dan demokratisasi pengelolaan pendidikan
mengamanatkan penerapan prinsip-prinsip
tranparansi, akuntabilitas dan partisipasi
(TAP) dalam setiap pengelolaan bidang
pendidikan. Berarti, dalam perencanaan,
pelaksaksanaan dan pengendalian setiap
bidang pendidikan harus memberikan
peluang, kesempatan dan
www.kinerja.or.id
118 Tata Kelola Manajemen Berbasis
Sekolah
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
merupakan lawan dari kegiatan politik (Kompas, berkepentingan dan atau terkena dampak suatu
dapat diartikan sebagai demokratisasi politik: adalah berbagai pihak yang berkepentingan
masyarakat yang menentukan tujuan, strategi dan dan atau terkena dampak suatu proyek/program
atau pembangunan. Secara sempit, partisipasi pendidikan adalah pihak-pihak yang berkepentingan
dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat dan atau terkena dampak keberadaan dan
dalam keseluruhan proses perubahan dan implementasi perda pendidikan. Oleh karena itu,
pengembangan masyarakat sesuai dengan informasi dan peran aktif multi stakeholder sangat
arti pembangunan sendiri. Sebagai lawan dari diperlukan, termasuk dalam penerapan fungsi
kegiatan politik. Partisipasi dapat diartikan sebagai kontrol atas pelaksanaan perda bidang pendidikan.
rasional keinginannya dan menerima suka rela proses menemu-kenali pihak-pihak yang
oleh pembuat dan pelaksana kebijaksanaan, partisipatif, termasuk dalam proses pembuatan
sosial ini harus dibangun, baik dengan tokoh- mau berpartisipasi. Tentu hadiah demikian,
tokoh masyakat maupun dengan mereka yang berdasarkan kuantitas dan tingkatan atau
sebagai penyalur partisipasi masyarakat terhadap melakukan upaya mencapai tujuan bersama.
penyelenggaraan pendidikan dan sebagai Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan
kekuatan kontrol masyarakat. Majelis Madrasah dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
sesuai dengan Kepmendiknas bertujuan untuk: eksekutif, legislatif, media, sektor bisnis, dan
(1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan antar pemangku kepentingan menjadi penting untuk
operasional dan program pendidikan di satuan mengembangkan proses dialogis dan membangun
pendidikan, (2) meningkatkan tanggungjawab dan kesadaran bersama serta melakukan aksi
peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan bersama.
pendidikan di satuan pendidika,. (3) menciptakan
suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan Dalam konteks pelayanan publik, forum multi stake
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan holder ini merupakan proses dialogis antara
pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan penyedia layanan dan pengguna layanan untuk
(Kepmendiknas, 2002). Secara singkat tujuan mencapai suatu pelayanan publik yang efektif,
adanya Majelis Madrasah adalah membantu efisien, dan terjangkau. Apa yang telah
kelancaran penyelenggaraan pendidikan di diupayakan oleh pemerintah (selaku penyedia
madrasah layanan publik) serta apa yang terjadi dan
dalam upaya ikut memelihara, menumbuhkan, diharapkan masyarakat (selaku pengguna layanan)
meningkatkan dan mengembangkan madrasah. harus diupayakan
ada titik temu. Pertemuan dan forum juga akan
menjadi ajang untuk menyepakati apa saja yang
F. FORUM MULTI
akan dilakukan oleh masing-masing pelaku/berbagi
STAKEHOLDER SEKOLAH
peran dan tanggung jawab, berbagi informasi,
SEBAGAI WADAH DALAM
saling mendukung dalam upaya perbaikan bersama.
PENINGKATAN
Forum Multi Stakeholder, tidaklah harus merupakan
PARTISIPASI MASYARAKAT
pertemuan formal, loka karya atau bahkan
TERHADAP PENDIDIKAN DI
merupakan organisasi atau lembaga formal. Namun,
SEKOLAH
bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang
informal. Pada tahapan lebih lanjut, Forum Multi
Partisipasi masyarakat sangat penting dalam MBS
Stakeholder bisa saja didorong menjadi organisasi
agar kegiatan-kegiatan yang akan dilakuakan
atau lembaga formal jika memang diperlukan sesuai
benar-benar realistis sesuai dengan kebutuhan,
dengan dinamika dan kebutuhan lokal.
serta sebagai upaya mendapatkan dukungan
dalam upaya pelaksanaannya. Forum Multi Stake
Dalam konteks program Manajemen Berbasis
Holder adalah media untuk mempertemukan antar
Sekolah, pemangku kepentingan adalah unsur-
pemangku kepentingan untuk merespon isu-isu
unsur dari masyarakat, baik individu atau kelompok,
yang menjadi kepedulian bersama serta untuk
eksekutif, DPRD, media yang berkepentingan
terhadap pelayanan pendidikan dasar, khususnya Kinerja mendorong untuk menggunakan nama-nama
terkait dengan Manajemen Berbasis Sekolah. sesuai dengan dinamika dan kearifan lokal. Dengan
mempertimbangkan dinamika dan kearifan lokal ini
diharapkan akan memperkuat rasa memiliki diantara
1. Alternatif Nama para anggotanya serta dapat memberikan motivasi
untuk melakukan upaya untuk mencapai tujuan
Forum Multi Stakeholder dapat diberi nama
bersama.
sesuai dengan kesepakatan anggotanya. Di
bawah ini beberapa contoh alternatif nama yang
bisa digunakan, seperti misalnya 2. Pihak-Pihak yang Terkait
Gugus Kerja MBS
Kinerja telah mengembangkan dan memperkuat
Jaringan Pemantau Pendidikan Dasar
Forum Multi Stakeholder di tingkat kabupaten/kota.
Aliansi Masyarakat untuk MBS
Secara umum pihak-pihak yang terakit dan dapat
Koalisi untuk pendidikan dasar berkualitas
dilibatkan dalam Forum Multi Stakeholder atau
Forum Kerja MBS
pihak yang memiliki kepentingan adalah sebagai
Forum Peduli Pendidikan Dasar
berikut:
c. Tersusunnya kertas posisi untuk kebijakan di antara inovasi tersebut adalah; penanganan survei
daerah tentang jaminan pelayanan pendidikan pengaduan masyarakat, peran jurnalis warga, dan
dasar yang transparan, partisipatif dan dukungan stakeholder tingkat kabupaten kota.
akuntabel;
d. Adanya kelompok warga yang secara regular
memonitor terhadap pelaksanaan kebijakan 1. Penanganan Survey Pengaduan
tentang Manajemen Berbasis Sekolah. Masyarakat
untuk meningkatkan kualitas tata kelola sekolah Selanjutnya berdasarkan dengan SK tersebut,
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan untuk memperjelas penunjukan tim pelaksana dan
dasar. sekolah dampingan selama proses implementasi
MBS, Kepala Dinas Pendidikan mengeluarkan surat
Implementasi MBS mendapat dukungan dari keputusan tentang pembentukan Pokja dan Surat
kepala daerah dengan diterbitkannya SK keputusan tentang pemilihan terhadap 20 sekolah
Walikota mitra MBS.
No.188.45/281/KEP/425.012/2011
tentang pembentukan Tim Teknis
Pendampingan.
BAHAN PRESENTASI
KATEGORI PARTISIPASI
PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PEMBANGUNAN
1. Partisipasi buah pikiran.
2. Partisipasi keterampilan.
3. Partisipasi tenaga.
4. Partisipasi harta benda, dan
5. Partisipasi uang.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
STRATEGI DALAM
MENINGKATKAN
PARTISIPASI
1. Membuat rancangan kebijakan,
2. Menginformasikan rancangan itu ke masyarakat yang
akan terlibat,
3. Mengumpulkan tanggapan masyarakat tentang isi rancangan
kebijakan,
4. Memadukan pendapat masyarakat dengan rancangan
kebijakan,
5. Membuat kebijakan baru yang mengarah pada pelaksanaan.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Survei Pengaduan
untuk Perbaikan
Layanan di Sekolah
6
MODUL 6 BAHAN BACAAN :
SURVEI
PENGADUAN
UNTUK PERBAIKAN
Survei LAYANAN
SEKOLAH
Pengaduan
untuk Perbaikan A. PENDAHULUAN
desakan tetapi sudah ditempatkan sebagai suatu pengaduan, menyusun rencana tindak lanjut, dan
kebutuhan untuk mempertahankan keberadaannya. melaksanakan tindak lanjut hasil survei tersebut.
Tanpa penerapan prinsip-prinsip tatakelola yang
baik setiap sekolah dipastikan akan terancam Ada beberapa peraturan perundangan yang secara
keberadaan dan keberlanjutannya. langsung dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
tatakelola sekolah dan survei pengaduan, yakni:
Di unit pelayanan publik seperti sekolah,
peningkatan kualitas pelayanan publik adalah titik a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
penting sebagai muara keseluruhan reformasi Pelayanan Publik.
pendidikan di Indonesia. Hal ini beralasan oleh
b. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
karena kualitas pelayanan yang diselenggarakan
Aparatur Negara Nomor 63/ KEP/M.PAN/7/2003
oleh sekolah sampai saat ini masih sangat
(memperbaiki keputusan sebelumnya) tentang
memprihatinkan. Begitu banyak pengaduan
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
(keluhan) atau pernyataan ketidakpuasan
Publik.
masyarakat terhadap kualitas pelayanan sekolah.
Karena itu, kinerja pelayanan publik menjadi titik c. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
secara luas kepada sekolah dipertaruhkan. tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan
Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan
sekolah belum dikelola dengan baik sehingga d. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
penanganan pengaduan tersebut menjadi tidak Aparatur Negara Nomor PER/20/M.
sistematis, efisien, efektif, dan bahkan tidak PAN/04/2006 tentang Pedoman Penyusunan
ditangani sama sekali. Akibatnya, pengaduan yang Standar Pelayanan Publik.
sama berlangsung terus menerus dan karena tidak
e. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
ditindaklanjuti maka masyarakat menjadi bosan dan
Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2009
bersikap apatis. Tatakelola dan pelayanan sekolah
tentang Pedoman Peningkatan Kualitas
menjadi tidak berkembang.
