You are on page 1of 11

MAKALAH BAKTERIOLOGI II

Stahylococcus aureus

Nama : Endang Kawa

Nim : PO. 530333312 1179

Tingkat : II A

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2013
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Staphylococcus berasal dari bahasa Yunani yaitu, staphyle yang


berarti seikat anggur dan kokkos berarti berry, dan itu adalah yang tampak dari
Staph dibawah mikroskop, seperti seikat anggur atau berry-berry yang bulat
kecil. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab dikenal
sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakit-penyakit sebagai
akibat dari infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph dapat
menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada
kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun
yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome.
Penyakit yang berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak
memerlukan perawatan sampai berat atau parah dan berpotensi fatal.

Staphylococcus dalam keadaan normal terdapat di saluran


pernafasan atas, kulit, saluran cerna dan vagina. Staphylococcus dapat
dihembuskan dari saluran pernafasan atas pada waktu bersin, benda-benda
mati, debu dinding dan lantai ruangan dapat menjadi sumber penularan ke orang
lain. Staphylococcus dapat ditularkan melalui tangan pengidap yang bergejala.
Lebih dari 30 tipe-tipe yang berbeda dari Staphylococci dapat menginfeksi
manusia-manusia, namun kebanyakan infeksi-infeksi disebabkan oleh
Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat patogen.


Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda tanda
khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses. Staphylococcus
aureus bertanggung jawab atas 80% penyakit supuratif dengan permukaan kulit
sebagai habitat alaminya. Infeksi kulit dan luka terbuka seperti ulkus, bekas
terbakar, dan luka bekas operasi memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri
dan berakibat infeksi sistemik. Infeksi oleh bakteri menimbulkan peradangan
disertai rasa sakit dan terjadi supurasi sehingga perlu adanya suatu tindakan
untuk mengeluarkan pus tersebut dan membatasi pertumbuhan serta
penyebaran bakteri.

Infeksi Staphylococcus aureus dapat sendi pada tingkat yang berat.


Sendi prostetik menempatkan seseorang pada risiko tertentu untuk arthritis
septik, dan endokarditis staphylococcal (infeksi pada katup jantung) dan
pneumonia, yang dapat dengan cepat menyebar.

II. Rumusan Masalah

a. Jelaskan pengertian Staphylococcus aureus


b. Jelaskan patogenesitas Stpahylococcus aureus
c. Jelaskan sifat sifat dan faktor dari Staphylococcus aureus
d. Jelaskan cara pengobatan dari infeksi Staphylococcus aureus
e. Jelaskan cara pencegahan dari infeksi Staphylococcus aureus

III. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian Staphylococcus aureus


b. Untuk mengetahui patogenesitas Staphylococcus aureus
c. Untuk mengetahui sifat sifat dan faktor faktor dari Staphylococcus
aureus
d. Untuk mengetahui cara mengobati tubuh manusia yang terinfeksi
Stahylococcus aureus
e. Untuk mengetahui cara pencegahan dari bakteri Staphylococcus
aureus

IV. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui


pengertian Staphylococcus aureus, patogenesitas Staphylococcus aureus,
sifat, faktor serta cara pengobatan dan pencegahan infeksi
Staphylococcus aureus
BAB II

ISI

A. Pengertian Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk


bulat berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 C, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 C). Koloni pada perbenihan padat
berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus,
menonjol,dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S.aureus yang
mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperandalam virulensi
bakteri
(Jawetz et al., 1995 ; Novick et al., 2000).
Klasifikasi :
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphilococcus
Species : Staphilococcus aureus

gambar bentuk mikroskopis Staphylococcus aureus (wikipedia, 2006)

