You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alkohol merupakan zat yang berbahaya dan juga bermanfaat karena
dapat digunakan sebagai bahan pelarut bagi zat yang tidak larut dalam air dan
juga berkhasiat sebagai antipiretik. Namun dikatakan berbahaya karena dapat
mengakibatkan ketergantungan jika digunakan dalam jumlah yang banyak dan
dikonsumsi secara sembarangan.
Penggunaan alkohol saat ini kita ketahui sangat banyak, utamanya dalam
makanan atau minuman sehingga penggunaannya dalam masyarakat sudah
sangat meluas dan tidak dapat dicegah lagi. Di negara-negara barat alkohol
merupakan salah satu masalah sosial yang tidak dapat ditangani lagi. Di
Indonesia hal ini masih dapat diatasi namun tidak dapat dipungkiri
penggunaan alkohol bisa mendorong terjadinya kegiatan - kegiatan yang
sangat meresahkan masyarakat seperti pencurian dan kejahatan-kejahatan
lainnya.
Di Indonesia ada peraturan sendiri tentang alkohol, mengingat
banyaknya produk yang berada di pasaran yang mengandung alkohol salah
satunya terdapat pada sampel yang akan digunakan. Berdasarkan uraian diatas
maka disusunlah makalah ini dengan judul Analisis Kadar Alkohol yang
Terkandung dalam Minuman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian alcohol ?
2. Bagaimana sifat kimia dan struktur alcohol ?
3. Apa saja kegunaan alcohol ?
4. Apa bahaya dari alcohol ?
5. Apa yang dimaksud dengan kadar alcohol ?
6. Apa saja metode yang digunakan dalam pemeriksaan kadar alcohol ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari alcohol ?
2. Untuk mengetahui sifat kimia dan struktur dari alcohol ?
3. Untuk mengetahui kegunaan dari alcohol ?
4. Untuk mengetahui bahaya dari alcohol ?

1
5. Untuk mengetahui kadar alcohol ?
6. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pemeriksaan kadar
alcohol ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Alkohol
Alkohol merupakan suatu bahan yang mempunyai efek farmakologi dan
cenderung menimbulkan ketergantungan serta berinteraksi dengan obat lain
(Guntur M, 2004).
Pada alkoholisme terdapat variasi dalam derajat gangguan psikologik,
nutrisi, ketergantungan fisik dan hilangnya control. Peminum alkohol juga
sering terlibat dengan penggunaan-penggunaan obat lain seperti sedative
amfetamin bahkan juga narkotik. Motivasi peminum alcohol adalah untuk
mendapatkan euphoria, melepaskan emosi serta melepaskan diri sementara
dengan depresi atau anastesi yang dialaminya (Guntur M, 2004).
Penggunaan alkohol secara kronis meningkatkan kapasitas metabolism
terhadap alkohol. Hal ini menyebabkan toleransi farmakokinetik. Kecepatan

