You are on page 1of 2

A.

PENDAHULUAN
Buncis adalah sayuran polong yang memiliki banyak
manfaat. Buncis bukan tanaman asli Indonesia tetapi berasal
dari Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Sayuran buncis
dapat dikonsumsi dalam keadaan muda atau bijinya (Cahyono
2007). Buncis (Phaseolus vulgaris L.) termasuk sayuran polong
semusim divisi spermatophyta, sub-divisi angiospermae, kelas
dicotyledoneae, ordo leguminales, famili Leguminocea, sub-
family papillionaceae, genus phaseolus berumur pendek.
Pertumbuhan dan produktivitas buncis dipengaruhi oleh
berbagai faktor kondisi iklim lingkungan tumbuh. Umumnya
tanaman buncis ditanam di dataran tinggi 1.000-1.500 m dpl
dengan iklim kering (Nainggolan 2001).
Buncis bentuknya semak atau perdu terdiri dua tipe
pertumbuhan yaitu tipe merambat (indeterminate) mencapai
tinggi tanaman 2 m. Batang tanaman ini bentuknya
merambat, bengkok, bercabang banyak, bulat, beruas-ruas,
berbulu halus, dan lunak sehingga tanaman tampak rimbun.
Daunnya bulat lonjong, ujung daun runcing, tepi daun rata,
berbulu sangat halus, tulang daun menyirip. Bunga tanaman
buncis tergolong bunga sempurna atau berkelamin dua
(hermaprodit), ukurannya kecil, bentuk bulat panjang (silindris)
berukuran 1 cm.
Buncis merupakan sumber protein, vitamin dan mineral
yang penting dan
mengandung zat-zat lain yang berkhasiat untuk obat dalam
berbagai macam penyakit. Serat kasar dalam polong buncis
sangat berguna untuk melancarkan pencernaan, maka dapat
mengeluarkan zat racun dari tubuh (Cahyono 2007). buah,
batang, dan daun buncis mengandung senyawa kimia yaitu
alkaloid, saponin, polifenol, dan flavonoid, asam amino,
asparagin, tannin, fasin (toksalbumin). Biji buncis mengadung
senyawa kimia yaitu glukoprotein, tripsin inhibitor,
hemaglutinin, stigmasterol, sitosterol, kaempesterol, allantoin
dan inositol. Kulit biji mengandung leukopelargonidin,
leukosianidin, kaempferol, kuersetin, mirisetin, pelargonidin,
sianidin, delfinidin, pentunididin dan malvidin.
Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Hasil Tanaman
Sayuran Buncis di Indonesia Tahun 2014 masing-masing
adalah 28.632 Ha, 318.214 Ton, dan 11,11 ton/Ha.
Berdasarkan data BPS (2014), produksi buncis nasional
meningkat setiap tahunnya. Kendala dalam budidaya buncis
salah satunya adalah OPT (Organisme Penganggu Tanaman).
Hama dan penyakit tanaman buncis diantaranya: Kumbang
daun, lalat kacang, penggerek daun, antraknosa, embun
tepung, dan virus mozaik. Menurut Cahyono (2003), hama dan
penyakit tanaman buncis biasa menyerang bagian daun,
perakaran, batang, pucuk tanaman (titik tumbuh), dan polong.
Kerugian akibat hama dan penyakit buncis terutama
Meloidogyne spp. adalah sebesar 41%. Solusi untuk kerugian
tersebut adalah dilakukannya pengendalian secara kimiawi
maupun mekanik.
B. TUJUAN
1. Mengetahui cara budidaya tanaman buncis.
2. Mengeahui hama dan penyakit pada tanaman buncis.
3. Mengetahui cara pengendalian hama dan penyakit
tanaman buncis secara mekanik maupun kimiawi.
C. METODE PENGAMATAN
1.
2.
3.

You might also like