You are on page 1of 17

GLOBALISASI MEDIA DAN PENYERAPAN BUDAYA ASING,

ANALISIS PADA PENGARUH BUDAYA POPULERKOREA DI


KALANGAN REMAJA KOTA BANDA ACEH

Hamdani M. Syam

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Syiah Kuala


Email: hamdanim.syam@yahoo.com

ABSTRACT

Globalization media has given great effect to developing countries such as Indonesia, especially the
effects in terms of culture. Banda Aceh is a city located on the western of the Indonesia and also the
capital province. Since decades olden, people of Aceh is known as people who make Islam as the
values, norms and standards ethical in lives daily. It also makes a guide for the people of Aceh in
carrying out a number of social interactions. However, indirectly media in Banda Aceh has been
absorbing content is globalization. The study aims to look at the impact of globalization media on
youth culture identity in Banda Aceh. To get profound results, the study used two approaches are
quantitative and qualitative. Data collected through surveys and in-depth interviews. The result
showed that the globalization media has been able to influence the lives of young people in Banda
Aceh to abandon their own culture and then carry out the other culture. Korean values that have been
delivered through the media in Aceh have been able to absorb for youth in Banda Aceh.

Keywords: Globalization Media, Popular Culture Korea, Banda Aceh

ABSTRAK

Media globalisasi telah memberikan dampak yang luar biasa untuk negara-negara berkembang seperti
Indonesia, terutama efek dalam hal budaya. Banda Aceh adalah kota yang terletak di barat Indonesia
dan juga ibu kota provinsi. Sejak dekade Olden, masyarakat Aceh dikenal sebagai orang-orang yang
menjadikan Islam sebagai nilai-nilai, norma dan standar etika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
juga membuat panduan bagi masyarakat Aceh dalam melaksanakan sejumlah interaksi sosial. Namun,
secara tidak langsung media Banda Aceh telah menyerap konten adalah globalisasi. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat dampak media globalisasi terhadap identitas budaya anak muda di Banda
Aceh. Untuk mendapatkan hasil yang mendalam, penelitian ini menggunakan dua pendekatan yang
kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan melalui survei dan wawancara mendalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa media globalisasi telah mampu mempengaruhi kehidupan orang-orang
muda di Banda Aceh untuk meninggalkan budaya mereka sendiri dan kemudian melaksanakan
budaya lainnya. Nilai korea yang telah disampaikan melalui media di Aceh telah mampu menyerap
bagi kaum muda di Banda Aceh.

Kata Kunci: Globalisasi Media, Budaya Populer Korea, Banda Aceh

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 54


PENDAHULUAN adopsi konten unsur-unsur dari budaya
Teknologi komunikasi pada abad ke- luar.
21 ini semakin berkembang. Media massa adalah media
Perkembangan tersebut makin memu- komunikasi dan informasi yang dapat
dahkan masyarakat dalam berbagai bidang, melakukan penyebaran informasi secara
terlebih bidang informasi dan komunikasi. missal dan dapat diakses oleh masyarakat
Masyarakat dengan mudah dan cepat dapat secara missal pula (Bungin,2008 :72).
memperoleh berbagai informasi baik dari Beberapa peneliti seperti Sarji (1996);
dalam maupun luar negeri. Keadaaan ini Sudibyo (2004); Li (2004), telah meneliti
telah membuat tidak ada batasan dalam kekuatan yang dimiliki oleh media dalam
berbagi informasi di antara sesama mempengaruhi masyarakat. Para peneliti
manusia. itu telah meneliti persoalan-persoalan yang
Abad ke-21 saat ini dapat disebutkan berkaitan dengan perubahan masyarakat,
juga sebagai abad di mana dunia masuk seringkali media massa dijadikan bahan
dalam era globalisasi. Dalam era diskusi bagi kewujudan perubahan
globalisasi ini, media massa mempunyai tersebut. Dikatakan bahwa media massa
peran yang penting dalam menyampaikan sebagai alat perubahan masyarakat, ikut
informasi kepada masyarakat. Media terlibat sebagai salah satu variabel yang
massa mampu mempersuasi atau turut bertanggung jawab dalam mengubah
mempengaruhi masyarakat bahkan meng- warna kehidupan sosial.
ubah pandangan dan perilaku masyarakat. Tulisan ini bertujuan menganalisis
Beberapa pendapat dari pengkaji bidang globalisasi media dan dampaknya terhadap
komunikasi, seperti Rahim (2008); kehidupan masyarakat Aceh. Media
Widyawati (2005); Tomlinson (1999) televisi Indonesia sudah mulai
mengatakan bahwa globalisasi adalah mendominasi oleh tayangan-tayangan
sesuatuyang baru, sukar ditolak dan belum yang berasal dari budaya luar, khususnya
tentu akan memberi manfaat kepada budaya populer Korea. Contohnya, Music
semua. Bagi sebagian negara yang tidak Bank dan Mama Award di Indosiar.
menyukai globalisasi beranggapan glo- Kemudian, terdapat sekitar 50 drama dan
balisasi merupakan bentuk penjajahan baru film Korea ditayangkan di berbagai stasiun
dari negara tertentu yang dominan dari televisi Indonesia serta acara musik tanah
teknologi komunikasi terhadap negara lain air mulai banyak diisi oleh boyband dan
yang lemah dari segi penguasaan teknologi girlband yang konsepnya mengacu pada
tersebut. Dikatakan, pada masa dahulu budaya Korea tersebut. Masalah penting
penjajahan dilakukan dengan peperangan dari globalisasi tersebut adalah terkait
dan senjata yaitu dengan menggunakan perkembangan teknologi komunikasi
kekuatan militer dan kemudian berlaku dalam kehidupan masyarakat Aceh
dengan kekuatan ekonomi. Tapi sekarang khususnya remaja di Kota Banda Aceh.
penjajahan itu dilakukan dengan kekuatan Sehingga menyebabkan terjadi pergeseran
media dengan mendominasi dan meng- nilai dan budaya dalam masyarakat Aceh
itu sendiri. Nilai-nilai yang ada dalam