2
metabolisme alcohol ini turun menjadi normal kembali beberapa minggu
setelah kebiasaan minum alkohol dihentikan. Selain itu, alkohol juga
memperlihatkan toleransi farmakodinamik artinya tanda-tanda keracunan baru
mulai timbul pada kadar alkohol darah yang lebih tinggi dibanding kadar yang
menimbulkan keracunan pada orang bukan bukan peminum alcohol. Peminum
dengan kadar alkohol di atas 200 mg masih dapat mengerjakan tugas yang
sulit, sedangkan pada orang normal yang separuhnya sudah menimbulkan
keracunan yang nyata (Guntur M, 2004).
Turunan alkohol dapat digunakan untuk antiseptik pada pembedahan dan
pada kulit, misalnya etanol dan isopropyl alcohol. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai pengawet, misalnya benzyl alkohol, karbutanol, dan dapat
juga dijadikan untuk mensterilkan udara, dalam bentuk aerosol, misalnya
etilen glikol , propilen glikol dan trimetil glikol (Armadji S, 1989).
Pada senyawa turunan alifatik, dengan bertambahnya jumlah atom C,
kelarutan senyawa dalam air akan menurun dan kelarutan dalam lemak
meningkat, sehingga meningkat pula aktifitasnya. Misalnya alkohol primer
lebih aktif lupa dibandingkan dengan alcohol tersier. Adanya ikatan rangkap
mempunyai efek serupa dengan adanya percabangan, contohnya asil alkohol
dibandingkan dengan n-propil alkohol (Armadji s, 1989).
Turunan alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan
proses tersebut memerlukan air, hal ini ditunjang oleh fakta bahwa alcohol
absolute yang tidak mengandung air, mempunyai aktifitas bakteri lebih rendah
dibandingkan alcohol yang mengandung air.
Dengan alkohol yang mengandung air, selain dari pada turunan , alcohol
juga menghambat system fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada
mitokondria, yaitu pada hubungan subrtrat Nikotinamida Adenin Dinikleatida
(NAD) (Armadji S, 1989).
B. Sifat Kimia dan Struktur Alkohol
Alkohol (ROH) begitu erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.
Alkohol digunakan dalam minuman keras. Dalam laboratorium dan industri,
semua senyawa ini digunakan sebagai pelarut dan regenesia. Dalam ilmu

3
kimia, alkohol adalah istilah yang umum bagi senyawa organik apapun yang
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri
terikat pada atom hidrogen dan atau atom karbon lain. Dilihat dari gugus
fungsinya, alkohol memiliki banyak golongan. Golongan yang paling
sederhana adalah metanol dan etanol.
Alkohol dapat dianggap sebagai molekul organic yang analog dengan
air. Kedua ikatan C-O dan H-O bersifat polar karena elektronegatifitas pada
oksigen. Sifat ikatan O-H yang sangat polar menghasilkan ikatan hidrogen
dengan alkohol lain atau dengan sistem ikatan hidrogen yang lain, misal
alkohol dengan air dan dengan amina. Jadi, alkohol mempunyai titik didih
yang cukup tinggi disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen antar molekul.
Alkohol lebih polar dibanding hidrokarbon, dan alkohol merupakan pelarut
yang baik untuk molekul polar.

C. Penggunaan Alkohol
Alkohol yang sering digunakan sebagai pelarut adalah jenis metanol,
etanol dan isopropanol. Metanol digunakan sebagai pelarut dalam cat, bahan
anti beku dan senyawa kimia lainnya. Sedangkan etanol banyak digunakan
sebagai pelarut, antiseptic, campuran obat batuk, anggur obat, bahan minuman
keras dan minuman lain yang mengandung alcohol.
D. Bahaya Alkohol
Selama ini, stigma yang berkembang di masyarakat adalah alkohol dapat
merusak tubuh. Agaknya, pandangan seperti ini perlu diluruskan. Pasalnya,
pada dosis yang rendah (tidak memabukkan), alkohol justru menguntungkan
bagi tubuh. Beberapa hasil studi melaporkan studi menyatakan bahwa
konsumsi alcohol mampu menurunkan serangan jantung, stroke, dan
mencegah kemungkinan munculnya serangan alzheimer.
Kendati alkohol dalam dosis yang rendah bermanfaat bagi tubuh, namun
alkohol juga bersifat racun. Ada dua jenis alkohol yang bersifat racun yaitu
etil alcohol atau etanol dan metil alkohol atau metanol. Etil alcohol terdapat
dalam minuman alkohol dan obat yang diolah (larutan alkohol), keracunan ini

