You are on page 1of 5

Menurut WHO (2010), Artemisinin combination therapy (ACT) yang direkomendasikan

WHO saat ini antara lain Artemeter + lumenfantrin (20 mg artemeter dan 120 mg

lumenfantrin/ Coartem), Artesunat + amodiakuin (50 mg artesunat dan 150 mg amodiakuin

dalam tablet terpisah/ A rtesdiaquine, Arsuamoon), Artesunat + meflokuin (50 mg

artesunat dan 250 mg basa meflokuin dalam tablet terpisah), Artesunat + sulfadoksin-

pirimetamin (50 mg artesunat dan 500 mg sulfadoksin serta 25 mg pirimetamin dalam tablet

terpisah/ Artescope), Dihidroartemisinin + piperakuin (40 mg dihidroartemisinin dan 320

mg piperakuin dalam bentuk fixed dose combination), Artesunat + pironaridin, Artesunat +

klorproguanil-dapson (Lapdap plus), Dihidroartemisinin + piperakuin + trimetoprim

(Artecom), Dihidroartemisinin + piperakuin + trimetoprim + primakuin (CV8) dan

Dihidroartemisinin + naftokuin
Menurut Artemeter + lumenfantrin (20 mg artemeter dan 120 mg
WHO
(2010), lumenfantrin/ Coartem)

Artesunat + amodiakuin (50 mg artesunat dan 150 mg

amodiakuin dalam tablet terpisah/ A rtesdiaquine,

Arsuamoon)

Artesunat + meflokuin (50 mg artesunat dan 250 mg basa

meflokuin dalam tablet terpisah) Artesunat + meflokuin (50 mg

artesunat dan 250 mg basa meflokuin dalam tablet terpisah)

Artesunat + sulfadoksin-pirimetamin (50 mg artesunat dan 500


mg sulfadoksin serta 25 mg pirimetamin dalam tablet terpisah/
Artescope)

Dihidroartemisinin + piperakuin (40 mg dihidroartemisinin dan


320 mg piperakuin dalam bentuk fixed dose combination)

Artesunat + pironaridin, Artesunat + klorproguanil-dapson


(Lapdap plus),

Dihidroartemisinin + piperakuin + trimetoprim (Artecom),


Dihidroartemisinin + piperakuin + trimetoprim + primakuin
(CV8) dan Dihidroartemisinin + naftokuin
EKSKRESI
Obat dkeluarkan dari tubuh melalui barbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit hasil
biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi lebih cepat
dari pada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi lewat paru(tergantung koefisien partisi
darah/udara, bila koefisien partisinya kecil, lebih cepat diekskresi). Ginjal merupakan organ
ekskresi yang terpenting, ekskresi di ginjal merupakan proses filtrasi glomerulus. Glomerulus
merupakan jaringan kapiler yang dapat melewatkan semua zat yang lebih kecil dari albumin
melalui celah antarsel endotelnya. Semua obat yang tidak terikat oleh protein plasma
mengalami fitrasi di glomerulus. Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi
ginjal, sehingga dosis perlu diturunkan atau interval pemberian diperpanjang. Ekskresi
melalui empedu : Obat dengan BM lebih kecil dari 150 dan obat yang telah dimetabolisme
menjadi obat yang lebih polar, dapat diekskresikan dari hati lewat empedu menuju ke usus
dengan mekanisme transport aktif (dalam bentuk terkonjugasi dengan asam glukuronat, asam
sufat atau glisin). Di usus, obat bentuk konjugat dapat langsung diekskresi atau mengalami
hidrolisis oleh enzim atau bakteri usus menjadi senyawa yang bersifat nopolar sehingga dapat
diabsorpsi kembali ke plasma darah, kembali ke hati, dimetabolisisr, dikeluarkan kembali
melalui empedu menuju ke usus, demikian seterusnya sehingga merupakan siklus yang
disebut siklus enterohepatik. Siklus enterohepatik menyebabkan kerja obat menjadi lebih
panjang. Ekskresi obat juga bisa melalui keringat, air liur, air mata, air susu, dan rambut
tetapi dalam jumlah relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.
Maka dari itu, air liur digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat
tertentu; rambut juga dapat digunakan untuk menentukan logam toksik, atau arsen

Pada waktu nyamuk anopheles infekti menghisap darah manusia, sporozoit yang berada di
kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama lebih kurang setengah
jam. Setelah itu sporozoit akan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.00 30.000 merozoit hati. Seiklus ini
disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P.vivax
dan ovale sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi zkizon, tetapi ada
yang menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal
didalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imun
tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit
yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk kedalam peredaran darah dan
menginfeksi sel darah merah. Didalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari
stadium tropozoit sampai skizon. Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni.
Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel
darah merah lainnya siklus ini disebut eritrositer.6,7

pada saat terinfeksi, didalam tubuh manusia akan terbentuk sporozoit didalam darah setelah
terinfeksi kemudian akan masuk ke dalam sel hati dan menjalani fase eksoeritrositer. Pada
fase eksoeritrositer, sporozoit menjalani fase sizogoni yang menghasilkan merozoit
eksoeritrositer. Sebagan dari merozoit itu akan masuk kedalam sel darah dan sebagian lagi
tetap dalam sel hati dan disebut hipnozoit (pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale).
Akhirnya sel yang terserang menjadi rusak dan besar, melepaskan ribuan merozoit kealiran
darah. Proses ini terjadi dalam kurun waktu 6-16 hari setelah infeksi awal.

a) Amodiakuin

b) Derivat Artemisinin (qinghousu)

Beberapa jenis derivat Artemisinin tersebut antara lain:

1. Artemisinin

2. Artesunat

3. Artemeter

4. Dihidroartemisinin

5. Artemotil

6. Asam artelinat

a) Piperakuin
b) Terasiklin
c) Doksisiklin

Menurut 1. Amodiakuin
Depkes RI
2. Derivat Artemisinin

(qinghousu) :
a. Artemisinin
b. Artesunat
c. Artemeter
d. Dihidroartemisinin
e. Artemotil
f. Asam artelinat
3. Piperakuin
4. Tetrasiklin
5. Doksisiklin

You might also like