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 55


media tersebut diadopsi, kemudian mengutarakan globalisasi dalam dua sisi.
diamalkan dalam kehidupan keseha- Pertama, globalisasi dapat membawa
riannya. keuntungan kepada sesuatu negara karena
Ekoran dari hal tersebut di atas, globalisasi telah membuat dunia terasa
maka tercetus persoalan terhadap pene- dekat sekali. Jarak individu antara satu
litian ini yaitu mengenai globalisasi media negara dengan negara lain sudah tidak ada
terhadap penyerapan budaya asing di batasan lagi. Perkembangan alat teknologi
kalangan remaja Kota Banda Aceh. komunikasi seperti radio, televisi, video,
Persoalan yang timbul adalah sebagai internet telah membuat individu begitu
berikut: mudah menjangkau wilayah orang lain.
Kedua, globalisasi dapat membawa
1. Apa yang membuat remaja Kota keburukan kepada sesuatu negara, sebab ia
Banda Aceh gemar terhadap budaya akan menimbulkan imperalisme baru
populer Korea? terhadap budaya sesuatu bangsa.
2. Darimanakah remaja Kota Banda Pandangan yang kedua ini lebih melihat
Aceh mengenal budaya populer kepada implikasi globalisasi terhadap
Korea? kehidupan dan kebudayaan sesuatu
bangsa. McGrew (1992) dalamRahim
3. Perilaku apa saja yang remaja Kota
(2003), telah mengambarkan globalisasi
Banda Aceh lakukan mengenai
sebagai intensification of global
budaya populer Korea?
interconnectedness. Globalisasi telah
membuat dunia ini menjadi semakin kecil,
KERANGKA PEMIKIRAN setiap kawasan atau negara saling
terhubung secara intensif. Dengan
Globalisasi dan Budaya
demikian, antara negara yang satu dengan
Globalisasi adalah isu yang negara lain sudah tidak mempunyai
mendapat perhatian besar sejak akhir abad batasan lagi. Sehingga apa yang
ke-20 hingga awal abad ke-21. Pro-kontra sebenarnya berlaku pada negara lain
terhadap isu globalisasi tidak pernah habis dengan cepat dan mudah dapat diketahui
dan tetap menjadi wacana di kalangan melalui media massa yang dimilikinya.
akademik, politikus dan juga kalangan
Masalah penting yang perlu diper-
kapitalis. Oleh sebab itu, munculnya
hatikan bahwa wujudnya proses glo-
perdebatan dan pertentangan antara pihak
balisasi antara lain disebabkan oleh
yang mempromosikan globalisasi dengan
perkembangan teknologi komunikasi.
pihak yang menentang globalisasi.
Penyebaran informasi baik melalui radio,
Menurut McLuhan (1964), dengan
televisi ataupun internet begitu mudah dan
perkembangan teknologi komunikasi telah
cepat sekali. Perkembangan teknologi
membawa masyarakat di dunia memasuki
komunikasi yang begitu pesat dewasa ini
dalam alam Global Village. McLuhan
telah memberikan kemudahan bagi setiap
mengibaratkan dunia ini seperti sebuah
orang untuk dapat menjelajahi seluruh
balon yang dapat dipegang oleh semua
orang. Kemudian Tomlinson (1999)

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 56


pelosok dunia tanpa dibatasi oleh ruang secara berlebihan, bukan saja akan
dan waktu. memberi keuntungan untuk dapat menge-
Menurut Widyawati (2005), glo- tahui mengenai dunia orang lain, tetapi
balisasi komunikasi sesungguhnya telah pada waktu yang sama juga orang itu akan
menjadi informasi bersifat lebih terbuka terperangkap kepada unsur-unsur dunia
atau lebih bebas, sehingga mengakibatkan luar ke dalam lingkungannya sendiri.
hilangnya batas-batas geografis maupun Menurut Tomlinson (1999),
teritorial antara satu negara dengan negara mengatakan bahwa globalisasi akan dapat
lain, satu daerah dengan daerah lain, satu mewujudkan budaya yang homogen.
kota dengan kota lain. Sesuatu negara Budaya homogen atau cultural
sudah tidak bisa lagi mempertahankan homogenization berasaskan pada
batasan negaranya tanpa dilangkahi oleh wujudnya globalisasi adalah usaha untuk
orang lain. Dalam proses globalisasi, menyeragamkan kebudayaan, di mana
batasan geografis suatu negara sudah setiap tempat akan menjadi lebih kurang
menjadi milik komunitas lain. Oleh karena sama. Walaupun seseorang berada di
itu, proses globalisasi akan mengancam tempat tinggalnya, tetapi melalui proses
budaya suatu bangsa. Selain itu, menurut globalisasi ini simbol budaya orang lain
Li (2004), proses globalisasi sarat dengan dari luar akan datang kepadanya melalui
kepentingan kaum kapitalis global. perantara media. Dengan begitu, akan
Dengan demikian, tidak dapat dihindari terjadi proses integrasi budaya, di mana
aliran informasi dan program media budaya orang lain dari luar diserap dan
terutama yang sarat dengan nilai-nilai atau diterima menjadi budayanya. Dalam waktu
budaya luar sudah masuk dalam sesuatu yang bersamaan akan mendisintegrasikan
negara yang lambat laun akan dapat budaya yang sudah ada. Akibatnya budaya
mempengaruhi budaya yang telah ada itu akan mengalami kemunduran atau
dalam negara tersebut. Sekarang ini arus terpengaruh oleh budaya luar.
globalisasi bukan hanya melanda kawasan
Unsur-unsur budaya luar ini bukan
perkotaan, tetapi juga telah sampai ke
saja disebarkan secara langsung melalui
kawasan pedesaan. Hal ini dibuktikan
jaringan media global baik radio, televisi
dengan banyaknya pemakaian media
maupun internet dalam bentuk program
parabola dan jaringan internet pada rumah-
siaran, tapi juga melalui jaringan media
rumah masyarakat di daerah pedesaan.
yang telah ada di sesuatu daerah yang
Bahkan siaran luar sudah masuk dalam
memperagakan bahan-bahan yang
rumah dan sudah menjadi bahan tontonan
didatangkan dari dunia luar, seperti yang
masyarakat di pedesaan setiap hari. Maka
telah terjadi dalam siaran-siaran televisi di
dengan begini, secara tidak langsung
negara Indonesia selama ini. Budaya luar
budaya orang lain sudah masuk ke dalam
dihidangkan kepada masyarakatnya
wilayah pedesaan tersebut melalui alat
melalui watak-watak yang ditampilkan
teknologi informasi yang dimilikinya itu.
oleh para pemain lokal negara Indonesia
Rahim (2008) mengatakan, apabila
itu sendiri, tetapi dalam penampilannya
seseorang sering menonton siaran luar
membawa unsur-unsur yang datang dari