4
ditandai dengan mabuk, perubahan emosi yang mendadak, mual, muntah,
tidak sadarkan diri bahkan meninggal akibat lumpuhnya alat pernapasan.
Metil alkohol biasanya digunakan sebagai campuran cat, bahan pengencer,
penghancur, dan pemberi panas pada makanan yang dikalengkan. Gejala yang
ditimbulkan pada keracunan alkohol etil hampir sama dengan keracunan etil
alkohol. Hanya saja penderita biasanya mengalami kebutaan akibat adanya
pengrusakan saraf mata.
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol
adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.
Apabila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek
samping gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi
berpikir, merasakan, dan berperilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi
langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Efek samping terlalu banyak
minuman beralkohol juga menumpulkan sistem kekebalan tubuh. Alkoholik
kronis membuat jauh lebih rentan terhadap virus termasuk HIV.
Pada umumnya, mengkonsumsi alkohol akan merusak semua organ
tubuh secara berangsur-angsur akibat penggunaannya, dapat menyebabkan
peradangan hati (liver chirrhosis), menyebabkan pendarahan dalam perut
(mag), penyakit jantung (cardiomyopathy), hormon seks, dan sistem
kekebalan tubuh. Pengaruhnya terhadap otak dapat secara akut (intoksisasi,
delirium) atau kronis (ataxia, pelupa, koordinasi motorik).
Saat keadaan normal, di dalam otak terdapat control inhibitorik, yang
akan mencegah kita untuk tidak melakukan hal yang memalukan atau hal yang
keliru. Segala jenis obat-obatan terlarang yang bersifat supresif, termasuk
alkohol, akan menghambat jalan saraf otak dan menghilangkan hambatan
tersebut. Kemampuan untuk membuat penilaian, melindungi tubuh atau
kehormatan, kualitas kemanusiaan akan berada di bawah pengaruh obat-
obatan terlarang.
E. Kadar Alkohol
Kadar menurut KBBI adalah ukuran untuk menentukan sesuatu, atau
jumlah hasil pengukuran dalam persentase mengenai gejala tertentu yang

5
terdapat pada populasi tertentu dalam keadaan dan jangka waktu tertentu. Jadi
kadar alkohol dalam obat berarti banyaknya atau persentase alkohol dalam
obat.
Berdasarkan ketentuan Standar Industri Indonesia (SII) dari departemen
perindustrian RI, minuman berkadar alkohol dibawah 20 % tidak tergolong
minuman keras tapi juga bukan minuman ringan. Sedangkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 86/Men.Kes/Per/IV/1977 tanggal 29 April 1977
yang mengatur produksi dan peredaran minuman keras, yang dimaksud
dengan minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol, tetapi bukan
obat yang meliputi 3 golongan sebagai berikut:
1. Golongan A (Bir), dengan kadar etanol 1% sampai dengan 5%. Golongan
ini dapat menyebabkan mabuk emosional dan bicara tidak jelas.
2. Golongan B (Champagne, Wine), dengan kadar etanol 5% sampai dengan
20%. Golongan ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan, kehilangan
sesorik, ataksia, dan waktu reaksi yang lambat.
3. Golongan C (Wiski), dengan kadar atanol lebih dari 20 sampai 50%.
Golongan ini dapat menyebabkan gejala ataksia parah, penglihatan ganda
atau kabur, pingsan dan kadang terjadi konvulsi.
Alkohol banyak digunakan sebagai campuran, untuk makanan,
minuman, dan obat-obatan ada yang berpendapat bahwa alkohol boleh
digunakan selama kadarnya kurang dari satu persen. Anton Apriyantono dan
Nurbowo berpendapat,26 Suatu bahan yang mengandung alcohol (kurang
dari satu persen) dapat digunakan dalam pembuatan produk pangan asalkan
dalam produk pangan yang dibuat, alkohol sudah tidak terdeteksi lagi.
F. Metode Analisa Kadar Alkohol
Pemisahan etanol dari zat terlarutnya dilakukan dengan cara destilasi,
yaitu merupakan metode pemisahan yang didasarkan karena adanya perbedaan
titik didih antara komponen-komponen yang akan dipisahkan. Secara teoristis
bila perbedaan titik didih antar komponen makin besar maka pemisahan
dengan cara destilasi akan berlangsung makin baik yaitu hasil yang diperoleh
makin murni. Pada destilasi senyawa yang akan diambil komponen yang
diinginkan dididihkan dan uapnya dilewatkan melalui suatu pendingin

