You are on page 1of 13

Peraturan Pemerintah No.

11 Tahun 1975
Tentang : Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi

Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Nomor : 11 TAHUN 1975 (11/1975)
Tanggal : 16 APRIL 1975 (JAKARTA)
Sumber : LN 1975/15; TLN NO. 3051

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


Presiden Republik Indonesia,

Menimbang:

a. bahwa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam


penggunaan tehnologi modern, pemakaian zat radioaktip dan atau
sumber radiasi lainnya telah semakin meluas di Indonesia;

b. bahwa pemakaian zat radioaktip dan atau sumber radiasi lainnya


tersebut disamping mengandung segi-segi positip bagi kehidupan juga
dapat menimbulkan bahaya radiasi, baik terhadap manusia maupun
terhadap harta dan benda;

c. bahwa untuk mencapai suasana kerja yang aman dan sehat serta
untuk menghindarkan akibat-akibat buruk yang mungkin terjadi
terhadap para pekerja, penduduk, dan lingkungan sekitarnya maka
perlu ditetapkan peraturan yang mengatur keselamatan kerja
terhadap bahaya radiasi;

Mengingat:

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Tenaga Atom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1964 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2722);

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1965 tentang Dewan Tenaga
Atom dan Badan Tenaga Atom Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 88);
MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


TENTANG KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Yang dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah ini dengan:

a. Dosis Radiasi adalah jumlah energi yang dipindahkan dengan jalan


ionisasi kepada suatu volume tertentu atau kepada seluruh tubuh,
yaitu biasanya disamakan dengan jumlah energi yang diserap oleh
jaringan atau zat lainnya tiap satuan massa pada tempat pengukuran,
sedangkan satuannya ialah rad, ekivalen dengan jumlah energi yang
diserap sebesar 100 erg tiap gram zat yang terkena radiasi itu.

b. Nilai Batas yang Diizinkan adalah dosis radiasi yang masih dapat
diterima oleh seseorang tanpa menimbulkan kelainan-kelainan genetik
atau somatik yang berarti menurut tingkat kemajuan/pengetahuan
pada dewasa ini, tidak termasuk untuk tujuan kedokteran.

c. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh Penguasa


Instalasi Atom dan oleh Instansi yang berwenang dinyatakan mampu
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan
persoalan proteksi radiasi.

d. Ahli Proteksi Radiasi adalah seorang yang telah mendapat pendidikan


khusus dalam kesehatan kerja terhadap radiasi yang menurut
penilaian Instansi yang berwenang dianggap mempunyai cukup
keahlian dan kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan proteksi radiasi dan diangkat oleh
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi sebagai Ahli
Keselamatan Kerja atas usul Instansi yang berwenang.

e. Pekerja Radiasi adalah setiap orang yang karena jabatannya atau


tugasnya selalu berhubungan dengan medan radiasi dan oleh Instansi
yang Berwenang senantiasa memperoleh pengamatan tentang dosis-
dosis radiasi yang diterimanya.

f. Penguasa Instalasi Atom adalah Kepala/Direktur Instalasi Atom atau


orang lain yang ditunjuk untuk mewakilinya.

g. Kecelakaan adalah suatu kejadian di luar dugaan yang memungkinkan


timbulnya bahaya radiasi, dan kontaminasi, baik bagi pekerja radiasi
maupun bukan pekerja radiasi.

h. Sampah Radioaktip adalah zat-zat radioaktip dan bahan-bahan serta


peralatan yang telah terkena zat-zat radioaktip atau menjadi
radioaktip karena operasi-operasi nuklir dan tidak dapat dipergunakan
lagi.

i. Instansi yang Berwenang adalah Badan Tenaga Atom Nasional.

BAB II
NILAI BATAS YANG DIIZINKAN

Pasal 2

Untuk menentukan Nilai Batas Yang Diizinkan ditetapkan dosis tertentu


sehingga menurut tingkat pengetahuan dewasa ini, kemungkinan luka
somatik dan kerusakan genetik dapat dihindarkan.

Pasal 3

Ketentuan-ketentuan Nilai Batas Yang Diizinkan sebagaimana dimaksudkan


pada Pasal 2 akan diatur lebih lanjut oleh Instansi Yang Berwenang.