Pelayanan Publik dengan Partisipasi
Masyarakat.
Salah satu tahapan awal dalam pengelolaan
pengaduan masyarakat adalah dengan
Peraturan perundangan tersebut merupakan
mengkoordinir pengaduan melalui survei
kebijakan unit pelayanan publik di semua
pengaduan. Selanjutnya berdasarkan hasil survei
sektor, termasuk sekolah. Kebijakan ini menjadi
tersebut dibuat indeks pengaduan masyarakat
dasar bagi sekolah untuk melakukan upaya
(IPM) sesuai dengan jumlah masing-masing jenis
nyata dalam mereformasi pelayanannya.
Berdasarkan itu berbagai perubahan
pendekatan, metode
dan instrumen (alat bantu) untuk meningkatkan survei. Tim ini terdiri dari pihak sekolah
kualitas pelayanan publik telah dikembangkan (kepala sekolah, guru, dan staf administrasi)
dan digunakan. Salah satu instrumen tersebut dan masyarakat pengguna pelayanan yang
adalah Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM) yang dapat diwakili oleh anggota komite sekolah.
didasarkan pada hasil survei pengaduan. Anggota tim ini nantinya akan bertindak
sebagai pengumpul data atau pewawancara
masyarakat pengguna pelayanan untuk
B. PROSES SURVEI mengkonfirmasi pernyataan pengaduan
PENGADUAN
yang ada di dalam kuesioner.
pengaduan sudah diatur dalam Permenpan Nomor survei ini adalah penggandaan kuesioner.
2.1. Wawancara
Sebagai wadah immediate action, yaitu bentuk
kegiatan yang dibutuhkan hasilnya secara Survei dilaksanakan sekolah dan di pertemuan-
cepat dan segera. Hal ini terkait dengan pertemuan atau kegiatan lainnya yang sedang
upaya berlangsung sepanjang periode waktu yang
perbaikan yang harus segera dilaksanakan oleh telah ditentukan. Misalnya, di sekolah ketika
organisasi penyelenggara pelayanan. para siswa menerima pelajaran pada jam
Sebagai sebuah riset yang berbasiskan terakhir. Survei bisa juga di luar jam pelajaran
participatory (participatory research). Hal untuk responden orangtua siswa di rumah
ini dikarenakan metode ini melibatkan masing-masing responden atau di tempat para
unsur masyarakat baik sebagai responden orangtua biasanya berkumpul, misalnya di
maupun dalam tim yang melaksanakan tempat ibadah atau kelompok-kelompok arisan.
survei sehingga dibutuhkan suatu model Tim menunjukkan kuesioner dan memberikan
survei yang sesederhana mungkin. penjelasan mengenai maksud dan tujuan
survei selanjutnya tim meminta reponden untuk
Tahapan wawancara responden dalam mencontreng pada kolom YA jik a mereka
pelak- sanaan survei pengaduan mempunyai pengalaman, mengetahui atau
masyarakat, yaitu: pernah mendengar kejadian seperti yang
tercantum dalam kolom pernyataan pengaduan
a. Melakukan wawancara atas pernyataan
pada lembar kuesioner tersebut. Untuk
pengaduan yang ada di kuesioner dengan
menghindari kekuatiran atas ketidakmampuan
mempertanyakan apakah responden yang
responden dalam mengisi kuesioner (misalnya
bersangkutan mempunyai pengalaman, pernah
buta huruf, hanya dapat berbahasa daerah,
melihat atau mendengar tentang hal-hal yang
lanjut usia, dan sebagainya), tim dapat
tercantum dalam kolom pernyataan pengaduan.
memberi penjelasan tentang masing-masing
b. Meminta responden untuk memberikan tanda
pernyataan pengaduan dengan tidak
contreng () secara langsung pada kolom YA
mengarahkan jawaban responden, bahkan jika
tentang pernyataan pengaduan yang mereka
responden
anggap sesuai dengan kondisi mereka, artinya
memiliki keterbatasan maka tim juga dapat
mereka pernah alami, rasakan, lihat atau
membantu mengiisikan jawaban responden.
dengar terkait dengan pelayanan.
Semakin banyak responden yang dijangkau Yakinkan responden bahwa mereka tidak
perlu takut akan ada tekanan,
berarti semakin besar dukungan untuk
melakukan perubahan.
Jangan memerintah responden, sejak hari pertama survei sampai hari
Pastikan kerahasiaan dan kepercayaan terakhir pelaksanaan survei. Rekapitulasi
selama survei, hasil survei ini dilakukan dengan cara
Bantu responden yang mengalami kesulitan memberikan tanda turus (I) dalam kolom
dalam membaca dan menulis, jumlah responden sesuai dengan pernyataan
Jelaskan pernyataan pengaduan dengan pengaduan yang dicontreng oleh responden.
menggunakan kata-kata sederhana dan Selanjutnya tanda turus tersebut dijumlahkan
jikaperlu gunakan bahasa daerah setempat, dan hasil penjumlahannya dicantumkan
Jangan menolak memberikan bantuan pada kolom jumlah.
bahkan jika bantuan yang diminta tak
berkaitan langsung dengan survei. Jumlah yang tercantum pada Tabel
Rekapitulasi Harian (a) selanjutnya
2.2. Rekapitulasi dimasukkan ke dalam Tabel
Rekapitulasi Hasil Survei (b), sehingga
Setelah kuesioner disebarkan kepada akan diketahui jumlah responden yang
responden, tim harus melakukan rekapitulasi mengadu
terhadap kuesioner yang masuk. Rekapitulasi untuk masing-masing pernyataan pengaduan
ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: pada tanggal yang sesuai dengan
pelaksanaan survei.
a) Rekapitulasi harian. Penghitungan yang
dilakukan setiap hari terhadap keseluruhan
Sedangkan pada kolom total diisi
kuesioner yang masuk pada hariitu.
dengan jumlah responden yang
Rekapitulasi harian ini menjadi kendali
mengadukan
bagi tim terhadap pelaksanaan survei
masing-masing pernyataan pengaduan mulai
setiap harinya. Dari rekapitulasi harian ini
hari ke-1 sampai hari terakhir pelaksanaan
dapat diketahui berapa jumlah kuesioner
survei. Mekanisme rekapitulasi hasil survei
yang masuk dan berapa responden yang
ini dilakukan dengan menghadirkan minimal
mengkonfirmasi masing-masing pernyataan
perwakilan dari setiap unsur tim, artinya
pengaduan.
ada perwakilan dari sekolah maupun
b) Rekapitulasi akhir hasil survei. masyarakat pengguna pelayanan (komite
Penghitungan dari keseluruhan kuesioner sekolah/tokoh masyarakat). Jadi setiap
yang masuk setiap harinya. Rekapitulasi harinya, semua unsur yang terlibatdalam
total ini akandipublikasikan secara pelaksanaan survei perlu duduk bersama
terbuka pada papan informasi untuk dan melakukan rekapitulasi secara bersama.
diketahui Halini dimaksudkan untuk menjaga
oleh masyarakat pengguna pelayanan objektifitas, transparansi dan kepercayaan
masyarakat atas pengolahan data maupun
hasil-hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
survei ini. Kuesioner yang sudah
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
a. Judul poster
b. Nama organisasi penyelenggara pelayanan dan
kantor cabangnya
c. Periode survei
d. Hasil survei dalam bentuk diagram batang
termasuk jumlah (tidak dalam persen) responden
di setiap pernyataan pengaduan
e. Jumlah responden yang terjaring
f. Ucapan terimakasih kepada responden yang
sudah berpartisipasi
g. Rencana tindak lanjut
h. Himbauan untuk terus menyampaikan
pengaduan terkait pelayanan
organisasi penyelenggara pelayanan terkait
i. Tanda tangan kepala organisasi
pengguna pelayanan, yakni siswa dan orangtua/ kebanyakan orang cenderung tidak melakukan apa-
wali siswa. apa jika menghadapi terlalu banyak masalah.
Berhenti hanya sampai pengetahuan tentang Karena itu, perhatian utama bukanlah untuk
kondisi pelayanan saat ini, baik itu berupa melakukan analisis secara mendalam tetapi yang
Indeks Pengaduan Masyarakat tidak akan lebih penting adalah menemukan tindakan nyata
memberi arti apa-apa terutama bagi masyarakat perbaikanyang sesegera mungkin dapat dimulai;
pengguna pelayanan. IPM hanya akan sekalipun tindakan itu nampak sangat sederhana.
mempunyai arti jika pengetahuan tentang situasi Analisis masalah penyebab pengaduan dapat
kinerja pelayanan dilakukan pada suatu pertemuan yang dihadiri oleh
ditindaklanjuti dengan analisis yang cermat terhadap para penyelenggara sekolah, komite sekolah, dan
penyebab terjadinya kondisi tersebut dan mencari wakil-wakil dari masyarakat pengguna pelayanan
solusi yang logis (pemecahan masalah) untuk (siswa dan orangtua/wali siswa). Pertemuan ini
kemudian dilaksanakan sebagai tindak nyata untuk menjadi sarana latihan bagi para peserta kedua
memperbaiki keadaan. belah pihak (penyedia dan pengguna pelayanan)
untuk menganalisis masalah-masalah pelayanan
Hampir di semua kasus berdasarkan pengalaman, secara sederhana dan cepat tetapi metodologis.