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 57


budaya luar. Bagi khalayak yang sering adalah bentuk dan pola kehidupan, seperti
menikmati program media luar sudah tentu cara berhubungan, kesukaan atau minat,
secara sadar atau tidak sadar ia akan waktu makan, waktu tidur, tingkah laku
membawa penampilan kepada unsur-unsur berpolitik dan berbagai-bagai pola
budaya luar. kehidupan lainnya. Budaya masyarakat
dapat dibagikan pada dua macam yaitu
Budaya Populer dan Budaya Bangsa
budaya populer sering disebut dengan
Budaya adalah sesuatu yang tidak budaya rendah dan budaya bangsa sering
boleh dipisahkan dengan sosial. disebut budaya tinggi.
Membicarakan tentang sosial, tertuju juga
membicarakan kepada masyarakat, dan Perubahan budaya seiring dengan
juga akan berhubungan dengan budaya. perkembangan zaman membuat definisi
Masyarakat mempunyai kepercayaan dan budaya popular menjadi semakin
tujuan hidup. Masyarakat mempunyai kompleks.Untuk mendefinisikan budaya
sistem moral, dan peraturan yang populer, perlu mengkombinasikan dua
menghubungkan dan meningkatkan kata yaitu kata budaya dan populer.
hubungan antara satu sama lain. Katapopuler menurut Kamus Besar
Sementara budaya, apabila didefinisikan Bahasa Indonesia mempunyai arti
secara harfiah atau literaladalah sebagai dikenal dan disukai orang banyak atau
peradaban, kemajuan berpikir dan akal umum. Apabila kedua perkataan itu
budi, meliputi cara berpikir, berkelakuan dikombinasikan, maka pengertian
dan cara manusia berhubungan dengan budaya populer adalah suatu kebudayaan
manusia lain. Maksud ini bersesuaian yang sudah berkembang atau suatu
dengan pendapat Koentjaraningrat (1976), pandangan hidup, praktik, dan karya yang
dikatakan budaya berasal dari perkataan banyak disukai oleh banyakorang.
Sangskrit Buddhi yang berarti budi atau Biasanya budaya ini diproduksikan secara
akal. Pengertian ini menggambarkan komersil. Dalam perspektif industri
bahwa budaya adalah perilaku yang budaya, arti budaya populer adalah
dihasilkan oleh manusia secara sistematik budaya yang lahir atas kehendak media
melalui proses pemikiran dan massa. Dikarenakan media telah
pembelajaran dari lingkungan hidupnya. memproduksikan segala macam jenis
Menurut Milner dan Browitt (2002), produk budaya populer yang hasilnya
budaya sebagai satu keseluruhan sistem disebarluaskan melalui jaringan media
yang kompleks mengandung ilmu global hingga masyarakat tanpa sadar
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, telah menyerapnya menjadi nilai-nilai
kesusilaan, undang-undang, adat istiadat, hidup dalam kegiatan sehari-hari.
serta kebiasaan yang diperoleh manusia Pada awalnya, kewujudan budaya
sebagai anggota masyarakat. populer tidak terlepas dari peran Amerika
Setiap manusia memiliki cara hidup Serikat dalam memproduksi dan
atau budaya yang berbeda. Manusia diikat menyebarkan budaya populer. Negara itu
antara satu dan lainnya oleh budaya yang telah menanamkan akar yang sangat kuat
telah disepakati bersama. Budaya itu dalam industri budaya populer, antara lain