6
sehingga mencair kembali. Proses pendidihan erat hubungannya dengan
kehadiran udara di permukaan. Bila suatu cairan dipanaskan, maka pendidihan
akan terjadi pada suhu dimana tekanan dari cairan yang akan didestilasi sama
dengan tekanan uap di permukaan.
Permasalahan yang ditemui dalam pemisahan dengan cara destilasi
adalah terbentuknya azeotrop yang merupakan campuran yang sulit
dipisahkan karena akan menguap secara bersama-sama dengan komposisi
tertentu.
Pemisahan etanol (78,40C) dari minuman beralkohol dilakukan dengan
cara destilasi normal, yaitu digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
yang dapat menguap di bawah 1300C. Pada destilasi normal pendidihan akan
terjadi bila tekanan uap dari cairan yang dipanaskan sudah sama dengan
tekanan udara dipermukaan cairan. Dalam proses destilasi yang menggunakan
cairan sebagai media panas, maka permukaan cairan yang akan didestilasi
harus lebih rendah agar pemanasan merata sehingga penguapan akan
sempurna.

Analisa pada minuman beralkohol secara kualitatif bertujuan melihat ada


atau tidaknya kandungan etanol dalam suatu sampel uji, dilakukan dengan
mereaksikan etanol dengan beberapa reagen antara lain dengan K2Cr2O7,
FeCl3, serta melihat uji nyala. Sedangkan analisa secara kuantitatif bertujuan

7
untuk mengetahui kadar etanol dalam suatu sampel uji, yang dilaksanakan
dengan cara gravimetri menggunakan piknometer serta spektrofotometri.
1. Metode Analisis Secara Kualitatif
b. Reaksi Beckman (K2Cr2O7)
Dasar Teori : Alkohol adalah komponen kimia yang merupakan
senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil yang terikat pada
atom karbon. Alkohol terdiri atas tiga bagian utama, yaitu alcohol
primer, sekunder dan tersier, yang termasuk alkohol primer adalah
etanol dan metanol, alkohol sekunder adalah propan 2-ol dan
alkohol tersier adalah metilpropan 2-ol. Alkohol yang diijinkan
untuk dikonsumsi adalah etanol.
Prinsip : Alkohol primer dan sekunder dengan penambahan
K2Cr2O7 dalam suasana asam akan mengalami perubahan warna
dari larutan berwarna orange menjadi hijau. K 2Cr2O7 merupakan
oksidator kuat sehingga dalam hal ini dia mengalami reduksi
terhadap etanol yang terkandung dalam minuman. Jumlah Cr 2O7
yang direduksi oleh etanol menunjukkan kadar etanol dalam suatu
larutan.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan etanol dalam
makanan maupun minuman beralkohol.
Reagent : K2Cr2O7 2% dan H2SO4 pekat.
Prosedur :
a) Memasukkan ke dalam dua tabung reaksi yang berbeda
sebanyak 2 mL.
b) K2Cr2O7 2% dan kemudian menambahkan sebanyak 5 tetes
H2SO4 pekat.
c) Mengomogenkan campuran dengan cara menggoyang-
goyangkan.
d) Kemudian menambahkan pada tabung reaksi sebanyak 1 mL
sampel uji.
e) Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari
jingga ke hijau.
c. Tes FeCl3