tindakan nyata perbaikan pelayanan tidak
cukup jika hanya dilakukan oleh para pelaksana Masyarakat pengguna pelayanan sering
pelayanan publik di unit pelayanan tetapi selalu beranggapan bahwa kualitas pelayanan yang
memerlukan tindakan simultan yang harus dilakukan buruk hanyalah tanggungjawab para pelaksana
oleh para penyelenggara dan penanggungjawab pelayanan publik di unit pelayanan, sehingga
pelayanan publik bidang pendidikan di tingkat lebih semua keluhan (pengaduan) ditimpakan kepada
tingggi, yakni Dinas Pendidikan.Hal ini disebabkan mereka. Selama pertemuan, pengguna pelayanan
karena masalah yang menjadi penyebab pengaduan akan menemukan fakta bahwa ada pihak-pihak lain
dapat berkaitan dengan tanggungjawab pihak-pihak yang harus ikut bertanggung jawab. Bahkan sering
terkait di luar wewenang sekolah. kali tugas dan tanggung jawab pihak lain di luar
para pelaksana di unit pelayanan itu lebih besar
Sebelum memutuskan perubahan apa yang perlu danl ebih menentukan upaya dan keberhasilan
dilakukan, analisis masalah penyebab untuk mencapai perbaikan.
harusdilakukan secara cermat. Untuk menganalisis
masalah penyebab pengaduan, digunakan moto Para pelaksana pelayanan pendidikan di sekolah
Kerjakan Ini dengan Singkat dan Sederhana memang sebagai salah satu sumbermasalah
(KISS). Pertimbangan untuk menggunakan moto ini penyebab buruknya kinerja pelayanan dan pada
adalah bahwa untuk memulai perubahan sangatlah saat yang sama mereka seringkali menjadi
tidak memberi semangat jika terlihat begitu korban dari kurangnya dukungan dari petugas
banyak masalah yang harus diselesaikan. Bahkan dan satuan
kerja di atasnya atau korban dari keputusan penggunaan metode ini dikerjasamakan dengan
dan kebijakan yang kurang tepat. pihak lain yang menyediakanasistensi teknis dan
fasilitator tambahan dari luar, maka secara bersama
Jika kedua pihak (penyedia dan tim fasilitator ini melakukan persiapan tersebut.
pengguna pelayanan) sama-sama Uraian berikut ini adalah bagaimana mempersiapkan
memahami situasi dan melaksanakan Pertemuan Analisis
nyata seperti diuraikan di atas, maka akan Masalah Penyebab Pengaduan sebagaimana
timbul solidaritas para pengguna pelayanan dimaksud oleh rangkaian proses dan metode
kepada para pelaksana pelayanan. Solidaritas yang diuraikan di dalam modul ini.
demikian
sangat penting dimanfaatkan secara positif bukan
untuk melakukan konfrontasi kepada pihak lain 3. 1. Persiapan Pertemuan Analisis
tetapi untuk saling bahu-membahu menyelesaikan Masalah Penyebab
Pengaduan
masalah bersama.
dan merencanakan cara menganalisisnya: pertemuan adalah bagian dari masalah itu. Buang
menyiapkan rencana pembagian kelompok jauh-jauh kecenderungan lebih dahulu menyalahkan
kerja peserta pertemuandan pembagian orang lain dan kecenderungan meletakkan masalah
tugas pembahasan kepada masing-masing pada kurangnya fasilitas dan anggaran. Hanya
kelompok kerja serta fasilitator masing-masing dengan demikian pertemuan dapat fokus pada
kelompok kerja. pemecahan masalah.
e. Memastikan bahwa informasi tentang
rencana pelaksanaan pertemuan a) Tujuan Pertemuan Analisis Masalah
dikomunikasikan Penyebab Pengaduan
secara efektif kepada pimpinan dan memastikan
Sebaiknya hasil survei pengaduan masyarakat
adanya dukungan.
yaitu: Indeks Pengaduan Masyarakat
f. Mempersiapkan ruangan dan fasilitas yang
sudah disampaikan lebih dahulu kepada para
diperlukan tersedia dan berfungsi serta
pimpinan dan sudah dipublikasikan sebelum
mengaturnya sedemikian rupa sehingga
pelaksanaan Pertemuan Analisis Masalah
mobilitas peserta selama proses pertemuan
Penyebab Pengaduan. Ini bermaksud agar
tidak terhambat.
semua pihak memberi perhatian terhadap
g. Mempersiapkan alat bantu kerja yang tersedia
masalah yang terjadi dan mendukung
di sekolah: papan tancap (pinboard), laptop,
pelaksanaan pertemuan tersebut.
alat untuk mendokumentasikan lokakarya,
matriks/tabel, metaplan, spidol, pushpin, poster
b) Tahapan pelaksanaan Pertemuan Analisis
Indeks Pengaduan Masyarakat, pernyataan-
Masalah Penyebab Pengaduan
pernyataan pengaduan tertulis dalam metaplan,
daftar hadir peserta. Metode analisis ini adalah suatu metode yang
organizer (notulen, pembawa acara jika ada yang menempati bagian teratas di grafik Indeks
acara yang bersifat protokoler). Pengaduan Masyarakat. Sekali atau dua kali,
fasilitator menjelaskan cara menggunakan
i. Memberi informasi tentang pertemuan kepada
publik dengan menggunakan media spanduk/ alat bantu analisis (kartu metaplan,matriks/
Jika daftar masalah penyebab pengaduan sudah solusi (cara mengatasinya). Artinya, fasilitator
lengkap, maka dirumuskan alternatif solusi (sebagai memberi clue/kunci-kunci dan stimulasi
tanggapan/respons terhadap pengaduan) yang peserta untuk berpikir dan bekerja secara
mungkin dilakukan dan kelompokkan berdasarkan analitis.
siapa bertanggungjawab atas solusi itu (tanggung Menjaga proses dalam pengertian pemanfaatan
jawab internal organisasi penyelenggara pelayanan waktu dibandingkan dengan hasil kerja yang
atau tanggung jawab eksternal atasan atau unit sudah dicapai.
kerja atasan, atau tanggungjawab pemerintah,
dan bahkan mungkin tanggungjawab masyarakat Penting untuk diperhatikan bahwa fasilitator
pengguna pelayanan itu sendiri). sebaiknya mempelajari lebih dahulu tugas dan
fungsi organisasi penyelenggara pelayanan yang
Jika daftar masalah penyebab pengaduan terlalu bersangkutan. Sangat dianjurkan menyempatkan
banyak, fasilitator sebaiknya membantu peserta untuk diri melihat situasi fisik kantordan fasilitas serta
menentukan prioritas. Metode ini sama dengan yang proses pelaksanaan pelayanan di unit pelayanan.
dilakukan pada pertemuan pengelolaan pengaduan Setidaknya pernah melihat diunit pelayanan sejenis.
masyarakat, kecuali kriteria prioritas yang mungkin
masih perlu disesuaikan. c) Tahapan Analisis
Janji Perbaikan Pelayanan dirumuskan dari kepada masyarakat pengguna pelayanan. Berikan
solusiinternal dan bagaimana bukti tentang apa yang sudah anda lakukan kepada
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan atasan agar anda memperoleh dukungan lebih lanjut
dirumuskan dari solusieksternal. Caranya untuk melakukan upaya perbaikan berikutnya.
sederhana dengan menjajarkan semua
hasil proses tersebut dari kiri ke kanan Hasil dari Pertemuan Analisis Masalah
secara berurutan dan menjelaskannya Penyebab Pengaduan dapat digunakan
secara ringkas. Cara ini akan untuk berbagaikebutuhan. Manfaat langsung
sangatmembantu semua peserta terpenting adalah sebagai umpan-balik kepada
untuk memperkuat pemahaman terhadap masyarakat pengguna pelayanan dalam
keseluruhan metode yang digunakan. bentuk yang disebut sebagai Janji Perbaikan
Pelayanan dan umpan-balik kepada atasan dan
Berdasarkan pengalaman, waktu dua hari pengambil keputusan dalam bentuk yang disebut
untuk melakukan analisis terhadap Rekomendasi Perbaikan Pelayanan. Hasil analisis
permasalahan-permasalahanpenyebab masalah penyebab pengaduan dapat menjadi awal
pengaduan dirasakan sangatlah kurang. dari satu proses perbaikan pelayanan yang lebih
Oleh karena itu, bagi unit pelayanan yang intensif dan mendalam.
ingin menganalisis secara mendalam
ataupun ingin menanggapi seluruh Bagi sekolah dapat menjadi pintu masuk untuk:
pengaduan yang disampaikan pengguna
Pengembangan sistem manajemen kualitas,
layanan (sesuai Indeks Pengaduan
Penilaian kapasitas dari organisasi
Masyarakat), dapat melanjutkan analisisnya
penyelenggara pelayanan,
di luar lokakarya, namun dalam waktu
Negosiasi yang lebih baik dengan pengambil
yang tidak terlalu lama. Analisis ini dapat
keputusan untuk meraih dukungan.
dilakukan oleh semua bagian/komponen
yang ada dalam unit pelayanan, sehingga
Di tingkat kebijakan lokal (Dinas Pendidikan) dapat
penyelesaiannya bisa bersifat komprehensif
menjadi pintu masuk bagi:
dan integratif, walaupun belum bersifat
mendasar (sampai ke akarnya). Perbaikan dan pengembangan rencana strategis
unit dan sektor pelayanan,
Bahan pertimbangan untuk melakukan
C. JANJI PERBAIKAN penyesuaian rencana kerja dan alokasi
LAYANAN DAN anggaran unit pelayanan dan sektor pelayanan.