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 58


melalui Music Television (MTV), budaya popular adalah produk dari
McDonald, Hollywood, industri animasi industri budaya (cultural industry) untuk
seperti Walt Disney, Looney Toones dan mengkonstruksikan masyarakat
banyak lagi yang lain. Namun berlandaskan konsumsi. Perkembangan
perkembangan selanjutnya muncul dari ilmu pengetahuan dan teknologi
negara-negara lain yang juga berhasil akhirnya telah memberikan kesempatan
menjadi pusat budaya populer seperti kepada masyarakat dunia untuk
Jepang, Hongkong, Taiwan dan kini menampilkan serta menunjukan
Korea Selatan. budayanya kepada orang lain melalui
Budaya poluler sendiri efek dari media baik melalui intenet maupun
globalisasi, merupakan fenomena yang televisi. Menurut Burton (2008),
terus bergerak dalam masyarakat global perkataan populer lebih diartikan
dan merupakan bagian dari proses sebagai sesuatu yang tidak serius. Apabila
masyarakat global. Hal inilah yang seseorang berbicara tentang budaya
memudahkan Korean Wave sebagai popular maka dia seakan-akan menunjuk
budaya populer lebih cepat dan mudah kepada hasil dan tingkah laku budaya
menyebar ke seluruh dunia. Budaya yang dianggap tidak termasuk budaya
populer berkaitan dengan superstar, yang mapan. Maka itu, budaya popular
fashion, dan gaya hidup yang dapat diciptakan tidak seiring dengan norma-
dinikmati oleh semua orang atau kalangan norma dari budaya tinggi. Budaya tinggi
tertentu. Menurut Ben Agger dalam sering dianggap lebih berharga daripada
Bungin (2009), sebuah budaya yang budaya popular, karena budaya tinggi
masuk dunia hiburan maka budaya itu lebih mementingkan sensitivitas terhadap
umumnya menempatkan unsur populer individu dan status sosial. Biasanya
sebagai unsur utamanya. Budaya itu akan budaya tinggi telah dipelihara dari turun
memperoleh kekuatan manakala media temurun dan bisa melambangkan identitas
massa digunakan sebagai penyebaran suatu bangsa. Sedangkan budaya populer
pengaruh di masyarakat. Hal ini juga bersifat rendah karena ia bersifat
tidak terlepas dari unsur komersialitas sementara dan populis. Menurut Burton
media massa, di mana hampir setiap (2008) masyarakat memandang budaya
media massa berlomba-lomba popular tidak sebagai varian yang sah
mendapatkan khalayak sebanyak-banyak- dalam perkembangan budaya, malaha
nya. nlebih sebagai penyimpangan daripada
pola-pola budaya yang normal. Budaya
Budaya populer sepenuhnya saling populer merupakan jenis lain yang hendak
berpautandengan ekonomi politik dan membedakan dirinya daripada jenis budaya
produksi budaya oleh pihak kapitalis. yang telah ada dalam sesuatu masyarakat.
Menurut Burton (2008), budaya popular Keindahan dalam budaya popular tidak
didominasi oleh produksi dan konsumsi lain dari pada kemampuan untuk meme-
barang- barang material, manakala pen- nuhi secara memadai permintaan massa
ciptaannya didorong oleh motif untung dan lebih kepada kepentingan komersil
rugi. Dikatakan juga oleh Ibrahim (2006), bagi yang membawa kebudayaan tersebut.
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 59
Fenomena Budaya Populer Korea di Wuryanta (2011), Putri (2012),Saprita
Indonesia (2012). Dalam hasil penelitiannya, mereka
Sekarang ini, budaya populer atau menyebutkan bahwa adanya pengaruh
sering juga disebut dengan budaya pop budaya populer Korea yang ditampilkan
atau Kpop tidak identik lagi dengan melalui media terhadap perubahan nilai
budaya Barat, karena belahan Asia pun dan perilaku para generasi muda
sudah mulai menunjukkan kemampuan Indonesia.
kreatif dengan menjadi pengekspor budaya Dalam penelitian Wuryanta (2011),
popnya ke negara-negara lain. Selain dikatakan bahwa awal masuk budaya
Jepang, Korea sudah mulai menunjukkan populer di Indonesia adalah melalui
sebagai negara produsen budaya populer saluran televisi swasta nasional yang ada
melalui tayangan hiburan dan menjadi di negara Indonesia. Sepanjang tahun 2003
saingan berat bagi Amerika dan Eropa. Hal - 2008, RCTI dan Indosiar menayangkan
ini sejalan dengan kemajuan industri beberapa judul drama Korea secara
hiburan Korea dan kestabilan ekonomi simultan. Dalam penelitian tersebut
mereka. dikatakan juga drama Winter Sonata dan
Dalam dekade terakhir, wabah Endelss Love sukses memikat hati pemirsa
budaya populer Korea sudah melanda Indonesia. Kesuksesan drama Korea ini
Indonesia. Fenomena ini mulai dipicu diikuti juga mini seri lainnya. Misalnya,
ketika program Piala Dunia Korea-Jepang Boys Before Flower melambungkan nama
2002 dan masuknya Korea sebagai artis Lee Min Hoo yang sangat polpuler di
kekuatan empat besar dalam persepak- kalangan remaja. Rating yang tinggi dan
bolaan dunia. Kesuksesan Korea di Piala permintaan pasar membuat stasiun televisi
Dunia 2002 semakin mempersohor nama menayangkan drama Korea secara
Korea di mata dunia. Beberapa waktu bergantian.
menjelang, selama dan setelah program Kemunculan Boyband dan Girlband
Piala Dunia, beberapa stasiun televisi disambut antusias oleh kalangan masya-
swasta di Indonesia sudah mulai bersaing rakat Indonesia. Penerimaan yang luas
menayangkan musik, film maupun terbukti dari banyaknya penggemar dan
sinetron Korea. Terdapat beberapa sinetron munculnya beberapa fans klub artis
Korea yang suksesdi televisi Indonesia. Boyband Korea. Super Junior yang
Misalnya, Winter Sonata dan Endless memiliki sebutan fans Elf, atau VIP
Love. Kedua sinetron tersebut berhasil sebutan fans Big Bang, dan Sone sebutan
menarik perhatian sebagian masyarakat untuk fans dari SNSD. Fans klub artis
Indonesia, bahkan sudah menjadikan Boyband dan Girlband Korea tersebut
sebagian remaja mengidolakan artis yang sudah ada di Indonesia.
bermain dalam sinetron tersebut.
Semenjak budaya populer Korea
Setelah itu, banyak sudah penelitian melanda berbagai belahan dunia, Indonesia
yang mengkaji mengenai pengaruh budaya merupakan satu diantaranya yang mene-
populer Korea terhadap generasi muda di rima dampaknya. Berawal dari Drama
Indonesia. Misalnya, Amelita (2010), Korea, kemudian merambah pada musik.
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 60
Kondisi ini merupakan yang selalu dipela- Pengaruh budaya populer Korea
jari oleh pelaku seni di Indonesia. Kemun- dalam grup Smash tidak bisa dipungkiri.
culan Boyband dan Girlband Korea Globalisasi kultural yang mempengaruhi
merupakan salah satu peluang bisnis yang selera musik anak muda di Indonesia yang
cukup besar dalam dunia industri hiburan mendorong pelaku industri musik harus
di Indonesia. Selera anak muda yang melakukan imitasi dengan membuat
menyukai Girlband dan Boyband mendo- konsep grup Boyband seperti yang
rong produser musik Indonesia untuk dilakukan grup Smash.
mengikuti selera pasar yang berkembang.
Kedua, Cherryballe. Grup ini mirip
Maka muncullah Boyband dan Girlband
dengan Girlband di Korea. Cherrybelle
yang identik dengan budaya populer
bisa juga disingkat ChiBi, didirikan pada
Korea. Banyak grup seni dan musik mulai
27 Februari 2011. Pertama kali mereka
ditampilkan oleh artis-artis Indonesia
tampil di media televisi yaitu 18 Juni 2011
dengan membawa konsep Korea. Misalnya
dalam acara musik Inbox SCTV.
tiga grup berikut ini yang mempre-
Cherrybelle mempunyai anggota grup 7
sentasikan budaya populer Korea di Indo-
gadis remaja cantik.
nesia, yakni (1) Smash (2) Cherryballe (3)
7icons. Bagi sebagian kalangan anak muda
di Indonesia grup Cherryballe dianggap
Pertama, Smash. Grup ini berasal
mirip dengan grup SNSD asal Korea.
dari Bandung, dibentuk pada 10 April
Dengan konsep fun teen girl, singing
2010. Beranggotakan tujuh pemuda. Grup
dance skill Cherryballe sanggup menyita
ini berhasil merebut hati remaja putri
perhatian publik. Melalui single Love is
Indonesia. Single mereka I Heart You
You Cherryballe memiliki segmen
sangat digemari di kalangan remaja
tersendiri bagi penonton. Cherryballe sem-
putri.Smash merupakan singkatan dari
pat mengadakan ajang pencarian bertajuk
Seven Man as Seven Heroes, yang
Cherryballe Cari Chibi. Chibi merupakan
memiliki makna harapan kehadiran
sebutan fans untuk menyebut personel
mereka memberikan inspirasi positif bagi
Cherryballe. Acara ini juga ditayangkan
anak muda.
oleh stasisun televisi nasional, yaitu
Secara format dan tampilan grup SCTV.
Smash mirip dengan grup Super Junior
Ketiga, 7 Icons. Konsep grup vokal
dari Korea. Smash selain menyanyi dan
ini terdiri dari 7 personel perempuan
menari mereka juga tampil dalam sebuah
dengan masing-masing personelnya
sinetron Cinta Cenat Cenut yang
menggambarkan icon tertentu, yakni 7
ditayangkan oleh Trans TV. Gaya
karakter wanita. A.te sebagai Boyish Icon,
berpakaiannya juga terinsipari dari Korean
Pj sebagai Cute Icon, Natly sebagai
Style. Beberapa diantaranya menampilkan
Natural Icon, Linzy sebagai Feminin Icon,
gaya rambut ala Korea. Pilihan lagu yang
Meazty sebgai Sexy Icon, Grac sebagai
mereka bawakan juga mewakili karakter
Misterious Icon, dan T.Sha sebagai
budaya populer Korea.
Rebellion Icon.