8
Dasar Teori : Alkohol dan fenol adalah senyawa yang sama-sama
mengandung gugus OH. Alkohol memiliki rantai karbon terbuka,
fenol memiliki rantai karbon tertutup/melingkar. Alkohol dan fenol
bersifat asam lemah. Namun, sifat asam pada fenol lebih kuat
daripada alkohol karena fenol memiliki anion dengan muatan
negatif yang disebar oleh cincin karbon melingkar. Alkohol adalah
asam yang sangat sangat sangat lemah, hampir netral. Alkohol
tidak bereaksi dengan basa (karena sifatnya yang sangat lemah),
sedangkan fenol bereaksi dengan basa. FeCl3 meruopakan
golongan garam normal yaitu golongan garam yang tersusun dari
ion positip logam dengan ion sisa asam.
Prinsip : Alkohol, tidak memiliki gugus fenolik bebas, apabila
direaksikan dengan FeCl3 tidak akan memberikan perubahan
warna menjadi hijau hingga ungu.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan alkohol atau
fenol dalam suatu minuman beralkohol.
Reagen : FeCl3 5 %.
Prosedur :
a) Sebanyak 20 tetes sampel uji dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
b) Sebanyak 5 tetes FeCl3 5 % ditambahkan ke dalam tabung
reaksi tersebut.
c) Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan dari warna
kuning terang menjadi hijau hingga ungu. Dan negatif apabila
larutan tetap berwarna kuning terang atau tidak terjadi
perubahan warna.
d. Tes Uji Nyala
Dasar Teori : Alkohol apabila terbakar tidak menghasilkan asap.
Alkohol apabila terbakar menghasilkan lidah api berwarna biru
yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.
Alkohol dapat dibakar, menghasilkan gas karbon dioksida dan uap
air dan energi yang besar.

9
Prinsip : Alkohol apabila terbakar menghasilkan lidah api berwarna
biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa.
Tujuan : Mengetahui ada tidaknya alkohol di dalam suatu sampel
uji.
Prosedur Kerja :
a) Beberapa tetes sampel uji dimasukkan ke dalam beaker glass
dengan pipet tetes.
b) Sampel uji dibakar dengan tissue.
c) Amati warna nyala api. (Positif (+) apabila terjadi nyala api
dengan sedikit warna hijau).

2. Metode secara Kuantitatif


a. Metode Gravimetri menggunakan piknometer
Dasar teori : Analisis gravimetri merupakan bagian analisis
kuantitatif untuk menentukan kuantitas suatu zat atau komponen
yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam
keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis
gravimetri melibatkan proses isolasi dan pengukuran berat suatu
unsur atau senyawa tertentu. Secara piknometri, analisis dilakukan
dengan menentukan berat jenis suatu zat. Berat jenis suatu zat
adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat
pada suhu tertentu (200C). Analisa dengan cara ini didasarkan pada
perbandingan berat zat di udara pada suhu 2000 C terhadap berat
air dengan volume dan suhu yang sama.
Prinsip : Penentuan berat jenis dengan suhu tertentu dari larutan uji
setelah dilakukan proses destilasi dan kadar alcohol ditetapkan
berdasarkan tabel yang dapat menggambarkan hubungan antara
berat jenis dan kadar alkohol.
Metode : Gravimetri menggunakan piknometer.
Tujuan : Untuk mengetahui kadar alkohol dalam minuman.
Reagen : Aquadest
Prosedur :
a) Sebanyak 100 mL sampel uji dipipet, kemudian dimasukkan ke
dalam labu destilasi.

10
b) Sebanyak 50 mL aquadest ditambahkan ke dalamnya,
kemudian didestilasi.
c) Hasil destilasi yang didapat ditampung pada labu ukur 100 mL.
d) Destilat ditambahkan sampai tanda garis.
e) Labu ukur yang berisi hasil destilat tadi dimasukkan ke dalam
lemari es.
f) Berat jenis ditentukan pada suhu 200o C dengan menggunakan
piknometer.
b. Metode Spektrofotometri
Dasar Teori : Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam
kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu
sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada
interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan
dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah. Dalam
interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik,
radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi
atau dihamburkan.
Analisa alkohol dengan menggunakan spektrofotometer dilakukan
dengan cara kurva kalibrasi. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam penentuan konsentrasi zat dengan kurva
kalibarasi:
1. Matching kuvet : mencari dua buah kuvet yang memiliki
absorbansi atau transmitansi sama atau hampir sama. Dua buah
kuvet inilah yang akan digunakan untuk analisis, satu untuk
blanko, satu untuk sampel.
2. Membuat larutan standar pada berbagai konsentrasi. Larutan
standar yaitu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara
pasti. Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang lebih kecil
sampai lebih besar dari konsentrasi analit yang diperkirakan.
3. Mengambil salah satu larutan standar, kemudian ukur pada
berbagai panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui pada panjang gelombang berapa, absorbansi yang

