Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia, hewan, tumbuhan dan jasad-jasad lain.
Air yang kita perlukan adalah air yang memenuhi persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik,
kimia, bakteriologis dan radioaktif. Air yang tidak tercemar, didefinisikan sebagai air yang tidak
mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga
air tersebut dapat dipergunakan secara normal. Air yang memenuhi syarat, diharapkan dampak
negatif penularan penyakit melalui air bisa diturunkan.
Pemenuhan kebutuhan air minum sendiri sangat tergantung pada faktor cakupan layanan air
minum dan kondisi sanitasi pada masyarakat, baik pedesaan atau perkotaan. Standar kebutuhan
air di Indonesia untuk masyarakat pedesaan adalah 60 lt/org/hr, sedangkan untuk masyarakat
perkotaan 150 lt/org/hr. Sanitasi juga sangat berperan dalam proses pengelolaan, pendistribusian
dan konsumsi air minum pada masyarakat.
Target pemenuhan Air Minum Indonesia pada tahun 2015 adalah 70% dan sanitasi sebesar
63,5%, sesuai dengan komitmen para Pemimpin Dunia di Johannesburg pada Summit 2002.
Komitmen yang menghasilkan Millenium Development Goals(MDGs) ini menyatakan bahwa
pada tahun 2015 separuh penduduk dunia yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap air
minum (Save Drinking Water) harus telah mendapatkannya. Sedang pada tahun 2015 seluruh
penduduk dunia harus telah mendapatkan akses terhadap air minum (Rohim,2006).
Untuk mewujudkan harapan dan cita-cita dalam Summit 2002 tersebut tentunya tidak lepas dari
upaya untuk meningkatkan kualitas air minum itu sendiri baik secara fisik, kimia, bakterilogis dan
radioaktif. Kualitas yang bagus dalam pemenuhan kebutuhan air dan sanitasi terhadap berbagai
kebutuhan manusia, derajat kesehatan dan kesejahteraan yang optimal bias diwujudkan. Harus
diakui salah satu kebutuhan pokok yang menyangkut aspek kesehatan dan kehidupan sehari-hari
adalah kebutuhan air minum (Rohim,2006).
Kualitas air didefinisikan sebagai kadar parameter air yang dianalisis secara teliti sehingga
menunjukkan mutu dan karakteristik air. Mutu dan karakteristik air ditentukan oleh jenis dan
sifat-sifat bahan yang terkandung didalamnya. Bahan-bahan tersebut baik yang padat, cair
maupun gas, terlarut maupun yang tak terlarut secara alamiah mungkin sudah terdapat dalam
air dan diperoleh selama air mengalami siklus hidrologi. Dengan demikian mutu dan karakteristik
air ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana air berada. Aktivitas manusia dalam
memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan sering juga menimbulkan bahan-bahan sisa
atau bahan-bahan buangan yang mempunyai kecenderungan pada peningkatan jumlah dan
kandungan bahan-bahan didalam air. Bahan-bahan ini apabila tidak ditangani secara baik dapat
menimbulkan permasalahan pencemaran, lebih-lebih apabila lingkungan tidak mempunyai daya
dukung yang cukup untuk menetralisir atau mengurangi bahan pencemar.
Standar baku kualitas air di Indonesia ditetapkan oleh sebuah Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX1990 tertanggal 30 September 1990 yang berisi
tentang syarat-syarat disesuaikan dengan standar yang ditetapkan WHO (Awaluddin, 2007).
BAB II
PEMBAHASAN
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
1. Fisik
d) Kekeruhan
Standar : 5 NTU (Nepelometric Turbidity Unit).
Kekeruhan (turbiditas) adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahanbahan yang terdapat dalam air
(Matahelumual, 2008). Kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat-zat koloid, yaitu zat yang
terapung serta terurai secara halus sekali. Hal itu disebabkan oleh kehadiran zat organik, jasad
renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Semakin
banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Sedang dari segi estetika kekeruhan air
dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna air
tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air, menyulitkan dalam usaha
penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi. Tingkat kekeruhan air dapat
diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter (Wulan, 2005).
