Professional Documents
Culture Documents
Referensi
1. Ali Zaidin. 2010. Dasar-Dasar Pendidikn Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan. Jakarta. Trans Info Media
2. Salmah Sjarifah. 2013. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Trans Info
Media
3. Syafrudin, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta. Trans Info Media
4. Syafrudin. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Trans Info Media
Uraian Materi
A. sejarah ilmu kesehatan masyarakat
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah
melakukan upaya-upaya kesehatan. beda antara asclepius dengan higeia dalam
pendekatan / penanganan masalah kesehatan adalah, asclepius melakukan
pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
sedangkan higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah
kesehatan melalui hidup seimbang, menghindari makanan / minuman beracun,
makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga.
apabila orang yang sudah jatuh sakit higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-
upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih
baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik daripada dengan
pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos yunani, asclepius dan higeia tersebut, akhirnya muncul 2 aliran
atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. kelompok atau
aliran pertama (Asclepius) cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit),
yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). kelompok ini pada
umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang
melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada
umumnya hanya menunggu masalah datang. seperti misalnya dokter yang
menunggu pasien datang di puskesmas atau tempat praktek. kalau tidak ada pasien
datang, berarti tidak ada masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah
kesehatan adalah adanya penyakit.sedangkan kelompok preventif lebih
mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi
mencari masalah. petugas kesehatan masyarakat tidak hanya menunggu pasien
datang di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat
mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan
tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara parsial, padahal
manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek
satu dengan yang lainnya.sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai
makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. terjadinya penyakit tidak
semata-mata karena terganggunya sistem biologi individual tetapi dalam konteks
yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. dengan demikian pendekatannya
pun tidak individual dan parsial tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
Tahun 1807 Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi
dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya
penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak
berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.
Tahun 1927 STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947
berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar
dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia
Tahun 1930 Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
Tahun 1969 Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter)
dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal
dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di
sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe
Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi
puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya
Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu
Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin)
untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948), kesehatan masyarakat adalah ilmu dan
seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan
sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan
sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
2. Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita
rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya
yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan
infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh
factor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat
penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan perkembangan
nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini
menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular
demam berdarah.
3. Keturunan
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau
masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status
kesehatan perorangan terjadisecara evolutif dan paling sukar di deteksi. Untuk
itu ,perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan
masyarakat atau keluarga, faktor genetikperlu mendapat perhatian dibidang
pencegahan penyakit. Misalnya : seorang anakyang lahir dari orangtua
penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan
anak yang lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan,
anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu mewaspadaif
aktor genetik yang diwariskan orangtuanya. Olehkarenanya ia harus mengatur
dietnya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak ada
peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko terjadinya DM
pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik adalah peluru (bullet ) tubuh
manusia adalah pistol (senjata),dan lingkungan / prilaku manusia adalah
pelatuknya (trigger). Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit
bawaan akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena
itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit
bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi
kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga
ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
4. Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan ,dan pelayanan kesehatan yang berkualitas
akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana
/prasarana dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan
seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan yang
berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat. Misalnya, jadwal
imunisasi yang teratur da penyediaan vaksin yang cukup sesuai dengan
kebutuhan, serta informasitentang pelayanan imunisasi yang memadai kepada
masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang
tinggi akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah
dengan imunisasi .
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait
dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan
Desa, Pos Obat Desa, dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga
ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap
kab/kota.