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 61


Grup ini melakukan debut pada Korea sudah mulai mendapatkan tempat
bulan April 2011. Single-nya Playboy pada masyarakat Indonesia khususnya
berhasil sukses dipasaran. Kesuksesan kaum remaja.
mereka berlanjut dengan tampil dalam
sebuah sinetron komedi Cinta 7 Susun
yang ditayangkan SCTV dengan konsep METODE PENELITIAN
drama musikal. Bagi mendapatkan hasil secara
Dalam penelitianHadwisia (2011), mendalam, maka penelitian ini
berjudul Hallyu Studi Tentang Penggemar menggunakan 2 (dua) pendekatanyaitu
Boyband Korea di Yogyakarta menggam- pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
barkan bahwa penggemar Boyband dan Menurut Berger (2000: 171), penelitian
Girlband Korea di Indonesia cukup besar, kuantitatif adalah penelitian yang
khususnya di Yogyakarta. Menurut menekankan analisisnya pada data
penelitiannya, pengemar budaya populer numerical (angka). Sementara penelitian
Korea membentuk komunitas tersendiri. kualitatif menurut Pawito (2007:8) dan
Kemudian, komunitas pecinta budaya Berger (2000:109) adalah penelitian yang
populer Korea sangat intens berkomu- bersifat kemanusiaan karena menetapkan
nikasi antara sesama mereka. Misalnya manusia sebagai alat pengukuran data.
melalui grup facebook yang dimilikinya. Penggunaan dua pendekatan tersebut
Dalam komunitas ini masing-masing adalah untuk mendapatkan data secara
penggemar budaya populer Korea dapat mendalam mengenai permasalahan yang
berkomunikasi dan menyebarkan infor- diteliti. Penelitian ini disebut juga sebagai
masi dengan menggunakan bahasa-bahasa penelitian deskriptif, yang datanya dijaring
ala Korea. lewat survei dan dituangkan dalam tabel-
tabel yang menunjukkan distribusi
Respon masyarakat Indonesia
frekuensi, lalu dilengkapi dengan hasil
terhadap budaya populer Korea adalah
wawancara mendalam.
melalui penggunaan website ataupun blog
pribadi. Laman Allkpop.com dan kpop Dalampenelitian ini, peneliti
starz misalnya merupakan situs dalam memilih 50 orang responden.Para respon-
memberitakan serba-serbi terkait budaya den tersebut adalah remaja yang berumur
populer Korea. Setiap penggemar saling 18 hingga 24 tahun dan bertempat tinggal
memberikan dan membacakan setiap di Kota Banda Aceh. Teknik penentuan
berita terkini dari idola mereka masing- responden yang digunakan dalam
masing. Beberapa Boyband malah penelitian ini adalah teknik purposive
memiliki situs pribadi, seperti sup3r sampling, yaitu mereka yang dianggap
junior.com milik boyband Super Junior. Di mengetahui masalah yang diteliti dijadikan
Indonesia, budaya populer Korea selain sebagai responden penelitian. Responden
bisa dilihat melalui pemutaran film dan yang dipilih dalam penelitian ini adalah
sinetron Korea di televisi, bisa juga remaja yang memiliki gaya hidup seperti
ditemui di toko-toko kaset dan VCD. Hal budaya populer Korea.
ini menandakan bahwa film dan musik

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 62


HASIL PENELITIAN Minggu
5 6 Jam/
1. Kegemaran Dengan Korean Wave 44
Minggu
Dari segi jenis kelamin, tabel 1.1 Di atas 7 Jam/
menunjukkan bahwa responden 30
Minggu
perempuan lebih banyak daripada
responden laki-laki yaitu masing-masing
mencatat 74% responden perempuan dan Kemudian tabel 1.3 mengenai
13% responden laki-laki. Responden kategori program yang diminati oleh
dalam penelitian ini adalah para remaja responden terhadap gelombang Korea di
yang memiliki gaya hidup seperti budaya Kota Banda Aceh adalah kebanyakan
populer Korea. Dari hasil persentase responden berpendapat bahwa mereka
responden tersebut menunjukkan bahwa meminati program film sebanyak 22%
perempuan menaruh minat yang tinggi responden dan sebanyak 20% responden
terhadap budaya populer Korea ber- meminati program drama. Walau ada
banding dengan laki-laki. sebagian responden yang lain meminati
musik, iklan dan fashion show tapi masih
Tabel 1.1 Jenis Kelamin dalam kategori yang kecil yaitu masing-
Jenis Kelamin Persentase masing responden untuk musik sebanyak
Laki Laki 74 8%, iklan dan fashion show masing-
Perempuan 13 masing 4%.
Tabel 1.3 Program Yang Diminati Remaja
Kemudian terkait dengan Terhadap Korean Wave
keterlibatan responden terhadap Korean Program Persentase
Wave, tabel 1.2 secara umum responden Drama 20
berpendapat bahwa mereka banyak Film 22
menghabiskan waktu untuk ikut terlibat Musik 8
dengan gelombang Korea. Kebanyakan Iklan 4
responden berpendapat bahwa mereka Fashion Show 4
menghabiskan waktu dalam seminggu
adalah sekitar 5 6 Jam yaitu sebanyak
40% responden dan sebanyak 30% Seterusnya tabel 1.4 mengenai motif
responden menyatakan bahwa mereka responden terlibat dengan gelombang
menghabiskan waktu di atas 7 dalam Korea melalui media yang ada di Aceh
seminggu. adalah sebagian besar responden
berpendapat bahwa motif mereka adalah
Tabel 1.2 Durasi Keterlibatan Remaja untuk mencari hiburan yaitu sebanyak
Terhadap Korean Wave 76%. Mereka berpendapat gelombang
Durasi Persentase Korea yang didapatkan baik melalui
1 2 Jam/ televisi, CD/ DVD, internet dan majalah
8
Minggu mampu memberikan pemenuhan terhadap
3 4 Jam/ 18 kebutuhan hiburan diri remaja di Kota