BAB III
PETUGAS DAN AHLI PROTEKSI RADIASI
Pasal 4

Setiap Instalasi Atom harus mempunyai sekurang-kurangnya seorang


Petugas Proteksi Radiasi.

Pasal 5

(1) Setiap Penguasa Instalasi Atom, dengan persetujuan Instansi Yang


Berwenang, diwajibkan menunjuk dirinya sendiri atau orang lain
dibawahnya selaku Petugas Proteksi Radiasi.

(2) Petugas Proteksi Radiasi bertanggungjawab atas segala sesuatu yang


berhubungan dengan keselamatan setiap orang dalam lingkungan
kekuasaaannya kepada Penguasa Instalasi Atom.

Pasal 6

Petugas Proteksi Radiasi berkewajiban menyusun Pedoman Kerja, Instruksi


dan lain-lain yang berlaku dalam lingkungan Instalasi atom yang
bersangkutan.

Pasal 7

(1) Untuk mengawasi ditaatinya peraturan-peraturan keselamatan kerja


terhadap radiasi, perlu ditunjuk Ahli Proteksi Radiasi oleh Instansi
Yang Berwenang.

(2) Ahli Proteksi Radiasi diwajibkan memberikan laporan kepada Instansi


Yang Berwenang dan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
secara berkala.

BAB IV
KESEHATAN

Bagian Pertama
Pemeriksaan Kesehatan Calon Pekerja dan Pekerja Radiasi

Pasal 8

Setiap calon pekerja radiasi yang akan bekerja dalam Instansi Atom wajib
mendapat pemeriksaan atas kesehatannya secara teliti dan menyeluruh oleh
dokter yang ditunjuk oleh Instalasi Atom setempat.

Pasal 9

(1) Setiap pekerja radiasi disyaratkan sehat jasmaniah maupun rohaniah.

(2) Setiap pekerja radiasi. secara berkala wajib mendapat pemeriksaan


atas kesehatannya secara teliti dan menyeluruh oleh dokter yang
ditunjuk oleh Instalasi Atom setempat.

Pasal 10

(1) Pemeriksaan berkala bagi pekerja radiasi dilakukan 1 (satu) kali dalam
setahun.

(2) Apabila dipandang perlu, pemeriksaan dapat dilakukan sewaktu-


waktu.

(3) Setiap pekerja radiasi yang memutuskan hubungan kerja dengan


Instalasi Atom wajib mendapat pemeriksaan atas kesehatannya secara
teliti dan menyeluruh oleh dokter yang ditunjuk oleh Instalasi Atom
setempat.

Bagian Kedua
Kartu Kesehatan

Pasal 11

(1) Setiap pekerja radiasi mempunyai kartu kesehatan guna mencatat


secara teratur hasil pemeriksaan medis dan disimpan dibawah
pengawasan dokter yang ditunjuk oleh Instalasi Atom setempat.
(2) Petugas Proteksi Radiasi diwajibkan mencatat dalam kartu khusus
secara teratur banyaknya dosis radiasi menurut jenis yang diterima
oleh setiap pekerja dalam Instalasi Atom setempat dan kartu tersebut
disimpan dibawah pengawasan Petugas Proteksi Radiasi.

Pasal 12

Kartu Kesehatan tersebut pada Pasal 11, tetap mengikuti pekerja radiasi
dalam tiap lingkungan pekerjaannya.

Bagian Ketiga
Penukaran Tugas Pekerjaan

Pasal 13

Petugas Proteksi Radiasi dapat menasehatkan untuk memindahkan


seseorang pekerja radiasi ketempat lain, apabila Nilai Batas yang diizinkan
untuk angka waktu tertentu dilampaui.

BAB V
KETENTUAN-KETENTUAN KERJA DENGAN ZAT-ZAT RADIOAKTIP DAN ATAU
SUMBER RADIASI LAINNYA

Pasal 14

Semua pekerjaan yang memakai zat radioaktip terbuka dan zat radio-aktip
tertutup serta sumber-sumber radiasi lainnya, harus mengikuti ketentuan-
ketentuan yang diatur lebih lanjut oleh Instansi Yang Berwenang.

Pasal 15
Wanita hamil tidak diperkenankan menerima dosis radiasi yang melebihi Nilai
Batas Yang Diizinkan sebagai yang diatur pada Pasal 3.