REKOMENDASI
PERBAIKAN LAYANAN
2. Umpan-balik kepada
ditulis dalam bahasa sederhana yang mudah
pengambil keputusan
dimengerti dalam gaya bahasa yang bersahabat
dan meyakinkan. Janji PerbaikanPelayanan
Atasan dan pengambil keputusan pada saat yang
harus jujur mengakui adanya keterbatasan
sama seharusnya mulai menaruh perhatianpada
kemampuan (tidak semua perbaikan
survei pengaduan masyarakat pengaduan dan hasil-
dapatdilakukan sekaligus, pada umumnya
hasilnya, karena telah beberapa kali dipublikasikan
pengguna pelayanan akan dapat
di media masa selama proses berlangsung. Mereka
memaklumi hal itu) dan ada keterbatasan
juga mestinya sadar akan besarnya pengaruh yang
wewenang (ada upaya perbaikan yang mutlak
ditimbulkannya karena telah melibatkan begitu
membutuhkan keputusan dari otoritas yang lebih
banyak anggota masyarakat sebagai responden.
tinggi).
Jika itu sudah terjadi, pastilah mereka berharap
mendapat informasi lebih rincidan rekomendasi
Janji Perbaikan Pelayanan akan dikeluarkan
untuk melakukan perbaikan. Jangan biarkan mereka
dalam bentuk dokumen tertulis, dalam bentuk
menunggu terlalu lama. Hasil PertemuanAnalisis
brosur, poster yang dipasang pada organisasi
Masalah Penyebab Pengaduan dan solusi eksternal
penyelenggara pelayanan. Brosur dan poster
menjadi isi dari dokumen yang disebut Rekomendasi
adalah alat yang menjadi umpan-balik kepada
Perbaikan Pelayanan. Dokumen ini berisi upaya-
pengguna sebagai tindak lanjut survei pengaduan
upaya perbaikan yangperlu dilakukan oleh
masyarakat. JanjiPerbaikan Pelayanan harus dapat
pemerintah setempat.
meyakinkan pengguna akan komitmen untuk
perbaikan
Adalah hal yang penting bagi sekolah agar
yang dilakukan oleh penyedia pelayanan.
menyampaikan rekomendasi ini secara
profesional. Itu berarti bahwa Rekomendasi
Isi pokok Janji Perbaikan Pelayanan:
Perbaikan Pelayanan harus dilengkapi
Judul Janji Perbaikan Pelayanan denganfakta-fakta, dasar pertimbangan mengapa
Nama sekolah perbaikan harus dilakukan dan menegaskan
Tanggal deklarasi bahwasemua itu didasarkan pada aspirasi
Penjelasan ringkas tentang umpan-balik kebutuhan yang dinyatakan oleh sejumlah besar
pengaduan pengguna pelayanan. Jangan lupa memberitahukan
Daftar janji untuk menanggapi setiap pimpinan sekolah sendiri sudah menyampaikan
pengaduan
Janji Perbaikan Pelayanan dan bahkan sudah mulai
Tindak lanjut Rekomendasi Perbaikan
melaksanakannya.
Pelayanan yang diajukan kepada pengambil
keputusan
Hal ini akan memberi kesan yang sangat
Himbauan kepada masyarakat agar terus
meyakinkan bahwa: Kami tidak hanya meminta
mengawasi kinerja organisasi penyelenggara
pelayanan
Ucapan terima kasih kepada para responden
Penandatangan dan saksi-saksi
Tembusan.
bantuan, tetapi sudah mulai berbuat dari diri Laporan dikirimkan kepada pengambil keputusan
sendiri! Rekomendasi Perbaikan Pelayanan ditingkat kabupaten/kota
diterbitkan
dalam bentuk dokumen tertulis ukuran poster,
yangdipasang di kantor organisasi penyelenggara D. PEMANTAUAN
pelayanan agar pengguna dapat mengetahui DAN EVALUASI
bahwa sudah ada usaha meyakinkan pengambil
keputusan untuk memberikan dukungan. Penggunaan metode Peningkatan Kualitas
dalam konteks pelaksanaan kegiatan. Pemantauan Komitmen untuk pemantauan dan evaluasi tindakan
difokuskan pada hasil kegiatan seperti sudah nyata perbaikan pelayanan yang disebut- kan di
ditentukan/direncanakan. dalam dokumen Janji Perbaikan Pelayanan dan
tindakan nyata perbaikan, yang diharapkan
Pemantauan akan memeriksa hasil bukan kegiatan dilakukan pihak lain atau pimpinan seperti yang
itu sendiri (mis: Kebutuhan buku paket sudah dimuat di dalam dokumen Rekomendasi Perbaikan
terpenuhi sesuai jumlah siswa (=hasil), bukan: Pelayanan harus disertai komitmen untuk memantau
Sejumlah 100 buku paket disediakan(=kegiatan). dan mengevaluasinya. Pemantauan dan evaluasi
Evaluasi adalah proses pemeriksaan terhadap memberi peluang bagi penyesuaian kegiatan dan
dampak yang telah dihasilkan oleh suatu kegiatan perbaikan secara efektif.
serta keluarannya. Evaluasi dilaksanakan secara
berkala, tetapi dengan frekuensi lebih rendah Jika terjadi perubahan pimpinan sekolah, kegiatan
daripada pemantauan kemajuan pelaksanaan pemantauan menjadi wacana efektif untuk
kegiatan (misalnya: setahun atau dua tahun menginformasikan dan membahas status usaha
sekali). perbaikan pelayanan di suatu unit pelayanan.
Sesuai dengan janji dan rekomendasi, pimpinan
Frekuensi evaluasi dampak tergantung pada sekolah melaporkan perkembangan perbaikan
tujuan evaluasi. Evaluasi memfokuskan dampak pelayanan kepada masyarakat pengguna
padahasil pelaksanaan, yaitu apakah hasil sudah pelayanan. Masyarakat pengguna juga diberi
mengakibatkan perubahan yang positif (atau peluang dan saluran untuk mengawasi pelaksanaan
malah negatif). Dampak kegiatan peningkatan janji dan rekomendasi. Dengan demikian, kegiatan
pelayanan publik dapat dilihat dari berbagai pemantauan dan evaluasi sangat penting dilakukan
faktor seperti misalnya, peningkatan kualitas dengan melibatkan atau mengundang langsung
pelayanan sesuai dengan standar tertentu, umpan-balik dari masyarakat pengguna pelayanan.
peningkatan jumlahpengguna suatu unit
pelayanan, jumlah penghargaan yang diterima
sesudah pelayanan menjadil ebih baik, 1. Para pihak yang terlibat
peningkatan kepuasan
masyarakat atau penurunan pengaduan pengguna. a. Sekolah sebagai unit pelayanan
Pemantauan dan evaluasi sebaiknya dilaksanakan pelayanan yang telah dilakukan oleh
Ketiga pihak yang disebutkan di atas dilibatkan dalam rangka perbaikan pelaksanaan
Bagian berikut ini adalah penjelasan tentang berkaitan erat dengan atau sangat ditentukan
tujuan dan hasil masing-masing pendekatan oleh dukungan dari tingkat kabupaten/kota.
pemantauan
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Kegiatan verifikasi status realisasi janji dan melalui keanggotaan di dalam TimPeningkatan
rekomendasi sebaiknya dikoordinasikan dengan Kualitas Pelayanan Publik (Komite Sekolah, LSM,
semuasekolah yang terlibat sehingga hasil- tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain).
Komunikasi mengenai rencana kegiatan unit karena status harus diverifikasi dengan pihak
pimpinan sekolah.
Pelaksanaan pertemuan awal untuk Jangka waktu diusulkan bahwa kegiatan verifikasi
atau direncanakan dianggap cukup untuk per sekolah dan merekapitulasi status
Jika dianggap bahwa suatu butir janji tidak Jika status suatu rekomendasi belum
dapat tercapai secara realistis oleh jelas, sebaiknya dicatat sebagai informasi
faktor hambatan serta praktek yang dianggap bahwa suatu butir rekomendasi
tetap menerima jumlah pengaduan yang semua sekolah sehingga Analisis Masalah
b) Tujuan di tingkat
kabupaten/kota:
E.1. Persiapan Survei
Mengetahui secara umum apakah
Ulang dan Lokakarya
pelaksanaan janji dan rekomendasi telah
Analisis Masalah
efektif sehingga terjadi perbaikan persepsi
Penyebab Pengaduan
masyarakat.
Mengetahui unit pelayanan mana
Survei ulang sebaiknya dilaksanakan sekitar
yang sangat berhasil dari segi
dua tahun setelah Janji Perbaikan Pelayanan
penurunan pengaduandan yang mana
dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan
belum.
ditandatangani. Setelah dua tahun semestinya
Mengetahui jenis pengaduan mana yang
perubahan pelayanan dan pengaruh positif oleh
tetap menerima jumlah pengaduan yang
tinggi(misalnya sarana/ prasarana, disiplin,
pelaksanaan rekomendasi sudah sangat terasa Pertemuan Analisis Masalah Penyebab
oleh masyarakat pengguna. Pengaduan akan menyusul setelah
pembuatan IPM dipersiapkan sesuai
Survei ulang dilaksanakan (a) sebelum penjelasan tentang persiapan Pertemuan
proses perencanaan/ penganggaran dan (b) Analisis Masalah Penyebab Pengaduan di
setelah pemantauan status pelaksanaan Janji atas.
dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan (lihat Pembagian kerja antara Tim Dinas
sub-bagian tentang evaluasi). Pelaksanaan Pendidikan serta Tim Pelaksana
evaluasi akan memerlukan sekitar 6 minggu dari Survei Pengaduan di tingkat sekolah.
persiapan kegiatan sampai ke pelaporan. Biaya anggaran yang diperlukan sesuai
dengan biaya untuk survei pertama serta
Transparansi dan
Akuntabilitas dalam
Manajemen Sekolah
7
Tata Kelola Manajemen Berbasis Tata Kelola Manajemen Berbasis
171 r.id r.id 171
Sekolah Sekolah
Berorientasi Pelayanan Publik Berorientasi Pelayanan
TUJUAN
MODUL 7 PEMBELAJARA
N
Sekolah
dengan transparansi dan akuntabilitas.