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 63


Banda Aceh. Tetapi ada sebagian yang begitu mudah untuk mengenal budaya
lain bahwa mereka menggunakan populer Korea dari media ini.
gelombang Korea hanya untuk mengisi
waktu kosong dan untuk aktualisasi diri
yaitu masing-masing 12% dan 8%. Tabel 2.1 Remaja Mengenal Budaya
Populer Korea
Media Persentase
Tabel 1.4 Motif Remaja Terlibat Dengan
Televisi 54
Korean Wave
CD/ DVD 20
Motif Persentase Internet 14
Hiburan 76 Majalah 8
Mencari Informasi 4 Media Lain 4
Aktualisasi Diri 8
Mengisi Waktu
12 Remaja ada juga mengenal budaya
Kosong
populer Korea melalui internet dan
majalah. Namun penggunaan kedua media
Responden mengatakanbiasanya ini tidak menunjukkan hasil yang
suka menonton drama atau juga film signifikan mengenai mendapatkan budaya
Korea karena ceritanya menarik. Malah populer Korea. Tabel 2.1 menunjukkan
Farah lebih memilih drama Korea hasil penggunaan media internet dan
dibandingkan dengan tayangan lokal majalah oleh masing-masing responden
(Indonesia). Menurut responden, tayangan dalam remaja mengenal budaya populer
lokal tidak menarik untuk dinonton karena Korea yaitu masing-masing menunjukkan
memiliki cerita yang hampir sama dengan angka 14% untuk internet dan 8% untuk
tayangan lokal lainnya di semua stasiun majalah.
televisi. Reseponden mengatakan, mereka
2. Mengenal Budaya Populer Korea sudah mengkonsumsi tayangan Korea
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa sejak duduk di bangku SMA, sekitar tahun
kebanyakan remaja mengenal budaya 2008. Di mana ketika itu tayangan Korea
populer Korea adalah melalui media sudah mulai sering ditayangkan di
televisi yaitu sebanyak 54% dan media berbagai media televisi Indonesia, dan
CD/ DVD sebanyak 20%. Dengan banyak juga CD atau DVD Korea masuk
demikian, globalisasi media televisi di ke Indonesia.
Aceh telah menyebabkan remaja di Kota
3. Pengaruh Budaya Populer Korea
Banda Aceh sudah banyak mengenal
Terhadap Remaja Kota Banda Aceh
budaya populer Korea dari media tersebut. Penelitian ini mengidentifikasikan
Begitu juga dengan menyebaran CD/ DVD
terhadap pengaruh budaya populer Korea
Korea begitu bebas masuk ke Aceh
pada remaja di Kota Banda Aceh. Menurut
terutama CD/ DVD bajakan begitu leluasa hasil penelitian ini, ada 3 (tiga) pengaruh
penjualan di Aceh telah menyebabkan
budaya populer Korea terhadap remaja
sebagian besar remaja Kota Banda Aceh
Kota Banda Aceh. Pertama, pengaruh
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 64
terhadap pakaian. Kedua, pengaruh Kemudian yang terakhir pengaruh
terhadap bahasa. Ketiga, pengaruh budaya populer Korea terhadap remaja
terhadap gaya hidup. kota Banda Aceh adalah mengenai gaya
Tabel 3.1 menunjukkan sebagian hidup. Korea merupakan salah satu
besar remaja yaitu sebanyak 46% sangat produsen film dan musik terbesar di dunia
setuju dan 40% setuju bahwa budaya ikut andil yang besar dalam
populer Korea yang mereka lihat melalui memperkenalkan segala produk yang
media yang ada di Aceh telah membuat dikeluarkan oleh negara Korea. Samsung
perubahan pada diri mereka terkait dengan merupakan salah satu alat telekomunikasi
cara berpakaian. Responden mengatakan, buatan Korea sudah menjadi primadona
setelah mereka menonton siaran-siaran bagi kebanyakan remaja Kota Banda
Korea yang diputarkan melalui televisi Aceh. Selain itu juga LG, dan ASUS sudah
maupun DVD, maka mereka terbawa banyak digunakan oleh remaja di Kota
untuk melakukan cara berpakaian seperti Banda Aceh. Sebagian besar responden
ala pakaiannya Korea sebagaimana yang mengatakan mereka terpengaruh dengan
diputarkan melalui siaran tersebut. Namun gaya hidup yang ditampilkan melalui film,
begitu cara berpakaian itu disesuaikan musik dan drama Korea. Dalam tabel 3.1,
dengan daerah Aceh yang sedang ada sekitar 46% sangat setuju dan 24%
menjalankan penerapan syariat Islam. setuju budaya populer Korea yang ada
pada media di Aceh mempengaruhi gaya
Kemudian sebagian besar responden hidup mereka.
juga mengatakan menyukai tayangan-
tayangan Korea dan mereka sangat tertarik
dengan bahasa Korea. Tabel 3.1 Tabel 3.1 Pengaruh Budaya Populer Korea
menunjukkan responden sangat setuju Terhadap Remaja
(20%) dan sebagian responden yang lain
Persentase
mengatakan setuju (40%) bahwa bahasa
Korea tertarik terhadap diri mereka. Pengaruh
Menurut responden, mereka sudah mulai Budaya
1 2 3 4
mempelajari bahasa Korea dan juga sudah Populer
mulai terbiasa untuk mulai berbicara Korea
dengan menggunakan kata-kata Korea, Pakaian 46 40 10 4
seperti mengucap sapaan dengan
Menarik 20 40 24 16
anyong (hallo) pada saat bertemu
Bahasa
dengan kawan-kawan, juga kata seperti
Korea
arastoyo (mengerti), dan daebak
(hebat). Responden tidak hanya gemar Gaya Hidup 24 46 16 14
mempelajari bahasa Korea tetapi juga suka Catatan: 1 = Sangat Setuju, 2 = Setuju, 3 = Kurang
mengikuti tren busana yang sering Setuju, 4 = Tidak Setuju