2. Radioaktivitas
a) Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)
Standar : 0,1 Bq/l (Beguerel/liter)
Sinar ini merupakan sinar radioaktif yang tidak mempunyai daya tembus, efek yang terjadi lokal.
Apabila terdapat sinar ini di lingkungan sekitar, maka dapat menimbulkan kontaminasi radioaktif
pada lingkungan, yang dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel tubuh manusia yang terkenanya.
Radiasi Alpha biasanya ada di mana-mana: dalam tanah, di udara, dan juga di air. Karena batuan
dasar bumi mengandung jumlah bervariasi dari unsur radioaktif, jumlah radiasi alpha di dalam air
juga bervariasi. Sebagai peluruhan unsur radioaktif, radiasi alpha terus dilepaskan ke air tanah.
Air tanah merupakan sumber air minum umum. Radiasi alfa dalam air minum dapat berupa
mineral terlarut atau dalam kasus radon, sebagai gas.
Standar
No. Parameter Alasan
Min Maks
1. A. Fisik
1. Bau Bebas dari bau yang Bau air memberikan gambaran tentang kondisi air
mengganggu tersebut. Air yang berbau busuk, kemungkinan
disebabkan karena campuran dari nitrogen, sulfur dan
pospor. Bau tersebut tercium disebabkan karena
terbentuk asam sulfur (H2S) dan amoniak (NH4). Bau
dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik
seperti bakteri oleh mikroorganisme air serta
kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran
lingkungan, terutama sistem sanitasi (Matahelumual,
2008). Air yang berbau busuk memiliki rasa kurang
(tidak) enak. Dilihat dari segi estetika, air berbau
busuk tidak layak digunakan.
2. Benda Bebas dari benda terapung
Terapung
3. Kejernihan Piringan sesuai yang
diletakkan pada dasar kolam
yang terdalam dapat dilihat
dengan jelas dari tepi kolam
pada jarak lurus 7m
1. B. Kimiawi
1. Aluminium - 0,2 mg/L Air yang mengandung banyak aluminium
menyebabkan rasa yang tidak enak apabila
dikonsumsi (Wulan, 2005). Aluminium merupakan
unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya
memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0
mg/liter. Perairan asam memiliki kadar aluminium
yang lebih tinggi. Kadar aluminium untuk keperluan
air minum sekitar 0,2 mg/liter. Kelebihan aluminium
pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-
kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau
pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat
menurunkan kualitas pada air minum.
2. Kesadahan 50 mg/L 500 mg/L Air sadah (air yang mempunyai kadar kesadahan
yang tinggi) tidak berpengaruh langsung terhadap
kesehatan, tetapi apabila kesadahan melebihi 500
mg/L CaCO3 akan memboroskan pemakaian sabun
cuci karena sulit berbusa. Selain itu, kesadahan yang
tinggi dapat menyebabkan pembentukan kerak pada
ketel uap dan pipa air panas; sebaliknya, air lunak
(air yang mempunyai kadar kesadahan yang rendah)
umumnya bersifat korosif, karena mempunyai pH
yang rendah dan apabila dipakai untuk mencuci
pakaian akan terasa licin, sehingga memerlukan
banyak air untuk membilasnya, hal ini terjadi karena
sabun tersebut diuraikan menjadi asam lemak
(Matahelumual, 2008).
3. Oksigen - 0,1
terabsorbsi
Dalam waktu 4
jam pada suhu
udara
4. pH 6,5 8,5 Air dengan nilai pH < 6,50 berasa asam di lidah dan
dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa
(logam) air dan melepaskan logam-logam seperti
tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn) dan kadmium
(Cd) yang bersifat racun dan mengganggu kesehatan.
Sedangkan bila nilai pH > 8,50 atau bersifat basa
dan terasa pahit pada lidah, dapat membentuk kerak
pada pipa dan ketel, menurunkan aktifitas germisida
klorin dan meningkatkan senyawa trihalometan yang
berbahaya (Matahelumual, 2008).