2. Menjelaskan makna transparansi dan
akuntabilitas.
3. Mengidentifikasi jenis-jenis akuntabilitas.
4. Menyusun lesson learnt dari praktik baik
..... peserta tentang transparansi sekolah yang
menguasai mendapatkan pendampingan dari USAID-
transparansi dan KINERJA.
akuntabilitas
dalam manajemen
sekolah. POKOK BAHASAN
WAKTU
METODE
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135 menit), dengan rincian sebagai berikut:
1. Curah pendapat
2. Ceramah
Waktu Pokok Bahasan
3. Rsesitasi
4. Presentasi 5 menit Pengantar
5. Tanya jawab
10 menit Pengkondisian
10 menit Penutup
1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
PROSES FASILITASI
Penutup Diskusi
Presentasi Kelompok
(10 menit) (50 menit) (30 menit)
Pengantar (5 menit) Penutup (10 menit)
Fasilitator mengajak peserta bermain game. Fasilitator mereview hasil diskusi.
negara maju. Good governance dijadikan aspek hal-hal keuangan. Dari pola pemerintahan ini,
pertimbangan lembaga donor dalam memberikan maka pemerintah sesuai dengan tingkatannya
pinjaman dan hibah.Good governance ini sudah secara formal mempunyai akuntabilitas (public
memasuki ranah universitas dengan label good accountability) kepada parlemen di tiap tingkatan
university governance dan ranah sekolah pemerintahan (federal, negara bagian, dan lokal).
dengan label good school governance.
kewajiban- kewajiban dari individu-individu atau warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat
sumber daya publik dan yang bersangkutan kepercayaan dan dukungan dari pemangku
dengannya untuk menjawab hal-hal yang terkait kepentingan. Keterbukaan dapat dilakukan melalui
dengan pertanggungjawaban fiskal, manajerial, dan penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian
program. Akuntabilitas terkait dengan asesemen informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan
Beberapa negara maju di Eropa seperti Jerman kepercayaan publik merupakan langkah awal
dan Inggris telah menerapkan konsep akuntabilitas upaya sekolah dalam meningkatkan peran serta
hampir di setiap aspek kepemerintahan sejak masyarakat terhadap sekolah (Kemendikbud, 2012).
tahun
1970-an. Inggris di era John Major dan Toni Blair Keterbukaan atau transparansi dalam pengelolan
gagasan tentang Public Services for The Future: perencana dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan
Modernisation, Reform, Accountability, yang uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan
setiap keputusan tidak hanya berorientasi pada Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris
pengeluaran dan atau penyerapan dana,tetapi biasa disebut dengan accoutability yang diartikan
pertumbuhan: ada peningkatan aset: lahan, dipajang pada suatu tempat yang dapat diketahui
peserta didik, sumber daya, dan sumber dan diakses dengan mudah oleh publik atau
dana. masyarakat.
peningkatan kualitas: secara horisontal dan (akuntabilitas), sekolah yang menerapkan MBS
Penerapan transparansi telah dilakukan oleh partisipasi yang diberikan juga semakin
sekolah-sekolah yang menerapkan MBS dan meningkat (lebih lanjut, baca bab: Partisipasi
mendapatkan pendampingan dari kinerja. SD-SD masyarakat dan stake holders dalam pelayanan
I bu Lulus Yuliastutik, Kepala Sekolah SDN Sidomekar 08 Kec. Semboro Kab. Jember yang
merupakan salah satu sekolah mitra Program USAID-KINERJA, telah mulai menerapkan MBS
berpelayanan publik da membuka ruang partisipasi bagi masyarakat dalam meningkatkan mutu
sekolah.
Menyadari manfaat partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas Ibu Lulus segera memulai langkah
terobosan dengan mereformasi komite sekolah, yang sebelumnya keberadaan komite sekolah hanya
sekedar ada. Alhasil, beliau berhasil menemukan tokoh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan
bernama Bpk. Risqon, SE yang terpilih menjadi Ketua Komite.
Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Komite Sekolah SDN Sidomekar 08 antara lain :
Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan perencanaan sekolah, membantu guru menghitung
& menentukan KKM (mengadakan workshop penghitungan & penetapan KKM), membantu
meningkatkan mutu dan promosi sekolah.
Bekerjasama dengan PT Indofood (mie sedap), Teh Botol Sosro, Yamaha sebagai sponsor
lomba baca puisi, mewarna & menggambar untuk anak TK calon murid, drumband dan Famili
Cerdas. Acara digelar agar masyarakat dan orang tua murid bersama keluargnya datang ke
sekolah dan mengetahui kondisi sekolah sekaligus promosi
Bekerjasama dengan Pabrik Gula Semboro untuk mencarikan bea siswa untuk peserta didik
Bekerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Semboro, memanfaatkan lahan milik KUD untuk
bercocok tanam hortikultura ) Pepaya, kangkung, bayam, gambas, dan katu ) sebagai kegiatan
ekstra dan praktek pertanian untuk siswa. Hasilnya dijual dengan pembagian 50 %
komite sekolah untuk dikembangkan lagi, 25 % sekolah dan pengelola.
Mendirikan KANTIN SEKOLAH, hasilnya 50% komite dan 50% sekolah. Tujuannya selain untuk
support dana ke sekolah, juga menciptakan jiwa wirausaha siswa dan masyarakat sekolah karena
menjual makanan yang diproduksi orang tua murid seperti Klepon, Kripik Pisang, Opak gepit, Kacang
telur, Roti kering, dan rengginan. Siswa mengambil sendiri makanan yang dibeli dan mengadministrasikan
sendiri dengan memasukan uang serta mencatat sendiri dalam buku, pengelola hanya mengkoordinir
& mengawasi serta membantu siswa yang belum bisa. baca, tulis.
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN
PRESENTASI
Praktik Baik
(Good Practice)
Penerapan MBS
Berorientasi Pelayanan
Publik di Sekolah
8
TUJUAN
MODUL 8 PEMBELAJARA
N
Pelayanan Publik
penerapan MBS berorientasi pelayanan publik
yang pernah dilihat di daerah masing-masing.
2. Mengambil praktik-praktik baik penerapan MBS
Sekolah berorientasi pelayanan publik sebagai leason
leaner.
3. Menganalisis kemungkinan penerapan praktik-
praktik baik penerapan MBS berorientasi
pelayanan publik di sekolah masing-masing.
5 menit Pengantar
10 menit Pengkondisian
1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
PROSES FASILITASI
Presentasi Diskusi
Penutup
(50 menit) Kelompok
(10 menit)
(30 menit)
oleh siswa piket yang diatur oleh guru kelas. yang berpotensi akademik dan non akademik,
2. Ruang kelas sekolah yang menerapkan MBS penyaluran bagi yang kurang potensial di bidang
dihias menarik oleh siswa dengan bimbingan akademik dan non akademik, pemantauan
guru kelas sehingga kondusif untuk belajar. siswa yang melanjutkan studi.
3. Pada dinding ruang sekolah yang menerapkan 3. Rekrutmen siswa baru dilakukan oleh Sekolah
MBS dipajang karya-karya terbagus siswa dan yang menerapkan MBS berdasarkan daya
kalender, serta poster-poster afirmatif yang tampung sekolah yang didahului dengan
4. Berbagai jenis ringkasan mata pelajaran, mind 4. Identifikasi potensi akademik dan non akademik
mapping, rumus matematika dan MIPA, dan siswa dilakukan oleh guru kelas dan satgas
pojok mata pelajaran dibuat dan ditempatkan yang dibentuk, guna memetakan siswa yang
pada ruang kelas Sekolah yang menerapkan berpotensi akademik, berpotensi non akademik,
MBS secara berkala sesuai dengan kebutuhan dan berminat akademik dan non akademik.
5. Terdapat aturan yang dipedomani dan mengerucut ke kejuaraan lomba mata pelajaran,
dijalankan siswa berpotensi non akademik dibina sampai
oleh wali kelas, sehingga kelas yang menjadi mengerucut ke kejuaraan lomba non akademik,
tangungjawab guru kelas benar-benar kondusif dan siswa yang berminat akademik dan non
untuk melaksanakan pembelajaran yang akademik disalurkan pembinaannya melalui
bermutu. kegiatan ekstra kurikuler untuk variasi dan
pengayaan perolehan belajar di bidang
akademik.
6. Siswa yang berprestasi dan menjadi menugasi, meningkatkan kemampuan,
juara bidang akademik dan non akademik memberikan penghargaan kepada tenaga
mendapatkan penghargaan material dan non kependidikan agar memberikan kontribusi yang
material serta ditampilkan dalam berbagai bermutu terhadap proses pendidikan di sekolah.
kegiatan gebyar sekolah agar makin memacu 2. Aktivitas manajemen tenaga kependidikan terdiri
yang bersangkutan dan kawannya untuk atas: rekrutmen, penugasan, penggajian,
mendapatkan kejuaraan akademik dan non peningkatan kualifikasi dan kompetensi, promosi
akademik berikutnya. dan penghargaan.