BAB VI
PEMBAGIAN DAERAH KERJA DAN PENGURUSAN SAMPAH RADIOAKTIP

Pasal 16

Untuk menjaga keselamatan seseorang, maka didalam Instalasi Atom perlu


diadakan pembagian daerah sesuai dengan tingkat bahaya radiasinya yang
ditentukan oleh Instansi Yang Berwenang.

Pasal 17

Sampah radioaktip harus dikumpulkan, disimpan, dan dibuang pada tempat


dan dengan cara sebagai yang ditentukan dalam peraturan yang dikeluarkan
oleh Instansi Yang Berwenang.

BAB VII
KECELAKAAN

Pasal 18

Dalam hal terjadi kecelakaan, setiap Instalasi Atom diwajibkan mengambil


tindakan dan menyelenggarakan pengamanan untuk keadaan darurat.

Pasal 19
Dalam hal terjadi kecelakaan, dimana anggota masyarakat umum mungkin
menjadi korban, harus segera diadakan hubungan dengan pejabat/penguasa
setempat.

Pasal 20

Tindakan pengamanan dipimpin oleh Penguasa Instalasi Atom atau orang lain
yang khusus ditunjuk untuk itu dibantu oleh pejabat/penguasa setempat.

Pasal 21

Dalam semua tindakan pertolongan terhadap kecelakaan, keselamatan


manusia diutamakan.

Pasal 22

Sebab-sebab kecelakaan harus segera diselidiki oleh suatu Team yang terdiri
dari Ahli Proteksi Radiasi dan Penguasa Instalasi Atom yang bersangkutan
atau Wakil yang ditunjuknya, yang dibentuk oleh Instansi Yang Berwenang
serta hasilnya dilaporkan kepada Instansi Yang Berwenang.

BAB VIII
KETENTUAN PIDANA

Pasal 23

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam


Pasal-pasal 5 ayat (1), 6, 11 ayat (2) dan Pasal 18, diancam dengan
pidana denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

(2) Tindak pidana yang dimaksudkan dalam ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini akan diatur
lebih lanjut oleh Instansi Yang Berwenang.

Pasal 25

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 April 1975
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SOEHARTO
JENDERAL TNI.

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 16 April 1975
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA

SUDHARMONO, SH.

PENJELASAN ATAS : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 11 TAHUN 1975
TENTANG : KESELAMATAN KERJA TERHADAP RADIASI

A. PENJELASAN UMUM
Dengan bertambahnya pemakaian zat radioaktip dan atau
sumber radiasi dalam berbagai bidang di Indonesia, maka perlu sekali
diatur cara-cara tentang keselamatan kerja bagi pekerja radiasi
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Walaupun radiasi tidak nampak, akan tetapi sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan kerusakan somatik maupun genetik. Untuk
dapat menarik manfaat dari zat radioaktip dan atau sumber radiasi.
maka kita harus mengetahui bagaimana menghindari atau jika
mungkin meniadakan sama sekali bahaya tersebut, sehingga adalah
merupakan suatu kewajiban Pemerintah untuk melindungi para
pekerja radiasi dari bahaya ini, baik dengan mengeluarkan peraturan-
peraturan bagi keselamatan kerja tenaga-tenaga tersebut, maupun
dengan. mengusahakan alat-alat proteksi radiasi.
Untuk dapat bekerja dengan aman, maka oleh Komisi
Internasional Proteksi Radiologi (I.C.R.P.) dan Badan Tenaga Atom
Internasional (IAEA) telah dilakukan penelitian yang menghasilkan
Nilai-nilai Batas Yang Diizinkan.
Nilai-nilai Batas tersebut dipakai sebagai pegangan dalam
perumusan ketentuan kerja yang akan dikeluarkan oleh Instansi Yang
Berwenang.

B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2 dan 3

Didalam menetapkan Nilai Batas Yang Diizinkan ini diperhatikan juga anjuran
ICRP dan IAEA yang telah mengadakan penelitian-penelitian mengenai hal
ini.
Instansi Yang Berwenang akan mengeluarkan ketentuan-ketentuan
tentang Nilai Batas Yang Diizinkan itu dalam bentuk Ketentuan Kerja, yang
sewaktu-waktu dapat diubah sesuai dengan perkembangan baru.