Staphylococcus aureus dapat ditemukan pada permukaan kulit


sebagai flora normal, terutama disekitar hidung, kulit, saluran pernapasan,mulut,
alat kelamin, dan sekitar anus. Dapat menyebabkan infeksi pada luka biasanya
berupa abses merupakan kumpulan nanah atau cairan

dalam jaringan yang disebabkan oleh infeksi. Jenis-jenis abses yang spesifik
diantaranya bengkak (boil), radang akar rambut (folliculitis). Infeksi oleh
Staphylococcus aureus bisa menyebabkan sindroma kulit. Infeksi Staphylococcus
aureus dapat menular selama ada nanah yang keluar dari lesi atau hidung.
Selain itu jari jemari juga dapat membawa infeksi Staphylococcus aureus dari
satu bagian tubuh yang luka atau robek. (Dowshen, et al, 2002).
Keberadaan Staphylococcus aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada
individu jarang
menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier.
Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon, adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

B. Patogenesitas Staphylococcus aureus

Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit,


saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini
juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat
invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan
manitol (Warsa, 1994).

Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan


jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan
infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis,
meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan endokarditis.
Staphylococcus aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial,
keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa, 1994).

Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan


infeksi kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat.
Mula-mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di
sekitar lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang
membatasi proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui
pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada
vena, trombosis,
bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis,
osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru (Warsa, 1994;
Jawetz et al., 1995).

Sindroma Syok Toksik (SST) pada infeksi Saphylococcust aureus timbul secara
tiba-tiba dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan
hipotensi, dengan gagal jantung dan ginjal pada kasus yang berat. Sindroma
Syok Toksik (SST) sering terjadi dalam lima hari permulaan haid pada wanita
muda yang menggunakan tampon, atau pada anakanak dan pria
dengan luka yang terinfeksi stafilokokus. Staphylococcus aureus dapat diisolasi
dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak
ditemukan dalam aliran darah (Jawetz et al., 1995).

C. Sifat - Sifat dan Faktor Faktor Staphylococcus aureus

1) Bakteri Staphylococcus aureus mempunyai sifat sifat diantaranya


yaitu :
a. Bersifat pathogen yaitu menyebabkan penyakit tipe toksin.
b. Memproduksi enterotoksin. Enterotoksin adalah toksin yang
spesifik terhadap sel di dalam sel usus halus
dan menimbulkan gejala keracunan makanan. Toksinnya dapat
bertahan pada suhu air mendidih 100 0 C selama 10 menit.
Bakter staphylococcus aureus mudah mati karena panas ,
pemanasan pada suhu 660 c selama 10 menit.
c. Memproduksi koagulase yaitu bersifat menggumpalkan plasma.
d. Proteolitik, Lipolitik dan betahemolitik. Proteolitik bersifat
menguraikan protein menjadi asam amino (senyawa Nitrogen).
Lipolitik bersifat menghidrolisis lemak menjadi asam lemak
(penguraian molekul dengan penambahan air). Betahemolitik
proses lisis yang sempurna menyebabkan
perubahan nyata pada media (jernih).
e . Aerob fakultatif yaitu mampu tumbuh dalam lingkungan
dengan atau tanpa oksigen (O 2 ).
2) Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus :

Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba seperti panas,


konsentrasi ion hydrogen, (pH), adanya air, oksigen dan cahaya mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme, enzim dapat mempercepat reaksi kimiawi.

a. pH ( Derajat keasaman )
Bakteri pathogen toleransi terhadap asam lebih kecil
Minimum : 4.0
Optimum : 6.0 7.0
Maksimum : 9.8 10
b. WA ( Water activity ) / kelembaban
Yaitu banyaknya air dalam pangan yang tersedia untuk digunakan oleh
mikroorganisme
Minimum : 0.86
Maksimum : 0.98
c. Suhu
Suhu / temperature merupakan faktor fisis yang sangat penting dan
mempunyai pengaruh
besar terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Sehingga perubahan
temperatur akan
berpengaruh langsung terhadap sistim enzim bakteri. Pada suhu
optimum pertumbuhan
bakteri berlangsung dengan cepat. Diluar kisaran suhu optimum,
pertumbuhan bakteri
menjadi lambat atau tidak ada pertumbuhan. Suhu juga dapat
mempengaruhi pembentukan
pigmen, ini berarti bahwa pigmen hanya dihasilkan bila diinkubasikan
pada suhu tertentu.
Bakteri staphylococcus aureus termasuk mesofil, yaitu mikroorganisme
yang tumbuh cepat
pada kisaran suhu 20 0C - 500C. Kisaran suhu yang sesuai untuk
pertumbuhan
Staphylococcus aureus adalah :

a. Minimum : 7 11 0 C, suhu terendah dimana mikroorganisme


masih dapat tumbuh.
b. Optimum : 37 0 C, suhu dimana enzim berfungsi dengan sempurna
/ mikroorganisme tumbuh sempurna.
0
c. Maksimum : 48 C, suhu tertinggi dimana mikroorganisme masih
dapat tumbuh.