7. Guna mempertahankan mutu pembinaan, 3. Rekrutmen tenaga kependidikan pada Sekolah
maka setiap pembina mendapatkan insentif yang menerapkan MBS melalui seleksi ketat,
pembinaan, dan pembina kesiswaan yang referensi kepala sekolah dan guru sejawat serta
berprestasi mendapatkan rewardbertingkat yayasan sehingga yang terekrut memenuhi
sesuai dengan tingkatan prestasinya. kualifikasi, prestasi akademik, dedikasi dan
8. Berdasarkan pembinaan dan pendampingan kemampuan khusus sesuai dengan ciri khas
yang bermutu kepada siswa, maka Sekolah sekolah yang menerapkan MBS.
yang menerapkan MBS banyak mendapatkan 4. Penugasan tenaga kependidikan Sekolah yang
kejuaraan penghargaan baik di bidang akademik menerapkan MBS selain pada tugas utama,
maupun non akademik. juga pada tugas tambahan, sesuai dengan
9. Sekolah yang menerapkan MBS memantau kualifikasi, kompetensi dan kemampuan khusus
kelanjutan studi lulusannya dan membangun yang dimiliki, dan didasarkan atas kebutuhan riil
jaringan alumni sebagai bentuk akuntabilitas pengembangan peserta didik di sekolah.
pembinaan berkelanjutan dan sekaligus 5. Penggajian tenaga kependidikan Sekolah yang
mengkondisikan alumni agar memberikan menerapkan MBS didasarkan atas jenis dan
kontribusi akademik dan non akademik jumlah beban tugas, kualifikasi dan kompetensi,
kepada sekolah asalnya. golongan/ruang, masa kerja dan alokasi serta
kemampuan angggaran sekolah.
6. Peningkatan kualifikasi tenaga tenaga
F. GOOD PRACTICES kependidikan sekolah yang menerapkan MBS
MANAJEMEN SDM melalui studi lanjut, sedangkan peningkatan
(TENAGA KEPENDIDIKAN) kompetensi melalui supervisi, pertemuan ilmiah,
BERBASIS SEKOLAH pelatihan, workshop, seminar, pendampingan,
dan kemitraan dengan lembaga lain.
1. Manajemen tenaga kependidikan adalah 7. Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan
aktivitas yang dilakukan oleh pengelola dedikasi tenaga kependidikan pada sekolah
Sekolah yang menerapkan MBS untuk yang menerapkan MBS, dan terdapat upaya
merekrut,
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
peningkatan atau promosi karier secara tua, masyarakat dan stake holders sekolah
berkelanjutan. yang lainnya.
6. Inventarisasi sarana prasarana pada sekolah
yang menerapkan MBS dilakukan setelah
F. GOOD PRACTICES sarana prasarana diadakan dengan cara
MANAJEMEN memberikan label sarana prasarana yang ada,
SARANA dan mencatat pada buku inventaris sekolah,
PRASARANA papan inventaris yang ditempatkan pada
BERBASIS SEKOLAH ruang kepala sekolah dan guru, dan pada
daftar inventaris yang ditempelkan pada setiap
1. Manajemen sarana prasarana adalah ruangan.
pengaturan sarana prasarana secara 7. Penggunaan sarana prasarana pada sekolah
bermutu agar siap dipergunakan untuk yang menerapkan MBS dilakukan secara
mendukung pelaksanaan bidang akademik optimal sehingga tingkatan utilitas gedung,
dan non akademik di sekolah yang ruangan, peralatan pembelajaran dan penunjang
menerapkan MBS. pembelajaran pada sekolah yang menerapkan
2. Aktivitas manajemen sarana prasarana Sekolah MBS tergolong tinggi pada jam-jam sekolah.
yang menerapkan MBS terdiri atas: identifikasi 8. Perbaikan, perawatan dan pemeliharaan sarana
kebutuhan sarana dan prasarana, pengadaan prasarana pada sekolah yang menerapkan MBS
sarana prasarana, inventarisasi sarana selalu dilakukan agar sarana prasarana yang
prasarana, penggunaan sarana prasarana, tersedia tetap layak, aman dan nyaman dipakai
perawatan dan pemeliharaan sarana prasarana. sehingga senantiasa siap dipergunakan untuk
3. Identifikasi kebutuhan sarana prasarana kepentingan pembelajaran atau akademik dan
dilakukan oleh pengelola sekolah yang kepentingan lainnya atau non akademik.
menerapkan MBS dengan bantuan tenaga
kependidikan, atau oleh satuan tugas
yang dibentuk leh pengelola. H. GOOD PRACTICES
4. Pengadaan sarana prasarana dilakukan MANAJEMEN
berbasis kebutuhan riil sekolah baik di bidang KEUANGAN BERBASIS
akademik maupun non akademik, dan SEKOLAH
dilakukan oleh pengelola dan tenaga
kependidikan 1. Manajemen keuangan sekolah yang
Sekolah yang menerapkan MBS. menerapkan MBS adalah upaya penggalian
5. Pengadaan sarana prasarana sekolah yang sumber dan pembelanjaan dana secara
menerapkan MBS dilakukan dengan cara bermutu dan selektif, guna mendukung aktivitas
pembangunan gedung dan ruangan; pembelian dan
peralatan; mendapatkan sumbangan dari mutu pendidikan dan pembelajaran.
orang
2. Aktivitas manajemen keuangan berbasis religi I. GOOD PRACTICES
terdiri atas: perencanaan anggaran, penggalian MANAJEMEN
anggaran, realisasi dalam bentuk penggunaan PARTISIPASI
dan pembelanjaan anggaran, dan laporan MASYARAKAT
pertangungjawaban anggaran. BERBASIS SEKOLAH
3. Perencanaan anggaran adalah menyusun RAKS
yang berbasis pada Renstra sekolah dengan
1. Manajemen partisipasi masyarakat sekolah
melibatkan stake holders sekolah, selanjutnya
yang menerapkan MBS adalah suatu aktivitas
diajukan kepada pihak-pihak yang bisa menjadi
penggalangan, penerlibatan dan penggerakan
sumber pebdanaan.
secara bermutu potensi masyarakat, terutama
4. Sumber dana sekolah yang menerapkan MBS, orang ua dalam rangka mendukung proses
terdiri atas sumber tetap dan sumber tidak pendidikan dan pembelajaran yang bermutu di
tetap. Sumber dana tetap terdiri atas uang sekolah.
pangkal/ masuk siswa kelas 1 dan SPP. 2. Aktivitas manajemen partisipasi masyarakat
Sumber dana tidak tetap terdiri atas bantuan sekolah yang menerapkan MBS terdiri atas
suka rela orang tua, bantuan pemerintah (BOS, identifikasi potensi orang tua dan masyarakat,
block grand), bantuan luar negeri, bantuan memprogramkan kerja sama dengan orangtua
masyarakat, bantuan partner kerja sama, uang dengan masyarakat, berkomunikasi dengan
pangkal orangtua dan masyarakat, membentuk komite
siswa pindahan, dan usaha sekolah sekolah, membentuk paguyuban orangtua
melalui koperasi. murid, menampilkan prestasi siswa dalam
5. Realisasi penggunaan anggaran untuk pentas seni dan kegiatan keagamaan, membuat
keperluan penciptaan pembelajaran berkualitas, media sekolah.
pembimbingan dan layanan siswa; gaji, 3. Identifikasi potensi orangtua dan masyarakat
honorarium, pendidikan dan pelatihan serta dilakukan setiap awal tahun oleh wali kelas
penghargaan tenaga kependidikan; pengadaan, dan satuan tugas yang dibentuk untuk
perbaikan dan perawatan sarana prasarana; melihat kemungkinan partisipasi yang dapat
penggalian dana baru; menggalang kerja sama diberikan oleh orangtua dan masyarakat.
dengan orangtua, masyarakat dan mitra kerja
4. Berdasarkan atas peta potensi orangtua dan
sama.
masyarakat, pengelola sekolah yang
6. Laporan angaran sebagai bentuk akuntabilitas
menerapkan MBS menyusun program kerja
dirumuskan secara tertulis dan disampaikan
dan menggalang partisipasi dari (dan kerja
kepada orangtua, komite sekolah, institusi
sama dengan) orangtua dan masyarakat.
yang menaungi dan pemerintah serta para
Partisipasi orangtua dan masyarakat
penyumbang dana.
dikelola secara bermutu melalui
kelembagaan komite
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
PRAKTIK MBS DI
KABUPATEN/ Dalam kaitan partisipasi, kesadaran kebutuhan
akan peran dari mitra lainnya, mendorong
KOTA MITRA
sekolah untuk merevitalisasi ataupun
KINERJA
meremajakan tim pengembang dan komite
sekolah melalui SK pembentukan dan
Sekolah-sekolah yang didampingi oleh kinerja-
penyusunan anggaran dasar/ anggaran rumah
USAID dalam menerapkan MBS telah melakukan
tangga (AD/ART)-nya. Di Sekadau, seluruh
berbagai jenis praktik-praktik yang baik (good
sekolah yang didampingi telah memiliki SK TPS,
practice) yang dapat dijadikan sebagai lesson
dimana 18 sekolah telah memiliki SK Komite
learn oleh sekolah-sekolah lain. Di antara berbagai
sekolah dan 12 telah menyusun AD/ART Komite
praktik baik tersebut, dilaksanakan oleh SD-SD
Sekolah.
yang didamping oleh USAID-KINERJA di Jawa
Timur dan Kalimantan Barat.
Sejak adanya pendampingan MBS ini, kami
jadi lebih mengerti bagaimana membuat
Berikut dicuplikkan berapa praktik baik yang
perencanaan sekolah dan mengajak orang tua
dilakukan oleh SD yang menerapkan MBS
murid untuk terlibat, H. Sabli, S.Pd, Kepsek SDN
dengan pendampingan USAID-KINERJA.