5. Sisa Chlor 0,2 mg/L 0,5 mg/L Desinfektan ini banyak digunakan dalam pengolahan
air bersih dan air limbah sebagai oksidator dan
desinfektan. Sebagai oksidator digunakan untuk
menghilangkan bau, rasa, dan warna pada
pengolahan air bersih. Dan untuk mengoksidasi Fe
(II) dan Mn (II) yang banyak terkandung dalam air
tanah menjadi Fe (III) dan Mn(III).
Disinfeksi air dengan cara memasukkan zat kimia
berupa klorin (chlorine). Manfaat klorin ini adalah
sebagai zat kimia yang dapat membunuh virus,
bakteri dan jamur. Meskipun setelah melalui
proses,penyaringan air kelihatan bersih, namun harus
dicurigai masih adanya bakteri di dalam air tersebut.
Kadar Klorin yang dianjurkan sebagai desinfektan
untuk kolam renang mempunyai batas hingga 2,0
PPM (parts per million).
6. Tembaga - 1,5 mg/L Tembaga pada kadar lebih besar dari 1 mg/l akan
sebagai Cu menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan dapat
menimbulkan kerusakan pada hati. Kadar tembaga
yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada
besi dan aluminium.
1. C. Mikrobiologi
1. Koliform total - Setiap 100 mL Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan
sampel air, tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit
harus nol yang ditransmisikan melalui faecal material dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan metazoa.
Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
2. Jumlah kuman - 200 koloni per Penilaian mikrobiologis adalah tidak ada koliform per
1 mL 100 ml atau jumlah kuman ditoeransi antara 0-200
jumlah koloni per 1 ml. Apabila pH tidak memenuhi
syarat dapat mengakibatkan iritasi pada mata serta
proses koagulasi akan terganggu atau dapat
berpengaruh pada daya pembersih air. Bila terdapat
penyimpangan dari kriteria tersebut berarti terdapat
kondisi tertentu yang dapat berpotensi mengganggu
kesehatan Misalnya, bila air berbau menunjukkan
adanya H2S dalam air berarti sedang terjadi proses
pembusukan air tercemari oleh sumber kotoran.
Standar
No. Parameter Alasan
Min Maks
1. D. Fisik
1. Bau Bebas dari bau yang Bau air memberikan gambaran tentang kondisi air
mengganggu tersebut. Air yang berbau busuk, kemungkinan
disebabkan karena campuran dari nitrogen, sulfur dan
pospor. Bau tersebut tercium disebabkan karena
terbentuk asam sulfur (H2S) dan amoniak (NH4). Bau
dapat ditimbulkan oleh pembusukan zat organik
seperti bakteri oleh mikroorganisme air serta
kemungkinan akibat tidak langsung dari pencemaran
lingkungan, terutama sistem sanitasi (Matahelumual,
2008). Air yang berbau busuk memiliki rasa kurang
(tidak) enak. Dilihat dari segi estetika, air berbau
busuk tidak layak digunakan.
2. Kejernihan Piringan sesuai yang
diletakkan pada dasar kolam
yang terdalam dapat dilihat
dengan jelas dari tepi kolam
pada jarak lurus 7m
3. Minyak Tidak berbau minyak dan
tidak nampak lapisan minyak
1. E. Kimiawi
1. Detergen - 1,0 mg/L
2. Kebutuhan - 5,0 mg/L Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan
Oksigen Oksigen Biologis (KOB)
biokimia (BOD) adalah suatu analisa empiris yang mencoba
mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air.
Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan)
hampir semua zat organis yang tersuspensi dalam air.
Dengan kata lain BOD adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri dalam menyeimbangkan zat-
zat organik dalam yang dapat
1. F. Mikrobiologi
1. Koliform total - Setiap 100 mL Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan
sampel air, tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit
harus nol yang ditransmisikan melalui faecal material dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan metazoa.
Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.
1. G. Radioaktivitas
1. Aktivitas Alpha - 0,1 bq/L Sinar ini merupakan sinar radioaktif yang tidak
mempunyai daya tembus, efek yang terjadi lokal.
Apabila terdapat sinar ini di lingkungan sekitar, maka
dapat menimbulkan kontaminasi radioaktif pada
lingkungan, yang dapat mengakibatkan rusaknya sel-
sel tubuh manusia yang terkenanya.