Pasal 4

Keharusan sekurang-kurangnya mempunyai seorang Petugas Proteksi


Radiasi dalam setiap Instalasi Atom itu dimaksudkan agar keselamatan kerja
terhadap radiasi dalam instalasi itu dilaksanakan.
Pasal 5

Dalam hal Instalasi Atom dimana tidak ada orang lain yang dapat bertindak
selaku Petugas Proteksi Radiasi, maka ia dapat bertindak sendiri selaku
Petugas Proteksi Radiasi. Tanggungjawab yang dimaksudkan dalam ayat ini
adalah tanggungjawab secara administratip kepada atasannya.

Pasal 6
Cukup jelas.

Pasal 7

Untuk mengawasi tugas pekerjaan Petugas Proteksi Radiasi ini perlu diangkat
Ahli Proteksi Radiasi yang wajib memberikan bimbingan dan petunjuk-
petunjuk kepada para Petugas Proteksi Radiasi. Hasil-hasil pemeriksaan
(inspeksi) wajib dilaporkan kepada BATAN oleh Ahli Proteksi Radiasi,
sehingga BATAN sebagai Instansi yang berwenang dapat memperoleh
keterangan-keterangan yang lengkap mengenai segala kegiatan dibidang
tenaga atom.

Pasal 8
Pemeriksaan bagi calon pekerjaan dimaksudkan untuk mengetahui:

1. Kondisi badan agar dapat diketahui pengaruh radiasi pada


kesehatannya selama dan sesudah bekerja dengan radiasi;

2. Pengaruh radiasi pada badannya yang diterima pada Instalasi Atom


lainnya.

Pasal 9

Syarat sehat jasmaniah maupun rohaniah dari setiap pekerja ini dibuktikan
dengan hasil pemeriksaan dokter yang ditunjuk oleh Instalasi setempat.

Pasal 10
Apabila ada dugaan bahwa petugas tersebut mendapat penyinaran lebih
(over exposure) maka pekerja tersebut harus diperiksa.

Pasal 11

Dalam hal suatu Instalasi Atom belum mempunyai seorang dokter tersendiri
maka kartu kesehatan disimpan dibawah tanggungjawab Penguasa Instalasi.

Pasal 12

Maksud penyimpanan kartu kesehatan tersebut, yang juga harus mengikuti


setiap pekerja dilingkungan pekerjaannya adalah berhubung adanya
kemungkinan akibat radiasi yang muncul kemudian (delayed effects) pada
pekerja yang bersangkutan.

Pasal 13

Pemindahan itu bermaksud agar kesehatan pekerja yang bersangkutan pulih


kembali. Sebagai tindakan preventip Petugas Proteksi Radiasi dapat
menasehatkan untuk memindahkan pekerja radiasi sekalipun Nilai Batas
Yang Diizinkan untuk jangka waktu tertentu belum dilampaui.

Pasal 14
cukup jelas

Pasal 15

Agar supaya tenaga kerja dapat dipergunakan semaksimal mungkin tanpa


membahayakan diri maupun keturunannya, pembatasan penerimaan dosis
ditentukan mengingat bayi yang ada dalam kandungan peka terhadap
radiasi.

Pasal 16
Dengan tujuan untuk menghindarkan para pekerja, para pengunjung
maupun penduduk sekitarnya dari bahaya radiasi, maka daerah dimana
suatu Instalasi Atom terletak perlu dibagi-bagi sesuai dengan tingkat
bahayanya, kemudian ditentukan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
yang harus ditaati demi keselamatan disetiap daerah tersebut. Pembagian
dan syarat-syarat itu akan diatur oleh Instansi Yang Berwenang.

Pasal 17 dan Pasal 18


Cukup jelas

Pasal 19

Pejabat-pejabat setempat tersebut diminta bantuannya untuk mencegah


timbulnya korban dalam masyarakat umum.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22

Penyelidikan yang dimaksudkan dalam pasal ini adalah penyelidikan teknis.


Laporan hasil penyelidikan disampaikan kepada Instansi Yang Berwenang
dengan tembusan disampaikan kepada Instansi-instansi yang
berkepentingan.

Pasal 23, 24 dan 25


Cukup jelas.

______________________________________

You might also like