You are on page 1of 12

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KUBIS

MAKALAH

oleh :
Nadinda Duhita Alifianindya
20160210032

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

November, 2016

2
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani. Peningkatan tanaman di Indonesia sangat
diperlukan guna menunjang kebutuhan dalam negeri dimana disertai juga
dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk.
Di Indonesia tumbuh bermacam-macam tanaman yang dimanfaatkan
masyarakat sebagai bahan pangan, salah satunya adalah tanaman kubis. Kubis
(Brassica Oleracea) merupakan tanaman yang memiliki daun yang lunak dan
memiliki kadar air yang tinggi. Oleh karena itu, tanaman kubis ini bersifat
mudah rusak. Sifat yang mudah rusak ini dapat disebabkan oleh hama dan
penyakit .
Biasanya hama cenderung menyerang bagian batang, akar, daun, dan bagian
tanaman lainnya sehingga tanaman tersebut tidak dapat tumbuh secara sempurna
dan bahkan tanaman tersebut akan mati. Sedangkan penyakit dapat
menyebabkan gangguan pada tanaman sehingga tanaman tersebut tidak
bereproduksi dan mati secara perlahan-lahan.
Hama dan penyakit ini merupakan penghambat bagi pertumbuhan tanaman
sehingga tanaman tersebut mengalami gagal panen. Apabila tidak ada tindakan
pengendalian terhadap hama tersebut, maka kerusakan akan terus meningkat
yang disebabkan oleh hama dan penyakit.
B. Rumusan Masalah
Apa-apa saja hama yang menyerang tanaman kubis?
Bagaimana cara pengendalian hama pada tanaman kubis?
Apa-apa saja penyakit yang menyerang tanaman kubis?Bagaimana cara
pengendalian penyakit pada tanaman kubis?

1
2

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanaman kubis
2. Mengetahui gejala apa saja yang ada pada hama dan penyakit tanaman
kubis
3. Mengetahui bagaimana cara pengendalian untuk mencegah terjadinya
hama dan penyakit pada tanaman kubis
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama
Merupakan organisme perusak tanaman pada akar, batang, daun atau
bagian tanaman lainnya sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna
atau mati. (resikopenyakit.blogspot.co.id)
B. Penyakit
Penyakit merupakan hasil dari hasil dari beberapa gangguan dalam
proses kehidupan normal tanaman. Penyebab penyakit pada
tanaman mungkin berasal dari makhluk hidup dan / atau non-
hidup . Penyakit biotik yang disebabkan oleh organisme hidup seperti
jamur, bakteri, dan virus. ( Materi Pertanian, 2015)
C. Kubis
Tanaman kubis, kol terdiri dari kelompok kultivar dari Brassica
Oleracea. Kubis didomestikasi di suatu tempat di Eropa 1000SM. Tanaman ini
berkaitan dengan tanaman cole lainnya seperti brokoli, kembang kol, dan kubis
kemudian diturunkan B. oleracea var. oleracea, kubis lapangan liar. Kubis
berwarna hijau mempunyai kepala keras dan berdaun halus, kubis merah
juga memiliki daun yang halus, sedangkan kubis savoy berdaun crinkle
(berkerut) dan kubis ini sangat jarang terlihat. Kubis ini merupakan sayuran
berlapis-lapis.
Pertumbuhan kubis awalnya ditandai dengan pembentukan daun secara
normal. Kemudian pada saat pertumbuhan dewasa, daunnya akan melengkung
ke atas dan akan tumbuh semakin rapat. Kubis memili ciri khas dengan
membentuk krop. Biasanya petani menutup krop dengan daun-daun di
bawahnya supaya warna kropnya semakin memucat. Kubis siap dipanen apabila
ukuran krop telah mencukupi. Dalam budidaya, kubis adalah
komoditi semusim. Tanaman kubis memerlukan suhu yang dingin, jika tidak
kubis tidak akan berbunga dan akan mati.
Di dataran rendah ukuran krop akan mengecil dan rentan terhadap ulat
Plutella yang merupakan ulat pemakan daun. Karena penampilan kubis

3
4

menentukan harga jual, kerap dijumpai petani (Indonesia) melakukan


penyemprotan tanaman dengan insektisida dalam jumlah berlebihan agar kubis
rtidak berlubang-lubang akibat dimakan ulat. Konsumen perlu memperhatikan
hal ini dan disarankan selalu mencuci kubis yang baru dibeli. (Wikipedia.org)
III. METODE PENULISAN

A. Jenis Penulisan
Jenis penulisan ini berdasarkan jenis makalah deduktif, dimana penulisan
ini didasarkan pada pustaka yang relevan dengan masalah yang dibahas.