2. Aktivitas beta - 1,0 bq/L Sinar beta dapat menembus kulit, dalamnya
tergantung pada aktifitasnya. Kerusakan yang terjadi
dapat lebih luas dan lebih mendalam daripada sinar
alpha. Besar sinar ini paling tinggi di dalam air adalah
sebesar 1,0 mg/L. Apabila melebihi kadar tersebut
efeknya tidak berbeda dengan sinar alfa yaitu
menimbulkan kerusakan pada sel-sel tubuh. Jika
tubuh banyak menerima sinar beta maka akan
menyebabkan luka bakar yang parah. Sinar beta juga
menimbulkan kerusakan pada jaringan atau organ
tubuh jika unsur yang memancarkan sinar beta
berada dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama.
1. A. Kimia Anorganik
1. Air Raksa 0,001 mg/L Raksa (Hg) meracuni sel-sel tubuh, merusak ginjal,
hati dan syaraf, serta menyebabkan keterbelakangan
mental dan cerebral palsy pada bayi (Matahelumual,
2008). Penyakit karena kercunan merkuri (Hg)
dinamakan penyakit Itai-itai yang berarti sakit-sakit,
atau sering disebut juga dengan penyakit Minamata
(Minamata disease).
2. Aluminium Air minum Air yang mengandung banyak aluminium
0,2 mg/L menyebabkan rasa yang tidak enak apabila
dikonsumsi (Wulan, 2005). Aluminium merupakan
unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya
memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0
mg/liter. Perairan asam memiliki kadar aluminium
yang lebih tinggi. Kadar aluminium untuk keperluan
air minum sekitar 0,2 mg/liter. Kelebihan aluminium
pada batas yang telah ditetapkan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti gangguan suara,kejang-
kejang pada otot serta dapat mengubah rasa dan bau
pada air minum. Sehingga hal tersebut dapat
menurunkan kualitas pada air minum.
3. Arsen 0,05 mg/L Iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel. Keracunan akut
mengakibatkan gejala diare disertai darah, disusul
dengan koma bila dibiarkan menyebabkan kematian.
Secara kronis menimbulkan anorexia, kolk, nual, diare
atau konstipasi, pendarahan pada ginjal, kanker kulit
(UNSU,2011),
4. Barium Air minum Menghentikan otot-otot jantung dalam satu jam,
1,0 mg/L menyebabkan kelumpuhan urat syaraf (UNSU,2011)
5. Besi 0,3 mg/L Menimbulkan warna kuning, menimbulkan rasa,
merusak dinding usus (UNSU,2011). Dalam jumlah
kecil diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel darah
merah, tetapi jika konsentrasinya melebihi 1,0 mg/L
dapat menyebabkan warna air kuning kemerah-
merahan, rasa tidak enak pada minuman (pahit dan
kesat), membentuk endapan pada pipa-pipa logam
dan warna kuning pada cucian (pakaian)
(Matahelumual, 2008).
6. Flourida 1,5 mg/L Keracunan kronis menyebabkan orang menjadi kurus,
pertumbuhan tubuh terganggu, terjadi fluorosis gigi
serta kerangka, gangguan pencernaan disertai
dehidrasi.Keracunan berat menyebabkan cacat tulang,
kelumpuhan dan kematian. menyebabkan penurunan
kadar hemoglobin dalam darah, deformities atau
kelainan tulang kaki, sakit kepala, bercak-bercak pada
kulit dan penyakit syaraf (UNSU,2011)
7. Kadmium 0,005 mg/L Keracunan akut akan menyebabkan gejala
gastrointestial, dan penyakit ginjal. ditemukan
pelunakan dan fraktur (patah) tulang punggung. Di
Jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit
Itai-Itai Byogejalanya adalah sakit pinggang, patah
tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala
seperti influenza, dan sterilitas pada laki-laki
(UNSU,2011)
8. Kesadahan 500 mg/L Kesadahan adalah sifat kimia air yang disebabkan
oleh ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+).
Kesadahan air di tiap tempat mungkin berbeda,
tergantung dari kondisi geologinya, yaitu kontak
antara air dengan batuan sekitarnya. Pada umumnya
air permukaan lebih lunak daripada air tanah.