47 Penanjung, Kec. Sekadau Hilir
1. Penyusunan rencana
sekolah yang lebih
partisipatif
para pihak yang berhasil dikumpulkan adalah Banyak pembelajaran menarik yang juga telah
sebesar Rp 125.300.000 (seratus duapuluh lima terjadi dari implementasi MBS ini di beberapa
juta tiga ratus ribu rupiah). Beberapa program sekolah. Bahkan ada sekolah yang telah mampu
yang berhasil dibeli oleh para pihak adalah: merangkul dunia usaha dan alumni yang ada
penyediaan folding gate untuk ruang kelas, untuk membantu mewujudkan rencana sekolah
perbaikan toilet, perbaikan ruang UKS, yang disusun.Pelaksanaan Paket MBS di bidang
pembangunan kantin sekolah, penyediaan loker pendidikan yang telah berlangsung di Kalimantan
HP dan loker sepatu siswa, pembuatan pagar dari Barat dipandang perlu dilanjutkan, baik dalam
batako yang berasal dari sumbangan orangtua tahapan konsolidasi maupun perluasan ke
siswa, pengadaaan penghijauan sekolah, bebeberapa sekolah lainnya yang berada di lingkup
perbaikan lantai sekolah dengan pemasangan kabupaten bersangkutan.
keramik, pengadaan kursi ruang rapat, pembuatan
teralis untuk ruang Secara umum, USAID-KINERJA melakukan
komputer dan ruang koperasi, pelajaran ketrampilan perluasan melalui: (i) Membentuk Sekolah
dan les tambahan siswa yang pembiayaannya oleh Percontohan di tingkat Kabupaten dan
orang tua murid, dan pembuatan kebun sekolah meningkatkan kapasitas dari sekolah tersebut
yang ditanami oleh tumbuhan produksi (buah dalam memberikan layanan sebagai sekolah
brazil).
percontohan MBS; (ii) Menjadikan Kepala Sekolah
dan
Pengawas sekolah (yang sejatinya memiliki tupoksi
3. Pengupayaan Dukungan
dalam supervisi sekolah) sebagai agen perluasan
dari
saat melakukan pendampingan ke sekolah; (iii)
Pemerintah Daerah
Mendorong MSF sebagai agen perluasan, terutama
dengan mendekati komite sekolah untuk siap
Secara umum pelaksanaan program MBS di
berpartisipasi pada agenda sekolah dan juga
Kalimantan Barat yang dilakukan telah mampu
mendesakkan kebijakan yang mendukung bagi
memperkenalkan konsep tata kelola yang baik
pelaksanaan MBS; dan (iv) Menginisiasi lahirnya
pada sekolah-sekolah target. Hampir seluruh
SK Kepala Dinas mengenai Pelaksanaan MBS
sekolah dampingan telah melakukan identifikasi diri
dengan salah satu bagiannya menjelaskan bahwa
sekolah (ada yang menggunakan Profile, EDS,
telah ada sekolah percontohan di wilayahnya,
dsbnya), penyusunan dokumen perencana (revisi
yang dapat dijadikan referensi bagi sekolah lain
visi dan
dalam mengimplementasikannya.
misi sekolah, RKS, RKT, RKAS), pelaksanaan
perencanaan dan pelaporan keuangan sekolah
Keinginan untuk berlangsungnya perluasan
secara lebih partisipatif, lebih transpan dan lebih
dinyatakan oleh berbagai pihak. Di Melawi,
menerapkan aspek akuntabilitas. Meskipun derajat
Dinas
penerapannya di setiap sekolah sangat beragam
dengan faktor pendorong yang sangat beragam.
Pendidikan mengalokasikan pendanaan kegiatan kualitas pendidikan, Heni Juniarti, ST, MM,
perluasan melalui pelatihan kepada pengawas dan Kepala Bidang Sosial Budaya BAPPEDA Kabupaten
50 orang kepala sekolah mengenai MBS pada 22- Bengkayang.
23 Mei 2013 yang lalu. Sementara di
Bengkayang, keinginan perluasan ini dinyatakan Sebelumnya kami tahu ada MBS yang diusung
secara terbuka kepada khalayak melalui media USAID-KINERJA, namun tidak pernah dilibatkan.
lokal yang ada. Sekarang setelah dilibatkan, kami jadi lebih
tahu mengenai MBS dan kami sepakat untuk
Dengan kegiatan ini, kita berharap dua mensosialisasikannya ke sekolah binaan kami di
puluh sekolah mitra yang terdiri dari enam luar yang 20 sekolah mitra yang sudah ada ini,
belas SD dan empat SMP bisa dijadikan Sukarwanta, Pengawas TK/SD di Sekadau.
contoh untuk sekolah lain dalam rangka
meningkatkan
Pernyataan Dukungan Perluasan MBS dari Dinas Kegiatan Pelatihan kepada pengawas dan
Pendidikan Kabupaten Bengkayang. 50 orang kepala sekolah mengenai MBS
di Melawi pada 22-23 Mei 2013
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
GOOD PRACTICES
MANAJEMEN KESISWAAN
BERBASIS SEKOLAH
Memproses input menjadi output bermutu sesuai visi, misi dan tujuan sekolah.
Aktivitas: rekrutmen siswa baru, identifikasi potensi akademik dan non
akademik siswa, pembinaan siswa berpotensi, penyaluran siswa berminat dan
pemantauan siswa yang melanjutkan.
Rekrutmen siswa baru sesuai daya tampung dan didahului pengumuman.
Identifikasi potensi siswa untuk memetakan potensi dan minat siswa.
Siswa berpotensi akademik dan non akademik dibina mengerucut ke
kejuaraan lomba, siswa yang berminat disalurkan ke kegiatan ekstra kurikuler.
Siswa dan tenaga kependidikan juara mendapatkan penghargaan dan
ditampilkan dalam gebyar sekolah.
Pemantauan kelanjutan studi dan pembentukan alumni.
GOOD PRACTICES MANAJEMEN
TENAGA KEPENDIDIKAN BERBASIS
SEKOLAH
Merekrut, menugasi,meningkatkan kemampuan, memberikan penghargaan kepada tenaga
kependidikan agar memberikan kontribusi bermutu terhadap pendidikan di sekolah.
Rektutmen melalui seleksi ketat, referensi kepala sekolah, sejawat dan yayasan sehingga
memenuhi kualifikasi, prestasi akademik, dedikasi dan kemampuan khusus sesuai
dengan ciri khas Sekolah yang menerapkan MBS.
Penugasan pada tugas utama dan tambahan sesuai dengan kualifikasi kompetensi dan
kemampuan khususnya, dan didasarkan atas kebutuhan riil pengembangan peserta didik.
Penggajian didasarkan atas jenis, beban tugas, kualifikasi, kompetensi, golongan/ruang
masa kerja, dan kemampuan angggaran sekolah.
Peningkatan melalui studi lanjut, peningkatan kompetensi melalui supervisi, pertemuan
ilmiah, pelatihan workshop, semimar pendampingan dan kemitraan dengan lembaga lain.
Terdapat upaya pemeliharaan loyalitas dan dedikasi, serta peningkatan karier secara
berkelanjutan.
LAMPIRAN C
Lampiran Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Pada saat awal sebuah daerah sudah memutuskan MBS akan di terapkan dengan pendekatan
KINERJA prosesnya diatur dalam seri lokakarya, dan pelatihan pada awal setiap langkah. Proses yang
sama dipakai pada tahun berikutnya, karena ada peserta baru, dan juga modul pelatihan dipakai oleh
peserta lama untuk dapat diingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah sudah mempunyai
pengalaman melaksanakan MBS selama tiga tahun. Pelatihan mungkin tidak begitu penting lagi bagi
daerah tersebut, namun seri lokakarya masih penting agar pertemuan semua pemangku kepentingan
dapat diatur dengan baik.
Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak
melakukan fasilitasi MBS di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda
sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat
yang memasarkan pelatihan saja.
Fasilitator MBS. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut di sini sebagai Fasilitator MBS.
Sangat penting agar para fasilitator MBS menguasai bahannya, dan berfokus kepada keberhasilan tim. Ia
harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan keterampilan sebagai fasilitator
yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi, dan mendampingi pemerintah
daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/evaluasi implementasi MBS.
Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator MBS adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun
MBS yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun
MBS. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan
tersebut, khususnya Tim Penyusun MBS. Dalam praktik USAID-KINERJA, tugas fasilitasi dilaksanakan
oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang mengadakan fasilitator baik untuk pelatihan dan dukungan
pendampingan.
Dalam pelaksanaan program USAID-KINERJA, bagian dari bahan ini juga dipakai:
Bagi OMP agar memiliki acuan dalam melakukan pendampingan pengelolaan MBS di daerah
Dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan penyusunan MBS
Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses penerapan MBS sebagai bahan
dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku
seri pembelajaran USAID-KINERJA tentang MSF)
Media (lihat juga buku seri pembelajaran USAID-KINERJA tentang MSF).
Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID.
Langkah 4 dapat didukung oleh pelatihan KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder
Forum
dan juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8. Proses
fasilitasi penghitungan BOSP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan.
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN
Fokus pelatihan. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan pelatihan.
Tujuan pelatihan adalah:
Supaya setiap peserta memahami substansi dan kompeten untuk melaksanakan tugasnya
Supaya setiap peserta yang pernah ikut pelatihan sebelumnya ingat kembali prosesnya agar dilaksanakan
makin cepat dan profesional
Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai pelatihan dengan
menguraikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun BOSP yang ditugaskan oleh
pemda, sebagaimana ditulis di kotak yang berikut.
Tugas fasilitator training adalah untuk menjamin Tim Penyusun MBS mampu dan siap untuk
melaksanakan tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan
MBS yang efektif.
Staf Dinas Pendidikan yang bertugas menyusun rancangan APBD bidang pendidikan, serta staf Bappeda
(Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.
Wakil dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA
Wakil dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang memiliki pemahaman tentang latar belakang,
konsekwensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk
pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada
pembuat kebijakan MBS.
Uraian lampiran ini
Materi yang dibahas dalam modul pendampingan ini terbagi menjadi 8 topik, sebagaimana diuraikan
berikut ini:
TUJUAN
MODUL 1 PEMBELAJARA
N
Publik Indonesia.