ditampilkan lewat tayangan-tayangan


Korea.
PEMBAHASAN

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 65


Secara umum globalisasi media di Apalagi semenjak habis tsunami pada
Aceh telah menyebabkan berlakunya tahun 2004, di Kota Banda Aceh banyak
penyerapan budaya asing terhadap budaya sekali muncul warung-warung kopi
remaja di Kota Banda Aceh khususnya sehingga Banda Aceh dikenal sebagai
pengaruh budaya popular Korea. Televisi daerah seribu warung kopi. Walaupun
swasta nasional dan televisi berlangganan, menggunakan media internet di warung
DVD juga masuk secara bebas merupakan kopi, biasanya laki-laki lebih suka
salah satu faktor utama yang menyebabkan menghabiskan waktu dengan bermain
perubahan perilaku remaja terhadap facebook ataupun game online berbanding
amalan budaya mereka. Sebagian remaja dengan terlibat dengan tayangan Korea.
Banda Aceh sudah terpengaruh dengan
Hal lain membuat perempuan lebih
amalan budaya populer Korea. Penelitian
banyak menonton Korea daripada laki-laki
ini meyakini bahwa televisi, DVD, internet
dikarenakan siaran Korea lebih menyentuh
ataupun socialmediamerupakan media
pada unsur perempuan secara umum.
yang efektif dalam penyebaran budaya
Banyak film ataupun drama Korea
populer Korea terhadap remaja di Kota
menyentuh pada cinta, kasih sayang dan
Banda Aceh. Penelitian ini menemui
kesedihan. Biasanya sifat-sifat tersebut
bahwa pengaruh media televisi sangat kuat
banyak dimiliki oleh perempuan daripada
terhadap remaja di Kota Banda Aceh.
laki-laki. Drama Korea biasanya juga
Drama, musik dan film Korea yang
banyak melibatkan konflik dan emosi.
muncul di televisi menjadi sebab
Tidak hanya itu, musik Korea
eksistensi budaya populer Korea pada
menggabungkan seni musik Pop, Jazz dan
kalangan remaja di Kota Banda Aceh.
Hip Hop sangat digandrungi oleh banyak
Kalau dilihat pada jenis kelamin remaja di Kota Banda Aceh, terutama
yang meminati tayangan Korea, secara remaja perempuan. Maka dari durasi
umum mendapati bahwa perempuan lebih waktu menonton tayangan Korea,
meminati budaya populer Korea mendapati perempuan lebih banyak
berbanding laki-laki. Menandakan bahwa menghabiskan waktu daripada laki-laki.
perempuan lebih banyak terlibat dengan Keadaan demikian didapat pada saat
budaya populer Korea baik melalui televisi penelitian dilakukan, mendapati bahwa
maupun media lainnya seperti DVD, rata-rata perempuan menghabiskan waktu
internet dan majalah. Keadaan demikian menonton Korea antara 5 hingga 6 jam
lebih disebabkan pada perempuan lebih dalam seminggu. Sementara laki-laki
banyak di rumah berbanding laki-laki. hanya berkisar antara 1 atau 2 jam dalam
Waktu di rumah tersebut, banyak seminggu.
dimanfaatkan untuk hiburan dengan
Terdapat beberapa alasan, mengapa
menonton Korea baik melalui televisi,
para remaja di Kota Banda Aceh menyukai
DVD, internet ataupun majalah. Ini
tayangan Korea, yaitu:
berbeda dengan laki-laki terkadang mereka
banyak menghabiskan waktu di luar rumah 1. Alur cerita yang digunakan sangat
dengan pergi ke warung-warung kopi. ringan untuk difahami. Terlebih
mereka memasukkan unsur-unsur
Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 66
kejadian yang sering terjadi didalam seperti sebuah balon yang dapat dipegang
kehidupan nyata seperti cinta, kasih oleh semua orang. Kemudian pendapat
saying, kesedihan, benci, dan dendam. Tomlinson (1999) mengatakan bahwa
2. Dilihat dari segi pemilihan aktor dan globalisasi akan dapat mewujudkan
artis yang bermain dalam serial drama budaya yang homogen. Budaya homogen
maupun film Korea selalu dimainkan atau cultural homogenization berasaskan
oleh mereka yang enak untuk pada wujudnya globalisasi adalah usaha
dipandang. Mereka memiliki visual untuk menyeragamkan kebudayaan, di
yang cantik dan keren. mana setiap tempat akan menjadi lebih
kurang sama. Walaupun seseorang berada
3. Pemilihan tempat yang digunakan di tempat tinggalnya, tetapi melalui proses
merupakan tempat-tempat yang globalisasi ini simbol budaya orang lain
kebanyakan merupakan tempat wisata dari luar akan datang kepadanya melalui
yang terdapat di Korea. Hal ini perantara media. Dengan begitu, akan
membuat tampilan tayangan yang terjadi proses integrasi budaya, di mana
disuguhkan menjadi semakin menarik budaya orang lain dari luar diserap dan
untuk ditonton. diterima menjadi budayanya. Dalam waktu
Mengenai pengaruh budaya populer yang bersamaan akan mendisintegrasikan
Korea terhadap kalangan remaja di Kota budaya yang sudah ada. Akibatnya,
Banda Aceh, didapati bahwa ada 3 budayanya akan mengalami kemunduran
pengaruh yang amat menonjol yaitu atau terpengaruh oleh budaya luar. Oleh
pengaruh dari segi pakaian, bahasa dan karena itu, proses globalisasi akan
gaya hidup. Remaja Kota Banda Aceh mengancam budaya suatu bangsa.
mulai mengadopsi bahasa Korea seperti MenurutRahim (2008), apabila seseorang
sapaan annyong (hallo) pada saat bertemu sering menonton siaran luar secara
dengan kawan-kawannya, juga kata-kata berlebihan, bukan saja akan memberi
lain seperti arastoyo (mengerti), daebak keuntungan untuk dapat mengetahui
(hebat) dan lainnya. Tidak hanya dari segi mengenai dunia orang lain, tetapi pada
bahasa, ada juga pengaruh dari segi waktu yang sama juga orang itu akan
pakaian. Sebagian remaja mengadopsi terperangkap kepada unsur-unsur dunia
gaya fashion artis Korea. Walaupun luar ke dalam lingkungannya sendiri.
berpakaian ala Korea tetapi masih Kalau hal tersebut terus dibiarkan
disesuaikan dengan daerah Aceh yang terjadi di Aceh sungguh sangat
menjalankan syariat Islam. Maka itu, disayangkan. Identitas keacehan yaitu
walaupun perempuan berpakaian ala budaya asli sebagai budaya tinggi yang
Korea masih juga dipadukan dengan jilbab patut dipelihara akan hilang diterjang oleh
yang modis. proses globalisasi media yang sedang
Pembahasan tersebut masih berse- melanda Aceh sekarang ini. Maka itu,
suai dengan pendapat yang dikemukakan proses globalisasi tersebut perlu dipikir
oleh McLuhan (1964) dengan konsep kembali untuk diterima begitu saja tanpa
global village. Mengibaratkan dunia ini perlu persiapan dan pembelajaran terhadap