Penyebab kesadahan dalam air tanah ialah ion-ion
Ca2+, Mg2+,Mn2+,Sr2+,Fe2+, yang akan berikatan dengan
anion-anion Cl-, SO42-, HCO3 -, NO3-,
SiO32-.
Air sadah (air yang mempunyai kadar kesadahan yang
tinggi) tidak berpengaruh langsung terhadap
kesehatan, tetapi apabila kesadahan melebihi 500
mg/L CaCO3 akan memboroskan pemakaian sabun
cuci karena sulit berbusa. Selain itu, kesadahan yang
tinggi dapat menyebabkan pembentukan kerak pada
ketel uap dan pipa air panas; sebaliknya, air lunak
(air yang mempunyai kadar kesadahan yang rendah)
umumnya bersifat korosif, karena mempunyai pH
yang rendah dan apabila dipakai untuk mencuci
pakaian akan terasa licin, sehingga memerlukan
banyak air untuk membilasnya, hal ini terjadi karena
sabun tersebut diuraikan menjadi asam lemak
(Matahelumual, 2008).
9. Klorida Air minum Menimbulkan rasa asin (UNSU,2011). Kandungan
250 mg/L kadar klorida pada perairan alami berkisar 2 20
Air bersih mg/L; sedangkan air yang berasal dari daerah
600 mg/L pertambangan mengandung klorida sekitar 1.700
mg/L., padahal dalam kondisi kadar klorida hanya 250
mg/L sudah dapat mengakibatkan air menjadi asin.
Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada air laut
sebesar 19.300 mg/L, yang diikiuti oleh kadar kalsium
dan magnesium yang tinggi pula dapat meningkatkan
sifat korosifitas air. Perairan yang demikian mudah
mengakibatkan terjadinya pengkaratan peralatan
yang terbuat dari logam. Klorida tidak bersifat toksik
bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam
pengaturan tekanan osmotik sel (Matahelumual,
2008).
10. Kromium, valensi 6 0,05 mg/L Karsinogenik pada pernafasan, menimbulkan ulcus
yang dalam pada kulit dan selaput lendir.
Menimbulkan kerusakan pada tulang hidung dan pada
paru-paru menyebabkan kanker (UNSU,2011)
11. Mangan Air Bersih 0,5 Kelebihan logam ini dalam tubuh dapat menimbulkan
mg/L efek-efek kesehatan seperti serangan jantung,
Air minum 0,1 gangguan pembuluh darah bahkan kanker hati. Nilai
mg/L estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan logam-
logam ini karena dapat menimbulkan bercak-bercak
hitam pada pakaian. Air yang tercemar oleh logam-
logam ini biasanya nampak pada intensitas warna
yang tinggi pada air, berwarna kuning bahkan
berwarna merah kecoklatan dan terasa pahit atau
masam.
12. Natrium Air minum Ion natrium dalam jumlah besar bila berikatan dengan
200 mg/L ion sulfat (SO4) akan membentuk garam natrium
sulfat, sedangkan ion sulfat berikatan dengan
magnesium dalam air akan membentuk garam
magnesium sulfat. Keduanya akan menyebabkan rasa
mual (Matahelumual, 2008).
13. Nitrit, sebagai N 1,0 mg/L Nitrit dalam jumlah tertentu dapat membahayakan
kesehatan karena dapat bereaksi dengan haemoglobin
dalam darah, hingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen lagi. Selain itu, NO2- juga dapat menimbulkan
nitrosamin yang dapat menyebabkan kanker
(Matahelumual, 2008).