B. Metode Penelusuran Informasi


1. Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
2. Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura
di Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
3. Sumber-sumber materi di internet

C. Pengumpulan Data
Penulis menggunakan sumber data sekunder, dimana penulis memperoleh
penelitian ini secara tidak langsung, dan melalui media seperti website, dan
juga referensi dari buku

D. Metode Pengolahan Data


Pada metode pengolahan data, penulis mencari beberapa informasi seputar
Hama dan Penyakit pada Tanaman Kubis dari buku-buku referensi yang
ada di perpustakaan dan beberapa artikel yang ada di internet, agar makalah
ini dapat tersusun dengan benar adanya.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hama ulat daun kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae)
dikenal juga dengan sebutan diamondback moth atau cabbage moth
yang merupakan jenis hama utama pada tanaman kubis. Bagi petani
hama ini tergolong sangat merugikan dan sangat sulit dikendalikan.
Selain mudah resisten terhadap suatu jenis bahan aktif insektida, ulat ini
dapat bersembunyi bawah daun saat petani melakukan penyemprotan
sehingga ulat ini tidak terkena pada saat penyemprotan.
Pada gejala serangan ulat pada larva instar pertama yang baru
menetas akan bergerak dan masuk kedalam jaringan daun, sehingga
daun akan tersisa epidermisnya saja. Terdapat tanda bercak putih dan
pada bagian luar daun terdapat lubang-lubang yang menandakan bahwa
daun tersebut telah dimakan oleh ulat tersebut. Jika merasa terancam,
ulat akan menjatuhkan diri ke tanah dan mengeluarkan benang kelamat
untuk menyelamatkan diri. Sehingga ulat ini sangat sulit terkena kabut
semprot saat petani melakukan penyemprotan pestisida. Oleh karena itu,
para petani sulit untuk mengendalikan ulat ini dan menyebabkan
kerugian yang sangat besar.
Ada beberapa cara pengendalian untuk mengatasi hama tersebut
dengan cara :
1. Pengendalian mekanis, dengan cara mekanis dilakukan dengan
memusnahkan ulat, serangga dewasa, maupun telur yang
menempel pada tanaman. Tanaman yang terserang parah juga
harus dimusnahkan. Buat perangkap dengan memasang alat yang
bisa mengeluarkan cahaya, misalnya menggunakan obor.
2. Kultur teknis, bertujuan untuk memutuskan siklus pertumbuhan ulat daun
dengan penggiliran tanaman, pembalikan tanah lokasi pertanaman,
dan pengeringan lahan.
3. Pengendalian organik, pengendalian ini menggunakan beberapa
pestisida organik seperti, dengan memanfaatkan akar atau batan
tanaman tuba, umbi gadung, maupun daun nimba. Misalnya, jika
menggunakan akar batang tuba, caranya dengan menumbuk akar