d. Nutrisi ( Makanan )
Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang akan menyediakan :
a. Energi, biasanya diperoleh dari substansi mengandung karbon
b. Nitrogen untuk sintesis protein dan mineral
c. Vitamin dan yang berkaitan dengan faktor pertumbuhan

D. Pengobatan Staphylococcus aureus

Pengobatan terhadap infeksi Staphylococcus aureus dilakukan


melalui pemberian antibiotik, yang disertai dengan tindakan bedah, baik berupa
pengeringan abses maupun nekrotomi. Pemberian antiseptik lokal sangat
dibutuhkan untuk menangani furunkulosis (bisul) yang berulang. Pada infeksi
yang cukup berat, diperlukan pemberian antibiotik secara oral atau intravena,
seperti penisilin, metisillin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan
rifampisin. Sebagian besar galur Staphylococcus sudah resisten terhadap
berbagai antibiotik tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum
lebih luas seperti kloramfenikol, amoksilin, dan tetrasiklin
(Ryan et al., 1994; Warsa, 1994; Jawetz et al., 1995).

E. Pencegahan Staphylococcus aureus

Penyebaran langsung dengan kontak fisik dapat dicegah dengan


kebersihan kulit, mencegah pencemaran bekteri pada luka-luka dan lecet.
Seorang nasal carrier dengan Staphylococcus yang sensitif penisilin ternyata
tahan terhadap Staphylococcus yang resisten terhadap penisilin. Keadaan ini
terjadi sampai bakteri asal hilang karena pengobatan dengan penisilin. Setelah
ini maka jenis yang baru yang penisilin resisten dapat dengan mudah
berkembang biak dalam hidung. Berdasarkan pengalaman ini dicari jenis
Staphylococcus penisilin sensitif yang mudah berkembang biak, misalnya jenis
502A yang koagulasa positif. Jenis ini selain mudah berkembang biak,
virulensinya juga rendah. Bila jenis ini ditularkan pada hidung dan tali pusat bayi,
diharapkan dapat mencegah berkembang biaknya jenis-jenis yang virulen yang
penisilin resisten. Jenis 502A dapat menyebar ke orang lain secara spontan, jenis
ini dapat ditemukan secara serologikdan enentuan tipe faga. Pada penyelidikan
ternayta jenis ini tidak menyebabkan penyakit.

BAB III
PENUTUP

V. Kesimpulan

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk


bulat berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak
teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan
tidak bergerak. Infeksi Staphylococcus aureus diasosiasikan dengan beberapa
kondisi patologi, diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, meningitis, dan
arthritits. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik.

Pengobatan terhadap infeksi Staphylococcus aureus dilakukan


melalui pemberian antibiotik. Pada infeksi yang cukup berat, diperlukan
pemberian antibiotik secara oral atau intravena, seperti penisilin, metisillin,
sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan rifampisin.

VI. Saran

1) Pencegahan infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus


dapat dicegah dengan menjaga kebersihan tubuh, mencegah
pencemaran bakteri pada luka luka sehingga tidak terinfeksi
lebih lanjut
2) Pengobatan terhadap infeksi Staphylococcus aureus harus
dilakukan dengan baik misalnya dengan pemberian antibiotik yang
sesuai sehingga bagian tubuh yang telah terinfeksi dapat terobati
serta infeksi bakteri Staphylococcus aureus tidak menyebar ke
bagian bagian tubuh yang lain
Daftar Pustaka

Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt,
and C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 3rd ed.
Connecticut: Appleton&Lange. p.254.

Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.


Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. hal. 103-110.

pustaka_unpad_staphylococcus.pdf

You might also like