14. Nitrat, sebagai N 10 mg/L Zat kimia ini dapat meracuni tubuh, dalam jumlah dan
konsentrasi yang tinggi dapat menimbulkan
methaemoglobinamein yaitu perubahan Hb darah
sehingga terjadi pengurangan oksigen dalam darah
dan menimbulkan gangguan pernafasan bahkan gagal
jantung. Selain itu, zat ini juga bersifat mutagen dan
karsinogen dalam tubuh karena bersifat sebagai
penghambat enzim
15. Perak Air minum Menimbulkan pigmentasi kelabu disebut argyria
0,05 mg/L
16. Selenium 0,01 mg/L Dosis besar menyebabkan gejala gastrointestinal
seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut,
akan menjadi gejala gangguan susunan urat saraf
seperti reflek-reflek, iritasi cerebral, konpulsi dan
menyebabkan kematian
17. Seng Air Bersih 15 Kelebihan kadar Zn (seng) > 5 mg/L dalam air minum
mg/L menyebabkan rasa pahit dan rasa mual
Air minum 5 mg/L (Matahelumual, 2008)
18. Sulfat 400 mg/L Sulfat tersebar di alam dan mungkin terdapat dalam
air dalam konsentrasi rendah atau mungkin juga
dalam konsentrasi tinggi, misalnya pada air yang telah
tercemar oleh buangan industri tambang. Sulfat
berasal dari oksidasi pirit dan dapat menimbulkan
efek yang kurang baik pada air, diantaranya berbau
busuk dan bersifat racun. Kondisi tersebut terjadi
karena SO4 2- tereduksi menjadi H2S pada kondisi
aerob. Konsentrasi sulfat yang tinggi mengakibatkan
pencemaran, kerusakan pada pipa dan dapat
menurunkan nilai oksigen terlarut (Matahelumual,
2008).
19. Sulfida,sebagai H2S Air minum H2S merupakan gas yang sangat beracun dan berbau
0,05 mg/L busuk, selain itu dapat memperbesar keasaman air
sehingga dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa
logam, karena sifat dan pengaruh zat ini, maka dalam
standar air minum ditetapkan air minum tidak boleh
mengandung H2S.
20. Tembaga Air minum Tembaga pada kadar lebih besar dari 1 mg/l akan
1,0 mg/L menyebabkan rasa tidak enak pada lidah dan dapat
menimbulkan kerusakan pada hati. Kadar tembaga
yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi pada
besi dan aluminium.
21. Timbal 0,05 mg/L Timbal (Pb) dapat berakumulai dalam jaringan tubuh
manusia dan meracuni jaringan syaraf, dan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan syaraf otak, anemia
dan lumpuh (pada anak-anak) (Matahelumual, 2008).
22. pH Air bersih
0,05 mg/L
23. Sianida 0,1 mg/L Menyebabkan gangguan pada jaringan saraf,
pencernaan, metabolism oksigen dan kanker
1. B. Kimia Organik
1. Aldrin dan dieldrin 0,0007 mg/L Menimbulkan keracunan yang akut ataupun kronis.
Aldrin juga merupakan suatu iritan, dapat
menyebabkan konvulsi, depresi dan dapat
merusak hati dalam 1- 4 jam.
2. Benzene 0,01 mg/L Toxisitasnya dapat akut lokal, akut sistemik, maupun
kronis. Benzene menyebabkan erythema, vesikel, dan
udema. Pengaruhnya terhadap SSP (Susunan Saraf
Pusat) bersifat narkotik dan anestetik. Pemaparan
kronis menimbulkan hyplasia atau pun hyperplasia
sumsum tulang yang mengakibatkan anemia,
leucopenia,thrombocytopenia, dan sangat mungkin
menyebabkan leukemia.
3. Benzo (a) pyrene 0,00001 mg/L
4. Chloroform (total isomer) Air minum Bioakumulasi dalam air, Menyebakan kanker.
0,0003 mg/L Chlordane mudah sekali diabsorbsi kulit,
menimbulkan hyperexitasi, dan konvulsi. Disebut
Air bersih pula sebagai penyebab kelainan darah, seperti
0,007 mg/L thrombocytopenia (kekurangan thrombosit),
agranulocytosis (tidak terdapat granulocyt) dan
anemia aplastik.
5. Chloroform 0,03 mg/L Bioakumulasi dalam air, Potensial menyebabkan
kanker. Menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, dan
merusak hepar, jantung, dan ginjal. Keracunan
chloroform dapat menimbulkan toxisitas akut dan
sistemik, sedangkan
efek kronis belum diketahui dengan jelas.
6. 2,4-D 0,10 mg/L Kebutaan, Resiko kanker, mengakibatkan masalah
reproduksi pria yaitu mematikan sperma.