6
7

atau batang tuba tersebut, kemudian direndam dalam air selama


satu malam. Air rendaman tersebut disemprotkan
8

4. pada tanaman. Selain itu, pengendalian secara organik juga dapat


dilakukan dengan memanfaatkan agensia hayati, misalnya dengan
aplikasi bakteri Bacillus thuringiensis.
5. Pengendalian kimiawi, dengan melakukan penyemprotan
insektisida berbahan aktif klorantraniliprol, emamektin benzoat,
beta siflutrin, tiametoksam, maupun klorfluazuran. Dosis atau
konsentrasi larutan yang digunakan sesuai dengan rekomendasi
yang tertera pada kemasan.
(Haryono Semangun, 1989)
Penyakit-penyakit pada tanaman kubis terdiri dari :
1. Akar pekuk, Plasmodiophora brassicae Wor)
2. Becak daun alternaria, Alternaria brassicae (Berk.) Sacc. dan (Alternaria
brassicicola (Schw.) Wiltsh.
3. Penyakit kaki hitam, Phoma lingam (Tode ex Fr.) Desm.
4. Penyakit tepung berbulu, Pernospora parasitica Pers. Ex Fr.
5. Busuk hitam, Xanthomonas campestris pv. Campestris (Pamm.) Dye, 1978
6. Busuk basah, Erwinia caratovora pv. Caratovora (Jones) Dye, 1978
7. Mosaik pada caisin, Turnip Mosaic Virus
(Haryono Semangun, 1989)
Penyakit-penyakit ini sangat mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman kubis.
Oleh karena itu perlu adanya pengendalian terhadap penyakit tersebut dengan :
1. Penyakit akar pekuk : dengan mencegah masuknya penyakit ini ke daerah-
daerah yang masih bebas, meningkatkan pH tanah dengan pengapuran, dan
mengobati tanah dengan fungisida
2. Becak daun alternaria : dengan membunuh jamur yang terbawa oleh biji
dengan melakuka perawatan biji dengan air panas, diperlukan penyemprotan
dengan fungisida
3. Penyakit kaki hitam : dengan pemencaran penyakit ke daerah yang belum
terjangkit, menanam benih yang sehat, sanitasi pertanaman, dan tidak
membuat pesemaian di tanah yang mengandung penyakit
9

4. Penyakit tepung berbulu : dengan mengurangi kelembaban pesemaian,


tanaman yang sakit segera dicabut dan dibakar, dan pesemaian disemprot
dengan fungisida
5. Busuk hitam : dengan menanam benih yang sehat, mengadakan pengiliran
tanaman yang tepat, tanaman dan-daun yang sakit harus dipendam didalam
tanah untuk mengurangi sumber infeksi, menjaga sanitasi pesemaian dan
kebun, menutup tanah dengan jerami
6. Busuk tanah : dengan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman yang
sakit sebelum penanaman, menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat
untuk menghindarkan kelembaban, menghindari terjadinya luka yang tidak
perlu khususnya pada waktu menyiang, dan pengendalian-pengendalian
pascapanen dengan mencuci tanaman di air yang mengandung klorin
7. Mosaic pada caisin : dengan pesemaian yang dibuat jangan dekat dengan
tempat yang menjadi sumber infeksi, dan mencabut tanaman yang bergejala.
(Haryono Semangun, 1989)
BAB V
KESIMPULAN
Kubis (Brassica Oleracea) merupakan tanaman yang memiliki daun yang
lunak dan memiliki kadar air yang tinggi. Oleh karena itu, tanaman kubis ini bersifat
mudah rusak. Sifat yang mudah rusak ini dapat disebabkan oleh hama dan penyakit .
Hama ulat daun kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) dikenal
juga dengan sebutan diamondback moth atau cabbage moth yang
merupakan jenis hama utama pada tanaman kubis. Pengendalian hama
ini dapat dilakukan dengan cara pengendalian mekanis, kultur teknis,
pengendalian organic,dan pengendalian kimiawi. Sedangkan penyakit-
penyakit pada tanaman kubis antara lain, penyakit akar pekuk, becak
daun alternaria, penyakit kaki hitam, penyakit tepung berbulu, busuk
hitam,busuk basah, dan mosaic pada caisin. Pengendalian ini dilakukan
berdasarkan penyakit-penyakit yang menyerang pada tanaman kubis.

10
DAFTAR PUSTAKA
Semangun, Haryono. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press

Semangun, Haryono. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.


Yogyakarta. Gadjah Mada University Press

Kurniati, Novik. 2013. Ulat Kubis (Plutella xylostella).


http://www.tanijogonegoro.com/2013/10/ulat-kubis-Plutella-xylostella.html ,
15 November 2016.

Apandi. Euis Suryaningsih. 1980. Cara Pemberantasan Peronospora Parasitica pada


kubis (Brassica oleracea) di pesemaian. Bull. Panel. Hort. 8(3): 3-5

Duriat, Ati Srie, T.A. Soetiarso, L. Prabaningrum, dan R. Sutarya. 1994. Penerapan
Pengendalian Hama Penyakit Terpadu pada Budidaya Kubis. Balai Peneltian
Hortikultura, Lembang, 20 pp.

Pracaya. 1993. Kol Alias Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta

Wikipedia. 2016. Kubis. https://id.wikipedia.org/wiki/Kubis . 15 November 2016.

11

You might also like