2. Menjelaskan pengertian MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
3. Mengurutkan dasar hukum MBS Berorientasi
Pelayanan Publik
......... 4. Menjelaskan tujuan MBS Berorientasi Pelayanan
peserta menguasai Publik
MBS yang berorientasi 5. Menguraikan prinsip-prinsip MBS Berorientasi
pelayanan publik Pelayanan Publik
........ 6. Mengidentifikasi ciri-ciri/karakteristik MBS
Berorientasi Pelayanan Publik
7. Menggambarkan aspek proses dan substansi
MBS Berorientasi Pelayanan Publik
POKOK BAHASAN
1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
6. CD Tayangan MBS Berorientasi Pelayanan
Publik versi Kinerja-USAID
WAKTU
PROSES FASILITASI
Presentasi
Penutup
Kelompok
(10 menit)
(50 menit)
10 menit Pengkondisian
10 menit Penutup
PROSES FASILITASI
TUJUAN
MODUL 3 PEMBELAJARA
N
Tata Kelola
Setelah mengikuti sesi perencanaan dan
penganggaran sekolah peserta secara umum
mampu menyusun perencanaan dan penganggaran
Sekolah sekolah.
4. Mempraktikkan penyusunan rencana sekolah.
menyusun
perencanaan dan
penganggaran METODE
sekolah.
POKOK
1. Curah pendapat
2. Ceramah
BAHASAN 3. Latihan
10 menit Pengantar
Penutup
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN
PROSES FASILITASI
Penutup
Presentasi Berlatih Menyusun
(10 menit)
(50 menit) RKS
(75 menit)
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN
FASILITASI DAN PELATIHAN
POKOK BAHASAN
6. Perilaku SDM pendidikan dalam pelayanan Total waktu yang dibutuhkan: 4 x 45 menit
publik. (135 menit), dengan rincian sebagai berkut:
7. Tantangan Penerapan Pelayanan Publik di
Sekolah
WAKTU
METODE
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135
menit), dengan rincian sebagai berikut:
1. Curah pendapat
2. Ceramah
Waktu Pokok Bahasan
3. Diskusi kelompok
4. Presentasi 5 menit Pengantar
5. Tanya jawab 10 menit Pengkondisian
10 menit Penutup
1. Komputer/laptop
2. LCD
3. Papan dan kertas plano
4. Spidol warna
5. Isolasi kertas
Proses fasilitasi:
TUJUAN
MODUL 5 PEMBELAJARA
N
dalam
publik di sekolah, peserta dapat:
METODE
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135
menit), dengan rincian sebagai berikut:
1. Curah pendapat
2. Ceramah
Waktu Pokok Bahasan
3. Diskusi kelompok
4. Presentasi 5 menit Pengantar
5. Tanya jawab 10 menit Apersepsi materi praktik pelayanan
publik di sekolah
PROSES FASILITASI
Penutup Diskusi
Presentasi Kelompok
(10 menit) (50 menit) (30 menit)
POKOK BAHASAN
METODE
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit
(135 menit), dengan rincian sebagai berikut:
1. Curah pendapat
2. Ceramah Waktu Pokok Bahasan
3. Diskusi kelompok 5 menit Pengantar
4. Presentasi
10 menit Apersepsi Materi Survei Pengaduan
5. Tanya jawab
30 menit Fasilitator Presentasi
10 menit Penutup
1. Komputer/laptop
2. LCD
Proses fasilitasi:
Penutup Diskusi
Presentasi Kelompok
(10 menit) (50 menit) (30 menit)
TUJUAN
MODUL 7 PEMBELAJARA
N
dalam
dan akuntabilitas dalam manajemen sekolah,
peserta dapat:
transparansi dan
akuntabilitas
dalam manajemen POKOK BAHASAN
sekolah.
10 menit Pengkondisian
PROSES FASILITASI
Penutup Diskusi
Presentasi Kelompok
(10 menit) (50 menit) (30 menit)
peningkatan partisipasi masyarakat dan 4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas
sekolah.
2. Fasilitator memancing pendapat peserta tentang Presentasi (50 menit)
urgensi transparansi dan akuntabilitas. 1. Wakil Kelompok Presentasi
3. Fasilitator memancing pikiran kritis peserta 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada).
terhadap fenomena sekolah yang kurang 3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan
transparan. para peserta.
Lampiran E
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
DAFTAR PUSTAKA
Nasional. Anshari, H. AM. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arlington, V. A. 1985. Evaluating Your School Public Relation Investment. New Jersey: National School Public
Relations Association.
Bahar, Aswandi. 1989. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Brown, F. J. 1970. Educational Sociology. Tokyo: Prentice Hall Inc. Charles E. Tutk Company.
BSNP. 2006. Pengembangan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Buletin BSNP Vol I/ No. 1/Januari
2006
BSNP. 2006. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pengelolaan Pendidikan, dan Pembiayaan
Pendidikan. Buletin BSNP Vol I/ No. 3/September 2006.
Burhanuddin, E. 1994. Kamus Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(http://www.sampoernafoundation.org/
content/view/102/103/lang,id/, diakses, Jumat 5 Mei 2006).
Cipta.
Departemen Penerangan RI. 1983. Himpunan Ketetapan-ketetapan MPR 1983. Surabaya: Sinar Wijaya.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1987. Manajemen Mutu Terpadu dalam
Pendidikan. Bahan Pelatihan Kepala Sekolah.
Ditdikmenum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Ditjen Binbaga Islam. 2001. Lampiran II Keputusan Direktir Jenderal Binbaga Islam Departemen Agama RI No.
F/101/2001 tentang Majelis Madrasah.
Djunaedy, E. 2004. Kembali ke Sekolah Lokal Pemerataan dan Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar,
(online), (http://iatfitb.openesc.com/index.php?option=content&task=view&id= 37&Itemid=54,
diakses, Senin 22 Maret 2004).
Echols, J. M. & Shadily, H. 1987. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: P.T. Gramedia.
Hanafiah, M.J. dkk, 1994. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, BKS-PTK. Barat, Depdikbud dan
HEDS- USAID-DIKTI-JICA, Medan hal 10-11 dan 35-39.
Hardjosoedarmo, Soewarno, 1996. Total Quality Management, Total Quality Management di Pendidikan Tinggi,
Penerbit Andi Yogyakarta hal 119125.
Hoy, W. K. & Miskel, C. C. 1987. Educational Administration: Theory, Research & Practices. New York: Random
House.
Idrus. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
Imron, Ali (Ed). 2005. Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Instutusi Pendidikan.
Malang: Penerbit UM.
Imron, Ali, et.al. 2007. Panduan Pembentukan Peraturan Daerah Penyelenggaraan Pendidikan Kabupaten
Kota. Jakarta: Local Govermnmen Support Program (LGSP) USAID.
Aksara. Imron, Ali. 1999. Pengantar Pendidikan. Malang: Proyek OPF IKIP
Malang.
Imron, Ali. 2007. Jaminan Layanan Mutu Administrasi di Sekolah. Makalah Disampaikan pada Pelatihan
Administrasi Sekolah pada Staf Administrasi Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Imron, Ali. 2008. Manajemen Tingkat Satuan Pendidikan. Malang: Jurusan AP FIP UM.
Indrafachrudi, S. 1994. Bagaimana Mengakrabkan sekolah dengan Orangtua Murid dan Masyarakat.
Malang: IKIP Malang.
Instruksi bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
No.170/O/1974 dan No.29 tahun 1974.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan
Dan Komite Sekolah.
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2000. Akuntabilitas dan
Good Govermance. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Administrasi Negara. 2003. Penyusunan Standar Pelayanan Publik. Jakarta: LAN
Leslie, W. K. 1967. School Public Relation. Englewood Cliffs N.Y.: Prestice Hall Inc.
Leslie, W. K. 1990. The School & Community Relations: Fourth Edition. New Jersey 07632: Prentice
Masitha, D. 1998. Intensitas Kerjasama Antara Sekolah Dan Orang Tua Menunjang Prestasi Belajar Siswa.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP IKIP MALANG.
Ramalia, M. 2001. Etika Pelayanan Masyarakat (Pelanggan): Upaya Membangun Citra Birokrasi Modern.
Bunga Ramapai Wacana Administrasi Publik: Menguak Peluang dan Tantangan Administrasi
Publik. Jakarta: Lembaga Administtasi Negara.
Robins, S. P. 1999. Management: Concept and Practices. Englewood Cliffs: Prentice Hall Inc.
Soetopo, H, dan Maisyaroh. 1997. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat. Manajemen pendidikan I,
(Hal 1-7), Kerjasama antara Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum Ditjen Dikdasmen Depdikbud,
dengan FIP IKIP Malang. Malang: IKIP Malang.
Sunaryo. 2005. Swastanisasi Alternatif Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik. Surabaya: Adipura.
Suryosubroto, B. 2001. Humas dalam Dunia Pendidikan: Suatu Pengantar Praktis. Yogyakarta: Mitra Gama
Widya.
Thoha, M. 1998. Deregulasi dan Debirokratisasi dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Masyarakat dalam Pembangunan Administrasi di Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP MALANG. 1989. Administrasi Pendidikan. Malang:
IKIP MALANG.
Umaedi. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Online)(http://www.ssep.net/director.html,
diakses April 1999).
Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Bandung: Citra Umbara.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang: Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Durat
Bahagia. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra
Umbara. Widjaja, H. A. W. 2002. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi
Aksara. Widodo, J. 2004. Reformasi Sistem Pelayanan Publik. Surabaya: Badan Diklat Propinsi Jawa
Timur.
,!;
DJRTI 0 ke
S ERU
N 1 E fi N .'i..T I O NA L
The Asia Foundation I l.UJI ' SOCIAL IMPACT
.,;,iraan
m
p~rtll!l~ip
USAID - KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807
Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820
Fax: +62 21 5702832
Email: info@kinerja.or.id
www.kinerja.or.id