7. DDT 0,03 mg/L Mudah menembus kulit, sulit diuraikan
mikroorganisme, terakumulasi dalam sayuran yang
akan dimasak. Penyebab kanker, masuk ke dalam
jaring makanan (biomagnifikatif), keracunan akut
pada manusia (paraestesia, tremor, sakit kepala,
keletihan dan muntah), Efek keracunan kronis
(kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem saraf, system
imunitas dan sistem reproduksi).
8. Detergen Air minum Sulit diuraikan mikroorganisme, eutrofikasi (pesatnya
0,05 mg/L pertumbuhan ganggang dan enceng gondok) sehingga
Air bersih dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari,
0,5 mg/L kadar oksigen berkurang secara drastis, kehidupan
biota air mengalami degradasi, dan unsur hara
meningkat sangat pesat yang ahirnya ekosistem akan
terganggu. Menimbulkan bau dan rasa tidak enak,
berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit
kanker (karsinogenik)
9. 1,2-Dicloroethene 0,01 mg/L Dampak langsung bagi kesehatan baik akut maupun
kronis, bersifat karsinogen.
10. 1,1- Dicloroethene 0,0003 mg/L Dampak langsung bagi kesehatan baik akut maupun
kronis, bersifat karsinogen
11. Heptachlor dan heptaclor 0,003 mg/L Menyebabkan gangguan pada sistem saraf
epoxide
12. Hexachlorobenzene 0,00001 mg/L 1. Bahan tersebut banyak digunakan sebagai
bahan dari peptisida, yang kemudian
tercampur oleh air bersih dan terminum oleh
hewan ternak, lalu hewan tersebut termakan
oleh manusia, sehingga dapat mencemari ASI
ibu menyusui apabila ibu tersebut memakan
daging dari hewan yang telah terkontaminasi
oleh hexachlorobenzene.
2. Digunakan standar demikian agar tidak
mengkontaminasi air. Terutama orang2 yang
menggunakan air dengan kandungan
hexachlorobenzen tanpa dimasak terlebih
dahulu.
3. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat
dibawa oleh air kepada manusia yang
memanfaatkannya, maka tujuan utama
penyediaan air bersih/air minum bagi
masyarakat adalah untuk mencegah penyakit
yang dibawah oleh air. Penyediaan air bersih
selain kuantitas kualitasnya pun harus
memenuhi standar yang berlaku. Air minum
yang memenuhi baik kuantitas maupun
kualitas sangat membantu menurunkan angka
kesakitan penyakit perut terutama penyakit
diare.
13. Gamma-HCL (lindane) 0,004 mg/L 1. Lindane adalah sebuah organoklorin kimia
varian hexachlorocyclohexane yang telah
digunakan baik sebagai pertanian insektisida
dan sebagai farmasi pengobatan untuk kutu
dan kudis. Pada manusia, lindane
mempengaruhi sistem saraf , hati dan ginjal ,
serta mungkin dapat menjadi karsinogen.
2. Organisasi Kesehatan Dunia
mengklasifikasikan lindane sebagai Cukup
Berbahaya, dan dalam perdagangan
internasional dibatasi dan diinformasikan
dalam Konvensi Rotterdam pada Sebelum.
Pada tahun 2009 produksi dan penggunaan
pertanian lindane dilarang di bawah Konvensi
Stockholm tentang organik yang persisten
polutan. Sebuah pengecualian khusus untuk
melarang yang memungkinkan terus
menggunakannya sebagai pengobatan kutu
dan kudis.
14. Methoxychlor Air bersih 0,1 1. Methoxychlor digunakan untuk melindungi
mg/L tanaman, tanaman hias, peternakan, dan
Air minum 0.03 hewan peliharaan terhadap kutu, nyamuk,
mg/L kecoa, dan serangga lainnya. Penggunaan
methoxychlor sebagai pestisida dilarang di
Amerika Serikat pada tahun 2003 dan di Uni
Eropa pada tahun 2002.
2. Methoxychlor tidak dianggap karsinogenik
atau teratogenik. EPA telah diberi label
methoxychlor berada di Toksisitas Kelas IV
yang berisi agen yang dianggap praktis tidak
beracun dan tidak memerlukan kata sinyal.