11
dihasilkan paling besar. Panjang gelombang yang
menghasilkan absorbansi paling besar atau paling tinggi
disebut panjang gelombang maksimum ( maks).
4. Absorbansi semua larutan standar yang telah dibuat diukur
pada panjang gelombang maksimum.
5. Absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan standar dicatat,
kemudian alurkan pada grafik absorbansi : konsentrasi
sehingga diperoleh suatu kurva yang disebut kurva kalibarasi.
Dari hukum Lambert-Beer jika absorbansi yang dihasilkan
berkisar antara 0,2-0,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus,
namun hal ini tidak dapat dipastikan.
6. Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui
konsentrasinya. Setelah diperoleh absorbansinya, masukan nilai
tersebut pada grafik yang diperoleh pada langkah 5. Selain
dengan cara diatas konsentrasi sampel dapat dihitung dengan
persamaan regresi linear:
Y = Ax + c
dengan ;
Y = konsentrasi (%)
X = absorbansi
Prinsip : Alkohol dapat teroksidasi menjadi aldehida dan keton
dalam suasana asam dan dipercepat dengan pemanasan. Oksidator
alcohol diantaranya adalah K2Cr2O7.
Tujuan : Untuk mengetahui kadar alkohol dalam minuman.
Metode : Spektrofotometri
Prosedur :
a) Sebanyak 1 mL sampel uji dipipet, kemudian diencerkan
dengan aquadest sebanyak 5 mL.
b) Oksidator K2Cr2O7 2, 5 % sebanyak 2 mL ditambahkan.
c) Sebanyak 1 mL H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam
campuran.
d) Campuran dipanaskan selama 5 menit
e) Campuran didinginkan, kemudian digoyang-goyang hingga
homogen.

12
f) Absorbansi campuran berwarna diukur dengan panjang
gelombang 600 nm.
g) Membuat larutan standart dengan prosedur sama dengan
sampel uji, konsentrasi yang digunakan 0, 5 %, 2 %, 3 %, 4 %,
5 %.
h) Membuat kurva standart antara absorbansi dengan konsentrasi,
kemudian dapatkan persamaan linearnya.
i) Konsentrasi sampel didapatkan dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel pada persamaan linier kurva standart.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Alkohol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus OH
yang terkait pada atom C dari rangkaian alifatis atau siklik. Sebagaian
alcohol digunakan sebagai pelarut, mempunyai sifat asam lemah,
mudah menguap dan mudah terbakar.
2. Metode pemeriksaan kadar alcohol dalam minuman dibagi menjadi 2
bagian yakni metode secara kualitatif yang terdiri atas: tes K2Cr2O7, tes
FeCl3, dan tes uji nyala. Sedangkan pada metode secara kuantitatif
yakni metode gravimetric menggunakan piknometer dan metode
spektrofotometri.

B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Armadji S, 1989. Analisis Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

Bertram, Katzung G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Jakarta ; Salemba


Medika.

Djide M, Natsir. 2003. Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Fakultas MIPA


Universitas Hasanuddin.

Ibrahim, Sanusi: Sitorus, Marham, 2013, Teknik Laboratorium Kimia Organik


Edisi 1, Yogyakarta ; Graha Ilmu.

Tim Dosen dan Asisten, 2006. Penuntun Praktikum Analisis Bahan Makanan Dan
Minuman. Makassar: Laboratorium kimia Farmasi, Fakultas MIPA
Universitas Indonesia Timur.

14

You might also like