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 67


generasi muda untuk menghadapi paham), gumawo (terima kasih) dan
globalisasi ini. Rasanya globalisasi tidak sebagainya.
diterima begitu bebas sekali karena akan
c. Mengaplikasikan gaya hidup seperti
dapat menenggelamkan budaya Aceh itu
hang out di tempat-tempat gaul seperti
sendiri. Stigma negatif yang tercantum
caf-caf yang di seputaran Kota
daripada budaya popular akibat pengaruh
Banda Aceh.
daripada globalisasi media tidak dapat
dihindari lagi, akan tetapi budaya popular d. Selain perilaku mengimitasi, muncul
boleh dihindari dengan menciptakan sifat konsumtif di kalangan remaja.
budaya saingan yang memberikan makna Mereka sudah mulai tertarik dengan
positif bagi kehidupan manusia, khususnya produk terbaru dari Korea seperti
perkembangan kaum muda Aceh. Maka itu smartphone Samsung, ASUS dan LG.
pemerintah Indonesia umumnya dan Maka itu, remaja Aceh sebagai calon
pemerintah Aceh khususnya harus berpikir penerus bangsa agar dapat mengalokasikan
kreatif untuk mempertahankan budaya waktunya dengan baik sehingga tidak
aslinya sebagai simbol identitas bangsa. terlalu larut dengan tayangan Korea.
Kemudian peran orang tua menjadi sangat
penting dalam mendidik anak-anaknya
KESIMPULAN supaya dapat terhindar dari perilaku
Berdasarkan hasil penelitian, dapat konsumtif akibat globalisasi media ini.
disimpulkan bahwa dampak globalisasi Seterus bagi pemilik media agar
media adalah munculnya budaya populer memperhatikan setiap tayangan yang ingin
yang kemudian memiliki potensi untuk ditampilkan kepada khalayak supaya tidak
menggusurkan budaya lokal, seperti hanya melihat aspek keuntungan semata
fenomena Korean Wave yang mulai tetapi memperhatikan juga dampak yang
populer beberapa tahun belakangan ini ditimbulkan bagi khalayak setelah
akibat dari globalisasi media. Korean menonton tayangan itu. Maka disarankan
Wave yang selalu menampilkan budaya dalam penayangannya untuk selalu
populernya membuat sebagian remaja memperhatikan nilai kandungan budaya
sangat meminati budaya populer Korea lokal agar selalu tetap terjaga. Bagi
tersebut. Sehingga muncul perilaku remaja pemerintah juga, memikir kembali untuk
untuk mengimitasi budaya populer menerima globalisasi media secara secara
tersebut. Ada beberapa perubahan perilaku bebas tanpa melakukan pengawalan
remaja di Kota Banda Aceh mengenai terhadap konten yang disampaikan oleh
budaya populer Korea, yaitu: media tersebut. Budaya bangsa sebagai
a. Kegemaran mengikuti gaya busana budaya tinggi yang patut dipelihara oleh
yang diperlihatkan pada setiap drama semua pihak baik masyarakat, orang tua,
atau tayangan Korea. pemilik media maupun pemerintah, karena
itu sebagai identitas bangsa kita.
b. Mulai menggunakan kosa kata Korea
seperti annyong (hallo), arassoyo (aku

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 68


DAFTAR PUSTAKA

Amelita, Nesya. 2010. Kebudayaan Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian


Populer Korea: Hallyu dan Masyarakat. Jakarta: UI Press.
Perkembangannya di Indonesia. Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik
Skripsi. Depok: Program Studi Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Bahasa dan Kebudayaan Korea, Prenada Media Group.
Fakultas Ilmu Pengetahuan McLuhan, Marshall. 1964. Understanding
Budaya, Universitas Indonesia. Media: Extension of Man. USA: A
Berger, Arthur Asa. 2000. Media and Signet Book.
Communication Research Milner, Andrew & Browitt, Jeff. 2002.
Methods: an Introduction to Contemporary Cultural Theory.
Qualitative and Quantitative London: Routledge.
Approaches. London: Sage Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi
Publications. Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Putri, Villia Octariana. 2012. Pengaruh
Media Massa. Jakarta: Kencana. Budaya Korean Pop Dalam
Burton, Graeme. 2008. Media dan Budaya Tayangan Top Kpop TV Terhadap
Populer. Jalasutra. Yogyakarta. Perilaku Remaja Di BSD, Kencana
Fiske, John. 1989. Understanding Popular Loka Blok F1. Skripsi. Jakarta:
Culture. London: Unwin Hyman. Program Studi Komunikasi
Hadwisia, Septyarti. 2011. Hallyu (Studi Pemasaran, Fakultas Komunikasi
Tentang Penggemar Boyband dan Multimedia, Universitas Binus.
Korea di Yogyakarta. Skripsi. Rahim, Samsudin. 2008. Media dan
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Generasi Muda. Putrajaya: Institut
Universitas Gajah Mada. Penyelidikan Pembangunan Belia
Ibrahim. 2007. Budaya Populer Sebagai Malaysia.
Komunikasi, Dinamika Popscape _________________. 2003. Media dan
dan Mediascape di Indonesia Identiti Budaya, Cabaran Media
Kontemporer. Jalasutra. Terhadap Masyarakat Malaysia di
Yogyakarta. Alaf ke-21. Bangi: Pusat Pengajian
Li, Shu Chu Sarrina. 2004. Market Media dan Komunikasi, Universiti
Competition and the media Kebangsaan Malaysia.
performance of Taiwans Cable
Television Industry. Journal of Saprita, Indriana. 2012. Persepsi Remaja
Media Economic 17 (4): 279-294. Surabaya Terhadap Tayangan
Korean Wave di Indosiar. Skripsi.
Lull, James. 2000. Media, Communication, Surabaya: Program Studi Ilmu
Culture, A Global Approach. New Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
York: Columbia University Press. dan Ilmu Politik, Universitas

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 69


Pembangunan Nasional Veteran Wuryanta, AG. Eka Wenats. 2011. Di
Jawa Timur. antara Pusaran Gelombang Korea:
Sarji, Asiah. 1996. Pengaruh Persekitaran Menyimak Fenomena K-Pop di
Politik dan Sosio-budaya Dalam Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi
Perkembangan Penyiaran Radio di Ultima Comm 3 (2): 79-94.
Malaya Dari Tahun 1920 1959. Amelita, Nesya. 2010. Kebudayaan
Disertasi. Bangi: Pusat Pengajian Populer Korea: Hallyu dan
Media dan Komunikasi, Universiti Perkembangannya di Indonesia.
Kebangsaan Malaysia. Skripsi. Depok: Program Studi
Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Bahasa dan Kebudayaan Korea,
Media Penyiaran. Jakarta: LKiS Fakultas Ilmu Pengetahuan
dan ISAI. Budaya, Universitas Indonesia.
Tomlinson, John. 1999. Globalization and Berger, Arthur Asa. 2000. Media and
Culture. Cambridge: Polity Press. Communication Research
Widyawati, Nina. 2005. Globalisasi Media Methods: an Introduction to
Vs Lokalisasi. Jurnal Komunika 8 Qualitative and Quantitative
(2): 21-32 Approaches. London: Sage
Publications.

Avant Garde | Jurnal Ilmu Komunikasi VOL 3 NO.1 Juli 2015 | 70

You might also like