Karena itu tersedia sebagai General Gunakan
Pestisida (gup). Untuk air minum , di Amerika
Serikat Environmental Protection Agency
(EPA) memberikan 40ppb sebagai Tingkat
Pencemaran Maksimum (MCL).
15. Pentachlorophenol 0,01 mg/L 1. Toksisitas baik akut maupun kronis
menimbulkan local iritan dan sitemik.
Pemaparan yang kronis menimbulkan
kerusakan pada hepar (UNSU, 2011)
16. Pestisida total 0,10 mg/L 1. Pestisida merupakan bidang perhatian untuk
menjaga kualitas air karena penggunaan yang
luas. Zat kimia ini digunakan di daerah
perkotaan dan pengaturan pertanian.
2. Dalam industri pertanian, pestisida adalah
salah satu yang paling sering ditangani
dengan zat dengan potensi efek yang
merugikan pada manusia. Kesehatan efek
pestisida tergantung pada karakteristik
kimianya.
3. Kejadian yang paling signifikan serta
pencemaran air tanah telah dengan pestisida
karbamat. Aldicarb salah satu pestisida
karbamat paling umum dan salah satu yang
telah terdeteksi di banyak sumur yang
digunakan pada kentang.
17. 2,4,6 trichlorophenol 0,01 mg/L 1. 2,4,6-TRIKLOROFENOL, juga dikenal sebagai
TCP, phenaclor, Dowicide 2S, Dowcide 2S,
omal, adalah fenol klor yang telah digunakan
sebagai fungisida, herbisida, insektisida,
antiseptik, zat kimia penggundul hutan, dan
pengawet lem.
2. 2,4,6-TRIKLOROFENOL adalah pencemar
lingkungan yang telah ditemukan di danau air
tawar seperti Great Lakes.
3. 2,4,6 tricholorofhenol ini adalah golongan
pencemaran air yang cara pemanfaatannya
tidak dikelola terlebih dahulu. 2,4,6-
TRIKLOROFENOL adalah karsinogenik pada
hewan, menyebabkan limfoma , leukemia ,
dan kanker hati melalui paparan lisan.
18. Zat organik (KmnO4) 10 mg/L 1. Kalium permanganat merupakan senyawa
kimia anorganik dengan rumus KMnO 4. It is a
salt consisting of K +
and MnO 4
ions. Ini
adalah garam yang terdiri dari K +
dan MnO 4
ion.
2. Kalium permanganat adalah oksidator kuat
dan harus ditangani dengan hati-hati saat
menyiapkan. Tidak ada produk sampingan
yang dihasilkan dari membuat solusi. Namun,
hal zat ini berwarna gelap ungu / hitam
kristalin padat dapat menyebabkan cedera
mata serius dan inhalasi adalah iritasi kulit
dan dapat fatal jika tertelan
3. Kalium permanganat digunakan secara luas
dalam industri pengolahan air. Historis itu
digunakan untuk disinfeksi air minum.
4. Kalium permanganat, atau KMnO4,
merupakan bahan kimia anorganik yang
umum digunakan untuk mengolah air minum
untuk besi, mangan dan bau belerang. Hal ini
dapat digunakan sebagai disinfektan yang
juga, menjaga air minum bebas dari bakteri
berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Awaluddin. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah sebagai Sumber Air Minum pada Skala Rumah Tangga.
http://unlastnoel.files.wordpress.com/2009/04/awaluddin-in-teknologi-air-minum-pam-ftsp-uii1.pdf. Diakses
tanggal 30 April 2011
Djunaidi,Muhammad. Kajian Pencemaran Air Sungai dan Analisis Risiko Terhadap Lingkungan Di
Sekitarnya Akibat Penambangan Bijih Emas http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22094555.pdf Diakses
Tanggal 2 Mei 2011
Hartanto,Sulih. 2007. Studi Kasus Kualitas aan Kuantitas Kelayakan Air Sumur Artetis sebagai Air Bersih
untuk Kebutuhan Sehari-hari di Daerah Kelurahan Sukorejo Kecamatan Gunungpati Semarang Tahun 2007.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHaacf.dir/doc.pdf. Diakses tanggal 30 April 2011